aan afrianti-fsh_norestriction.pdf

114
STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF) (STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh : Aan Afrianti 205046100588 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MU’AMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H / 20I0 M

Upload: wahid-maulana

Post on 01-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING

    FINANCING (NPF) (STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

    Oleh :

    Aan Afrianti 205046100588

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1431H / 20I0 M

  • STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH

    DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING

    FINANCING (NPF)

    (STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

    Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

    Oleh:

    Aan Afrianti

    205046100588

    Di Bawah Bimbingan

    Pembimbing 1 Pembimbing II

    Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag Syahrul Adam, M.Ag

    NIP.150 318 308 NIP.

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431H / 20I0 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH

    DALAM MENEKAN TINGKAT NON PERFORMING FINANCING (NPF)

    (STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

    pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

    Jakarta, 21 Juni 2010

    Mengesahkan

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

    NIP. 195505051982031021

    PANITIA UJIAN

    Ketua : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (....)

    NIP. 195505051982031021

    Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (...)

    NIP.

    Pembimbing 1 : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (...)

    NIP. 197407252001121001

    Pembimbing II: DR. Syahrul Adam, M.Ag (...)

    NIP.197305032000031002

    Penguji 1 : Yuke Rahmawati, SAg, MA (....)

    NIP. 197509032007011016

    Penguji II : Dra. Nuriyah Taher, MM (....)

    NIP.

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 21 Juni 2010

    Aan Afrianti

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrohmanirrohiim

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT

    karena atas rahmat dan inayah-Nya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan.

    Selanjutnya shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi

    Muhammad saw, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus

    menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk Ilahi.

    Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

    turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada

    1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma,

    SH. MA. MM.

    2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum,

    Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM dan Bpk. Drs. H.

    Ahmad Yani, MA

    3. Pembimbing penulis, Bpk Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. dan Bpk Syahrul

    Adam, M.Ag. yang telah senantiasa memberikan waktu untuk berdiskusi dan

    memberikan saran hingga terselesaikan skripsi ini.

    4. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan materi

    perkuliahan, ilmu, dan bimbingan akhlak semasa kuliah hingga selessai skripsi

    ini.

  • 5. KJK Syariah Arrahmah yang telah bersedia membantu dan mendukung penulis

    dalam melakukan penelitian.

    6. Perpustakaan Fakultas Syariah yang telah memberikan fasilitas untuk

    mengadakan studi perpustakaan.

    7. Kepada Ayahanda tercinta Muhammad Sobri dan Ibunda tercinta Tati Ismayanti,

    Adik-adikku Yuli Anisah dan M. Rifqi Bachtiar, abangku Azis Sukma Dhiana

    S.Kom. Saudaraku Bpk. Sabil. yang tidak henti-hentinya mendoakan dan

    memberikan pengorbanan yang tak terhitung nilainya. Begitu juga kepada

    saudara-saudara lainnya yang telah memberikan bantuan moril dan materil yang

    tak ternilai, semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik..Amin.

    8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Muamalat Program Non Reguler angkatan

    2005 Abdul Alim, Taufik Hidayat, dan Erdi Marduwira yang memberikan

    dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

    9. Serta pihak-pihak lain yang memberikan bantuan, yang tidak mungkin disebutkan

    semua.

    Demikian, semoga tugas akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua

    pihak. Apabila masih terdapat kekurangan mohon masukan dan saran, agar penulis

    dapat memperbaiki kekurangan tersebut di waktu yang akan datang

    Jakarta, 21 Juni 2010

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9

    D. Review Studi terdahulu 10

    E. Metode Penelitian 11

    F. Sistematika Penulisan 14

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah 16

    1. Pengertian Koperasi Jasa Keuaangan Syariah 16

    2. Tujuan Koperasi Syariah 17

    3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah 17

    4. Landasan Koperasi Syariah 20

    5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah 21

    6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah 24

    7. Managemen Koperasi Syariah 25

    B. Pembiayaan Bermasalah (NPF/ 30

    Non Performing Financing)

    1. Pengertian Pembiayaan 30

    2. Pengertian Pembiayaan bermasalah 32

    3. Tujuan Pembiayaan 34

    4. Fungsi Pembiayaan 35

    5. Kategori Pembiayaan Bermasalah 37

  • 6. Perhitungan NPF 38

    7. Skema Proses Penyaluran Pembiayaan 39

    C. Strategi Pembiayaan Bermasalah 43

    1. Pengertian Strategi 43

    2. Strategi Fungsional Keungan 47

    3. Strategi menekan tingginya tingkat 49

    pembiayaan bermasalah

    BAB III COMPANY PROFILE

    A. Sejarah berdirinya dan perkembangan 62

    KJK Syariah Arrahmah

    B. Visi dan Misi 64

    C. Managemen dan Organisasi 65

    D. Produk yang ada di KJK Syariah Arrahmah 67

    BAB IV STRATEGI KJK SYARIAH ARRAHMAH

    DALAM MENEKAN TINGKAT NPF

    A. Mekanisme pembiayaan pada KJK Syariah Arrahmah 85

    B. Perhitungan Tingkat NPF pada KJKS Arrahmah 90

    periode 31 Desember 2006, 2007 dan 2008

    C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan 93

    bermasalah pada KJK Syariah Arrahmah

    D. Strategi KJK Syariah Arrahmah dalam 96

    menekan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF)

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan 104

    B. Saran dan rekomendasi 105

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang dikembangkan

    berdasarkan syariah Islam sehingga banyak pula pihak yang menyebutnya

    ekonomi Islam. Di dunia, ekonomi syariah telah menjadi tren global dengan

    prinsip universalitasnya. Sementara itu, di Indonesia, beberapa tahun belakangan

    ini ekonomi syariah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.

    Keberadaan sistem ekonomi Islam berawal dari definisi atau pemahaman

    bahwa Islam merupakan sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan, yang

    menjanjikan keselamatan dunia dan akherat bagi para penganutnya. Lebih dari

    satu abad sistem ekonomi modern (konvensional) telah melayani kepentingan

    manusia dalam memenuhi kebutuhan atau kepuasan mereka. Ekonomi modern

    tidak memiliki batasan improvisasi dalam berekonomi, kecuali mereka harus

    berhadapan dengan kekuatan pasar yang biasa diklaim sebagai invisible hand.

    Oleh sebab itu, tumpuan perhatian masalah ekonomi lebih ditujukan pada

    bagaimana mengatasi kondisi kelangkaan akan sumber daya ekonomi yang

    dihadapi setiap individu.1

    1 Ali Sakti, Analisis teoritis ekonomi Islam jawaban atas kekacauan ekonomi modern.

    (Jakarta: Aqsa Publishing, 2007), cet 1

    1

  • 2

    Dengan penduduk mayoritas muslim, perkembangan ekonomi syariah di

    negara kita seharusnya memiliki prospek yang cerah, apalagi ekonomi syariah

    juga menganut prinsip universalitas, artinya prinsip syariah ini juga dapat

    diperuntukkan bagi semua kalangan. Sebagai contoh, market share perbankan

    syariah di Indonesia masih sekitar 2,3%. Sementara itu, di Singapura yang

    berpenduduk nonmuslim, market share perbankan syariahnya mencapai 6,5%.2

    Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena ada

    kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking system dalam

    perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah menempatkan subsistem

    syariah sebagai alternatif dari subsistem konvensional, khususnya dalam

    pelayanan baik dalam untuk memenuhi kebutuhan (permintaan) dana maupun

    memanfaatkan kelebihan (penawaran) dana di masyarakat

    Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip

    syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam sistem

    syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar perkiraan maupun per-

    hitungan bunga (yang umumnya menjadi dasar perhitungan dalam bisnis

    keuangansimpan pinjam secara konvensional).

    Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba)

    yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perlakuan

    transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidakjelasan.

    2 www.dakwatuna.com diakses 11 Januari 2010

  • 3

    Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang

    dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat

    yang adil dan makmur baik materiil maupun spirituil adalah berkoperasi. UUD

    1945 menegaskan di dalam pembukaannya bahwa salah satu tujuan negara

    Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasan diatas tidak

    terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu negara

    hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

    Karena pembukaan UUD 1945 beserta seluruh pokok-pokok pikiran yang

    terkandung di dalamnya menjiwai batang tubuh UUD, maka tujuan itupun

    dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal, seperti pasal 27,33,dan 34. namun

    demikianm diantara pasal-pasal tersebut yang paling pokok dan melandasi usaha-

    usaha pembangunan di bidang ekonomi adalah pasal 33.3

    Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di

    Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik

    Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Koperasi, mengatakan bahwa Koperasi

    adalah Badan Usaha Bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian,

    beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara

    sukarela dan atas dasar kebersamaan hak dan kewajiban melakukan suatu usaha

    yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

    3 Muhammad firdaus, Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, sejarah, teori, dan praktek, (Bogor

    : Ghalia Indonesia Anggota IKAPI, 2004), cet 2, h.37

  • 4

    Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal

    1, ayat 1 dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

    orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya

    berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

    atas asas kekeluargaan. Tujuan pendirian Koperasi, menurut UU Perkoperasian,

    adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

    umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

    mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila

    dan Undang-Undang Dasar 1945.

    Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi

    semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal

    Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya

    oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi

    warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.4

    Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan

    falsafah yng sama yaitu : dari anggota oleh anggota untuk anggota maka

    berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992, berhak mnggunakan

    badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional salah

    satunya terletak pada teknis operasionalnya saja, Koperasi syariah mengharamkan

    bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam

    melakukan usahanya.

    4 Nur S Buchori, Koperasi Syariah, (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet 1 h.10

  • 5

    Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan

    anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan

    pendayagunaannya tersebut maka bentuk yang idealnya BMT adalah Koperasi

    Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh kementrian

    koperasi disebut KJKS (Koperasi Jasa keuangan Syariah). Berdasarkan keputusan

    Menteri Koperasi RI No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004. Tentang Petunjuk

    Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.

    Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini

    adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang

    sehat, baik, dan halal. Koperasi syariah sangat strategis dalam mengembangkan

    sumberdaya dan mendistribusikannya secara adil. Karena, mengeluarkan harta

    (asset) untuk diputar, diusahakan, dan diinvestasikan secara halal adalah

    kewajiban syariah. Uang dan harta bukan untuk ditimbun. membuat aset

    nganggur (idle) sama dengan memubadzirkan nikmat Allah dan tidak

    mensyukurinya.5

    Berbagai produk layanan syariah didefinisikan dan diatur oleh Dewan

    Syariah Nasional melalui sejumlah fatwanya. Aplikasinya harus didukung oleh

    pemahaman kedua belah pihak yang bekerja sama, dan hasilnya diwujudkan

    melalui keputusan yang tercantum dalam akad keuangan syariah. Dalam

    kelembagaannya, koperasi jasa keuangan syariah secara rasional juga dituntut

    untuk bertindak hati-hati (prudent), karena mereka mengemban amanah

    5 Ibid

  • 6

    pengelolaan milik anggotanya, melalui penyelenggaraan berbagai upaya

    memanaj usahanya dengan efektif.

    Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) kian

    menggembirakan. Kini setidaknya terdapat 3.900 LKMS atau baitul maal

    wattamwil (BMT), yang membiayai sekitar 3 juta orang pengusaha mikro dan

    super mikro di Indonesia.6 sebanyak 78,8 persen BMT memiliki aset antara Rp 50

    juta-Rp 500 juta. Sebanyak 4,8 persen memiliki aset di atas Rp 1 miliar. Sisanya,

    9,3 persen memiliki aset di bawah Rp 50 juta.7 Hingga kini total aset yang

    dimiliki LKMS diperkirakan mencapai Rp 3 triliun, dengan rasio pembiayaan

    terhadap simpanan melebihi 100 persen. Diperkirakan, dana masyarakat yang

    dihimpun BMT sebesar Rp 2,2 triliun.

    Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah (selanjutnya disebut KJKS

    Arrahmah) merupakan lembaga keuangan syariah non bank, yang berdiri pada

    tanggal 5 Februari 2005 dengan modal awal kurang lebih 200 juta rupiah.

    Meskipun masih terbilang muda nasabah Koperasi jasa keuangan syariah

    Arrahmah mencapai kurang lebih 3000 nasabah

    Produk yang ditawarkan KJK Syariah Arrahmah meliputi Penghimpunan

    dana/investasi, seperti Simpanan multi guna, Simpanan qurban, Simpanan idul

    Fitri, simpanan pendidikan, simpanan siswa, dan Deposito Syariah dari

    6 Saat Suharto, CEO Permodalan BMT ventura, artikel di akses pada 21 April 2010 dari

    http://bmtcenter.com/2008/04/bmtventura 7 Minako Sakai UNSW Australia, Harnessing Islamic Microfinance, Policy Briefs, Australia

    Indonesia Governance Research Partnership 2008, (Jakarta, 21 April 2010)

  • 7

    Masyarakat yang diberikan amanah dari Allah berupa keleluasaan rezeki dan bagi

    mereka yang menginginkan pertambahan nilai dananya secara aman, prospektif

    dan membawa keberkahan dalam kehidupan. Sedangkan produk pembiayaan

    meliputi pembiayaan modal kerja Murabahah, KPM (Kepemilikan Mobil/Motor)

    Murabahah Multiguna, dan Pembiayaan Ijarah.

    Pada pertengahan tahun 2009 Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah

    dinobatkan sebagai koperasi terbaik tahun 2009 tingkat Kota Depok. Dinilai

    sebagai yang terbaik karena memiliki laporan keuangan yang teratur dan

    menggunakan standar keuangan yang benar.8 Setiap bulannya koperasi jasa

    keuangan syariah arrahmah selalu melaporkan laporan keuangannya ke kantor

    pajak dan Departemen Koperasi. Berdasarkan laporan keuangan yang ada sampai

    Desember 2009 total asset KJKS Arrahmah mencapai Rp 3.112.862.000,- dengan

    jumlah pembiayaan mencapai Rp 1.827.539.000,- dan tingkat NPF kurang dari

    5% setiap tahunnya.

    Padahal, kalau dilihat dalam laporan keuangan di KJKS lain seperti halnya

    di KJKS A tingkat NPFnya antara 6% sampai 8% dengan jumlah pembiayaan

    setiap tahunnya sampai dengan Desember 2009 mencapai 3.243.994.269.-9

    Berdasarkan dari latarbelakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan

    penelitian mengenai strategi yang digunakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

    8 Herry Setiawan, Arrahmah Koperasi terbaik,tabloid monitor depok,

    [email protected] 27 Juli 2009 9 Laporan keuangan KJKS A tahun 2009

  • 8

    Arrahmah dalam menekan tingkat NPF dalam bentuk skripsi yang berjudul

    Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat NPF.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    Dari judul diatas ada beberapa masalah yang bisa di identifikasi oleh penulis

    diantaranya :

    a. Sebab munculnya pembiayaan bermasalah

    b. Faktor yang mempengaruhi munculnya pembiayaan bermasalah

    c. Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap dana nasabah

    d. Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap total asset

    2. Pembatasan Masalah

    Agar permasalahan tidak terlalu meluas maka penulis merasa perlu

    untuk memberikan batasan masalah terhadap objek yang di kaji, adapun

    pembatasan masalah diantaranya:

    a. Penulisan sekripsi ini hanya akan membahas tentang bagaimana

    strategi yang digunakan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah

    Arrahmah dalam Menekan Tingkat Non Performing Financing

    b. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah

    c. Penelitian dilakukan pada Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah

  • 9

    3. Perumusan Masalah

    a. Bagaimana Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam

    menekan Tingkat NPF?

    b. Apakah strategi di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah efektif

    untuk menekan tingkat NPF?

    c. Faktor apa saja yang mendukung atau menghambat upaya Koperasi

    Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    a. Untuk mengetahui bagaimana strategi Koperasi Jasa Keuangan

    Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF

    b. Untuk mengetahui tingkat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

    Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat

    NPF

    c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di hadapi Koperasi Jasa

    Keuangan Syariah Arrahmah

    2. Manfaat penelitian

    Manfataat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini adalah

    sebagai berikut:

    a. Teoritis: penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan

    kontribusi bagi kalangan intelektual, pelajar, praktisi, akademisi

  • 10

    institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh

    tentang strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat

    NPF.

    b. Praktis: Penulisan skripsi ini diharapkan menjadi input bagi Koperasi

    Jasa Keuangan Syariah lain dalam mengurangi tingkat pembiayaan

    bermasalah.

    c. Kebijakan: Penulisan skripsi ini juga diharapkan sebagai bahan

    pengambilan keputusan oleh koperasi syariah khususnya koperasi jasa

    keuangan syariah Arrahmah. Untuk lebih banyak belajar lagi

    mengenai pembiayaan bermasalah.

