gangguan bipolar manik.docx

Upload: novy-lewowerang

Post on 09-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tinjauan pustaka

Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini ManikBernadina NS Lewowerang102011303Kelompok : C8Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510email : [email protected]

PENDAHULUANEpisode mania merupakan bagian dari gangguan suasana perasaan atau gangguan afektif/ Mood dimana kelainan fundamental dari kelompok ini berupa perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnya adalah sekunder terhadap perubahan itu, atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut.Mania merupakan status mental abnormal yang ditandai dengan euforia, disinhibisi sosial, aliran pikiran yang cepat, susah tidur, berbicara terus menerus, mudah mengambil resiko dan bersifat iritabilitas. Gangguan afektif dibedakan menurut episode tunggal atau multipel, tingkat keparahan gejala (mania dengan gejala psikotik, hipomania, dan depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik hingga berat dengan gejala psikotik), dan menurut dengan atau tanpa gejala somatik. Termasuk dalam kelompok ini hipomania, mania tanpa gejala psikotik, dan mania dengan gejala psikotik. Jika ada episode afektif (depresi, manik, atau hipomanik) sebelum atau sesudahnya, maka termasuk gangguan afektif bipolar.1,2

AnamnesisAnamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.Hal-hal yang perlu diketahui seorang dokter dalam melakukan anamnesis pada pasien antara lain: 1. Identitas pasien seperti nama, alamat, umur, dan pekerjaan.2. Keluhan utama pasien, hal utama yang membuat pasien datang menemui dokter. Dalam beberapa kasus yang berat ada kalanya kita tidak dapat menanyakan pada pasien karena pasien telah dalam keadaan gangguan kejiwaan yang berat, untuk itu kita juga dapat menanyakan hal ini kepada keluarganya (alloanamnesis).3. Setelah itu tanyakan bagaimana penyakit itu bermula, bagaimana awal mula gangguan kejiwaan itu terjadi, sejak kapan, dan bagaimana keberlangsungannya, ini bermakna karena kebanyakan penyakit psikiatrik mengalami beberapa fase sebelum menjadi semakin parah. 4. Riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang dapat memicu terjadinya gangguan kejiwaan seperti demam tinggi, riwayat trauma kepala, mengkonsumsi obat-obatan Parkinson, obat anti-hipertensi dan kotikosteroid dalam jangka waktu lama.5. Riwayat pribadi mencakup mengenai riwayat kelahiran pasien, apakah dia cukup bulan atau tidak, proses dilahirkan melalui Caesar atau normal, dan apakah ada masalah saat dia dalam kandungan. Jika pasien telah menikah, tanyakan mengenai pernikahannya. Intinya pada segmen ini kita harus menggali mengenai pribadi pasien.6. Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan jiwa atau tidak.

