gangguan psikosomatis

42
PSIKOSOMATIS I. DEFINISI Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (“psyche” berarti psikis dan “soma” berarti badan).Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik. J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis. Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis.Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis. 1 Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi – fungsi somatic (jasmani, fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental. Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau 3

Upload: ayi-leen

Post on 26-Sep-2015

61 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

gangguan psikosomatis

TRANSCRIPT

PSIKOSOMATISI. DEFINISIIstilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (psyche berarti psikis dan soma berarti badan).Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik.J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis.Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis.Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis.1Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi fungsi somatic (jasmani, fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental.Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis.

Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena, yaitu:

1.Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering).

2.Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat seringkali menjadi pingsan)..

3.Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi)

4.Gangguan gastrointestinal misalnya tukak lambung.

II. ETIOLOGIDavid B.Cheek, M.D. dan Leslie M. Lecron,B.A. dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada 7 faktor penyebab berbagai gangguan psikosomatis. 1,21.Konflik

Konflik internal muncul karena ada minimal dua bagian dari diri seseorang yang saling bertentangan. Tujuan dari kedua bagian ini sebenarnya sama baiknya namun karena bertolak belakang akibatnya timbul masalah. Contohnya adalah seorang manajer yang selalu sakit kepala pada akhir bulan.Ternyata ada dua bagian dari dirinya yang konflik. Satu bagian dirinya ingin agar ia istirahat di rumah bersama keluarganya. Yang satu lagi ingin agar ia tetap bekerja agar menerima uang lembur lebih banyak dengan menyelesaikan laporan bulanan.Sebagai contoh kasus yang lain adalah seorang salesman yang sangat sukses namun memiliki kecemasan sangat tinggi dan selalu berusaha menghindar untuk berjabat tangan. Padahal dalam menjalankan aktivitasnya ia seringkali harus berjabat tangan memperkenalkan diri dengan pelanggannya. Setelah dilakukan hipnoanalisis ternyata saat ia masih remaja ia sering melakukan masturbasi dan ia ketakutan membayangkan orang-orang yang dikenalnya akan bisa mengenali keburukannya.

2. Organ Language / Unresolved problem

Merupakan salah satu cara pikiran bawah sadar berbicara tentang masalah yang belum terselesaikan. Caranya adalah dengan memberi rasa sakit pada bagian tertentu tubuh kita. Jadi masalah itu dimunculkan dalam bentuk symptom. Dengan adanya symptom diharapkan pikiran bawah sadar mendapatkan perhatian dari pikiran sadar. Inilah penyakit yang bersifat psikosomatis. Pasien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di pikiran bawah sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah, menurut pikiran sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh pikiran bawah sadar.

3. Motivation

Symptom yang dialami seseorang sering kali mempunyai tujuan tersembunyi demi keuntungan orang tersebut. Contohnya adalah seorang anak yang malas sekali belajar sehingga ulangannya mendapatkan nilai jelek semua.Ternyata hal ini adalah salah satu upayanya agar mendapatkan teguran dari orangtua.Ia menyamakan teguran dengan perhatian. Contoh lain lagi adalah kasus pada seorang wanita yang mengalami migrain. Setelah diselidiki lebih dalam ternyata pikiran bawah sadar wanita ini membuat wanita ini mengalami migrain karena dengan demikian suami dan anak-anaknya memperhatikannya.Bila dalam kondisi normal, tanpa migrain, keluarganya biasanya sibuk sendiri dan kurang memperhatikan wanita ini.

4. Past Experience

Pengalaman masa lalu yang menyakitkan, sesuai dengan persepsi pikiran bawah sadar, mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan bertahan lama.Contohnya adalah phobia. Ketakutan akan sesuatu, yang terjadi di masa lalu, terbawa hingga masa kini dan sangat mengganggu seseorang.

5. Identification

Pada kasus ini Pasien mengidentifikasikan dirinya dengan satu figur yang ia kagumi.Contoh kasusnya adalah seorang klien yang sering ditipu oleh rekan kerjanya. Ternyata ia mengidolakan seorang tokoh bisnis yang dulunya ditipu berkali-kali sehingga akhirnya bisa sukses dan makmur. Identifikasi ini adalah sebuah program yang bekerja sangat halus yang jika digunakan dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang positif. Satu hal yang perlu diingat bila kita menggunakan identifikasi adalah apapun yang melekat pada seorang figur biasanya akan ikut terserap juga walau terkadang ini bertentangan dengan nilai hidup kita. Hal ini bisa menimbulkan permasalahan baru yang masuk dalam kategori conflict.

6. Self-punishment

Perasaan bersalah atas apa yang telah dilakukan di masa lalu sering kali termanifestasi dalam sebuah perilaku untuk menghukum diri sendiri. Terapi dilakukan dengan membantu klien untuk bisa memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan tersebut atau yang dirasa sebagai suatu kesalahan yang ia lakukan.

7. Sugesstion/Imprint

Imprint adalah sebuah kepercayaan/belief yang ditanamkan ke pikiran klien, biasanya oleh figur yang oleh klien dipandang memiliki otoritas. Seorang wanita berumur 40 an tahun menderita batuk puluhan tahun. Tak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan batuknya. Akhirnya ia pun mencoba hipnoterapi dan setelah dilakukan hipnoanalisis akhirnya terungkap pada saat ia berusia 4 tahun ia sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ia menderita batuk yang sangat parah. Ayah ibunya ada di sisi ranjangnya saat seorang dokter mengatakan bahwa ia tak akan pernah sembuh dari batuknya. Perkataan dokter ini langsung membuatnya ketakutan dan saat itulah perkataan sang dokter menjadi sebuah kebenaran yang diterima pikiran bawah sadarnya.Secara ringkas, dapat disimpulkan bahwa stress yang berlangsung kronik, dengan berbagai tingkatan dan intensitas merupakan etiologi utama dari gangguan psikosomatis. Sebanyak 85% dari pasien yang didiagnosa mengalami gangguan psikosomatis menunjukkan adanya bukti stressor dalam kehidupannya pada saat dikeluhkannya suatu penyakit fisik ketika dilakukan anamnesa lebih mendalam dan tajam yang juga memperhatikan faktor psikologis selain hanya menggali mengenai keluhan fisiknya saja. III. PATOFISIOLOGI

