gambaran tingkat kecemasan pada narapidanarepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/nur sri...

85
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANA WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.A KOTA KENDARI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kendari OLEH : NUR SRI AFRIANTI P00320013058 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016

Upload: lamnhu

Post on 08-Jul-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANAWANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

KELAS II.A KOTA KENDARI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan

Diploma III Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH :

NUR SRI AFRIANTIP00320013058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN2016

Page 2: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR
Page 3: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR
Page 4: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

a. N a m a : Nur Sri Afrianti

b. Tempat/ tanggal Lahir : Kendari, 23 April 1995

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jln.Akasia No.14

II. JENJANG PENDIDIKAN

a. SD Negeri 12 Kendari, Tamat Tahun 2007

b. SMP Negeri 06 Kendari, Tamat Tahun 2010

c. SMA Negeri 1 Polong bangkeng, Tamat Tahun 2013

d. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2013 sampai sekarang

Page 5: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

MOTTO

Jangalah mudah menyerah jika engkau menghadapi suatu

masalah atau rintangan di hadapan mu, yakinlah bahwa setiap

masalah insyaAllah pasti ada penyelesaiaanya

jika engkau mau berusaha dan

bertawakkal.

Jangalah engkau menodai kepercayaan orang lain karena

kepercayaan sangatlah tidak ternilai harganya. Pertahankan

kejujuranmu, selagi orang masih mempercayaimu karena sekali

engkau mencoba

ingkar selamanya engaku tidak akan dipercaya jujur

walaupun itu sakit.

Dalam cinta dan cinta sahabat merupakan

teman pertama yang selalu bersama di saat

sulit

maupun mudah kebersamaan membuat

kita tangguh menghadapi perjalanan

yang berliku.

Ku persembahkan karya Tulis Ilmiah ini kepada kedua

orang tuaku, Saudaraku, Agama, Bangsa,

Negara dan Almamaterku.

Page 6: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

ABSTRAK

Nur Sri Afrianti (P00320013058). “Gambaran Tingkat Kecemasan PadaNarapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kota Kendari”. Dibimbing oleh Ibu Lilin Rosyanti dan Bapak Muhaimin Saranani, (xiv + 6 BAB+ 50 Halaman + 7 tabel + 8 lampiran). Tujuan penelitian ini adalah untukMengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Narapidana Wanita di LembagaPemasyarakatan Kelas II.A Kendari Tahun 2016. Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Tingkat Kecemasan PadaNarapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari Tahun 2016?”. Sampel dalam penelitian ini adalah semua narapidana wanita yang berada diLapas sebanyak 30 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptifyang dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2016. Penelitian dilaksanakan padatanggal 03-09 Juni 2016, Hasil penelitian di dapatkan Gambaran TingkatKecemasan Pada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.AKendari yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 5 responden (16,6%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 15 responden (50 %), dan yangmengalami kecemasan berat sebanyak 10 responden (33,3 %). Berdasarkan hasilpenelitian peneliti menyarankan : Bagi narapidana agar menjaga kesehatannyadengan berkonsultasi kepada tenaga kesehatan di Lembaga PemasyarakatanKelas II.a Kota Kendari tentang masalah-masalah kesehatan yang dialaminya,Bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.a Kota Kendari agar meningkatkanperan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada narapidana, BagiInstitusi Poltekkes Kemenkes Kendari kiranya hasil penelitian ini dapat dijadikanbahan masukan/referensi tentang gambaran tingkat kecemasan pada narapidanawanita di lembaga pemasyarakatan kelas II.a kendari, Bagi peneliti selanjutnyakhususnya di Poltekkes Kemenkes Kendari agar mengembangkan variabelpenelitian yang terkait dengan penelitian ini.

Kata Kunci : Kecemasan, Lapas, Narapidana WanitaDaftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014)

Page 7: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

berkat, rahmat, dan hidayah-Nya lah, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan

dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Naerapidana Wanita Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari” Penulis sadar dan mengakui

sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan, dan

kekurangan walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini, tidak akan

terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih setinggi-tingginya kepada

Ibu Lilin Rosyanti,S.Kep,Ns M.Kep selaku pembimbing I dan Bapak Muhaimin

Saranani, S.Kep, Ns,M.Sc selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

pikirannya dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan

bimbingan serta petunjuk kepada penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah

ini hingga dapat terselesaikan.

Page 8: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Begitu pula dengan berbagai pihak yang telah membantu proses penyelesaian

karya tulis ilmiah ini dari awal hingga akhir, baik secara langsung maupun tidak

langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kementerian Kesehatan

Kendari.

2. Bapak Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Bapak Muchlis Adie, Bc.IP., SH., M.Si. selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kota Kendari

4. Bapak Muslimin,LA,.Kep.,S.Pd.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kementerian Kesehatan Kendari.

5. Ibu Hj. Siti Nurhayani.,S.Kep,Ns.,M.Kep selaku penguji I.

6. Ibu Reni Devianti Usman,M.Kep.,Sp.KMB selaku penguji II.

7. Bapak Abd.Syukur Bau,S.Kep,Ns,MM selaku penguji III

8. Ayahanda Muh. Nasir dan Ibunda Dahlia Saleh yang saya sayangi dan hormati

serta saudara-saudaraku dan seluruh keluarga yang memberikan bantuan materi

maupun moril serta dukungan selama penulis mengikuti pendidikan di Poltekkes

Kemenkes Kendari.

9. Seluruh Dosen dan Staff pengajar Politeknik Kementerian Kesehatan Kendari

khususnya Program Studi DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.

Page 9: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

10. Rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari baik angkatan 2013

maupun senior angkatan 2012, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya di Poltekkes

Kemenkes Kendari khususnya Jurusan Keperawatan serta mendapat ridho dari Allah

SWT.

Kendari, Juni 2016

Penulis

Page 10: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ----------------------------------------------------------------- i

HALAMAN PERSETUJUAN ----------------------------------------------------- ii

HALAMAN PENGESAHAN ------------------------------------------------------ iii

RIWAYAT HIDUP ------------------------------------------------------------------ iv

MOTTO -------------------------------------------------------------------------------- v

ABSTRAK ----------------------------------------------------------------------------- vi

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- vii

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- ix

DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------- xi

DAFTAR LAMPIRAN -------------------------------------------------------------- xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ------------------------------------------------------ 1

B. Rumusan Masalah -------------------------------------------------- 6

C. Tujuan Penelitian --------------------------------------------------- 7

D. Manfaat Penelitian--------------------------------------------------- 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kecemasan ------------------------------------- 9

B. Tinjauan Tentang LAPAS ------------------------------------------ 28

C. Tinjauan Tentang Narapidana-------------------------------------- 30

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ----------------------------------------------------- 38

B. Kerangka Konsep Penelitian -------------------------------------- 39

C. Variabel Penelitian -------------------------------------------------- 39

Page 11: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif --------------------- 39

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ----------------------------------------------------- 41

B. Tempat dan Waktu Penelitian-------------------------------------- 41

C. Populasi dan Sampel ------------------------------------------------ 41

D. Instrumen Penelitian ------------------------------------------------ 42

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data -------------------------------- 43

F. Tehnik Pengolahan Data ------------------------------------------- 43

G. Tehnik Analisa Data------------------------------------------------- 44

H. Penyajian Data ------------------------------------------------------- 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ----------------------------- 46

B. Karakteristik Responden ------------------------------------------- 47

C. Hasil Penelitian ------------------------------------------------------ 51

D. Pembahasan --------------------------------------------------------- 52

BAB VI P E N U T U P

A. Kesimpulan ---------------------------------------------------------- 59

B. Saran ------------------------------------------------------------------ 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Respon Fisiologois Kecemasan terhadap Sistem Tubuh ----------------- ------ 22

2.2 Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan ---------- ------ 24

5.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kendari ------------------------------------------------------------ ------ 48

5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari---------------------------------------- ------ 48

5.3 Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari---------------------------- ------ 49

5.5 Distribusi Frekuensi Perkara Responden Di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kendari------------------------------------------------------------- ------ 50

5.5 Distribusi Frekuensi Lama di Lapas Responden Di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari ----------------------------------------- ------ 50

5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Narapidana Wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari ----------------------------- ------ 51

Page 13: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

DAFTAR LAMPIRANLampiran1. Lembar Permohonan Menjadi Responden

2. Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

3. Lembar Kuesioner

4. Tabulasi Data Hasil Penelitian

5. Master Tabel Penelitian

6. Surat keterangan bebas pustaka dari perpustakaan Poltekkes Kemenkes Kendari

7. Surat izin penelitian dari Badan Penelitian dan kantor Hukum dan HAM

8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kota Kendari.

Page 14: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa

pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009a). Dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025

disebutkan kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan

oleh Undang-undang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan (Depkes RI, 2009b). Di dun ia internasional, konstitusi Organisasi

Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa “Health is a

fundamental right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan

yang sakit danmempertahankan serta meningkatkan yang sehat.