    D. Review Studi terdahulu

    Berdasarkan studi review terdahulu yang penulis lakukan dari beberapa

    literatur yang ada diantaranya:

    1. Skripsi Rosidah tahun 1426 H/ 2005 M dengan judul Analisis SWOT

    Strategi BMT dalam peningkatan UKM yang isinya Kajian Skripsi ini

    membahas tentang analisa SWOT Strategi BMT Al Munawaroh dalam

    Peningkatan UKM Kajian Skripsi ini membahas tentang analisa SWOT

    Strategi BMT Al Munawaroh dalam Peningkatan UKM Persamannnya yang

    penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang strategi BMT ,

  • 11

    sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa yang penulis teliti lebih

    terfokus dalam penekanan tingkat NPF.10

    2. Skripsi Muhammad tahun 1424 H/ 2003 M dengan judul Analisa terhadap

    kesehatan Lembaga Mikro Syariah yang isinya membahas tentang cara

    menganalisa dan mengukur tingkat kesehatan BMT, Persamaannya yang

    penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang cara mengukur

    tingkat kesehatan BMT, sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa

    yang mau diteliti (kajian) serta objek penelitiannya, sedangkan penulis lebih

    terfokus pada strategi dalam menekan tingkat NPF.11

    E. Metode Penelitian

    Metode Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini sebagai

    berikut:

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan penulis bersifat deskriptif yaitu penelitian

    yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fungsi dari

    permasalahan yang ada12, seperti penyebab timbulnya pembiayaan

    bermasalah, cara mengatasinya dan strategi yang digunakan dalam menekan

    tingkat pembiayaan bermasalah.

    10 Rosidah. Analisis SWOT Strategi BMT dalam peningkatan UKM (UIN Jakarta, Skripsi) 2005 11 Muhammad, Analisa terhadap kesehatan Lembaga Mikro Syariah (UIN Jakarta, Skripsi)

    2003 12 www.Organisasi.org Kajian Wacana Bahasa Indonesia Kupas Tuntas Metode Penelitian

    Kualitatif Bag. 2 diakses pada 7 April 2010

  • 12

    2. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan penelitian menggunakan Studi kasus. Jenis pendekatan studi

    kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama

    kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk

    kondisi dan lingkungan masa lalunya.13

    Kasus yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan masalah strategi

    Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam menekan Tingkat NPF yang

    dilakukan KJKS Arrahmah Cinere.

    3. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari sumber

    aslinya seperti subyek yang diwawancarai.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari sumber yang kedua,

    seperti buku-buku dokumen atau arsip-arsip yang didapat dari KJKS

    Arrahmah. Seperti halnya buku petunjuk pelaksanaan kegiatan

    usaha koperasi jasa keuangan syariah kementrian negara koperasi dan

    usaha kecil dan menengah republik indonesia tahun 2009, BMT dan

    Bank Islam Instrumen lembaga keuangan syariah.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    13 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2004), h. 23.

  • 13

    Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan

    cara :

    a. Studi Dokumentasi

    Yaitu dengan membaca buku literatur yang relevan dengan topik

    masalah dalam penelitian ini, serta mempelajari dokumen-dokumen

    atau arsip-arsip koperasi syariah tentang pembiayaan bermasalah.

    Berupa data-data yang diperoleh melalui laporan rapat anggota

    tahunan koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah sebagai studi

    dokumentasi.

    b. Wawancara (interview)

    Dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait.

    Dalam hal ini tatap langsung dengan tokoh lembaga atau fungsionaris

    KJKS Arrahmah.

    c. Studi Kepustakaan (library research)

    Salah satu hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

    mempelajari beberapa literatur tetulis baik yang bersumber pada buku,

    jurnal, majalah, artikel, makalah, koran dan internet, maupun dari

    sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi berkaitan dengan

    masalah yang dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat.

    5. Teknik Analisis Data

    Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

    mudah dibaca dan interprestasikan. Data yang diolah adalah data kualitatif,

  • 14

    sedangkan analisanya mempergunakan analisa deskriptif. Penulis akan

    menggambarkan hasil penelitian tersebut dengan logika akal dari data

    tersebut untuk mengambil sebuah kesimpulan.

    6. Pedoman Penulisan Laporan

    Penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah

    dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.14

    F. Sistematika Penulisan

    Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub

    bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis,

    berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi

    terdahulu, metode dan objek penelitian, serta sistematika

    penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian koperasi syariah,

    manajemen strategi, pengertian pembiayaan dan dasar hukumnya,

    serta aspek kesehatan koperasi.

    14 Pedoman Penulisan Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press, 2007:h,11

  • 15

    BAB III TINJAUAN UMUM KOPERASI JASA KEUANGAN

    SYARIAH ARRAHMAH

    Penulis akan menuliskan sejarah singkat Koperasi jasa keuangan

    syariah Arrahmah, Struktur Organisasi Visi, Misi, produk

    simpanan, serta roduk pembiayaan.

    BAB IV ANALISIS STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN

    SYARIAH DALAM MENEKAN TINGKAT NPF

    Penulis akan membahas mengenai mekanisme pembiayaan pada

    koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah, pencapaian keberhasilan

    koperasi dalam menekan tingkat NPF, serta membahas faktor-faktor

    yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah.

    Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

    Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang merupakan

    jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu juga

    berisi saran dari penulis selama melakukan penelitian

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah

    1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

    Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan

    usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai

    dengan pola bagi hasil (Syariah).1

    Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota

    pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun

    tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

    Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan

    misi di dalam intern pendiri. mendirikan koperasi syariah akan memerlukan

    perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan.

    Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik

    dan bermanfaat (thayib) serta menguntungkan dengan system bagi hasil, dan

    tidak riba, perjudian (maysir) serta ketidak jelasan (ghoror). Untuk

    menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha

    sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang

    diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan

    1 Kementrian Koperassi UKM RI, Petunjuk teknis program perkuatan Koperasi jasa

    keuangan syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah untuk pemberdayaan usaha mikro (Jakarta, 2009) h.3

    16

  • 17

    ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonnesia. Usaha-usaha

    yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.2

    2. Tujuan Koperasi Syariah

    Tujuan sistem koperasi syariah yaitu Mensejahterakan ekonomi

    anggotanya sesuai norma dan moral Islam, Menciptakan persaudaraan dan

    keadilan sesama anggota, Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang

    merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya, Kebebasan pribadi dalam

    kemaslahatan social yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia

    diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah, Meningkatkan kesejahteraan

    anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut

    membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-

    prinsip Islam.3

    3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

    Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari

    keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau

    membungakan uang yang ada pada anggota. Para anggota yang meminjam

    tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya hanya melihat uang pinjaman

    kembali ditambah dengan bunga yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil

    usaha atas penggunaan uang tadi. Bahkan bisa terjadi jika ada anggota yang

    2 M Shodiq Mustika, Koperasi syariah apa dan bagaimana,artikel diakses pada 29,

    Agustus 2009 dari http://msodik.blogspot.com/koperasi-syariah-apa-dan-bagaimana 3 Nur S Buchori, Koperasi Syariah, (Jawa Timur: Mashun, 2009), cet 1 h.18

  • 18

    meminjam untuk kebutuhan sehari-hari (makan dan minum), maka pihak

    koperasi memberlakukannya sama dengan peminjam lainnya yang

    penggunaannya untuk usaha yang produktif dengan mematok bunga sebagai

    jasa koperasi.

    Pada koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi

    (tasharuf) di dasarkan atas penggunaan yang efektif apakah untuk pembiayaan

    atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan secara berbeda.

    Untuk usaha produktif, misalnya anggota akan berdagang maka dapat

    menggunakan prinsip bagi hasil (Musyarakah atau Mudharabah) sedangkan

    untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat menggunakan

    prinsip jual beli (Murabahah).

    Berdasarkan peran dan fungsinya maka, Koperasi Syariah memiliki

    fungsi sebagai berikut:

    a. Sebagai Manajer Investasi

    Manajer investasi yang dimaksud adalah, koperasi syariah dapat

    memainkan perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para

    pemilik dana. Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau

    anggota yang berhak mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau

    anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.

    Umumnya, apabila pemilihan penerima dana (anggota atau calon

    anggota) di dasarkan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik dana, maka

    koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas jasa agennya.

  • 19

    Misalnya jasa atas proses seleksi anggota penerima dana, atau biaya

    administrasi yang dikeluarkan koperasi atau biaya monitoring termasuk

    reporting. Kemudian apabila terjadi wanprestasi yang bersifat force major

    yakni bukan kesalahan koperasi atau bukan kesalahan anggota, maka

    sumber dana tadi (pokok) dapat dijadikan beban untuk resiko yang terjadi.

