gambaran self-care management pasien gagal...

136
GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISIS DI WILAYAH TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 SKRIPSI Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: FAULYA NURMALA AROVA 109104000046 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: hoangtram

Post on 06-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN HEMODIALISIS

DI WILAYAH TANGERANG SELATAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

Ditujukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

FAULYA NURMALA AROVA

109104000046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti
Page 3: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti
Page 4: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti
Page 5: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti
Page 6: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faulya Nurmala Arova

Tempat, Tanggal Lahir : Jember, 12 Agustus 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln Mangunsarkoro RT 002 RW 007 Dsn Sumberan

Karanganyar Ambulu Jember 68172

Telepon : 0857-145-25-108 / 0823-119-77-315

Email : [email protected]/[email protected]

Riwayat Pendidikan

1. TK Mujahiddin Tutul Tegalsari [1995-1997]

2. SD Negeri Karangayar V [1997-2003]

3. SMP Negeri 1 Ambulu [2003-2006]

4. MAU Amanatul Ummah [2006-2009]

5. S-1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [2009-2013]

Riwayat Organisasi

1. Pinru Pramuka [2001-2002]

2. Anggota Pramuka MAU Amanatul Ummah [2006-2007]

3. Anggota Divisi Humas MAU Amanatul Ummah [2006-2007]

Page 7: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

vi

4. Ketua Divisi Olahraga dan Seni MAU Amanatul Ummah [2007-2008]

5. BEM Jurusan Ilmu Keperawatan [2010-2012]

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:

1. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009

2. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era”

Tahun 2009

3. Diskusi Publik “Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami” Tahun

2009

4. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” pada

Tahun 2009

5. Seminar Nasional “Kehalalan Obat dan Makanan serta Permaslahannya di

Indonesia” Tahun 2009

6. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”

Tahun 2010 sebagai panitia.

7. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam membangun Karakter Bangsa

Pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010 sebagai peserta.

8. Seminar Profesi “Keperawatan Islami, Penerapam dalam Praktek dan

Kurikulum Pendidikan Perawat di Indonesia” Tahun 2010 sebagai peserta.

9. Seminar Dokter Muslim “Smoking Cessation for Better Generation without

Tobacco” Tahun 2010 sebagai peserta.

10. Pelatihan Kesekretariatan oleh CSS Mora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2010 sebagai peserta.

11. Seminar Nasional “Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method

Bulids an Indonesian Awareness of Natural Medication In The Future” Tahun

2011 sebagai peserta

12. Seminar Kesehatan “Peran Kebijakan Standardisasi Internasional Rumah Sakit

dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011

sebagai peserta

Page 8: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

vii

13. Workshop “Workshop Disaster Management” Tahun 2011 sebagai peserta

14. Seminar dan Workshop Emergency Nursing “Peran Perawat dalam Tatalaksana

Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” Tahun 2012 sebagai peserta.

15. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012 sebagai peserta.

16. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health” Tahun

2012 sebagai peserta.

17. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu

Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012

18. Seminar Nasional “NANDA, NIC,NOC : Concept, Implementation and Inovation

for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013

Page 9: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

viii

Teruntuk Tuhan ku Allah SWT

Alhamdulillah, sujud syukur hamba haturkan padamu Ya Allah atas segala KaruniaMu hingga

hamba mu ini dapat menyelesaikan apa yang telah hamba mulai. Thanks a lot Allah and teruslah

menjagaku, melindungiku, membantuku dan mengabulkan doaku

Teruntuk Ibuku Siti Kunainah dan Bapakku Nurhadi serta Adikku Faisal Fian Azizi

Tiada kata yang bisa mengungkapkan betapa berterima kasihnya anakmu ini atas segala apa

yang telah kalian berikan. Perjuangan untuk selalu membahagiakan dan membanggakan bapak

dan ibu tidak akan pernah selesai hanya disini. Mala hanya mohon doa restu selalu untuk setiap

jalan yang Mala pilih.

Dhek Faisal ku tersayang, Thanks for your word...”Semangat mbak’e...masak segitu ajah

nyerah” Kalimat mu ituh membuatku kembali untuk berjuang.

Teruntuk Sahabat-Sahabat Ku

“Fighters” (Fita, Fitri, Hanik. Etika, Ulvi, Humayra, Dian, Nyonya Dewi, Iqbal, Astuti)

The best Friend I ever had. Kalian selalu memberi semangat ditengah keputus-asaan yang aq

rasakan. Suka duka, perjalanan, cerita dan kenangan kita lalui bersama. Thanks a lot

Guys...We are always Fighters...dimanapun kita tetep Fighters

Teruntuk Teman, dan Adik Kelasku

Untuk Taufik Effendi di UI Depok...Thanks a lot untuk pinjeman kartu perpusnya..akhirnya

bahan-bahan yang diperlukan bisa ku dapatkan. Riyan Bahtera untuk bantuannya selama ini.

Adik kelas ku Eny Syarifah Hanif yang telah membantu mengetik...kemampuan mengetikmu dua

jempol dhek...Thanks yah.

“Sahabat sejati akan tetap bersama kita ketika kita merasa seisi dunia meninggalkan

kita. Maka rangkullah sahabatmu dengan kedua lenganmu karena mereka adalah

penjagamu.”Keep Fight...Fighters ^_^

Page 10: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

ix

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Oktober 2013

Faulya Nurmala Arova, NIM :109104000046

Gambaran Self-Care Management Pasien Gagal Ginjal Kronis yang

Menjalani Hemodialisis di Wilayah Tangerang Selatan Tahun 2013

xii + 104 halaman + 6 tabel + 8 bagan + 7 lampiran

ABSTRAK

Non comunicable disease atau penyakit tidak menular telah menjadi

persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti kasus

penyakit kronis. Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan salah satu penyakit kronis

yang perkembangannya lambat namun progresif, irreversibel, dan samar dengan

prevalensi yang terus meningkat. Pasien GGK memiliki kompleksifitas masalah

pada kondisi fisik, psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi sehingga

membutuhkan self-care management. Orem dalam Teori Self-Care percaya bahwa

setiap individu memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri (self-

care). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran self-care

management pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis, hambatan, dan

sumber dukungan yang diterima oleh pasien. Desain penelitian ini adalah

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Total partisipan dalam penelitian ini

adalah 8 orang pasien GGK dewasa yang berumur antara 35-63 tahun dan telah

menjalani hemodialisis selama kurun waktu 6 bulan hingga 7 tahun. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian

menunjukkan 3 tema yang teridentifikasi yakni 1) gambaran self care

management pasien GGK yang menjalani hemodialisis yang meliputi aspek

pemenuhan kebutuhan fisik yakni terkait management nutrisi, pengaturan intake

cairan, regiment pengobatan, perawatan akses vaskuler, dan aktivitas

istirahat/tidur dan olahraga, kondisi psikologis meliputi self efficacy dalam

pelaksanaan self-care management, kepatuhan maupun ketidakpatuhan terhadap

regiment pengobatan, koping maladaptif (putus asa), dan banyak aktifitas, dan

spiritual meliputi kepasrahan terhadap Tuhan, keyakinan akan kesembuhan dari

Tuhan, dan aktifitas ibadah sholat; 2) hambatan dalam pelaksanaannya meliputi

hambatan internal meliputi motivasi diri dalam pengaturan nutrisi, pembatasan

cairan, dan aktifitas dan ekternal yakni ekonomi; dan 3) sumber social support

yang dimiliki pasien berasal dari pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama

pasien yang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-

care management penting untuk diperhatikan pasien GGK yang menjalani

hemodialisis sehingga hasil ini dapat digunakan untuk mengembangkan promosi

kesehatan dan edukasi yang komprehensif tentang self-care management sebagai

upaya dalam meningkatkan keterlibatan dan kesadaran pasien dan keluarga

tentang kepatuhan terhadap regiment pengobatan terapeutik mereka.

Kata Kunci : Self-Care Management, Hemodialisis, Pasien Gagal Ginjal Kronis

Daftar Bacaan: 78 (1982 – 2013)

Page 11: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

x

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PROGRAM STUDY OF NURSING SCIENCE

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduates Thesis, October 2013

Faulya Nurmala Arova, NIM : 109104000046

The Description of Self-Care Management for End Stage Renal Disease

(ESRD) Patient on Hemodialysis in South Tangerang District Year 2013.

xii + 104 halaman + 6 tabel + 8 bagan + 7 lampiran

ABSTRACT

Non Comunicable Diseases has become global issue because of

increasing case day by day especially for chronic disease’s case. End Stage Renal

Disease (ESRD) is one of chronic disease that slow in expansion but progressive,

irreversible, vague and the prevalent also increase. ESRD patients have complex

problems in many aspects such as in physical, psychology, social, spiritual, and

economic condition so they need self-care management. Orem in her Self-Care

Theory believe that individual have natural ability for his/her self-care. This study

aims to explore the decription of self care management ESRD patients on

hemodialysis, barriers for do it, and support system resources that patient have.

The study design uses qualitative-phenomenology. Total partisipant in this study

is 8 ESRD patients in the age 35-63 years and have done hemodialysis therapy for

6 month until 7 years. Data was collected by in-depth interviews. Results showed

that 3 themes has identified by researcher as 1) the description of self-care

management for ESRD’s patients on hemodialysis in three aspects as physical

needs such as nutrition management, fluid intake management, medication

treatment, maintenance of vascular access, and sleep and exercise activity,

psychological condition such as self efficacy in the implementation of self-care

management, adherence and nonadherence to implement medication treatment,

maladaptive coping (desperate) and many activities, and spiritual such as

resignation to God, belief in cure from God, and sholat activity; 2) barriers for

implementation as from internal such as self motivation for nutrition management,

fluid retriction, and activity and also external factors such as economic; 3) Social

support resources that ESRD’s patients have as from their partner (husband/wife),

family, and patients on same hemodialysis unit. This research shows that self-care

management is important for ESRD patients on hemodialysis and also could be

used to develop health promotion services and comprehensive education about

self-care management as a effort to increase patient and family involvement and

awareness to adherence with their complex terapeutic medication treatment.

Keywords: Self-Care Management, Hemodialysis, ESRD patient

Reading List: 78 (1982 – 2013)

Page 12: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian ini yang berjudul Gambaran Self-Care Management Pasien Gagal

Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Wilayah Tanggerang Selatan.

Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua umat manusia

dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja keras,

dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung

maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr (Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua rogram Studi Ilmu

Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, MSN selaku Sekretaris

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 13: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xii

3. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS

selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

serta kesabaran selama membimbing peneliti dan memberikan banyak

masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.

4. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Dosen Penasehat Akademik peneliti yang

telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada peneliti terkait

banyak hal selama menjalani masa perkuliahan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Staf Pengajar Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah serta staff

akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah

membantu urusan di kampus.

6. Departemen Agama dengan program Beasiswa Santri Berprestasi yang telah

memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan penelitian.

8. Segenap Jajaran Staf Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yang telah

memberikan kesempatan dan izin dalam melakukan studi pendahuluan

maupun izin pelaksanaan penelitian di wilayah Tangerang Selatan.

Page 14: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xiii

9. Segenap Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Timur, Pisangan, dan Benda Baru

yang telah memberikan informasi data pasien GGK di wilayah kerjanya dan

memberikan izin untuk penelitian.

10. Pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis yang menjadi partisipan

dalam penelitian ini atas kerjasama dan segala informasi yang telah

diberikan untuk kepentingan penelitian ini.

11. Kedua orang tua saya yaitu Nurhadi S.Pd dan Siti Kunainah S.Pd yang

senantiasa memberikan cinta kasih, dukungan penuh secara material maupun

spiritual dalam do’a yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti sehingga

dapat menyelesaikan penelitian ini.

12. Adikku Faisal Fian Azizi dengan kata-kata penyemangat, motivasi, dan

sarannya untuk segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku tercinta “Fighters” (Fita, fitri, Etika, mala, dian, Ulfi,

Dewi, mayra, Astuti dan Iqbal) dan teman-teman angkatan 2009 yang

berjuang bersama untuk menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi

di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan memohon do’a kepada Allah SWT , penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembacanya, semua kebaikan yang telah diberikan mendapat

balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, Januari 2014

Faulya Nurmala Arova

Page 15: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xiv

DAFTAR ISI

JUDUL HAL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................................... ix

ABSTRACT ............................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ............................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv

DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6

1. Identifikasi Masalah .................................................................. 6

2. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum ............................................................................. 7

2. Tujuan Khusus ............................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan ......................................................... 8

2. Bagi Masyarakat ......................................................................... 8

3. Bagi Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan .......................... 9

4. Bagi Peneliti .............................................................................. 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 9

Page 16: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xv

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronis ........................................................................ 11

1. Definisi ....................................................................................... 11

2. Klasifikasi .................................................................................. 12

3. Etiologi ....................................................................................... 12

4. Patofisiologi ................................................................................ 13

5. Komplikasi ................................................................................ 16

6. Penatalaksanaan .......................................................................... 16

7. Perubahan Yang Terjadi Pada Pasien GGK ............................... 19

B. Teori Self-Care Orem dan Self Efficacy Bandura ........................... 23

1. Teori Self-Care Orem ................................................................ 23

2. Teori Self-Efficacy Bandura ....................................................... 29

C. Nursing Care Plan ......................................................................... 32

D. Penelitian Terkait ............................................................................ 35

E. Kerangka Teori................................................................................ 39

BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep ............................................................................ 40

B. Definisi Istilah ................................................................................. 40

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................. 42

B. Partisipan Penelitian ........................................................................ 42

C. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 44

D. Instrumen Penelitian........................................................................ 44

E. Sarana Penelitian ............................................................................. 44

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 45

G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 47

H. Validasi Data .................................................................................. 48

I. Etika Penelitian ............................................................................... 49

BAB V : HASIL PENELITIAN

Page 17: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xvi

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ............................................ 52

B. Hasil Penelitian .............................................................................. 53

1. Karakteristik Partisipan ............................................................. 53

2. Hasil Analisa Data ..................................................................... 55

BAB VI : PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 83

1. Gambaran Self-Care Management ............................................ 83

2. Hambatan dalam Self-Care Management ................................... 98

3. Sumber Social Support .............................................................. 100

4. Kaitan dengan Nursing Care Plan ............................................ 101

B. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 105

C. Implikasi untuk Ilmu Keperawatan dan Pelayanan Kesehatan ....... 106

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 108

B. Saran ............................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 18: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xvii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Bagan Hal

2.1 Patofisiologi .................................................................................. 14

2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 39

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 40

4.1 Tekhnik Analisis Data .................................................................. 47

5.1 Self-Care Management (Pemenuhan Kebutuhan Fisik) ............... 56

5.2 Pengaturan Nutrisi ........................................................................ 58

5.3 Pengaturan Intake Cairan ............................................................. 61

5.4 Perawatan Akses Vaskuler ........................................................... 64

5.5 Self-Care Management (Kondisi Psikologis) ............................... 68

5.6 Self-Care Management (Sikap Spiritual) ...................................... 75

5.7 Hambatan dalam Self-Care Management .................................... 78

5.8 Sumber Social Support ................................................................ 80

Page 19: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Hal

2.1 Klasifikasi Penyakit GGK ................................................................. 12

2.2 Perubahan pada Pasien GGK ............................................................ 19

2.3 Nursing Care Plan ............................................................................ 32

2.4 Penelitian Terkait .............................................................................. 35

5.1 Karakteristik Partisipan Utama ......................................................... 54

5.2 Karakteristik Partisipan Pendukung .................................................. 55

Page 20: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Inform Consent dan Persetujuan Partisipan Utama

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam Partisipan Utama

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Pemberian Izin Studi Pendahuluan Dinkes Tangerang Selatan

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian Dinkes Tangerang Selatan

Lampiran 7` Tabel Tema, Subtema, Kategori, Sub Kategori, dan Statement

Page 21: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah menjadi

perhatian khusus dunia terutama World Health Organization (WHO) karena

menjadi penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit

dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah

membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta

kematian terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah maupun sedang.

Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action

Plan for The Global Strategy for The Prevention and Control of Non

Comunicable Disease dengan komponen kunci yakni surveilan, pencegahan dan

pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013). Pada Mei

2012, World Health Assembly juga menyepakati sebuah target global untuk

mengurangi kematian akibat NCD sebesar 25 % hingga 2025 (Horton, 2013).

Indonesia sebagai negara yang berkembang telah melaporkan bahwa jumlah

kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian akibat

Comunicable Disease (WHO, 2011). Aditama mengatakan bahwa ancaman

terhadap penyakit tidak menular atau NCD seperti jantung, penyakit berkaitan

dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif, dan penyakit kronis telah

meningkat (Faizal, 2012). Pemerintah juga telah memberikan prioritas utama

terkait masalah tersebut dan berupaya mengadopsi strategi global WHO dalam

upaya pengendalian dan pencegahan NCD (WHO Indonesia, 2013).

Page 22: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

2

Penyakit kronis yang perkembangan penyakitnya juga perlu mendapatkan

perhatian adalah penyakit gagal ginjal kronis (GGK) yang merupakan komplikasi

dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga penyakit renal

lainnya. Etiologi dari GGK menurut US Renal System tahun 2000 menunjukkan

bahwa diabetes melitus dan hipertensi menjadi etiologi dengan prosentase tinggi

yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006).

Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-rata

menunjukkan trend yang penting dimana kadang melambat, kadang naik dan

dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012). National Institut of Diabetes Melitus

and Digestif and Kidney Disease (NIDDK) menyebutkan bahwa antara 1980 dan

2009, rata-rata prevalensi GGK di US meningkat mendekati 600%, dari 290 kasus

menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah kematian pasien GGK juga

menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun 1980 menjadi 90.118 pada tahun

2009 (National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, 2012).

Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup

tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) tahun 2011 melaporkan

bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang

terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar

4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena

mahalnya biaya yang dikeluarkan untuk berobat dan proses dialisis (Fransisca,

2011). Penyakit ginjal kronik menurut Soelaeman merupakan penyakit yang

diderita oleh satu dari 10 orang dewasa. Indonesian Renal Registry tahun 2008

melaporkan jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari

2148 orang pada tahun 2007 (ANTARA, 2009). Dinas Kesehatan (Dinkes)

Page 23: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

3

Tangerang Selatan tahun 2012 melaporkan bahwa terdapat 170 pasien GGK di

wilayahnya (Dinkes, 2012). Kondisi komorbiditas yang terus berkembang pada

insufisiensi renal kronik berkontribusi terhadap tingginya angka morbiditas dan

mortalitas diantara pasien dengan GGK (Burrows-Hudson, 2005 dalam Smeltzer,

2009).

Terapi yang dilaksanakan pasien GGK untuk menggantikan fungsi ginjal

yang rusak salah satunya adalah terapi hemodialisis. Terapi ini merupakan

prosedur penyelamatan jiwa yang mahal, tidak asing karena paling sering dijalani

oleh pasien GGK, dan suatu tekhnologi tinggi untuk mengeluarkan zat-zat sisa

metabolisme tubuh dan zat-zat toksin di dalam tubuh melalui membran semi

permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada alat dialiser melalui

proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat (Smeltzer, 2001). Lebih dari 70% negara-

negara melaporkan sedikitnya 80% dari pasien menggunakan terapi hemodialisis

(USRDS Annual Report , 2012).

Pasien GGK yang menjalani hemodialisis memiliki permasalahan yang

kompleks terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual pasien

(Farida, 2010). Masalah yang dirasakan pasien pasca hemodialisis seperti

kelemahan, fatigue, bibir kering dan gatal-gatal pada kulit dapat berpengaruh

terhadap fungsi fisik , mental dan mengganggu aktifitas pasien (Curtin, 2002).

Mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap penderita GGK yang

menjalani terapi ini yakni sekitar Rp 550.000 – Rp 1.000.000 setiap terapi juga

menjadi hal yang patut diperhatikan (PELITA, 2013). Umumnya pasien menjalani

terapi secara rutin 2-3 kali dalam seminggu selama 4-5 jam sepanjang hidupnya

(Smeltzer, 2009). Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia, Dharmeziar

Page 24: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

4

menyatakan bahwa biaya untuk cuci darah saja, rata-rata Rp 50-80 juta per tahun,

tergantung rumah sakitnya (Dianing, 2013). GGK merupakan suatu masalah yang

terus berkembang menjadi masalah kesehatan dengan tingkat morbiditas,

mortalitas dan biaya yang tinggi.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti menemukan adanya

perubahan pada aspek sosialisasi dan fisik pasien dimana pasien mengatakan

jarang keluar rumah karena kondisinya yang lemah. Biaya menjadi masalah yang

berarti buat pasien dan keluarga walaupun terdapat pembiayaan dari pihak lain

yakni Jamkesmas, namun untuk beberapa obat tidak termasuk dalam bantuan

pembiayaan tersebut. Tenaga pelayanan kesehatan juga menyebutkan bahwa

pasien mengatakan sudah mengikuti petunjuk dan saran yang diberikan dokter

kepadanya, namun terdapat komplikasi-komplikasi yang dialami pasien. Sebuah

penelitian melaporkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis akan

mengalami perubahan terhadap gaya hidup, keterbatasan dalam aktifitas/

mobilitas, ketidakmampuan dalam melakukan perjalanan, pembatasan makanan

dan cairan, bergantung kepada orang lain, penurunan kemampuan menolong

orang lain, kehilangan penghasilan, kelemahan, ketidaknyamanan, pasrah

terhadap takdir, dan kematian (Gibson, 1995).

Pasien GGK juga membutuhkan kemampuan dalam perawatan dirinya sendiri

(self-care). Saat ini kemampuan self-care pasien di komunitas telah menjadi

perhatian dunia seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis di dunia.

Kondisi dari peningkatan biaya pengobatan serta jumlah tenaga edukator yang

tidak cukup juga turut andil menjadi alasan self-care penting ditingkatkan sebagai

upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis, keluarga dan

Page 25: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

5

komunitas (Taylor & Renpenning, 2011). Orem percaya bahwa setiap individu

memiliki kemampuan natural dalam merawat dirinya sendiri dan perawat harus

fokus terhadap dampak kemampuan tersebut bagi pasien (Orem,1995 dalam

Simmons, 2009).

Penelitian oleh Heirdarzadeh (2010) pada pasien GGK menunjukkan bahwa

78,3% pasien menginginkan kemampuan self-care dan yang paling banyak

diinginkan adalah kemampuan dalam perawatan akses vaskuler sedangkan yang

paling sedikit terkait dengan nutrisi. Penelitian lainnya juga telah melaporkan

bahwa ada hubungan yang langsung dan signifikan antara kemampuan self-care

dengan kualitas hidup, dimensi fisik, psikologis, dan sosial (Heidarzadeh dkk,

2010), terhadap keaktifan dan keefektifan proses perawatan pasien (Curtin &

Mapes, 2001) dan terhadap self efficacy pasien (Bag & Mollaoglu, 2009).