Efek faktor psikologis terhadap Neurofisiologi (Psikosomatis)Konflik dan gangguan jiwa dapat memperburuk atau mengeksaserbasi gangguan fisik secara terus menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Berikut ini reaksi tubuh ketika mengalami stress, sebagai etiologi utama gangguan psikosomatis :

a. Sistem SarafSaat stress baik secara fisik maupun psikologis tubuh akan secara tiba-tiba memindahkan sumber energinya untuk memberikan perlawanan terhadap serangan stress. Ini apa yang dikenal dengan respons fight or flight (melawan atau terserang) dimana saraf simpatik akan memberi sinyal kepada kelenjar Adrenal untuk mengeluarkan kortisol dan adrenalin. Hormon ini akan menyebabkan denyut jantung lebih cepat, meningkatnya tekanan darah, mengubah pencernaan dan meningkatkan level glukosa dalam aliran darah. Saat krisis telah lewat maka tubuh akan kembali normal lagi. Masalahnya, bila kondisi ini berlangsung terus-menerus, maka hormon-hormon tadi dapat mengganggu kemampuan mengingat dan belajar sehingga kita rentan depresi.b. Sistem KardiovaskulerStress akut yaitu stress yang sementara saja seperti stress ketika terjadi kemacetan lalulintas akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan kontraksi yang berlebihan pada otot jantung, menyebabkan suplai darah yang terlalu berlebihan kepada beberapa bagian tubuh. Apabila episode ini berlanjut lagi maka akan menyebabkan peradangan pada arteri koroner, yang bisa mengarah pada serangan jantung.Mekanisme yang terjadi pada psikosomatis dapat melalui rasa takut atau kecemasan yang akan mempercepat denyutan jantung, meninggikan daya pompa jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG.Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekuensi, daya pompa jantungdan tekanan darah.Gejala-gejala yang sering didapati antara lain: takikardia, palpitasi, aritmia,nyeri perikardial, napas pendek, lelah, merasa seperti akan pingsan, sukar tidur. Gejala- gejala seperti ini sebagian besar merupakan manifestasi gangguan kecemasan.c. Sistem PernafasanStress bisa menyebabkan kita sulit bernapas dan pernapasan yang cepat atau hiperventilasi dimana bisa menyebabkan keadaan panik pada beberapa orang.Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang menyertainya. Hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang, yang lain mulai bernafas panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita juga menimbulkan kontriksi bronkoli.d. Sistem Muskuloskeletal (Otot dan Rangka)Dalam keadaan stress, otot-otot akan menjadi kontraksi. Kontraksi otot-otot dalam waktu yang lama akan menyebabkan sakit kepala (tension headache), migrain dan gangguan otot yang lain.

Nyeri otot atau mialgia sering terdapat dalam praktek kedokteran . Karena tekanan psikologik, maka tonus otot meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi.Contoh kasus, seringkali seorang pasien dengan nyeri punggung bawah melaporkan bahwa nyerinya dimulai saat trauma psikologis atau stres.Disamping itu reaksi pasien terhadap nyeri adalah tidak sebanding secara emosional, dengan kecemasan dan depresi yang berlebihan.e. Sistem PencernaanGangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul untuk menyingkirkan penyebab somatogenikKerongkonganStress akan menyebabkan Anda makan lebih banyak ataupun lebih sedikit dari yang biasanya. Jika Anda makan berlebihan, atau mengganti makanan, atau merokok lebih banyak, ataupun meminum alkohol, hal ini akan menyebabkan perasaan terbakar pada dada (heartburn) ataupun naiknya asam lambung ke atas (reflux).PerutAnda akan merasa seperti ada kupu-kupu, bisa juga mual ataupun perih. Pada keadaan lanjut bahkan sampai terasa muntah. Muntah, disebabkan adanya kontraksi otot-otot dinding perut dan diafragma dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vestibularis.UsusStress akan menghambat penyerapan nutrisi dalam usus. Ia juga dapat mempengaruhi seberapa cepat makanan bergerak dalam tubuh. Anda mungkin mengalami konstipasi ataupun diare.f. Sistem EndokrinSistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah hipertiroid dan syndrome menopause.Sebelum gejala-gejala hipertiroid timbul sering didahului konflik atau stress dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroid hanya merupakan mengerasnya sifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti: lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan.Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini yang merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.Contoh Premenstrual syndrome (PMS), ditandai oleh perubahan subjektif mood, rasa kesehatan fisik, dan psikologis umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Secara khusus, perubahan kadar estrogen, progesteron, dan prolaktin dihipotesiskan berperan penting sebagai penyebab.Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi, meningkat secara bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima hari sebelum periode menstruasi dimulai. Faktor psikososial, dan biologis telah terlibat didalam patogenesis gangguan.

g. Sistem ReproduksiPada lelaki, produksi berlebihan kortisol akan mempengaruhi sistem reproduksi. Stress kronis bisa menyebabkan kerusakan pada sperma dan menyebabkan impotensi.Pada wanita, stress bisa menyebabkan tidak menstruasi lagi ataupun siklus menstruasi yang tidak teratur, dan bahkan periode menstruasi dengan rasa sakit. Stress juga mengurangi gairah seksual.h. KulitEmosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran penyesuaian diri terhadap stress dalam hidup manusia.IV. PEMERIKSAANBiasanya penderita datang kepada dokter dengan suatu keluhan-keluhan fisik, namun pada anamnesa lebih lanjut selalu didapati masalah diluar fisik yang mendasari, misalnya saat pasien sedang mengalami stres karena berbagai hal. Hal ini cenderung memperparah atau mengeksaserbasi penyakit fisik yang sudah ada sebelumnya. Pada 239 penderita dengan gangguan psikosomatis Streckter telah menganalisis gejala yang paling sering didapati dari segi psikologis, yaitu 89% terlalu memperhatikan gejala-gejala pada badannya dan 45% merasa kecemasan, oleh karena itu pada pasien psikosomatis perlu ditanyakan beberapa faktor yaitu: 41. Faktor sosial dan ekonomi, kepuasan dalam pekerjaan, kesukaran ekonomi, pekerjaan yang tidak tentu, hubungan dengan dengan keluarga dan orang lain, minatnya, pekerjaan yang terburu-buru, kurang istirahat.

2. Faktor perkawinan, perselisihan, perceraian dan kekecewaan dalam hubungan seksual, anak-anak yang nakal dan menyusahkan.

