hubungan antara penyesuaian sosial dengan...

30
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN SCHOOL WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MAKALE OLEH KEFAS DWICAHYO PUTRA MARU 802012057 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: phammien

Post on 18-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN

SCHOOL WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 2 MAKALE

OLEH

KEFAS DWICAHYO PUTRA MARU

802012057

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),
Page 3: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),
Page 4: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen SatyaWacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kefas Dwicahyo Putra Maru’

NIM : 802012057

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalty non-eksklusif (non-eclusif royalty freeright) atas karya ilmiah saya

yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN SCHOOL

WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 2 MAKALE

Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih

media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal : 30 Agustus 2016

Yang menyatakan,

Kefas Dwicahyo Putra Maru’

Mengetahui,

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kefas Dwicahyo Putra Maru’

Nim : 802012057

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN SCHOOL

WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 2 MAKALE

Yang dibimbing oleh :

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Adalah benar - benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 30 Agustus 2016

Yang memberi pernyataan,

Kefas Dwicahyo Putra Maru’

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN SCHOOL

WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 2 MAKALE

Oleh

Kefas Dwicahyo Putra Maru’

802012057

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 30 Agustus 2016

Oleh :

Pembimbing,

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari S., MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN SCHOOL

WELL-BEING PADA SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 2 MAKALE

Kefas Dwicahyo Putra Maru’

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Makale Sulawesi Selatan. Subjek penelitian ini adalah 60 siswa kelas VII. Pengumpulan

data secara kuantitatif dilakukan menggunakan dua instrument. Penyesuaian sosial

diukur dengan menggunakan skala Penyesuaian Sosial, sedangkan school well-being

diukur dengan menggunakan skala School Well-Being. Data dianalisa menggunakan uji

korelasi product moment (Pearson) dan hasilnya menunjukkan bahwa penyesuaian

sosial dan school well-being siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan

memiliki korelasi positif yang sangat signifikan (r = 0,340 dan p < 0.01).

Kata kunci : penyesuaian sosial, school well-being, siswa sekolah menengah

pertama, remaja

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

ii

Abstract

The purpose of this research is to find correlation between social adjustment and school

well-being student in 7th

grade at SMP Negeri 2 Makale South Sulawesi. The

participants of this research are 60 students in 7th

grade. Quantitative data collection

was conducted using two instrument. Social adjustment was measured using social

adjustment scale, while school well-being level was measured using school well-being

scale. The data was analyzed using product moment correlation test and the results

showed that social adjustment and school well-being student in 7th

grade at SMP Negeri

2 Makale South Sulawesi has a very significant positive correlation (r = 0,340 and p <

0.01).

Keywords : social adjustment, school well-being, middle school student, teeneger

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

1

PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa transisi seorang individu dari anak-anak menuju

dewasa. Oleh karena itu, remaja sangat membutuhkan berbagai stimulus baik dari dalam

maupun luar lingkungannya dalam pembentukan karakter seorang individu. Salah satu

faktor untuk membentuk kepribadian seorang remaja yaitu di sekolah. Sekolah adalah

sebuah institusi pendidikan formal yang disediakan oleh pemerintah yang saat ini tidak

hanya memiliki fungsi sebagai tempat menuntut ilmu saja, melainkan juga sebagai

tempat pembentukan moral, karakter, pengembangan minat dan bakat siswa (Santrock,

2007). Sekolah merupakan sarana yang potensial dalam membentuk kepribadian

individu. Suasana sekolah bisa mempengaruhi perkembangan anak antara lain pada

aspek identitas diri, keyakinan akan kemampuan diri, gambaran mengenai kehidupan,

hubungan antar pribadi, batasan norma antara yang baik dan buruk, serta konsep akan

sistem sosial (Ahmad, 2010).

Perubahan lain yang dirasakan oleh remaja adalah transisi sekolah dari sekolah

dasar (SD) menuju sekolah menengah pertama (SMP) yang kebetulan juga merupakan

masa transisi dari perkembangan remaja (Eccles & Midgley, 1990). Pengalaman transisi

siswa dalam lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam membentuk penyesuaian

psikologis dan perilaku siswa dari SD ke SMP (Way, Reddy, & Rhodes, 2007).