Wawancara Psikiatri Wawancara psikitari merupakan komunikasi 2 arah terapis pada klien. Sebagai terapis hal-hal yang harus diketahui yakni: tidak mengadili/menghakimi, bukan interogasi, bersikap empati, memahami apa yang terjadi, menerima klien apa adanya, sikap berada di sampingnya, sikap menunjukkan perhatian, kontak mata sikap hangat dan sentuhan fisik, mampu menjadi pendengar yang baik, memberikan kesempatan berbicara kepada klien. Tujuannya untuk mendapat diagnosis yang dapat tepat dan mengenai faktor-faktor seperti biologik-genetik, tempramen, psikologik, perkembangan, pendidikan, dan sosial-budaya.1Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik yang dapat dilakukan terdiri dari pemeriksaan status mental, status neurologis, dan status internus. Status MentalHal-hal yang harus diketahui saat pemeriksaan status mental pasien yakni: 1. Penampilan saat pasien datang, dari penampilan dapat memberikan ciri khas pada beberapa penyakit psikiatrik, contohnya pada pasien mania biasanya mereka berpakaian dan berdandan berlebihan tidak sesuai dengan tempatnya. Contohnya mereka ke dokter seperti akan ke acara pernikahan.2. Cara bicara, perhatikan pasien saat bicara. Biasanya pada pasien depresi mereka cenderung tertutup dan kurang member informasi, sedangkan pada pasien mania, mereka berbicara terus-menerus tiada henti.3. Mood atau suasana hati.4. Pikiran seperti bagaimana perhatian pasien, daya memorinya, apakah dia dapat menentukan sikap, serta cara berbahasa.5. Persepsi, tanyakan apakah pasien merasa ada yang berbisik, atau melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh dokter untuk mengetahui apakah pasien mengalami halusinasi.6. Sensorium dimana pasien sering merasa kesemutanPsikodinamik formulasi adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh pasien. Seperti penolakan (deny), pada saat disalahkan dia akan menyalahkan orang lain, menggunakan orang lain untuk mencapai tujuannya.Clinical Interview adalah cara yang dilakukan pemeriksa dalam menggali informasi kepada pasien agar pasien mau bercerita kepada dokter dengan leluasa. Hal ini dapat dicapai dengan menimbulkan kedekatan (rapport), kepercayaan (trust), penjaminan (reassurance), dan memberikan respon emosional yang positif.Status NeurologisMeliputi pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan pupil dan gerakan mata, pemeriksaan tanda rangsang meningeal, pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan motorik (gerakan pasif dan aktif), pemeriksaan refleks patologis (babinski dan klonus kaki), pemeriksaan koordinasi.Status InternusMeliputi pemeriksaan abdomen, thorax, jantung, agar dapat memastikan bahwa gangguan mania tersebut tidak disebabkan oleh adanya akibat dari penyakit dalam (interna) yang diderita pasien. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji psikologi, elektroensefalografi (EEG), dan CT-scan. Uji PsikologiTes psikologi bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepribadian dan kemampuan tiap orang. Pengertian tes psikologi adalah suatu ujian (test) untuk menguji mental dan dilakukan untuk menyeleksi serta menetapkan psikis khusus individu.Elektroensefalografi (EEG)Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang delta,alpha, beta, theta, gamma dsb.Saat terbaik perekaman adalah pada saat bebas obat sehingga Gelombang Otak (Brainwave) yang didapat adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang bebas dari pengaruh obat. Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar. CT-ScanComputed Tomography Scanning (CT Scan) adalah suatu peralatan radiologi yang dapat digunakan untuk menampilkan dan mengalokasikan suatu objek yang akan di diagnosis keadaannya dengan cara menggunakan teknik pemeriksaan tomografi untuk menghasilkan gambaran-gambaran objek yang berupa potongan-potongan tubuh secara axial dengan menggunakan prinsip kerja tomografi yang dilengkapi sistem komputer sebagai media pengolahan data-data software dan recontruksi gambar objek.Pada umumnya radiasi dari sinar X yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan adalah aman dengan indikasi medis yang sesuai.2Diagnosis Banding Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Pedoman Diagnostik : Harus ada sedikitnya satu dari gejala ini yang amat jelas:a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda.- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya atau pikirannya diambil keluar oleh suatu dari luar dirinya.- Throught broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya.b.-delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar-delusion of influence = waham tentang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar-delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan tertentu dari luar-delusional of perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.c halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien Mendiskusi perihal pasien diantara mereka sendiri Jenis suara yang berasal dari salah satu bagian tubuhd.Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan suatu yang mustahil. Atau paling sedikit dua jenis gejala di bawah ini harus selalu ada:e. halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan efektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus.f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau berbicara yang tidak relevan atau neologis.g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibelitas cerea, negativisme, mutisme dan strupor.h. gejala-gejala negatif. Seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas semua hal tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Adanya gejala khas diatas telah berlangsung kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodormal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten yang bermakna dalam mutu dari beberapa aspek prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.3

Skizoafektif Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu. Ditandai dengan gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dn gejala gangguan afektif. Beberapa data menunjakan bahwa gangguan skizoafektif dan skizofrenia berhubungan secara genetic. Prevalensi penyakit ini pada pria r\lebih rendah dari pada wanita. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresi lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif cenderung melakukan perilaku anti sosial.Ada empat model konseptual dari gangguan ini:1. gangguan skizoafektif merupakan suatu tipe dari skizofrenia atau suatu tipe dari gangguan afektif.2. gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama dari skizoafrenia dan gangguan afektif.3. Gangguan skizoafektif mungkin merupkan tipe psikosis yang berbeda dengan skozofrenia maupun dengan gangguan afektif.4. Gangguan skozoafektif adalah kelompok heterogen yang meliputi semua kemungkinan tersebut diatas.Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuata apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Ada dua tipe skizoafektif:1. Skizoafektif tipe manik, suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik bersama-sama menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala afektif diataranya, elasi dan ide-ide kebesaran, tetpai kadang-kadang kegelisahan atau iritabilitas disertaioleh perilaku agresid serta ide-ide kejaran. Pada tipe ini juga terdapat peningkatan energi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi terganggu dan hilangnya hanbatan normo sosial. Waham kebesaran, waham kejaran mungkion ada. Selain gejala afektif ada juga gejala skizofrenia, antara lain; merasa pikirannya disiarkan atau diganggu, ada kekutan yang sedang berusaha mengendalikannya,mendengar suara yang beraneka ragam atau menyatakan ide-ide bezare. Onset dari tipe inih biasanya akut, poerilku sangat terganggu, namum penyembuhannya sempurna dalam beberapa minggu