3. Faktor kesehatan, penyakit-penyakit yang menahun, pernah masuk rumah sakit, pernah dioperasi, adiksi terhadap obat-obatan, tembakau.

4. Faktor psikologik, stres psikologik, keadaan jiwa waktu dioperasi, waktu penyakit berat, status didalam keluarga dan stres yang timbul.

Cara pemeriksaan dibagi dalam 3 lapangan yaitu lapangan psikis, lapangan sosial dan lapangan somatis.Yang ditujukan pada lapangan kejiwaan dinamakan psikoterapi indentik. Yang ditujukan pada lapangan sosial dan somatik disebut psikoterapi non identik, yang terdiri dari pemeriksaan fisik, mengobati kelainan fisik dengan obat, memperbaiki kondisi sosial ekonomi, lingkungan, kebiasaan hidup sehat.4

V. DIAGNOSIS BANDINGV.1 Gangguan Somatoform

1. Istilah somatoform berasal dari bahasa Yunani soma yang berarti tubuh.

2. Gangguan somatoform didefinisikan sebagai kelompok kelainan dimana 2 :

a. Gejala fisik yang mengarahkan kepada dugaan gangguan medis namun tidak dapat dibuktikannya patologi atau bukti-bukti yang mendukung penyakit fisik sebagai penyebab gejala.b. Adanya dugaan kuat bahwa gejala- gejala tersebut berkaitan dengan faktor psikologis.3. Gangguan ini mencakup interaksi antara tubuh dengan pikiran (body-mind interaction).

4. Gangguan-gangguan yang termasuk di dalam kategori gangguan somatoform memiliki beberapa ciri umum yang sama-sama :

a. Manifestasi stres psikologik menjadi gejala somatic

b. Perilaku sakit yang abnormal (abnormal illness behavior) yaitu disebabkan adanya ketidaksesuaian antara pengertian yang ditangkap pasien tentang kondisi sakitnya (perceived illness) dengan penyakit yang dialaminya (documented disease)c. Adanya amplifikasi, yaitu dimana sensasi dari gejala fisik mengakibatkan rasa cemas (anxiety), kemudian rasa cemas dan aktivasi autonomik yang diasosiasikan dengan rasa cemas tersebut mengakibatkan eksaserbasi gejala fisik.d. Penderitaan (distress) yang bermakna dan seringnya angka kunjungan untuk pelayanan medis

Klasifikasi Gangguan Somatoform

Terdapat beberapa versi penggolongan gangguan somatoform.1. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, fourth edition (DSM-IV) terdapat 7 gangguan di dalam kategori gangguan somatisasi

a. Gangguan somatisasi (somatization disorder)

b. Gangguan somatisasi tidak terinci (undifferentiated somatoform disorder)

c. Gangguan konversi (conversion disorder)

d. Gangguan nyeri (pain disorder)

e. Hipokondriasis (hypochondriasis)

f. Body Dysmorphic Disorder (BDD)

g. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan (somatoform disorder not otherwise specified-NOS)

2. Menurut ICD-10/PPDGJ-III

a. Gangguan somatisasi (F.45.0)

b. Gangguan somatoform tidak terinci (F.45.1)

c. Gangguan hipokondrik (F 45.2)

d. Disfungsi otonomik somatoform (F 45.3)

e. Gangguan nyeri somatoform menetap (F 45.4)

f. Gangguan somatoform lainnya (F. 45.8)

V.1.1 Gangguan Somatisasi

Gangguan somatisasi merepresentasikan bentuk ekstrim dari gangguan somatoform dimana gejala multipel yang melibatkan berbagai sistem organ tidak dapat dijelaskan secara medis. Beberapa bentuk kronis dari proses somatisasi tidak dapat memenuhi kriteria gangguan somatisasi, sehingga dimasukkan dalam kategori gangguan somatoform tidak terinci.

Presentasi Klinis

Pasien yang memiliki gangguan somatisasi datang dengan keluhan somatik yang banyak serta riwayat yang rumit.Bahkan terkadang pasien sudah melakukan pemeriksaan dengan alat-alat canggih.Gejala umum yang dikeluhkan adalah mual, muntah, sulit menelan, sakit pada lengan dan tungkai, nafas pendek, amnesia, komplikasi kehamilan dan menstruasi. Pasien beranggapan ia sakit sepanjang hidupnya. Sering terdapat gejala neurologik seperti gangguan keseimbangan, merasa ada gumpalan di tenggorokan, afonia, retensi urin, hilang modalitas sensorik raba dan nyeri, buta, bangkitan, hilang kesadaran bukan karena pingsan. 1Pasien merasa menderita dan sering mengalami depresi serta kecemasan.Ancaman bunuh diri sering dilaporkan namun angka bunuh diri aktual sangat jarang.Pasien gangguan somatisasi biasanya tampak mandiri, terpusat pada diri, haus penghargaan, serta manipulatif.

Menurut DSM-IV-TR, gangguan somatisasi memiliki kriteria diagnosis sebagai berikut :a. Riwayat gejala fisik yang banyak (atau suatu keyakinan bahwa dirinya sakit) yang mulai sebelum usia 30 tahun, berlangsung selama beberapa tahun, dan mengakibatkan perilaku mencari pertolongan medis (medical seeking behavior) atau hendaya yang bermakna.

b. Kombinasi dari gejala-gejala yang tidak terjelaskan, yang terjadi kapanpun selama perjalanan dari gangguan, yang semuanya harus dipenuhi. Gejala-gejala yang dimaksud antara lain:

i. 4 gejala nyeri (melibatkan minimal 4 lokasi atau fungsi yang berbeda meliputi kepala dan leher, abdomen, punggung, sendi, ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, dan saat berkemih)ii. 2 gejala gastrointestinal selain nyeri (meliputi mual, kembung, muntah, diare, dan intoleransi makanan)iii. Satu gejala seksual (kehilangan keinginan seksual, disfungsi seksual, mens ireguler, perdarahan mens yang berlebihan, muntah-muntah selama hamil)iv. Satu gejala pseudoneurologik yang bukan nyeri (meliputi gangguan keseimbangan, kelemahan, kesulitan menelan, afonia, retensi urin, halusinasi, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, disosiasi, dan kehilangan kesadaran)

c. Gejala-gejala tersebut bukanlah akibat gangguan kondisi medis, ataupun kalau terdapat gangguan kondisi medis, gejala dan efeknya pada pasien melebihi dari apa yang biasanya dapat disebabkan gangguan kondisi medis tersebut.

