gangguan tidur.docx

18
Gangguan Tidur Aloysia Jessica Internship RSPB Tidur merupakan fungsi dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan suatu keadaan fisiologis yang dialami oleh setiap makhluk hidup. Meskipun setiap spesies berbeda dalam jumlah tidur, Namun secara umum perbedaan ini merupakan fungsi dari umur. Ratarata, orang dewasa tidur 8 jam sehari (Ruey- Kuang Cheng, 2009). Penelitian modern mengenai tidur diawali oleh aserinsky dan kleitman. Kleitman menerangkan perbedaan karakterisitk tiap stadium dari tidur menggunkan electroencephalography (EEG). Hal ini merupakan era awal dimana tidur tidak hanya di dipelajari secara kuantitatif ( seperti berapa lama tidur) tetapi juga secara kualitatif (seperti bagaimana tidur yang baik) (Ruey-Kuang Cheng, 2009). Pada pola tidur manusia yang dipelajari menggunakan EEG dan electrooculography (EOG), tidur dapat klasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu: 1. Tipe Rapid Eye Movement (REM) 2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7

Upload: aloysia-jessica-darmapuspita

Post on 09-Jul-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Tidur.docx

Gangguan Tidur

Aloysia Jessica

Internship RSPB

Tidur merupakan fungsi dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan suatu

keadaan fisiologis yang dialami oleh setiap makhluk hidup. Meskipun setiap spesies berbeda

dalam jumlah tidur, Namun secara umum perbedaan ini merupakan fungsi dari umur.

Ratarata, orang dewasa tidur 8 jam sehari (Ruey-Kuang Cheng, 2009).

Penelitian modern mengenai tidur diawali oleh aserinsky dan kleitman. Kleitman

menerangkan perbedaan karakterisitk tiap stadium dari tidur menggunkan

electroencephalography (EEG). Hal ini merupakan era awal dimana tidur tidak hanya di

dipelajari secara kuantitatif ( seperti berapa lama tidur) tetapi juga secara kualitatif (seperti

bagaimana tidur yang baik) (Ruey-Kuang Cheng, 2009).

Pada pola tidur manusia yang dipelajari menggunakan EEG dan electrooculography

(EOG), tidur dapat klasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase

REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7

kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16- 20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari,

kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari

pada orang dewasa (Ruey-Kuang Cheng, 2009). Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1. Tidur stadium Satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan

kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan

dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan.

Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang

gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang

sleep spindle dan kompleks K

Page 2: Gangguan Tidur.docx

2. Tidur stadium dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang,

tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta

simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih

banyak gelombang delta simetris antara 25%-50%

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi

oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur

NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan

masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih

cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola

tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat

rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan

mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot

menunjukkan relaksasi yang dalam.

Klasifikasi Gangguan Tidur

Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep Disorders:

1. Dissomnia

2. Parasomnia

3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri

4. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

Dissomnia

Dissomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran jatuh dalam tidur (failling

as sleep), mengalami gangguan mempertahankan tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu

dini atau kombinasi dintaranya.

a. Gangguan tidur spesifik

1) Narkolepsi

Page 3: Gangguan Tidur.docx

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang hari, biasanya

hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan segar

kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan

menurunan fase REM 30-70%. Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.

2) Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodic limb movement

disorders)/mioklonus nortuknal

Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling

sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa esktensi

ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-

5 detik, berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terus-menerus dalam

beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering dari pada mioklonus. Sering timbul pada

fase NREM atau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus.

3) Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekboms syndrome

Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset tidur. Gangguan ini

sangat berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertai

dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan sehingga penderita selalu

mendorong-dorong kakinya.

4) Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway obstructive apnea dan

bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat

tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika

penderita mengalami episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode

apnea selama semalam.

5) Paska trauma kepala Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluh

gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnya keluhan gangguan tidur

setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase REM

dan peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fase koma (trauma

kepala) sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur.

b. Gangguan tidur irama sirkadian

Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita

tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap.

Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang

berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine,

Page 4: Gangguan Tidur.docx

fungsi ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus

biologi irama tidur-bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk

bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama

tersebut mengalami pergeseran.

Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:

1) Sementara (acute work shift, Jet lag)

2) Menetap (shift worker)

Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi perubahan pemendekan

waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM Berbagai macam gangguan tidur gangguan

irama sirkadian adalah sebagai berikut:

1) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type) yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga

lebih lambat yang diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah

atau pekerja sosial. Orang-orang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk

pada siang hari (insomnia sekunder).

2) Tipe Jet lag ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam

setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran

tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang terputusputus.

3) Tipe pergeseran kerja (shift work type). Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur

dan cepat mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering

timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa

pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.

4) Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome). Tipe ini sangat jarang, lebih

sering ditemukan pada pasien usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan

terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.

Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk

sesuai.

5) Tipe bangun-tidur beraturan.

6) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam

c. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)

Page 5: Gangguan Tidur.docx

Sangat jarang. Lesi batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau memelihara selama

tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur

pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM

berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan gangguan tidur yang

berat, yang diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak.

d. Gangguan kesehatan, toksik Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati

distropi, low back pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal

akut/kronik, asma, penyakit, ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering

menyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal.

e. Obat-obatan Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti penggunaan obat

stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein, nikotine), antihipertensi, antidepresan,

antiparkinson, antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-outus fase

tidur REM.

Parasomnia

Parasomnia merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang

berlangsung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini

sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi motorik potensial, sehingga

sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering ditemukan pada usia

anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa

(3%).

Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:

a. Peminum alkohol

b. Kurang tidur (sleep deprivation)

c. Stress psikososial

Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antara bangun dan tidur.

Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan system otonom. Gejala khasnya berupa

penurunan kesadaran (confuse), dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi

pada stadium 3 dan 4.

1. Gangguan tidur berjalan (sleep walking)/somnabulisme

Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya automatis dan

semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur,

menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan

kembali tidur. Gambaran tipikal gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur

Page 6: Gangguan Tidur.docx

yang rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan

4. Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk

berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah. gelombang rendah. Bahkan

tidak didapatkan adanya gelombang alpha.

2. Gangguan teror tidur (sleep terror)

Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempat tidur yang

tampak seperti ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang

berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita tetap

terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur

mirip dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam pemeriksaan polisomnografy.

Teror tidur mungkin mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus temporalis.

Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat

dingin, pupil dilatasi, dan sesak nafas.

3. Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM

Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest. Gangguan

tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan selanjutnya terjadi aktifitas

motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada larut malam (1/2 dari larut malam) yang

disertai dengan ingat mimpi yang jelas. Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut,

gangguan psikiatri atau dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol.

Kemungkinan lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus seperti

perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst dan mioklonik

potensial pada rekaman EMG (Harrison et al., 2009).

Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri

a. Sleep and Neurological Disorders

Individu dengan demensia biasanya mengalami gangguan tidur. Meskipun ada berbagai

kondisi yang terkait dengan penyakit demensia Alzheimer, penyakit Parkinson, dementia

dengan Lewy bodies, penyakit Huntington, dan penyakit Creutzfeldt-Jakob ada beberapa

pola umum dari gangguan tidur yang terkait dengan semua demensia. Biasanya, tidur lebih

terfragmentasi, menyebabkan lebih banyak terbangun dan akibatnya sedikit waktu tidur, dan

REM mungkin akan menurun. Gangguan tidur ini biasanya memburuk seiring dengan

progresifitas penyakit.

b. Alzheimer’s Disease

Page 7: Gangguan Tidur.docx

Penyakit Alzheimer adalah gangguan neurodegenerative ditandai dengan hilangnya memori

dan penurunan intelektual yang progresifitasnya sesuai usia dan disebabkan oleh degenerasi

neuron di otak. Diperkirakan sekitar 4 juta orang di Amerika Serikat menderita penyakit