    Akad yang tepat untuk seperti ini adalah Mudharabah Muqayyadah.

    b. Sebagai Investor

    Peran sebagai investor (Shahibul Maal) bagi koperasi syariah

    adalah jika sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman

    dari pihak lain yang kemudian dikelola secara professional dan efektif

    tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan koperasi syariah memiliki

    hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program-program yang

    dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut sebagai

    Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang dihimpun dari anggota

    maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariah.

    c. Fungsi social

    Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan

    social baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada

    masyarakat dhuafa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman

    darurat (emergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan

    pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal dari modal

    maupun laba yang dihimpun. Dimana anggota tidak dibebankan bunga

  • 20

    dan sebagainya seperti koperasi konvensional. Sementara bagi anggota

    masyarakat dhuafa dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tanpa

    pengembalian pokok (Qardhul Hasan) yang sumber dananya dari dana ZIS

    (Zakat, Infaq, Shodaqoh). Pinjaman qordhul hasan ini diutamakan sebagai

    modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika

    usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu dibebani dengan

    pengembalian pokoknya.

    Fungsi ini juga membedakan antara koperasi konvensional dengan

    koperasi syariah dimana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai

    dengan ajaran Islam Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan

    ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan

    perbuatan dosa. (QS Al-Maidah : 2)

    4. Landasan Koperasi Syariah

    a. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

    Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang

    Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi JasaKeuangan

    Syariah

    b. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    1945.

    c. Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan.

  • 21

    d. Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu al-quran dan as-sunnah

    dengan saling tolong menolong (taawun) dan saling menguatkan

    (takaful).4

    5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah

    Koperasi syariah memiliki keluwesan dalam menerapkan akad-akad

    muamalah, yang umumnya sulit dipraktekan pada perbankan syariah karena

    adanya keterbatasan peraturan dari Bank Indonesia PBI (Peraturan Bank

    Indonesia). Prinsip dasar operasional koperasi syariah tersebut dapat

    digambarkan berikut:

    4 Koperasi Syariah, artikel di akses pada 20 November 2009 dari

    www.koperasisyariah.com

  • 22

    Jasa-jasa 1. Wakalah 2. Kafalah 3. Hawalah 4. Ijaroh

    Investasi Pembiayaan 1. Mudharabah 2. Musyarakah

    Jual Beli 1. Murabahah 2. Salam 3. Istishna

    Penempatan lainnya 1. Bank Syariah 2. Koperasi Syariah

    Porsi Koperasi Syariah L/R SHU Berjalan

    Sumber Dana Koperasi Syariah

    1. Simpanan Sukarela - Simp. Wadiah - Simp. Berjangka (mudharabah)

    2. Investasi pihak lain - Investasi terikat - Investasi tidak terikat

    3. Dana ZIS - Zakat - Infaq dan Shodaqoh

    4. Modal Koperasi - Simpanan pokok + wajib - Dana Hibah - L/R SHU berjalan

    55%

    Revenue Distribution

    45%

    Bagi Hasil Porsi 1. Simp. Berjangka 2. Investasi pihak lain

    Penempatan lainnya 4. Bank Syariah 5. Koperasi Syariah

    FEE

    Margin

    Bagi Hasil

    Bagi Hasil Bank/kop

    Bonus

  • 23

    Dari bagan di atas digambarkan bahwa sumber dana koperasi

    syariah di peroleh dari simpanan sukarela seperti simpanan wadiah dan

    simpanan berjangka mudharabah, investasi pihak lain, dana zakat infaq

    dan shodaqoh, dan dari modal koperasi seperti simpanan pokok simpanan

    wajib, dana hibah dan laba rugi sisa hasil usaha berjalan. Dari sumber dana

    koperasi syariah tersebut kemudian disalurkan untuk pembiayaan seperti

    dalam bentuk jasa dengan akad pembiayaan wakalah, kafalah, hawalah,

    dan ijaroh yang kemudian akan mendapatkan fee. Dalam bentuk jual beli

    dengan akad pembiayaan murabahah, salam, dan istishna yang kemudian

    akan memperoleh margin. Dalam bentuk investasi pembiayaan dengan

    akad mudharabah dan musyarakah dengan porsi bagi hasil, dan

    penempatan lainnya seperti penempatan pada bank syariah dan koperasi

    syariah dengan mendapatkan bagi hasil dari bank syariah dan koperasi

    syariah. Dari hasil yang di peroleh seperti fee, margin dan bagi hasil maka

    distribusi pembagiannya 55% porsi koperasi syariah untuk laba rugi SHU

    berjalan, dan 45% untuk bagi hasil simpanan berjangka dan investasi

    pihak lain, dan bonus untuk penempatan pada bank syariah dan koperasi

    syariah.

  • 24

    6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah

    Contoh Bagan Organisasi Koperasi Syariah

    RAT

    Dewan Pengawas Dewan Syariah KETUA

    Pengurus

    Sekretaris Bendahara

    Marketing

    Perdagangan

    Manager Unit Sektor Riil

    Manager Unit Jasa Keuangan

    Syariah

    Pengelola

    Jasa Produksi

    Direktur

    Operasition

  • 25

    Dalam bagan struktur organisasi koperasi syariah terdiri dari rapat

    anggota, rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi,

    keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai

    mufakat dimana tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama.

    Kepengurusan koperasi syariah seperti pengurus dipilih oleh anggota

    koperasi syariah dalam rapat anggota dimana untuk pertama kalinya

    susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta pendirian dan masa

    jabatannya paling lama 5 (lima) tahun. Pengurus minimal terdiri dari ketua

    yang sejajar dengan dewan syariah dan dewan pengawas, sekretaris, dan

    bendahara .

    Dalam mengelola koperasi syariah, pengurus dapat menunjuk

    pengelola yang dianggap cakap dan professional dengan jabatan manager

    atau jika memungkinkan dan memiliki cakupan usaha yang luas maupun

    system organisasinya yang besar, maka manager tersebut dapat disetarakan

    sebagai direktur, dan dibawahnya boleh disebut manager. Koperasi syariah

    dapat dikelola oleh seorang direktur yang dibantu oleh para manager

    seperti manager unit jasa keungan syariah yang membawahi bagian

    operasional dan marketing. Dan manager sector riil yang membawahi

    bagian perdagangan, produksi, dan jasa.

    7. Manajemen Koperasi Syariah

    a. Manajemen Umum

    Koperasi syariah adalah termasuk lembaga keuangan yang harus

    dikelola secara amanah, professional, dan mandiri. Koperasi syariah

  • 26

    juga merupakan factor penting sebagai pendukung utama dalam

    mewujudkan pilar perekonomian suatu bangsa (umat). Disamping itu

    juga dituntut untuk melakukan berbagai inovasi dan menjalin sinergi

    dalam pengimplementasian berbagai program. Prestasi sebuah koperasi

    syariah bukan semata-mata ditentukan oleh pendapatan atau laba saja,

    melainkan juga ditentukan oleh ketepatan penyalurannya dan

    keberhasilan melakukan sinergi dengan lembaga sejenis.5

    Mengingat begitu pentingnya koperasi syariah, maka dibutuhkan

    suatu strategi dan sasaran koperasi syariah yang matang dan

    dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi

    Syariah (RKATKS) sebagai acuan pengurus dalam melakukan

    kegiatan operasional koperasi syariah. RKATKS dibuat oleh

    pengelola dan pengurus pada periode akhir tahun, sehingga awal tahun

    sudah dapat digunakan sebagai acuan operasional.6

    b. Manajemen Resiko Koperasi Syariah

    Resiko manajemen koperasi syariah pada unit jasa keuangan

    syariah memiliki 5 macam tingkat resiko yang terdiri atas :

    1) Resiko likuiditas

    Kelancaran pengembalian investasi harus tetap dijaga

    guna memperkecil resiko likuiditas koperasi syariah.

    Pemeliharaan likuiditas dapat dilakukan dengan menghitung

    5 Tim Dakwatuna, Ekonomi Syariah, Koperasi dalam Islam,artikel di akses pada 10

    januari 2010 dari http://timdakwatuna.com/ekonomisyariah/koperasidalamislam 6 Kementrian negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia,

    Petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, (Jakarta, 2009),h.17

  • 27

    Cash Rasio (CS) : kas dan setara kas

    Hutang lancar

    Financing Debt Ratio (FDR) : total pembiayaan

    Penghimpunan dana

    2) Resiko Pembiayaan

    Dalam memberikan pembiayaan perlu ditekankan analisa

    pembiayaan yang cermat dengan memperlakukan prinsip kehati-

    hatian.

    Pemantauan kepatuhan anggota pembiayaan harus

    senantiasa dapat dikontrol melalui kartu pembiayaan setiap

    bulannya oleh bagian pembiayaan maupun manager koperasi

    syariah.