d. Gejala-gejala tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat secara sengaja atau berpura-pura

Diagnosis Diferensial

a. Gangguan medis dengan ciri gejala kronis yang multipel dan samar. Biasanya penyakit-penyakit tersebut masuk dalam golongan infeksi kronis, neoplasma, endokrin, reumatologik, dan neurologik. Macam-macam kemungkinan yang dapat ditemukan2 :

i. Penyakit tiroid dan paratiroid

ii. Penyakit adrenal

iii. Porfiria

iv. Multipel Sklerosis

v. Lupus Eritematosus Sistemik dan bentuk vaskulitis lainnya

vi. Myasthenia gravis

vii. Endometriosis

viii. Fibromyalgia

ix. Gejala awal dari keganasanx. Sifilis

xi. Penyakit Lyme

xii. Infeksi HIV

xiii. Sindroma Temporomandibular

xiv. Irritable bowel disease atau Inflammatory bowel disease

xv. Sindroma lelah kronik

b. Gangguan Psikiatrik relevan yang mungkin menjadi diagnosa diferensial utama ataupun ko-morbid :i. Schizophrenia dengan waham somatik multipel dan gangguan delusional tipe somatik

i. Pada schizophrenia keluhan umumnya bersifat aneh-aneh, serta disertai gejala khas psikotik seperti halusinasi dan gangguan berpikir yang jelas.

ii. Pada gangguan delusional tidak terdapat gejala psikotik. Preokupasi somatik yang spesifik ada tanpa gangguan berpikir serta lebih terkesan masuk akal

ii. Gangguan panik : gejala fisik hanya saat episode serangan

iii. Malingering : terjadi ketika pasien hendak mendapatkan secondary gain

iv. Gangguan Factitius : pasien tidak memiliki motif mendapatkan secondary gain, namun menikmati menjadi orang sakit. Ia mengarang gejala dan riwayat penyakit yang dideritanya

v. Depresi kronik

vi. Gangguan cemas umum dengan manifestasi somatik multipel

vii. Penyalahgunaan zat

Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit gangguan somatisasi bersifat kronik. Diagnosis biasanya ditegakkan sebelum usia 25 tahun, namun gejala awal sudah dimulai saat remaja. Masalah menstruasi merupakan gejala paling dini yang muncul pada wanita.Keluhan seksual sering berkaitan dengan perselisihan dalam perkawinan.Periode keluhan yang ringan 6-9 bulan, sedangkan yang berat 9-12 bulan.Biasanya pasien sudah memulai mencari pertolongan medis sebelum 1 tahun.

Prognosis

Gangguan somatisasi cenderung bersifat kronis dan berfluktuasi. Remisi total jarang tercapai. Dengan tatalaksana yang tepat maka distress dapat dikurangi namun tidak dapat sama sekali dihilangkan.

V.1.2 Gangguan Somatoform Tidak Terinci

Pasien yang memiliki riwayat gangguan somatisasi dan pada kunjungan tidak memenuhi kriteria lengkap (jumlah dan lokasi spesifik) dari gangguan somatisasi dimasukkan sebagai gangguan somatoform tidak terinci (undifferentiated somatoform disorder)Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis menurut DSM IV-TR adalah :

a. Satu atau lebih gejala fisik selain nyeri (lelah, hilang nafsu makan, gejala gastrointestinal atau berkemih)b. Gejala bukan akibat kondisi medis umum, yang kalaupun ada, tidak diperkirakan memiliki dampak yang sedemikian berlebihan pada pasienc. Gejala bukan dibuat-buat dan disengajad. Durasi 6 bulan atau lebihe. Bukan diakibatkan gangguan mental lain seperti depresi

V.1.3 Gangguan Konversi

Gangguan konversi didefinisikan sebagai kehilangan fungsi tubuh yang tidak sesuai dengan konsep anatomi dan fisiologi dari sistem saraf pusat dan tepi. DSM-IV membatasi gangguan konversi hanya pada gejala neurologik.

Gejala Klinis

Dapat terjadi berbagai macam gejala neurologis pada gangguan konversi.Presentasi klinis yang dianggap paling umum adalah psychogenic non-epileptic seizure (pseudoseizure).Gejala pseudoneurologik berupa kelemahan ekstremitas lebih jarang.Gejala konversi yang ringan kadang-kadang terjadi, misalnya nyeri dada pada saat kehilangan orang yang dicintai.

Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis menurut DSM-IV adalah:

a. Satu atau lebih gejala atau defisit motorik volunter atau sensorik yang diperkirakan sebagai suatu kondisi neurologis atau kondisi medik umum lainnyab. Faktor psikologis dinilai berkaitan dengan gejala dan defisit karena permulaan atau eksaserbasi gejala dan defisit didahului stressor psikologisc. Gejala atau defisit tidak dengan sengaja dibuat atau berpura-purad. Gejala atau defisit setelah cukup penelusuran tidak dapat dijelaskan secara penuh sebagai kondisi medik umum atau sebagai akibat langsung dari zat, atau secara kultural sebagai perilaku atau pengalaman penebusan.

e. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan atau hendaya yang bermakna secara klinis di bidang sosial, pekerjaan atau fungsi lain atau menuntut evaluasi medisf. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan bukan karena gangguan mental lainnya.

Diagnosis Diferensial

a. Gangguan Medis

Gangguan medis seperti yang tercantum dalam diferensial diagnosis untuk gangguan somatisasi perlu dipertimbangkan sebelum membuat diagnosis gangguan konversib. Gangguan Psikiatris

Lihat daftar yang sama pada bagian diferensial diagnosis untuk gangguan somatisasi

Perjalanan Penyakit

Hampir semua gejala awal (90-100%) dari pasien dengan gangguan konversi membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan.Sebanyak 75% pasien tidak pernah mengalami gangguan ini lagi, namun 25% mengalami episode tambahan saat stresor psikis muncul kembali.Prognosis

Faktor-faktor yang membuat prognosis lebih baik antara lain onset yang akut, stresor yang teridentifikasi, durasi gejala singkat, level kecerdasan pasien, gejala kelumpuhan, gejala kebutaan. Pasien dengan gejala kejang atau tremor biasanya memiliki prognosis lebih buruk.

V.1.4 Hipokondriasis

Hipokondriasis didefinisikan sebagai seseorang yang berpreokupasi dengan ketakutan atau keyakinan menderita penyakit yang serius dan tidak mau menerima penjelasan medis yang menunjukkan bahwa dirinya tidak menderita sakit.1,2 Gambaran Klinik

Pasien terus merasa dirinya menderita suatu penyakit serius yang belum bisa dideteksi walaupun hasil laboratorium sudah menyatakan negatif dan dokter sudah meyakinkan bahwa pasien tidak mengidap sakit yang serius.

Kriteria Diagnosis

Diagnosis berdasarkan DSM-IV, kriteria diagnosis hipokondriasis adalah sebagai berikut:a. Preokupasi dengan ketakutan atau ide bahwa seseorang mempunyai penyakit serius berdasarkan interpretasi yang salah terhadap gejala-gejala tubuhb. Preokupasi menetap meskipun telah dilakukan evaluasi medik dan penentraman

c. Keyakinan pada kriteria A tidak mempunyai intensitas seperti wahamd. Preokupasi menimbulkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau hendaya dlaam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya

e. Lamanya gangguan sekurangnya 6 bulan

f. Preokupasi bukan disebabkan gangguan cemas menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik

Diferensial Diagnosis

a. Gangguan Medisi. Gangguan reumatologik, endokrinologik, infeksi, neoplasma, neurologik harus disingkirkan sebelum mendapatkan diagnosis hipokondriasisii. Komorbid yang sering adalah fibromyalgia, irritable bowel syndrome, chronic fatigue syndrome, dan TMJ syndrome

b. Gangguan Psikiatrik

i. Gangguan Obsesif-Kompulsif

ii. Gangguan Afektif

iii. Demensia

iv. Skizofrenia

v. Gangguan delusional tipe somatik

vi. Body Dysmorphic Disorder

vii. Malingering

viii. Gangguan Somatoform lain

Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit hipokondriasis biasanya episodik, yang durasinya setiap episode berkisar antara bulan-tahun.Dapat terjadi periode tenang di antara episode-episode.

Prognosis

Hipokondriasis cenderung menjadi kronis dengan periode remisi dan eksaserbasi yang dipicu stres.Prognosis yang baik berkaitan dengan status sosial ekonomi yang tinggi, pengobatan terhadap cemas dan depresi yang responsif, onset gejala mendadak, tidak ada gangguan kepribadian, dan tidak ada gangguan medis non-psikiatrik yang terkait. Bila yang menderita hipokondriasis adalah anak-anak maka akan membaik saat remaja atau dewasa awal.V.1.5 Gangguan Nyeri

Menurut DSM-IV gangguan nyeri adalah nyeri yang merupakan keluhan utama dan menjadi fokus perhatian klinis. Faktor psikologislah yang berperan dalam pengalaman nyeri pasien dan perilaku mencari pertolongan medis.Gambaran klinis

Pasien dengan gangguan nyeri akan datang dengan keluhan utama nyeri di berbagai lokasi biasanya nyeri pinggang bawah, nyeri kepala, nyeri fasial atipikial. Pasien umumnya punya riwayat panjang perawatan medis dan pembedahan.Banyak yang mengunjungi beberapa dokter, meminta obat dalam jumlah besar, bahkan mendesak pembedahan.

Kriteria Diagnosis

Berdasarkan DSM-IV

a. Nyeri pada satu tempat atau lebih yang menjadi fokus utama dan cukup berat untuk menjadi perhatian klinisb. Nyeri menyebabkan penderitaan klinis bermakna atau hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnyac. Faktor psikologis berperan penting dalam awitan, keparahan, eksaserbasi, atau bertahannya nyerid. Gejala atau defisit tidak dibuat dengan sengaja atau berpura-purae. Nyeri tidak dapat dijelaskan sebagai akibat gangguan mood, cemas, atau psikotik, dan tidak memenuhi kriteria dispareunia. Diagnosis Diferensial

a. Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik umum

b. Gangguan somatisasi yang menonjol gejala nyerinya

c. Hipokondriasis

d. Malingering

Perjalanan Klinis

Nyeri muncul secara tiba-tiba dan derajat keparahan meningkat dalam beberapa minggu atau bulan

Prognosis

Prognosis umumnya kronik dan pada akhirnya menimbulkan penderitaan dan ketidakberdayaan.

V.1.6 Body Dysmorphic Disorder

Pasien dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) mempunyai perasaan subyektif pervasif bahwa penampilannya buruk padahal penampilannya normal atau bahkan baik.Inti dari kelainan ini adalah bahwa pasien berkeyakinan kuat bahwa dirinya tidak menarik atau menjijikkan.Keyakinan ini sulit diredakan dengan pujian atau penentraman. Pasien biasanya mencari ahli kulit, bedah plastik, atau internis.Gambaran klinis

Pasien mengeluhkan bagian tubuh tertentu yang paling sering ialah wajah dan hidung, rambut, buah dada, dan genitalia. Ada penelitian menyatakan pasien mengeluhkan 4 bagian tubuh selama penyakit berlangsung.Varian pada pria adalah usaha untuk memperbesar otot-ototnya sampai menganggu kehidupan sehari-hari. Pasien seringkali mempunya kepribadian dengan ciri obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik. Kriteria Diagnosis

BDD menurut DSM-IV :

a. Preokupasi dengan cacat yang dikhayalkan, kalaupun ada anomali ringan, keprihatinannya sangat berlebihanb. Preokupasinmya mengakibatkan penderitaan dan hendaya yang bermakna secara klinis di bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya

c. Preokupasinya bukan karena gangguan mental lainnya, seperti ketidakpuasan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa

Diagnosis Diferensial

a. Depresi

b. OCD. Memiliki kemiripan secara fenomena maupun neurobiologis dengan BDD. Pasien BDD akan berulangkali melihat tubuhnya di cermin dan memakan waktu berjam-jam untuk memikirkan penampilan mereka.

c. Anorexia nervosa.

d. Transeksualisme

e. Skizofrenia dengan delusi somatik

f. Gangguan waham, tipe somatik

Perjalanan Klinis

Awitan bertahap, dimana kepedulian tehadap bagian tubuh tertentu akan semakin menjadi-jadi sehingga mencari bantuan medis atau operasi untuk mengatasinya. Derajat kepedulian dapat meningkat atau menyusut, tetapi umumnya menjadi kronis bila tidak diobati.V.1.7 Gangguan Somatoform yang tidak tergolongkan

Kategori ini adalah suatu kategori untuk pasien yang memiliki gejala diperkirakan sebagai gangguan somatoform tetapi tidak memenuhi kriteria spesifik untuk salah satu jenis gangguan somatoform. Bisa jadi pasien tersebut memiliki gejala yang tidak ada pada kategori lain seperti pseudocyesis atau tidak memenuhi kriteria waktu 6 bulan4.