2. Skizoafektif tipe depresi, Pada episode yang sama terdapat gejala-gejala skizofrenia maupun depresif yang sama-sama menonjol. Gejala depresi disini ditandai dengan adanya perilaku yang retardasi, insomnia, hilangnya energi, perubahan nafsu makan, kurang minat, gangguan konsentrasi, perasaan bersalah, keputusasaan, dan ide-ide bunuh diri. Secara bersamaan dalam satu epsode terdapat gejala2 skizofrenia yg khas antara lain : Merasa pikirannya sedang disiarkan, atau diganggu, ada kekuatan2 yang mrngendalikan pikirannya. Pasien yakin sedang di mata-matai, sedang diincar . Mendengar suara2 yang menghina, mengutuk dirinya, atau akan membunuhnya. Bahkan seperti ada yang mendiskusikan dirinya. Episode berlangsung lebih lama dari pada episode manik, dan bisa sembuh sempurna. Namun ada sebagian yang akhirnya berkembang menjadi defek skizofrenik.Penatalaksanaannhya, apabila ada pikiran bunuh diri atau ide-ide membunuh diindikasikan untuk dirawat inapkan dirumah sakit. Terapi dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada rehabilitasi kognitif. Pengobatan , digunakan kombinasi antipsikotik dengan anti depresan bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Apabila gengguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi antara anti psokotik denga mood stabilizer .Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka pronosis nya buruk. Dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.2EtiologiFaktor Biologi HerediterDidapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar memiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.2 GenetikBeberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.2 NeurotransmiterSejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).2 Kelainan OtakKelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Selain itu ditemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).2Faktor Psikososial Peristiwa Kehidupan dan Stres LingkunganSatu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan suasana perasaan daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.4 Teori KognitifMenurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang sering adalah melibatkan distorsi negatif, pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme, dan keputusasaan. Pandangan negatif yang dipelajari tersebut selanjutnya menyebabkan perasaan depresi. Seorang ahli terapi kognitif berusaha untuk mengidentifikasi hal yang negatif dengan menggunakan tugas perilaku, seperti mencatat dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien.4EpidemiologiMania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruh gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55 tahun dengan perbandingan jumlah pria dan wanita 2 : 1.Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1% pertahun.5 Prevalensi terjadinya mania 0,1% terjadi di atas usia 65 tahun, 1,4% dapat terjadi dalam kelompok usia 18-44 tahun.2Pemeriksaan dan penegakan diagnosisBila dokter menduga adanya gangguan bipolar, maka dokter biasanya akan mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan fisik dan psikologis. Hal tersebut diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang menimbulkan gejala seperti yang dikeluhkan oleh pasien, menemukan diagnose penyakit dan mendeteksi adanya komplikasi. Beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah: Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan tinggi badan, suhu tubuh, tekanan darah dan detak nadi, mendengarkan jantung dan paru paru serta memeriksa perut. Pemeriksaan laboratorium. Dokter mungkin akan memerintahkan pemeriksaan darah rutin, atau pemeriksaan fungsi kelenjar gondok bila ada indikasi kearah gangguan fungsi kelenjar gondok. Pemeriksaan psikologis. Untuk mengecek ada tidaknya depresi dan mania, dokter atau tenaga kesehatan akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran, dan pola perilaku pasien. Dokter atau petugas akan mengajukan pertanyaan tentang gejala, kapan mulainya, apakah pernah mengalami hal yang sama dulu. Dokter juga akan menanyakan apakah ada pemikiran kearah menganiaya diri sendiri atau bunuh diri. Pasien mungkin akan diminta untuk mengisi kuestionnaire (daftar pertanyaan) untuk membantu menentukan ada tidaknya depresi dan mania. Mood charting. Untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi, dokter akan meminta pasien untuk mencatat suasana hati (mood), pola tidur dan hal hal lain yang akan mendukung diagnose dan pengobatan gangguan bipolar.2Kriteria diagnosa gangguan bipolar American Psychiatric Association telah mengeluarkan kriteria untuk menegakkan diagnose depresi yang tertuang dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders (DSM). Gangguan bipolar tipe I. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) mania atau satu episode campuran. Penderita bipolar mungkin mengalami depresi berat (major depression) namun mungkin juga tidak karena gejala gangguan bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan bipolar tipe II. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) depresi dan satu episode hipomania (namun tidak mania penuh atau campuran/ mixed episode). Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan jiwa bipolar tipe II mempunyai gejala yang mengganggu atau membuat sipenderita mengalami kesulitan dalam beberapa area kehidupannya, seperti dalam hal kerja dan hubungan social. Gangguan cyclothymic. Penderita mengalami beberapa episode hipomania dan episode depresi, namun tidak pernah mengalami episode mania (full manic) atau depresi berat (major depression) atau episode campuran. Diagnosa cyclothymic disorder ditegakkan bila penyakit berlangsung selama 2 tahun atau lebih (setahun pada anak anak dan remaja). Selama masa itu, gejala tidak pernah hilang setidaknya selama 2 bulan. Gejala menimbulkan kesulitan atau gangguan dalam kehidupan yang bersangkutan, misalnya dalam masalah sekolah atau hubungan social.2Kriteria episode mania: Episode mania adalah suatu periode tersendiri yang ditandai dengan secara terus menerus (persistent), secara tidak normal (abnormal) dan naik (elevated), meluas (expansive), suasana hati yang mudah marah (irritable mood) yang berlangsung selama minimal 1 minggu (atau kurang dari 1 minggu bila di rumah sakit). Dalam masa dimana terjadi gangguan suasana hati tersebut, setidaknya ada 3 atau lebih gejala harus ada (4 gejala harus ada bila hanya irritable mood): Waham kebesaran atau terlalu percaya diri (Inflated self-esteem or grandiosity) Menurunnya kebutuhan untuk tidur (misalnya hanya perlu tidur 3 jam sehari) Terlalu banyak bicara Pikiran yang berkejaran Distractibility (mudah terganggu) Meningkatnya kegiatan untuk mencapai suatu tujuan (bisa di sekolah, kerja, social atau seksual) Melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan konsekuensi yang menyakitkan, misalnya menghamburkan uang, hubungan seksual atau investasi bisnis yang bodoh.2Mania pada remajaMania pada remaja sering salah di diagnosa sebagai gangguan kepribadian antisosial atau skozofrenia. Gejala mania pada remaja dapat mencakup psikosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, upaya bunuh diri, masalak akademik, pemikiran folosofih, gejala gangguan obsesif-komplusif, berbagai keluhan somatik, iritabilitas sehingga menimbulkann perkelahian , dan perilaku antisosial lainnya.2Pemeriksaan Status MentalEpisode Manik Gambaran umum, pasien manik tereksitasi ,banyak bicar, kadang menghibur, dan seringnya hiperaktif. Mood, afek, dan perasaan. Pasien manik biasanya euforik, tapi mereka mungkin juga iritabel,khususnya ketika muncul mania. Pasien ini juga memiliki toleransi rendah untuk frustasi, yang dapat mengarahkan ke rasa marah dan bermusuhan. Pasien manik dapat labil secara emosi, berganti dari tertawa ke iritabilitas ke depresi dalam hitungan menit atau jam. Pembicaraan. Pasien manik tidak suka di sela ketika sedang berbicara. Orang-orang disekitar pasien mania sering terganggu. Ketika mania menjadi intens, pembicaraan menjadi semakin keras, semakin cepat, dan sulit diartikan, kemudian diisi dengan lelucoan, sjak, bermain dengan kata-kata, serta tidak relevan jika keadaan mania semakin meningkat. Gangguan persepsi. Waham timbul pada 75% pasien manik. Waham manik yang kongruen mood sering berkenaan dengan kemakmuran, kemampuan yang luar biasa, atau kekuatan. Waham bizar dan tidak kongruen mood dan halusinasi juga terjadi pada mania. Pikiran. Isi pikir pasien mania mencakup tema kepercayaan diri dan membesarkan diri. Pasien manik sering mudah teralih pikirannya, dan fungsi kognitif pada keadaan mnaikditandai dengan arus gagasan yang tidak tertahan di percepat. Kendali implus. Sekitar 75% pasien mnaik bersifat menyerang atau mengancam. Pasien mnaik berupaya bunuh diri dan membunuh, tetapi insiden perilaku ini tidak diketahui.2,5Manifestasi KlinikBiasanya paling sedikit berlangsung selama satu minggu hampir setiap hari, afeknya meningkat, lebih gembira, mudah tersinggung (iritabel) atau membumbung tinggi (ekspresif) dan terdapat hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala berupa: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.2-4Tampilan umum :Bersemangat, banyak bicara, melawak, hiperaktif. Ada kalanya mereka memperlihatkan gejala psikotik dan bingung sehingga perlu difiksasi dan diberikan suntikan antipsikotik.Alam perasaan, emosi :Perasaannya hiperthym, mudah tersinggung, tidak mudah frustrasi, mudah marah dan menyerang. Emosinya tidak stabil, bisa cepat berubah dan gembira ke depresi dalam beberapa menit saja.Cara bicara:Bicaranya sukar dipotong, bombastis, volumenya keras, bermain dengan kata-kata, bercanda, berpantun, dan tidak relevan. Selanjutnya bisa terjadi loncat gagasan, asosiasi menjadi longgar, konsentrasi berkurang, bisa inkoheren sehingga sukar dibedakan dengan pasien skizofrenia.Gangguan persepsi: 75 % pasien mania mengalami waham, yang biasanya berhubungan dengan kekayaan, kemampuan yang luar biasa, kekuatan atau kehebatan yang luar biasa. Kadang-kadang ada waham dan halusinasi yang kacau dan tidak serasi.Gangguan pikiran: Pikiran pasien terisi dengan rasa percaya diri yang berlebihan, merasa hebat. Mereka mudah teralihkan perhatiannya, sangat produktif dan tidak terkendalikan.Gangguan sensorium dan fungsi kognitif: Ada sedikit gangguan pada fungsi sensorium dan kognitif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan meskipun tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat.Gangguan pengendalian diri: Sekitar 75 % pasien mania suka mengancam dan menyerang. Ada juga yang melakukan homicide dan suicide. Mereka sukar menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan kalau sedang tersinggung atau marah.Tilikan: Pada umumnya pasien mania mengalami gangguan tilikan. Mereka mudah melanggar hukum, pelanggaran dibidang seksual dan keuangan, kadang-kadang mereka menyebabkan kebangkrutan ekonomi keluarga.Reliabilitas: Pasien mania sering berbohong ketika memberikan informasi, karena berdusta dan menipu adalah biasa untuk mereka.2TerapiTerapi farmakologis.Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut dan sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga harus diberikan.2,6Tabel 1. FDA-Approved Bipolar Treatment RegimensNama GenerikNama DagangManikMixedMaintenanceDepresi