Penelitian lain tentang self efficacy training pada penderita GGK

menunjukkan keefektifan terhadap ketaatan dalam pengaturan intake cairan yang

dapat mempengaruhi fluid weight gain (Joanna Briggs Institute, 2011) dan

responden yang menerima self efficacy training merasa lebih percaya diri terhadap

kemampuannya dan keikutsertaan dalam promosi perilaku kesehatan dan lebih

taat dalam pembatasan intake cairan (Tsay, 2003). Teori kognitif sosial Bandura

menyebutkan bahwa keyakinan self-efficacy mempengaruhi pilihan seseorang

dalam membuat atau menjalankan tindakan yang ingin mereka capai. Keyakinan

ini juga dapat membantu menentukan sejauh mana usaha yang akan dikerahkan

seseorang (Shunk, 1981 dalam Mukhid, 2009).

Uraian tersebut menunjukkan bahwa self-care management pada pasien gagal

ginjal perlu mendapatkan perhatian dari perawat. Orem dalam teorinya

Page 26: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

6

menyebutkan bahwa tujuan dari perawat adalah membantu pasien untuk

menemukan perawatan dirinya (self-care) (Basavanthappa, 2007). Mengetahui

kemampuan serta kemauan pasien GGK dalam kaitannya dengan self-care

management membantu serta mendorong mereka secara aktif dalam proses

pengobatan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup mereka. Penjelasan di

atas membuat peneliti tertarik untuk melihat gambaran self-care management

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah

Tangerang Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Penatalaksanaan pasien GGK tahap akhir adalah terapi penggantian ginjal

yakni dengan transplantasi atau dialisis. Dialisis kemudian menjadi pilihan yang

banyak dijalani oleh pasien. Hal tersebut disebabkan oleh mahal dan sulitnya

menemukan donor ginjal. Terapi tanpa usaha dari diri pasien untuk merawat

dirinya sendiri juga dapat mempercepat keparahan atau penurunan kondisi pasien.

Self-care management pada pasien GGK penting untuk diketahui serta

diperhatikan oleh tenaga kesehatan karena dapat memberikan konstribusi,

dukungan, informasi sesuai dengan kebutuhan pasien, dan berperan serta dalam

melibatkan pasien dan keluarga untuk memelihara kondisi pasien GGK.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian dalam

bentuk pertanyaan “Bagaimana gambaran self-care management pada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang

Selatan?”

Page 27: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

7

2. Pertanyaan Penelitian

a) Bagaimana gambaran self-care management pada pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang

Selatan?

b) Adakah hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan self-care

management pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi

hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan?

c) Bagaimana bentuk dukungan yang diterima oleh pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan

dan sumber dukungan dalam pelaksanakan self-care management ?

d) Bagaimana gambaran self efficacy pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan terhadap

self-care management ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran dan

mengeksplorasi self-care management pada pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani hemodialisis di Tangerang Selatan.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi dan mengeksplorasi gambaran self-care management

pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di

wilayah Tangerang Selatan.

Page 28: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

8

b) Mengidentifikasi hambatan - hambatan yang ditemukan dalam

pelaksanaan self-care management pada pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan

c) Mengidentifikasi bentuk dan sumber dukungan pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani terapi hemodialisa di wilayah Tangerang Selatan

dalam upaya pelaksanakan self-care management.

d) Mengidentifikasi gambaran self efficacy pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani terapi hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan terhadap

self-care management.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai bahan masukan, acuan, dan pertimbangan terhadap keluhan dan

masalah yang dilaporkan pasien dan keluarga terkait penyakitnya sehingga

tenaga kesehatan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menyiapkan

strategi untuk meningkatkan self-care management pasien menjadi lebih

baik serta meningkatkan keterlibatan keluarga dalam mendorong dan

mendukung perilaku self-care pasien.

2. Bagi Masyarakat

Self-care bukan hanya berfokus pada pasien, namun didalamnya terdapat

peran keluarga dan masyarakat sehingga diharapkan dengan penelitian ini

keluarga dan masyarakat memahami pentingnya self-care management

Page 29: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

9

bagi pasien dan dapat memberikan dukungan penuh dalam upaya

meningkatkan atau mendorong pelaksanaannya.

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi seluruh mahasiswa di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam

meningkatkan pengetahuannya mengenai self-care management pada

pasien gagal ginjal kronis.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian, menjadi acuan untuk

penelitian selanjutnya secara lebih spesifik pada self-care management

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dan menambah

wawasan tentang gambaran self-care management pada pasien gagal ginjal

kronis.

E. Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan serta mengeksplorasi self-

care management pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis di wilayah

Tangerang Selatan, dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang

self-care management pada pasien. Data diperoleh dengan cara wawancara

mendalam yang berpedoman pada pedoman wawancara dan lembar observasi

(field note) yang dilakukan pada pasien dan keluarga.

Page 30: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

10

Fokus penelitian ini adalah pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan

berdomisili di wilayah Tangerang Selatan. Partisipan dalam penelitian adalah

pasien GGK yang menjalani hemodialisis dan partisipan pendukungnya adalah

seseorang yang merawat pasien. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni

2013 di rumah pasien.

Page 31: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal Kronis

1. Definisi

Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia.

Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan

homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai

macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam

mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit (Sherwood, 2001).

Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)

didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi

secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana

kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan

keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer,

2009). Batas penurunan fungsi ginjal sehingga menimbulkan gejala adalah

sebesar 75-85% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala

akan muncul dan terlihat jelas (Fransiska, 2011).

End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi

ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15 mL/min. Pada

poin tersebut terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) sangat

dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi

ginjal telah hilang (Sherwood, 2001).

Page 32: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

12

2. Klasifikasi

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju

Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2

dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut :

Tabel 2.1

Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan rumus Kockroft – Gault

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal

atau ↑

≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau

ringan

60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau

sedang

30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau

berat

15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

3. Etiologi

Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering

terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan

glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis

tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit

ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi

Page 33: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

13

yakni uropati obstruktif , lupus eritematosis dan lainnya sebesar 21 %. (US

Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal

kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan

glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan

46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan

infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan

13,65% (Sudoyo, 2006).

4. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit, manifestasi klinis dan terapi

penatalaksanaan untuk pasien dengan gagal ginjal kronis dapat dilihat pada

bagan 2.1 dibawah ini :

Page 34: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

14

Penurunan aliran darah renal, penyakit renal

primer, kerusakan dari penyakit lain, Sumbatan

aliran urin

↓ filtrasi glomerulus

Hipertrofi nefron tersisa

Ketidakmampuan untuk

mengkonsentrasikan urine

Kehilangan nefron lebih lanjut

Transplantasi

Ginjal

Penatalaksanaan

masalah yang

mendasari

Kehilangan

Na dalam urin

↑ serum kreatinin

↑ BUN

Hyponatremia

Dilute polyuri

Dehidrasi

Kehilangan fungsi

ekresi renal

Bagan 2.1

Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis menurut Black & Hawks (2005)

Dialisis

Kehilangan

fungsi non

ekresi renal

Gangguan sistem

Reproduksi

Gangguan sistem imun

↑ Produksi lemak

Aktifitas insulin melemah

Gagal memproduksi eritropentin

↓ Libido

Infertilitas

Penyembuhan

luka tertunda

Infection

Kadar glukosa darah

tidak teratur

Anemia Pallor

Osteodistrofi

Ateroskeloris yang lebih parah

Gagal mengubah

Kalsium menjadi

bentuk aktif

↓ absorpsi

kalsium

Hypokalsemia

Page 35: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

15

↓ reabsorpsi

natrium dalam

tubulus

Retensi

Air

Pembatasan

cairan

Diuretik

Edema

Gagal

Jantung

Hipertensi

↓ eksresi

sampah

nitrogen Uremia

Cenderung

terjadi

pendarahan

Perubahan rasa

Sistem saraf

pusat

Perubahan

syaraf perifer

perikarditis

Pruritus

↑ BUN ↑ Kreatinin

↑ asam urat Protenuria

antikonvulsan

Lotions

Bathing

↓ eksresi

hidrogen Asidosis metabolik

Sodium

Bicarbonat

Hiperfosfatemia

↓ absorpsi

kalsium

Hiperparatiroidisme

Hipokalsemia

↓ eksresi kalium

↑ Kalium

Agen pengikat

fosfor

Pengganti

kalsium

Vitamin D

↓ eksresi

fosfat

↓ eksresi

Kalium Hiperkalemia

Agen Pengikat

kalium

Pembatasan

kalium

= Penatalaksanaan = Patologi = Manifestasi Klinis

Page 36: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

16

5. Komplikasi

Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa komplikasi potensial GGK

memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatannya yang mencakup :

a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,

katabolisme, dan masukan diet yang berlebih.

b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-

angiotensin-aldosteron.

d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang sel darah

merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin iritasi oleh

toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.

e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan

peningkatan kadar almunium.

6. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk

mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama

mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001;

Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK

namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan

adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal.

Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi 1) Untuk memelihara

Page 37: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

17

fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses penyakit

melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan

mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein

sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme

(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau

mengurangi katabolisme); 2) Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti

pruritus , neurologik, perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler; 3)

meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet; 4)

Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga (Black &

Hawks, 2005)

Terapi hemodialisis merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal

dan tidak asing bagi pasien GGK karena paling sering dijalani. Terapi ini

merupakan suatu teknologi tinggi dalam terapi penggantian ginjal untuk

mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh dan zat-zat toksin di dalam

tubuh melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan

dialisat pada alat dialiser melalui proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat

(Smeltzer, 2001). Terapi untuk gagal ginjal kronis secara lebih lanjut dapat

dilihat pada patofisiologi gagal ginjal kronis.

Indikasi dilakukan dialisis ada dua yakni indikasi klinis dan indikasi

biokimiawi. Yang termasuk di dalam indikasi klinis adalah 1) sindrom

uremik berat, misalnya muntah-muntah hebat, kesadaran menurun, kejang-

kejang dan lain sebagainya; 2) overhidrasi yang yang tidak bisa diatasi

dengan pemberian diuretik; 3) edema paru akut yang tidak bisa diatasi dengan

cara lain. Sedangkan indikasi biokimiawi meliputi 1) ureum plasma lebih atau

Page 38: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

18

sama dengan 150 mg%; 2) kreatinin plasma sama atau lebih dari 10 mg%; 3)

bikarbonat plasma kurang atau sama dengan 12 meq/L (Bakta & Suastika,

1999).

Masalah yang sering muncul saat pasien hemodialis adalah instabilitas

kardiovaskuler selama dialisis dan sulitnya mendapatkan akses vaskuler

(Rubenstein dkk, 2007). Terdapat lima cara akses ke sirkulasi darah pasien

untuk hemodialisis yakni ; 1) fistula arteriovena ; 2) graft arteriovena ; 3)

shunt (pirai arterovena) eksternal ; 4) kateterisasi vena femoralis ; 5)

kateterisasi vena subklavia (Baradero dkk, 2009).

Komplikasi dari hemodialisis yang dapat terjadi pada pasien meliputi ; 1)

hipotensi merupakan hasil dari pengeluaran secara cepat dari volume darah

(hipovolemia), penurunan cardiac output dan penurunan sistemik

intravaskuler ; 2) Kram otot yang sedikit diketahui penyebabnya namun dapat

dikaitkan dengan hipotensi, hipovolemia, ultrafiltrasi yang tinggi dan

penggunaan larutan sodium rendah dialisis ; 3) kehilangan darah merupakan

hasil dari darah yang tidak keluar secara lengkap dari dializer, tidak sengaja

terpisah dari tubing darah, ruptur membran dialisis, atau pendarahan setelah

melepaskan jarum setelah hemodialisis selesai ; 4) hepatitis, dimana saat ini

angka kejadiannya telah menurun dan The Centers for Disease Control

(CDC) mengupayakan untuk dilakukan vaksinasi untuk semua pasien dan

petugas dalam layanan dialisis (Lewis, 2011).

Depresi dan gangguan tidur terjadi dengan frekuensi yang lebih pada

pasien dengan hemodialisis. Penelitian menunjukkan prevalensi depresi tinggi

yakni 47,8%, insomnia sebesar 60,9%, dan peningkatan resiko sleep apnea

Page 39: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

19

(24,6%) pada pasien GGK dan depresi pada caregiver sebesar 31,9% (Rai, et.

al 2001).

7. Perubahan Yang Terjadi pada Pasien GGK

Pasien yang terdiagnosa menderita GGK dan menjalani terapi

hemodialisis mengalami perubahan-perubahan fungsi dari dirinya yang dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.2 Perubahan pada pasien GGK

Fungsi fisiologis (Black & Hawk, 2005)

Ketidakseimbangan

eletrolit

Pasien dapat mengalami hyponatremia sehingga

berefek pada retensi cairan yang berkontribusi

terhadap kondisi hipertensi dan gagal jantung,

hiperkalemia, hipokalsemia dan hiperfosfatemia

dimana kondisi tersebut berkontribusi terhadap

osteomalasia, osteitis fibrosa, dan osteosclerosis.

Perubahan metabolik

Peningkatan produk sampah metabolisme protein

yakni BUN dan kreatinin di dalam darah. Kreatinin

serum adalah indikator fungsi ginjal yang paling

akurat. Hipoproteinemia dapat terjadi ketika intake

diet protein tidak adekuat. Peningkatan trigliserida

hampir secara umum dapat ditemukan. Asidosis

metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal

mengeksresikan ion hidrogen.

Page 40: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

20

Perubahan

hematologi

Efek primer pada gagal ginjal adalah anemia karena

ginjal tidak mampu memproduksi eritropoentin

sehingga pasien dapat mengalami kelemahan, fatiq

dan intoleransi terhadap dingin.

Perubahan

gastrointestinal

Pasien seringkali mengalami anoreksia, mual,

muntah, rasa pahit, metallic, dan rasa asin serta

napas seringkali berbau amonia, amis dan berbau

busuk. Stomatitis, parotitis dan gingivitis merupakan

masalah yang sering pada pasien. Konstipasi juga

merupakan masalah umum untuk pasien

Perubahan

imunologi

Kerusakan pada sistem imun membuat pasien mudah

untuk terinfeksi.

Perubahan

metabolisme obat-

obatan

Gagal ginjal memiliki efek yang serius pada

metabolisme obat. Pasien uremia memiliki resiko

tinggi untuk keracunan obat-obatan karena

perubahan renal dalam farmakokinetik obat-obatan.

Perubahan

kardiovaskuler

Komplikasi kardiovaskuler yang paling umum

adalah hipertensi. Apabila volume dalam jantung

overload dapat terjadi hepertrofi ventrikuler dan

gagal jantung. Disritmia juga dapat terjadi karena

hiperkalemia, asidosis, hipermagnesium, dan

penurunan perfusi koroner.

Perubahan respirasi

Efek dalam sistem respirasi yakni edema pulmonal

akibat cairan yang berlebihan, peningkatan frekuensi

Page 41: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

21

napas, dan sesak.

Perubahan

muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem yang

terkena dampak lebih awal dan 90% pasien gagal

ginjal mengalami renal osteodistrofi yang dapat

berlanjut pada osteomalasia, osteitis fibrosa,

osteoporosif, dam osteosklerosis. Beberapa pasien

juga mengeluhkan kram otot.

Perubahan

integumen

Masalah pada kulit merupakan masalah yang

mengganggu kenyamanan pasien. Kulit pasien

menjadi kering karena atropi kelenjar keringatdan

perubahan warna kulit juga terjadi akibat pigmen

urokrom. Pasien juga mengalami pruritus akibat

hiperparatiroidisme sekunder dan deposit kalsium

pada kulit. Rambut dan kuku menjadi tipis dan

rapuh.

Perubahan

neurologik

Neuropati perifer menyebabkan banyak manifestasi

seperti kaki terasa terbakar, ketidakmampuan

menemukan posisi kaki yang nyaman, perubahan

gaya berjalan, footdrop, dan paraplegi.

Perubahan

reproduktif

Pasien wanita dapat mengalami ketidakteraturan

menstruasi, terutama amenore dan infertilitas. Pasien

laki-laki melaporkan kondisi impoten akibat faktor

fisik dan psikologis, atropi testicular, oligospermia,

and penurunan motilitas sperma. Keduanya juga

Page 42: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

22

melaporkan adanya penurunan libido.

Perubahan endokrin

Gagal ginjal juga berefek pada sistem endokrin

seperti insulin dan fungsi paratiroid.

Fungsi psikologis

Ekspresi psikologis yang terjadi dapat berupa sedih, depresi, perasaan

menyesal, gangguan gambaran diri, dan rendah diri. Gambaran ekspresi

psikologis yang dialami tersebut terutama di awal pasien didiagnosa gagal

ginjal dan harus menjalani hemodialisis (Farida , 2010).

Fungsi spiritual

Perubahan ekspresi spiritual yang terjadi pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis berupa rasa syukur, pasrah, dan upaya meningkatkan ibadah

(Farida , 2010).

Psikososial

Perubahan pola interaksi sosial yang terjadi yakni pasien cenderung lebih

banyak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumah dan untuk interaksi

dengan jarak yang jauh menjadi terbatas. Interaksi baru juga terjadi dengan

sesama pasien yang menjalani hemodialisis. Selain itu terjadi gangguan

fungsi seksual pada pasien dan gangguan mobilitas atau bepergian sehingga

pasien tidak dapat bepergian lebih dari 3-4 hari (Farida , 2010).

Page 43: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

23

Ekonomi

Perubahan status ekonomi juga dirasakan oleh pasien dimana kebutuhan

akan keuangan bertambah dengan menjalani hemodialisis walaupun biaya

hemodialisis tidak membayar (dengan dibebankan kepada pihak lain seperti

asuransi atau pemerintah), namun informan mengatakan ada biaya lain yang

harus dikeluarkan setiap bulan yakni untuk obat-obatan yang tidak dijamin,

pemeriksaan laboratorium, atau biaya transportasi dari rumah ke rumah sakit

yang cukup besar (Farida , 2010).

B. Teori Self-Care (Orem) dan Self-Efficacy (Bandura)

1. Teori Self-Care Orem

Individu akan berusaha berperilaku untuk dirinya sendiri dalam

menemukan dan melaksanakan treatment pengobatan untuk memelihara

kesehatan dan kesejahteraan (Taylor & Renpenning, 2011). Hal tersebut

merupakan bagian yang natural dari manusia. Orem percaya bahwa

manusia memiliki kemampuan dalam merawat dirinya sendiri (self-care)

dan perawat harus fokus terhadap dampak kemampuan tersebut (Orem,

1995 dalam Simmons, 2009).

Filosofi dari ilmu keperawatan adalah memandirikan dan membantu

individu memenuhi kebutuhan dirinya (self-care). Salah satu teori self-

care dalam ilmu keperawatan yang terkenal adalah teori self-care Orem.

Orem dalam hal ini melihat individu sebagai satu kesatuan utuh yang

terdiri dari aspek fisik, psikologis, dan sosial dengan derajat kemampuan

untuk merawat dirinya yang berbeda-beda sehingga tindakan perawat

Page 44: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

24

berupaya untuk memacu kemampuan tersebut. Individu juga memiliki

kemampuan untuk terus berkembang dan belajar (Asmadi, 2008 ;

Kusnanto, 2003). Orem mendefinisikan keperawatan sebagai seni dimana

perawat memberikan bantuan khusus kepada individu dengan

ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk

perawatan mandiri serta berpartisipasi secara intelegensi dalam perawatan

medis yang diberikan oleh dokter (Swanburg, 2000).

Teori Orem mendeskripsikan peran dari perawat adalah menolong

seseorang dalam ketidakmampuannya dalam melaksanakan self-care.

Tujuan utama sistem Orem ini adalah menemukan kebutuhan self-care

(self-care demand) pasien hingga pasien mampu untuk melaksanakannya

(Orem, 2007 dalam Mosby Dictionary, 2009). Menurut Orem, asuhan

keperawatan diberikan apabila pasien tidak mampu melakukannya, namun

perawat tetap harus mengkaji mengapa klien tidak dapat memenuhinya,

apa yang dapat perawat lakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk

memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan menilai sejauh mana klien

mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri (Hartweg,1995 dalam

Potter & Perry, 2005).

Teori Orem mengidentifikasi dua set dari ilmu keperawatan yakni

nursing practice science dan foundational sciences. Termasuk di dalam

nursing practice science yakni 1) wholly compensatory dimana perawat

membantu penuh ketidakmampuan total pasien dalam melakukan aktivitas

self care ; 2) partially compensatory dimana perawat membantu

ketidakmampuan sebagain pasien dalam melakukan aktifitas self care ; 3)

Page 45: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

25

supporting-educative dimana perawat membantu pasien untuk membuat

keputusan dan memiliki kemampuan dan pengetahuan. Dan termasuk di

dalam foundational sciences adalah self-care, self care agency, dan human

assistance (Basavanthappa, 2007 ; Tomey & Alligood, 2006).

Teori orem ini dikenal dengan sebagai Self-Care Deficit Theory yang

terdiri atas tiga teori terkait , yaitu :

a. Theory of self-care dimana mendeskripsikan tentang mengapa dan

bagaimana seseorang merawat diri mereka sendiri.

b. Theory of self-care deficit dimana mendeskripsikan dan menjelaskan

mengapa seseorang dapat dibantu dalam perawatan dirinya di

keperawatan.

c. Theory of nursing system dimana mendeskripsikan dan menjelaskan

hubungan yang diciptakan perawat untuk dimiliki dan dipelihara

oleh pasien. (Tomey & Alligood, 2006 ).

Self-care didefinisikan sebagai aktifitas praktek seseorang untuk

berinisiatif dan menunjukkan dengan kesadaran dirinya sendiri untuk

memelihara kehidupan, fungsi kesehatan, melanjutkan perkembangan

dirinya, dan kesejahteraan dengan menemukan kebutuhan untuk

pengaturan fungsi dan perkembangan (Orem, 2001 dalam Alligood &

Tomey, 2010). Self-care agency merupakan kompleks yang akan

mempengaruhi seseorang untuk bertindak dalam mengatur fungsi dan

perkembangan dirinya (Orem, 2001 dalam Alligood & Tomey, 2010).

Nursing agency terdiri atas perkembangan kemampuan seseorang yang

terdidik sebagai perawat yang berwenang untuk merepresentasikan diri

Page 46: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

26

mereka sebagai perawat dalam kerangka hubungan interpersonal yang sah

untuk bertindak, mengetahui dan menolong seseorang untuk menemukan

kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (therapeutik self-care demand)

dan mengatur perkembangan dan latihan dari self-care agency mereka

(Alligood & Tomey, 2010).

Basic conditioning factors adalah faktor yang mempengaruhi nilai

dari self care demand , self-care agency dan nursing agency. Sepuluh

faktor yang telah teridentifikasi meliputi umur, jenis kelamin, status

perkembangan, status kesehatan, pola kehidupan (pattern of living), faktor

sistem pelayanan kesehatan, faktor sistem keluarga, faktor sosial budaya,

ketersediaan sumber, dan faktor eksternal lingkungan (Alligood & Tomey,

2010, Muhlisin & Indarwati, 2010). Jika dilakukan secara efektif, upaya

perawatan diri dalam memberikan kontribusi bagi integritas struktural

fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi,2008).