Kriteria Diagnosis Kategori Gangguan somatoform tidak tergolongkan (somatoform disorders not otherwise specified) berdasarkan DSM-IV TR antara lain4 :a. Pseudocyesis. Suatu kepercayaan yang salah bahwa diri sedang hamil diikuti tanda obyektif kehamilian seperti pembesaran abdomen, berkurangnya aliran mens, amenorea, sensasi subjektif gerakan fetal, mual, perbesaran dan sekresi payudara, nyeri seperti mau melahirkan pada hari perkiraan kelahiran. Dapat terjadi perubahan endokrin tetapi tidak dapat dijelaskan melalui penjelasan medis umum seperti adanya tumor pensekresi hormone.

b. Gangguan melibatkan gejala hipokondriasis non-psikotik dengan durasi kurang dari 6 bulanc. Gangguan melibatkan gejala fisik yang tak dapat dijelaskan dalam durasi kurang dari 6 bulan dan bukan disebabkan gangguan mental lain

VI. Penatalaksanaan

Tujuan terapi adalah kesembuhan, maksudnya adalah resolusi gangguan, reorganisasi gangguan, rerganisasi kepribadian, adaptasi yang lebih matang, meningkatkan kapasitas fisik dan okupasi serta proses penyembuhan, perbaikan penyakit, mengurangi secondary gain terhadap kondisi medisnya, serta menjadi patuh dengan pengobatan.7 Aspek Psikiatrik

Terapi gangguan psikosomatik dari pandangan psikiatrik merupakan suatu tugas yang sulit.Psikiater harus memusatkan terapi pada pemahaman motivasi dan mekanisme fungsi yang terganggu serta membantu pasien menyadari sifat penyakit mereka serta kaitan pola adaptif yang merugikan tersebut. Tilikan ini harus menghasilkan pola perilaku yang berubah dan lebih sehat.2

Pasien dengan gangguan psikosomatik biasanya lebih enggan menghadapi masalah emosional daripada pasien dengan masalah psikiatrik lain. Pasien psikosomatik mencoba menghindari tanggung jawab untuk penyakitnya dengan mengisolasi organ yang sakit serta datang ke dokter untuk didiagnosis dan disembuhkan. Mereka mungkin memuaskan kebutuhan infantil untuk dirawat secara pasif, sambil menyangkal kalau mereka dewasa, dengan semua stres dan konflik yang ada.2

Aspek Medis

Terapi internis gangguan psikosomatik harus mengikuti peraturanpengelolaan medis yang telah ditegakkan.Umumnya, internis harus menghabiskan sebanyak mungkin waktu dengan pasien dan mendengarkan banyak keluhan dengan simpatik; mereka harus bersikap menenangkan dan suportif. Sebelum melakukan prosedur yang memanipulasi fisikterutama jika menyakitkan, seperti kolonoskopiinternis harus menjelaskan pada pasien apa yang akan dihadapi. Penjelasan akan menghilangkan ansietas pasien, membuat pasien lebih kooperatif, dan akhirnya memudah kan pemeriksaan.2

Sikap pasien terhadap minum obat juga dapat memengaruhi hasil terapi psikosomatik. Contohnya, pasien dengan diabetes yang tidak menerima penyakitnya dan memiliki -impuls merusak diri yang tidak mereka sadari dapat dengan sengaja tidak mengendalikan diet mereka, akibatnya akan mengalami koma hiperglikemik. Pasien lain menggunakan penyakit mereka sebagai hukuman untuk rasa bersalah atau sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab. Terapi pada kasus seperti ini hams berusaha membantu pasien meminimalkan rasa takut mereka dan berfokus pada perawatan diri sendiri serta pembentukan kembali citra tubuh yang sehat.2

Perubahan Perilaku

Peran penting psikiater dan dokter lain yang bekerja dengan pasien psikosomatik adalah memobilisasi pasien untuk mengubah perilaku dengan cara yang mengoptimalkan proses penyembuhan. Hal ini memerlukan perubahan umum gaya hidup (cth., berlibur) atau perubahan perilaku spesifik (cth., berhenti merokok). Terjadi atau tidaknya ini bergantung pada ukuran besar kualitas hubungan antara dokter dan pasien. Kegagalan dokter menciptakart rapport yang baik menyebabkan ketidakefektivan untuk membuat pasien berubah.2

Rapport adalah perasaan disadari dan spontan mengenai responsivitas yang harmonis antara pasien dan dokter.Rapport mengesankan pengertian dan kepercayaan di antara keduanya.Dengan rapport, pasien merasa diterima, meskipun mereka dapat berpikir aset mereka melebihi kewajiban mereka. Yang sering, dokter adalah orang yang dapat diajak bicara oleh pasien mengenai hal-hal yang tidak dapat ia bicarakan dengan orang lain. Sebagian besar pasien merasa bahwa mereka dapat percaya pada dokter, terutama psikiater untuk menyimpan rahasia.Kepercayaan ini tidak boleh dikhianati. Perasaan yang diketahui, dimengerti seseorang, dan menerimanya adalah sumber kekuatan yang dapat memungkinkan pasien memulai perilaku yang sehat, seperti mengikuti Alcoholics Anonymous (AA) atau mengubah kebiasaan makan.2