Alzheimer. Sekitar seperempat dari individuindividu ini memiliki gangguan tidur. Penyakit

Alzheimer menyebabkan peningkatan jumlah bangkitan (terbangun) dan mempengaruhi

arsitektur tidur seseorang. Sebagai hasil dari peningkatan durasi dan jumlah dari terbangun,

individu menghabiskan tidurnya di stage1 tidur dan dan terjadi penurunan presentasi dalam

stage 2 dan SWS (slow-wave sleep).

c. Parkinson’s Disease

Gangguan tidur berhubungan dengan penyakit Parkinson yang terdiri dari sulit tidur,

nocturnal akinesia, arsitektur tidur berubah, aktivitas motorik abnormal, gerakan anggota

badan periodik, gangguan tidur REM, dan gangguan pernapasan. Pada siang hari, banyak

pasien Parkinson memiliki kantuk yang berlebihan. Gangguan tidur biasanya akan meningkat

dengan perkembangan penyakit. Individu menderita latensi tidur meningkat dan sering

terbangun, menghabiskan sebanyak 30 sampai 40 persen terjaga di malam hari. Hal ini

menyebabkan waktu yang dihabiskan berkurang dalam stage 3 dan 4, tidur REM dan durasi

meningkat pada stage 1 dan 2.

d. Epilepsy

Epilepsi mengacu pada sekelompok dari berbagai gangguan yang ditandai oleh aktivitas

listrik abnormal di otak yang terwujud dalam individu sebagai kerugian atau gangguan

kesadaran dan gerakan abnormal dan perilaku. Tidur, kurang tidur, dan aktivitas kejang erat

terjalin. Diperkirakan bahwa epilepsi sleeprelated dapat mempengaruhi sebanyak 10 persen

atau lebih individu epilepsi. Enam puluh persen individu yang menderita kompleks lokalisasi

parsial terkait kejang (21,6 persen dari populasi epilepsi umum) menunjukkan kejang hanya

saat tidur. Gangguan yang penyebabnya kejang dapat mempengaruhi siklus tidur seseorang,

yang menyebabkan kurang tidur. Demikian pula, tidur dan gangguan tidur meningkatkan

kejadian aktivitas kejang. Tidur yang berhubungan dengan epilepsi biasanya menyajikan

dengan setidaknya dua dari fitur berikut: arousals, tiba-tiba terbangun dari tidur, umum

tonik-klonik gerakan anggota badan, gerakan anggota badan fokal, wajah berkedut,

inkontinensia, apnea, lidah menggigit, dan kebingungan postictal dan kelesuan. Fitur-fitur ini

menyebabkan fragmentasi tidur dan kelelahan siang hari. Ada sejumlah sindrom epilepsi

umum yang bermanifestasi hanya atau didominasi pada malam hari, termasuk epilepsi lobus

frontal malam hari, epilepsi benign masa kecil dengan spike centrotemporal, awitan dini atau

akhir-onset epilepsi pada anak oksipital, epilepsi mioklonik remaja, dan berkesinambungan

lonjakan gelombang selama tidur non-REM. Nocturnal epilepsi lobus frontal ditandai dengan

Page 8: Gangguan Tidur.docx

gangguan tidur yang parah, luka yang disebabkan oleh gerakan tak terkendali, dan kejang

siang sesekali. Epilepsi mioklonik juvenil ditandai dengan sinkron kontraksi otot tak sadar

yang sering terjadi selama bangun. Kontinyu spike gelombang selama non-REM epilepsi

tidur yang umumnya terkait dengan gangguan neurokognitif dan kadang-kadang dengan

gangguan aktivitas otot dan kontrol.

e. Stroke

Stroke menyebabkan tiba-tiba kehilangan kesadaran, sensasi, dan gerakan volunter yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah-dan karena suplai oksigen- ke otak. Setelah stroke

arsitektur tidur individu sering diubah, menyebabkan penurunan waktu tidur total, tidur

REM, dan SWS. Insomnia adalah komplikasi umum dari stroke yang mungkin timbul dari

obat-obatan, tidak aktif, stres, depresi, dan kerusakan otak.

f. Sleep And Medical Disorders

Sejumlah gangguan medis yang berbeda dan penyakit, dari flu biasa sampai kanker, sering

mengubah siklus tidur-bangun individu. Masalah-masalah tidur sering hasil dari rasa sakit

atau infeksi yang berkaitan dengan kondisi primer. Meskipun sama-sama diketahui

menyebabkan masalah dengan siklus sleepwake, sebagaimana akan ditunjukkan di bawah

ini, sangat sedikit yang masih dikenal tentang etiologi.

1) Nyeri

Nyeri diuraikan sebagai suatu pengalaman akut atau kronis sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan yang bervariasi dari ketidaknyamanan

membosankan untuk penderitaan tak tertahankan yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan aktual atau potensial. Ini biasanya menyebabkan fragmentasi

tidur dan perubahan dalam arsitektur tidur seseorang. Gejala-gejala tergantung

pada jenis dan beratnya nyeri tersebut. Mereka termasuk kelelahan siang hari dan

mengantuk, kualitas tidur yang buruk, keterlambatan onset tidur, dan penurunan

kognitif dan motorik kinerja.

2) Penyakit Infeksi

Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri, virus, dan parasit dapat

mengakibatkan perubahan pada pola tidur. Meskipun diterima bahwa aktivitas

sistem kekebalan tubuh mempengaruhi siklus tidur-bangun individu, sangat

sedikit yang diketahui tentang bagaimana kedua sistem berinteraksi.

a) Infeksi Bacterial

b) Infeksi Virus

Page 9: Gangguan Tidur.docx

c) Infeksi Jamur atau Parasit

Gangguan Tidur yang Tak Terklasifikasi

Penatalaksanaan Umum

Tujuan terapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup

bagi pasien dan keluarga. Perawatan yang tepat memiliki potensi mengurangi morbiditas terkait

insomnia, termasuk risiko depresi, cacat, dan gangguan kualitas hidup (Nabil dan Julie, 2006).

1. Pendekatan Non Farmakologi

a. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:

1) Untuk mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat.

2) Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik.

3) Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat

hipnotik,alkohol, gangguan mental.

4) Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek.

b. Konseling dan Psikoterapi

Psikoterapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti

(depresi, obsesi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita dapat

membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita

tanpa penggunaan obat hipnotik (Japardi, 2002).

c. Tindakan higiene tidur

1) Hindari dan meminimalkan penggunaan kafein, rokok, stimulan, alkohol, dan obat

lainnya.

2) Meningkatkan tingkat aktivitas pada sore atau awal malam (tidak dekat dengan

waktu tidur) dengan berjalan atau berolahraga di luar ruangan.

3) Meningkatkan pajanan cahaya alami dan cahaya terang selama siang hari dan awal

malam.

4) Hindari tidur siang, terutama setelah pukul 2 siang; batasi tidur siang, batas untuk 1

tidur kurang dari 30 menit.

5) Periksa pengaruh obat terhadap tidur. 6) Pergi ke tempat tidur hanya bila mengantuk.

7) Mempertahankan suhu yang nyaman di kamar tidur.

8) Minimalkan paparan kebisingan.

9) Makan makanan ringan kalau lapar.

10) Hindari makanan berat pada waktu tidur.

Page 10: Gangguan Tidur.docx

11) Batasi cairan pada malam hari.

12) Buatlah jadwal teratur.

a) Istirahat pada saat yang sama setiap hari.

b) Makan dan olahraga pada jadwal rutin.

c) Manajemen stress :

• Toleransi sulit tidur sesekali.

• Diskusikan kejadian yang mengkhawatirkan dalam waktu yang cukup

sebelum tidur.

