gea (rangkuman)
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
1/11
DIARE
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980)
diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari
tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya
tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut
World Gastroenterology Organization global
guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase
tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Sedang diare
kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.
Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare
infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri,dan parasit.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang
tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan
penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi
perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi
masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita
diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien
yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini ole
karena foodborne infections dan waterborne infection
yang disebabkan bakteri Salmonella spp
Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillu
cereus, Clostridium perfringens da
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
Di negara berkembang, diare infek
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setia
tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi
kali setiap tahunnya di banding di negara berkemban
lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yan
disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit da
beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Meda
Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yan
dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adala
Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella sppSalmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonel
typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, da
Salmonella paratyphi A.
Epidemiologi
Pada tahun 1995 diare akut karena infek
sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 ju
penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinega
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berus
kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantarany
tinggal didaerah/lingkungan yang buruk, kumuh d
padat dengan sistem pembuangan sampah yang tida
memenuhi sarat, keterbatasan air bersih dalam jumla
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
2/11
maupun distribusinya, kurangnya sumber bahan
makanan disertai cara penyimpanan yang tak
memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang rendah serta
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.
Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi
dan tingkat pendidikan, prevalensi diare karena infeksi
berkurang. Dara dari Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena
Salmonella, Shigella, Listeria, Escherichia coli, dan
Yersinia berkurang berkisar 20-30% berkat perhatian
atas kebersihan dan keamanan makanan. Sementara di
beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi masih menduduki peringkat
pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang
datang berobat ke rumah sakit.
Beberapa faktor epidemiologis penting
dipandang untuk mendekati pasien diare akut yang
disebabkan oleh infeksi. Makanan atau minuman
terkontaminasi, berpergian, penggunaan antibiotik, HIV
positif atau AIDS, merupakan petunjuk penting dalam
mengidentifikasi pasien beresiko tinggi untuk diare
infeksi.
Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena
infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebab-sebab lain
antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik
dan sebagainya.
Diare akut karena infeksi dapat ditimbulkan oleh:
1. Bakteri
Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonel
paratyphi A/B/C, Salmonella spp, Shigella dysentria
Shigella flexneri, Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibr
cholera non 01, Vibrio parachemolyticus, Clostridiu
perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejun
Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp, Yersin
intestinalis, Coccidosis.
2. Parasit
Protozoa: Entamoeba hystolitica, Giardia lambli
Trichomonas hominis, Isospora sp. Cacing: A
lumbricoides, A. duodenale, N. americanus,
trichiura, O. vermicularis, T. saginata, T. sollium.
3. Virus
Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
Pola mikro organisme penyebab diare akut berbed
beda berdasarkan umur, tempat dan waktu. Di nega
maju penyebab paling sering Norwalk viru
Helicobacter jejuni, Salmonella sp, Clostridiu
difficile, sedangkan penyebab paling sering di nega
berkembang adalah Enterotoxicgenic Escherichia co
(ETEC), Rota virus dan V. cholerae.
Patofisiologi
Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasu
saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar (diet) da
dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, emped
dan sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumla
tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus da
sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besa
Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar aka
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
3/11
diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan
yang akan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor faali yang menyebabkan diare
sangat erat hubungannya satu sama lain, misalnya saja,
cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan
terangsangnya usus, sehingga motilitas usus meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu
cepat akan menyebabkan gangguan waktu penyentuhan
makanan dengan mukosa usus sehingga waktu
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada
keadaan diare akut karena infeksi adalah faktor kausal
(agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri
terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare
akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan intern traktus intestinalis seperti keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas dan juga mencakup
lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim
pencernaan.