Jenis Terapi Lain

Psikoterapi Kelompok dan Terapi Keluarga.Pendekatan kelompok memberikan kontak interpersonal dengan orang lain yang menderita penyakit yang sama dan memberikan dukungan untuk pasien yang takut akan ancaman isolasi dan pengabaian. Terapi keluarga memberikan harapan perubahan hubungan antaranggota keluarga yang sering mengalami stres dan bersikap bermusuhan pada anggota keluarga yang sakit.2Teknik Relaksasi. Edmund Jacobson pada tahun 1983 mengembangkan suatu metode yang dinamakan relaksasi otot progresifuntuk mengajarkan relaksasi tanpa menggunakan instrumentasi seperti yang digunakan di dalam biofeedback.Pasien diajari untuk merelaksasikan kelompok otot seperti yang terlibat di dalam "tension headache".Ketika mereka menghadapi dan menyadari situasi yang menyebabkan tegangan pada otot mereka, pasien dilatih untuk relaksasi. Metode ini adalah suatu tipe desensitisasi sistematiksuatu tipe terapi perilaku.2Herbert Benson pada tahun 1975 menggunakan konsep yang dikembangkan dari meditasi transcendental, di sini pasien dipertahankan pada perilaku yang lebih pasif, memungkinkan relaksasi terjadi dengan sendirinya.Benson menciptakan tekniknya dari berbagai praktik dan agama Timur, seperti yoga. Semua teknik ini memiliki kesamaan posisi nyaman, lingkungan yang damai, pendekatan pasif, dan citra mental yang menyenangkan tempat seseorang dapat berkonsentrasi.2

Hipnosis. Hipnosis efektif untuk menghentikan merokok dan menguatkan perubahan diet. Hipnosis digunakan dalam kombinasi dengan perumpamaan yang tidak disukai (cth., rokok terasa menjijikkan). Beberapa pasien menunjukkan angka relaps yang cukup tinggi dan dapat memerlukan pengulangan program terapi hipnotik (biasanya tiga hingga empat sesi).2

Biofeedback. Neal Miller pada tahun 1969 mempublikasikan tulisan pelopornya "Learning of Visceral and Glandular Response", yang melaporkan bahwa pada hewan, berbagai respons viseral yang diatur oleh sistem saraf otonom involuntar dapat dimodifikasi dengan pencapaian pembelajaran melalui operant conditioning yang dilakukan di laboratorium. Hal ini membuat manusia mampu mempelajari cara mengendalikan respons fisiologis involuntar tertentu (disebut biofeedback),seperti vasokonstriksi pembuluh darah, irama jantung, dan denyut jantung. Perubahan fisiologis ini tampak memainkan peranan yang bermakna di dalam perkembangan dan terapi atau penyembuhan gangguan psikosomatik tertentu. Studi seperti itu, faktanya, mengonfirmasi bahwa pembelajaran yang disadari dapat mengendalikan denyut jantung dan tekanan sistolik pada manusia.2Biofeedback dan teknik-teknik terkait telah berguna pada tension headache, sakit kepala migrain, dan penyakit Raynaud. Meskipun teknik biofeedback awalnya memberikan hasil yang menyokong di dalam menerapi hipertensi esensial, terapi relaksasi telah menghasilkan efek jangka-panjang yang lebih signifikan daripada biofeedback.2

Acupressure dan Akupuntur. Acupressure dan akupuntur adalah teknik penyembuhan Cina yang disebutkan di dalam teks medis kuno pada tahun 3000 SM.Keyakinan dasar pengobatan Cina adalah keyakinan bahwa energi vital (qi atau chi) mengalir sepanjang jalur khusus (meridian), kira-kira memiliki 350 titik (acupoints), yang manipulasinya memperbaiki ketidakseimbangan dengan merangsang atau membuang hambatan terhadap aliran energi. Konsep fundamental lainnya adalah gagasan mengenai dua medan energi yang berlawanan (yin dan yang), yang harus seimbang untuk mempertahankan kesehatan. Di dalam acupressure, acupoints dimanipulasidengan jari; di dalam akupuntur, jarum perak atau emas yang steril (berdiameter rambut manusia) dimasukkan ke dalam kulit dengan kedalaman yang bervariasi (0,5 mm hingga 1,5 cm) dan diputar atau ditinggalkan di tempatnya selama berbagai periode waktu untuk memperbaiki setiap ketidakseimbangan qi.Teknik akupuntur telah digunakan pada hampir semua gangguan yang disebutkan di bagian ini dengan hasil yang beragam.2Terapi Spesifik

Sistem kardiovaskular. Pada penyakit arteri koroner, untuk menghilangkan ketegangan psikis yang berhubungan dengan penyakit, klinisi menggunakan obat psikotropika, contohnya diazepam.Terapi yang digunakan untuk membantu melindungi terhadap aritmia akibat emosi adalah psikotropika dan obat penghambat Beta seperti propanolol.Pengobatan psikofarmaka ditujukan bila terdapat gejala yang menonjol pada penyakit jantung psikogenik.Obat antiansietas dapat digunakan bila kecemasan yang timbul berat.Derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas.

Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg sehari dalam 2 atau 4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg sehari; pemberian suntikan dapat diulang tiap 3-4 jam.Klorazepam diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. Klordiazepoksid tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg.Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg. Diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektal pada anak dengan kejang demam.10Terapi medis harus suportif dan menentramkan, dengan suatu penekanan psikologis untuk menghilangkan stres psikis, kompulsivitas dan ketegangan.Psikoterapi supotif dan dan teknik perilaku (biofeedback, meditasi, terapi relaksasi) telah dilaporkan berguna dalam pengobatan.

Sistem Pernapasan. Pasien asmatik harus diterapi dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain menghilangkan stres, penyesuaian diri, menghilangkan alergi serta mengatur kerja sistem saraf vegetatif dengan obat-obatan. Pada penderita tuberkulosis, faktor psikologis mempengaruhi sistem kekebalan dan mungkin mempengaruhi daya tahan pasien terhadap penyakit.Psikoterapi suportif adalah berguna karena peranan stres dan situasi psikososial yang rumit.

Sistem gastrointestinal. Pada penyakit gastrointestinal, terapi mencakup penggunaan agen antibiotik, obat imunosupresan, dan kortikosteroid. Penggunaan obat psikotropika umum dalam pengobatan berbagai gangguan GI. Pengobatan pada pasien dengan penyakit GI dipersulit oleh gangguan motilitas lambung, penyerapan, dan metabolism berkaitan dengan gangguan GI yang mendasarinya . Psikoterapi bisa menjadi komponen kunci dalam pendekatan pengobatan IBSdan gangguan GI fungsional. Beberapamodel yang berbeda dari psikoterapi telah digunakan.Ini termasuk jangka pendek, berorientasi dinamis, psikoterapi individu, psikoterapisuportif, hipnoterapi, teknik relaksasi, dan terapi kognitif.3Sistem neurologis. Migrain dan cluster headache paling baik diterapi selama periode prodromal dengan ergotamine tartrate (Cafergot) dan analgesik.Pemberian propranolol atau verapamil (Isoptin) profilaktik berguna jika sakit kepala sering terjadi.Sumatriptan (Imitrex) diindikasikan untuk terapi jangka pendek migrain dan dapat menghentikan serangan. Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) juga berguna untuk profilaksis. Psikoterapi untuk menghilangkan efek konflik dan stres serta teknik perilaku tertentu (cth.,biofeedback) telah dilaporkan berguna.2

Psikofarmaka

Terapi penyakit psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan beberapa cara. Komponen-komponen yang harus dibedakan, ialah:

1. Terapi somatik

Hanya bersifat somanya saja dan pengobatan ini bersifat simtomatik.