Demikian halnya dengan kesehatan penghuni lembaga

pemasyarakatan (lapas) sebagai warga negara yang mempunyai hak yang

sama untuk akses mendapatkan pelayanan kesehatan baik fisik maupun

mental. Kesehatan mental merupakan masalah penting dalam pelayanan

kesehatan, tak terkecuali bagi narapidana di lapas (Khan dkk. , 2012).

Page 15: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Undang-Undang No 32 tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan

Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Bagian 4 Pasal 14 ayat 1 menyebutkan

bahwa setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak memperoleh

pelayanan kesehatan yang layak.

Dewasa ini tindak kriminal semakin berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Tindak kriminal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, baik

anak-anak, orang yang sudah dewasa bahkan orang tua, baik yang berjenis

kelamin laki-laki ataupun wanita. Perlu diketahui angka kriminalitas oleh

perempuan di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Seiring

meningkatnya kasus kejahatan perempuan, terjadi peningkatan jumlah

narapidana wanita.

Berdasarkan jenis kelamin, narapidana wanita secara hak dan

kewajiban sama dengan narapidana laki-laki, namun secara psikologis

keadaan emosi dan kesehatan mental narapidana wanita berbeda dengan

narapidana laki-laki. Menurut Butterfield, 2003 (dalam Gussak 2009),

narapidana wanita diyakini lebihrentan mengalami gangguan mental

dibandingkan dengan narapidana laki-laki. Penelitian lain juga mengatakan

bahwa narapidana wanita lebih rentan mengalami depresi (Harris, 1993 dalam

Gussak, 2009).

Ketika seorang wanita berada di dalam penjara, akan banyak

mengalami tekanan yang bermakna. Penjara menimbulkan perasaan takut dan

Page 16: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

perasaan tidak menyenangkan karena anggapan buruk dan tekanan yang selalu

ada di dalamnya seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, kesehatan

yang buruk dan fasilitas yang sangat minim, selain itu adanya stigma yang

akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara.

Lama hukuman dan terisolasinya mereka dari lingkungan luar memberikan

dampak psikologis yang cukup besar pada kesehatan mental narapidana

(Eliason,2006 dalam Noorsifa 2013).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Lapas wanita Kelas IIA

Semarang pada bulan Januari 2010 didapatkan beberapa pengalaman perasaan

negatif diantaranya yaitu : perasaan kesepian, tertekan karena peraturan di

dalam lapas, keinginan untuk bebas, perlakuan dari narapidana lain yang tidak

menyenangkan, tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Permasalahan yang

dihadapi di dalam penjara dapat membuat para narapidana wanita mengalami

dampak psikis dan fisik seperti sakit kepala, tidak dapat tidur dan bahkan ada

salah satu diantara narapidana wanita pernah melakukan percobaan bunuh diri

(Rizki, 2010 dalam Noorsifa 2013).

Warga binaan memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan

kesehatan baik fisik mauapun mental selama masa pembinaan. Namun hal

tersebut kurang mendapatkan perhatian. Kenyataannya banyak narapidana

yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari

ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).

Page 17: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi gangguan mental

emosional berupa depresi dan cemas pada masyarakat berumur di atas 15

tahun mencapai 11,6 persen (Depkes, 2012), diperkirakan jumlah yang

menderita gangguan kecemasan ini baik yang akut maupun kronik mencapai

5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1

(Hawari, 2001). Salah satunya adalah kesehtan mental para narapidana di

penjara. Masalah kesehatan mental tertinggi ada di penjara (Mitchell, 2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh University Of South Wales

menyatakan bahwa sebanayak 36 % masalah kesehatan mental yang dirasakan

oleh penghuni Lapas adalah anxietas dan wanita lebih tinggi tingkat

kejadiannya dibandingkan dengan pria yaitu 61 % : 39% (Butler, dkk. 2005).

Wanita dipenjara memiliki beban yang lebih tinggi terkena gangguan

kesehatan kronis, gangguan kejiwaan, dari pada pria (Bingswanger,dkk.2010).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fahruliana (2011) menyatakan bahwa

munculnya kecemasan pada narapidana umumnya saat lama dilapas.

Kecemasan adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman (Taylor, 1953).

Seseorang akan menderita kecemasan manakala yang bersangkutan tidak

mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya (Hawari, 2001).

Kecemasan yang berlebihan apalagi yang sudah menjadi gangguan

akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupan (Fausiah, 2005).

Page 18: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Dampak yang ditimbulkan dari kecemasan dapat mencakup fisik dan psikis.

Kecemasan yang tinggi dapat menimbulkan kemarahan, kebingungan, distorsi

persepsi seperti menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, tidak

mampu berinteraksi secara sosial dan panik yang jika berlangsung dalam

waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan bahkan kematian (Stuart, 2007 ;

Sadock, 2010).

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur kecemasan Taylor

Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang ditemukan oleh Janet Taylor. Tingkat

kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan.

TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir pertanyaan

yang kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang muncul.Gardos (1961),

membagi tingkat kecemasan menjadi 3 skala berdasarkan hasil pengukuran

TMAS : Skor < 20 : Kecemasan ringan, Skor 20−25 : Kecemasan sedang,

Skor > 25 : Kecemasan Berat (Mancesvska, 2008).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kendari, jumlah keseluruhan warga

binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari sebanyak 378

Narapidana, dimana jumlah warga binaan Pria sebanyak 348 Narapidana,

sedangkan jumlah warga binaan wanita terhitung sejak bulan Januari sampai

Desember tahun 2015 sebanyak 30 orang warga binaan dengan kasus yang

berbeda-beda dimana kasus-kasus tersebut yaitu, kasus pembunuhan sebanyak

Page 19: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

6 orang, kasus narkotika sebanyak 20 orang, kasus korupsi sebanyak 3 orang,

dan pencurian sebanyak 1orang.

Peran perawat di penjara atau Lembaga Pemasyarakatan juga

cenderung kurang memperhatikan kesehatan mental warga binaan, peran

perawat di Lembaga Pemasyarakan lebih memberikan pelayanan kesehatan

secara fisik dengan jadwal yang sudah di tentukan serta memberikan

pelayanan yang seadanya.

Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan pada tanggal 20

Februari 2016 pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II

A didapatkan data dari 5 orang narapidana wanita yang mengalami

kecemasan. Untuk mengidentifikasi kecemasan diperoleh hasil : bahwa

narapidana tersebut cepat lelah, merasa tegang saat sedang bekerja, mudah

berkeringat, tidur tidak nyenyak, mudah menangis, dan kurang percaya diri.

Data tersebut didapatkan dengan menggunakan instrumen menurut TMAS.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang ”Gambaran Tingkat Kecemasan pada Narapidana

Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kota Kendari Tahun

2016 “

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Gambaran Tingkat Kecemasan pada Narapidana Wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II.A Kota Kendari Tahun 2016?”

Page 20: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

Tingkat Kecemasan pada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kota Kendari Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi Gambaran Tingkat Kecemasan Ringan pada

Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kota

Kendari.

b. Untuk mengidentifikasi Gambaran Tingkat Kecemasan Sedang Pada

Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kota

Kendari.

c. Untuk mengidentifikasi Gambaran Tingkat Kecemasan Berat pada

Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kota

Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai Gambaran

Kecemasan pada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II.A Kota Kendari Tahun 2016.

2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat mengenai Gambaran

Kecemasan pada Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II.A Kota Kendari Tahun 2016.

Page 21: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

3. Sebagai bahan perbandingan sekaligus bahan acuan dalam

mengembangkan penelitian selanjutnya.

4. Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka menambah

wawasan ilmu pengetahuan serta pengembangan khususnya dibidang

penelitian.

Page 22: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kecemasan

1. Pengertian Cemas

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan

sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi

permasalahan. Perasaan tidak tenang yang sumbernya tidak jelas akan dapat

mengancam kepribadian seseorang baik secara fisik maupun secara psikologis.

Reaksi fisiologis dapat berupa palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan,

tekanan darah meningkat, respirasi meningkat, sedangkan reaksi psikologis

dapat berupa gugup, tegang,rasa tidak enak dan lekas terkejut. (Asmadi, 2010).

kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan

merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan

identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami

siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi

gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. (Stuart,

2010)

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak

Page 23: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Sumiati 2009).

2. Teori-Teori Penyebab Kecemasan

DirektoratKesehatan jiwa Depkes RI (1994) mengembangkan teori-teori

kecemasan sebagai berikut

a. Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan

oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan

dari dua elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat

berhubungan dengan orang lain. Kecemasan ini juga dihubungkan dengan

trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan

orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau

masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.

Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa

Page 24: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

tenang dan tidak cemas. Kecemasan berkaitan dengan hubungan antara

manusia.

3) Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi segala sesatu yang menggangu

kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku

menggangap kecemasan merupakan suatu dorongan, yang mempelajari

berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit.

Pakar teori menyakini bahwa bila pada awal kehidupan dihadapkan

pada rasa takut yang berlebihan maka akan mnunjukan kecemasan yang

berat pada masa dewasanya. Sementara para ahli teori konflik mengatakan

bahwa kecemasan sebagai benturan-benturan keinginan yang bertentangan.