Penyesuaian siswa di sekolah pada masa ini adalah saat dimana remaja menentukan

pilihan dan sikap yang tepat, karena pilihan dan sikap mereka yang tepat akan

berpengaruh pada sisa hidup mereka dalam menentukan masa depan mereka.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

2

Dalam masa transisi, siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang

sekolah yang akan ditempati selama tiga tahun ke depan. Penelitian Hirsch dan Rapkin

(dalam Mullis & Irvin, 2000) menemukan bahwa selama masa transisi, siswa

mengalami penurunan pada kepuasan di sekolah serta menunjukkan perilaku yang

berkaitan dengan permasalahan akandemis maupun non akademis secara negatif.

Penilaian subjektif siswa tentang sekolah dalam hal ini yaitu tentang pelayanan dan

fasilitas sekolah, hubungan sosial, kesempatan yang diberikan sekolah, dan kondisi

kesehatan remaja di sekolah. Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menciptakan

kondisi dimana siswa memiliki persepsi yang baik terhadap lingkungan sekolah

sehingga menciptakan kesejahteraan yang baik pada remaja di sekolah. Menurut Moore

dkk (dalam Keyes, 2008) kesejahteraan pada anak biasanya ditandai dengan adanya

perilaku positif yang berhubungan dengan baiknya performa akademik anak, hubungan

interpersonal yang baik, serta tidak adanya masalah perilaku pada anak seperti

penurunan prestasi, ketidak hadiran di kelas, kurangnya perilaku prososial serta masalah

kesehatan mental siswa.

Allardt (dalam Konu & Rimpelä, 2002) mendefinisikan school well-being

sebagai sebuah keadaan sekolah yang memungkinkan individu memuaskan kebutuhan

dasarnya, baik kebutuhan material maupun non-material. Berdasarkan konsep well-

being yang dikemukakan Alltardt, Konu dan Rimpelä (2002) kemudian

mengembangkan well-being dalam konteks sekolah yang dinamakan school well-being

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

3

yang didalamnya terdapat dimensi having, loving, being, dan health. Keempat dimensi

school wel-being sudah menyeluruh untuk menggambarkan well-being siswa selama di

sekolah.

Kondisi sekolah (having) mencakup aspek material dan nonmaterial meliputi

lingkungan fisik, mata pelajaran dan jadwal, hukuman, dan pelayanan di sekolah (Konu

& Rimpelä, 2002). Hubungan sosial (loving) merujuk kepada lingkungan pembelajaran

sosial, hubungan antara guru dan murid, hubungan dengan teman sekelas, dinamisasi

kelompok, bullying, kerjasama antara sekolah dan rumah, pengambilan keputusan di

sekolah, dan keselurahan atmosfir sekolah (Konu & Rimpelä, 2002). Mengacu kepada

Allardt (dalam Konu & Rimpelä, 2002) being merupakan terdapatnya penghormatan

terhadap individu sebagai seseorang yang bernilai di dalam masyarakat. Dalam konteks

sekolah, being dilihat sebagai cara sekolah memberikan kesempatan siswa untuk

mendapatkan pemenuhan diri. Hal tersebut dapat berupa adanya kesempatan yang sama

bagi semua siswa untuk menjadi bagian dari masyarakat sekolah, siswa dapat

melakukan pengambilan keputusan terkait dengan keberadaannya di sekolah, serta

adanya kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan

minat siswa (Konu & Rimpelä, 2002). Aspek keempat yaitu status kesehatan (health)

dilihat dalam bentuk yang sederhana, yakni tidak adanya sumber penyakit dan siswa

yang sakit. Status kesehatan siswa ini meliputi aspek fisik dan mental berupa simtom

psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu), dan penghayatan akan

keadaan diri (illnesess).

Jika aspek-aspek di atas tidak ada di sekolah maka menyebabkan anak tidak

nyaman berada di sekolah (Na’imah dan Pamujo, 2014). Kesejahteraan di sekolah atau

dikenal dengan istilah school well-being merupakan masalah yang jarang diperhatikan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

4

pendidik, karena banyak pendidik yang memaknai kesejahteraan hanya dari

terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan pada anak, padahal school well-being

dapat meningkatkan afeksi yang baik terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya.

Pemenuhan kebutuhan anak dan hubungan baik antara guru dengan siswa dapat

meningkatkan kesehatan mental anak (Wyn, et al, 2000).