Area hemodialisis merupakan salah satu area praktik keperawatan

untuk mengaplikasikan teori self-care Orem ini dimana aplikasi ini akan

sesuai karena penting sekali untuk pasien untuk aktif terlibat dalam

perawatan dirinya. Tujuan utama praktek keperawatan adalah untuk

membantu pasien menyiapkan diri untuk berperan serta secara adekuat

dalam perawatan dirinya dengan cara meningkatkan outcome pasien dan

kualitas hidup. Sebagai perawat, kita dapat melakukan hal tersebut dengan

membentuk hubungan saling percaya antara perawat dan pasien,

menyediakan dukungan dan pendidikan kesehatan, memperbolehkan

pasien mengontrol beberapa situasi dengan berpartisipasi dalam

Page 47: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

27

pengambilan keputusan, dan mendorong pasien untuk aktif berpartisipasi

dalam tretmen hemodialisis (Simmons, 2009).

Self-care management pada pasien GGK yang menjalani

hemodialisis merupakan usaha positif pasien untuk menemukan dan

berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan mereka untuk mengoptimalkan

kesehatan, mencegah komplikasi, mengontrol gejala, menyusun sumber-

sumber pengobatan, meminimalisir gangguan dalam penyakit yang dapat

mengganggu kehidupan yang mereka sukai (Curtin & Mapes, 2001). Yang

termasuk didalamnya menurut Richard (2009) meliputi :

a) Pembatasan cairan

Ukuran pembatasan cairan dapat diukur dengan Interdialytic Weight

Gain (IDWG) atau berat yang diperoleh selama dialisis. IDWG

dipengaruhi oleh ukuran tubuh, volume urin output, apa yang pasien

minum, intake natrium, adanya riwayat diabetes melitus (DM

mempengaruhi intake cairan karena hiperglikemia menstimulasi haus),

kontrol gula darah, cuaca, dan self efficacy (kepercayaan diri pasien

dalam mengatur pembatasan cairan). Perspektif pasien dalam

kaitannya dengan pembatasan cairan menunjukkan bahwa mereka

memiliki perasaan negatif tentang diri mereka sendiri dan kemampuan

mereka dalam mengatur pembatasan cairan seperti rasa malu, hilang

kepercayaan diri, dan memiliki kemampuan yang kecil di dalam dalam

mengaturnya.

Page 48: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

28

b) Pengaturan diet

Self-care management pada diet pasien GGK penting untuk

mempertahankan status nutrisi dan keseimbangan elekrolit. Yang

penting diperhatikan dalam hal ini adalah kepatuhan terhadap program

diet yang telah ditentukan karena program tersebut telah disusun

dengan tepat sesuai dengan kondisi ginjal serta kecukupan kalori dan

nutrisi yang diperlukan tubuh pasien yang menderita GGK. Penelitian

melaporkan walaupun pasien memiliki pengetahuan tentang diet dan

komplikasi jika tidak mematuhi program tersebut , mereka tetap tidak

mengikuti program diet yang telah ditetapkan itu. Faktor-faktor yang

positif berhubungan dengan self-care management pada diet yaitu usia

lanjut, wanita, dan self efficacy yang baik. Sedangkan faktor-faktor

yang tidak berkaitan adalah lamanya waktu hemodialisis, edukasi,

social support, dan kadar serum pottasium.

c) Pengobatan

Pasien GGK yang menjalani hemodialisis selain menjalani treatmen

tersebut mereka biasanya mengkonsumsi banyak macam obat. Banyak

hal terkait dengan obat yang perlu diketahui oleh pasien mengingat

banyaknya jumlah obat seperti tentang waktu minum masing-masing

obat, jumlah obat yang diminum, dosisnya, jenisnya, untuk apa saja

obat-obatan tersebut, dan efek dalam tubuh pasien.

d) Akses vaskuler

Akses vaskuler merupakan jalan keluar masuknya darah pasien saat

pelaksanaan treatmen hemodialisis. Penting juga untuk melakukan

Page 49: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

29

perawatan akses tersebut secara mandiri mengingat bahwa akses ini

akan selalu digunakan pasien untuk hemodialisis. Selain itu beberapa

hal yang tidak boleh dilakukan pada daerah akses vaskuler (lengan

cimino) juga penting dijelaskan pada pasien seperti tidak boleh

dilakukan pengukuran darah atau mengakat benda berat, dan lakukan

latihan meremas-remas bola untuk mempertahan akses vaskuler tetap

baik.

e) Perspektif pasien tentang self-care management

Penelitian melaporkan bahwa untuk mendapatkan pelayanan yang

terbaik pasien akan fokus dalam mengatur hubungan mereka dengan

dokter dan layanan kesehatan (Cutin & Mapes, 2001). Penelitian lain

menunjukkan bahwa pasien merasa diet dan pembatasan cairan tidak

perlu untuk mereka dan termasuk peraturan yang kaku dimana ketika

mereka mematuhinya maka mereka dikategorikan patuh dan apabila

tidak mengikutinya dikategorikan tidak patuh (Krespi dkk, 2004).

Mengetahui perspektif pasien tersebut penting dalam upaya memahami

apa yang dihendaki oleh pasien serta strategi yang dapat dilakukan

untuk pasien agar pasien dapat mengikuti treatmen yang telah

ditetapkan.

2. Teori Self Efficacy Bandura

Penelitian terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

self-care agency dengan self efficacy dimana peningkatan dari self-care

Page 50: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

30

agency dibarengi dengan peningkatan self efficacy begitu pula sebaliknya

(Bağ & Mollaoğlu, 2010). Bandura mendefinisikan self efficacy sebagai

penilaian diri seseorang atas kemampuannya untuk merencanakan dan

melaksanakan tindakan yang mengarah pada pencapaian tujuan tertentu.

Bandura menggunakan istilah self efficacy ini sebagai keyakinan (beliefs)

seseorang tentang kemampuannya untuk mengorganisasikan dan

melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil (Bandura, 1997 dalam

Mukhid, 2009).

Efek keyakinan terhadap self efficacy pada proses kognitif bentunya

bervariasi. Kebanyakan perilaku diatur oleh pemikiran sebelumnya

terhadap tujuan personal yang ingin diwujudkan. Pengaturan tujuan

personal ini dipengaruhi oleh penilaian diri akan kemampuannya.

Keyakinan self-efficacy yang kuat membuat seseorang mengatur tujuan

yang terbaik dalam diri mereka. Keteguhan mereka terhadap hal tersebut

merupakan komitmen untuk mereka. Keyakinan diri terhadap efficacy juga

memegang peranan kunci dalam pengaturan motivasi diri seseorang

(Bandura, 1991 dalam Bandura 1993).

Persepsi seseorang yang tinggi terhadap efficacy dapat berdampak

pada kesiapan dan pelaksanaan usaha yang berbeda (Bandura, 1982).

Perasaan efficacy yang kuat meningkatkan kecakapan seseorang dan

kesejahteraannya karena seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi

membuat perasaannya tenang dan memandang tugas-tugas yang sulit

sebagai tantangan untuk ditangani dan bukan ancaman untuk dihindari

(Mukhid, 2009). Dalam beberapa survey dari self efficacy dalam bidang

Page 51: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

31

kesehatan menunjukkan hubungan yang kuat antara self efficacy dan

progres dari perubahan perilaku dan upaya pemeliharaan kesehatan.

Pendekatan untuk mengukur self efficacy menurut Bandura yakni dengan

menanyakan tentang persepsi atau keyakinan terhadap perilaku tertentu

dapat dilaksanakan dan menanyakan seberapa kuat keyakinannya tersebut

(Strecher dkk, 1986)

Page 52: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

32

C. Nursing Care Plan

Nursing diagnosis Readines for Enhanced Self Health Management

As evidence by choices of daily living are appropriate for meeting goals (e.g treatment, prevention), describes reduction

of risk factors, expresses desire to manage the illness (e.g treatment, prevention of sequelae), expresses little difficulty

with prescribed regimens, no enexpected acceleration of illnes symptoms

Intervention (NIC) Outcome (NOC)

Health Education

Identify internal or external factors that may enhance or reduce motivation for healthy

behavior

Determine personal context and social-cultural history of individual, family, or target

group

Assist individuals, families, and communities in clarifying health beliefs and values

Identify characteristics of target population that affect selection of learning strategies

Prioritize identified learner needs based on client preference, skills of nurse, resources

available, and likelihood of successful foal attainment

Formulate objectives for health education program

Identify resources (e.g., personnel, space, equipment, money, etc.) needed to conduct

program

Consider accessibility, consumer preference, and cost in program planning

Strategically place attractive advertising to capture attention of target audience

Develop educational materials written at a readability level appropriate to target

audience

Teach strategies that can be used to resist unhealthy behavior or risk taking rather than

Adherence Behavior

Ask health related questions........

Seeks health information from variety of

sources........

Uses reputable health information to develop

strategies........

Weight risks/benefits of health behavior........

Provide rationale for adopting a health

behavior........

Uses strategies to eliminate unhealthy

behavior........

Uses strategies to optimaze health........

Uses health care services congruent with

need........

Performs activities of daily living consistent

with energy and tolerance........

Performs self-screening........

Tabel 2.3 Nursing Care Plan

Page 53: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

33

Intervention (NIC) Outcome (NOC)

give advice to avoid or change behavior

Keep presentation focused and short and beginning and ending on main point

Use group presentation to provide support and lessen threat to learners experiencing

similar problems or concern as appropriate

Use peer leaders, teachers, and support group in implementing programs to groups less

likely to listen to health professionals or adults (i.e. adolescent) as appropriate

Use lectures to convey the maximum amount of information when appropriate

Use group discussions and role-playing to influence health beliefs, attitudes and values

Use demonstration/return demonstrations, learner participation and manipulation of

materials when teaching psychomotor skills

Use computer-assisted instruction, television , interactive video, and other technologies

to convey information

Use teleconferencing, telecommunications, and computer technologies to distance

learning

Involve individuals, families, and groups in planning and implementing plans for

lifestyle or health behavior modification

Determine family , peer and community support for behavior conducive to health

Utilize social and family support and family support system to enhance effectiveness

of lifestyle or health behavior modification

Describes rationale for deviating from a health

regiment........

Measurement Scale

1= Never demonstrated

2= Rarely demonstrated

3= Sometimes demonstrated

4= Often demonstrated

5= Consistently demonstrated

Page 54: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

34

Nursing diagnosis Ineffective Self Health Management

Related factor complexity of health care system, complexity of therapeutic regiment , decisional conflict, deficient

knowledge, economic difficulties, excessive demands made (e.g individual, family), family conflict, family patterns of

health care, inadequate number of cues to action, perceived barriers, seriousness, benefits, and susceptibility,

powelessness, regimen, social support deficit as evidence by failure to include treatment regimen in daily living and to

take action to reduce risk factors, ineffective choice in daily living for meeting health goals, report desire to manage the

illness, report difficulty with prescribed regimens.

Intervention (NIC) Outcome (NOC)

Self Efficacy Enhancement

Explore individual`s perception of his/her capability to perform the desired

behavior

Explore individual`s perception of benefits of executing the desired behavior

Identify individual`s perception of risks of not executing the desired behavior

Identify barriers to changing behavior

Provide information about the desired behavior

Assist individual to commit to a plan of action for changing behavior

Reinforce confidence in making behavior changes and taking action

Provide an environment supportive to learning knowledge and skills needed to

carry out the behavior

Use teaching strategies that are culturally and age-appropriate (e.g., games,

computer assisted instruction, or conversation maps)

Model/demonstrate desired behavior

Engage in role play to rehearse behavior

Provide positive reinforcement and emotional support during the learning

Compliance Behavior

Accepts diagnosis........

Seeks reputable information about diagnosis ........

Discusses prescribed treatment regiment with health

professional ........

Performs treatment regimen as prescribed ........

Keep appointments with health professional ........

Report changes in symptomps to health professional

........

Modifies treatment regiment as directed by health

professional........

Monitor medication therapeutic effects ........

Perform self-screening whe directed ........

Perform activities of daily living as prescribed........

Seeks external reinforcement for performance of

health behavior........

Page 55: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

35

Intervention (NIC) Outcome (NOC)

process and while implementing the behavior

Provide positive reinforcement and emotional support during the learning

process and while implementing the behavior

Provide opportunities for mastery experiences (e.g., successful implementation

of the behavior)

Use positive persuasive statements regarding the individual`s ability to carry out

the behavior

Encourage interaction with other individuals who are successfully changing their

behavior (e.g., support group or group education participation)

Prepare individual for the physiologic and emotional states that may be

experienced during initial attempts to carry out a new behavior

Measurement Scale

1= Never demonstrated

2= Rarely demonstrated

3= Sometimes demonstrated

4= Often demonstrated

5= Consistently demonstrated

D. Penelitian Terkait

Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Pengalaman Self-Care

Berdasarkan Teori Orem

pada Pasien Penyakit Ginjal

Kronik yang Menjalani

Hemodialisis

Wahyu Hidayati

& Kiki Wahyuni

(2012)

Jurnal Nursing

Studies

Kualitatif dengan

pendekatan

fenomenologis

Hasil penelitian menunjukkan baiknya pemahaman informan

tentang penyakit ginjal kronik dan hemodialisis melalui pemahaman

informan akan pengalaman riwayat dahulu, masalah psikologis yang

dialami informan seperti stress dan masalah ketidakberdayaan

setelah vonis, namun bagaimana

Tabel 2.4 Penelitian Terkait

Page 56: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

36

Judul Penulis Metode Penelitin Hasil Penelitian

mekanisme koping terhadap hal tersebut tidak dijelaskan, dan faktor

penghambat dalam mempertahankan kondisi tubuh yakni faktor

ekonomi, faktor mental, dan pengelolaan asupan cairan dan nutrisi

pada pasien GGK, namun untuk faktor pendukung tidak dijelaskan.

Upaya dan strategi yang dilakukan informan terkait self-care tidak

dijelaskan.

The Evaluation of Self-Care

and Self-Efficacy in Patients

Undergoing Hemodialysis

E. Bağ , &

Mollaoğlu M.

(2010)

Journal of

Evaluation in

Clinical Practice

Kuantitatif melalui

deskriptif survey

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara

self care agency dengan self efficacy pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani HD dimana kenaikan pada self care agency

maka self efficacy pasien juga akan mengalami peningkatan.

Didapatkan pula adanya hubungan antara self-care agency dengan

pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, dan frekuensi HD.

Sementara itu terdapat hubungan pula antara self efficacy dengan

umur, status pekerjaan, tingkat pendapatan dan frekuensi HD.

Page 57: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

37

Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Relationship Between

Quality of Life and Self-Care

Ability in Patients Receiving

Hemodialysis

M. Heidarzadeh ,

Atashpeikar S., &

Jalilazar T.

(2012)

Iranian Journal of

Nursing and

Midwifery

Research

Kuantitatif cross-

sectional

Hasil penelitian melaporkan bahwa 78,3% pasien menginginkan

kemampuan self care. Kemampuan self care yang paling banyak

diinginkan adalah perawatan akses vaskuler (arteriovenous) dan

yang paling sedikit diinginkan yakni terkait nutrisi. Penelitian juga

menunjukkan adanya hubungan yang langsung dan signifikan antara

kualitas hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani

hemodialisa dengan kemampuan self-care. Selain itu ditemukan

pula hubungan yang langsung dan signifikan antara kemampuan

self-care dengan dimensi fisik, psikologi dan sosial.

Pengalaman Klien

Hemodialisa Terhadap

Kualitas Hidup Dalam

Konteks Asuhan

Keperawatan di RSUP

Anna Farida

(2010)

UI Journal

Kualitatif dengan

pendekatan

fenomenologis

Hasil penelitian menunjukkan pengalaman hidup pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani hemodialisa terhadap kualitas hidup mereka

didapatkan lima tema yaitu perubahan pemenuhan kebutuhan dasar,

kualitas spiritual yang meningkat, kualitas fisik dan psikologis

menurun, puas akan pelayanan keperawatan, kebutuhan akan

Page 58: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

38

Judul Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Fatmawati Jakarta dukungan sosial. Dari hal tersebut menunjukkan adanya perubahan

secara fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual.

Self-Management of

Hemodialysis for End Stage

Renal Disease

Joanna Briggs

Institute

(2011)

Randomized

Controlled Trials

Intervensi psikososial seperti intervensi terhadap self-efficacy

(program training individu terstruktur) efektif dalam mengontrol

peningkatan berat badan. Partisipasi pada pasien dalam program

pemberdayaan efektif untuk meningkatkan level empowerment, self

care self efficacy, dan untuk menurunkan level depresi. Terapi

kelompok psikososial merupakan metode yang efektif

meningkatkan kepercayaan diri dalam self-care. Program edukasi

dan support telah menunjukkan keefektifan dalam dalam

meningkatkan kemampuan psikososial dan performance dalam

aktivitas sehari-hari. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

intervensi tersebut dapat efektif baik dalam bentuk individu atau

grup.

Page 59: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

39

Self-care

(Orem, 2001)

Self-care demands

(Orem, 2001)

Perubahan pada :

(Black & Hawks,

2011)

Fisiologis

Farida (2010)

Psikologis

Spiritual

Sosial

ekonomi

Gagal Ginjal

Kronis Nursing Agency

(Orem,2001)

Self-care agency

(Orem, 2001)

E. Kerangka Teori

Self-Care Management Pasien GGK

Gambaran Self-Care dan Self Efficacy

Hambatannya

Sumber Dukungan

Basic Conditioning Factors :

Umur , Jenis kelamin, Status

perkembangan, Status kesehatan, Orientasi

sosial budaya, Sistem perawatan kesehatan

(diagnostik, penatalaksanaan modalias),

Sistem keluarga, Pola hidup , Lingkungan,

Ketersediaan sumber (Orem, 2001)

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Modifikasi dari Orem (2001) dalam Alligood & Tomey (2010), Black & Hawks (2011), Farida (2010), Bandura (1982)

Teori self efficacy

Bandura (Bandura (1982)

Deficit

Basic

Conditioning

Factors

Basic

Conditioning

Factors

Page 60: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

40

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas menunjukkan gambaran self-

care management pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi

hemodialisa perlu di ketahui dan diteliti sehingga dapat diketahui langkah-

langkah, tindakan ataupun edukasi yang perlu diberikan perawat kepada pasien

gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis agar memiliki kualitas dan

kuantitas hidup yang lebih baik. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka

konsep yang akan dilakukan peneliti di wilayah Tangerang.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Istilah

1. Self-care management pasien GGK didefinisikan sebagai usaha positif

yang pasien lakukan untuk mengatur dan berpartisipasi dalam perawatan

kesehatan dirinya dalam mengoptimalkan kesehatan, mencegah

komplikasi, mengontrol gejala, menyusun sumber medis, dan

meminimalkan gangguan dari penyakit dalam kehidupan mereka (Curtin

Self-Care Management pasien GGK yang Menjalani Hemodialisis

Gambaran Self-Care dan Self Efficacy,

Hambatannya

Sumber Dukungan

Page 61: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

41

& Mapes, 2001) serta usaha untuk mengimplementasikan regimen

terapeutik pengobatan dalam aktifitas sehari-hari pasien sebagai upaya

dalam merawat dirinya sendiri beserta self efficacy dalam pelaksanannya

(penilaian diri pasien terhadap kemampuannya dalam merawat dirinya

sendiri), hambatannya serta sumber dan bentuk dukungan yang dimiliki

pasien.

2. Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD)

didefinisikan sebagai pasien yang memiliki kondisi dimana ginjalnya

mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel dan

samar (insidius) dimana kemampuan tubuhnya gagal dalam

mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit

sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

3. Terapi hemodialisis merupakan suatu teknologi tinggi untuk terapi

penggantian fungsi ginjal dalam mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme

tubuh dan zat-zat toksin di dalam tubuh melalui membran semi permiabel

sebagai pemisah darah dan cairan dialisat dengan alat dialiser, melalui

proses difusi, osmosis atau ultrafiltrat (Smeltzer, 2001)

Page 62: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

42

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk menafsirkan fenomena tentang

respon keberadaan manusia dengan latar yang alamiah dengan metode

wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Denzin & Lincoln, 1987

dalam Moleong, 2013). Desain penelitian kualitatif menurut Moleong (2013)

merupakan penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dal lain-lain,

secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu kompleks alamiah. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami

makna dari pengalaman dari perspektif partisipan/informan dimana mereka

memperkenalkan bahwa banyak cara yang berbeda untuk menginterpretasikan

pengalaman yang sama dan tidak pernah berasumsi bahwa peneliti mengetahui

apa makna hal tersebut bagi mereka. Peneliti menghargai adanya pengalaman

yang bervariasi dan kompleks tersebut (Emzir, 2012).

Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi

secara mendalam tentang gambaran self-care management dan self efficacy

pasien gagal GGK yang menjalani hemodialisis.

B. Partisipan Penelitian

Pemilihan partisipan penelitian ini melalui teknik purpossive sampling

dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).

Page 63: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

43

Kesesuaian (appropriateness) dimana sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan peneliti yakni :

1. Partisipan Utama

Partisipan utama merupakan pasien GGK yang memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Pasien GGK yang berdomisili di wilayah Tangerang Selatan dan sedang

menjalani terapi hemodialisis

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani lembar inform

consent

d. Kooperatif menjadi partisipan dalam penelitian

2. Partisipan Pendukung

a. Keluarga partisipan (anggota keluarga yang selalu terlibat dalam proses

perawatan pasien)

Partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian kualitatif menurut Lincoln

dan Guba (1985) tidak dapat ditentukan spesifik sebelumnya. Penentuan

jumlahnya dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama

penelitian berlangsung. Penambahan partisipan dapat terjadi dan dihentikan

manakala datanya sudah jenuh atau telah terjadi saturasi data dimana data dari

partisipan sudah tidak memberikan informasi baru untuk peneliti (Sugiyono,

2010). Dalam penelitian ini wawancara mendalam dilakukan pada 8 orang

partisipan utama yakni 7 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Wawancara

juga dilakukan kepada partisipan pendukung dari masing-masing partisipan

utama yakni suami/istri mereka.

Page 64: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Tangerang Selatan. Wawancara

mendalam dilakukan di rumah masing-masing partisipan yang telah disarankan

oleh Puskesmas Ciputat Timur, Pisangan, dan Puskesmas Benda Baru. Waktu

penelitian terkait pengumpulan data dilaksanakan mulai Mei 2013 hingga Juni

2013.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, cara

mendapatkan hasil yang baik tergantung pada peneliti dalam mengelola atau

memperdalam suatu data. Instrumen tambahannya meliputi :

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan

alat pencatat dan alat perekam. Wawancara mendalam dilakukan oleh

peneliti dengan partisipan utama dan pendukung.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan untuk mencatat hal-hal penting terkait ekspresi yang

ditunjukkan pasien saat wawancara dan perilaku yang ditunjukkan pasien

saat wawancara seperti saat gugup, cemas dan lainnya.

E. Sarana Penelitian

Sarana penelitian yang digunakan adalah alat-alat tulis, buku untuk

mencatat, alat perekam, surat izin penelitian dan lembar inform consent dan

persetujuan menjadi partisipan.

Page 65: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

45

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Juni

2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan metode

wawancara mendalam yang berpedoman pada pedoman wawancara dan

direkam dalam alat perekam.