Penurunan keasaman lambung pada infeksi
shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi
yang lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih
tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera. Hipomotilitas
usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan
gejala penyakit, serta mengurangi absorbsi elektrolit,
tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi
sumber infeksi. Peran imunitas dibuktikan dengan
didapatkannya frekuensi pasien giardiasis pada mereka
yang kekurangan IgA, demikian pula diare yang terja
pada penderita HIV/AIDS karena gangguan imunita
Percobaan lain membuktikan bahwa bila lumen usu
dirangsang oleh suatu toksoid berulang kali, ak
terjadi sekresi antibodi.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenes
antara lain adalah daya lekat dan penetrasi yang dap
merusak sel mukosa, kemampan memproduksi toks
yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halu
Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yan
juga dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakte
diklasifikasikan menjadi:
1. Infeksi Non-Invasi
Diare yang disebabkan oleh bakteri non invas
disebut juga diare sekretorik atau watery diarrhea. Pad
diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yan
memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusa
mukosa. Bakteri non invasi misalnya V. cholera no
01, V. cholera 01 atau 0139, Enterotoksigenik E. co
(ETEC), C. perfringens, Stap. aureus, B. cereu
Aeromonas spp., V. cholera eltor mengeluarkan toks
yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 men
sesudah diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatka
kegiatan yang berlebihan Nikotinamid Aden
Dinukleotid pada dinding sel usus, sehingg
meningkatkan kadar adenosin 3,5-siklik mono phosp
(siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekre
aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diiku
oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
4/11
Namun demikian mekanisme absorbsi ion Na
melalui mekanisme pimpa Na tidak terganggi, karena
itu keluarnya ion Cl- (disertai ion HCO3-, H2O, Na
+ dan
K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya absorbsi
ion Na (diiringi oleh H2O, K+, HCO3
-, dan Cl-.
Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian
larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh
dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersama air,
sekaligus diiringi oleh ion Na+, K+, Cl- dan HCO3-.
Inilah dasar terapi oralit per oral pada kolera.
Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air
seperti cucian beras dan keluar secara deras dan banyak
(voluminous). Keadaan ini disebut sebagai diare
sekretorik isotonik voluminial (watery diarrhea).
ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoksin ialah
labile toxin (LT) dan stable toxin (ST). LT bekerja
secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya
memberikan stimulasi yang terbatas terhadap enzim
adenilat siklase. Dengan demikian jelas bahwa diare
yang disebabkan E. coli lebih ringan dibandingkan
diare yang disebabkan V. cholerae.
Clostridium perfringens (tipe A) yang sering
menyebabkan keracunan makanan menghasilkan
enterotoksin yang bekerja mirip enterotoksin kolera
yang menyebabkan diare yang singkat dan dahsyat.
2. Infeksi Invasif
Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut
sebagai diare Inflammatory. Bakteri invasif misalnya:
Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella spp.,
Shigella spp., C. jejuni, V. parahaemolyticus, Yersinia,
C. perfringens tipe C, Entamoeba histolytica,
shigelloides, C. difficile, Campylobacter spp. Dia
terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berup
nekrosis dan ulserasi. Sifat diarena sekretorik eksudat
Cairan diare dapat bercampur dengan lendir dan dara
Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini dap
juga bermanifestasi sebagai suatu diare sekretorik. Pad
pemerksaan tinja biasanya didapatkan sel-sel eritro
dan leukosit.
Manifestasi Klinis
Penularan diare akut karena infeksi melal
transmisi fekal oral langsung dari penderita diare ata
melalui makanan/minuman yang terkontaminasi bakte
patogen yang berasal dari tinja manusia/hewan ata
bahan muntahan penderita. Penularan dapat juga berup
transmisi dari manusia ke manusia melalui uda
(droplet infection) misalnya: rota virus, atau melal
aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.
Diare akut karena infeksi bakteri yan
mengandung/produksi toksin akan menyebabkan dia
sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-gejal
mual, muntah, dengan atau tanpa demam yan
umumnya ringan disertai atau tanpa nyeri/kejang peru
dengan feses lembek/cair. Umumnya gejala dia
sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah maka
atau minuman yang terkontaminasi.
Diare sekretorik yang berlangsung beberap
waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dap
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yan
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
5/11
mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang
lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang akan merasa
haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit turun,
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.