ValproateDepakoteX

Carbamazepine extended releaseEquestroXX

LamotrigineLamictalX

LithiumXX

AripiprazoleAbilifyXXX

ZiprasidoneGeodonXX

RisperidoneRisperdalXX

QuetiapineSeroquelXX

ChlorpromazineThorazineX

OlanzapineZyprexaXXX

Olanzapine/fluoxetine CombinationSymbyaxX

Terapi Non Farmakologi KonsultasiSuatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi. DietTerkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas. AktivitasPenderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler merupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium. EdukasiTerapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.Prognosis Rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan 95% sembuh sempurna. 4% mania dapat berulang, intervalnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan, tetapi dengan peningkatan jumlah serangan, maka waktu interval cenderung berkurang. Prognosis diperkirakan baik bila episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu yang singkat. Gambaran prognostik yang memuaskan dan indikator respon yang baik terhadap terapi fisik mencakup gejala endogen yang khas, misalnya mulainya mendadak, kepribadian premorbidnya stabil tanpa sifat neurotik dan sebaliknya gambaran prognostik menjadi buruk jika ada depersonalisasi, sifat bawaan histori dan gejala atipik lainnya.2KESIMPULANEpisode mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal, menetap, ekspansif, dan iritabel. Gejala mania meliputi cara berbicara yang cepat, berpikir cepat, kebutuhan tidur berkurang, perasaan senang atau bahagia, dan peningkatan minat pada suatu tujuan. Selain itu, tampak sifat mudah marah, mengamuk, sensitive, hiperaktif, dan waham kebesaran.Penderita biasanya merasa senang, tetapi juga bisa mudah tersinggung, senang bertengkar atau memusuhi secara terang-terangan. Yang khas adalah bahwa penderita yakin dirinya baik-baik saja. Kurangnya pengertian akan keadaannya sendiri disertai dengan aktivitas yang sangat luar biasa, bisa menyebabkan penderita tidak sabar, mengacau, suka mencampuri urusan orang lain dan jika kesal akan lekas marah dan menyerang.Dasar umum untuk gangguan ini tidak ketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik dan faktor psikososial. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa pasien.

DAFTAR PUSTAKA1. Oegondo S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.h.35-7.2. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2010.h.170, 189-212.3. Nurmiati A. Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK UI;2010.h.170-196.4. Ingram, Timbury, Mowbray, Editor Peter A.Catatan kuliah psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002.h.94-9.5. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III, pedoman diagnostik F30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya.2001.h.58-69.6. Olson J. Clinical pharmacology. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.h.44-7.

17