Mereka percaya bahwa hubungan timbal balik antara konflik dan daya

kecemasan yang kemudian menimbulkan konflik.

4) Teori Keluarga

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dan timbul dalam suatu

keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara

gangguan kecemasan dengan depresi.

5) Kajian Biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzo

diaz epindes. Reseptor ini, mungkin membantu mengatur kecemasan.

Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga

mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan

Page 25: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

dengan kecemasan, sebagaimana halnya endorphin. Selain itu, telah

dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata

sebagai predisposisi; terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk

mengatasi stesor.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart & Sundeen (1998) faktor pencetus (presipitasi) yang

menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain

1). Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari.

2). Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indentitas,

harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat KecemasanSetiap individu memiliki respon yang berbeda dan spesifik saat kecemasan

terjadi. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah

1) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kemampuan

berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir

rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan

masalah yang baru. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal

Page 26: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

yang telah dijalani oleh seseorang yaitu belum sekolah, tidak sekolah, tamat

SD, tamat SLTP, dan tamat perguruan tinggi/Akademik.

Berdasarkan pendapat Nursalam (2001) bahwa pendidikan dapat

berpengaruh terhadap seseorang dalam menyikapi situasi atau penyakitnya

pada dirinya dalam mengatasi kecemasan yang dialami. Pengetahuan

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera pengliatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien dengan

pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi menggunakan koping yang

efektif dan kontruktif dari pada seseorang maka orang tersebut akan lebih

siap menghadapi sesuatu dan dapat mengatasi kecemasan.

Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh

terhadap kemampuan berfkikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan

semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk

dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart & Sudden, 1998). Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula dalam menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997,

dikutip oleh Nursalam , 2001).

Page 27: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

2) Status sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi atau pendapatan yang kurang/ rendah pada

seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami

kecemasan. Status sosial ekonomi digambarkan dan dikur dengan besarnya

pendapatan, yang dimaksud dengan pendapatan adalah penghasilan yang

diperoleh kepala keluarga yang bersumber dari sektor formal dan informal

dalam waktu satu bulan. Sector formal berupa gaji, pah yang diperoleh

secara tetap. Sedangkan sektor informal seperti dagang, tukang dan buruh

merupakan sector informal

4) Umur

Umur seseorang ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat

kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang

berpendapat sebaliknya. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan

didalam penyeledikan epidemiologi angka-angka kesakitan maupun

kematian dalam hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan

umur.Angka-angka kesakitan ditunjukan pada pengelompokkan umur,

berdasarkan perbandingan umur WHO menganjurkan pembagian umur (0-

14 tahun bayi dan anak-anak, 15-49 tahun orang muda dan dewasa, 50

keatas orang tua, menurut interval 5 tahun yaitu 1-4, 5-10 dst, untuk

mempelajari penyakit anak 0-4 bulan, 5-10 bulan 11-23 bulan, 2-4 bulan, 5-

9 bulan 9-14 tahun (Azwar, 2005). Sedangkan menurut stuart (2007)

Page 28: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua.

4) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh

kecemasan yang spontan dan episodic. Gangguan ini lebih sering dialami

wanita daripada pria, karena wanita lebih berprasaan dibandingkan laki-

laki (Bustam 2004).

5) Potensi stressor

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu

terpaksa mengadakan adaptasi.

6) Maturasi

Individu yang memiliki kematangan kepribadian yang lebih sukar

mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu yang maturasi

mempunyai adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

Tingkat meturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan.

Pada bayi kecemasan lebih disebabkan oleh perpisahan, lingkungan atau

orang yang tidak dikenal dan perubahan hubungan dalam kelompok

sebaya.

Kecemasan pada remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan

seksual. Pada dewasa kecemasan berhubungan dengan ancaman konsep

Page 29: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhubungan dengan kehilangan

fungsi (Yosep,2010)

7) Keadaan fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera operasi akan

mudah mengalami kemasan, disamping itu orang yang mengalami

kelelahan fisik lebih mudah mengalami kecemasan.

8) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B, adapun ciri-ciri

orang dengan kepribadian tipe A adalah mereka yang mempunyai sifat

agresif dan kompetitip, menetapkan standar-standar tinggi dan meletakan

diri mereka dibawah tekanan waktu yang konstan. Mereka bahkan masih

giat dalam kegiatan-kegiatan olahraga yang bersifat rekreasi dan kegiatan

sosial kemasyarakatan, mereka sering tidak menyadari bahwa banyak

tekanan yang mereka rasakan salah, lebih disebabkan oleh perbuatan

sendiri daripada lingkngan mereka. Sedangkan orang-orang dengan tipe B

adalah orang yang mempunyai sifat rileks dan tidak suka menghadapi

“masalah” atau orang yang “easy going”, mereka menerima situasi yang

ada dan menerima ia berada didalamnya, serta tidak suka bersaing.

Umumnya mereka rileks dalam tekanan waktu, sehingga mereka lebih kecil

kemungkinan untuk menghadapi masalah-masalah stress (Rasmun, 2009)

Page 30: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Pengembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga

18 tahun dan tergantung dari pendidikan orang tua (psikoedukatif)

dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosial serta pengalaman-

pengalaman dalam kehidupan. Seseorang menjadi pencemas terutama

akibat proses imitasi dan indentifikasi dirinya terhadap kedua orang tuanya

daripada pengaruh keturunan (genitalia). Atau kata lain “parental example”

daripada “parental genes” (Yosep, 2010).

4. Faktor-faktor yang dapat mengurangi tingkat kecemasan antara lain

Tingkat kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait meliputi hal

berikut:

a. Represi, yaitu tindakan untuk mengalihkan atau melupakan hal atau

keinginan yang tidak sesuai dengan hati nurani. Represi juga bisa diartikan

sebagai usaha untuk menenangkan atau meredam diri agar tidak timbul

dorongan yang tidak sesuai dengan hatinya

b. Relaksasi, yaitu dengan mengatur posisi tidur dan tidak memikirkan masalah

dan rekreasi bisa menurunkan kecemasan dengan cara tidur yang cukup,

mendengarkan musik, tertawa dan memperdalam ilmu agama.

c. Komunikasi perawat, yaitu komunikasi yang disampaikan perawat pada

pasien dengan cara memberi informasi yang lengkap mulai pertama kali

pasien masuk dengan menetapkan kontrak untuk hubungan profesional

mulai dari fase orientasi sampai dengan terminasi atau yang disebut dengan

komunikasi teraupetik (Yosep I,2010).

Page 31: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

d. Psikofarmaka, yaitu pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan

seperti diazepam, bromazepam dan alprazolam yang berkhasiat memulihkan

fungsi gangguan neurotransmiter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf

pusat otak.

e. Psikoterapi, merupakan terapi kejiwaan dengan memberi motivasi, semangat

dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan

diberi keyakinan serta kepercayaan diri.

f. Psikoreligius, yaitu dengan doa dan dzikir. Doa adalah mengosongkan batin

dan memohon kepada Tuhan untuk mengisinya dengan segala hal yang kita

butuhkan. Dalam doa umat mencari kekuatan yang dapat melipatgandakan

energi yang hanya terbatas dalam diri sendiri dan melalui hubungan dengan

doa tercipta hubungan yang dalam antara manusia dan Tuhan. Terapi medis

tanpa disertai dengan doa dan dzikir tidaklah lengkap, sebaliknya doa dan

dzikir saja tanpa terapi medis tidaklah efektif.

5. Tingkat Kecemasan Dan Karakteristik

Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

interpersonal sehinggga kemampuan individu untuk merespon terhadap suatu

ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi

terhadap perbedaan kecemasan yang dialaminya. Respon individu terhadap

kecemasan beragam dari kecemasan ringan sampai panik. Tiap tingkat

kecemasan mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain tergantung

Page 32: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

dari kemampuan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga

diri dan mekanisme koping yang digunakannya.

Rentang Respon Kecemasan

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(sumber Gail W Stuart, 2010)

a. Karekteristik atau ciri-ciri Kecemasan

1) Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan

membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,

menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan

melindungi diri sendiri. Kecemasan ringan dengan ciri-ciri

meningkatkan kesadaran, terangsang untuk melakukan tindakan,

termotivasi secara positif dan sedikit mengalami peningkatan tanda-

tanda vital dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Cemas ringan

berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dan menyebabkan seseorang individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Menifestasi yang muncul pada

tingkat ini adalah kelelahan, lapang persepsi meningkat, kesadaran

tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku

sesuai dengan situasi.

Page 33: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

2) Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau

agitasi. Kecemasan sedang dengan ciri-ciri lebih tegang, menurunnya

konsentrasi dan persepsi, sadar tapi fokusnya sempit, sedikit

mengalami peningkatan tanda-tanda vital. Ansietas (kecemasan)

memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang

persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya. Menifestasi yang terjadi pada

tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat.

3) Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distress. Kecemasan berat dengan

ciri-ciri persepsi menjadi terganngu, perasaan tentang terganggu atau

takut meningkat, komunikasi menjadi terganggu dan mengalami

peningkatan tanda-tanda vital. Kecemasan berat sangat mengurangi

lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu

yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena

hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun

Page 34: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

dengan perintah. Panik dengan ciri-ciri perasaan terancam, ganggan

realitas, tidak mudah berkomunikasi, kombinasi dari gejala-gejal fisik

yang disebutkan diatas dengan peningkatan tanda-tanda vital lebih

awal dari tanda panik, Tetapi akan lebih buruk jika intervensi yang

dilakukan gagal dapat membahayakan diri sendri dan orang lain.

a. Karakteristik ansietas ringan

1) Respon Fisiologis yaitu sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, gangguan mental pada lambung

2) Respon Kognitif yaitu lapang persepsi meluas, mampu menerima

rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan

menyelesaikan masalah secara efektif

3) Respon Perilaku dan emosi yaitu tidak dapat duduk atau baring

dengan tenang, tremor kedua pada tangan dan suara kadang-

kadang meninggi.

b. Karakteristik Kecemasan Sedang

1) Respon Fisiologis yaitu sering nafas pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/ Konstipasi

2) Respon Kognitif yaitu Lapang persepsi menyempit, tidak mampu

menerima rangsangan dari luar, dan berfokus pada apa yang

menjadi perhatiannya

Page 35: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

3) Respon perilaku dan Emosi yaitu Gerakan tersentak /meremas

tangan, bicara banyak dan lebih cepat, insomnia, perasaan tidak

aman dan gelisah

c. Karakteristik Kecemasan berat

1) Respon Fisiologis yaitu Nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan

ketegangan

2) Respon Kognitif yaitu Lapang persepsi sangat sempit, tidak

mampu menyelesaikan masalah

3) Respon Perilaku dan emosi yaitu Perasaan adanya ancaman

meningkat,verbalisasi cepat dan blocking.

d. Karakteristik Kecemasan Panik

1) Respon Fisiologis yaitu Nafas Sering pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, dan aktivitas motorik meningkat

2) Respon Kognitif yaitu Lapang persepsi sangat sempit,

Kehilangan pemikiran, dan tidak dapat melakukan apa-apa

3) Respon Kognitif yaitu Lapang persepsi sangat sempit,

Kehilangan pemikiran, dan tidak dapat melakukan apa-apa.

b. Respon Fisiologis, Perilaku, Kognitif dan Afektif Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart (1998 : 177-179), kecemasan dapat diekspresikan secara

langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak

langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya

Page 36: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan

dengan tingkat kecemasan.

Tabel 2.1Respons Fisiologis Kecemasan terhadap Sistem Tubuh

Sistem Tubuh ResponsKardiovaskular Palpitasi

Jantung berdebarTekanan darah meninggiRasa mau pingsanPingsanTekanan darah menurunDenyut nadi menurun

Pernapasan Napas cepatNapas pendekTekanan pada dadaNapas dangkalPembengakakan pada tenggorokSensasi tercekikTerengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkatReaksi kejutanMata berkedip-kedipInsomniaTremorRigiditasGelisahWajah tegangKelemahan umumKaki goyahGerakan yang janggal.

Gastrointestinal Kehilangan nafsu makanMenolak makananRasa tidak nyaman pada abdomenMualRasa terbakar pada jantung

Page 37: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Diare

Perkemihan Tidak dapat menahan kencingSering berkemih

Kulit Wajah kemerahanBerkeringat setempat (telapak tangan)Gatal rasa panas dan dingin pada kulit wajahpucatBerkeringat seluruh tubuh

Sumber : Stuart W Gail (2010). Keperawatan Jiwa, Jakarta : Erlangga

Tabel 2.2.Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan

Sistem Respons

Perilaku GelisahKetegangan fisikTremorGugupBicara cepatKurang koordinasiCenderung mendapat cederaMenarik diri dari hubungan interpersonal.MenghalangiMelarikan diri dari masalahMenghindariHiperventilasi

Kognitif Perhatian tergangguKonsentrasi burukPelupaSalah dalam memberikan penilaianPreokupasiHambatan berpikirBidang persepsi menurunKreativitas menurunBingungSangat waspadaKesadaran diri meningkatKehilangan objektivitasTakut kehilangan kontrolTakut pada gambaran visualTakut cedera atau kematian

Page 38: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Afektif Mudah tergangguTidak sabarGelisahTegangKetakutanTerorGugupWaspadaKengerianKekhwatiranKecemasanMati rasaRasa bersalahMalu

Sumber : Stuart W Gail (2010). Keperawatan Jiwa, Jakarta : Erlangga

6. Intervensi Keperawatan Pasien Dengan Kecemasan

Pada pasien dengan kecemasan ringan, tidak ada intervensi khusus sebab

pada kecemasan ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan

mampu membat keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalah.

Sedangkan pada kecemasan sedang intervensi intervensi yang dapat dilakukan

dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang positif. Pada

kecemasan berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu derhatikan

oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan (Asmadi, 2010)

Setelah tingkat kecemasan pasien menurn sampai tingat sedang atau

ringan, prinsip intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif atau

beriorentasi pada kognitif. Tjuannya adalah menolong pasien dalam

mengembangkan kemampuan menoleransi kecemasan dengan mekanisme

koping dan strategi pemecahan masalah yang konstruktif. Intervensi utama

yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

Page 39: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

kecemasan adalah menyadari untuk mengenali perasaannya dan juga mampu

mengendalikannya. Prinsip intervensi keperawatan pada pasien tersebut

adalah melindungi pasien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada

pasien karena pasien tidak dapat mengendalikan perilakunya. (Asmadi, 2010).

7. Mekanisme Koping

Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme

koping untuk mencoba mengatasinya. Ketidakmampuan mengatasi ansietas

secara konstrktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.

Pola yang biasa digunakan individ untuk mengatasi ansietas ringan cenderng

tetap dominan ketika kecemasan menjadi lebih intens. Kecemasan ringan

sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan

berat menimbulkan da jenis mekanisme koping. (Nursalam, 2009)

8. Pengukuran tingkat kecemasan

Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur kecemasan Taylor

Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang ditemukan oleh Janet Taylor. Tingkat

kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan.

TMAS merupakan kuesioner yang terdiri dari 50 butir pertanyaan yang

kesemuanya menunjukkan skor kecemasan yang muncul. Banyak dari butir-

butir ini yang menunjukkan gejala kecemasan yang mencolok seperti

berkeringat, muka kemerahan, keguncangan, gemetaran, dan lain-lain. Sebagian

mengandung keluhan-keluhan somatik seperti mual, pusing, diare, gangguan

lambung, dan lain-lain. Butir-butir lainnya menunjukkan konsentrasi, perasaan

Page 40: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

eksitasi atau tidak bisa istirahat, menurunnya kepercayaan diri, sensitivitas

ekstra terhadap orang lain, perasaan akan bahaya dan tidak berguna

(Wicaksono, 1992).

Dari hasil instrumen TMAS sebanyak 50 butir, bila 21 butir dijawab

“ya” hal ini menunjukkan kecemasan (Wicaksono, 1992).

TMAS banyak digunakan oleh peneliti karena mempunyai validitas dan

reliabilitas yang cukup tinggi juga mudah digunakan dan tidak memerlukan

waktu yang lama untuk mengerjakan (Wicaksono, 1992).

TMAS berisi 50 butir pernyataan, di mana responden menjawab

keadaan ”ya” atau ”tidak” sesuai dengan keadaan dirinya, dengan memberi

tanda (X) pada kolom jawaban ”ya” atau tanda (O) pada kolom jawaban

“tidak”. Kuesioner TMAS terdiri atas 34 pernyataan unfavourable (pernyataan

no 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 21, 23, 24, 26, 27, 30, 31, 32,

36, 37, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 49) dan 16 pernyataan favourable

(pernyataan no 3, 4, 15, 18, 20, 22, 25, 28, 29, 33, 34, 35, 38, 43, 44, 50).

Gardos (1961), membagi tingkat kecemasan menjadi 3 skala

berdasarkan hasil pengukuran TMAS :

a. Skor < 20 : Kecemasan ringan

b. Skor 20−25 : Kecemasan sedang

c. Skor > 25 : Kecemasan Berat (Mancesvska, 2008).

Page 41: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

B. Tinjauan Tentang LAPAS

1. Pengertian

Sistem pembinaan narapidana yang dikenal dengan nama

pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi

Dinas Kepenjaraan di Lembaga tanggal 27 April 1964.

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, sikap, dan perilaku profesional

serta kesehatan dan rohani naraapidana. (Peraturan Pemerintah Nomor 31

tahun 1999).

Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan

warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam

tata peradilan pidana. (Didin,S 2007 : 106).