Faktor-faktor yang mempengaruhi school well-being berdasarkan teori Keyes

dan Waterman (2008) yang telah disesuaikan dengan konteks siswa di sekolah, antara

lain: (1) Jenis Kelamin. (2) Tujuan dan Aspirasi. (3) Karakteristik Kepribadian. (4)

Teman dan Waktu Luang. (5) Peran Sosial. (6) Hubungan dan Ikatan Sosial. Dari

beberapa faktor tersebut, faktor peran sosial serta hubungan dan ikatan sosial memiliki

andil yang cukup besar dalam menciptakan kondisi sekolah yang efektif. Hal ini sesuai

dengan penelitian Robu (dalam Azizah dan Hidayati, 2015) yang mengungkapkan

bahwa peran sosial remaja memainkan peran penting dalam mendukung penyesuaian

remaja terkait tugas-tugas sekolahnya. Oleh sebab itu, kondisi sekolah yang efektif

sangat dibutuhkan siswa untuk menunjang performa mereka selama berada di sekolah.

Peran sosial yang siswa dapatkan di lingkungan sekolah menjadikan mereka memahami

bagaimana pentingnya sebuah relasi sosial dalam kehidupannya, maka ketika siswa

mampu memahami peran sosial mereka diharapkan kesejahteraan siswa juga akan

meningkat. Oleh sebab itu, variabel penyesuaian sosial yang tepat sebagai prediktor

dalam membantu mengungkap school well-being siswa.

Ali et al (2013) menyebutkan penyesuaian sosial sebagai sistem kemampuan

otonom untuk menganalisis umpan balik pengguna dan memilih perilaku alternatif yang

secara kolektif terbukti menjadi yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan dalam

konteks. Schneiders (1964) menyebutkan penyesuaian sosial sebagai kemampuan

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

5

individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi,

dan hubungan sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi

dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan. Pengertian di atas dapat diartikan

bahwa individu harus mengadakan reaksi, interaksi, berhubungan dengan individu lain

yang ada di dalam suatu kelompok untuk memenuhi kebutuhan sosial. Menurut Hurlock

(2010), penyesuaian diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri

dengan orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya. Orang

yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial

seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang lain

sehingga sikap orang lain terhadap mereka menyenangkan. Selain itu, biasanya orang

yang berhasil melakukan penyesuaian sosial dengan baik mengembangkan sikap sosial

yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain meskipun mereka

sendiri mengalami kesulitan, dan mereka tidak terikat pada diri sendiri (Azizah dan

Hidayati, 2015).

Menurut Hurlock (2010) aspek-aspek dalam penyesuaian sosial yaitu

penampilan nyata (overt performance), penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok,

sikap sosial, dan kepuasan pribadi. Penampilan nyata adalah perilaku sosial seseorang

yang diperlihatkan individu sesuai norma yang berlaku di dalam kelompoknya, dapat

memenuhi harapan kelompoknya, sehingga ia diterima menjadi anggota kelompok

tersebut. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, baik kelompok teman sebaya

maupun kelompok orang dewasa. Sikap sosial mencakup sikap yang menyenangkan

orang lain, aktif dalam kegiatan sosial, serta menjalankan peran yang baik sebagai

anggota kelompok. Kepuasan pribadi, ditandai dengan adanya rasa puas dan bahagia

karena turut ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompoknya dan mampu menerima

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

6

keadaan diri sendiri dengan apa adanya dalam situasi sosial. Seseorang yang telah

menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, maka akan memiliki kepuasan terhadap

kontak sosial dan peran yang dimainkannya dalam situasi sosial ketika menjadi

pemimpin ataupun anggota.

Kemampuan penyesuaian sosial siswa berhubungan dengan school well-being

siswa selama berada di sekolah. Khususnya bagi siswa baru yang berada pada masa

transisi (Andrews & Bishop, 2012). Mizelle dan Irvin (dalam Mullins & Irvin, 2000)

menemukan bahwa siswa pada masa transisi ke sekolah menengah memiliki keinginan

yang kuat untuk menjalin relasi sosial dengan lingkungan sekolah yang baru dalam hal

ini dengan teman-teman baru. Namun, mereka juga memiliki kekhawatiran mengenai

hal tersebut. Mereka yang tidak mampu melakukan penyesuaian sosial pada lingkungan

sekolah baru maka mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan

mereka di sekolah (Tilleczek, 2007). Penelitian yang dilakukan Pawestri (2016)

menemukan bahwa siswa yang mampu melakukan penyesuaian sosial yang baik dengan

teman dan guru serta ikut berpartisipasi dalam komunitas di sekolah, berdampak positif

terhadap kualitas kehidupan mereka di sekolah. Oleh karena itu kemampuan penyesuian

sosial siswa yang baik dapat meningkatkan rasa sejahtera, rasa nyaman, serta kepuasan

yang siswa rasakan.

