gangguan jiwa

Upload: vicky-ilda-viantini

Post on 05-Jan-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GANGGUAN JIWA

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan panik merupakan salah satu diantara beberapa gangguan cemas yang dikenal dan sering terjadi. Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang tidak diduga dan spontan yang terdiri atas periode takut intens yang hati-hati dan bervariasi dari sejumlah serangan sepanjang hari sampai hanya sedikit serangan selama 1 tahun. Serangan panik sering disertai dengan agrofobia yaitu rasa takut sendirian ditempat umum seperti pasar atau terutama tempat yang sulit keluar dengan cepat saat terjadi serangan panik.

Studi epidemiologis di Negara Barat melaporkan angka prevalensi seumur hidup gangguan panik adalah 1,5 - 5%, sedangkan serangan panik sebanyak 3 5,6%. Di Indonesia belum dikatakan studi epidemiologi yang dapat menggambarkan jumah pasien dengan serangan panik, namun para ahli merasakan adanya peningkatan jumlah kasus yang berdatangan.1,2

Gangguan pada perempuan 2/3 lebih banyak dari laki-laki. Pada umumnya terjadi pada usia dewasa muda sekitar 25 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada usia berapa pun. 91% pasien dengan gangguan panik dan 84% dengan agrofobia berpotensi mengalami setidaknya satu gangguan psikiatrik lainnya. Salah satu faktor yang diduga turut berperan dalam timbulnya gangguan panik adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang baru terjadi. 15 30% mengalami kecemasan, 30% mengalami gangguan obsesifkompulsif. Gangguan panik dapat timbul bersama gangguan mood dengan gejala secara potensial meningkatkan onset serangan panik. Gangguan panik dapat didiagnosis dengan atau tanpa agrofobia. Sering kali komorbiditas yang terjadi juga adalah hipokondriosis, gangguan kepribadian dan gangguan terkait zat, serta penyakit somatik, seperti PPOK dan meningkatkan frekuensi serangan jantung.1,2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA1.DEFINISIIstilah "panik berasal dari kata pan adalah dewa Yunani setengah hantu yang tinggal di pegunungan dan hutan yang perilakunya sangat sulit diduga. Pada tahun1895 deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freed dalam kasus agrofobia. Serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak diperkirakan. Serangan panik adalah perioe kecemasan atau ketakutan yang kuat dan relative singkat (biasanya kurang dari 1 tahun), yang disertai oleh gajala somatik tertentu palpitasi dan takipneu. Frekuensi pasien dengan gangguan panik mengalami serangan panik adalah bervariasi dari serangan multiple dalam satu hari sampai hanya beberapa serangan selama setahun. Di Amerika Serikat, sebagian besar peneliti dibidang gangguan panik percaya bahwa agrofobia hamper selalu berkembang sebagai suatu komplikasi pada pasien yang memiliki gangguan panik.2. EPIDEMIOLOGI

Penelitian epidemiologi melaporkan prevalensi seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5 5% dan untuk serangan panik 3 5,6%. Sebagai contohnya suatu penelitian terakhir lebih dari 1600 orang dewasa yang dipilih secara acak di Texas menemukan bahwa angka prevalensi seumur hidup adalah 3,8% untuk gangguan panik, 5,6% untuk serangan panic dan 2,2% untuk serangan panik dengan gejala yang terbata tidak memenuhi kriteria diagnostik lengkap.

Jenis kelamin wanita 2 3 kali lebih sering terjadi daripada pria, walaupun kurangnya diagnosis gangguan panik pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang tidak sama. Perbedan antara kelompok hispanik, kulit putih non hispanik dan kulit hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam perkembangan gangguan panik adalah riwayat perceraian.3. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan panik, antara lain :