Sedangkan kehilangan bikarbonas,
menyebabkan perbandingan bikarbonas dan asam
karbonas berkurang yang menyebabkan penurunan pH
darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi napas menjadi lebih
cepat dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini
adalah usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas
agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan
kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat
dapat berupa renjatan denga tanda-tanda denyut nadi
yang cepat lebih dari 120x/mnt, tekanan darah menurun
sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat,
ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang sianosis.
Karena kehilangan kalium, pada diare akut juga dapat
timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan
perfusi ginjal menurun dengan sangat dan akan timbul
anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul
penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat
mengakibatkan gagal ginjal akut.
Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi
lebih berat, akan terjadi kepincangan pada pembagian
darah dengan pemusatan darah yang lebih banyak
dalam sirkkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali
karena dapat menyebabkan edema paru pada pasi
yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Bakteri yang invasif akan menyebabkan dia
yang disebut sebagai diare inflamasi dengan geja
mual, muntah dan demama yang tinggi, disertai nye
perut, tenesmus, diare disertai darah dan lendir.
Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhada
bakteri penyebab dapat diperkirakan berdasarka
anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa ja
atau hari terakhir, dan anamnesis/observasi bentu
diare. ( Lihat tabel 1)
Yersinia dapat menginvasi mukosa ileu
terminalis dan kolon bagian proksimal, dengan nye
abdomen disertai nyeri tekan di regio titik Mc.Burne
dengan gejala seperti apendisitis akut.
Diare akut karena infeksi dapat disertai gejal
gejala sistemik lainnya seperti Reiters syndrom
(arthritis, uretritis, dan konjungtivitis) yang dap
disebabkan oleh Salmonella, Campylobacter, Shigell
dan Yersinia. Shigella dapat menyebabkan hemolyti
uremic syndrome. Diare akut dapat juga sebagai geja
utama beberapa infeksi sistemik antara lain hepatit
virus akut, listeriosis, legionellosis, dan toksik renjata
sindrom.
Tabel 1. Diare Akut
Sarana Bakteri Patogen
Air Vibrio cholerae, Norwalk agen
Giardia, Cryptospordiu
(termasuk makanan yang dicu
dengan air tersebut).Makanan
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
6/11
Unggas Salmonella, Campylobacter, dan
Shigella spp.Sapi, juice buah yg
tidak dipasteurisasi
Enterohemoragic escherichia coli
Babi Cacing pita (tape worm)Sea food dan kerangV. cholerae non 01, V.
parahaemolyticus; vibrio spp,
Salmonella spp., Aeromonas spp,
Hepatitis A,B,C.
Keju, susu Listeria spp.Telur Salmonella spp.
Mayoinase +
makanan & cream
Staphylococcus dan Clostridium
Nasi goreng Bacillus cereusBerrie segar Cycklospora spp.
Sayuran atau buah-
buahan kaleng
Clostridium spp.
Kecambah Enterohemorrhagic E. coli dan
Salmonella spp.
Lingkungan
Hewan ke manusia Salmonella, Campylobacter,
Cryptosporodium, Giardia spp.
Manusia ke manusia
(termasuk seksual
kontak)
Semua bakteri enterik, virus,
parasit.
Rumah
sakit/antibiotik
C. difficile
Kolam renang Giardia dan Crytosporodium spp.
Wisatawan asing E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Giardia,
Entamoeba histolytica.
Pemeriksaan Penunjang
Darah
- Darah perifer lengkap
- Ureum, kreatinin
- Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
- Analisa gas darah apabila didapatk
tanda-tanda gangguan keseimbangan asam ba
(pernafasan Kussmaull)
- Immunoassay: toksin bakteri (
difficile), antigen virus (rotavirus), antige
protozoa (Giardia, E. histolytica)
Feses
- Feses lengkap (mikroskopi
peningkatan jumlah lekosit di feses pad
inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentu
tropozoit)
Pemeriksaan penunjang diperlukan dala
penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karen
dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan samp
pada terapi definitif.