Sistem pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan yang

berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 tidak lagi sekedar

mengandung aspek penjeraan belaka, tetapi juga merupakan suatu upaya

untuk mewujudkan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yaitu

pulihnya kesatuan hubungan warga binaan pemasyarakatan, baik sebagai

pribadi, anggota masyarakat maupun sebagai insan Tuhan. (Badan

pembinaan hukum nasional,1999).

Page 42: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

2. Fungsi Lapas

Tujuan diselenggarakannya Sistem Pemasyarakatan adalah dalam

rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia

seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan

masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup

secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab. (Pasal 2

Undang-Undang Nomor 12 tahun1995 tentang Pemasyarakatan).

Yang dimaksud dengan “agar menjadi manusia seutuhnya” adalah

upaya memulihkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan kepada

fitrahnya dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan

pribadinya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan

Lingkungannya. (Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12

tahun1995 tentang Pemasyarakatan).

Fungsi sistem Pemasyarakatan yaitu menyiapkan warga Binaan

Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat,

sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas

dan bertanggungjawab. (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995

tentang Pemasyarakatan). Yang dimaksud dengan “berintegrasi secara

sehat” adalah pemulihan kesatuan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan

masyarakat.

Selain itu, dalam pasal 8 ayat (1) juga menyatakan bahwa :

Page 43: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Petugas pemasyarakatan merupakan pejabat fungsional penegak

hukum yang melaksanakan tugas dibidang pembinaan, pengamanan dan

pembimbingan warga binaaan pemasyarakatan.

Menurut Baharuddin Soerdjobroto (alm). Selaku pensiunan

praktisi pemasyarakatan dan terakhir sebagai dosen senior yang luar biasa

FISIP UI, menyatakan bahwa gerak usaha pemasyarakatan meliputi

meliputi perspektif yang luas dan perspektif yang sempit. (Achmad, 1979)

C. Tinjauan Umum Tentang Narapidana

1. Pengertian

Warga binaan atau Narapidana adalah orang yang menjalani

pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan yang

dimaksud dengan Lembaga Pemasyarakatan ialah tempat untuk

melaksanakan pembinaan narapidana atau warga binaan.

Menurut Priyanto (2006), yang dimaksudkan narapidana adalah

setiap individu yang telah melakukan pelanggaran hukum yang berlaku

dan kemudian diajukan ke pengadilan dijatuhi vonis pidana penjara dan

hukuman oleh hakim, yang selanjutnya ditempatkan di Lembaga

Pemasyarakatan untuk menjalani masa hukumannya.

2. Pembagian Narapidana

Menurut Departemen Kehakiman RI (1990), Warga binaaan terbagi

atas :

Page 44: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

a. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang

kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.

b. Anak Didik Pemasyarakatan :

1) Anak pidana yaitu anak yang berdasarka putusan pengadilan

menjadi pidana di Lembaga Pemasyarakatan anak paling lama

sampai berumur 18 tahun (delapan belas) tahun.

2) Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

diserahkan kepada negara untuk dididik dan ditempatkan di

Lembaga Pemasyarakatan anak paling lama sampai berumur 18

tahun.

3) Anak sipil yaitu anak yang atas permintaan orangtua walinya

memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lembaga

Pemasyarakatan anaak paling lama sampai berumur 18 tahun.

c. Klien Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Klien adalah seorang

yang berada dalam bimbingan Balai Pemasyarakatan (BAPAS).

Dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan juga terdapat penggolongan narapidana atas dasar :

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Lama pidana yang dijatuhkan

d. Jenis kejahatan

Page 45: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

e. Kriteria laainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan

pembinaan.

3. Tujuan Pemidanaan

Pemidanaan merupakan masalah yang sering menjadi sorotan

masyarakat. (Petrus Irwan Panjaitan & Wiwik Sri Widiarty,2008:29)

mengemukakan bahwa suatu hukuman (pemidanaan) bertujuan untuk

mencegah adanya pelanggaran hukum atau kejahatan. Dalam hal ini,

pemidanaan juga bertujuan untuk menekan kejahatan, dimana setelah

seseorang menjalani hukuman diharapkan tidak melakukan kejahatan

kembali. Disamping itu, Jeremy Bentham dalam (Petrus Irwan Panjaitan

& Wiwik Sri Widiarty, 2008:30) memperkenalkan “hedonistic calculus”

menurutnya konsep hedonistic calculus ini menunjukkan bahwa

hukuman itu dibuat dalam ukuran yang serius. Ia yakin, perbuatan jahat

dapat dicegah melalui hukuman (pemidanaan) yang dijatuhkan kepada

seseorang narapidana.

Leden Marpaung, (2008:4) mengemukakan tujuan pemidanaan adalah

sebagai berikut :

a. Menjerakan

Dengan penjatuhan hukuman, diharapkan pelaku atau terpidana

menjadi jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya (speciale

preventie) serta masyarakat umum mengetahui bahwa jika melakukan

Page 46: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

perbuatan sebagaimana dilakukan terpidana, mereka akan mengalami

hukuman yang serupa (generale preventie).

b. Memperbaiki pribadi terpidana

Berdasarkan perlakuan dan pendidikan yang diberikan selama

menjalani hukuman, terpidana merasa menyesal sehingga dia tidak

akan mengulangi perbuatannya kembali kepada masyarakat sebagai

orang yang baik dan berguna.

c. Membinasakan atau membuat terpidana tidak berdaya

Membinasakan berarti menjatuhkan hukuman mati, sedangkan

membuat terpidana tidak berdaya dilakukan dengan menjatuhkan

hukuman seumur hidup.

4. Hak-hak Narapidana

Sistem Pemasyarakatan disamping berujuan untuk mengambalikan

Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertuan

untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak

pidana oleh warga Binaan Pemasyarakatan, serta merupakan penerapan

dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila. Menyadari hal itu maka telah sejak lama sistem

Pemasyarakatan Indonesia lebih ditekankan pada aspek pembinaan

narapidana, Anak didik Pemasyarakatan, atau klien Pemasyarakatan yang

mempunyai ciri ciri preventif, kuratif, rehabilitatif, dan edukatif

.(Sanusi,1996:47)

Page 47: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Menurut prinsip-prinsip untuk perlindungan semua orang yang

berada dibawah perlindungan apapun atau pemenjaraan (Body of Priciples

for the protection of All Persons Any Form Detention, or Imprisonment)

yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 9 Desember 1988

dengan resolusi 43/147, tidak boleh pada pembatasan atau pelanggaran

terhadap setiap hak-hak asasi manusia dari orang-orang yang berada

dibawah bentuk penahanan atau pemenjaraan, penagkapan,penahan atau

pemenjareaan harus diperlakukan dalam cara yang manusiawi dan dengan

menghormati martabat pribadi manusia yang melekat.

Seorang yang ditahan atau dipenjara berhak dikunjungi oleh dan

melakukan surat menyurat, terutama dengan para anggota keluarganya,

dan diberi kesempatan yang memadai untuk berkomunikasi dengan dunia

luar.

Di Indonesia ketentuan yang mengatur tentang hak-hak warga binaan

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia dalam pasal 14 ayat 1

Nomor 12 taahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang tertuang yang isinya

:

Narapidana berhak :

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;

b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani;

c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;

Page 48: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

e. Menyampaikan keluhan;

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya

yang tidak dilarang;

g. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu

lainnyaa;

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjung

keluarga;

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat;

5. Tujuan Pembinaan Narapidana

Menurut Suhardjo (1964) tujuan pembinaan adalah

pemasyarakatan, dapat dibagi dalam tiga hal yaitu :

a. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan tidak lagi melakukan

tindak pidana.

b. Menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam

membangun bangsa dan negaranya.

c. Mampu mendekatkan diri diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun akhirat

Dalam artikelnya C.I Harsono, menawarkan tentang tujuan pembinaaan

adalah kesadaran (consciousness). Untuk memperoleh kesadaran dalam

diri seseorang, maka seseorang harus mengenal diri sendiri. Kesadaran

Page 49: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

sebagai tujuan pembinaan Narapidana, cara mencapainya dilakukan

berbagai tahap :

a. Mengenal diri sendiri

b. Memiliki kesadaran beragana, kesadaran terhadap kepercayaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, sadar sebagai makhluk Tuhan.

c. Mengenal potensi diri

d. Mengenal cara memotivasi, adalah mampu memotivasi diri sendiri

kearah yang positif, ke arah perubahan yang semakin baik.

e. Mampu memotivasi orang lain.

f. Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri sendiri,

keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama, bangsa, dan

negaranya.

g. Mampu berfikir dan bertindak

h. Memiliki kepercayaan diri yang kuat

i. Memiliki tanggung jawab

j. Menjadi pribadi yang tangguh.

Ada 4 (empat) komponen penting dalam pembinaan narapidana :

a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri

b. Keluarga, adalah anggota keluarga inti atau keluarga dekat

c. Masyarakat, adalah orang-orang yang berada di sekeliling narapidana

pada saat masih di luar Lembaga Pemasyarakatan dapat masyarakat

biasa atau pejabat setempat.

Page 50: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

d. Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, petugas sosial, petugas

petugas masyarakatan dan lain sebagainya.