    Pengikatan agunan dilakukan secara notariil setelah

    diadakan taksasi agunan dengan melihat NJOP bagi anggota

    pembiayaan yang menyerahkan jaminan dalan bentuk SHM

    (Sertifikat Hak Milik) atau harga pasaran bagi BPKB kendaraan

    mobil maupun motor setelah dibuktikan kebenarannya nomor

    mesin dengan BPKB nya.

    3) Resiko Operasional

    Pembentukan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva

    (CPPA) harus dibentuk oleh manajemen koperasi syariah yakni

    sebesar 0,5% bagi setiap pembiayaan lancar, 10% bagi pembiayaan

    yang kurang lancar, 50% bagi pembiayaan yang diragukan tingkat

  • 28

    pengembaliannya dan 100% bagi pembiayaan dengan kategori

    macet.

    Setiap kali dewan pengawas menemukan transaksi yang

    tidak sesuai dengan rencana kerja yang dibuat pengurus koperasi

    syariah ataupun terjadi penyimpangan dalam operasional oleh

    manajemen, maka harus segera melaporkan pada pengurus untuk

    segera mengadakan perbaikan maupun pembenahan.7

    4) Resiko Umum

    Setiap akad-akad perjanjian sedapat mungkin dibuat

    berdasarkan notariil, dan menyebutkan dalam klausul akad

    tersebut apabila terjadi permasalahan dikemudian hari, maka

    kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan oleh BASYARNAS

    (Badan Syariah Arbitrase Nasional) atau pengadilan agama

    setempat.

    Pengelola koperasi syariah yang melayani anggotanya

    dari berbagai lapisan masyarakat sangat rentan terhadap

    pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Untuk itu perlu mengambil

    langkah-langkah tertentu dalam bentuk prefentif yaitu dengan

    melakukan perubahan melalui Restructuring (penataan kembali),

    Rescheduling (Penjadwalan kembali), dan Reconditioning

    (Persyaratan kembali).

    7 Muhammad, Manajemen dana bank syariah (Yogyakarta:Ekonosia,2004) cet 1,h.144

  • 29

    5) Resiko Kepengurusan dan Pengelolaan

    Pengurus dan pengelola koperasi syariah tidak boleh

    mencampuri usaha-usaha koperasi dengan kepentingan usaha

    pribadi, saudara dan keluarganya. Usaha-usaha koperasi syariah

    harus dilakukan secara independent tanpa dicampuri urusan pribadi

    pengurus maupun pengelola.

    Pengurus dan pengelola harus memiliki kemampuan

    meningkatkan permodalan koperasi syariah, jika tidak maka

    usahanya tidak akan berkembang.

    Dalam menjalankan operasional koperasi syariah

    penanggung jawab bidang pembiayaan tidak boleh melakukan hal-

    hal yang cenderung menguntungkan pribadinya seperti meminta

    atau menerima suatu pemberian sesuatu baik uang tips maupun

    dalam bentuk barang dari anggota yang terlibat dalam pembiayaan.

    Dewan pengawas harus benar-benar melakukan fungsi

    pengawasan secara kontinu ataupun berkala, guna menghindari

    resiko penyimpangan yang kemungkinan terjadi.

    c. Manajemen Pemasaran

    Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha

    koperasi syariah yang ditujukan untuk memperkenalkan produk yang

    ditawarkan, menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee,

    mempromosikan, dan mendistribusikan aktiva secara produktif yang

  • 30

    dapat memberikan keuntungan maksimal baik kepada stake holder

    maupun share holder potensial.8

    Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwasannya proses

    pemasaran koperasi syariah harus dimulai sebelum terjadinya akad-

    akad pembiayaan. keputusan-keputusan pemasaran dibuat untuk:

    1. Memperkenalkan produk dan jasa koperasi syariah yang

    ditawarkan

    2. Menentukan anggota, calon anggota dan masyarakat yang akan

    dibidik

    3. Menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee sebagai agen

    4. Memberikan kepuasan pada anggota maupun masyarakat luas

    Pemasaran merupakan ujung tombak dari sebuah usaha, oleh

    karenanya, komponen-komponen pemasaran koperasi syariah harus

    memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

    1. Analisa pasar (Sasaran pasar, pesaing, harga dan kemasan produk)

    2. Strategi pemasaran

    3. Periklanan yang berkaitan dengan produk koperasi syariah

    4. Humas sebagai sarana sosialisasi produk

    5. Anggota dan calon anggota atau masyarakat lain.

    B. Pembiayaan Bermasalah (Npf/Non Performing Financing)

    1. Pengertian Pembiayaan

    Pembiayaan adalah : kegiatan penyediaan dana untuk investasi

    atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon

    8 Kasmir, Manajemen perbankan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2000) h.168

  • 31

    anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima

    pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada

    pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi

    hasil dan pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau

    penggunaan dana pembiayaan tersebut. 9

    Definisi lain tentang pembiayaan yaitu : pendanaan yang diberikan

    oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

    direncanakan baik yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang

    direncanakan.10

    Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

    penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

    persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

    pihak yang di biayai dengan imbalan atau bagi hasil. Yang menjadi

    perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan

    konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan

    prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan, bagi

    bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui

    bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa

    imbalan/bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian

    pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.11

    9 Kementrian Koperasi UKM RI, Petunjuk teknis program pembiayaan produktif

    koperasi dan usaha mikro (P3KUM) pola syariah (Jakarta, 2007 ) h.4 10 Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN,

    2002) h. 17 11 Kashmir, Manajemen perbankan (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003) h. 72-73

  • 32

    Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva

    produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana

    Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk

    pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,

    penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi

    pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank indonesia.12

    Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang

    atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dengan pihak lai yang mewajibkan pihak yang

    dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

    waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (pasal 1 Angka 12 Undang-

    Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.

    7 Tahun 1992 Tentang Perbankan)13

    2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah / NPF (Non Performing

    Financing)

    Non Performing Financing (NPF) adalah: pembiayaan/kredit

    bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank konvensional,

    menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit

    mangalami resiko kegagalan. Bahkan menunjukan kepada bank akan

    mengalami resiko kegagalan.14

    12 Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 13 BPRS AL SALAAM , Program Pendidikan Officer. Modul 7:Manajemen

    Pembiayaan.(Jakarta, 2008) h. 94 14 H.Veithzel Rivai, Kredit management handbook, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)

  • 33

    Non Performing Financing (NPF) adalah suatu rasio keuangan

    bank yang menggambarkan besarnya tingkat pembiayaan bermasalah

    terhadap total pembiayaan.15 Dalam bank konvensional dikenal dengan

    istilah Non Performing Loan (NPL). Menurut dowd Non Performing Loan

    (NPL) adalah peluang kejadian dimana pihak lawan akan gagal melakukan

    pembayaran sesuai perjanjian.16 Ssednagkan menurut Andrea Szczesny

    dan Ralf Ewert, Non Performing Loan (NPL) adalah apabila telah terjadi

    satu atau lebih peristiwa-peristiwa yakni: debitur tidak ingin membayar

    kewajibannya secara penuh; adanya peristiwa kerugian pembiayaan seperti

    restrukturisasi karena kesulitan yang mengakibatkan penundaan pokok,

    debitur menunggak lebih dari 90 hari atas kewajibannya, debitur

    dinyatakan bangkrut atas usahanya. 17

    Golin pun menjelaskan bahwa berdasarkan praktek internasional,

    suatu kredit dimana bunga atau pokok yang telah jatuh tempo lebih dari 90

    hari di klasifikasikan sebagai non performing loan. 18 NPL sendiri

    biasanya diklasifikasikan kedalam tiga atau lebih regulator. Classified loan

    meliputi kredit yang dipertimbangkan sebagai substandard (kurang

    lancar), doubtful (diragukan), dan Loss (macet).

    15 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, lampiran

    14 16 Kevin Dowd, Beyond Value at Risk, The new science of risk management, (England: John Willey & Sons, 1998) h, 142 17 Michael K Ong, Credit Ratings, Methodologies, Rationale and Default Risk, (London;

    Risk Book, 2002) h, 36 18 Jonathan Golin, The Bank credit analisis handbook, A, Guide for analysis, Banker and

    Investor (Singapore: John Willey & Son, 2001) h. 161

  • 34

    3. Tujuan Pembiayaan

    Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah.

    Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan

    stake holder, yakni:19

    a. Pemilik

    Dari sumber pendapatan, para pemilik mengharapkan akan

    memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank

    tersebut.

    b. Pegawai

    Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari

    bank yang dikelolanya.

    c. Masyarakat

    1) Pemilik dana

    Sebagai pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang

    diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

    2) Debitur yang bersangkutan

    Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu

    guna menjalankan usahanya (sector produktif) atau terbantu untuk

    pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif)

    3) Masyarakat umumnya-konsumen

    Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya

    19 Muhammad, Manajemen dana Bank Syariah, (Yogyakarta, Ekonisia,2005), h.196

  • 35

    d. Pemerintah

    Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam

    pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak

    (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan

    juga perusahaan-perusahaan)

    4. Fungsi Pembiayaan

    Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank

    syariah kepada masyarakat penerima, diantaranya:20

    a. Meningkatkan daya guna uang

    Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk

    giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu

    ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan

    produktifitas.

    Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk

    memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi,

    perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai

    usaha baru. Pada asasnya melaluipembiayaan terdapat suatu usaha

    peningkatan produktifitas secara menyeluruh.

    Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang

    diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan

    disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi

    masyarakat.

    20 Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syariah, (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005) h.19, review buku Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan teknik manajemen kredit, (Jakarta, Bina Aksara, 1983)

  • 36

    b. Meningkatkan daya guna barang

    Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat

    memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari

    bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi

    kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/goring, peningkatan

    utility dari padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya.

    c. Meningkatkan peredaran uang

    Pembiayaan yang disalurkan via rekening-rekening Koran

    pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan

    sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya.

    Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih

    berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan

    berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif

    apalagi secara kuantitatif.

    d. Menimbulkan kegairahan berusaha

    Setiap manusia adalah mahluk yang selalu melakukan

    kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

    Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat,

    akan tetapi peningkatan usaha tidaklan selaludiimbangi dengan

    peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain

    yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah maka pengusaha

    akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan

    permodalan guna peningkatan usahanya.

  • 37

    e. Stabilitas ekonomi

    Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah

    stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain:

    pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana,

    pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

    f. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional

    Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja bergerak

    di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Amerika serikat yang telah

    sedemikian maju organisasi dan system perbankannya telah

    melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia, demikian

    pula beberapa Negara maju lainnya.

    Negara-negara kaya tayu yang kuat ekonominya, demi

    persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada

    Negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang

    membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk

    bantuan kredit dengan syarat-syarat yang ringan yaitu bunga yang

    relative murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui

    bantuan kredit antara begara, maka hubungan antar Negara pemberi

    and penerima kredit akan bertambah erat terutama yang menyangkut

    hubungan perekonomian dan perdagangan.

    5. Kategori pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing)

    Berikut ini dibahas berbagai permasalahan mengenai criteria dan

    pedoman berkaitan dengan kualitas Aktiva Produktif Koperasi. Dari

    pembahasan ini akan diketahui aktiva produktif yang masuk kategori

    lancar dan macet. Sumber pembahasan mengacu kepada Peraturan Bank

  • 38

    Indonesia No 6/18/PBI/2004 tentang kualitas Aktiva Produktif, tanggal 1

    juli 2004 disebutkan bahwa aktiva produktif adalah penanaman dana Bank

    Syariah dalam bentuk (1) Pembiayaan (2) Piutang (3) Qard (4) Penem

    patan (5) Penyertaan modal (6) Penyertaan modal sementara (7) sertifikat

    Wadiah Bank Indonesia.21

    Sedangkan Aktiva Produktif berupa pembiayaan, piutang,

    penempatan dana pada bank lain, dan Ijarah menurut Peraturan Bank

    Indonesia No. 6/18/PBI/2004 dikategorikan bermasalah yang dapat

    menyebabkan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan

    dengan kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3) dan Macet

    (Kol 4).

    6. Perhitungan Non Performing Financing (NPF)

    Non Performing Financing adalah suatu rasio yang

    membandingkan tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan yang

    dikualifikasikan) terhadap total pembiayaan yang diberikan. 22

    Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam yakni: 23

    1. NPF (Gross) : Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki

    Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3). Macet (Kol 4)

    dibandingkan dengan Total Pembiayaan yang disalurkan.

    RUMUS :

    NPF (Gross) = Pembiayaan kol 2-4 X 100%

    Total Pembiayaan

    21 www.bi.go.id di akses pada 10 Januari 2010 22 Ibid 23 Katiyo, Analisa Kredit dan Resiko, (Jakarta: Institut bankir Indonesia, 2004) h.67

  • 39

    2. NPF (Neto) : Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki

    Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), Macet (Kol 4)

    dikurangi dengan PPAP Khusus Kol 2-4 dibandingkan dengan total

    Pembiayaan yang disalurkan.

    RUMUS:

    Keterangan:

    NPF (Neto) = (Pembiayaan kol 2-4) (PPAP Kol 2-4) X 100%

    Total Pembiayaan

    a. Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang

    diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank lain)

    b. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi

    PPAP)

    7. Skema proses penyaluran pembiayaan

    Menolak Menyetujui

    INISIASI Identifikasi dan analisi resiko pembiayaan

    DOKUMENTASI Kelengkapan dokumentasi pembiayaan, jaminan,

    perijinan, jatidiri, dll

    KOMITE PEMBIAYAAN

    PENCAIRAN

    Kontrol atas transaksi dan administrasi pembiayaan

    LANCAR BERMASALAH

  • 40

    Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan dalam

    memperoleh calon anggota penerima pembiayaan yaitu Walk in Client dan

    solitasi. Walk in Client adalah calon anggota pembiayaan datang ke kantor

    koperasi syariah untuk mendapatkan pelayanan dan jasa. Biasanya calon

    anggota pembiayaan yang diperoleh dengan cara tersebut sebagian besar

    adalah memiliki cukup beresiko tinggi.ada kemungkinan calon

    anggota/masyarakat yang datang tersebut biasanya sudah pernah

    mengajukan pembiayaan di koperasi atau di bank lain dan permohonannya

    ternyata ditolak sehingga datang mengajukan permohonan tersebut ke

    koperasi syariah. Untuk itu prinsip kehati-hatian sangat diperlukan pihak

    pengelola, walaupun calon anggota pembiayaan mengeluarkan bermacam-

    macam dalih.24

    Agar dana pembiayaan koperasi syariah aman dan manguntungkan,

    sebaiknya petugas pembiayaan mencari anggota pembiayaan yang di sebut

    solitasi. Kata lain dari solitasi adalah tindakan menjemput bola. Petugas

    pembiayaan harus pro aktif dalam mencari calon anggota pembiayaan

    pilihan dan sesuai criteria yang layak untuk dibiayai harus memenuhi

    syarat 6 C yaitu :25

    1) Character behaviour (karakter akhlaknya)

    Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan para

    tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan bertanya

    24 Arison Hendri Penanganan pembiayaan bermasalah, modul pelatihan pada Induk

    koperasi Syariah 22-23 Februari 2010 25 Andi pangeran hamzah Upaya hukum penyelesaian pembiayaan bermasalah modul

    pelatihan pada Induk koperasi syariah 23 Januari 2010

  • 41

    kepada tokoh masyarakat setempat maupun para tetangga tentang

    karakter/akhlaknya dari si calon penerima pembiayaan.

    2) Condition of economy (kondisi usaha)

    Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik, dalam

    arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya

    operasi usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi penambah

    modal usaha untuk berkembang. Apalagi kelak mendapat pembiayaan

    dari koperasi syariah maka usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan

    akhirnya mampu untuk melunasi kewajibannya.

    3) Capacity (kemampuan manajerial)

    Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial,

    handal dan tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya seorang

    wiraswasta sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul

    dari usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun. Oleh karena

    itu kebijakan yang berlaku dikoperasi syariah sebaiknya apabila calon

    anggota pembiayaan tersebut belum menjalankan usaha sejenis

    minimal dua tahun maka tidak dapat diproses permohonan

    pembiayaannya.

    4) Capital (modal)

    Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya

    dengan baik. Pengusaha harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan

    usahanya untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat

    ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha

    calon anggota pembiayaan yang sebagian besar struktur

  • 42

    permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri) maka hal ini

    akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.

    5) Collateral (jaminan)

    Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota

    pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya

    dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi

    kemungkinan sulitnya pembayaran kembali kepada koperasi syariah

    maka perlu dikenakan jaminan. Pertama sebagai pengganti pelunasan

    pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun

    demikian koperasi syariah tidak dapat langsung mengambil alih

    jaminan tersebut, tetapi memberikan tangguh atau tenggang waktu

    untuk mencari alternative lain yang disepakati bersama dengan

    anggotanya. Kedua sebagai pelunasan pembayaran apabila anggotanya

    melakukan tindakan wanprestasi.