Diagnosis
Diare akut karena infeksi dapat ditegakkan diagnost
etiologi bila anamnesis, manifestasi klinis dpemeriksaan penunjang menyokongya.
Beberapa petunjuk anamnesis yang mungkin dap
membantu diagnosis:
1. Bentuk feses (watery diarrhea ata
inflammatory diare)
2. Makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yan
dimakan/minum oleh penderita.
3. Adakah orang lain sekitarnya menderita h
serupa, yang mungkin oleh karena keracuna
makanan atau pencemaran sumber air.
4. Dimana tempat tinggal penderita.
5. Pola kehidupan seksual.
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
7/11
Umumnya diare akut besifat ringan dan merupakan
self-limited disease. Indikasi untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu diare berat disertai
dehidrasi, tampak darah pada feses, panas > 38,5o C
diare > 48 jam tanpa tanda-tanda perbaikan, kejadian
luar biasa (KLB). Nyeri perut hebat pada penderita
berusia > 50 tahun, penderita usia lanjut > 70 tahun,
dan pada penderita dengan daya tahan tubuh yang
rendah.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang
dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
2. Memberikan terapi simptomatik
3. Memberikan terapi definitif
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Ada hal yang penting diperhatikan agar dapat
memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat
ini cairan RL merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya
lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium
cairan tinja.
Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh diberkan
cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu
ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam
1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan,
tersedia di pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi rehidra
dengan berbagai akibatnya.
Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pad
prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesu
dengan jumlah cairan yang keluar dari bada
Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung denga
memakai cara:
BJ Plasma dengan memakai rumus:
Kebutuhan cairan:
BJ Plasma 1.025 x BB (Kg) x 4 ml
0.001
Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis:
- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klin
yang diberikan penilaian/skor sebagai berikut:
Pemeriksaan Skor Rasa haus/muntah 1
Suara serak 2Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg 2
Frekwensi Nadi > 120 x/menit 1Frekwensi nafas > 30 x/menit 1
Turgor kulit menurun 1
Facies cholerica/wajah keriput 2Ekstremitas dingin 1
Washers womans hand 1
Sianosis 2Umur 50-60 tahun -1
Umur > 60 tahun -2
Kebutuhan cairan = Skor x 10% x BB (Kg) x 1 Liter
15
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
8/11
Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Pemberian cairan pada orang dewasa dapat melalui oral
dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan
larutan oralit yang komposisinya berkisar antara 20 gr
glukosa, 3.5 gr NaCl, 2.5 gr Na bikarbonat dan 1.5 gr
KCl per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara
komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan
dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara
komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti
dapat dibuat dengan menambahkan sendok teh
garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok
makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus
jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Cairan per
oral juga digunakan untuk mempertahankan hidrasi
setelah rehidrasi inisial.
Jadwal pemberian cairan. Untuk jadwal
rehidrasi inisial yang dihitung dengan rumus BJ plasma
atau sistem skor Daldiyono diberikan dalam waktu 2
jam. Tujuannya jelas agar tercapai rehidrasi optimal
secepat mungkin. Jadwal pemberian cairan tahap kedua
yakni untuk jam ke-3, didasarkan kepada kehilangan
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial
sebelumnya, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir
jam ke-3.
2. Memberikan terapi simptomatik
Obat anti diare:
a. Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai
tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat
sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase
sehingga enkephalin dapat bekerja kembali seca
normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekre
dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dap
dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat i
tersedia di bawah nama Hidrasec sebagai genera
pertama jenis obat baru anti diare yang dapat pu
digunakan lebih aman pada anak.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperam
HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulf
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3
sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomot
5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat terseb
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorb
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi fes
dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan denga
cara yang benar obat ini cukup aman dan dap
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila dia
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri ob
ini tidak dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pekti
kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumenta
bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius ata
toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel muko
usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yan
dapat merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantag
oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghull
Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid denga
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
9/11
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi
frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan
dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau
tablet.
Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dariLactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila
mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna
akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat
penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan
dalam jumlah yang adekuat.