Faktor BiologisPenelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai kelainan biologis dalam struktur otak dan fungsi otak. Penelitian tersebut dan penelitian lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan saraf pusat didalam patofisiologi gangguan panik. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan panik telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat terhadap stimulus yang berulang dan berespon secara berlebihan terhadap stimulus yang sedang. Sistem neurotransmitter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin dan gamma aminobutyric acid (GABA). Serangan panic merupakan respon terhadap rasa takut yang ditampilkan oleh tear network yang terlalu sensitive yaitu amigdala, korteks prefrontal, dan hipokampus. Terdapat bukti praklinis bahwa melemahnya transmisi inhibisi lokal GABA di amigdala basolateral, otak tengah dan hipotalamus dapat mencetuskan respon fisiologis mirip ansietas. Faktor biologik lain yang berhubungan adalah zat panikogen yang digunakan terbatas pada penelitian, misalnya karbon dioksida, natrium laktat dan bikarbonat. Zat penginduksi panic neurokimia terutama mempengaruhi reseptor adrenergik, serotonergik, GABA di SSP secara langsung.Pada studi pencitraan struktur otak, perubahan pada tampilan MRI juga dilaporkan, yaitu adanya abnormalitas terutama atrofi korteks di lobus temporalis kanan dan kiri pasien. Pada passitron emission tomography (PET), terlihat adanya disregulasi aliran darah otak. Khususnya gangguan ansietas dan serangan panic disertai vasokontriksi serebral, yang dapat menimbulkan gejala SSP, seperti pusing yang dicetuskan oleh hiperventilasi dan hipokapnia.1,2 Faktor genetikGangguan panik meliputi keterlibatan komponen genetik yang jelas. Angka prevalensi tinggi pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya peningkatan resiko gangguan panik sekitar 4 8 kali lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien dengan gangguan panik dibandingkan dengan sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar dizigot.2 Faktor psikososial

Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan pathogenesis gangguan panic dan agrofobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau melalui proses pembiasan klasik.Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Dan merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala somatik.

Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panik kemungkinan melibatkan arti bahwa sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa pathogenesis serangan panik berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis. Pada kebanyakan pasien, rasa marah dan agresivitas sulit dikendalikan. Pada pasien-pasien dengan gangguan panik terdapat kesulitan mengendalikan rasa marah dan fantasi yang terkait. Misalnya pasien mempunyai harapan untuk balas dendam terhadap orang tertentu.1,24. GEJALA KLINIS

Gangguan panik terutama ditandai dengan serangan panik berulang. Serangan panik terjadi secara spontan dan tidak terduga, disertai dengan gejala otonomik, terutama system kardiovaskular dan respiratory. Serangan sering dimulai selama 10 menit, kemudian gejala meningkat dengan cepat. Serangan cemasnya disertai dengan gejala-gejala yang mirip dengan gangguan jantung yaitu rasa nyeri di dada, jantung berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik.

Kondisi ini dapat berulang hingga membuat individu yang mengalaminya menjadi sangat khawatir bahwa ia akan mengalami hal tersebut lagi (anticipatory anciety). Pernapasan yang cepat dan pendek merupakan salah satu gejala yang sangat jelas dirasakan pasien. Seringkali gejala sistem pernafasan yang tidak stabil adalah spesifik pada gangguan panic termasuk sindrom hiperventilasi dan peningkatan variasi pernafasan. Peningkatan denyut nadi dan pernafasan yang tidak stabil bisa timbul tanpa terjadi serangan panik. Sebaliknya serangan panik tidak selalu disertai pengukuran objektif dari hiperventilasi atau disfungsi kardiovaskular.3

Gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat, ancaman kematian atau bencana. Pasien bisa merasa bingung dan sulit berkonsentrasi. Tanda fisik yang menyertai adalah takikardia, palpitasi, dispneu, dan berkeringat. Serangan dapat berlangsung 20-30 menit, jarang lebih dari 1 jam.

Gejala depresif seringkali ditemukan pada serangan panik dan agrofobia. Pada beberapa pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah ditemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah tinggi tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.1,25. DIAGNOSIS

Kriteria Diagnosis Gangguan Panik

PPDGJ IIIF41.0 Gangguan Panik (Ansietas Paroksimal Episodik)Terjadinya beberapa serangan berat ansietas otononomik, yang terjadi dalam periode kira-kira 1 bulan. a. Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya;b. Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat didugasebelumnya;

c. Adanya keadaan relatif bebas gejala ansietas dalam periode antara serangan-serangan panik (meskipun lazim terjadi ansietas antipatorik)DSM-IV-TR Gangguan Panik Tanpa Agrofobiaa. Mengalami (1) dan (2)

(1) Serangan panik berulang yang tidak diduga.