    6) Constrain (keadaan yang menghambat)

    Ketepatan pemberian modal usaha sangat berkaitan pula dengan

    iklim/musim suatu usaha tertentu. Sebagai contohnya meskipun

    seseorang berpengalaman dalam berdagang es kelapa muda, akan

    tetapi jika ia diberikan pembiayaan usaha pada saat musim hujan maka

    dapat dipastikan pengembalian angsuran kepada koperasi syariah akan

    bermasalah. Demikian halnya dengan pedagang buah yang memiliki

    musim tersendiri, tidak tepat jika diberikan pembiayaan usaha dengan

    jangka waktu yang lebih dari dua bulan. Karena musim buah-buahan

    paling lama 3 bulan.

  • 43

    C. STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH

    1. Pengertian strategi

    Istilah strategi diawali atau bersumber dan populer didunia militer.

    Kata strategi berasal dari kata yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral,

    militer dan gabungan kata stratos (tentara) ogo (memimpin)26

    Menurut Webster's New Dictionary, Strategi adalah ilmu untuk

    merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar,

    mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum

    pertempuran yang sebenarnya dengan musuh.27 Sehingga penggunaan

    istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas

    seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab

    mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.28

    Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir manusia,

    strategi militer seringkali di adopsi dan diterapkan dalam lembaga profit

    maupun non profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis/non

    bisnis dengan strategi militer. Diantaranya lembaga profit/non profit

    maupun militer berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka

    sendiri dalam menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan

    Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa "strategi terbaik selalu menjadi

    amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan tertentu tidak

    26 Fred R. David. Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indoneia (Jakarta:

    Indeks, 2004) h. 15 27 Ibid 28 Hadari Nawawi, Manajemen strategi. Organisasi Non Profit bidang pemerintahan

    Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003) h. 29

  • 44

    ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selain

    menyatukan kekuatan".29

    Memang sangat jelas pengertian tentang strategi diatas, namun

    perlu didefinisikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang

    mengarah kebidang bisnis/non bisnis, berikut dibawah ini beberapa

    pengertian tentang strategi bisnis/non bisnis:

    1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan

    dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki

    oleh suatu lembaga/perusahaan disamping diusahakan pula untuk

    mengatasi kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada.

    2. Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang

    spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan

    kompetitif yang diharapkan.30

    3. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya

    dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas

    alokasi sumber daya

    Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengetahuan/manajemen

    yang memungkinkan perusahaan/lembaga mencapai tujuannya.

    Manajemen strategilah yang lebih tepat supaya strstegi-strategi

    perusahaan/lembaga dapat terlaksana dengan baik.

    29 Warren J. Keegan, Manajemen pemasaran Global, Terjemah Alexander Sindoro &

    Tanty Syahlena Tarigan, (Jakarta : PT. Index Kelompok Gramedia, 2003) 30 Blocher. Dkk, Manajemen Biaya terjemahan A. Suty Ambarrianii (Jakarta: Salemba

    Empat, 2000)

  • 45

    Dalam konteks manajemen, menurut Wright,Kroll, dan Parnel

    (1996), Istilah strategis menunjukan bahwa manajemen strategis memiliki

    proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat

    dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadannya

    di lingkungan eksternal dan internalnya.31

    Proses manajemen berskala besar dan berkecakupan luas telah

    menjadi semakin canggih setelah perang dunia II. Proses ini merupakan

    reaksi terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah perusahaan yang ikut

    serta dalam persaingan, terhadap meluasnya peran pemerintah sebagai

    pembeli, penjual, pembuat peraturan, dan pesaing dalam sistem

    perusahaan bebas (free enterprise sistem). Dan terhadap meningkatnya

    keterlibatan bisnis dalam perdagangan internasional.

    Penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen terjadi di

    tahun 1970-an, ketika "perencanaan jangka panjang", "manajemen usaha

    baru", "perencanaan, pemrograman, peranggaran", dan "kebijakan bisnis"

    diramu menjadi satu. Pada saat yang sama, penekanan yang sama

    diberikan pada peramalan lingkungan dan pertimbangan-pertimbangan

    eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana.

    Ancangan yang bersifat menyeluruh ini dikenal sebagai manajemen

    strategik (strategis) atau perencanaan strategik (strategis).

    Aspek keunggulan yang menguatkan dipilihnya pendekatan model

    manajemen strategis, yaitu :

    31 Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad Karebet Widjajakusuma. Manajemen

    Strategis Perspektif Syariah (Jakarta : Khairul Bayaan, 2003) h. 3

  • 46

    1. Fokus manajemen

    Model manajemen strategis berhubungan dengan kejutan-

    kejutan strategis dan perkembangan yang cepat dari ancaman (threat)

    dan kesempatan (opportunity). Maksudnya, pendekatan tersebut

    memberikan penekanan pada upaya prediksi lingkungan yang dinamis

    serta pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan

    mengimplementasikan rencana organisasi. (Wahyudi, 1996 ; Pearce

    dan Robinson, 1997)

    2. Cakupan proses

    Model manajemen strategi memiliki cakupan proses

    manajemen berskala besar dan luas. Proses ini merupakan reaksi

    terutama terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah organisasi pemain

    industri yang ikut serta dalam proses pembentukannya. Luasnya proses

    cakupan manajemen strategis membawa organisasi pada tingkat yang

    lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks

    keberadaannya di lingku an eksternal dan internalnya.

    3. Membangkitkan kesadaran bersama

    Pernyataan strategis mencerminkan kesadaran perusahaan

    mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus bersaing, melawan

    siapa; dan untuk maksud (purpose) apa. Dengan demikian manajemen

    strategis memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategis

    untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson,

    1997)

  • 47

    4. Menghubungkan peran fktor-faktor kunci organisasi

    Sebagai sebuah proses manajemen atas fungsi keputusan para

    manajer, manajemen strategis yang menghubungkan tiga faktor kunci,

    yakni lingkungan kegiatan perusahaan, sumber daya yang dimiliki

    yang siap melayani serta harapan dan tujuan berbagai kelompok

    dengan penunjang untuk kelangsungan hidupnya (Faukkner dan

    Johnson, 1995)

    5. Proses Perkembangan

    Hingga saat ini, Manajemen strategis dapat dicatat sebagai

    puncak penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang

    terjadi sejak tahun 1970-an, ketika model perencanaan jangka

    panjang (Long range planning), perencanaan, pemrograman,

    peranggaran atau anggaran dan kontrol keuangan (Budgeting and

    Financial Controlling), dan kebijakan bisnis diramu menjadi satu

    (Wahyudi, 1996; Pearce dan Robinson, 1997).32

    2. Strategi fungsional keuangan

    Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi

    keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi penghimpunan

    dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen keuangan sering

    dipadankan dengan manajemen aliran dana (Husnan, 1994, Anoraga dan

    Soegiastuti, 1996). Atas dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki

    32 Ibid, h.3

  • 48

    titik berat pada dua hal, yakni strategi untuk penghimpunana dana dan

    strategi untuk pendayagunaaan dana.

    Penghimpuanan dana lazimnya berasal dari dalam perusahaan

    dan dari luar perusahaan. Sumber dana internal meliputi :

    a. Penggunaan laba perusahaan

    b. Penggunaan dana cadangan

    c. Pengguanaan laba yang tidak dibagi

    Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari :

    a. Modal pemilik perusahaan

    b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama syarikah

    Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam

    pendayagunaan jangka pendek dan jangka panjang. Pendayagunaan jangka

    pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar dan diwujudkan dalam bentuk

    kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan yang jangka

    panjang ditunjukan dengan aktiva tetap dan diwujudkan sebagai aset

    tanah, bangunan dan peralatan.33

    Disamping anjuran untuk mencapai nilai efektivitas dan efisiensi

    dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut, Islam sangat menekankan

    (mewajibkan) aspek kehalalannya.

    "Kedua telapak kaki seorang anak adam dihari kiamat masih belum

    beranjak sebelum ditanya kepadanya mengenai 5 (lima perkara) : tentang

    umurnya, apa yang dilakukannya, tenntang masa mudanya, apa yang

    33 Ibid., h.82

  • 49

    dilakukannya, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia

    belanjakan, dan tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya

    itu." (HR Ahmad )

    3. Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah

    Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yaitu

    cara sebuah perusahaan dalam mengurangi tingginya tingkat pembiayaan

    bermasalah yang ada, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

    Sebelum membahas tentang strategi menekan tingginya tingginya tingkat

    pembiayaan bermasalah kita harus mengetahui tentang:

    1. kelayakan pemberian pembiayaan.

    proses pemberian pembiayaan bank syariah / koperasi syariah kepada

    nasabah-nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik

    administrative. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau

    sebagai dasar pertimbangan pembiayaan adalah:34

    a. Surat permohonan pembiayaan

    Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang

    diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafond yang

    diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana.

    Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen

    pendukung, antara lain: identitas pemohon, legalitas (akta

    pendirian/perubahan, surat keputusan menteri, perijinan-

    perijinan, bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).

    34 Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN, 2002) h. 43

  • 50

    b. Proses evaluasi

    Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah / koperasi

    syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek

    lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis

    yang cermat dan akurat.

    2. Pengamanan pembiayaan

    Pembiayaan di bank syariah / koperasi syariah tidak

    selamanya dapat berjalan lancer, namun juga timbul pembiayaan

    yang bermasalah. Jika terdapat pembiayaan bermasalah, maka perlu

    dilakukan upaya pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun

    sesudah realisasi pembiayaan diberikan.

    Pengamanan pembiayaan di koperasi syariah dapat dilakukan dengan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Sebelum realisasi pembiayaan

    Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank

    melakukan penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan

    (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat

    dicairkan.

    b. Setelah realisasi pembiayaan

    Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode

    permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan

    dan pemantauan pembiayaan. dalam tahap awal pencairan,

    dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam

  • 51

    permohonan / persetujuan bank, dan jangan sampai

    bocordalam arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan.

    Selanjutnya, bank melakukan pembianaan dan control atas

    aktivitas bisnis nasabah.35

    Untuk pengamanan pembiayaan, koperasi syariah dapat

    membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan aspek:

    1) Batas pemberian pembiayaan

    Dalam penyaluran pembiayaan koperasi syariah akan

    memperhatikan batas-batas pemberian pembiayaan, hal

    penting yang perlu diperhatikan adalah ketentuan

    financing deposit ratio yang telah ditetapkan oleh Bank

    Indonesia.

    2) Batas maksimal penyertaan modal

    Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia yang

    dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No.

    5/10/PBI/2003, pasal 5 butir 1 dan 2, diatur tentang batas

    maksimum penyertaan modal bank syariah dalam

    aktivitas pembiayaan. ketentuan ini menunjukan sifat

    unik bank syariah dalam kaitan pembiayaan. keunikan

    tersebut adalah bahwa bank syariah dapat memiliki rasio

    35 Ibid., h.49

  • 52

    pembiayaan mencapai financing deposit ratio (FDR)

    diatas 100%, yaitu paling tinggi 110%.36

    3) Rambu-rambu kesehatan bank

    Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang

    merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 7 tahun

    1992, telah dengan tegas menentukan bahwa kegiatan

    kegiatan usaha bank bagi hasil, harus memperhatikan

    prinsip kehati-hatian yang dalam operasionalnya dan

    rambu-rambu kesehatan bank, yang secara tegas

    menentukan bahwa bank wajib memelihara tingkat

    kesehatatn bank sesuai dengan ketentuan kecukupan

    modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas,

    rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan

    dengan kegiatan usaha bank.

    Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi

    hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas

    pembiayaan. secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan

    menjadi lima macam, yaitu:

    1. Lancar atau kolektibilitas 1

    2. Kurang lancar atau kolektibilitas 2

    3. Diragukan atau kolektibilitas 3

    4. Dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 4

    36 Peraturan Bank Indonesia No.5/10/PBI/2003 tanggal 11 Juni 2003, Pasal 5 butir 1 & 2

  • 53

    5. Macet atau kolektibilitas 5

    Dengan penjelasan sebagai berikut :37

    Lancar

    1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi

    hasil/profit margin, karena penarikan

    2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi:

    a. Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan

    masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau

    b. Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan

    masa angsurannya bulanan, dua bulanan, atau tigabulanan, atau

    c. Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang

    masaangsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih

    3. Terdapat tunggakan bagi hasil /profit margin, tetapi:

    a. Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama

    angsurannya kurang dari 1 bulan

    b. Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa

    angsurannya lebih dari 1 bulan

    4. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum

    melampaui 15 hari kerja

    37 Diadopsi dari SE BI No. 26/4/BPPP

  • 54

    Kurang lancar

    1. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang :

    a. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi

    pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan, atau

    b. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi

    pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua

    bulanan atau tiga bulanan.

    c. Malampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi

    pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau

    lebih

    2. Terdapat tunggakan bagi hasil/profit margin, tetapi

    a. Melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaui 3 bulan bagi

    pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan, atau

    b. Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi

    pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan

    3. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum

    melampaui 15 hari kerja

    Diragukan

    Pembiayaan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang

    bersangkutan tidak memenuhi criteria lancer dan kurang lancer, seperti

    tersebut pada krteria lancer dan kurang lancer dan tetapi berdasarkan

    penilaian dapat disimpulkan, bahwa:

  • 55

    1. Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai

    sekurang-kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi

    hasil/profit margin, atau

    2. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannnya masih

    bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam

    Macet

    Pembiayaan digolongkan macet apabila:

    1. Tidak memenuhi criteria lancer, kurang lancer dan diragukan atau

    2. Memenuhi criteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan

    sejak digolongkan diragulan belum ada pelunasan atau usaha

    penyelamatan, atau

    3. Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada

    pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau

    telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit

    atau kalah di Badan Arbitrase Syariah.

    Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak

    dapat dihindari dalam proses pembiayaan.ada dua hal penting yang

    dibahas yaitu :38

    a. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah

    Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang

    tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar

    kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal

    tersebutmaka bank syariah harus mampu manganalisis penyebab

    38 Anonimous, Pedoman pengelolaan bank syariah (Jakarta : LPPBS, 1993) h.168

  • 56

    permasalahannya. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasah

    di bank syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

    1. Analisa sebab kemacetan, analisis sebab-sebab kemacetan

    pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal

    berikut:

    a. Aspek internal

    a. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut

    b. Manajemen kurang baik atau kurang rapih

    c. Laporan keuangan tidak lengkap

    d. Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan

    perencanaan

    e. Perencanaan yang kurang matang

    f. Dana yang diberikan tidak cukup untuk

    menjalankan usaha tersebut

    b. Aspek eksternal

    a. Aspek pasar kurang mendukung

    b. Kemampuan daya beli masyarakat kurang

    c. Kebijakan pemerintah

    d. Pengaruh lain di luar usaha

    e. Kenakalan peminjam

    2. Menggali potensi peminjam

    Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi

    kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau

    membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha

    atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada

  • 57

    peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif

    digunakan. hal-hal yang perlu diperhatikan :

    a. Adakah peminjam memiliki kecakapan lain?

    b. Adakah peminjam memiliki usaha lainnya?

    c. Adakah penghasilan lain peminjam?

    3. Melakukan perbaikan akad (remedial)

    4. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk :

    pembiayaan al-Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah

    5. Penundaan pembayaran

    6. Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang

    waktu atau akad dan margin tertentu)

    7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil

    Dari hasil survei yang dilakukan pada koperasi syariah ditemukan,

    bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan

    kolektibilitas pembiayaan, sebagai berikut:

    1. Pembiayaan lancer, dilakukan dengan cara:

    a. Pemantauan usaha nasabah

    b. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan

    2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:

    a. Pembinaan anggota

    b. Pemberitahuan dengan surat teguran

    c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan

    kepada nasabah

  • 58

    d. Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu

    penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta

    memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan

    reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau

    bagi hasil.

    3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:

    a. Membuat surat teguran atau peringatan

    b. Kunjungan lapangan atau silaturami oleh bagian pembiayaan

    kepada nasabah secara lebih sungguh-sungguh

    c. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu

    penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta

    memperkecil jumlah angsuran, juga dapat dilakukan dengan

    reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau

    bagi hasil

    4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara:

    a. Dilakukan rescheduling, yaitu menjadwal kembali jangka

    waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran.

    b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin

    keuntungan atau bagi hasil usaha

    c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk

    pembiayaan al-Qardhul hasan.

  • 59

    b. Penyitaan barang jaminan pembiayaan

    Jaminan yang dijaminkan nasabah kepada koperasi syariah

    dapat dilakukan penalti atau penyitaan. Masalah penyitaan atau

    eksekusi jaminan di bank syariah sangat tergantung pada kebijakan

    manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun adda pula yang

    tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah yang mengalami

    kemacetan pembiayaan. kebanyakan bank syariah lebih

    memberlakukan upaya rescheduling, reconditioning, dan

    pembiayaan ulang dalam bentuk al-Qardhul hasan dan jaminan harus

    tetap ada sebagai persyaratan jaminannya.39

    Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan

    penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal

    dan tidak mengembalikan