Page 51: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Kondisi kehidupan dalam penjara adalah salah satu diantara faktor-

faktor utama yang menentukan perasaan martabat dan harga diri seseorang

narapidana. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari setiap ruangan

dalam blok berukuran 4 x 6 M yang ditempati oleh kurang lebih 10-14 orang,

hal ini memungkinkan terjadinya interaksi antara para narapidana berlangsung

dengan baik.

Menurut Priyanto (2006), yang dimaksudkan narapidana adalah setiap

individu yang telah melakukan pelanggaran hukum yang berlaku dan

kemudian diajukan ke pengadilan dijatuhi vonis pidana penjara dan hukuman

oleh hakim, yang selanjutnya ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan untuk

menjalani masa hukumannya.

Ansietas atau cemas adalah salah satu dari empat kelompok besar

perasaan emosional, di samping sedih, gembira dan marah. Ansietas bisa

normal dan bisa patologis. Ansietas normal apabila mendapatkan ketegangan

hidup kemudian dapat segera menyesuaikan diri dalam waktu yang lebih

singkat, apabila terus menerus terjadi ansietas dimana fungsi homeostasis

gagal mengadaptasi maka menjadi ansietas yang patologis (Maramis, 2001).

Page 52: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

B. Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

(Arikunto, 2006) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, dalam

penelitian ini variabel yang digunakan adalah kecemasan narapidana wanita di

lapas.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1. Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus.

Kriteria objektif :

Jika responden menjawab kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety

Scale) dengan skor < 20.

2. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.

Kriteria objektif :

Narapidana Wanita

Di Lapas

Tingkat Kecemasan :- Ringan

- Sedang

- Berat

Page 53: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Jika responden menjawab kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety

Scale) dengan skor 20 – 25

3. Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distress.

Kriteria objektif :

Jika responden menjawab kuesioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety

Scale) dengan skor > 25

Page 54: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang digunakan untuk

memperoleh Gambaran Tingkat Kecemasan pada Narapidana Wanita di

Lembaga Pemasyarakatan Kls II.A Kota Kendari Tahun 2016.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 20 Februari – 09 Juni 2016

2. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A

Kota Kendari di Baruga.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua narapidana wanita yang

berada di Lembaga pemasyarakatan kelas II.A Kendari yaitu

sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian atau wakil dari sampel yang diteliti.

Apabila subyeknya lebih dari 100, maka menggunakan 10-15 % atau

20-25 % atau lebih, dari populasi yang ada. Sedangkan apabila jumlah

Page 55: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

populasi kurang dari 100, lebih baik diambil dari semua populasi yang

ada untuk dijadikan sampel (Arikunto, 2006 : 131-134).

Karena banyaknya jumlah sampel dalam penelitian ini kurang

dari 100 maka peneliti mengambil sampel secara keseluruhan (total

sampling) yaitu sebanyak 30 orang.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu

lembar “kuesioner” yang akan diisi oleh responden. Instrumen penelitian ini

terdiri atas data identitas responden dan 50 butir pertanyaan (Taylor Anxiety

Scale)

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, baik

dengan observasi langsung, wawancara ataupun menggunakan daftar

pertanyaan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang telah ada

sebelumnya.

Page 56: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Diperoleh melalui kunjungan langsung ke Lembaga Pemasyarakatan

Kelas II.A Kota Kendari dengan menggunakan lembar kuesioner

secara terstruktur untuk diisi oleh responden.

b. Data Sekunder

Diperoleh dari dokumen-dokumen yang diperoleh dari Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II.A Kota Kendari.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari responden kemudian akan diolah

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu kegiatan pengoreksian data dari responden pada kuesioner

yang telah diisi oleh responden.

2. Coding, yaitu mengklarifikasikan jawaban responden menurut jenisnya

dan membubuhkan kode pada jawaban tersebut.

3. Scoring, yaitu perhitungan pada jawaban responden yang telah diisi pada

kuesioner dari berbagai variabel yang diteliti.

4. Tabulating, yaitu menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

G. Analisa Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Page 57: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Keterangan :

x : Jumlah presentase variabel yang diteliti/ jumlah jawaban yang benar

f : Jumlah responden berdasarkan variabel

n : Jumlah sampel penelitian

k : Konstanta (100) (Budiarto, 2002)

H. Penyajian Data

Penyajian dailakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

kemudian dinarasikan seecara deskriptif (memaparkan) variabel yang diteliti.

I. Etika Penelitian

1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Tujuannya untuk mengetahui maksud dan tujuan penelitian dilakukan.

Jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka penelitian tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Tanpa Nama (Ananomity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

f

x = x kn

Page 58: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

Page 59: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Sejarah berdirinya lembaga pemasyarakatan kelas IIA Kendari

Lembaga pemasyarakatan (lapas) kelas IIA kendari didirikan

pada tahun 1994 merupakan bangunan baru sebagai pindahan dari

bangunan lama yang berlokasi di Punggolaka Kendari, bangunan

tersebut didirikan pada tahun 1972 – 1973 dan terbakar pada tahun 1999.

Dengan terbakarnya lapas kelas IIA kendari yang berlokasi di

punggolaka maka pada tanggal 11 September 1999 para narapidana

langsung dipindahkan pada bangunan baru yang berlokasi di kelurahan

baruga kecamatan baruga kota kendari, yang menempati tanah seluas

3000 meter persegi yang terletak dijalan Kapten Piere Tandean No.1

b. Letak geografis lokasi penelitian

Lembaga pemasyarakatan (lapas) kelas IIA kendari yang terletak

di ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara memiliki luas area 30.000 M2

dan dari keseluruhan areal tersebut kemudian diklasifikasikan berdasrkan

pemanfaatannya untuk fasilitas lembaga pemasyarakatan.

Page 60: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Adapun klasifikasi luas areal lembaga pemasyarakatan kelas IIA

kendari berdasarkan pemanfaatannya adalah sebagai berikut :

a. Komponen gedung seluas 2,037 m2

b. Lapangan olahraga/upacara 650 m2

c. Taman seluas 4560 m2

d. Lapangan parkir seluas 800 m2

e. Lahan pertanian seluas 9545 m2

f. Lahan kosong seluas 11.150 m2

c. Jumlah Pegawai LAPAS

Pegawai lapas umumnya berjenis kelamin laki-laki dan sebagian

kecil yang berjenis kelamin perempuan, hal ini terlihat dari jumlah

pegawai laki-laki yakni 83 orang dan perempuan 16 orang, dari jumlah

tersebut diketahui bahwa jumlah pegawai lapas adalah 99 orang.

2. Karakteristik Responden

Berdasarkan data demografi responden yang menjadi sampel

penelitian maka diperoleh karakteristik responden sebagai berikut:

a. Umur

Selama penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden

berdasarkan umur dibagi dalam 5 (lima) krlompok umur yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Page 61: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari

No Umur Frekuensi Presentase (%)

12345

15-2526-3536-4546-5556-65

515631

16,7502010

3,33Jumlah (n) 30 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni Tahun 2016Dari tabel diatas dapat dilihat karakteristik usia responden di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari yang berkategori umur 15-25

tahun 5 orang (16,7%), umur 26-35 tahun 15 orang (50%), umur 36-45

tahun 6 orang (20%), umur 46-55 tahun 3 orang (10%), dan umur 56-65

tahun 1 orang (3,33%).

b. Pendidikan Responden

Selama penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden

berdasarkan pendidikan dibagi dalam 4 tingkat pendidikan yang dapat

dilihat pada tabel berikut

Page 62: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A

Kendari

No Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%)1234

SDSMPSMA

PT

47

163

13,3323,3353,33

10Jumlah (n) 30 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat karakteristik pendidikan responden

di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari yang berkategori

pendidikan SD sebanyak 4 orang (13,33%), pendidikan SMP sebanyak 7

orang (23,33%), pendidikan SMA sebanyak 16 orang (53,33%), dan 3

orang (10%) dengan tingkat pendidikan tinggi atau perguruan tinggi.

c. Status Pernikahan

Selama penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden

berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status

Pernikahan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A

Kendari

No Status PernikahanFrekuensi (f) Presentase (%)

12

MenikahBelum menikah

264

86,8713

Jumlah (n) 30 100Dari tabel diatas dapat dilihat karakteristik status pernikahan

responden di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari yang

Page 63: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

berkategori menikah sebanyak 26 orang (86,87%), dan yang belum

menikah sebanyak 4 orang (13%)

d. Perkara

Selama penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden

berdasarkan perkara dibagi dalam 3 jenis perkara yang dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkara Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari

No Kategori Perkara Frekuensi (f) Presentase (%)

123

NarkobaKorupsi

Pembunuhan

2136

701020

Jumlah (n) 30 100Sumber : Data Primer Diolah Juni Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat karakteristik perkara responden di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari yang berkategori perkara

narkoba sebanyak 21 orang (70%), perkara korupsi sebanyak 3 orang

(10%), dan perkara pembunuhan sebanyak 6 orang (20%).

e. Lama di Lapas

Selama penelitian berlangsung diperoleh karakteristik responden

berdasarkan lama dilapas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 64: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Berada di Lapas Responden Di

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari

NoKategori Lama di

Lapas Frekuensi (f) Presentase (%)

123456

≤1thn1-4 thn5-8 thn

9-12 thn13-16 thn≥16 thn

1178121

3,3356,6626,73,336,7

3,33Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni Tahun 2016

Dari tabel 5.5, terlihat bahwa terbanyak dari responden memiliki

masa tahanan 1 sampai 4 tahun yaitu sebanyak 17 orang (56,66%) dan

yang paling sedikit adalah masa tahanannya kurang dari satu tahun, 9

sampai 12 tahun dan lebih dari 16 tahun yaitu berjumlah 1 orang (3,33%).