(2) Sedikitnya satu serangan telah diikuti selama 1 bulan (atau lebih) oleh salah satu atau lebih hal berikut :i. Kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan;ii. Khawatir akan akibat atau konsekuensi serangan (seperti hilang kendali, serangan jantung, menjadi gila);iii. Perubahan perilaku bermakna terkait serangan.

b. Tidak ada agrofobia;c. Serangan panik tidak disebabkan langsung oleh efek fisiologis zat (seperti penyalahgunaan obat, pengobatan) atau keadaan medis umum (seperti hipertiroidisme);d. Serangan panik tidak dapat dimasukkan ke dalam gangguan jiwa lain seperti fobia social, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stress pasca trauma atau gangguan cemas perpisahan.PPDGJ III- F40.0 Agrofobia

a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti waham atau pikiran obsesif;b. Ansietas yang timbul harus terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut : banyak orang/keramaian, berpergian keluar rumah, berpergian sendiri;c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi house-bound).DSM-IV-TR Agrofobiaa. Ansietas saat berada di tempat atau situasi yang jalan keluarnya sulit (atau memalukan) atau tidak ada pertolongan. Rasa takut agrofobik secara khas melibatkan situasi yang mencakup berada jauh dari rumah sendirian, berada di keramaian atau mengantri, berada dibawah jembatan, berjalan-jalan dengan bus, kereta atau mobil;b. Situasi tersebut dihindari, dijalani dengan penderitaan yang jelas dengan ansietas akan mengalami serangan panik atau gejala mirip panik atau membutuhkan adanya teman,

c. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan gangguan jiwa lain seperti fobia social dll.6. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding gangguan panik mencakup gangguan medis dan beberapa gangguan mental lainnya.

Gangguan medis. Beberapa gangguan medis yaitu infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi dan feokromositoma. Sementara itu, diagnosis banding gangguan mental untuk gangguan panik adala pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan spesifik, gangguan stress pasca traumatik dan gangguan depresi.17. PENATALAKSANAAN

Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu, psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas. Tatalaksana Serangan Panik

Serangan panik merupakan salah satu kegawatdaruratan psikiatri. Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien serangan panik yang datang dengan keluhan nyeri dada, sesak nafas, atau pingsa, antara lain :

1. Terapi oksigen

2. Membaringkan pasien dalam posisi fowler

3. Memonitor tanda-tanda vital, saturasi oksigen dan EKG.

4. Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan kardiopulmoner dan memastikan bahwa pasien sedang mengalami serangan panik.

5. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya dapat berkurang jika dia menenangkan diri. Komponen utama dari terapi pasien serangan panik adalah menjelaskan pada pasien kalau kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi medis yang serius dan bukan pula dikarenakan oleh gangguan mental yang parah, tapi lebih diakibatkan oleh ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon system simpatik.

6. Memberikan injeksi lorazepam 0,5 mg IV untuk menenangkan dan mengurangi impuls tak terkontrol pada pasien. Tatalaksana gangguan panik

a. Farmakoterapi

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik adalah obat antidepresi dan anticemas.1) Golongan trisiklikDiantara obat trisiklik, data yang paling kuat menyatakan bahwa chlorpromazine dan imipramine adalah elektif dalam pengobatan panik. Dimulai dari dosis rendah, 10 mg/hari dan dititrasi perlahan-lahan pada awalnya dengan 10 mg setiap hari 2-3 hari, selanjutnya lebih cepat, dengan 25 mg sehari setiap 2-3 hari, jika dosis rendah ditoleransi dengan baik. Lama pemakaian obat untuk menunjukkan respon adalah 8-12 minggu.

Mekanisme Kerja TrisiklikMekanisme kerja trisiklik menyerupai cara kerja SNRI (Serotonin norepinefrin reuptake inhibitor) dengan cara memblok transporter serotonin dan norepinefrin sehingga terjadi peningkatan neurotransmitter ekstraseluler yang dapat bereaksi dalam proses neurotransmisi. Trisiklik juga dapat dikenal sebagai antihistamin dan antikolinergik kuat karena dapat bereaksi dengan reseptor histamine dan asetilkolin muskarinik. Kebanyakan trisiklik juga dapat menghambat kanal natrium dan kalsium, sehingga dapat bekerja seperti obat-obatan sodium channel blocker dan calcium channel blocker. Karena itu penggunaan trisiklik berlebih dapat menyebabkan kardiotoksik.

Contoh obat Trisiklik

Imipramin (tofranil, tofranil- PM). Imipramine dapat menghambat reuptake norepinefrin dan serotonin pada neuron presinaptik.Desipramin (norpramin). Dapat meningkatkan konsentrasi norepinefrin pada sinaptik SSP dengan cara menghambat reuptake-nya di membrane presinaptik.