2. Tahap pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin

penelitian kepada Dinkes Tangerang Selatan, selanjutnya surat izin

diteruskan kepada pihak Puskesmas baik Ciputat Timur, Pisangan dan

Benda Baru, kemudian mencari rumah masing-masing partisipan

sekaligus bertemu dengan partisipan utama dan pendukung untuk

melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari

penelitian ini.

b. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menemui partisipan yang

telah disarankan oleh pihak Puskesmas. Peneliti melakukan inform

consent dan pengenalan diri kepada partisipan utama dan pendukung,

selanjutnya membuat kontrak waktu untuk wawancara dengan

partisipan dan meminta nomor yang bisa dihubungi untuk membuat

janji terlebih dahulu. Wawancara mendalam dilakukan terhadap

partisipan maupun pendukung sesuai dengan kontrak waktu yang telah

Page 66: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

46

disepakati. Pengambilan data atau proses wawancara mendalam

dilaksanakan mulai Mei hingga Juni 2013.

Wawancara menurut Moleong (2013) adalah percakapan dengan

maksud dan untuk maksud tertentu dimana peneliti dan partisipan

berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi

secara jelas yang dapat menjelaskan masalah penelitian. Peneliti

menggunakan jenis wawancara semi struktur yaitu wawancara

mengajukan beberapa pertanyaan dengan leluasa namun berdasarkan

pada pedoman wawancara yang telah disiapkan agar wawancara tidak

menyimpang jauh. Pertanyaan dapat muncul secara spontan dengan

perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan wawancara.

Melalui teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung, luwes,

fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapatkan lebih

banyak dan luas.

Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010)

menyatakan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam kurun

waktu satu jam. Rata-rata peneliti membutuhkan waktu untuk

wawancara mendalam yakni setengah jam hingga satu jam. Saat

wawancara peneliti harus tetap memperhatikan kondisi dan ekspresi

yang ditunjukkan partisipan sehingga peneliti dapat mengetahui dimana

saat peneliti harus mengakhiri wawancara. Frekuensi pertemuan dengan

partisipan bergantung pada situasi dan kondisi partisipan, serta

kebutuhan peneliti dalam proses wawancara. Pengamatan pada sikap

dan ekspresi selama proses wawancara juga dilakukan yang dicatat

Page 67: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

47

pada buku catatan sebagai penguat data, serta untuk cross check data

dan memperkaya informasi.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Banonis (1989) dalam Streubert (2003) analisa data bertujuan

untuk melindungi keunikan dari pengalaman hidup partisipan saat mengizinkan

suatu fenomena yang dipahami untuk diteliti. Data yang diperoleh pada

penelitian kualitatif diolah secara kualitatif naratif. Menurut Burns & Grove

(2004) tahapan analisa data yang dilakukan meliputi :

Hasil wawancara dibuat ke dalam

transkrip wawancara

Membaca kembali transkrip wawancara

hingga memahami isi wawancara

Reduksi data / proses memilih data

kasar atau data fokus

Analisis Data

Coding : mencari data spesifik dan

diberikan nama kategori

Reflective remarks

Marginal remarks

Memoing

Mengembangkan hipotesa tentang

hubungan yang dapat diformulasikan

dalam proporsi sementara

Display Data

Cognitive Mapping

Drawing and Verifying Conclusions

Counting: Memaparkan data yang

seringkali diucapkan dan merupakan

pokok dari data

Deskripsi lengkap laporan hasil data

Deskripsi yang detail dari informan,

setting, dan pengamatan dan pengalaman

lingkungan dimana data dikumpulkan.

Bagan 4.1

Teknik Analisis Data

Page 68: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

48

H. Validasi Data

Limcoln dan Guba (1985) dalam Polit, Beck and Hungler (2001)

mengusulkan empat kriteria untuk menyusun kepercayaan dan kualitas

penelitian kualitatif karena lebih baik dalam mencerminkan asumsi-asumsi

penting yang dilibatkan dalam banyak penelitian kualitatif.

1. Kredibilitas

Kredibilitas menguraikan fokus penelitian dan menunjukkan kepercayaan

diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data diproses dan dianalisis

dengan baik sesuai dengan fokus yang dimaksudkan (Polit & Hunger, 1999

dalam Granehim & Lundman, 2003). Cara yang dapat dilakukan dalam

penelitian ini adalah dengan melibatkan teman sejawat untuk berdiskusi,

memberikan masukan dan kritik dari awal proses hingga hasil penelitian

(Bungin, 2008)

2. Transferabilitas

Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana

para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman

yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008). Untuk

memfasilitasi hal tersebut maka sangat berarti apabila hasil penelitian dapat

memberikan deskripsi yang jelas dan nyata dari budaya dan konteks,

penyeleksian dan karakteristik partisipan, kumpulan data, dan proses

analisis (Granehim & Lundman, 2003).

3. Dependabilitas

Polit & Hunger (1999) dalam Granehim & Lundman (2003) menyatakan

bahwa salah satu teknis untuk mencapai reliabilitas adalah dengan

Page 69: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

49

melibatkan seorang auditor eksternal untuk melakukan audit dan menelaah

hasil penelitian secara keseluruhan. Dalam hal ini auditor eksternal yang

dapat dilibatkan adalah pembimbing dari peneliti baik pembimbing I dan II

untuk mereview seluruh hasil penelitian.

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas sama halnya dengan objektifitas dan kenetralan dari data

dimana hal tersebut merujuk pada objektifitas pada tingkat kemampuan

hasil penelitian dapat di konfirmasi orang lain dan disetujui relevansi atau

maknanya. Setelah melakukan penelitian, seseorang dapat melakukan audit

yang menguji pengumpulan data dan prosedur analisis dan membuat

penilaian tentang kemungkinan distorsi dan bias (Emzir, 2012; Polit, Beck

& Hungler, 2001).

Dalam penelitian ini peneliti melakukan validasi data dengan kembali

kepada partisipan utama untuk mengkonfirmasi tranksrip wawancara

mendalam yang telah peneliti susun dan berdiskusi dengan teman sesama

mahasiswa maupun dosen pembimbing tentang hasil wawancara mendalam.

I. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan sudah medapatkan persetujuan dari Dinas

kesehatan Tangerang selatan serta Puskesmas tempat partisipan berdomisili.

Menurut Wasis (2008) etika yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah

sebagai berikut :

Page 70: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

50

a. Otonomi

Pasien memiliki kebebasan untuk memilih bersedia atau tidak menjadi

pertisipan dalam suatu penelitian. Pasien bebas untuk menandatangani

atau tidak lembar inform consent dari peneliti. Inform consent adalah suatu

bentuk persetujuan dimana partisipan telah menerima dan mendapatkan

keterangan yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan, dampak

dan manfaat yang diperoleh serta jaminan kerahasiaan dalam penelitian

tersebut. Peneliti tidak boleh memaksakan partisipan untuk terlibat dalam

penelitian jika dirinya menolak untuk terlibat.

b. Beneficence

Perawat selalu mengupayakan agar segala tindakan yang diberikan kepada

pasien mengandung prinsip kebaikan (Promote Good) dalam batas-batas

hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Penelitian yang dilakukan

dimana melibatkan pasien sebagai partisipan diharapkan juga mengadung

prinsip untuk kebaikan partisipan, guna mendapatkan suatu metode atau

konsep yang baru untuk kebaikan partisipan dan pasien lainnya .

c. Nonmaleficence

Karena mayoritas penelitian keperawatan menggunakan subyek manusia

(pasien) maka penting halnya untuk memastikan keselamatan dan

keamanan pasien. Penelitian yang dilakukan sebaiknya tidak mengadung

unsur yang berbahaya dan merugikan pasien sebagai partisipan, lebih-

lebih mengancam nyawa pasien.

d. Confidentiality

Page 71: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

51

Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Sangat

dianjurkan untuk tidak menyebutkan identitas partisipan dan mengekspos

jawaban dari partisipan. Hal ini dimaksudkan agar partisipan tidak

dirugikan karena dirinya merasa terekspos untuk khalayak ramai. Apabila

diperlukan untuk mengekspos identitas pasien maka peneliti harus

mendapatkan persetujuan dari partisipan dan peneliti harus menghargai

hak-hak dari partisipan.

e. Veracity

Proyek penelitian yang dilakuakan hendaknya dijelaskan secara jujur

tentang manfaat, efeknya, dan apa yang akan didapat partisipan yang

terlibat di dalamnya karena partisipan berhak mengetahui maksud dari

penelitian.

f. Justice

Dalam penelitian keperawatan baik model pemberian intervensi atau tidak,

sebaiknya peneliti tetap mengedepankan upaya untuk memperlakukan

partisipan penelitian secara adil (justice).

Page 72: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

52

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada

delapan partisipan melalui proses analisis data dari hasil wawancara mendalam

yang telah dilakukan dan ditemukan tema-tema yang selanjutnya dideskripsikan

oleh peneliti pada hasil penelitian berikut ini. Penyajian hasil penelitian meliputi

pemaparan gambaran umum wilayah penelitian yakni wilayah Tangerang Selatan,

gambaran karakteristik partisipan utama meliputi inisial, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, dan lama hemodialisis, dan gambaran karakteristik

partisipan pendukung meliputi inisial, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

dan pekerjaan, serta pemaparan hasil penelitian yakni deskripsi gambaran self-

care management pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di

wilayah Tanggerang Selatan. Penyajian hasil penelitian akan diuraikan dalam

bentuk naratif berikut ini :

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada

akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

pembentukan Kota Tanggerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26

November 2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut merupakan

pemekaran dari Kabupaten Tanggerang bertujuan meningkatkan pelayanan

dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta dapat

memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Kota Tanggerang

Selatan terletak di bagian timur provinsi Banten yaitu pada koordinat 106’38’ –

Page 73: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

53

106’47’ BT dan 06’13’30 – 06’22’30 LS dan secara administratif terdiri dari 7

kecamatan, 49 kelurahan, dan 5 desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau

14,719 Ha. Hasil Sensus penduduk BPS Kota Tanggerang Selatan jumlah

penduduk Kota Tanggerang selatan adalah 1.290.322 jiwa. Penduduk berjenis

kelamin laki-laki sebesar 652.281 jiwa dan perempuan 638.041 jiwa. Data

menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangerang Selatan menunjukkan pasien

gagal ginjal kronis di wilayah tersebut berjumlah 170 orang.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan dibagi menjadi dua yaitu partisipan utama

dan partisipan pendukung. Partisipan utama adalah pasien GGK yang

sedang menjalani terapi hemodialisis dan berdomisili di wilayah Tangerang

Selatan. Partisipan pendukung adalah seseorang yang terlibat secara penuh

dalam proses perawatan pasien GGK dan mengetahui keseharian pasien.

a. Partisipan Utama

Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada delapan partisipan

utama yang berumur antara 35-63 tahun dengan rata-rata umur pasien 44

tahun dan telah menjalani hemodialisis selama kurun waktu 6 bulan hingga

7 tahun. Delapan partisipan utama dalam penelitian ini terdiri atas 7

partisipan laki-laki dan satu partisipan perempuan yang berdomisili di

beberapa wilayah di Tangerang Selatan dan beragama Islam. Wawancara

mendalam dilakukan di rumah masing-masing partisipan dengan

sebelumnya menjelaskan maksud dan tujuan peneliti serta memberikan

Page 74: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

54

lembar inform consent sebagai lembar persetujuan menjadi partisipan..

Karakteristik dari masing-masing partisipan utama dalam penelitian ini akan

diuraikan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan Utama

Inisial Umur

(Th)

Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Lama

Hemodialisis

Frekuensi

HD

(seminggu)

Tn. Pi

(P1)

63

Pensiunan

Karyawan

Tekstil

SLTA

1 Tahun

2 kali

Tn.Ah

(P2)

53

Pensiunan

Karyawan

Pariwisata

SLTA

2 Tahun

2 kali

Tn. As

(P3)

63

Kepala

Kelurahan

PGA

6 Bulan

3 kali

Tn. Am

(P4)

44

Pensiunan

Sopir Pribadi

SMEA

1 Tahun 3

Bulan

2 kali

Tn. Si

(P5)

47

Sopir

Angkutan

Umum

SD

2 Tahun

2 kali

Tn. Za

(P6)

47

Karyawan

Lepas

STM

7 Tahun

2 kali

Tn. Ma

(P7)

59

Pensiunan dari

perkapalan

(PPD)

STM

3 Tahun

2 kali

Ny. Sm

(P8)

35

Ibu Rumah

Tangga

SMA

5 Tahun

2 kali

Keterangan : *P = Partisipan

Page 75: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

55

b. Partisipan Pendukung

Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah seseorang yang terlibat

penuh dalam perawatan dan mengetahui keseharian partisipan. Partisipan

pendukung dalam penelitian ini adalah pasangan (suami/istri) dari masing-

masing partisipan utama dan seluruhnya beragama Islam. Wawancara yang

dilakukan adalah untuk memverifikasi gambaran self-care management

yang telah diuraikan oleh masing-masing partisipan dengan tujuan untuk

memperkaya informasi dalam penelitian ini.

Tabel 5.2 Karakteristik Partisipan Pendukung

Inisial Umur

(Th)

Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Keterangan

Ny. SY 58 IRT SMA Istri P1

Ny. SA 40 IRT SMK Istri P2

Ny. H 56 Ketua PKK SMA Istri P3

Ny. A 42 IRT SMP Istri P4

Ny. ED 39 IRT SD Istri P5

Ny. S 42 IRT SMA Istri P6

Ny. Mu 57 IRT SLTA Istri P7

Tn. R 38 Wiraswasta SMEA Suami P8

Keterangan : *P = Partisipan

2. Hasil Analisa Data

Berdasarkan analisa data dari transkrip wawancara partisipan didapatkan

gambaran self-care management pasien GGK yang menjalani hemodialisis

di wilayah Tangerang Selatan meliputi self-care dalam aspek pemenuhan

Page 76: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

56

kebutuhan fisik, kondisi psikologis, dan spiritual mereka yang akan

diuraikan sebagai berikut :

a. Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Aspek pemenuhan kebutuhan fisik pada self-care management

partisipan merupakan bentuk self-care management terkait upaya

pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan fisik mereka sesuai dengan

regiment terapeutik pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga medis. Aspek

pemenuhan kebutuhan fisik ini meliputi : 1) Pengaturan nutrisi; 2)

Pengaturan intake cairan; 3) Regiment pengobatan; 4) Perawatan akses

vaskuler; 5) Aktifitas istirahat/tidur dan olahraga yang dapat dilihat pada

bagan di bawah ini :

Kategori Sub Tema Tema

Bagan 5.1 Self-care management terkait aspek pemenuhan kebutuhan fisik

Self-care Management

Pemenuhan Kebutuhan

Fisik

Pengaturan Nutrisi

Pengaturan Intake Cairan

Regiment Pengobatan

Perawatan Akses Vaskuler

Aktifitas Istirahat/Tidur dan

Olahraga

Page 77: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

57

1) Pengaturan Nutrisi

Enam dari delapan partisipan utama mengungkapkan bahwa self-

care management berupa upaya mereka dalam mengatur asupan nutrisi

(makanan) yang mereka konsumsi. Pengaturan nutrisi ini terkait dengan

makan teratur, makan sesuai empat sehat, mencuri-curi makan makanan

yang dilarang, menghindari makanan tinggi kalium, menghindari

makanan yang membuat sesak, menghindari buah kecuali pepaya,

makan buah dengan jumlah terbatas, menghindari buah belimbing dan

pisang, menghindari buah yang asam dan berserat, menghindari sayuran

seperti timun, kangkung dan bayam, makan tidak berpantang atau

bebas, porsi makan berkurang, menghindari makanan berlemak dan

protein, dan makan makanan padang (bersantan). Pengaturan nutrisi

klien meliputi apa saja yang dimakan dan dihindari serta dibatasi oleh

klien baik dari sayuran dan buah-buahan. Pengaturan makan pada

pasien GGK dengan hemodialisis dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Page 78: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

58

Sub Kategori Kategori Sub Tema Tema

Self-care Management

Pemenuhan Kebutuhan

Fisik

Pengaturan Nutrisi

Makan dengan teratur

Makan sesuai 4 sehat

mencuri-curi makanan yang

dilarang

Menghindari makanan tinggi kalium

menghindari makanan yang membuat sesak

menghindari makan buah kecuali pepaya

Makan buah dengan jumlah terbatas

menghindari buah belimbing dan pisang

Menghindari buah yang asam dan berserat

makan tanpa pantangan atau bebas

menghindari makanan berlemak dan protein

Makan makanan padang (bersantan)

menghindari sayuran seperti timun,

kangkung dan bayam

Bagan 5.2 Pengaturan Nutrisi

Page 79: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

59

Berikut ungkapan-ungkapan partisipan mengenai self-care

management terkait dengan pengaturan nutrisi :

“......Ya kalau misalnya ibu memaksakan untuk makan ya Bapak

makan. Ya bagaimana ya..??? merawat ya makanan aja, jadi

makanannya itu empat sehat aja. Kalau bapak yang dilarang, bapak

gak makan. ya tapi kadang-kadang bapak suka beli. Beli, kadang-

kadang nanas, makan bapak, nyuri-nyuri lah. kalau disiplin banget kan

bapak nanti bukan malah gemuk, kurus malahan. Bapak malah gak

kuat HD Yang kalium tinggi bapak gak pernah makan.”(P1)

“.......Makan sih apah ajah saya makan, nggak ada pantangan apalagi

kalo makan, apah ajah saya makan, kecuali yang pernah saya makan

itu nyesek saya berenti.....”(P2)

“....Makan tu dari dr. A makan buah nggak boleh, kecuali pepaya.

Makan saya hanya pagi sarapan, siang, malem nggak makan nasi,

udah makan yang lain, makan ubi, makan tales, roti-roti. (P5)

“.........makan juga mantang emang. Seperti sayuran itu timun,

kangkung saya nggak makan udah. buah..buah-buahan itu paling

pepaya lah...paling ini sepotong lah sekali untuk pencernaan saya.

Kalau buah saya sudah sama sekali enggak. Paling pepaya lah. Nggak

berani..Karna bukannya ini .badan timbulnya nggak enak gitu makan

buah.” (P4)

'Buah nggak boleh terlalu banyak, boleh sedikit-sedikit ajah. ya kalo itu

yah makan....Belimbing apalagi nggak sama sekali Kalo belimbing

nggak boleh. Sayuran bayem itu sama sekali nggak boleh. Kalo makan

sayur itu kuahnya jangan terlalu banyak. Air juga itu. Melinjo juga

nggak boleh Dari makannya kalo masak sendiri maunya yang aneh-

aneh, maunya makannya padang gitu..” (P5)

“.....makannya harus teratur.... apa yang disarankan dokter........Apa

yang disarankan dokter harus kita taati. Misalkan dokter nggak boleh

makan ini..boleh makan tapi jangan terlalu berlebihan. Kaliumnya kita

harus jaga juga. Buah-buahan juga ada yang harus kita jaga juga..”

(P6)

“Yah ngerawat biasa-biasa ajah, dikurangi.....makan gitu aja. Yah

banyak yah yang nggak bisa dimakan......Susu, yang lemak-lemak,

daging..pokoknya yang enak-enak lah. Protein-protein, pisang ajah

nggak boleh. Yang boleh cuman makan pepaya ama melon sedikit juga

boleh. Takutnya begah, kembung”(P7)

Page 80: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

60

2) Pengaturan Intake Cairan

Semua partisipan utama mengungkapkan bahwa self-care

management mereka termasuk dalam pengaturan intake cairan mereka

sehari-hari. Partisipan mengungkapkan bahwa pengaturan intake cairan

atau minum mereka terbatas. Strategi yang mereka lakukan dalam

mengatur minum yang terbatas dilakukan dengan beberapa cara seperti

membatasi minum dengan satu gelas kecil yang sama dan

menggunakan sedotan kecil saat minum, membatasi minum dengan

menggunakan botol berukuran 300 cc, membatasi minum dengan

menggunakan botol 600 cc, mengurangi intake cairan dari sayur

berkuah, IDWG yang terukur dan memiliki kebiasaan minum teh

hangat di pagi hari. Namun ada juga partisipan yang mengungkapkan

bahwa dirinya sudah tidak membatasi minumnya lagi karena merasa

tidak sanggup jika minumnya dibatasi. Beberapa partisipan juga

mengungkapkan strategi dalam mengatasi haus atau rasa panas akibat

pembatasan cairan yakni dengan menurunkan suhu tubuh melalui

mandi atau berkumur. Pengaturan pengaturan intake cairan pada pasien

GGK dengan hemodialisis dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Page 81: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

61

Sub Kategori Kategori Sub Tema Tema

Berikut ini ungkapan-ungkapan partisipan mengenai self-care

management terkait dengan pengaturan intake cairan :

“....tempatnya satu. Jadi gak banyak tempat. Jadi misalnya kalau gelas

ini ya gelas ini. Bapak gelas ini terus sih (menunjukkan gelas). cara

minumnya juga....caranya bapak minumnya dalam satu gelas saja. Satu

tempat ajah. ya kira-kira 600 cc lah. Yaitu bapak caranya disedot pake

sedotan aqua gelas ya tiga sedot cukup lah. Tiga kali sedotan berapa

Self-care Management

Pemenuhan Kebutuhan

Fisik

Pengaturan Intake Cairan

membatasi minum dengan cara satu gelas yang sama dan menggunakan sedotan

membatasi minum namun tidak terukur

mebatasi minum dengan menggunakan

botol berukuran 300 cc

membatasi minum dengan menggunakan botol ukuran 600 cc

Mengurangi intake cairan dari sayur

berkuah

Tidak sanggup membatasi minum

kebiasaan minum teh hangat saat pagi hari

IDWG yang terukur

Menurunkan suhu tubuh dengan mandi

dan berkumur

Bagan 5.3 Pengaturan Intake Cairan

Page 82: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

62

sih isinya...? jadi bapak pakai sedotan ajah , isinya juga berapa banyak

sih. Kalau misalnya minumnya langsung ditenggak itu ya banyak. Tapi

bapak kan naiknya rata-rata 2 kilo berarti kan gak kelebihan air.

Dilihat dari berat awal dan akhir saja pada waktu HD Senin Kamis

Senin Kamis..kenaikan rata-ratanya 2 kg. Nggak pernah banyak. 2

kg...2,5 lah paling banyak.......”(P1)

“....Cuman pas kena yah apa boleh buat, 2 gelas tapi itu pun saya

nggak yakin dengan dua gelas itu, karena saya masih minum obat 3

kali sehari. Kadang pas makan saya nggak minum, minum

obatnya...eeee minumnya itu pas mau minum obat, saya minum habis

segelas, bisa segelas setengah. Maka saya nggak yakin dengan 2 gelas

air tu saya nggak yakin.Saya lebih dari itu pasti....bisa 3 gelas mah

ada. 3-4 gelas. Kalo udah ada sayurnya umpamanya yang berkuah

jangan kalo bisa air ininya jangan terlalu banyak......”(P2)

“.......minum yah teratur gitu. Cuman emang tidak terlalu banyak

minumnya. Sehari jadi satu botol. Kalo perlu yah dikurangi lah kalo

nggak yah perut bisa (mempergakan perut membuncit) sesak napas.

kalau saya itu kalau pagi tuh minum teh manis, trus selanjutnya yah

satu botol aqua (600 cc) itu lah. Itu sampe sore lah...sampe malem lah.