Berdasarkan uraian di atas faktor penyesuaian sosial memiliki keterkaitan

dengan kesejahteraan anak di sekolah (school well-being). Penelitian ini dilakukan guna

mengetahui aspek school well-being mana yang memiliki peran paling besar terhadap

penyesuaian sosial pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara

penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP di Tana Toraja.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

7

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan informasi kepada diharapkan

mampu memberikan informasi kepada pihak sekolah dalam usaha meningkatkan school

well-being siswa melalui informasi yang memfasilitasi penyesuaian sosial pada siswa.

HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif yang signifikan

antara penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Makale Sulawesi Selatan.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Menurut Azwar (2012), pada pendekatan penelitian kuantitatif, data penelitian

hanya akan dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh melalui

suatu proses pengukuran, di samping valid dan reliabel, juga objektif.

Variabel-variabel yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel X : Penyesuaian Sosial

b. Variabel Y : School Well-Being

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu SMP Negeri 2 Makale

dengan jumlah 186. Sampel dalam penelitihan ini berjumlah 60 siswa kelas satu

yaitu kelas VII A dan VII B yang rentang usianya 13-18 tahun (Hurlock, 1980).

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel

secara purposive (purposive sampling) yaitu pengambilan sampel berdasarkan

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

8

penilaian subjektif penelitian berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap

mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi dengan pertimbangan

tertentu (Sugiono, 2013).

Alat Ukur Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur

atribut psikologis (Azwar, 1999). Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian

ini, yaitu: Skala penyesuaian sosial dan skala school well-being.

1. Skala school well-being

Pada penelitian kali ini alat ukur dari school well-being yang digunakan

adalah alat ukur yang dikembangkan oleh Ahmad (2011) yang kemudian

dimodifikasi berdasarkan alat ukur school well-being yang dikembangkan oleh

Konu dan Rimpelä (2002). Alat ukur ini terdiri dari empat dimensi, yaitu having,

loving, being dan health dengan total aitem sebanyak 44 aitem. Alat ukur ini

telah melalui dua kali uji coba sehingga memenuhi kualifikasi sebagai alat ukur

yang baik, seperti koefisien validitas dan reliabilitas yang sesuai standar. Hasil

uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan aitem valid menggunakan

ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa item pada skala

pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25 dan menunjukkan bahwa ada

19 aitem yang gugur melalui 3 kali pengujian, dengan reliabilitas sebesar 0,853.

Aitem-aitem dalam skala ini menggunakan pernyataan dengan empat pilihan

jawaban, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak

Sesuai).