Clomipramine (anafranil). Obat ini berefek langsung pada reuptake serotonin. Sedangkan pada efeknya uptake norepinefrin dapat terjadi ketika obat ini diubah menjadi metabolitnya, desmethylclomipramine.

Efek samping trisiklik

Ada banyak efek samping yang disebabkan oleh trisiklik yang berkaitan dengan antimuskariniknya. Beberapa diantaranya adalah mulut kering, hidung kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, gangguan memori dan peningkatan temperature tubuh. Efek samping lainnya adalah pusing, cemas, anhedronia, bingung, sulit tidur, akathisia, hipersensitivitas, hipotensi, aritmia serta kadang-kadang rhabdomiolisis.2) Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)Obat yang biasa digunakan adalah fenelzin. Obat ini lebih efektif dibandingkan obat golongan trisiklik. Dosis MAOIs harus mencapai dosis untuk pengobatan depresi dan uji coba teurapetik harus berlangsung 8-12 minggu.Cara kerja MAOIs

MAOIs bekerja dengan cara menghambat aktivitas monoamine oksidase, sehingga ini dapat mencegah pemecahan monoamine neurotransmitter dan meningkatkan avabilitasnya. Terdapat dua jenis monoamine oksidase, yaitu MAO- A, MAO B. MAO-A berkaitan dengan deaminasi serotonin, melatonin, epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan MAO-B mendeaminasi phenylethylamine dan sisa amina. Dopamine diseaminasi oleh keduanya.

Contoh obat MAOI

Phenelzine (nardil). Merupakan obat golongan MAOI yang paling sering digunakan dalam mengatasi gagguan panik .Tranylcypromin (parnate). Obat ini juga efektif terhadap gangguan panik karena berikatan secara ireversibel pada MAO sehingga dapat mengurangi pemecahan monoamine dan meningkatkan avabilitas sinaptik.

Efek Samping MAOI

Ketika dikonsumsi peroral, MAOI menghambat katabolisme amin. Sehingga ketika makanan yang mengandung tiramin, seseorang dapat menderita hipertensi. Jika makanan yang mengandung triptofan dimakan juga, maka hal ini dapat menyebabkan hiperserotonemia. Jumlah makanan yang dibutuhkan hingga menimbulkan reaksi berbeda-beda pada tiap individu.3) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors/SSRIs (Misalnya Fluoksetin)Digunakan terutama pada pasien panik yang disertai dengan depresi. Obat yang biasa digunakan adalah Fluoksetin. Dosis awal dapat serendah 2 atau 4 mg perhari dan harus dinaikkan dalam 2 sampai 4 mg interval sehari tiap 2 4 hari. Tujuannya adalah untuk mencapai dosis teurapetik sebesar 20 mg sehari. SSRIs efek sampingnya sedikit dan tidak terlalu menyebabkan ketergantungan fisik. Mekanisme kerja SSRI

SSRI dapat meningkatkan kadar serotonin di ekstraseluler dengan cara menghambat pengambilan kembali serotonin ke dalam sel presinaptik sehingga ada lebih banyak serotonin di celah sinaptik yang dapat berikatan dengan reseptor sel post-sinaptik. SSRI ini memiliki tingkat selektivitas yang cukup baik terhadap transporter monoamine yang lain, seperti pada transporter noradrenalin dan dopamine. SSRI memiliki afinitas yang lemah terhadap kedu reseptor tersebut sehingga lini pertama pengobatan antipanik.Contoh obat golongan SSRI

Fluoksetin. Fluoksetin secara selektif menghambat reuptake serotonin presinaptik dengan efek minimal atau tanpa efek sama sekali terhadap reuptake norepinefrin atau dopamine.Paroksetin. Ini merupakan SSRI alternative yang bersifat sedasi karena cara kerjanya merupakan inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin neuronal dan memiliki efek yang lemah terhadap reuptake norepinefrin dan dopamine.

Sertalin. Cara kerjanya mirip fluoksetin namun memiliki efek inhibisi yang lemah pada reuptake norepinefrin dan dopamine neuronal.

Fluvoksamin. Merupakan inhibitor selektif yang juga poten pada reuptake serotonin neuronal serta secara signifikan tidak berkaitan pada alfa adrenergic, histamine atau reseptor kolinergik sehingga efek sampingnya lebih sedikit disbanding obat-obat jenis trisiklik.

Citalopram. Dapat meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif reuptake serotonin pada membrane neuronal. Efek samping antikolinergik obat ini lebih sedikit.