Kalau sekarang ini saya ingin menjaga kondisi saya. Cuman kalau

minumnya terlalu banyak yah cepet anu sesak napas.”(P4)

“........minumnya juga harus di jaga terutama minumnya harus air putih

aja.. Sewaktu-waktu kita harus minum air manis..teh manis untuk

menjaga kondisi tubuh supaya bisa fokus. Takaran minum paling

banyak itu 1,5 liter, dalam tempo 3 hari harusnya.” (P6)

“....dikurangi minum ... gitu aja. Kalau boleh minum tuh paling banyak

sehari itu sedikit, sebotol ..segelas itu lah (menunjuk ke gelas

taperware) sehari...kalau boleh, kalau sanggup. Tapi saya nggak

sanggup.”” (P7)

Partisipan pendukung juga mengungkapkan bahwa self-care

management dalam pembatasan intake cairan merupakan prioritas

utama yang harus diperhatikan seperti diungkapkan sebagai berikut :

”Yah paling cuman dia jaga minum. Yang nomer satu itu jaga minum.

Minumnya jangan banyak. Kalau minumnya banyak yah dia sesak

napas.” (Suami P8)

Page 83: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

63

Satu partisipan mengungkapkan strategi yang dilakukan untuk

mengatasi haus akibat pembatasan cairan yakni dengan berkumur dan

mandi untuk menurunkan suhu tubuhnya seperti diungkapkan seperti

berikut ini :

“Bapak kalau misalnya ngilangin haus bapak kumur dulu. Kalau gak

mandi. Awalnya mandi terus kumur pakai air secukupnya. Jadi kalau

udah gak haus lagi kan gak mau minum banyak. Kan kalo mau minum

banyak itu kan pas kalau haus....kan minumnya pasti

ditenggak.........”(P1)

“....Kadang jam 3 malam mandi kalau lagi panas. Kalo lagi gerah jam

3 sebelum adzan udah mandi. Mandinya lihat situasi ajah. Karena

kurang minum bisa 6 kali sehari, mandi guyur..guyur udah, kalo lagi

panas. Kan minumnya sedikit. Tengah malam kan karena panas karena

minumnya sedkit, keringat nggak ada kan panas yah mandi.”(P8)

3) Regiment Pengobatan

Dua dari delapan partisipan utama mengungkapkan bahwa self-

care management mereka termasuk mengikuti regiment pengobatan

dari tenaga medis terkait terapi hemodialisis, program diet, dan

pembatasan cairan. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai

self-care management terkait dengan regiment pengobatan :

“yah itu..sesuai dengan dokter aja, menjalankan sesuai dengan

petunjuk dokter, udah gitu ajah. Kalau saya uraikan nggak cukup satu

buku. Yah saat ini kan sedang menjalani cuci darah, yah itu

dilaksanakan. Sesuai dengan anjuran dokter cuci darah seminggu 3

kali, selasa, kamis, jum’at. Makan itu dari dr. A makan buah nggak

boleh, kecuali pepaya, minum satu botol itu sehari, nggak boleh lebih

dari itu. ”(P3)

Page 84: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

64

4) Perawatan Akses Vaskuler

Semua partisipan utama mengungkapkan bahwa self-care

management mereka juga berfokus pada usaha untuk merawat akses

vaskuler mereka. Tujuh dari delapan partisipan menggunakan akses

vaskuler cimino dan satu partisipan menggunakan akses vena femoral

dikarenakan akses ciminonya sudah tidak berfungsi sejak 7 tahun yang

lalu. Partisipan utama mengungkapkan beberapa cara yang mereka

lakukan untuk merawat dan mempertahankan akses vaskuler cimino

mereka baik dengan latihan meremas-remas bola, memeriksa desiran,

tidak mengangkat benda berat dan terjepit ataupun tertindih.

Perawatan akses vaskuler yang dilakukan pasien gagal ginjal kronis

dengan hemodialisis dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Sub Kategori Kategori Sub Tema Tema

Self-care Management

Pemenuhan Kebutuhan

Fisik

Perawatan Akses

Vaskuler Cimino

Latihan meremas-remas bola/ mengepal-ngepalkan

tangan

Memeriksa desiran

Tidak mengangkat benda berat

Cimino tidak terjepit atau tertindih

Perawatan akses vaskuler femoral

Merawat bekas tusukan, minum obat dan herbal

Bagan 5.4 Perawatan Akses Vaskuler

Page 85: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

65

Empat dari tujuh partisipan utama dengan akses vaskuler cimino

mengungkapkan cara merawat akses vaskuler dengan latihan meremas-

remas bola dan mengepal-ngepalkan tangan seperti diungkapkan

sebagai berikut :

“Bapak agak latihan ajah,.........nah itu bapak sering latihan pakai bola

terus. Jadi ciminonya agak gerak. Jadi gerak, agak membesar.

Getarannya jadi agak besar karena latihan..pakai bola ajah gini

(gerakan meremas-remas bola), pake bola tensi gitu. Jadi disini

getarannya ada terus, jangan sampe ilang.”(P1)

“Saya latihan ini...meremas-remas bola. Hari ini nggak saya bawa

bolanya..biasanya pas lagi nggak ada gini saya latihan remes-remes

bola aja.”(P3)

“Ohh, itu si kata susternya harus sering latihan begini (mempraktekkan

dengan mengepal-ngepalkan tangan), supaya denyut nadinya itu

kenceng, kalau disininya pelan (menunjukkan nadi brakhialis) ya

disininya (tempat cimino) ya lemes.”(P4)

Empat partisipan utama juga mengungkapkan hal-hal yang perlu

dihindari untuk mempertahankan akses vaskuler cimino mereka yakni

tidak mengangkat sesuatu yang berat dan mengangkat barang dengan

berat lebih dari 3 kg seperti diungkapkan sebagai berikut :

“Nggak boleh ngangkat yang berat-berat Yah..pokoknya nggak boleh

ngangkat yang berat-berat itu aja.......Kalo nggak ngangkat yang berat-

berat bisa bertahan lama. Bisa sampai beberapa tahun gitu lah kalo

kata dokter. Mungkin dijaga di rawat nggak boleh ngangkat yang

berat-berat.” (P2)

“Nggak boleh bawa berat-berat,.......”(P5)

”Eee...nggak boleh ngangkat lebih dari 3 kg, kalo ngangkat lebih dari

3 kg dia mati, desirannya nggak ada, hilang. Kalau masih ada

desirannya masih berfungsi dia.” (P7)

“................Nggak boleh ngangkat berat.” (P8)

Page 86: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

66

Hal lain yang juga perlu dilakukan sebagai upaya untuk merawat

akses vaskuler cimino yakni menjaga agar cimino tidak ketidihan atau

terjepit seperti yang diungkapkan oleh dua partisipan sebagai berikut :

“Perlu dihindari jangan sampe ketindihan. Kalo tidur kan bisa ituh

ketindihan, makanya harus hati-hati jangan sampe ketindihan.”(P1)

”Nggak ada...hanya jangan mengangkat yang berat, kejepit,

ketindih..kalo ketindih itu kan ketahan. Itu nggak boleh ketindih lah

ama ngangkat nggak boleh”(P7)

Partisipan utama dengan akses vaskuler vena femoral

mengungkapkan cara perawatan akses vaskuler yang dilakukan yakni

dengan menjaga kesehatan dan kebersihan bekas tusukan serta dengan

minum obat yang bagus seperti diungkapkan berikut ini :

“Bekas tusukannya yah kalau kita rajin merawatnya daripada

kesehatan dan kebersihannya saya rasa baik kondisinya, minum obat

yang bagus.............”(P6).

5) Aktifitas Istirahat/Tidur dan Olahraga

Satu dari delapan partisipan utama mengungkapkan bahwa self-

care management mereka termasuk dalam aktivitas istirahat/tidur yakni

dengan tidur malam dengan cukup dan teratur seperti diungkapkan

dengan kalimat berikut :

“....................tidur malem juga harus teratur................cukup bapak

tidurnya. 5 jam.”(P6)

Selain istirahat/tidur hal lain yang juga menjadi bagian dari self-

care management yakni olahraga yang diungkapkan oleh empat

partisipan utama. Olahraga yang dilakukan oleh partisipan utama

meliputi olahraga tangan yakni mengerak-gerakkan tangan, olahraga

Page 87: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

67

jalan kaki, olahraga yang tidak melelahkan, berjalan di halamaan

seperti diungkapkan sebagai berikut :

“........Jadi olahraganya olahraga tangan ajah. Tapi kadang kan bapak

gini (menggerak-gerakkan tangan) tegang, jadi bapak jalan ajah untuk

melatih persendian..........”(P1)

“.........kita bisa berolahraga taroh lah seminggu sekali...Jalan kecil

aja........ 5 bulan kesinilah saya baru olahraga seminggu sekali.”(P2)

“Olahraga paling jalan bolak balik di depan rumah.”(P3)

“Olahraganya jangan terlalu capek, olahraganya saya hanya berkebun

dan jalan..bekerja. tapi dengan aktifitas yang ringan. Jangan terlalu

capek,..............”(P6)

b. Kondisi Psikologis

Aspek kondisi psikologis pada self-care management pasien GGK

merupakan bentuk self-care management dari segi psikologis mereka.

Aspek kondisi psikologis pada self care management pasien GGK meliputi

self efficacy dalam pelaksanaan self-care management, kepatuhan dan

ketidakpatuhan terhadap regiment pengobatan, koping maladaptif (putus

asa), dan banyak aktifitas yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Page 88: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

68

Bagan 5.5 Self-care management terkait aspek kondisi psikologis

Sub Kategori Kategori Sub Tema Tema

Self-Care Management

Kondisi Psikologis

Self Efficacy dalam

pelaksanaan self- care management

Mampu

Belum mampu

Ada yang mampu dan ada

yang tidak

Kepatuhan terhadap regiment

pengobatan

Pengaturan Nutrisi

Pembatasan Cairan

Keteraturan minum obat

Ketidakpatuhan terhadap regiment

pengobatan

Ketidakdisiplinan dalam pengaturan

nutrisi dan makanan pantangan

Ketidakmampuan dalam membatasi

minum

Ketidakteraturan dalam minum obat

Koping Maladaptif (Putus

Asa)

Keputusaan terhadap keadaan

Banyak aktifitas

Memperbanyak aktifitas

Page 89: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

69

1) Self Efficacy dalam Pelaksanaan Self-Care Management

Enam dari delapan partisipan utama mengungkapkan bahwa

mereka memiliki kemampuan terkait self-efficacy dalam melaksanakan

self-care management. Mereka mengungkapkan bahwa mereka mampu

dalam merawat diri mereka sendiri seperti diungkapkan sebagai berikut

:

“Mampu...Buktinya saya bisa HD sendiri, gitu........”(P2)

“Mampu lah..pelan-pelan mah”(P5)

“Mampu (dengan tegas dan lugas)......mampu (tersenyum).........Kalau

kita masih mampu merawat diri kita sendiri, bersyukurlah kepada

Tuhan..kepada Allah............”(P6)

”Yah mampu lah..gimana nggak mampu...nggak mampu yah udah, mau

bilang apa lagi. Di mampu-mampu in. Yah cuci darah begini.”(P7)

”Yah mau..nggak mau..abis gimana..hehe(tertawa).Yah harus mampu

lah.”(P8)

Satu partisipan dari delapan partisipan utama mengungkapkan

bahwa dirinya belum mampu dalam pelaksanaan self-care management

karena masih membutuhkan orang lain seperti diungkapkan sebagai

berikut :

“Belum mampu lah kalo sekarang. Saya masih membutuhkan ibu

juga.”(P3)

Satu partisipan utama juga mengungkapkan bahwa dirinya dalam

pelaksanaan self-care management merasa ada yang mampu dan ada

yang tidak mampu dilakukan seperti yang diungkapkan berikut ini:

“Yah mungkin ada yang mampu ...ada yang tidak mampu. Yang

ringan-ringan tuh mampu, kalau berat yah nggak mampu misalnya

sekarang saya berangkat ke rumah sakit jalan sendiri yah nggak

Page 90: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

70

mampu selain itu kan juga takut juga. Ibu juga nggak tega ngelepasin

saya. Kalau bapak maunya yah mandiri. Maunya ke rumah sakit

sendiri maunya.” (P1)

2) Kepatuhan terhadap Regiment Pengobatan

Partisipan utama juga mengungkapkan tentang kepatuhan mereka

terhadap regiment nutrisi/diet, pembatasan cairan, dan pengobatan.

Empat partisipan utama mengungkapkan bahwa mereka mematuhi

regimen nutrisi/diet dan pembatasan cairan sesuai dengan anjuran

tenaga medis. Mereka mengungkapkan tentang makanan-makanan yang

mereka harus hindari, buah-buahan yang diperbolehkan, menjaga

asupan makanan yang mengandung kalium dan protein. Berikut

ungkapan kepatuhan partisipan utama terhadap regimen nutrisi/diet :

“...................makan juga mantang emang. Seperti sayuran itu timun,

kangkung saya nggak makan udah. Buah-buahan itu paling pepaya

lah...paling ini sepotong lah sekali untuk pencernaan saya. Kalau buah

saya suah sama sekali enggak......Karna bukannya ini...badan

timbulnya nggak enak gitu makan buah.”(P3)

“..........Misalkan dokter nggak boleh makan ini, boleh makan tapi

jangan terlalu berlebihan......... Kaliumnya kita harus jaga juga. Buah-

buahan juga ada yang harus kita jaga juga, yah terutama buah-buahan

yang asem trus yang berserat itu nggak boleh. Kita harus makan

makanan yang misalnya buah terutama pepaya aja yang kita makan,

itu juga porsinya nggak boleh banyak-banyak hanya spasi’.’ Spasi’ itu

sepotong. Nanti kalo dia kebanyakan kan nanti airnya mengendap di

jantung.” (P6)

“Susu, yang lemak-lemak, daging..pokoknya yang enak-enak lah.

Protein-protein, pisang ajah nggak boleh. Yang boleh cuman makan

pepaya ama melon sedikit juga boleh. Takutnya begah, kembung.” (P7)

Terkait dengan kepatuhan terhadap pembatasan cairan partisipan

utama mengungkapkan bahwa intake cairan atau minum mereka kurang

Page 91: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

71

lebih 6 cc setiap hari dengan strategi dan cara mereka masing-masing.

Satu partisipan utama membagi minumnya menjadi 3cc untuk pagi

hingga sore dan 3 cc untuk sore hingga pagi keesokan hari. Satu

partisipan utama mengatur minumnya menjadi 1,5 liter untuk 3 hari.

Berikut ungkapan-ungkapan partisipan utama terkait pembatasan cairan

:

“Ini cuman 3 cc dari magrib sampe pagi yah segini , dari pagi sampe

sore., dari subuh sampai sore yah segini . Menurut kita kurang tapi itu

kan anjuran dokter juga. Nggak boleh banyak air. Ntar kalo banyak air

ginjalnya nggak kuat...nggak kuat bekerjanya.” (P3)

“Kalau saya itu kalau pagi tuh minum teh manis, trus selanjutnya yah

satu botol aqua itu lah. Itu sampe sore lah...sampe malem lah. Kalau

sekarang ini saya ingin menjaga kondisi saya. Cuman kalau minumnya

terlalu banyak yah cepet anu sesak napas .”(P4)

“Takarannya paling banyak itu 1,5 liter, dalam tempo 3 hari harusnya.

minumnya segitu (1,5 L untuk 3 hari) karena kita udah nggak

mengeluarkan air seni..ya kan. Jadi kita harus minumnya segitu. Nanti

kalo kita lebih dari segitu misalnya bisa 4 atau 3 nanti perut kita akan

buncit (memperagakan bentuk perut buncit) dan bengkak kayak kaki

gini (menunjuk pada kaki). Karena tidak mengeluarkan cairan.”(P6)

Empat partisipan mengungkapkan bahwa mereka teratur dalam

minum obat seperti yang sudah diresepkan oleh dokter. Mereka

mengungkapkan bahwa diri mereka rutin dan teratur minum obat serta

tidak berhenti minum obat seperti diungkapkan berikut ini :

“Yah minumnya teratur....... saya nggak pernah mutus obat

..........”(P4)

“Teratur...teratur itu ketika kita diresepkan sama dokter itu obat darah

tinggi harus minum 1 hari 3 kali , minum 1 hari 3 kali..iya

kan......”(P6)

Page 92: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

72

“Obat rutin itu ada 3 asam folat. B12, CaCo3..itulah yang rutin.........

Itu diminum 3 kali sehari...... kita ajah yang ngatur.”(P7)

“Masih rutin. Obatnya ada CaCo3, ISDN obat jantung, vitamin-

vitamin...B12, obat darah tinggi klonidin....paling obat mual, dia kan

seringnya mual. Kalo mual diminum kalo nggak mual yang nggak

diminum.” (P8)

3) Ketidakpatuhan terhadap Regiment Pengobatan

Partisipan utama juga mengungkapkan tentang ketidakpatuhan

mereka terhadap regiment nutrisi/diet, pembatasan cairan, dan

pengobatan. Empat partisipan utama mengungkapkan bahwa mereka

tidak mematuhi regimen nutrisi/diet dan pembatasan cairan sesuai

dengan anjuran tenaga medis. Mereka mengungkapkan bahwa dirinya

ada yang mencuri-curi untuk makan makanan yang dilarang, bebas

dalam makan, dan tidak ada pantangan dalam makan. Berikut ungkapan

ketidakpatuhan partisipan utama terhadap regimen nutrisi/diet :

“Kalau bapak yang dilarang, bapak gak makan, ya tapi kadang-kadang

bapak suka beli, kadang-kadang nanas, makan bapak, nyuri-nyuri lah,

kalau disiplin banget kan bapak nanti bukan malah gemuk, kurus

malahan. Bapak malah gak kuat HD.” (P1)

“Ngikutin pantangan. 1-2 bulan ngikut pantangan . Tapi kesininya apa

ajah saya makan, kalau ikut pantangan yah ituh. Jadi susah makan.

Kalau sekarang ini makan apa ajah kita makan. Apalagi saya kan jaga,

Hb saya kan harus..harus..harus stabil. .............Makan aja ...sekiranya

tuh nyesek yah cukup lah sekali ajah. Juga kita makan nggak terlalu

membabi buta juga sich, kira-kira. Jangan sampe kebanyakan juga

takutnya ada masalah, kurang juga jangan sampe karena saya harus

jaga Hb, jangan sampe ngedrop gitu.” (P2)

”Makannya mah nggak ada....nggak ada pantangan. Semua dimakan.

Sebab kalo malah dipantang Hb nya malah turun. Kalo dulu kan

istilahnya nggak boleh makan ini..nggak boleh makan ini. Ya udahlah

makan ajah semua. Yang penting dibatesin ajah kayak buah. Buah

makan semua. Kan aturannya nggak boleh, kata dokter kan dibatesin

Page 93: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

73

bukannya nggak boleh semua. Jadi seharusnya satu yah ¾ lah

gitu.”(P8)

Ketidakpatuhan terhadap pembatasan cairan diungkapkan

partisipan utama dengan ungkapan bahwa mereka minum lebih dari

yang dianjurkan oleh dokter, susahnya dalam menjaga minum, dan

kebebasan dalam minum tanpa pembatasan. Berikut ungkapan

ketidakpatuhan partisipan utama terhadap pembatasan cairan :

“Cuman pas kena yah apa boleh buat, 2 gelas tapi itu pun saya nggak

yakin dengan dua gelas itu, karena saya masih minum obat 3 kali

sehari.nah itu ajah dah pasti kena air, nggak boleh nggak ya kan. Lom

saya makan cemilan, lom saya harus sarapan, makan siang, makan

malem...gitu...........Maka saya nggak yakin dengan 2 gelas air tu saya

nggak yakin. Saya lebih dari itu pasti.” (P2)

“Yah pokoknya sehari harus bisa satu botol aqua yang sedeng itu. kalo

bisa mah...ya kan susah namanya minum haus, nggak bisa lah.

Harusnya sebenarnya minumnya dijaga, tapi nggak bisa segelas lebih

lah. Ada kali sebotol aqua yang sedeng itu..lebih kali. Belum minum

obatnya. Yah sesuai dia..orang minumnya nggak bisa dianuin sih

dia.Gimana yah. Memang harusnya dijaga minumnya.” (P5)

“Kalau boleh minum tuh paling banyak sehari itu sedikit, sebotol

..segelas itu lah (menunjuk ke gelas taperware) sehari...kalau boleh,

kalau sanggup. Tapi saya nggak sanggup. nggak bisa ditentukan ajah.

Minum-minum ajah.”(P7)

“.......Sebenernya dulu kan ditaker yah satu apa itu...600 ml.Tapi

kelama-lamaan yah capek juga kan, nggak tahan juga, panas. Jadi yah

sebisanya ajah, pake perasaan ajah udah. Jangan ampe kebanyak,

ampe kelewatan itu ajah......”(P8)

Empat partisipan mengungkapkan bahwa mereka tidak teratur

dalam minum obat mereka. Mereka mengungkapkan bahwa dirinya

malas, bosen, lupa, dan seingatnya saja dalam minum obat. Hal tersebut

diungkapkan oleh partisipan utama maupun partisipan pendukung

seperti diungkapkan berikut ini :

Page 94: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

74

“..........kalo lagi males yah juga males saya nggak bakal minum....itu

lupa yah sering, kalo lagi males yah sering. Yah bosen...ada rasa ...

ada rasa bosen. Kalo nggak bosen mungkin pasti saya minum. Ada

rasan bosen. Yah kadang-kadang lupa, ada rasa bosen lah gitu lah .”