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

9

Tabel 1. Blueprint Skala School Well-being

No Dimensi

Indikator

Nomor Aitem Jumlah

Aitem

Valid Fav Unfav

1 Having

Siswa merasa lingkungan fisik

di sekolahnya bersih dan

nyaman

1, 28 2*, 24*

6

Siswa menilai lingkungan

pembelajaran yang disediakan

sekolah sesuai dan tepat

3, 30 4, 29*

Siswa merasa puas dengan

pelayanan sekolah yang telah

disediakan

5*, 33* 6*, 31

2 Loving

Siswa merasakan iklim sekolah

yang positif 7, 32* 8

8

Siswa terlibat dalam kelompok

belajar 9*, 43 10*

Siswa mampu menjalin

hubungan yang baik dengan

guru

11, 35 12*

Siswa mampu berinteraksi

dengan teman sebaya di

sekolah

13, 41* 14

Sekolah memiliki hubungan

yang baik dengan pihak

keluarga siswa

15, 37* 16*

3 Being

Siswa mendapatkan

penghargaan terhadap hasil

kerja atau kreativitasnya

17, 38* 18

6

Siswa mendapatkan bimbingan

atau dorongan yang diberikan

guru

19*, 39 20*

Siswa memiliki kesempatan

untuk mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan

berdasarkan minat siswa

21, 42 22

4 Health

Siswa merasa sehat secara fisik

selama di sekolah 23, 40 26*, 34

5 Siswa merasa sehat secara

psikis selama di sekolah 25*, 44* 27, 36

Total 25

Keterangan : * item gugur

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

10

2. Skala Penyesuaian Sosial

Alat ukur dari penyesuiaan sosial yang digunakan adalah alat ukur yang

dikembangkan oleh Oktarina (2007) berdasarkan teori Hurlock (1978). Alat ukur

ini terdiri dari empat aspek, berpenampilan yang nyata, penyesuaian diri

terhadap kelompok, sikap sosial yang baik, dan kepuasan pribadi dengan total

aitem sebanyak 35 aitem. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-

penentuan aitem valid menggunakan ketentuan dari Azwar (2010) yang

menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥

0,25 dan menunjukkan bahwa ada 12 aitem yang gugur melalui 2 kali pengujian,

dengan reliabilitas sebesar 0,878. Aitem-aitem dalam skala ini menggunakan

pernyataan dengan empat pilihan jawaban, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS

(Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Tabel 2. Blueprint Skala Penyesuaian sosial

No Dimensi Indikator

NomorAitem Jumlah

item

Valid Fav Unfav

1. Penampilan

nyata

Remaja berpenampilan sesuai

dengan norma. 2, 3*

1,16,

17,18,

19 8

Remaja menggunakan tutur

bahasa yang sesuai norma. 4, 5, 20*

2. Penyesuaian

terhadap

kelompok

Remaja mampu beradaptasi

dilingkungan baru 6,7*, 8*,

9*,10

21,22,23

,24,25, 7

3. Sikap sosial

Remaja berpartisipasi dalam

kegiatan sosial 11*,

12*,

13*,

14*,

28,

5

Remaja mampu berinteraksi

baik dengan orang lain 15*

26,27,

29,30

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

11

4. Kepuasanpri

badi

Remaja merasa puas dengan

kehidupannya dan memiliki

kehidupan yang bermakna.

31,32,

33*,34*,

35

3

Total 23

Keterangan : * item gugur

HASIL

Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya korelasi antara penyesuaian sosial dan school well-being siswa kelas

VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan. Namun sebelum dilakukan uji korelasi,

peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik

parametik atau non-parametik yang akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan

skala penyesuaian sosial (K-S-Z = 1,112, p = 0,168, p > 0,05) dan skala school

well-being (K-S-Z = 0,591, p = 0,875, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data

penyesuaian sosial dan skala school well-being berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara

penyesuaian sosial dan school well-being siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale

Sulawesi Selatan dengan deviation from linearity sebesar F = 0, 762 dan p =

0,766 (p > 0,05).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

12

Analisa Deskriptif

Tabel 3. Statistik Deskriptif Skala Penyesuaian Sosial dan School Well-Being Siswa

Kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan

NO. Skala N Min Max M SD

1. Penyesuaian Sosial

60

39 92 75,40 9,34

2. School Well-Being 55 97 84,13 8,33

Tabel 3 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 5 kategori mulai dari

“sangat rendah” hingga “sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan

dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000).

Tabel 4. Kriteria Skor Penyesuaian Sosial

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

1. 74,75 ≤ x< 92

Sangat

Tinggi

36 60 %

75,4

9,34

2. 57,5 ≤ x<74,75 Tinggi 23 38,3 %

3. 40,25 ≤ x< 57,5 Rendah 0 0 %

4. 23 ≤ x<40,25

Sangat

Rendah

1 1,7 %

Jumlah 60 100 %

x = skor Penyesuaian sosial

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

13

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala penyesuaian sosial diatas dapat

dilihat bahwa tidak ada subjek yang tergolong dalam kategori rendah, 36 subjek

tergolong kategori sangat tinggi, 23 subjek tergolong kategori tinggi, dan 1 subjek

tergolong kategori sangat rendah rendah. Berdasarkan rata-rata sebesar 75,4 dapat

dikatakan bahwa rata-rata penyesuaian sosial siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale

Sulawesi Selatan berada pada kategori sangat tinggi dengan standar deviasi 9,34.

