gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini dan
menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita.
Pada saat ini sudah dikembangkan pembagian gastritis berdasarkan Update
System, membagi gastritis berdasarkan topografi, morfologi, dan etiologi. Secara garis
besar gastritis dibagi menjadi tiga tipe, yaitu Monahopik, atropik, dan bentuk khusus.
Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti
kantung, dapat berdilatasi, dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh asam klorida
(HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan lipase. Lambung memiliki dua fungsi
utama, yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik. Fungsi pencernaan lambung adalah
pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan pelepasan gastrin yang
dipengaruhi oleh protein yang dimakan, sekresi mukus yang membentuk selubung dan
melindungi lambung serta sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut,
sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel mukus yang berperan sebagai barier dari
asam lumen dan pepsin. Fungsi motorik lambung terdiri atas penyimpanan makanan
sampai makanan dapat diproses dalam duodenum, pencampuran makanan dengan asam
lambung, hingga membentuk suatu kimus, dan pengosongan makanan dari lambung ke
dalam usus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi dalam usus
halus3
Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan enzim
untuk mencerna makanan. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan
pencampuran makanan yang dicerna dan cairan lambung, untuk membentuk cairan
padat yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke duodenum. Sel-sel lambung
setiap hari mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung yang mengandung berbagai
zat, diantaranya adalah HCl dan pepsinogen. HCl membunuh sebagian besar bakteri
yang masuk, membantu pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin
untuk mencerna protein, serta merangsang empedu dan cairan pankreas. 4
Mekanisme kerusakan mukosa pada gastritis diakibatkan oleh
ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa. Faktor agresif tersebut yaitu HCL, pepsin, asam
empedu, infeksi, virus, bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan
faktor defensive adalah mukosa lambung dan mikro sirkulasi. Dalam keadaan normal
faktor defensive dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak menimbulkan kelainan
patologis pada lambung. Gastritis yang kronik lama kelamaan akan menjadi gastritis
atrofi. Pepsinogen, prekursor tidak aktif dari pepsin, disekresikan oleh sel chief pada
fundus lambung. Pepsin diaktifkan pada pH asam (pH 1,8-3,5), tidak aktif reversibel
pada pH 4, dan irreversible hancur pada pH 7. Pepsin tampaknya berperan dalam
patogenesis gastritis atrofi. Oleh karena itu diperlukan penulisan mengenai peran
pepsinogen dalam patogenesis gastritis atrofi.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC