gangguan tidur pada usia lanjut

16
Gangguan Tidur pada Usia Lanjut Mariella Valerie Bolang 102013433 / F1 Mahasiswa Faultas !edoteran Uni"ersitas !risten !rida #a$ana %U!&'()* +alan Terusan )rjuna ,o-. !e on +eru +aarta Barat 11 10 ail5 ariella-201364337$i"itas-urida-a$-id Abstrak 'nso nia adalah etida a puan e enuhi e utuhan tidur ai se$ara ualita uantitas- Gangguan tidur ini u u n8a dite ui pada indi"idu dewasa- 9en8e a n arena gangguan 6isi atau arena 6ator ental seperti perasaan gundah atau ge dua jenis inso nia 8aitu inso nia pri er dan inso nia seunder- 'nso nia pri er adalah seseorang engala i asalah tidur 8ang tida terait dengan ondisi atau asalah esehatan lain- 'nso nia seunder adalah seseorang engala i asalah tidur arena asalah lain seperti ondisi esehatan: as a depresi arthritis aner atau o at o atan atau ;at 8ang digunaan %alohol*- Kata kunci: insomnia, insomnia primer, insomnia sekunder Abstract 'nso nia is the ina ilit8 to eet the needs o6 sleep oth in <ualit8 and <uan disorder $o onl8 6ound in adult indi"iduals- The reason $ould e due to a ph8 or due to ental 6a$tors su$h as 6eeling depressed or an=ious- There inso nia na el8 pri ar8 inso nia and se$ondar8 inso nia- 9ri ar8 inso nia e=perien$ing sleep pro le s whi$h is not related to the other health pro le s inso nia is so eone?s ha"ing trou le sleeping e$ause o6 other pro le s su$h $onditions: asth a depression arthritis $an$er or heart urn pain edi$ati use %al$ohol* - Key words: insomnia, primary insomnia, secondary insomnia 1

Upload: fellyvalerie

Post on 08-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tumbuh Kembang

TRANSCRIPT

Gangguan Tidur pada Usia Lanjut Mariella Valerie Bolang 102013433 / F1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jalan Terusan Arjuna No.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 E-mail: [email protected]

Abstrak Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada dua jenis insomnia yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah seseorang mengalami masalah tidur, yang tidak terkait dengan kondisi atau masalah kesehatan lain. Insomnia sekunder adalah seseorang mengalami masalah tidur karena masalah lain, seperti kondisi kesehatan; asma, depresi, arthritis, kanker, atau mulas, sakit, obat-obatan atau zat yang digunakan (alkohol).Kata kunci: insomnia, insomnia primer, insomnia sekunder AbstractInsomnia is the inability to meet the needs of sleep, both in quality and quantity. This sleep disorder commonly found in adult individuals. The reason could be due to a physical disorder or due to mental factors such as feeling depressed or anxious. There are two types of insomnia, namely primary insomnia and secondary insomnia. Primary insomnia is a person experiencing sleep problems, which is not related to the other health problems. Secondary insomnia is someones having trouble sleeping because of other problems, such as health conditions; asthma, depression, arthritis, cancer, or heartburn, pain, medication or substance use (alcohol) .

Key words: insomnia, primary insomnia, secondary insomnia

PendahuluanHampir sepertiga umur kita dihabiskan untuk tidur. Tidur yang lelap tanpa gangguan dan nyenyak menjadi kebutuhan manusia yang esensial, sama pentingnya dengan kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan lain-lain. Gangguan tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan rasa mengantuk sepanjang hari. Mengantuk merupakan faktor resiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang.1 Pada usia lanjut gangguan tidur di malam hari akan mengakibatkan banyak hal selain seperti yang disebut. Hal-hal lain yang dapat terjadi adalah ketidakbahagiaan, dicekam kesepian, dan yang terpenting menyebabkan penyakit-penyakit degeneratif yang dideritanya mengalami eksaserbasi akut, perburukan dan menjadi tidak terkontrol.2 Selain itu, juga dapat menimbulkan problem sosial lain dalam lingkungannya, terutama terhadap keluarganya. Seorang kakek atau nenek yang tidak dapat tidur dapat membuat seluruh keluarga tidak dapat tidur karena perilaku sang kakek atau nenek membangunkan seluruh anggota keluarga. Bila kejadian ini berlangsung terus menerus, maka setiap anggota keluarga dapat kehilangan produktivitasnya karena mengantuk. Karena rasa hormat atau budaya timur yang harus menghargai dan membalas jasa kakek/nenek, mereka tetap menerima beliau tinggal bersama, tetapi sikap mereka jadi membenci atau marah, atau memilih tidak tinggal di sana lagi (terutama cucu yang remaja), dan ini menimbulkan masalah sosial baru bagi keluarga. Secara luas gangguan tidur pada lansia dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintanance problem), bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA. Gejala dan tanda yang muncul sering merupakan kombinasi ketiganya. Munculnya ada yang sementara dan ada yang kronik. Sebagian besar lansia mengeluhkan kesulitan masuk tidur dan mempertahankan tidur nyenyak yang berlangsung kronik.4

Anamnesis Anamnesis dilakukan kepada penderita dan keluarganya terutama teman tidurnya, meliputi: kebiasaan tidur, kebiasaan mengorok waktu tidur, menyaksikan henti napas saat tidur, kepuasan tidur, mengantuk siang hari, perubahan perilaku, perubahan emosi, perubahan sikap saat berhubungan dengan orang lain, kemampuan seksual (impotensi), penyakit-penyakit lain yang diderita terutama penyakit kardiovaskular, kebiasaan kencing malam hari (nokturia), obat-obatan yang sedang dan sering diminum baik dengan resep dokter atau beli sendiri, pemakaian alkohol dan merokok.Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi: Karakteristik umum: Identifikasi adanya obesitas dan dismorfologi kepala, wajah dan gigi, micrognathia, retrognathia, hipoplasia maxilaris, bibir/palatum sumbing, lidah besar, oklusi gigi, kesejajaran mandibula. Obesitas diidentifikasi dengan mengukur antropometri seperti berat badan, tinggi badan dan atau panjang rentang tangan dan indeks massa tubuh IMT (body mass index). IMT > 28 sangat beresiko mengalami OSA. Status mental: Dilakukan untuk mencari depresi (dengan skor depresi), kecemasan (ansietas) dan penyakit psikiatrik lain (dikonsultasikan pada spesialis jiwa). Tekanan darah: Hipertensi muncul pada > 50% kasus GTGP. Karena itu penderita hipertensi dianjurkan agar diperiksa adanya kejadian GTGP. Ukuran leher: Lingkar leher dapat digunakan untuk memprediksi ukuran membran krikotiroid. Pada laki-laki dengan lingkar leher > 17 inci, prevalens OSA sebesar 30%. Pada wanita dengan lingkar leher > 15 inci risiko OSA juga meningkat. Pemeriksaan hidung. Pemeriksaan hidung penting untuk mengidentifikasi adanya kelainan penyebab obstruksi jalan napas, antara lain: deviasi, septum hipertrofi adenoid, polip atau masa tumor di hidung maupun nasofaring, pembengkakan mukosa hidung dan nasofaring. Pemeriksaan ini biasanya menggunakan nasofaringoskop. Orofaring. Periksa adanya kelainan anatomi yang menyebabkan penurunan luas orofaring seperti hipertropi tonsil, palatum malle terlalu panjang, uvula yang besar, flap faringeal, stenosis, tumor dan jaringan parut di faring posterior. Untuk mendeteksi tingkat kesulitan intubasi dan luasnya orofaring perlu dilakukan pemeriksaan dengan skor Mallampati yang dibagi menjadi 4 kelas. Leher. Deposit lemak yang cukup banyak di sekitar leher dapat melemahkan tonus otot pernapasan terutama selama tidur fase REM. Tumor, termasuk limfadenopati yang nyata yang harus diperiksa. Pemeriksaan fisis lain (sistem organ). Untuk mengidentifikasi adanya penyakit kardiovaskular, dan penyakit paru obstruktif. Pemeriksaan fungsi kognitif dan memori. Terutama penurunan konsentrasi, intelektual dan daya ingat. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan: Laboratorium klinik. Pemeriksaan yang dibutuhkan berdasarkan indikasi individual untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaan analisis gas darah dibutuhkan jika terdapat tanda-tanda hipoksia yang jelas, terutama pada penderita dengan penyakit paru obstruksi kronik. Pemeriksaan di Laboratorium Tidur. Pemeriksaan yang dilakukan selama tidur dengan alat polisomnogram dapat memberikan informasi yang akurat pola tidur pasien sehingga dapat menginformasikan apakah penderita menderita OSA atau CSA. Pemeriksaan di laboratorium tidur ini juga diperlukan untuk menghitung apneu-hipopneu index (AHI), yaitu menghitung jumlah total episode apneu dan hipopneu dibagi lama tidur. Jika AHI > 5 kali episode perjam maka diagnosis OSA bisa ditegakkan. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah multiple step latency test (MSLT). MSLT dilakukan untuk penderita yang mengeluh mengantuk terus sepanjang hari dengan riwayat GTGP tidak jelas. Pemeriksaan dilakukan berulang kali pada siang hari sesuai jadwal yang ditentukan. Pemeriksaan ini juga mencatat munculnya stase REM. Bila terdapat 2 atau lebih status REM muncul saat test, maka hal tersebut menunjukkan pasien dalam kondisi narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan tidur yang ditandai dengan 4 gejala, yaitu serangan mendadak tidur, katapleksi, paralisi temporer dan halusinasi.5 MSLT dapat membantu diagnosis hipersomnia primer.5Pemeriksaan mirip MSLT yang disebut repeated test of sustained wakefulness (RTSW) juga mengukur periode laten tetapi dengan perintah agar pasien mempertahankan tetap bangun selama test, pasien ditempatkan di ruang tenang dengan lampu temaram.

Pemeriksaan PencitraanPemeriksaan pencitraan: Pemeriksaan ini hanya dilakukan dalam penelitian atau untuk persiapan terapi pembedahan. Permeriksaan ini meliputi: refleks akustik yang digunakan untuk melihat dinamika jalan napas atas, somnofluoroskopi digunakan untuk melihat kolapsnya faring dan penyempitan maksimal jalan napas saat tidur, pemeriksaan radiologis sefalometri untuk melihat defisiensi skeletor kraniofasial, CT-scan jalan napas atas diperlukan bila ada tanda-tanda tumor di nasofaring / orofaring posterior, magnetic resonance imaging pemeriksaan yang menghasilkan resolusi bagus dari jalan napas, jaringan lunak, dan deposit lemak di leher. Faktor Biologis Penyebab gangguan tidur pada usia lanjut merupakan gabungan banyak faktor, baik fisik, psikologis, pengaruh obat-obatan, kebiasaan tidur, maupun penyakit penyerta lain yang diderita. Gangguan tidur primer terdiri atas gangguan tidur karena gangguan pernapasan (sleep disordered breathing), sindrom kaki kurang tenang (restless legs syndrome) dan gangguan gerakan tungkai periodik (periodic limb movement disorder), dan gangguan perilaku REM. Gangguan tidur karena gangguan pernapasan (GTGP) merupakan interaksi komplek dari sistem saraf pusat dan perifer otot-otot saluran napas atas dan beberapa neurotransmitter yang menghasilkan kolaps (collapse) sebagian atau seluruh lubang pernapasan atas (faring) sehingga mengakibatkan obstruksi jalan napas dan hipoksia. Faktor dasar seperti anatomi saluran napas (hipertrofi tonsil), obstruksi hidung, distribusi dan pengumpulan lemak tubuh, dan tonus otot pernapasan atas, mungkin memegang peranan pada berat ringannya GTGP, baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Sindrom kaki kurang tenang (RLS) ditandai oleh rasa tidak enak yang berlebihan terutama pada kaki selama malam saat pasien istirahat. Ini adalah bentuk dari akathisia, sering disebut sebagai perasaan seperti dirayapi semut atau hewan kecil. Gangguan gerakan tungkai yang periodik (PLMS), mungkin menyertai sindrom kaki kurang tenang atau berdiri sendiri. PLMS ditandai oleh munculnya episode gerakan yang sama dan berulang, biasanya pada kaki tapi tidak jarang muncul juga pada tangan. Gangguan perilaku REM sangat jarang, tetapi sering muncul pada usia lanjut. Proses yang mendasari terjadinya gangguan ini adalah adanya disinhibisi transmisi aktivitas motorik saat bermimpi. Gangguan ini sering muncul tengah malam saat periode REM terjadi. Beberapa laporan menunjukkan ada hubungan kejadian GPR akut dengan pemakaian obat-obatan antidepresi seperti antidepresi trisiklik, floksetin, inhibitor monoamin oksidase, dan ketagihan alkohol atau sedatif. GPR kronik dihubungkan dengan narkolepsi dan beberapa penyakit neurodegeneratif idiopatik seperti demensia dan penyakit Parkinson.6Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivias ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholinergik, histaminergik.

Sistem serotonergikHasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah trypthopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptophan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. Sistem serotogenik ini banyak terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.

Sistem AdrenergikNeuron-neuron yang terbanyak mengandung norepinephrin terletak di nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.

Sistem KholinergikPemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholinergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

Sistem histaminergikPengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

Sistem hormonPengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun. Gangguan tidur itu dapat berupa insomnia (sukar tidur, biasanya karena sebab psikologi), berjalan sewaktu tidur (somnambulisme), mimpi buruk (nightmare) atau pavor nocturnus, sering pada anak-anak dan biasanya hilang dengan sendirinya, dan narkolepsi (serangan tidur bersamaan dengan kataplexi, kelumpuhan tidur atau halusinasi hipnagogik).7

Faktor Psikologis Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Kepribadian dasar seseorang amat ditentukan pada masa kanak-kanak. Salah satunya adalah lingkungan sosial. Peristiwa tidak menyenangkan pada masa kecil dapat mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia dewasa. Misalnya, ketidakpedulian orangtua terhadap anak, juga tekanan dan penyiksaan yang dialaminya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal. Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.8,9Faktor Sosial

Hubungan dengan keluarga Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil. Dalam menghadapi berbagai permasalahan diatas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.Menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia adalah tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

Diagnosis Working Diagnosis InsomniaInsomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada dua jenis insomnia yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah seseorang mengalami masalah tidur, yang tidak terkait dengan kondisi atau masalah kesehatan lain. Insomnia sekunder adalah seseorang mengalami masalah tidur karena masalah lain, seperti kondisi kesehatan; asma, depresi, arthritis, kanker, atau mulas, sakit, obat-obatan atau zat yang digunakan (alkohol). Insomnia adalah biasanya diikuti dengan gangguan fungsional saat terjaga.

Differential Diagnosis

Depresi Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lansia. Keluhan-keluhan fisik antara lain nafsu makan berubah, tidak suka makan sehingga berat badan turun. Namun, kadang-kadang ada juga yang justru makan camilan terus sehingga menjadi gemuk. Umumnya, ia mengeluh sulit tidur, baru tertidur larut malam, dan kalau terbangun tengah malam tidak bisa tidur lagi. Sebaliknya ada juga yang tidur terus dan tidak mempunyai keinginan apa-apa. Terdapat beberapa faktor biologi, fisis, psikologis dan sosial yang membuat sesorang berusia lanjut rentan terhadap depresi. Faktor psikososial juga berperan sebagai faktor predisposisi dari depresi. Orang tua sering kali mengalami periode kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Faktor kehilangan fisik juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi dengan berkurangnya kemampuan merawat diri serta hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensori akan mengakibatkan penderita merasa terisolasi dan berujung pada depresi. Berkurangnya kemampuan daya ingat, fungsi intelektual, kehilangan pekerjaan, penghasilan dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi seseorang berusia lanjut menderita depresi. Sedangkan prevalensi penyakit depresi pada usia lanjut lebih sering terjadi di tempat perawatan seperti rumah sakit dan semakin lama perawatannya akan semakin banyak kemungkinannya untuk mengalami depresi.8,9Depresi pada pasien geriatrik adalah masalah besar karena penyakit depresinya sering tertutupi oleh penyakit somatik yang dideritanya sehingga sulit diidentifikasi dan hal ini mengakibatkan terlambatnya terapi untuk depresi tersebut. Selain dapat tertutupinya diagnosis untuk penyakit depresi karena penyakit somatiknya, depresi juga dapat memperberat penyakit somatic yang diderita oleh pasien tersebut dan juga sebaliknya. Oleh karena itu obat antidepresi yang efektif mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya serta menurunkan biaya perawatan.8,9Demensia Demensia merupakan penurunan dalam hal kemampuan mental yang biasanya perkembangannya terjadi secara perlahan. Dimana terjadi gangguan dalam hal gangguan ingatan, penilaian, pemikiran dan terutama dalam hal kemampuan memusatkan perhatian pada suatu hal. Ada juga pengertian lainnya yaitu berkurang atau hilangnya fungsi otak yang terjadi karena disebabkan oleh penyakit tertentu, gangguan ini mempengaruhi daya ingat seseorang, cara berpikir, perilaku dan tindakan lainnya yang membutuhkan kerja otak. Demensia kadang-kadang dikenal sebagai keadaan organik kronika atau sindroma otak kronika atau kegagalan otak. Suatu penurunan fungsi mental irreversibel yang disebabkann oleh penyakit otak organik, tetapi dalam beberapa kasus terapi dapat menghentikan proses, misal neurosifilis, defisiensi vitamin, tumor otak tertentu. Gejala utamanya berupa kehilangan kemampuan intelektual, sampai mengganggu pekerjaan dan kehidupan sosial. Penurunan intelektual ini terlihat paling jelas dalam bentuk gangguan ingatan, tetapi di samping itu melibatkan juga pemikiran dan pertimbangan abstrak. Pasien sulit belajar informasi atau tugas baru disamping itu materi yang telah tersimpan seringkali hilang. Ingatan terhadap kejadian yang baru sangat buruk, dan dalam stadium yang lebih lanjut, hanya beberapa kenangan masa lampau yang masih bertahan. Gangguan intelektual mula-mula terlihat di tempat kerja, di mana pasien tidak mampu melakukan tugas rutin. Orang tersebut bisa tidak mampu berbelanja, mengatur uang atau memasak. Pada tes psikologi, pikiran luar biasa konkrit, sama sekali tidak mampu berpikir abstrak. Kepribadian berubah dalam banyak cara. Afeknya labil, dangkal dan tumpul, akhirnya menjadi dungu dan euforia. Judgement, pengendalian diri, dan inisiatif juga berkurang.Demensia senilis merupakan gangguan mental yang berlangsung progresif, lambat, dan serius yang disebabkan oleh kerusakan organik jaringan otak. Pada demensia senilis, kehilangan neuron merupakan penyebab penting timbulnya gejala klinik. Perubahan patologi lain adalah plak senilis dan neurofibrilary tangles, keadaan ini disebut perubahan Alzheimer karena dikenal pertama kali dalam penyakit Alzheimer.8,9

Penatalaksanaan

Medika mentosa

Terapi medikamentosa diberikan sesuai dengan penyebab yang mendasari terjadinya gangguan tidur dan jenis gangguan tidur yang terjadi. Obat yang digunakan untuk penderita insomnia adalah:10

BenzodiazepinesMerupakan obat golongan hipnotik-sedatif. Efektif digunakan untuk mengobati masalah tidur seperti berjalan dalam tidur dan teror malam. Namun, obat ini dapat menyebabkan rasa kantuk pada siang hari dan juga dapat menyebabkan ketergantungan, yang berarti selalu perlu obat tidur. Non-BenzodiazepineYang termasuk golongan ini adalah seperti zolpidem, zaleplon, zopiclone dan ecszopiclone. Obat-obat masih baru dalam golongan hipnotik-sedatif. Mekanisme kerjanya hampir sama dengan golongan benzodiazepein yaitu bekerja pada reseptor GABA. AlkoholAlkohol juga sering digunakan sebagai terapi pilihan individu untuk menginduksi tidur. Namun, penggunaan alkohol akan menyebabkan insomnia. Pada penggunaan jangka panjang akan disertai dengan pengurangan tidur REM Antidepressant Beberapa antidepresan mengandung efek sedatif yang kuat sebagi contoh amitriptiline, doxepin, mirtazapin dan tradazon. Namun karena mempunyai jalur kerja yang lebar, efek sampingnya meningkat. Insomnia adalah gejala umum dari depresi. Dengan demikian, beberapa obat antidepresan, seperti trazodone (Desyrel), sangat efektif dalam mengobati kesulitan tidur dan kecemasan yang disebabkan oleh depresi. MelatoninHormon dan suplemen melatonin efektif pada beberapa tipe insomnia. Melatonin telah digunakan dalam pil pembantu tidur, zopiclone. Manfaat dari melatonin adalah mampu mengobati insomnia tanpa mengubah corak tidur seseorang. AntihistaminAntihistamn difenhidramin digunakan meluas. Umumnya bekerja baik, tetapi dapat menyebabkan pusing keesokan harinya. Cukup aman untuk dijual tanpa resep. Namun, jika mengambil obat lain yang juga mengandung antihistamin, kelebihan dosis bisa terjadi.