(P2)

“Minumnya udah nggak teratur..... Minumnya kalo dia inget minum

dah, kalo nggak yah nggak gitu kan obat. Abiznya mungkin udah

berbau kali, udah kelamaan.Udah males kali minum

obat..hehehe(tertawa). Susah minum obat kata dokter juga. Minumnya

pas inget doang. Kalo nggak enak badannya baru itu minum....” (Istri

P5)

4) Koping Maladaptif (Putus Asa)

Satu partisipan juga mengungkapkan koping yang maladaptif

dimana partisipan merasa putus asa terhadap penyakitnya seperti

diungkapkan berikut ini :

”Ya..kalau nggak butuh (self-care management) buat apa saya harus

cuci darah. Memang saya maunya mati daripada hidup. Kalau boleh

itu Allah bertanya kamu mau hidup atau mati, terus terang saya pilih

mati, soalnya nggak ada arti hidup kita sebagai laki-laki..udah nggak

ada (mata berkaca-kaca dan terlihat air mata disudut mata

pasien.......... Putus asanya saya di hidup. Lama ini prosesnya. Saya

tanya ada nggak obatnya..nggak ada”(P7)

5) Banyak aktifitas

Satu partisipan utama mengungkapkan bahwa self-care management

dirinya juga dengan banyak beraktifitas seperti diungkapkan sebagi

berikut :

“.......Dengan gejalanya kita punya penyakit ginjal supaya kita

tidak mengalami gangguan-gangguan mengenai penyakit kita harus

banyak aktifitas .................”(P6)

Page 95: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

75

c. Spiritual

Aspek spiritual pada self-care management pasien GGK merupakan

bentuk self-care management dari segi spiritual partisipan. Aspek ini

meliputi : 1) Kepasrahan terhadap Tuhan ; 2) Keyakinan akan kesembuhan

dari Tuhan ; 3) Aktifitas ibadah sholat yang dapat dilihat pada bagan di

bawah ini :

1) Kepasrahan terhadap Tuhan

Tiga dari delapan partisipan utama mengungkapkan bahwa self-

care management mereka termasuk upaya mereka untuk pasrah

Self-care Management

Spiritual

Kepasrahan terhadap Tuhan

Berserah diri, menjalani

dengan ikhlas

Pasrah pada yang Maha Kuasa

Lepas kepada Allah

Keyakinan akan kesembuhan dari

Tuhan

Berdoa untuk kesehatan

Yakin dengan izin Allah

Tawakal kepada Allah

Aktifitas ibadah sholat

Sholat dengan duduk

Sholat seperti biasa

Bagan 5.6 Self-care management terkait aspek spiritual

Sub Kategori Kategori Subtema Tema

Page 96: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

76

terhadap penyakit mereka kepada Tuhan. Partisipan utama

mengungkapkan bahwa dirinya menjalani penyakit dengan berserah

diri, menjalani dengan ikhlas, pasrah terhadap Tuhan, dan tidak terlalu

memikirkan penyakit seperti diungkapkan sebagai berikut :

“Yaahhhh.....nggak ada perawatan khusus yang pasti lah. Cuman saya

berserah diri, menjalani dengan ikhlas yah, trus tentunya sambil minta

sama yang kuasa untuk kesembuhan.”(P2)

“............yaa mungkin yaa saya juga sudah pasrah ya pada yang kuasa

ya, kalau cuci darah ini kan ya nggak bisa sembuh ya kan?”(P4)

“Kalau masalah penyakit, itu penyakit jangan sampe dipikirin terlebih

dahulu sampai ke mendetail sekali, lebih baik kita lepas ajah penyakit

itu. Hanya lepas kepada Allah karena Allah yang menentukan hidup

mati manusia. Penyakit yang diberikan oleh Allah, harus kita

kembalikan lagi kepada Yang Maha Kuasa gitu.”(P6)

2) Keyakinan akan kesembuhan dari Tuhan

Tiga partisipan utama mengungkapkan keyakinan mereka terhadap

kesembuhan dengan self-care management yang mereka lakukan.

Mereka mengungkapkan saat ini diri mereka lebih berdoa untuk

kesehatan, meminta kesembuhan, dan tawakal kepada Allah seperti

diungkapkan sebagai berikut :

“Kalau sekarang lebih berdoa untuk kesehatan ajah , jadi minta

diberikan kesehatan ajah. Sekarang juga doanya untuk minta

kesembuhan, kebanyakan minta kesembuhan.”(P1)

“.................Tapi saya yakin dengan kesembuhan saya yakin. Dengan

izin Allah saya yakin. Tetep minta.”(P2)

“Jadi kalau kita tidak bertawakal kepada Tuhan nanti ya

Wallahua’lam yah nggak akan sembuh. Yah walaupun sudah ngobatin

pake herbal tapi kalo nggak ngadu sama Yang Maha Kuasa nggak kan

dapat kesembuhan. Masalah kesembuhan wallahua’lam, tapi kita kan

Page 97: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

77

sudah berusaha, manusia harus berusaha, mengahadap Ilahi agar

disembuhkan dari segala penyakit dan diangkat penyakitnya.”(P6)

3) Aktifitas ibadah sholat

Satu partisipan utama mengungkapkan aktifitas ibadah sholat juga

merupakan bentuk self-care management dirinya. Sholat lima waktu

yang dijalankan oleh partisipan merupakan upaya untuk berserah diri

dan meminta kesembuhan seperti diungkapkan sebagai berikut :

“5 waktu kita jalanin. Kan dengan ibadah itu menyerahkan diri kepada

Tuhan dan minta kesembuhan..................Itulah obat yang paling

mujarab meminta kepada Allah 5 waktu, kalau obat-obatan kan hanya

penghubung, syarat, penunjang…….”(P6)

Ibadah sholat partisipan utama dilakukan dalam keadaan duduk dan

berdiri. Tujuh dari delapan partisipan utama menjalankan sholat dengan

duduk atau tiduran karena beberapa kondisi yang tidak memungkinkan

partisipan untuk sholat dengan berdiri seperti biasa. Kondisi yang tidak

memungkinkan tersebut seperti kondisi lutut yang tidak kuat, pusing,

atau sakit kepala seperti diungkapkan sebagai berikut :

“Bapak tetep berusaha tidak meninggalkan. Tapi sholatnya duduk..yah

tiduran..”(P1)

“................udah saya di rumah,sholatnya duduk itu juga.............

Duduk. Kalaupun berdiri paling Subuh yang 2 rokaat. itupun saya

coba. Karena saya harus..harus...harus mencoba segala sesuatu yang

sekiranya saya tu mampu gitu”(P2)

“Saya yaa alhamdulillah sich, duduk sholatnya, karena kalau ...ini

terasa disini (menunjukan kaki) pegel, nggak kuat, itu tengkuk nggak

kuat, berdiri bangun, berdiri-bangun...paling saya gini..duduk

(meperagakan posisi duduk dengan kaki diluruskan).”(P4)

Page 98: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

78

“Sholatnya gitu..asal itu..katanya pusing, sakit kepalanya. Kalo ini...

kadang sakit ininya (menunjukkan lutut). Seingetnya dia

dah..hehe(tertawa). Sholatnya kalo berdiri, kakinya kadang suka ngilu”

”Duduk...kalo berdiri nggak kuat..pas naek itu nggak kuat.”(P7)

”Yah duduk..Kalo berdiri kan nggak kuat”(P8)

Satu partisipan utama mengungkapkan bahwa aktifitas ibadah

sholat dirinya seperti biasa yakni dengan berdiri karena tidak ada

keluhan yang membuat dirinya tidak dapat menjalankan aktifitas ibadah

sholat seperti biasanya. Berikut ungkapan partisipan utama terkaitan

aktifitas ibadah sholatnya yang dilakukan dengan berdiri :

“................sholat biasa. Nggak ada berbaring..nggak ada keluhan

apa-apa. Kalo sholat seperti lazimnya orang-orang sholat aja.”(P6)

Analisis data yang dilakukan mendapatkan tema kedua yakni hambatan

dalam pelaksanaan self-care management yang dialami partisipan. Lima

partisipan utama mengungkapkan adanya hambatan yang dirasakan dalam

pelaksanaan self-care management. Hambatan ini terbagi menjadi hambatan

internal dan ekternal yang dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :

Hambatan dalam Self-Care

Management

Internal

Motivasi Diri dalam Pengaturan Nutrisi

Motivasi Diri dalam Pembatasan Cairan

Motivasi Diri dalam Beraktifitas

Eksternal Ekonomi

Bagan 5.7 Hambatan dalam pelaksanaan self-care management

Kategori Subtema Tema

Page 99: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

79

a. Hambatan Internal

Hambatan internal meliputi hambatan dalam motivasi diri dalam

pengaturan nutrisi, pembatasan cairan dan beraktifitas. Partisipan

pendukung mengungkapkan bahwa partisipan utama menginginkan

makanan yang aneh-aneh dan mengeluhkan beratnya menjaga minum

sesuai dengan anjuran dokter, serta keterbatasan aktifitas yang

diungkapkan partisipan utama akibat kelemahan. Berikut ungkapan-

ungkapan partisipan utama yang didukung juga oleh pernyataan partisipan

pendukung seperti dibawah ini :

“Susah....hehehe(tertawa). Dari makannya kalo masak sendiri maunya

yang aneh-aneh, maunya makannya padang gitu”(Istri P5)

”Ya ada...yah kadang nggak tahan minum itu karena yah tau

sendiri...panas. manusia kan nggak lepas dari air. Sedangkan dia harus

dijaga airnya. Kan berlawanan. Berat lah itu. Masih mendingan makan

bisa dijaga ”(Suami P8)

“karena tenaga nggak ada ajah cuman. Dari duduk ke berdiri itu yang

payah. Ini rasanya nggak ada tenaga.”(P7)

b. Hambatan Ekternal

Hambatan eksternal meliputi hambatan ekonomi seperti diungkapkan

oleh partisipan pendukung berikut ini :

“Jamkesda saya hanya dapat 4 kali. Ini sebulan lebih dari sejuta, belum

lagi obatnya.....sejuta, 5 juta sebulah..yah dari anak-anak ajah. Telat

sehari ajah sudah kambuh.”(Istri P7)

Analisis data yang dilakukan juga mendapatkan tema ketiga yakni

sumber social support yang dimiliki partisipan utama dalam pelaksanaan self-

care management. Semua partisipan utama mengungkapkan sumber social

Page 100: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

80

support yang mereka miliki dalam pelaksanaan self-care management berasal

dari dukungan dari pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama pasien yang

menjalani hemodialisis. Sumber social support dalam pelaksanaan self-care

management dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

a. Pasangan (Suami/Istri)

Semua partisipan utama mengungkapkan bahwa pasangan memiliki

peran penting dalam mendukung mereka melaksanakan self-care

management mereka. Pasangan merupakan seseorang yang selalu

mengingatkan, mengontrol, memberi nasehat, menebus obat, dan

Bagan 5.8 Sumber social support dalam pelaksanaan self-care management

Sumber Social support

Pasangan (Suami/Istri)

Pasangan mengontrol dan mengingatkan

Pasangan yang menasehati

Pasangan membeli obat dan mengantar

Keluarga

Biaya dan transportasi

Bergantiaan menjaga

Biaya

Sesama pasien yang menjalani

hemodialisis

Sharing dan saling memberikan semangat

Mengobrol dan seperti keluarga

Kategori Subtema Tema

Page 101: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

81

mengantar ke rumah sakit partisipan utama seperti diungkapkan berikut ini

:

“Yah yang berperan penting ibu lah ..istri lah..banyak kontrolnya

misalnya bapak lagi jalan udah capek istirahat. Banyak mengingatkan

lah......dari keluarga lah.....”(P1)

“Yah istrilah, nomer satu Istri karena dia yang tahu persis kondisi saya.

yah selalu nasehatin, itu suatu dukungan juga. Jangan makan ini, jangan

makan itu yang sekiranya nggak boleh.”(P2)

“.......sekarang kan saya kondisinya itu obat ...dia (istri) itu obat beli obat

nebus obat. Kedua kalo saya lagi check lab, dia nganter. Kalau saya jalan

sendiri , dia kan khawatir, jalan ajah sempoyongan.”(P4)

Partisipan pendukung juga mengungkapkan bahwa dirinya juga

memberikan semangat kepada partisipan utama dalam melaksanakan self-

care management mereka seperti diungkapkan sebagai berikut :

“Yah harus semangat..semangat. Makanya kata saya harus ikut nurutin

apa yang harusnya........”(Partisipan pendukung P5)

“Semangat lah . Emang mau diapain wong udah sakit. Yah paling saya

ngasih semangat.....semangat, Yah, orang sakit jangan dipikirin,

maksudnya istilahnya jangan dipikirin, jangan dibikin stress lah, emang

udah ada mau diapain terima aja..ya kan.......” (Partisipan pendukung P6)

”Tetep semangat lah karena penyakit kan salah satu bagian dari orang.

Kita harus terima, ikhlas ajah lah.”(Partisipan pendukung P8)

b. Keluarga

Tiga partisipan utama mengungkapkan bahwa dirinya juga

mendapatkan dukungan dari keluarganya dalam melaksanakan self-care

management mereka. Dukungan tersebut terkait dengan biaya dan sarana

transportasi serta dukungan emosional seperti diungkapkan seperti berikut

:

Page 102: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

82

“Dukungan yah banyak. Dukungan dari adek-adek saya, orang tua saya,

yah mungkin biaya, untuk saya berobat atau untuk transportasi. Yah

sangat mendukung.”(P2)

“.....anak-anak saya. Semenjak sakit anak saya gantian nginep di rumah

saya tiap malem.”(P3)

”Yah semua-semuanyalah, kalo nggak siapa lagi. Orang tua udah nggak

ada. Kan saya bilang tadi..sodara terbang semua. Keluarga ajah

lah...anak Biaya dibantu anak.”(P7)

c. Sesama pasien yang menjalani hemodialisis

Dua partisipan utama mengungkapkan bahwa sesama pasien yang

menjalani hemodialisis telah terbentuk jalinan kekeluargaan. Dengan

sesama pasien hemodialisis mereka saling memberikan semangat, saling

bertukar informasi, dan mengobrol seperti diungkapkan berikut ini :

“Deket yah deket. Kalo saya tergantung individu orangnya yah. Kalo

individu orangnya diem ajah yah diajak ngobrol diem ajah yah diem

bapak. Tapi alhamdulillah samping bapak sering sharing gitu kan. Dia

kebetulan udah 3-5 tahun an lah. Kadang bapak juga suka teriak gitu ke

yang orang Irian..”makan pak”....yah saling ngasih spirit. Ada tuh orang

Parung nggak mau makan , Istrinya sampe nangis. Saya juga suka teriak

ke Bapak itu. malah kadang bapak kalau makan makan wahhh...kayak

nikmat ajah tuh. Dia kan jadi sering ngeliatin bapak. Sengaja bapak

perlihatkan biar ketularan makan........”(P1)

“Kalo ketemu aja ngobrol-ngobrol. Kayak keluarga dah kita disana”(P2)

Page 103: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

83

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan interpretasi hasil penelitian yang telah diperoleh,

keterbatasan dalam penelitian, dan implikasi penelitian. Interpretasi hasil

penelitian yang dilakukan yakni menguraikan hasil penelitian dan

membandingkannya dengan konsep dan teori serta berbagai penelitian

sebelumnya yang terkait sehingga dapat memperkuat interpretasi penelitian.

Keterbatasan dalam penelitian ini akan membahas tentang keterbatasan peneliti

dalam proses penelitian yang telah dilalui dengan proses yang seharusnya

dilakukan sesuai aturan. Implikasi penelitian akan membahas implikasi dari

penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang telah diperoleh bagi pelayanan

kesehatan dan ilmu keperawatan.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Peneliti telah mengidentifikasi tiga tema dalam self-care management

pasien GGK yang menjalani hemodialisis sesuai dengan analisa data yang peneliti

lakukan. Tiga tema tersebut teridentifikasi sesuai dengan tujuan penelitian yakni

mengeksplorasi gambaran self-care management pasien GGK yang menjalani

hemodialisis, hambatan dalam pelaksanaan self-care management, dan sumber

social support pasien dalam pelaksanaan self-care management. Berikut uraian

penjelasan masing-masing tema yang diperoleh dalam penelitian ini :

1. Gambaran Self-Care Management

Pasien GGK yang menjalani terapi baik dialisis atau transplantasi

merupakan pasien dengan penyakit kronis dimana self-management menjadi

Page 104: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

84

penting untuk diperhatikan (Curtin dkk, 2005). Orem percaya bahwa manusia

memiliki kemampuan dalam merawat dirinya sendiri (self-care) dan perawat

harus fokus terhadap dampak kemampuan tersebut (Orem, 1995 dalam

Simmons, 2009). Self-care management merupakan strategi yang baru untuk

pasien GGK (Curtin, Svarstad & Keller, 1999 dalam Richard, 2006) namun

penting mengingat dampak positif yang dapat diperoleh pasien.

Self-care management menurut Richard (2006) mencakup kesediaan dan

kepatuhan dalam terapi, memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk merawat

diri mereka sendiri, membuat keputusan terhadap perawatan mereka,

mengidentifikasi masalah, membuat tujuan, serta memonitor dan menangani

gejala. Pada kenyataannya self-care management merupakan bentuk yang lebih

akurat dari “compliance” atau ketaatan karena pasien lah yang

mengimplementasikan dan mengatur regimen terapeutik pengobatan sehari-

harinya dan bukanlah petugas layanan kesehatan (Richard, 2006). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Heidarzadeh dkk (2010) menunjukkan adanya

hubungan yang langsung dan signifikan antara kualitas hidup pasien gagal

ginjal terminal yang menjalani hemodialisa dengan kemampuan self-care.

Selain itu ditemukan pula hubungan yang langsung dan signifikan antara

kemampuan self-care dengan dimensi fisik, psikologi dan sosial. Oleh karena

itu prinsip dari self-care untuk pasien GGK penting untuk dipelajari dan

dikembangkan (Curtin, 2005)

Gambaran self-care management pasien GGK yang menjalani

hemodialisis yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dideskripsikan ke

Page 105: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

85

dalam aspek pemenuhan kebutuhan fisik, kondisi psikologis, dan sikap

spiritual.

a. Aspek Pemenuhan Kebutuhan Fisik

Aspek ini pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis meliputi

pengaturan nutrisi (makanan), pengaturan intake cairan, regiment

pengobatan, perawatan akses vaskuler, serta aktifitas istirahat/ tidur dan

olahraga. Hal tersebut sesuai dengan O’Brien (1980), Richard (1986) dan

Snyder (1983) dalam Richard (2006) yang menyebutkan bahwa disamping

terapi hemodialisis pasien GGK diharapkan dapat mengikuti regimen

perawatan yang kompleks dan taat terhadap pengobatan, diet khusus,

pembatasan cairan, dan perawatan akses vakuler. Masing-masing akan

diuraikan sebagai berikut :

1) Pengaturan Nutrisi (Makanan)

Makanan menyediakan baik energi dan nutrisi yang diperlukan tubuh

untuk membangun dan mempertahankan sel dalam tubuh. Nutrisi

merupakan salah satu kunci untuk mengembangkan dan mempertahankan

kondisi kesehatan yang optimal bagi kita (Wardlaw, 2004). Jika seseorang

sedang menjalani terapi hemodialisis, diet menjadi bagian yang penting

dalam semua perawatannya (NIDDK, 2010). Penatalaksanaan nutrisi

memiliki peranan yang besar dalam mempertahankan dan memperbaiki

status gizi pasien GGK. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi sehingga kualitas hidup pasien meningkat (Ariyanto dkk,

2013). Pasien GGK harus selalu menjaga pola makan. Mereka tidak bisa

mengonsumsi buah dan sayur sesuka hatinya layaknya orang sehat karena

Page 106: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

86

beberapa jenis sayur-sayuran dan buah-buahan berpotensi memperburuk

kondisi mereka (Muhammad, 2012). Hal ini sesuai dengan penjelasan

semua pasrtisipan yang menyebutkan bahwa ada beberapa sayuran dan

buah-buahan yang tidak boleh dimakan oleh partisipan. Mereka

menghindari semua jenis buah atau buah-buahan tertentu seperti pisang

dan belimbing. Mereka juga menyebutkan bahwa buah yang boleh

dimakan hanya pepaya dan jumlahnya terbatas hanya sepotong saja.

Sayuran seperti timun, kangkung dan bayam juga mereka hindari.

Secara umum pasien GGK dianjurkan untuk diet rendah garam

(sodium), diet rendah fosfat, diet protein yang berbeda jumlahnya antara

stadium 1-4 dengan stadium 5 (dalam gram protein per kilogram berat

badan) maupun juga antara hemodialisis dan dialisis peritoneal (Fransiska,

2011). Partisipan ke-tujuh menjelaskan tentang pola diet yang dijalaninya

dimana banyak makanan yang tidak boleh dimakan seperti susu, lemak,

daging, protein, dan pisang. Semua partisipan dalam penelitian ini

memiliki pengetahuan yang baik tentang makanan yang boleh dimakan

dan tidak boleh serta alasan tidak boleh seperti kandungan dalam makanan

tersebut yang dapat mempengaruhi kondisinya dan bahkan sudah

dibuktikan oleh mereka sendiri. Partisipan satu mengungkapkan dirinya

menghindari makanan yang mengandung kalium tinggi. Dalam penelitian

yang dilakukan oleh Indraratna (2012) pada pasien GGK di Ponorogo

menyatakan bahwa 25,8% respondennya mempunyai pengetahuan baik

tentang diet GGK, 37,1% responden memiliki pengetahuan cukup, dan

37,1% responden memiliki pengetahuan kurang. Nutrisi pada akhirnya

Page 107: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

87

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari self-care management pada

pasien GGK.

2) Pengaturan Intake Cairan

Pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis hal lain yang perlu

diperhatikan adalah pengaturan intake cairan karena intake cairan mereka

dibatasi. Pembatasan cairan ini merupakan isu utama untuk pasien GGK

(Richard, 2006). Sebenarnya pasien GGK memerlukan monitor ketat baik

terhadap diet, intake cairan maupun pengaturan minum obat (Curtin,

2005). Pengaturan intake cairan ditentukan dengan jumlah urin output

pasien GGK. Intake cairan bagi pasien GGK yang menjalani hemodialisis

yaitu total urine output dalam sehari (24 jam) ditambah dengan cairan

yang keluar melalui keringat dan pernafasan (IWL) kurang lebih 500 ml

(Fransisca, 2011). Semua partisisipan dalam penelitian ini menjelaskan

bahwa intake minum mereka memang terbatas kurang lebih 500-600 ml

dalam sehari. Semua partisipan juga menjelaskan bahwa diri mereka

mengalami gangguan dalam eliminasi urin yang mana sudah tidak dapat

mengeluarkan urine atau anuri. Dengan demikian benar adanya jika

mereka minum kurang lebih 500-600 ml dalam sehari. Salah satu strategi

pembatasan cairan yang dilakukan partisipan dalam penelitian ini adalah

dengan minum melalui gelas kecil yang sama dan menggunakan sedotan

kecil. Partisipan yang lain menggunakan botol yang berukuran 600 ml

sehari atau 300 ml sehingga 2 botol dalam sehari.

Page 108: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

88

Outcome yang paling biasa digunakan untuk mengukur intake terkait

pembatasan cairan pasien GGK adalah dengan interdialytic weight gain

(IDWG). IDWG dihitung dari perbedaan berat badan pada akhir setelah

melaksanakan hemodialisis dengan awal dari terapi hemodialisis

selanjutnya. Pada dasarnya tidak ada standar unit khusus untuk mengukur

secara spesifik nilai IDWG sebagai indikasi kepatuhan terhadap

pembatasan cairan (Kaveh dan Kimmel, 2001 dalam Richard, 2006).

Partisipan satu menceritakan bahwa kenaikan beratnya berkisar 2-2,5 kg

dan menurutnya itu sudah menunjukkan bahwa dirinya terukur dalam

membatasi minum. Penelitian oleh Kim dan Evangelista (2010)

melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara menjadi patuh terhadap

pembatasan cairan dengan IDWG, namun justru dengan patuh terhadap

pembatasan cairan berdampak pada rendahnya IDWG. Pembahasan

tentang kepatuhan terhadap pembatasan cairan akan dijelaskan dalam

aspek psikologis self –care management.