Adapun masa tahanan terlama yaitu lebih dari 16 tahun yang dialami oleh

1 orang (3,33%), sedangkan masa tahanan singkat yaitu kurang dari 1

tahun yang dialami oleh 1 orang (3,33%) responden.

3. Variabel Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan kelas

II.A Kendari pada tanggal 03 Juni 2016, dengan jumlah sampel 30 orang

narapidana wanita dengan hasil penelitian untuk lebih jelasnya dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Page 65: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

a. Tingkat Kecemasan

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Narapidana

Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari

No Kecemasan Frekuensi (F) Presentase (%)

123

RinganSedangBerat

51510

16,6650

33,33Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Diolah Juni Tahun 2016

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 30

responden, frekuensi tertinggi adalah tingkat kecemasan ringan sebanyak

15 responden (50 %), tingkat kecemasan berat sebanyak 10 responden

(33,33%), dan terendah adalah tingkat kecemasan ringan sebanyak 5

responden (16,66%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 03 – 09

Juni 2016 dengan gambaran tingkat kecemasan pada narapidana wanita di

lembaga pemasyarakatan kelas II.A endari sebagai berikut :

Tingkat kecemasan pada narapidana wanita di lapas kelas II.a kendari

1. Kecemasan Ringan

Berdasarkan hasil penelitian terhitung mulai dari pengambilan

data awal tanggal 20 Februari sampai dengan 09 Juni 2016 diperoleh data

bahwa dari 30 responden dengan kecemasan ringan sebanyak 5 responden

Page 66: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

(16,6%) hal ini karena pada saat pengukuran diperoleh hasil dengan skor

dibawah 20 pertanyaan.

Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat

dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,

menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi

diri sendiri. Kecemasan ringan dengan ciri-ciri meningkatkan kesadaran,

terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif dan

sedikit mengalami peningkatan tanda-tanda vital dalam melakukan

kehidupan sehari-hari.

Kecemasan ringan dapat berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari sehingga menyebabkan individu menjadi waspada

dan meningkatkan lapang persepsinya hak ini yang mengalami

kecemasan ini masih memiliki kesadaran yang tinggi, masih mampu

untuk belajar, tingkah laku masih sesuai dengan situasi, dan memiliki

motivasi yang tinggi. Narapidana yang ada dilapas dari beberapa

responden yang mengalami kecemasan ringan memiliki harapan yang

ingin melanjutkan aktivitas atau kehidupannya yang lebih baik setelah

keluar dari penjara.

Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah tingkat pendidikan,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah

berfikir rasional, maka akan lebih mudah pula dalam menyikapi suatu

Page 67: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

masalah atau situasi yang dialami, sehingga pengembangan mekanisme

koping lebih efektif dan konstruktif, maka seseorang yang mengalami

suatu masalah akan lebih siap menghadapi masalah tersebut, sehingga

kecemasan dapat diatasi (Kuncoroningrat,1997, dikutip oleh Nursalam,

2001).

Hal tersebut diatas ditunjang oleh hasil pada penelitian ini yang

menunjukkan dari 5 orang (16,66%) responden dengan kecemasan ringan

memiliki latar belakang pendidikan SMA sebanyak 3 orang (10%) dan 2

orang (6,67%) dengan tingkat pendidikan tinggi atau perguruan tinggi.

Dengan demikian, salah satu faktor yang berkontribusi pada

penelitian ini yang menyebabkan kecemasan sedang adalah tingkat

pendidikan responden, yang rata-rata adalah pendidikan menengah dan

tingkat pendidikan tinggi.

2. Kecemasan Sedang

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden, menunjukkan

bahwa terdapat 15 responden (50%) dengan kecemasan sedang.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30

responden telah ditemukan yang memiliki tingkat kecemasan sedang itu

lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah responden tingkat kecemasan

ringan dan berat hal ini ditandai adanya tanda-tanda yang muncul pada

responden ketika akan dilakukan observasi yaitu gelisah, perasaan tidak

Page 68: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

aman, bicara banyak dan lebih cepat hal ini ditandai pada karakteristik

yang mengalami kecemasan sedang.

kecemasan sedang adalah cemas yang memungkinkan seseorang

untuk memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan

yang tidak penting atau bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan

perhatian menurun penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah

tersinggung, ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai

berkeringat, sering mondar-mandir, sering berkemih dan sakit kepala.

Kecemasan tidak hanya muncul berdasarkan faktor-faktor penyebab

kecemasan. Selain itu kecemasan muncul karena ada faktor yang

mempengaruhi yaitu adanya faktor yang mempengaruhi tingkat

kecemasan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.(Trismiati, 2006).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (2008)

warga binaan wanita berada pada kategori dewasa awal yaitu 18-40 tahun

dimana pada rentang usia ini pengalaman hidup seseorang masih sedikit

sehingga ketika masalah dalam kehidupan muncul akan menimbulkan

stres yang berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan warga binaan wanita

di Lembaga Pemasyarakatan memiliki tingkat kecemasan sedang, karena

pengalaman hidup warga binaan jika dilihat pada usia ini masih sedikit

sehingga dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada akan menjadi

besar. Berbeda ketika usia seseorang tersebut berada pada usia yang jauh

Page 69: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

lebih tua dimana pengalaman hidupnya sudah sangat banyak sehingga

dalam menyikapi permasalahan yang ada akan menjadi semakin bijak.

Hal ini, diperkuat oleh Shinkfield (2010), yang menyatakan bahwa

Usia merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada

narapidana. Usia yang lebih tua kemungkinan lebih tinggi untuk menjadi

cemas atau tertekan sebelum masa pembebasan dari pada usia yang lebih

muda.

Hal ini disebabkan oleh pengalaman yang terjadi sebelumnya pada

usia yang lebih tua. Oleh sebab itu, banyaknya usia yang lebih muda pada

warga binaan wanita menimbulkan kecemasan dan inilah yang

mempengaruhi tingkat kecemasan pada warga binaan wanita.

Selain itu masa hukuman yang lama juga akan membuat warga

binaan merasa asing. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Kartono (2011), bahwa hukuman pemenjaraan yang sangat lama akan

menimbulkan tekanan-tekanan batin yang semakin memberat dengan

bertambahnya waktu pemenjaraan, sehingga akan muncul rasa rendah diri

yang hebat, kecenderungan autistik dan usaha melarikan diri dari realitas

yang traumatik. Hal inilah yang menyebabkan warga binaan wanita

merasa cemas menjelang kebebasanya.

.

Page 70: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

3. Kecemasan Berat

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden, menunjukkan

bahwa terdapat 10 responden (33,3%) dengan kecemasan berat.

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar

secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami

kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya.

Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan

perkembangan kepribadian seseorang (Kartono Kartini, 2006).

Kecemasan berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,

memperlihatkan respons takut dan distres. Kecemasan berat dengan ciri-

ciri persepsi menjadi terganngu, perasaan tentang terganggu atau takut

meningkat, komunikasi menjadi terganggu dan mengalami peningkatan

tanda-tanda vital. Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi

individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan

spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku

ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan

banyak arahan untuk berfokus pada area lain (Stuart, 2010).

Menurut Butterfield, 2003 bahwa narapidana wanita diyakini lebih

rentan mengalami masalah mental dibandingkan dengan narapidana laki-

laki. Kecemasan dapat dialami oleh narapidana wanita karena salah satu

faktor yang menyebabkan adalah berhubungan dengan peran, perannya

Page 71: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

sebagai orang tua dan status pernikahan yang terkait dengan perannya

sebagai seorang istri (Herlina, 2011).

Faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah umur, lebih muda

umur seseorang ternyata lebih rentan mengalami kecemasan. Pada orang

dewasa sumber kecemasan dihubungkan dengan ancaman konsep diri

dalam hal ini ancaman pada responden dengan statusnya sebagai

narapidana. Karena memberikan stigma negatif dari masyarakat.