Tabel 5. Kriteria Skor School Well-Being

No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD

1. 81,25 ≤ x≤ 100

Sangat

Tinggi

46 77,67%

84,13

8,33

2. 62,5 ≤ x< 81,25 Tinggi 13 21,67%

3. 43,75 ≤ x< 62,5 Rendah 1 1,67%

4. 25 ≤ x< 43,75

Sangat

Rendah

0 0%

Jumlah 60 100%

x = skor School Well-Being

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala school well-being diatas dapat

dilihat bahwa tidak terdapat subjek yang tergolong kategori sangat rendah, 46 subjek

yang tergolong kategori sangat tinggi, 13 subjek yang tergolong kategori tinggi, dan 1

subjek tergolong kategori rendah. Berdasarkan rata-rata sebesar 84,13 dapat dikatakan

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

14

bahwa rata-rata school well-being siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi

Selatan berada pada kategori sangat tinggi dengan standar deviasi 8,33.

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa rata-rata penyesuaian sosisal pada kategori

sangat tinggi, sedangkan rata-rata school well-being berada pada kategori sangat tinggi.

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang

diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear maka uji korelasi

yang dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson. Tabel 4 menunjukkan hasil dari

uji korelasi.

Tabel 6. Hasil Uji Korelasi antara Penyesuaian Sosial dan School Well-Being

Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan

Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat

signifikan antara penyesuaian sosial dan school well-being siswa kelas VII SMP Negeri

2 Makale Sulawesi Selatan, dengan r = 0,340 (p < 0.01). Hal ini berarti hipotesis

penelitian yang menyatakan adanya hubungan positif yang signifikan antara

Correlations

PS SWB

PS Pearson

Correlation 1 .340

**

Sig. (1-tailed) .004

N 60 60

SWB Pearson

Correlation .340

** 1

Sig. (1-tailed) .004

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

15

penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Makale Sulawesi Selatan diterima.

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi yang menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat

signifikan antara penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII

SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan (r = 0,340). Ini menunjukkan semakin tinggi

penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan maka semakin

tinggi school well-being. Sebaliknya, makin rendah penyesuaian diri siswa kelas VII

SMP Negeri 2 Makale maka semakin rendah pula school well-being siswa.

Korelasi positif yang signifikan antara penyesuaian sosial dengan school well-

being pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan serupa dengan hasil

penelitian sebelumnya mengenai hubungan penyesuaian sosial dengan school well-

being. Dalam penelitian sebelumnya Azizah dan Hidayati (2015) menemukan bahwa

penyesuaian sosial memiliki korelasi positif dengan school well-being pada siswa.

Octyavera et al (2009) menemukan bahwa penyesuaian sosial memiliki pengaruh

terhadap kualitas kehidupan siswa di sekolah. Hal ini memberi bukti bahwa penyesuaian

sosial individu memiliki peran yang signifikan dalam membantu kesejahteraan siswa di

sekolah (school well-being) selama masa transisi. Sejalan dengan itu Hurlock (2010)

menjelaskan bahwa penyesuaian sosial memiliki hubungan yang erat dengan

keberhasilan dan kebahagiaan individu di masa kehidupan selanjutnya. Penyesuaian

sosial yang baik sangat dibutuhkan oleh para siswa kelas VII ditahun pertama mereka di

lingkungan sekolah yang baru untuk meningkatkan performa belajarnya agar tujuan

siswa dalam mencapai prestasi akademik dapat terpenuhi, serta merasa sejahtera selama

berada di sekolah.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

16

Rerata siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan memiliki tingkat

penyesuaian sosial dan school well-being yang berada pada kategori sangat tinggi.

Berdasarkan hasil uji korelasi, adapun sumbangan efektif yang diberikan oleh

penyesuaian sosial terhadap school well-being pada siswa kelas VII SMP Negeri 2

Makale Sulawesi Selatan adalah sebesar 11,5%. Ini berarti penyesuaian sosial memiliki

kontribusi sebesar 11,5% terhadap school well-being, sedangkan 88,5% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain seperti tujuan dan aspirasi, karakteristik kepribadian, serta teman

dan waktu luang.