Non medikamentosa

Karena banyaknya penyebab gangguan tidur pada usia lanjut, maka penatalaksanaan gangguan tidur pada usia lanjut harus dilakukan secara individual, dengan meneliti dan menilai gejala dan tanda yang ada pada tiap penderita. Namun, ada beberapa hal yang dapat diterapkan secara umum pada semua jenis gangguan tidur pada usia lanjut, yaitu: edukasi tidur, mengubah gaya hidup, psikoterapi dan medikamentosa. Edukasi tidur diberikan baik kepada penderita maupun keluarga atau orang lain yang merawat. Edukasi tersebut meliputi: Tunggu sampai terasa sangat mengantuk sebelum naik ke tempat tidur Hindarkan penggunaan kamar tidur untuk bekerja, membaca atau menonton televisi Bangun tidur pagi hari pada jam yang sama, tidak peduli sudah berapa lama ia tidur Hindari minum kopi atau merokok Lakukan olahraga ringan setiap pagi setelah bangun tidur. Kurangi tidur siang, lakukan kegiatan/hobi yang menyenangkan. Kurangi jumlah minum setelah makan malam, hindari minum alkohol Pelajari teknik relaksasi atau lakukan meditasi Hindarkan gerakan badan berlebihan saat ditempat tidur Lakukan doa sebelum tidur Mengubah gaya hidup diperlukan untuk memperbaiki faktor fisik dan psikis yang mendasari terjadinya gangguan tidur pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi: Menurunkan berat badan dengan memperbaiki pola makan pada penderita GTGP Menghindari perjalanan jauh atau bekerja sampai malam hari (shift malam) agar tidak terjadi jet lag Menghindari membaca, menonton, atau mendengarkan cerita-cerita yang menakutkan atau sangat menyedihkan Buat suasana lingkungan rumah bersih dan menyenangkan Perbaiki hubungan antar-anggota keluarga, tumbuhkan suasana aman dan penuh kasih antara sesama penghuni rumah Lakukan aktivitas fisik, jangan duduk diam sepanjang hari.

Psikoterapi perlu diberikan pada penderita gangguan tidur yang disebabkan oleh ansietas dan depresi. Disamping psikoterapi dari seorang psikolog, psikoterapi yang berupa dorongan dan penghiburan sebaiknya dilakukan oleh anak atau cucu penderita.

KesimpulanTidur pada lansia sedikit berkurang waktunya dibanding usia yang lebih muda. Tetapi lansia yang sehat lebih sedikit yang mengalami gangguan tidur dibanding lansia dengan berbagai multipatologi dan kegagalan multi organ. Proses menua sendiri tidak menyebabkan munculnya gangguan tidur, tetapi adanya berbagai faktor risiko pada individu lansia menyebabkan meningkatnya kejadian gangguan tidur pada lansia.

Daftar Pustaka

1. Coll PP. Sleep disorders. In: Adelman AM, Daly MP, Weiss BD ed, 20 Common problems in Geriatrics. Mc Graw-Hill Companies, Inc, Boston, 2001: p.187-203.2. Cohen-Zion M, Ancoli-Israel S. Sleep disorders. In: Hazzard WR, Blass JP, Halter JB, et al, ed, Principles of geriatric medicine and gerontology 5th ed. Mc Graw-Hill Companies, Inc, New York, 2003: p.1531-41.3. Morgan K. Sleep, aging anad late-life insomnia. In: Tallis RC, Fillit HM ed, Brocklehursts textbook of Geriatric Medicine and Gerontology 6th ed. Churchill Livingstone Elsevier Science Limited, 2003: p.1367-80.4. Ancoli-Israel S, Aayalon List. Diagnosis and treatment of disorders in older adults. Winner, 2009; 7 (1): p.98-105.5. Smith JF. Sleep disorders. www.chclibrary.org National Sleep Foundation Washington DC. 6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.802-507. Maramis WF. Gangguan tidur. Dalam: Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 1994; h.102-3.8. Santoso H, Ismail A. Memahami krisis lanjut usia: uraian medis dan pedagogis-pastoral. Jakarta: Gunung Mulia; 2009. h.101-2.9. Maryam RS, Ekasari MF, Rosidawati, Jubaedi A, Batubara I. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h 47-8.10. Insomnia.2014. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com/insomnia

16