Selain itu lamanya masa tahanan juga mempengaruhi tingkat

kecemasan, hal tersebut dapat ditunjang oleh hasil pada penelitian ini

yang menunjukkan dari 10 responden dengan kecemasan berat memiliki

masa tahanan 1 sampai 4 tahun sebanyak 9 orang (90%) dan 1 orang

(10%) dengan lamanya masa tahanan 13 sampai 16 tahun. Seseorang

yang berada dalam tahanan akan menimbulkan kontak-kontak yang

minim pada dunia luar yang mengakibatkan seorang narapidana merasa

tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, dengan kurangnya

kepercayaan akan menyebabkan kecemasan pada narapidana yang merasa

adanya penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain sehingga

menyebabkan seseorang menjadi cemas.

Page 72: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 03 Juni – 09

Juni 2016, Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Narapidana Wanita di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas II.A Kendari,sebanyak 30 responden dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat kecemasan sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan ringan pada narapidana wanita di lapas kendari sebanyak

5 responden (16,6 %)

2. Tingkat kecemasan sedang pada narapidana wanita di lapas kendari sebanyak

15 responden (50 %)

3. Tingkat kecemasan berat pada narapidana wanita di lapas kendari sebanyak

10 responden (33,3 %).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti menyarankan :

1. Bagi narapidana agar menjaga kesehatannya dengan berkonsultasi kepada

tenaga kesehatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.a Kota Kendari

tentang masalah-masalah kesehatan yang dialaminya.

2. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II.a Kota Kendari agar meningkatkan

peran perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada narapidana.

Page 73: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

3. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kendari kiranya hasil penelitian ini dapat

dijadikan bahan masukan/referensi tentang gambaran tingkat kecemasan pada

narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan kelas II.a kendari.

4. Bagi peneliti selanjutnya khususnya di Poltekkes Kemenkes Kendari agar

mengembangkan variabel penelitian yang terkait dengan penelitian ini.

Page 74: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B, 2002. Pengantar Statistik Kesehatan.Jakarta; EGC Kedokteran.

Departemen Kehakiman RI, 1990. Pola Pembinaan Narapidana/Tahaanan, jakarta.

Didin Sudirman, 2007. Reposisi dab Revitalisasi Pemasyarakatan dalam Sistem

Peradilan Pidana di Indonesia, Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI. Jakarta.

Dwidja Priyanto, 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika

Aditama, Bandung.

Hadi Sutrisno, 2002 Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri Dan Psikologi, JFak

Kedokteran UI, Jakarta.

Hawari D. 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.

Herdiana., I., 2011, Profil Kecemasan Narapidana Wanita, di akses di

www.unair.ac.id, diunduh pada 24 Juli 2016.

Penal Reform Internasional, 2011. Dalam Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas

II.A Kendari. 2012

Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika

Rasmun. 2009. Stres, koping dan Adaptasi Teori Dan Pohon Masalah Keperawatan.

Jakarta : CV

Page 75: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Sanusi Has, 1976. Penologi (Ilmu Pengetahuan Tentang Pemasyarakatan Khusus

Terpidana), Monora, Medan

Saryono, 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia Presa,

Yogyakarta.

Sulistyaningsih. 2002. Psikologi Abnormal dan Psikopatologi. Malang: STIT Malang

Stuart, Gail W. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Sumiati, S.Kp, M,Si.2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Penerbit TIM.

Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung.

Zakiah dharajat. 1990. Ilmu jiwa agama, Bulan Bintang . Jakarta

Page 76: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Lampiran 1.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Kepada

Yth. Calon Responden

Di-

Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politeknik Kementerian

Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nur Sri Afrianti

NIM : P00320013058

Status : Mahasiswi DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari

Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada

Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakaatan Kelas II.A Kendari ”. Untuk

kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Ibu untuk bersedia menjadi responden

dalam penelitian dan bersedia untuk diobservasi serta mengisi kuesioner yang telah

saya sediakan.

Demikian lembar permohonan ini, atas partisipasi dan kerjasamanya saya

ucapkan terima kasih.

Kendari, 2016

Peneliti

NUR SRI AFRIANTI

NIM. P00320013059

Page 77: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi responden

dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari

Jurusan Keperawatan yang berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada

Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kendari”.

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini

dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan

sebagai mana mestinya.

Kendari, 2016

Responden

Page 78: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANA WANITA DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.A KENDARI

Identitas Responden Tanggal :

Nama : No.Urut :

Umur :

Perkara :

Lama di lapas :

Suku :

Pendidikan :

Agama :

Status pernikahan :

Petunjuk :

Berilah tanda ( X ) pada kolom jawaban ( ya ) bila anda setuju dengan pernyataan ini

atau bila anda merasa pernyataan ini berlaku atau mengenai anda. Sebaliknya berilah

tanda ( X ) pada kolom jawaban ( tidak ) bila anda tidak setuju dengan pernyataan ini

atau bila anda merasa pernyataan ini tidak berlaku atau tidak mengenai anda. Jawaban

Page 79: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

ditulis pada lembar jawaban yang telah tersedia. Lembar soal dikembalikan pada

petugas.

NO PERTANYAAN Ya Tidak

1 Saya cepat lelah

2 Saya seringkali mengalami perasaan mual

3 Saya yakin, saya tidak lebih penggugup dari kebanyakan

orang lain

4 Saya jarang sakit kepala

5 Saya sering merasa tegang waktu sedang bekerja

6 Saya mengalami kesukaran mengadakan konsentrasi

mengenai suatu masalah

7 Saya khawatir kalau memikirkan masalah

8 Saya sangat merasa gemetar bila saya mencoba untuk berbuat

sesuatu

9 Kalau terjadi sesuatu pada diri saya, saya tidak mudah

tgersipu

10 Saya mengalami diare ( mencret ) satu kali atau lebih dalam

sebulan

11 Saya merasa khawatir bila akan terjadi kegagalan atau

kesialan menimpa saya

12 Saya tidak pernah tersipu-sipu bila terjadi sesuatu pada diri

Page 80: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

saya

13 Saya sering merasa takut kalau-kalau muka saya menjadi

merah malu

14 Saya seringkali mengalami mimpi yang menakutkan pada

waktu tidur di malam hari

15 Tangan dan kaki saya biasanya cukup hangat

16 Saya mudah berkeringat meskipun hari tidak panas

17 Ketika saya merasa malu, kadang-kadang keringat saya

bercucuran, hal ini sangat menjengkelkan saya

18 Saya hampir tidak pernah berdebar-debar dan saya jarang

bernafas tersengal-sengal

19 Saya sering merasa lapar terus menerus

20 Saya jarang terganggu untuk rasa sembelit (sakit perut )

karena sukar buang air besar

21 Saya sering terganggu oleh sakit perut

22 Ketika saya mengkhawatirkan sesuatu, seringkali saya tidak

dapat tidur

23 Tidur saya sering terganggu dan tidak nyenyak

24 Seringkali saya bermimpi tentang sesuatu yang sebaiknya

tidak diceritakan kepada orang lain

25 Saya mudah merasa segar

Page 81: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

26 Saya merasa lebih sensitif dari kebanyakan orang lain

27 Saya seringkali mengkhawatirkan diri saya terhadap suatu hal

28 Saya menginginkan sebahagiaan seperti orang lain

29 Biasanya saya selalu tenang dan tidk mudah kecewa atau

putus asa

30 Saya mudah menangis

31 Saya seringkali mencemaskan terhadap sesuatu hal atau

seseorang

32 Saya merasa gemetar tiap waktu

33 Menunggu membuat saya gelisah

34 Pada waktu-waktu tertentu, saya merasa tidak tenang,

sehingga tidak dapat duduk terlalu lama atau diskusi terlalu

lama

35 Kadang-kadang saya merasa gembira sekali sehingga saya

sulit untuk tidur

36 Kadang-kadang saya merasa bahwa saya mengalami

kesukaran yang bertumpuk-tumpuk

37 Saya mengetahui bahwa saya kadang-kadang merasa khawatir

tanpa suatu alas an

38 Bila dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain, maka

saya tidak sepenakut mereka

Page 82: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR

39 Saya seringkali merasa khawatir terhadap suatu hal yang saya

tahu bahwa hal itu tidak akan menyulitkan saya

40 Pada suatu saat saya seringkali merasa sebagai orang yang

tidak berguna

41 Saya mengalami kesukaran untuk merumuskan perhatian

terhadap sesuatu pekerjaan

42 Saya biasanya pemalu

43 Biasanya saya yakin pada diri sendiri

44 Saya seringkali dalam keadaan tenang

45 Hidup ini merupakan beban bagi saya setiap waktu

46 Kadang-kadang saya berfikir bahwa saya tidak punya arti apa-

apa

47 Saya benar-benar merasa kurang percaya diri

48 Saya merasa takut akan kesukaran-kesukaran yang haarus

saya hadapi dalam krisis

49 Kadang-kadang saya merasa bahwa diri saya akan hancur

50 Saya sepenuhnya percaya diri saya sendiri

Page 83: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR
Page 84: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR
Page 85: GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA NARAPIDANArepository.poltekkes-kdi.ac.id/376/1/NUR SRI AFRIANTI.pdfNur Sri Afrianti (P ... Daftar Pustaka: 17 literatur (1990 – 2014) KATA PENGANTAR