3) Regiment Pengobatan

Dalam penelitian ini regimen pengobatan sebagai self-care

management yang disebutkan oleh partisipan kedua meliputi mengikuti

anjuran dokter yakni untuk rutin dalam melaksanakan terapi hemodialisis,

mengikuti regiment diet yang dianjurkan tenaga medis dan pembatasan

cairan. Penelitian oleh Kim dan Evangelista (2010) melaporkan bahwa

kebanyakan respondennya (98,7%) menyadari pentinya hemodialisis

karena memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit mereka (95,4%).

Page 109: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

89

Beberapa respondennya (2,6%) melaporkan mereka mempelajari

pentingnya hemodialisis dari pengalaman pribadi akan ketidakpatuhan

terhadap terapi tersebut dan 79,5% respondennya tidak mendeskripsikan

kesulitannya dalam mengikuti terapi hemodialisis yang dibuktikan dengan

daftar kehadirannya dalam terapi tersebut. Untuk penjelasan tentang diet

dan pembatasan cairan telah diuraikan sebelumnya karena penjelasan yang

diberikan telah mencakup seperti uraian sebelumnya sedangkan dalam segi

kepatuhan akan regiment tersebut akan diuraikan dalam aspek psikologis

self-care management.

4) Perawatan Akses Vaskuler

Jika seseorang pasien GGK menjalani hemodialisis, akses vaskuler

yang dibuat untuk keperluan terapi dialisis harus dirawat untuk melindungi

terhadap kerusakan. Pemeriksaan akses vaskuler harus dilakukan untuk

mengkaji patensi. Tindakan penjagaan diperlukan untuk memastikan agar

esktremitas dengan akses vaskuler tidak digunakan untuk pengambilan

darah maupun pengukuran darah. Suara bising (bruit) atau getaran (thrill)

di daerah akses vena harus dievaluasi paling sedikit setiap 8 jam sekali

(Smeltzer, 2002). Semua partisipan utama dalam penelitian ini memiliki

pengetahuan yang baik dalam menjaga akses vaskuler yakni dengan

memeriksa getaran atau desiran pada akses vaskuler. Salah seorang

partisipan (P1) juga menyebutkan bahwa sebelumnya akses vaskuler

cimino berada di tangan kanan, namun karena tidak adanya desiran maka

partisipan harus melakukan operasi ulang pada tangan kirinya.

Page 110: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

90

Hal lain yang dilakukan partisipan dalam penelitian dalam merawat

akses vaskuler mereka dengan melakukan latihan meremas-remas bola

atau mengepal-ngepalkan tangan dengan tujuan untuk melatih kontraksi

pada pembuluh darah area vaskuler atau ciminonya. Selain itu mereka juga

menjaga agar area vaskuler cimino tidak digunakan untuk mengangkat

benda berat dan juga agar tidak terjepit atau tertindih saat tidur. Berman

dan Gentile (2010) dalam Richard (2008) melaporkan bahwa pasien harus

mempertahankan kebersihan area fistula dan menilai adanya infeksi.

Sebagai tambahan ekstremitas harus dilindungi dari tekanan dan luka

karena dapat membahayakan fungsinya, tidak menggunakan pakaian yang

terlalu ketat, pengukuran tekanan darah, mengangkat benda berat, dan

menekuknya terlalu lama. Richard (2008) juga melaporkan bahwa

informannya menyadari pentingnya merawat dan mempertahankan AV

fistula mereka. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa cara perawatan

akses vaskuler partisipan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian-

penelitian yang ada seperti dalam Richard (2008) yang melaporkan bahwa

penelitian-penelitian tentang perawatan akses vaskuler lebih berfokus pada

kebersihan area dan penilaian serta pencegahan infeksi, namun dalam

penelitian ini partisipan berfokus pada cara menjaga kepatenan dan

keaktifan dari akses vaskuler cimino mereka.

Untuk partisipan dengan akses vaskuler femoral menyebutkan bahwa

cara merawat akses vaskuler mereka dengan menjaga agar tidak terinfeksi

dengan minum obat dan menjaga kebersihannya. Lokasi akses sendiri

memang harus dijaga dari infeksi karena pasien GGK mudah sekali

Page 111: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

91

terinfeksi. Pengendalian infeksi harus dilakukan dengan berbagai cara

misalnya menutup bekas tusukan dengan kasa steril (Smeltzer, 2002).

Akses vaskuler melalui akses vena femoralis berbeda dengan akses cimino

seperti yang dijelaskan partisipan keenam terutama terkait dengan

kebebasan selama proses hemodialisis. Namun hal tersebut bukanlah

hambatan untuknya.

5) Aktifitas istirahat/tidur dan olahraga

Gangguan tidur pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis

frekuensinya sering pada pasien GGK secara umum. Gangguan tidur ini

erat kaitannya dengan menurunnya kualitas hidup dan meningkatkan

resiko kematian. Insomnia pada pasien GGK menunjukkan prevalensi

sebesar 60,9% dari respondennya yang menjalani hemodialisis lebih dari

satu tahun (Rai dkk, 2011). Hal tersebut dialami juga oleh partisipan dalam

penelitian ini yang menyebutkan dirinya kadang-kadang mengalami

imsomnia terutama sehari sebelum hemodialisis. Partisipan ketujuh

menjelaskan gangguan tidur ia rasakan terutama malam sebelum terapi

hemodialisis. Hal tersebut diprediksi terjadi akibat penumpukan cairan

yang mengganggu kenyamanannya. Selain itu masalah haus dan rasa panas

yang menderanya juga mengganggu tidur partisipan.

Selain tidur olahraga juga merupakan bentuk self-care management.

Sebuah penelitian oleh Painter, Ward, & Nelson (2011) melaporkan 95,9%

dari respondennya menyebutkan bahwa olahraga penting untuk pasien

dengan penyakit ginjal dan 57,5 % responden menyatakan memiliki

Page 112: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

92

aktifitas fisik secara reguler. Dalam penelitian ini sendiri ada partisipan

yang melaksanakan olahraga dan ada juga yang tidak berolahraga karena

merasa mudah lelah dan merasa tidak mampu. Hal ini sesuai dengan

penelitian Painter, Ward, & Nelson (2011) juga yang menyebutkan alasan

tertinggi responden tidak berolahraga adalah tidak termotivasi (51,7%) dan

terlalu lelah (49,5%).

Olahraga tidak hanya berpengaruh terhadap fisik namun juga

berpengaruh positif terhadap kesehatan mental dan emosional. Penelitian

Painter, Ward, & Nelson (2011) melaporkan bahwa manfaat berolagraga

secara rutin menurut respondennya adalah meningkatkan level energi,

meningkatnya kekuatan otot, meningkatkan kemampuan melakukan hal-

hal yang diperlukan dalam hidupnya, meningkatkan tidur, meningkatkan

mood, mengurangi kram, dan lebih stabilnya tekanan darah selama dialisis.

Olahraga juga sepertinya memiliki efek yang positif terhadap gambaran

diri dan harga diri pasien GGK (Storer, 1999). Pasien GGK dianjurkan

untuk melakukan olahraga secara rutin semisal jalan kaki selama kurang

dari 30 menit setiap hari (Fransiska, 2011). Partisipan kedua dalam

penelitian ini menjelaskan bahwa dirinya berusaha untuk berolahraga

seminggu sekali. Khusus untuk pasien GGK dalam berolahraga mereka

harus memperhatikan intensitas, durasi dan frekuensinya (Storer, 1999).

Partisipan yang masih melakukan olahraga menyebutkan bentuk olah

raga yang dilakukan adalah dengan berjalan kaki. Dalam pelaksanaannya

istri partisipan tetap mengingatkan partisipan untuk tidak memaksakan diri

dan segera berhenti ketika tubuhnya sudah merasa lelah. Penelitian

Page 113: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

93

Kolewaski dkk (2005) menyebutkan bahwa olahraga berpengaruh positif

terhadap kualitas hidup yakni meningkatkan pelaksanaan dalam aktifitas

sehari-hari, perubahan positif dalam pengalaman hemodialisis, dan

peningkatan kontrol.

b. Aspek Kondisi Psikologis dari Self-Care Management

Aspek ini pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis meliputi

care self efficacy dalam pelaksanaan self-care management, kepatuhan dan

ketidakpatuhan terhadap regiment pengobatan, koping maladaptif (putus

asa), dan banyak aktifitas. Self efficacy terhadap self-care merupakan

dimensi lain yang penting dalam self-management secara keseluruhan

(Curtin, 2005). Penelitian oleh John (2012) melaporkan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara self efficacy dengan kepatuhan terhadap

pembatasan cairan sehari-hari dan pembatasan diet. Semakin tinggi self

efficacy yang dilaporkan respondennya, semakin tinggi kepatuhan terhadap

pembatasan cairan dan diet yang dilaporkan respondennya. Hal ini sejalan

dengan pernyataan partisipan dengan self efficacy yang positif dimana

menunjukkan kepatuhan terhadap diet dan pembatasan cairan bahkan juga

dalam minum obat.

Untuk pasien GGK kepatuhan terhadap regiment pengobatan

merupakan hal yang penting sekaligus sulit (Curtin 2005). Kepatuhan

dalam hal ini terkait regimen diet, pembatasan cairan, dan minum obat.

Kepatuhan merupakan isu yang sangat penting karena berhubungan

Page 114: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

94

dengan perubahan life-style pasien GGK yang penting untuk menjaga

kondisi mereka.

Penelitian Kim dan Evangelista (2010) melaporkan 95%

respondennya menyadari pentingnya pembatasan cairan karena

pengetahuan baik mereka terhadap penyakit, namun 62% menyebutkan

kesulitannya dalam mengikuti panduan dalam pembatasan cairan. Alasan

yang paling sering dikemukakan terhadap ketidakpatuhan terhadap

pembatasan cairan adalah ketidakmampuan untuk mengontrol keinginan

untuk cairan atau rasa haus (43,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

John (2012) yang melaporkan bahwa bagi pasien GGK yang derajad

hausnya tinggi maka tingkat kepatuhan terhadap pembatasan cairan akan

rendah dibandingkan dengan yang tidak merasa haus. Oleh karena itu

partisipan pertama mengungkapkan cara mengatasi haus yakni dengan

mandi dan kumur. Dengan tidak merasa haus maka dirinya tidak akan

banyak minum. Sejalan dengan penelitian Sari (2009) melaporkan bahwa

respondennya yang patuh terhadap pembatasan cairan sebesar 33,3% dan

yang tidak patuh sebanyak 66,7%. Kepatuhan terhadap pembatasan cairan

memang sebuah hal yang sulit mengingat kebutuhan akan air merupakan

kebutuhan yang mendasar untuk manusia.

Penelitian Kim dan Evangelista (2010) juga melaporkan dua pertiga

(68,2%) respondennya melaporkan ketaatan terhadap pembatasan diet,

namun lebih dari setengah (57,6%) respondennya memiliki kesulitan

mengikuti pembatasan diet yang telah dianjurkan. Alasan utama yang

mereka kemukakan terhadap ketidakpatuhan mereka terhadap diet adalah

Page 115: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

95

ketidakmampuannya untuk melawan makanan favorit mereka (56,3%).

Partisipan dalam penelitian ini menyebutkan alasan lain mereka atas

ketidakpatuhan mereka terhadap diet karena harus menjaga Hb mereka

agar stabil. Penelitian oleh John (2012) melaporkan bahwa bagi pasien

GGK yang merasa memiliki energi yang lebih baik maka tingkat

kepatuhan terhadap pembatasan diet juga baik.

Penelitian Kim dan Evangelista (2010) juga melaporkan kebanyakan

respondennya (98%) berpersepsi tentang pentingnya minum obat sesuai

dengan jadwalnya walaupun 19,9% mengalami kesulitan dalam minum

obat sesuai dengan resepnya. Sedangkan penelitian Moreira dkk (2008)

tentang ketidakpatuhan melaporkan bahwa prevalensi ketidakpatuhan

minum obat pada pasien GGK yang dilaporkan secara pribadi maupun

petugas layanan kesehatan menunjukkan prosentase 18,5% dan 29,2%.

Mereka beralasan ketidakpatuhan terhadap obat karena beberapa hal yang

menyebabkan mereka sulit minum obat seperti tidak mampu memperoleh

obat yang mereka butuhkan karena tidak tersedia pada layanan kesehatan

dan karena mereka tidak mampu membelinya (62,5%), kesulitan

mengingat untuk minum (16,7%), dan reaksi obat yang merugikan (12,5).

Partisipan ketiga dan kelima dalam penelitian ini juga menyebutkan

ketidakteraturannya dalam minum obat dengan alasan malas, bosan, dan

lupa minum obat. Hal ini sesuai dengan alasan utama pasien dalam

penelitian Kim dan Evangelista dimana 75% respondennya tidak minum

obat dengan alasan lupa.

Page 116: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

96

Self efficacy juga berpengaruh terhadap aktifitas fisik pasien GGK.

Hal tersebut sejalan dengan partisipan ketujuh dengan self efficacy yang

positif yang menjelaskan bahwa dirinya memiliki banyak aktifitas dan

aktif bekerja. Penelitian Kack (2010) juga melaporkan bahwa aktifitas fisik

pada populasi pasien GGK dipengaruhi oleh umur, keyakinan akan

kemampuannya untuk aktif secara fisik (self efficacy), dan status nutrisi.

Dengan membangun kepercayaan diri pasien terhadap kemampuannya

(self efficacy) dalam mempengaruhi hasil yang mereka targetkan

sepertinya merupakan jalan positif lain yang dapat mendorong self-

management yang sukses pada pasien dengan penyakit kronis (Curtin,

2005).

c. Aspek Spiritual Self-Care Management

Aspek ini tidak dapat dipisahkan dari self-care management pasien

GGK yang menjalani hemodialisis karena merupakan aspek penting dalam

elemen kehidupan. Religiusitas atau spiritual memiliki efek positif secara

subjektif terhadap kualitas hidup pasien GGK. Hal tersebut sudah banyak

dibuktikan dalam penelitian antara spiritual dengan kualitas hidup. Sebagai

tambahan pengalaman ibadah responden menunjukkan efek yang

signifikan pada kepuasan hidup dan kebahagiaan (Palomo dan Pendleton,

1991 dalam Thomas, 2003). Aspek spiritual atau religiusitas yang yang

berhubungan dengan kualitas hidup sama pentingnya dengan aspek fisik,

psikologis dan elemen sosial sehingga tidak bisa dihilangkan begitu saja

(Thomas, 2003). Penelitian tentang spiritual dan keyakinan agama

Page 117: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

97

melaporkan bahwa spritual dan keyakinan berhubungan dengan penurunan

persepsi terhadap beban akan penyakit, penurunan level depresi,

peningkatan persepsi atau penerimaan dukungan sosial, dan persepsi yang

tinggi terhadap kualitas hidup (Bragazzi dan Puente, 2013). Ada pula hasil

penelitian dari White (2005) yang bertentangan dimana spiritual tidak

memiliki hubungan dengan kualitas hidup berkaitan dengan kesehatan. Hal

tersebut dimungkinkan karena kealamian dari sample penelitian dan

psikometrik dari alat ukur spiritual dalam penelitian tersebut.

Aspek spiritual dan agama juga dapat menjadi salah satu strategi

koping untuk mengatasi masalah beban secara psikologis pada pasien

GGK yakni melalui prinsip penggunaan agama sebagai upaya untuk

meningkatkan penyesuaian diri secara psikologis dan melalui agama

sebagai bentuk dukungan. Koping strategi lain dalam segi spiritual adalah

keyakinan kepada Tuhan dan berdoa yang dilakukan paling sering ketiga

oleh responden hemodialisis pada penelitian Baldree, Murphy dan Powers

(1982) dan rangking pertama paling sering digunakan pada penelitian

Gurklis dan Menke (1988).

Penelitian oleh Ko dkk (2007) melaporkan bahwa responden yang

atheis menunjukkan BUN dan kreatinin yang rendah dibandingan dengan

reponden yang memiliki keyakinan akan spiritual atau agama dengan

alasan kemungkinan perasaan sangat sakit, keputusasaan, atau terbebani.

Hal tersebut menunjukkan ketika pasien tidak memiliki keyakinan dalam

spiritual beban terhadap penyakit dan keputusasaan dapat terjadi dan hal

tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisinya.

Page 118: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

98

Aspek spiritual yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi

kepasrahan terhadap Tuhan, keyakinan akan kesembuhan dari Tuhan, dan

aktifitas ibadah. Walaupun partisipan menyadari bahwa penyakit GGK

tidak dapat sembuh namun harapan untuk diberikan kesembuhan

memberikan kekuatan bagi partisipan. Hal tersebut berlaku juga untuk

aktifitas ibadah walaupun tidak bisa menjalankan ibadah sholat dengan

berdiri partisipan tetap menjalankan dengan duduk.

2. Hambatan dalam Self-Care Management

Hambatan dalam pelaksanaan self-care management pasien GGK yang

menjalani hemodialisis digambarkan dengan hambatan dari internal dan

eksternal. Hambatan internal meliputi hambatan motivasi diri dalam

pengaturan nutrisi, pembatasan cairan, dan beraktifitas. Hal ini sesuai dengan

penelitian oleh Hidayati dan Wahyuni (2012) melaporkan bahwa hambatan

dalam memenuhi self-care pasien GGK meliputi faktor internal dan eksternal

meliputi faktor ekonomi, mental, dan pengelolaan asupan cairan dan nutrisi

yang dapat menimbulkan kendala yang menghambat pasien untuk

memaksimalkan kondisi tubuhnya.

Penjelasan sebelumnya telah mengungkapkan bahwa pengaturan diet dan

pembatasan cairan merupakan masalah yang sulit pada pasien GGK. Hal ini

lagi-lagi terkait dengan kepatuhan sesuai dengan anjuran dokter dan motivasi

diri untuk melaksanakannya. Bahkan partisipan sendiri (P7) sudah tidak

mengontrol lagi jumlah intake cairan sehari-hari karena tidak mampu untuk

mengendalikan dorongan untuk minum. Partisipan (P7) sudah menyadari akan

Page 119: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

99

banyaknya makanan yang tidak boleh ia makan sehinga dirinya mengeluhkan

rasa tidak bertenaga dalam dirinya sehingga tidak mampu membantu dalam

peran keluarga. Namun keluhan tidak bertenaga sendiri juga menjadi

hambatan partisipan dalam beraktifitas karena mudahnya merasa sesak dan

cepat lelah yang disebutkan partisipan kelima. Dengan adanya hambatan

tersebut peran keluarga sebagai pemberi dukungan dan pengertian dibutuhkan

dalam membangun kembali semangat partisipan terhadap ketaatan terhadap

regimen tersebut.

Hambatan eksternal adalah ekonomi atau biaya untuk pasien dimana hal

tersebut merupakan sesuatu tidak asing mengingat biaya untuk cuci darah

yang tidak sedikit. Pemerintah telah memberikan bantuan biaya terkait dengan

terapi hemodialisis misalnya melalui Jamkesda atau Jamkesmas. Dengan

jaminan tersebut mungkin pasien merasa terbantu dan juga tidak karena

terbatasnya jaminan tersebut. Untuk Jamkesda partisipan menjelaskan bahwa

dirinya hanya gratis biaya terapi hemodialisis sebanyak dua kali sedangkan

sisanya dengan biaya sendiri. Ini yang sangat memberatkan dan membuat

beban penyakit dirasakan partisipan (P7). Kemudian untuk biaya obat untuk

meningkatkan Hb yang harganya tidak murah ataupun anjuran untuk tranfusi

karena Hb nya rendah juga memerlukan biaya. Istri partisipan (P7) juga

menjelaskan bagaimana biaya untuk hemodialisis ini tidak sedikit jumlahnya

yang sangat memberatkan keluarganya dengan tidak adanya biaya bantuan.

Masalah biaya ini mempengaruhi psikologis partisipan terkait dengan beban

akan penyakit dan ketidakmampuan dalam menjalankan peran dalam keluarga

semisal pencari nafkah seperti yang diungkapkan partisipan (P7).

Page 120: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

100

3. Sumber Social Support

Support system sangat penting terutama social support atau dukungan

sosial dari orang terdekat. Dukungan sosial menurut Pender (1996) dalam

Wells dan Anderson (2011) adalah kebutuhan dasar manusia. Dukungan sosial

merupakan faktor penting dan faktor yang menentukan tingkat kesehatan

(Wells dan Anderson, 2011). Tobvin dkk (2003) dalam penelitiannya pada 48

pasien hemodialisis melaporkan bahwa ada hubungan positif yang terjadi

antara dukungan sosial dengan kualitas hidup. Pada penelitian Wells dan

Anderson (2011) melaporkan bahwa tingkat atau level self efficacy dan

dukungan sosial pada respondennya yakni orang Afrika Amerika cenderung

tinggi. Peningkatan level self efficacy dan dukungan sosial dalam penelitian

tersebut mungkin dapat membantu responden untuk koping terhadap penyakit

mereka.

Sumber social support dalam pelaksanaan self-care management pasien

GGK yang menjalani hemodialisis dalam penelitian ini diperoleh dari pasangan

(suami/istri), keluarga, dan sesama pasien yang menjalani hemodialisis. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian Al-Arabi (2003) yang melaporkan bahwa

semua responden dalam penelitiannya menunjukkan paling sedikit memiliki

satu bentuk dukungan sosial yakni dapat berasal dari keluarga, pihak sosial

yang berwenang, dan suami/istri, anak-anak serta saudara. Mayoritas

responden (96,3%) merasa puas dengan bantuan yang diterima dari sumber

dukungan sosialnya. Persepsi respondennya tentang dukungan sosial juga

tinggi dan persepsi terhadap dukungan sosial dalam penelitian tersebut

Page 121: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

101

menunjukkan adanya hubungan dengan kualitas hidup pada pasien yang

menjalani hemodialisis dalam penelitiannya.

Keluarga merupakan sumber social support yang penting pada pasien

GGK. Seperti dilaporkan oleh Kara dkk (2007) dimana responden dengan

tingkat dukungan keluarga yang rendah berhubungan secara signifikan dengan

ketidakpatuhan terhadap diet. Begitu pula dengan dukungan keluarga dan

teman yang rendah secara signifikan berhubungan dengan ketidakpatuhan

terhadap pembatasan cairan. Berbeda dengan penelitian yang dilaporkan Sari

(2009) dimana dukungan keluarga tidak memiliki hubungan yang sifnifikan

dengan kepatuhan terhadap pembatasan cairan. Hasil tersebut mengindikasikan

faktor lain seperti motivasi dari diri pasien sebagai faktor dalam kepatuhan

terhadap pembatasan cairan. Penelitian oleh Saraha dkk (2013) juga

melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan

keluarga dengan depresi pada pasien GGK. Prosentase dukungan keluarga

yang baik sebesar 83,1% dengan tidak depresi sebesar 71,2%. Adapun

dukungan keluarga kurang sebesar (16,9%) dengan depresi sebesar 28,8%. Di

samping pasangan dan keluarga, sesama pasien yang menjalani hemodialisis

juga dapat saling memberikan dukungan sosial seperti diungkapkan partisipan

maupun istrinya dimana mereka sudah seperti keluarga dengan sesama yang

menjalani hemodialisis. Mereka saling mendukung melalui obrolan yang

tercipta saat terapi dan saling memberikan semangat.