School well-being atau kesejahteraan diartikan sebagai sebuah pemenuhan

kepuasan individu pada kebutuhan dasarnya selama berada di lingkungan sekolah

(Konu dan Rimpelӓ, 2002, h. 82). School well-being pada siswa merupakan kehidupan

emosional yang positif yang dihasilkan dari keselarasan antara faktor lingkungan,

kebutuhan pribadi, dan harapan siswa di sekolah (Engels, Aelterman, Petergem, dan

Schepens, 2004, dalam O’Brien, 2008). Kebutuhan dasar siswa yang beragam seperti

tersedianya kondisi dan keadaan sekolah yang bersih serta nyaman, interaksi sosial

siswa dengan seluruh elemen sekolah yang kondusif, adanya kesempatan bagi siswa

untuk berprestasi, serta keadaan kesehatan siswa selama berada di sekolah merupakan

aspek-aspek yang mempengaruhi hasil penelitian ini. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

deskriptif mengenai kategorisasi school well-being siswa kelas VII SMP Negeri 2

Makale Sulawesi Selatan, diketahui bahwa tidak terdapat siswa yang memiliki school

well-being yang sangat rendah ditunjukkan dengan nilai 0% (0 orang), 1,67% (1 orang)

yang tergolong rendah, 21,67% (13 orang) yang tergolong tinggi, 77,67% (46 orang)

yang tergolong sangat tinggi. Jumlah dan presentasi terbanyak menempati kategori

sangat tinggi.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

17

Hasil deskriptif kategorisasi skala penyesuaian sosial menunjukkan bahwa siswa

yang memiliki penyesuaian sosial sangat rendah ditunjukkan dengan nilai 1,7% (1

orang), 0% (0 orang) yang tergolong rendah penyesuaian sosialnya, 38,3% (23 orang)

yang tergolong tinggi penyesuaian sosialnya, 60% (36 orang) yang tergolong sangat

tinggi penyesuaian sosialnya. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rata-rata siswa

kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan memiliki penyesuaian sosial yang

sangat tinggi. Artinya siswa mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik.

Menurut Hurlock (1991) individu yang dapat melakukan penyesuaian sosial secara baik

akan memiliki dasar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Remaja yang dapat

melakukan penyesuaian sosial akan memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya dan

tuntutan lingkungannya serta mampu mengatasi hambatan yang dihadapinya

(Rahmawati, 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara

penyesuaian sosial dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP di Tana Toraja

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikansi antara penyesuaian sosial

dengan school well-being pada siswa kelas VII SMP di Tana Toraja.

2. Rerata siswa kelas VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan memiliki skor

penyesuaian sosial yang berada pada kategori sangat tinggi dan siswa kelas

VII SMP Negeri 2 Makale Sulawesi Selatan memiliki skor school well-being

yang berada pada kategori sangat tinggi.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

18

3. Sumbangan efektif yang diberikan oleh penyesuaian sosial terhadap school

well-being pada siswa adalah sebesar 11,5% Ini berarti penyesuaian sosial

memiliki kontribusi sebesar 11,5% terhadap school well-being siswa,

sedangkan 88,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar penyesuaian

sosial yang dapat berpengaruh terhadap school well-being.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

Guru dan pihak sekolah agar lebih memperhatikan peningkatan

kesejahteraan siswa di sekolah dengan cara membenahi dan melengkapi

fasilitas-fasilitas, pelayanan sekolah, dan sarana pemenuhan diri siswa yang

terbatas sehingga siswa merasa nyaman berada di sekolah. Selain itu, guru

selaku orang tua di sekolah juga diharapkan untuk tetap mempertahankan

budaya interaksi seperti kegiatan diluar sekolah yang melibatkan antara guru

dan siswa dan melakukan pendekatan-pendekatan pada siswa secara

kekeluargaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan penyusunan

alat ukur school well-being. Jika hendak mengadaptasi alat ukur asli, bisa lebih

difokuskan pada kondisi/situasi yang hendak diteliti seperti budaya atau

kebiasaan yang ada didalam tempat penelitian yang akan dituju, sehingga hasil

penelitian menjadi lebih baik. Selanjutnya bagi peneliti yang hendak meneliti

tentang variabel school well-being pada siswa dapat lebih mengkaji dalam

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

19

jangkauan yang lebih luas, dengan mengkaitkan faktor-faktor lain yang

berhubungan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mampu mengembangkan

penelitian dengan menambah subjek penelitian dan mengembangkan di tempat

lain. Peneliti lain hendaknya lebih memperhatikan variabel lebih rinci agar

pembahasan penelitian lebih mendalam.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

20

Daftar Pustaka

Ahmad, J.N. (2010). Penggunaan school well-being pada sekolah menengah atas (SMA)

bertaraf internasional sebagai barometer evaluasi sekolah. Jurnal UI Untuk

Bangsa Seri Sosial dan Humaniora Vol.1.