3. Memberikan terapi definitif
Pemberian antibotik secara empiris jarang
diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di
indikasikan pada: pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada
feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Terapi kausal dapat diberikan
pada infeksi:
- V. kolera El Tor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3
hari atau kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian
2 x 2 tab selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 50
mg/hr selama 7 hari atau golongan Fluoroquinolon.
- ETEC: Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolo
selama 3 hari.
- S. aureus: Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr
- Salmonella Typhi: Obat pilihan Kloramfenikol 4
500 mg/hr selama 2 minggu atau Sefalosporin genera
3 yang diberikan secara IV selama 7-10 hari, ata
Ciprofloksasin 2 x 500 mg selama 14 hari.
- Salmonella non Typhi: Trimetoprim
Sulfametoksazole atau ciprofloxacin atau norfloxac
oral 2 kali sehari selama 5 7 hari.
- Shigellosis: Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol
x 500 mg/hr selama 5 hari.
- Helicobacter jejuni (C. jejuni): Eritromisin, dewasa:
x 500 mg atau 4 x 250 mg, anak: 30-50 mg/kgBB/h
dalam dosis terbagi selama 5-7 hari atau Ciprofloxac
2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari.
- Amoebiasis: 4 x 500 mg/hr selama 3 hari ata
Tinidazol dosis tunggal 2 g/hr selama 3 hari.
- Giardiasis: Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama
minggu atau Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari.
- Balantidiasis: Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 1
hari
- Virus: simptomatik dan suportif.
Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektro
merupakan komplikasi utama, terutama pada usia lanj
dan anak-anak. Pada diare akut karena kole
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terja
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
10/11
shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit
melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan
asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta
pertolongan medis, sehingga syok hipovolemik yang
terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul
Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya
terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga
terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.
Haemolityc uremic Syndrome (HUS) adalah
komplikasi yang disebabkan terbanyak oleh EHEC.
Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia
hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare.
Risiko HUS akan meningkat setelah infeksi EHEC
dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan
antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa
minggu setelah penyakit diare karena Campylobakter,
Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
Prognosis
Dengan penggantian Cairan yang adekuat,
perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial
jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya
sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang
minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan
mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan
dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada
infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.
Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jal
fekal-oral, penularannya dapat dicegah dengan menjag
higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencu
tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selam
mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingka
dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjag
dari kotoran manusia. Karena makanan dan a
merupakan penularan yang utama, ini harus diberika
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untu
membersihkan makanan, atau air yang digunakan untu
memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika a
kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tida
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, har
direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsum
Ketika berenang di danau atau sungai, har
diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah da
sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yan
bersih (air rebusan, saringan, atau olahan) sebelu
dikonsumsi.
Limbah manusia atau hewan yang tidak diola
tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buaha
dan sayuran. Semua daging dan makanan laut haru
dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi da
jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC terakh
berhubungan dengan meminum jus apel yang tida
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontamina
setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencega
diare infeksius, tetapi efektivitas dan ketersedia
-
7/29/2019 Gea (Rangkuman)
11/11
vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang
tersedia adalah untuk V. colera, dan demam tipoid.
Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan
tidak direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral
kolera terbaru lebih efektif, dan durasi imunitasnya
lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama
hanya 70 % efektif dan sering memberikan efek
samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70
%, hanya memerlukan 1 dosis dan memberikan efek
samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral telah
tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari
selama 4 kali dan memberikan efikasi yang mirip
dengan dua vaksin lainnya.
Kesimpulan
Diare akut merupakan masalah yang sering
terjadi baik di negara berkembang maupun negara
maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga
hanya perlu diperhatikan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Bila ada tanda dan gejala diare akut karena
infeksi bakteri dapat diberikan terapi antimikrobial
secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan
dengan terapi spesifik sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif
dan cukup aman bila diberikan sesuai dengan aturan.
Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan
higiene dan sanitasi yang baik merupakan pencegahan
untuk penularan diare infeksi bakteri.