• Gunakan teknik relaksasi (Nabil dan Julie, 2006).

d. Terapi pengontrolan stimulus

Terapi ini bertujuan untuk memutus siklus masalah yang sering dikaitkan dengan

kesulitan memulai atau jatuh tidur. Terapi ini membantu mengurangi faktor primer dan

reaktif yang sering ditemukan pada insomnia.

Ada beberapa instruksi yang harus diikuti oleh penderita insomnia:

1) Ke tempat tidur hanya ketika telah mengantuk.

2) Menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.

3) Jangan menonton TV, membaca, makan, dan menelpon di tempat tidur.

4) Jangan berbaring-baring di tempat tidur karena bisa bertambah frustrasi jika tidak

bisa tidur.

5) Jika tidak bisa tidur (setelah beberapa menit) harus bangun, pergi ke ruang lain,

kerjakan sesuatu yang tidak membuat terjaga, masuk kamar tidur setelah kantuk

datang kembali.

6) Bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa menghiraukan waktu tidur, total tidur,

atau hari (misalnya hari Minggu).

7) Menghindari tidur di siang hari.

8) Jangan menggunakan stimulansia (kopi, rokok, dll) dalam 4-6 jam sebelum tidur.

Hasil terapi ini jarang terlihat pada beberapa bulan pertama. Bila kebiasaan ini terus dipraktikkan,

gangguan tidur akan berkurang baik frekuensinya maupun beratnya

Pendekatan Farmakologi

Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara kausal,

juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang

mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular activating

Page 11: Gangguan Tidur.docx

system (ARAS) di otak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan

saraf pusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti depresan.

Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yangdipaksakan dari

proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada hari

berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu pula bila

pemakaian obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan obat.

Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis gangguan

tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang (NREM) gangguan pendek,

bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan

jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik

tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya

untuk sementara, sambil dicari penyebab yang mendasari. Dengan pemakaian obat yang

rasional, obat hipnotik hanya untuk mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini

mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada pemakaian obat

hipnotik untuk jangka panjang karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang

mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.

Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi

penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah sebagai pengobatan tambahan.

Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action)

dgn membatasi penggunaannya sependek mungkin yang dapat mengembalikan pola tidur

yang normal. Lamanya pengobatan harus dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dan

tidak lebih dari 2 minggu untuk short term insomnia. Untuk long term insomnia dapat

dilakukan evaluasi kembali untuk mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang

sebenarnya. Bila penggunaan jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara

berlahan-lahan untuk menghindarkan withdrawl terapi (Japardi I., 2002).

OBAT ANTI-INSOMNIA Penggolongan obat anti-insomnia

1. Benzodiazepine, contoh : Nitrazepam, Triazolam, Estazolam

2. Non-Benzodiazepine, contoh : Chloral-hydrate, Phenobarbital

Sediaan Obat Anti-Insomnia dan Dosis Anjuran

(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 30 - 2001)

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran 1. Nitrazepam MAGADON (Roche)

DUMOLID (Alpharma) Tab 5 mg Tab 5 mg

Dewasa 2 tab Lansia 1 tab

Page 12: Gangguan Tidur.docx

2. Triazolam HALCION (Up John) Tab 0,125 mg Tab 0,250 mg

Dewasa 2 tab Lansia 1 tab Dewasa 1 tab Lansia 1/2 tab

3. Estazolam ESILGAN (Takeda) Tab 1 mg Tab 2 mg

1-2 mg/malam

4. Chloral hydrate CHLORALHYDRAT 500 (Darya Varia)

Soft cap 500 mg 1-2 cap 15-30 menit sebelum tidur

Indikasi Penggunaan

Indikasi penggunaan obat anti-insomnia terutama pada kasus transient insomnia dan

short term insomnia, sangat berhati-hati pada kasus long term insomnia. Selalu diupayakan

mencari penyebab dasar dari gangguan tidur dan pengobatan ditujukan pada penyebab dasar

tersebut.