Ali, R., Solis, C., Omoronyia, I., Salehie, M., and Nuseibeh, B. (2012). Social

adaptation: When software gives users a voice. Technical Report Lero-TR-2011-

05, Lero. University of Limerick. Ireland.

Andrews, C. & Bishop, P. (2012). Middle grades transition programs around the globe

:Effective school transition programs take a comprehensive approach to ensuring

student success in the middle grades. Middle School Journal.

Azizah, A. & Hidayati, F (2015). Hubungan antara penyesuaian sosial dengan school

well-being (studi pada siswa pondok pesantren yang bersekolah di MBI amanatul

ummah pacet mojokerto). Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Vol.1.

Azwar, S. (1999). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

, S. (2010). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

, S (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bungin, B. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Eccles, J. S., & Midgley, C. (1990). Changes in academic motivation and selfperception

during eary adolescence. In R. Montemayor, G. R. Adams, & T. P. Gullotta, Form

childhood adolescence: A transmission period? (pp. 134-155). California: Sage

Publications.

Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Hurlock, E. B. (1978). Psikologgi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan. Jakarta : Erlangga.

, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga.

, E. B. (2010). Perkembangan anak jilid 1. Edisi Keenam.

Keyes, C. L. M. & Waterman, M. B. (2008). Dimensions of well-being and mental

health in adulthood. In Bornstein, M. H. et al. (Ed), Well-Being: Positive

development across the life course. New Jersey, NJ: Lawrence Erlbaum

Associates.

Konu, A. I., Lintonen, T. P., & Rimpelä, M. K. (2002). Factor structure of the School

Well-being Model. Health Education Research Vol.17.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10157/2/T1_802012057_Full... · psikosomatis, penyakit kronis, penyakit ringan (seperti flu),

21

Mullins, E. R, & Irvin, J. L. (2000). Transition into a middle school. Middle school

journal, 31 (3), 57-60.

Na’imah, T, & Pamujo (2014). School well-being pada anak didik di taman kanak-

kanak. Jurnal. Purwokerto : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

O’Brien, M. (2008). Well-being and post-primary schooling. Dublin: National Council

for Curriculum and Assessment.

Octyavera, R. M., Siswati., & Sawitri, D. R. (2009). Hubungan kualitas kehidupan

sekolah dengan penyesuaian sosial pada siswa SMA International Islamic

Boarding School Republic of Indonesia. Jurnal Psychoidea. ISSN 1692-1076

Oktarina, W. M. (2007). Hubungan antara fungsionalitas keluarga dengan penyesuaian

sosial remaja. Skripsi. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana.

Pawestri, L. K. (2016). Hubungan antara peer preasure dengan school well-being pada

siswa SMP Negeri 2 Tuntang. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana.

Rahmawati, E. (2013). Hubungan antara sibling rivalry dengan kemampuan

penyesuaian sosial anak usia sekolah di SDN Cireundeu III. Skripsi. Jakarta:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence (6th ed). New York, NY: McGraw-Hill, Inc.

, J. W. (2007). Remaja. Jilid 2. (Edisi 11). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schneiders, A. A. (1964). Personal adjusment and mental health. New York: Holt

Rineheart & Winston.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.

Tilleczek, K., et al. (2010). Fresh starts and false starts: Young people in transition

from elementary to secondary school. Ontario Ministry of Education.

Way, N., Reddy, R., & Rhodes, J. (2007). Students’ perception of school climate during

the middle school years: Association with trajectories of psychological and

behavioral adjustment. Am J Community Psychol, 40, 194-213.

Wyn, J., Cahill, H., Holdsworth, R., & Rowling, L., (2000), “MindMatters, a

wholeschool approach promoting mental health and well-being”. Shirley Carson

Australian and New Zealand Journal of Psychiatry, 2000, Vol, 34, 594–601