Escitalopram. Mekanisme kerjanya mirip dengan citalopram.

Efek samping SSRI

Biasanya timbul selama 1 4 minggu pertama ketika tubuh mulai mencoba beradaptasi dengan obat (kecuali efek samping seksual yang timbul pada fase akhir pengobatan). Biasanya penggunaan SSRI mencapai 6 8 minggu ketika obat mulai mendekat potensi terapi yang menyeluruh. Adapun beberapa efek samping antara lain : anhedonia, insomnia, nyeri kepala, tinitus, apatis, retensi urin, perubahan pada perilaku seksual, penurunan berat badan, mual, muntah dan yang paling ditakutkan adalah keinginan bunuh diri dan meningkatkan perasaan depresi pada fase awal pengobatan.

4) Golongan Benzodiazepine

Bekerja lebih cepat dari pada antidepresi, tetapi bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan menimbulkan beberapa efek samping, misalnya rasa mengantuk, gangguan koordinasi dan perlambatan waktu reaksi.4Golongan benzodiazepine merupakan salah satu obat pilihan yang dgunakan untuk mengatasi serangan panik akut, benzodiazepine digunakan hanya pada 4 6 minggu pertama.

Cara kerja benzodiazepine

Benzodiazepine bekerja dengan cara meningkatkan efek neurotransmitter GABA (gamma butyric acid), yang berakibat pada fungsi eksitasi sehingga dapat menimbulkan kantuk, menekan kecemasan, anti kejang, melemaskan otot dan dapat mengakibatkan amnesia.

Ada tiga jenis benzodiazepine yakni : short acting, intermediate acting dan long acting. Benzodiazepine short dan intermediate acting digunakan untuk mengatasi insomnia, dan long acting digunakan untuk mengatasi gangguan panik.1,5Contoh obat benzodiazepine

Lorazepam (ativan). Merupkan suatu hipnotik sedative yang memiliki efek onset singkat dan waktu paruhnya tergolong intermediate. Dengan meningkatkan aksi GABA, yang merupakan inhibitor utama di otak, lorazepam dapat menekan semua kerja SSP, termasuk sistem limbik, dan formasi retikuler.

Clonazepam (klonopin). Dapat memfasilitasi inhibisi GABA dan transmitter inhibitorik lainnya. Selain itu obat ini memiliki waktu paruh yang relative panjang sekitar 36 jam.

Alprazolam (xanax, xanax XR). Merupakan terapi pilihan untuk manajemen serangan panik. Obat ini dapat terikat pada reseptor-reseptor pada beberapa bagian di otak termasuk sistem limbik dan RES.

Diazepam (valium, diastat, diazepam intensol). Merupakan salah satu golongan benzodiazepine yang potensinya rendah. Namun dapat digunakan untuk mengatasi serangan panik.

Efek samping benzodiazepine

Efek yag sering ditemukan biasanya yang berkaitan dengan efek sedasi dan relaksasi ototnya. Beberapa diantaranya adalah mengantuk, pusing, penurunan konsentrasi dan kewaspadaan. Kurangnya koordinasi bisa mengakibatkan jatuh dan kecelakaan terutama pada orang tua. Penurunan kemampuan menyetir sehingga dapat meningkatka angka kecelakaan. Efek samping lainnya adalah hipotensi dan penekanan pusat pernafasan terutama pada penggunaan intravena, mual muntah, perubahan selera makan, pandangan kabur, bingung, euphoria, depersonalisasi dan mimpi buruk. Sebagian kasus menunjukkan benzodiazepine bersifat liver toksik.1,5b. Psikoterapi Terapi relaksasiDiberikan terhadap hampir semua individu yang mengalami gangguan panik kecuali yang bersangkutan menolak. Terapi ini bermanfaat meredakan secara relative cepat serangan panik dan menenangkan individu, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari. Prinsipnya adalah melatih pernapasan, dengan cara menarik nafas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat; mengendurkan seluruh otot tubuh; dan mensusgesti pikiran kearah konstruktif yang diinginkan akan dicapai. Dalam proses terapi, dokter akan membimbing individu untuk melakukan ini secara perlahan-lahan, biasanya berangsung selaman 20 30 menit atau lebih lama lagi.1 Terapi Kognitif Perilaku/Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)Pasien diajak untuk merekstrukturisasi kognitif yaitu, membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang lebih rasional. Terapi biasanya berlangsung 30- 45 menit. Pasien kemudian diberi pekerjaan rumah yang harus dibuat setiap hari, antara lain membuat daftar pengalaman harian dalam menyikapi berbagai peristiwa yang dialami baik mengecewakan, menyedihkan atau menyenangkan. Biasanya terapi ini memerlukan 10 15 kali pertemuan bisa kurang ataupun lebih, bergantung pada kondisi pasien yang mengalaminya.1,2 Psikoterapi Dinamik

Pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan hanya dengan tujuan penghilangan gejala. Pada psikoterapi dinamik, biasanya pasien akan lebih banyak berbicara dan dokter lebih banyak mendengarkan, kecuali pada individu yang pendiam maka dokter lebih aktif. Terapi ini memerlukan waktu panjang dapat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Diperlukan kesabaran pada kedua belah pihak dan kerja sama yang baik.1 Aplikasi relaksasi

Tujuan aplikasi relaksasi (misalnya Hebert benson) adalah memberikan pasien rasa kendali mengenai tingkat ansietas dan relaksasi. Melalui penggunaan teknik standar reaksasi otot dan membayangkan situasi yang membuat santai, pasien mempelajari teknik yang dapat membantu mereka melewati serangan panik.1,5 Terapi keluarga

Keluarga pasien dengan gangguan panik dan agrofobia juga mungkin telah dipengaruhi oleh gangguan anggota keluarga. Terapi keluarga yang ditujukan pada edukasi dan dukungan sering bermanfaat.1,5 Psikoterapi kombinasi dan farmakologiKetika farmakoterapi efektif menghilangkan gejala primer gangguan panik, psikoterapi dibutuhkan untuk mengurangi gejala sekunder. Intervensi psikoterapeutik membantu pasien menghadapi rasa takut keluar rumah. Disamping itu, intervensi terapeutik dibutuhkan untuk beberapa pasien yang menolak obat dikarenakan stigma sakit jiwa, sehingga pasien dapat mengerti dan menghilangkan resistensi terhadap farmakoterapi.1,58. PROGNOSIS

Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa dewasa awal. Walaupun gangguan panik merupakan penyakit kronis, namun penderita dengan fungsi premorbid yang baik serta durasi serangan yang singkat bertendensi untuk prognosis yang lebih baik.

Untuk agrofobia, dimana sebagian besar kasusnya dianggap diakibatkan oleh gangguan panik sering membaik ketika gangguan paniknya diobati. Untuk perbaikan agrofobia yang cepat dan sempurna, kadang-kadang di indikasikan terapi perilaku. Gangguan depresif dan ketergantungan alkohol mempersulit perjalanan gangguan.1,5BAB III

KESIMPULAN

Gangguan panik adalah salah satu jenis gangguan cemas yang sering terjadi, lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Penyebabnya sendiri dapat multifaktorial baik dari organobiologik, psikososial, bahkan genetik. Gejala fisik yang dapat muncul adalah gejala yang menyerupai gangguan pada sistem kardiovaskular dan pernapasan yaitu nyeri dada, berdebar-debar, keringat dingin, hingga merasa seperti tercekik, nafas cepat dan pendek. Sementara gejala mental yang dirasakan adalah rasa takut yang hebat dan ancaman kematian. Gangguan panik dapat timbul bersama gangguan mood, dengan gejala mood secara potensial meningkat onset serangan panik. Gangguan panik juga dapat didiagnosis dengan atau tanpa agrofobia.

Pada beberapa kasus didapati pasien sangat meyakini dirinya sakit secara medis dan memaksa dokter untuk melakukan pemeriksaan penunjang lainnya, misalnya rekam jantung (EKG), pemeriksaan lab dll. Oleh karena itu skrining dan pemeriksaan yang tepat terhadap gangguan panik sangat dibutuhkan untuk efikasi

terapi, efisiensi biaya dan waktu pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumadewi I, Elvira S. Gangguan Panik Dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi ke 2, Jakarta: FKUI; 2013.

2. Maslim, Rusdi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas sPPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unima Atma Jaya, Jakarta 2007.

3. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1 Edisi Ketiga. Media Aesculapius. Jakarta. 2007.

4. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga, PT. Nuh Jaya. Jakarta: 2007.

5. Saddock BJ & Saddock VA. Panic disorder and agrofobia. In Kaplan & Saddocks symptom of psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Phsyciatry Edisi 10. 2007.

I