2. Psikoterapi dan sosioterapi

Pengobatan dengan memperhatikan faktor psikisnya atau kepribadian secara keseluruhan.

3. PsikofarmakoterapiPengobatan psikosomatik dengan menggunakan obat-obat psikotrop yang bekerja pada sistem saraf sentral. Tiga golongan senyawa psikofarmaka:

1. obat tidur (hipnotik)

2. obat penenang minor

3. obat penenang mayor (neuroleptik)

4. antidepresan.

Efek samping yang timbul dari penggunaan obat-obat psikofarmaka:

a) Mudah terjadi ketergantungan psikologis dan fisis, mungkin terjadi ketergantungan obat.

b) Depresi atau kehilangan sifat menahan diri dapat terjadi, yang akhirnya dapat menimbulkan kekacauan pikir.

c) Semua depresan sistem saraf sentral merupakan kontraindikasi pada payah paru (asma, emfisema, dispnea oleh sebab-sebab lain).

d) Gangguan psikomotorik

e) Lekas marah, kegelisahan dan anksietas serinng terjadi bila obat dihentikan.11Hipnotik sebaiknya diberikan dalam jangka waktu pendek, 2-4 minggu cukup, walaupun sering timbul insomnia pantulan (rebound), bila pengobatan dihentikan. Oleh karena itu obat diberikan hanya beberapa malam saja tiap minggu. Yang dianjurkan senyawa-senyawa benzodiazepin berkhasiat pendek, yaitu:

Nitrozepam (Dumolid, Mogadon)

Flurazepam (Dalmadorm)

Triazolam (Halcion)

Pada insomnia dengan kegelisahan (ansietas), digunakan senyawa-senyawa fenotiazin, yaitu:

Tioridazin (Melleril)

Prometazin (Phenergan).11Obat Penenang Minor. Diazepam (valium) digunakan untuk ansietas, agitasi, spasme otot, delirium tremens hingga pada epilepsy. Pengobatan dengan benzodiazepin hanya diberikan pada ansietas hebat, dan maksimal 2 bulan sebelum dicoba dihentikan. Karena berakumulasinya benzodiazepin berkhasiat panjang, hingga khasiat obat berkurang.11Obat Penenang Mayor. Kegagalan fungsi otak menimbulkan gangguan-gangguan kelakuan berupa rasa takut, penderitaan batin, atau menimbulkan kegelisahan, keluyuran, kegaduhan, agresi hingga kekerasan karena halusinasi dan khayalan. Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan sedatif walaupun pemberian sedatif tidak dianjurkan karena sering timbul imobilitas. Yang paling sering digunakan ialah senyawa fenotiazin dan butirofenon, antara lain Klorpromazin (Largactil), Tioridazin (Melleril), dan Haloperidol (Serenace, Haldol).11

Gejala-gejala psikosomatik sering ditemukan pada depresi. Depresi sering merupakan komplikasi penyakit fisis. Yang dianjurkan ialah senyawa-senyawa trisiklik dan tetrasiklik, yaitu Amitriptilin (Laroxyl), Imipramin (Tofranil), Mianserin (Tolvon), dan Maprotilin (Ludiomil).11

Golongan benzodiazepin umumnya bermanfaat pada gangguan ansietas, yaitu pada ansietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder - GAD) obat pilihannya ialah Buspiron. Pada ansietas panik, obat pilihannya ialah alprazolam namun ada beberapa penelitian anksietas panik dapat diobati dengan antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor).11

Obsessive Compulsive Disorder (OCD) ialah varian gangguan cemas namun obat yang efektif untuk gangguan ini adalah golongan antidepresan misalnya Klomipramin maupun golongan SSRI seperti Sertralin, Paroksetin, Fluoksetin, dan sebagainya.11Fobia juga varian gangguan cemas dan berespons baik pada pengobatan antidepresan. Misalnya fobia sosial membaik dengan pemberian Moklobemid (golongan RIMA-Reversible Inhibitory Monoamine Oksidase type A). Gangguan campuran ansietas-depresi juga memberikan perbaikan dengan obat-obat antidepresan. Beberapa obat antidepresan yang baru seperti telah disebut di atas antara lain:

Golongan SSRI : sertralin, paroksetin, fluoksetin, fluvoksamin

Golongan RIMA : moklobemid

Tianeptine

Penggunaan psikofarmaka hendaknya bersama-sama dengan psikoterapi yang efektif sehingga hasilnya akan lebih baik.11

PENUTUPPsikosomatik, berdasarkan DSM-IV-TR, merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi keadaan medis sebagai satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku yang memiliki makna terhadap perjalanan dan hasil keadaan medis umum, atau yang meningkatkan risiko seseorang secara signifikan untuk memperoleh hasil yang merugikan. Proses psikosomatik berawal dari emosi yang terdapat di otak dan disalurkan melalui susunan saraf otonom vegetatif ke alat-alat viseral yang banyak dipersarafi oleh saraf-saraf otonom vegetatif, seperti kardiovaskular, traktus digestivus, respiratorius, sistem endokrin dan traktus urogenital. Stres akan merubah neurotransmiter, respon imun dan endokrin yang akan mempengaruhi saraf-saraf otonom vegetatif dan menimbulkan gangguan spesifik pada alat-alat viseral. Manifestasi klinis dari gangguan psikosomatis terdiri dari suatu kondisi medis umum dan faktor psikologis yang merugikan mempengaruhi kondisi medis umum. Terapi tidak hanya ditujukan kepada penyakit, tetapi gangguan psikologis yang diderita. Pemahaman motivasi, membantu pasien menyadari sifat penyakit dan mobilisasi pasien untuk mengubah perilaku dapat mengoptimalkan proses penyembuhan pasien.

6