4. Kaitan dengan Nursing Care Plan

Nursing Care Plan (NCP) merupakan sebuah perencanaan yang

berdasarkan pada pengkajian dan diagnosa keperawatan yang digunakan oleh

Page 122: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

102

perawat. NCP memiliki empat komponen penting meliputi identifikasi

masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan dan pendekatan untuk

mengatasi masalah tersebut, pernyataan harapan terhadap manfaat untuk

pasien, pernyataan dari tindakan yang spesifik oleh perawat yang

merefleksikan pendekatan perawat dan tercapainya tujuan yang spesifik, dan

evaluasi dari respon pasien terhadap asuhan keperawatan dan penyesuaian

dirinya terhadap perawatan tersebut sesuai kebutuhan. NCP dimulai ketika

pasien berada dalam pelayanan kesehatan. Setelah pengkajian keperawatan

sebuah diagnosa keperawatan muncul dan kebutuhan asuhan keperawatan

dikembangkan. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk memastikan jika

asuhan keperawatan konsisten dengan kebutuhan pasien dan

perkembangannya kepada perawatan dirinya sendiri atau self-care (Medical

Dictionary, 2013). Mengingat bahwa pasien dengan gagal ginjal kronis harus

menjalani hemodialisis secara rutin 2-3 kali dalam seminggu hendaknya NCP

terus diupayakan sebagai bentuk follow up dan evaluasi kondisi pasien.

Kaitan NCP dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis `di wilayah Tangerang Selatan yakni ineffective self-health

management dan enhanced self-health management. Dua diagnosa tersebut

merupakan dua masalah keperawatan yang muncul dalam penelitian ini.

Empat partisipan menunjukkan masalah keperawatan ineffective self health

management dengan ungkapan atas ketidakmampuan dalam memasukkan atau

mengimplementasikan regiment terapeutik pengobatan dalam aktifitas sehari-

hari. Mereka memiliki tingkat compliance atau kepatuhan yang rendah

Page 123: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

103

terhadap regiment pengobatan terkait konsumsi obat-obatan, pengelolaan diet,

dan pembatasan cairan. Partisipan tidak memahami bahwa ketidakpatuhan

tersebut dapat berdampak secara langsung pada kondisi tubuhnya sehingga

kesadaran akan komplikasi yang dapat dirasakan akibat ketidakpatuhan juga

belum ada.

Pemberian edukasi merupakan bentuk intervensi keperawatan yang dapat

diupayakan dan direncanakan untuk pasien dengan masalah keperawatan

ineffective self-health management. Edukasi yang adekuat tentang penyakit

ginjal kronis dapat memperlambat permulaan dialisis, peningkatan pilihan

pasien terhadap rendahnya biaya home-based therapies, dan peningkatan

outcomes dari pasien setelah memulai dialisis (Devins et al, 2003 dalam

Finkelstein et al, 2008). Pendidikan kesehatan terkait pengolalan diet, gizi

makanan secara detail termasuk juga proses metabolismenya dalam tubuh,

pembatasan cairan dan dampaknya, maupun fungsi obat-obatan diharapkan

dapat meningkatkan kesadaran pasien. Hal tersebut dapat perawat laksanakan

pada fase awal pasien terdiagnosa GGK dan menjalani hemodialisis sehingga

dapat membantu pasien baru dalam beradaptasi terhadap regiment terapeutik

pengobatan. Finkelstein et al (2008) juga menyebutkan banyaknya rintangan

untuk menyediakan edukasi untuk pasien GGK ini seperti perawatan pasien

yang kompleks, waktu tenaga medis yang mendesak, dan juga kemampuan

yang terbatas untuk menyediakan edukasi pasien yang adekuat. Penelitian oleh

Finkelstein et al (2008) melaporkan bahwa terdapat peningkatan yang

signifikan terhadap persepsi pengetahuan mereka terhadap terapi modalitas

dengan peningkatan frekuensi kunjungan nefrologi. Hal tersebut menunjukkan

Page 124: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

104

nefrologi dan tenaga medis dalam pelayanan kesehatan memiliki peran

sebagai edukator yang tepat untuk pasien GGK. Selain itu persepsi pasien

tentang pengetahuan dari terapi GGK yang bervariasi dan pemahaman mereka

tentang keuntungan dan kerugian pilihan treatmen yang ada memiliki

hubungan yang erat dimana tidak adanya pengetahuan tentang variasi terapi

pada pasien (70,5%) mengindikasikan bahwa mereka tidak mengetahui

keuntungan dan kerugian dari pilihan terapi yang ada. Fox & Kohn (2008)

menyebutkan bahwa pilihan pasien merupakan faktor utama dalam pemilihan

terapi baik dialisis ataupun terapi yang lain dan ketiadaan akan pengetahuan

terhadap hal tersebut dapat menjadi dampak nyata untuk pasien. Edukasi

terbukti menjadi penting untuk diperhatikan terkait dengan terapi modalitas

pada pasien GGK maupun regiment terapeutik pengobatan mereka.

Empat partisipan menunjukkan masalah keperawatan enhanced self-

health management dimana partisipan tersebut memiliki menunjukkan

kemampuan dalam melaksanakan regiment terapeutik pengobatan dalam

aktifitas sehari-hari dan memiliki self-efficacy yang positif terhadap

pelaksanaannya. Peningkatan self efficacy dapat direncanakan dan diupayakan

sebagai intervensi keperawatan untuk masalah enhanced self health

management. Albert Bandura, seorang psikologis terkenal dari Universitas

Stanford memperkenalkan konsep persepsi self efficacy dalam konteks

cognitive behavior modification pada tahun 1977. Konsep tersebut

menunjukkan bahwa self efficacy yang kuat berhubungan dengan kesehatan

yang lebih baik, pencapaian yang lebih tinggi, dan integrasi sosial yang lebih

(Bandura, 1977 dalam Schwarzer & Fuchs, 1995). Hal tersebut sejalan

Page 125: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

105

dengan partisipan penelitian yang memiliki self efficacy yang positif. Self

efficacy ini dapat membedakan cara seseorang dalam berfikir dan bertindak

serta perasaan seseorang. Rendahnya tingkat self efficacy berhubungan dengan

depresi, kecemasan, dan ketidakberdayaan. Tingkat self efficacy dapat

meningkatkan atau menghambat motivasi seseorang untuk bertindak.

Seseorang dengan self efficacy tinggi memilih untuk melakukan tugas yang

menantang dan mentargetkan tujuan yang tinggi untuk diri mereka sendiri

(Locke & Latham, 1990 dalam Schwarzer & Fuchs, 1995). Penelitian oleh

John (2012) pada pasien gagal ginjal kronis telah melaporkan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara self efficacy dengan kepatuhan terhadap

pembatasan cairan sehari-hari dan pembatasan diet. Semakin tinggi self

efficacy yang dilaporkan respondennya, semakin tinggi kepatuhan terhadap

pembatasan cairan dan diet yang dilaporkan respondennya.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan-

keterbatasan seperti :

1. Penelitian ini dilakukan pada delapan partisipan sehingga dapat

dimungkinkan data yang didapat belum memberikan gambaran umum dari

variasi self-care management pasien gagal ginjal kronis dengan

hemodialisis.

2. Tempat wawancara yang dilakukan di rumah dimana hanya terdapat

peneliti dan partisipan utama serta pendukung mungkin membuat data

Page 126: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

106

yang diperoleh kurang bervariasi. Sebaiknya dapat dicoba dengan melalui

fokus group discussion (FGD) sehingga variasi data dapat muncul.

3. Waktu wawancara mendalam yang disepakati oleh peneliti dan partisipan

terkadang memberikan respon informasi yang berbeda-beda baik itu

informasi secara lengkap maupun singkat.

C. Implikasi untuk Ilmu Keperawatan dan Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat berimplikasi pada ilmu keperawatan dan

pelayanan kesehatan baik di rumah sakit khususnya di unit hemodialisis dan

komunitas meliputi :

Hasil penelitian ini telah memberikan gambaran self-care management

pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dari aspek

pemenuhan kebutuhan fisik, kondisi psikologis, dan sikap spiritual.

Gambaran hasil penelitian membantu perawat untuk memahami kebutuhan

apa saja yang diperlukan terkait pengembangan kemampuan pasien GGK

yang menjalani hemodialisis dalam merawat dirinya sendiri dengan tetap

melibatkan keluarga sebagai pihak terdekat dari pasien sehingga pasien

pada akhirnya dapat beradaptasi dengan kondisi maupun regimen

terapeutik pengobatan mereka.

Self-care management merupakan bentuk perawatan mandiri oleh diri

pasien yang dapat memiliki dampak positif apabila digiatkan bila

dikaitkan dengan kualitas hidup pasien.

Self efficacy atau keyakinan akan kemampuan dalam pelaksanaannya

terbukti bersinergi dengan motivasi pasien GGK dalam mengikuti serta

Page 127: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

107

mengimplementasikan regimen terapeutik pengobatan sesuai dengan yang

telah dianjurkan oleh tenaga medis.

Self efficacy terbukti menjadi salah satu aspek kondisi psikologis dalam

self care management dimana pasien GGK merasa mampu, tidak mampu

ataupun ada yang mampu dan tidak terkait upaya dalam self-care.

Page 128: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

108

BAB VII

KESIMPULAN & SARAN

Bab ini menguraikan hasil kesimpulan dari penelitian ini dan saran dari

peneliti terkait hasil yang telah diperoleh yang akan diuraikan berikut ini.

A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini memberikan gambaran self-care management pasien

gagal ginjal kronis dengan hemodialisis di wilayah Tangerang Selatan

yang meliputi aspek pemenuhan kebutuhan fisik, kondisi psikologis, dan

sikap spiritual.

2. Aspek pemenuhan kebutuhan fisik self-care management pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis meliputi pengaturan nutrisi

atau makanan, pengaturan intake cairan terkait pembatasan cairan,

perawatan akses vaskuler baik cimino dan akses vena femoral, serta

aktifitas istirahat/tidur dan olahraga.

3. Aspek kondisi psikologis self care managemet pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani hemodialisis meliputi self-efficacy terkait upaya

pelaksanaan self-care, kepatuhan dan ketidakpatuhan terhadap regiment

pengobatan, koping maladaptif yakni keputusasaan, dan banyak aktifitas

di luar seperti bekerja.

4. Aspek spiritual self-care management pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis meliputi bentuk kepasrahan kepada Tuhan,

keyakinan akan kesembuhan dari Tuhan, dan aktifitas ibadah yakni

sholat.

Page 129: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

109

109

5. Hambatan dalam pelaksanaan self-care management meliputi hambatan

dari internal yang meliputi motivasi diri dalam pengaturan diet,

pembatasan cairan, dan dalam beraktifitas maupun hambatan eksternal

yakni terkait dengan ekonomi.

6. Sumber social support juga merupakan salah satu bagian yang tak

terpisahkan dari pelaksanaan self-care management pasien gagal ginjal

kronis yang menjalani hemodialisis dimana dalam penelitian ini dapat

dilaporkan sumber social support yang diterima pasien berasal dari

pasangan (suami/istri), keluarga, dan sesama pasien yang menjalani

hemodialisis.

7. Kaitan dengan nursing care plan dengan penelitian ini menunjukkan

diagnosa keperawatan yang muncul terkait self-care management adalah

ineffective self health management dan enhanced self health

management.

B. Saran

1. Pelayanan kesehatan dapat memberikan edukasi yang komprehensif

tentang self-care management untuk pasien gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis pada pasien sendiri, keluarga, maupun

masyarakat umum.

2. Pendidikan kesehatan tentang regimen pengobatan seperti pengaturan

diet, pembatasan cairan, konsumsi obat yang komprehensif dan

mendalam perlu dilakukan sebagai upaya meningkatkan pemahaman

Page 130: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

110

110

dan kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan regimen

terapeutik pengobatan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pelayanan kesehatan baik tenaga medis di unit hemodialisis, rumah

sakit, serta komunitas agar dapat mempromosikan self-care

management pada pasien maupun keluarga dengan cara menyebarkan

angket, brosur atau pamflet tentang self-care management.

4. Pengawasan terhadap pelaksanaan self-care management perlu

dilakukan oleh tenaga medis di unit hemodialisis serta perawat di

komunitas maupun petugas puskesmas sebagai upaya pengoptimalan

perubahan perilaku sesuai dengan regimen terapeutik pengobatan yang

telah dianjurkan.

5. Kepatuhan merupakan masalah dalam regiment terapeutik pengobatan

sehingga self-care menagement diharapkan mampu membantu

meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis.

6. Penelitian ini perlu ditindak lanjuti dengan studi-studi lanjutan

mengenai self-care management yang telah dideskripsikan dan

persepsi pasien terhadap self-care management sebagai usaha dalam

meningkatkan kepatuhan terhadap regiment terapeutik pengobatan.

Page 131: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raille & Ann Mariner Tomey,. Nursing Theorists and Their

Work Seventh Edition. United Stated Of America : Mosby Elsevier . 2010

Al-Arab, Safa’a. Social Support, Coping Methods and Quality of Life in

Hemodialysis Patients. 2003

Anonim,. 87,5 Persen Penderita Gagal Ginjal Pasrah Karena Biaya Cuci Darah

Mahal http://www.pelita.or.id/baca.php?id=160. 2013. diakses pada

tanggal 07 Maret 2013

ANTARA. 36 Juta Warga Dunia Meninggal Gagal Ginjal.

http://www.antarasumut.com/36-juta-warga-dunia-meninggal-gagal-ginjal .

2009. diakses pada tanggal 24 maret 2013

Ariyanto, Eko Fuji, Dewi Marhaeni Diah Herawati, dan GagaIrawan Nugraha.

Penatalaksanaan Nutrisi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani

Hemodialisis. http://pustaka.unpad.ac.id/archives/126766/ diakses pada

tanggal 6 September 2013

Asmadi. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC. 2008

Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.

Jakarta : EGC. 1999

Bağ, E., & Mollaoğlu, M. The evaluation of self-care and self-efficacy in patients

undergoing hemodialysis. Journal of Evaluation in Clinical Practice, 16(3),

605-610. 2010

Bandura, Albert. Self Efficacy Mechanism in Human Agency. 1982

Baradero , Mary . Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta :

EGC . 2009

Basavanthappa,BT. Nursing Theories. New Delhi : Jaypee Brothers Medical.

2007.

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical

Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc.

2005

Bragazzi, Nicola Luigi & Giovanni Del Puente. Chronic Kidney Disease,

Spirituality and Religiosity: A Systematic Overview With the List of Eligible

Studies. 2013

Page 132: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

Bulechechek, Gloria M, Howard K. Butcher, Joannne MsCloskey Dotcherman.

Nursing Intervention Classification (NIC) Fifth Edition. USA : Mosby

Elsevier. 2008

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

2008

Burns, Nancy & Susan K. Grove. The Practice of Nursing Research : Conduct,

Critique, and Utilization 5th Edition. USA : Elsevier Saunders. 2004

Curtin, Roberta Braun & Donna L. Mapes. Health Care Management Strategies

of Long Term Dialisis Supervivors. Nefrologi Nursing Journal. 2001

Curtin, Roberta Braun dkk. Hemodialysis Patients’s Symptom Experiences :

Effects on Physical and Mental Functioning. Nefrologi Nursing Journal.

2002

Curtin, Roberta Braun, dkk . Self-Management, Knowledge, Funcioning and Well

Being of Patients on Hemodialysis. Nephrologi Nursing Journal . 2004

Curtin, Roberta Braun dkk. Self Management in Patient with End Stage Renal

Disease : Exploring Domains and Dimensions. Nephrology Nursing

Journal. 2005

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Rajawali Press.

2012

Faizal, Elly Burhaini. Noncommunicable Diseases Top Priority in Health Agenda.

http://www.thejakartapost.com/news/2012/01/09/noncommunicable-

diseases-top-priority-health-agenda.html . 2012 diakses pada tanggal 06

Maret 2012

Farida, Anna. Pengalaman Klien Hemodialisa Terhadap Kualitas Hidup Dalam

Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. 2010

Finkelstein, Fredric O. Dkk. Perceived Knowledge Among Patients Cared for By

Nephrologists About Chronic Kidney Disease and End-Stage Renal Disease

Therapies. International Society of Nephrology. 2008

Fox, Chester and Linda S. Kohn. The Importance of Patient Education in The

Treatment of Chronic Kidney Disease. Kidney International. 2008

Fransiska, Kristina. Waspadalah 24 Penyebab Ginjal Rusak. Jakarta : Penerbit

Cerdas Sehat. 2011

Page 133: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

Gibson, M.H.. The Quality of Life of Adult Hemodialysis Patients. Austin : The

University Of Texas.1995

Granehim U.H. & B. Lundman. Qualitative Content Analisis in Nursing Research

: Concepth, Procedure and Measures to Achieve Trustworthiness. 2003

Heidarzadeh M, Atashpeikar S, & Jalilazar T.. Relationship Between Quality of

Life and Self-Care Ability in Patients Receiving Hemodialysis. 2010 pada

http://europepmc.org/articles/PMC3093176 diakses pada tanggal 24 Januari

2013

Hidayat, Aziz Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :

Salemba Medika. 2007

Hidayati, Wahyu & Kiki Wahyuni. Pengalaman Self-Care Berdasarkan Teori

Orem Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis.

Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 tahun 2012 halaman 244-251.

2012

Indraratna, Kartika. Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Tentang Diet GGK di Ruang Hemodialisa RSUD Dr. Harjono. 2012 .

http://lib.umpo.ac.id/gdl/files/disk1/7/jkptumpo-gdl-kartikaind-331-1-

abstrak-i.pdf . Diakses pada tanggal 8 September 2013

John, Ansy. The Relationship Between Self-Efficacy and Fluid and Dietary

Compliance in Hemodialysis Patients. 2012

Johnson, Marion, Gloria M. Bulecheck, Joanne M. McCloskey Dochterman,

Meridean L. Maas, Sue Moorhead, Elizabeth Swanson, and Howard K.

Butcher. NANDA, NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnoses, Outcomes,

and Interventions 2nd ed. St Louis : Mosby Elsevier. 2006

Kack, Shannon . The Influence of Self-Efficacy on Physical Activity in Individuals

with End-Stage Renal Disease. 2010

Kara, Belguzar Caglar, & Kayser Kilic, Selim Nonadherence With Diet and Fluid

Restrictions and Perceived Social Supporting Patients Receiving

Hemodialysis Journal of Nursing Scholarship; Third Quarter 2007; 39, 3;

ProQuest Research Library pg. 243. 2007

Kim, Y., & Evangelista, L.S.. Relationship Between Illness Perceptions,

Treatment Adherence, and Clinical Outcomes in Patients on Maintenance

Hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 37(3), 271-281. 2010

Ko, Benjamin, Dkk. Religious Beliefs and Quality of Life in An American Inner-

City Haemodialysis Population. 2007

Page 134: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

Kolewaski, Carrie D. Dkk. Quality of Life and Exercise Rehabilitation in End

Stage Renal Disease. The CANNT Journal Volume 15. 2005

Krespi, R dkk. Haemodialysis Patient’s Belief About Renal Failure, Patient

Education & Counseling . 2004

Kusnanto,. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta :

EGC. 2003

Medicare Team.Medicare For People with End Stage Renal Disease or a

Disability.www.kidney.org/professionals/CNSW/pdf/Medicare4PeopleWith

ESRD.pdf diakses pada Minggu 6 Januari 2013

Medical Dictionary . Nursing Care Plan Definition. http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/nursing+care+plan diakses pada tanggal 15

September 2013

Moleong, L. J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya Offset. 2013

Moreira, Leonardo B dkk. Medication Noncompliance in Chronic Kidney

Disease. 2008

Moorhead, Sue dkk. Nursing Outcome Classification (NOC) Fourth Edition. USA

: Mosby Inc

Muhammad, As’adi. Serba Serbi Gagal Ginjal: Tangani Sedini Mungkin

Gangguan Ginjalmu Bersama Buku Ini. Jogjakarta: Diva Press. 2012

Muhlisin, Abi dan Indarwati. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam

Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan Vol 2. 2010

National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Kidney

Disease Statistic for The United States. NIH Publication. 26 November

2012

NIDDK . Nutrition and Hemodialysis. New York : National Kidney Foundation.

2010

Potter, Patricia A & Anne Griffin Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :

Konsep, Proses, dan Praktek Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC. 2005

Polit, Denise F., Cheryl Tatano Beck and Bernadette P. Hungler. Essentials of

Nursing Research : Methodes, Appraisal, and Utilization Fifth Edition.

2001

Page 135: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002

Richard, Cleo J. Self Care Management in Adults Undergoing Hemodialysis.

Nefrologi Nursing Journal. 2006

Richard, Cleo J.. Living With An Arterio-Venous Fistula For Hemodialysis. 2008

Rubenstain, David, David Wayne & John Bradley. Lecture Notes Kedokteran

klinis Edisi Keenam. Jakarta : penerbit Erlangga. 2007

Saraha, Suryaningsih. M., Esrom Kanine, & Ferdinand Wowiling. Hubungan

Dukungan Keluarga dengan Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik

di Ruangan Hemodialisa BLU RSUP Prof. Dr. R D. Kandou Manado.

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013. 2013

Sari, Dianing. Mahalnya Merawat Ginjal Rusak .

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/07/060465539/Mahalnya-

Merawat-Ginjal-Rusak diakses pada tanggal 07 Maret 2013 . 2013

Sari, Lita Kartika. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Dalam

Pembatasan Cairan Pada Klien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani

Terapi Hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUP Fatmawati. 2009

Sherwood, Lauralle. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC.

2001

Simmons, Laurie. Dorothea Orem’s Self Care Theory as Related To Nursing

Practice in Hemodialisis. Nephrology Nursing Journal.2009

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.

Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001

Smeltzer, Suzanne C. Dkk. Brunner & Suddart Textbook of medical-suirgical

Nursing : Eleventh Edition. USA : Lipincott williams & Wilkins.2009

Storer, Thomas W. The Importance of Exercise in End Stage Renal Disease.

Proquest Research Library. 1999

Streubert, Helen J. & Carpenter, Dona R. Qualitative Research in Nursing

Advancing the Humanistic Imperative. 2003

Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006

Suyono, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2001

Page 136: GAMBARAN SELF-CARE MANAGEMENT PASIEN GAGAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25554/1/FAULYA... · persoalan dunia karena perkembangannya yang terus meningkat seperti

Swanburg, Russel. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan Untuk

Perawat Klinis. Jakarta : EGC.2000

Taylor, Susan Gebhardt & Katherine Renpenning. Self care Science, Nursing

Theory and Evidence-Based Practice. New York : Springer Publishing

Company,LLC. 2011.

Thomas, Claudie J.. The Impact of Religiosity, Social Support and Health Locus

of Control on the Health-Related Quality o f Life of African-American

Hemodialysis Patients. 2003

Tovbin, D., Gidron, Y, Jean, T., Granovsky, R. & Schnieder, A. Relative

Importance and Intercorrelations Between Psychosocial Factors and

Individualized Quality of Life of Hemodialysis Patients. 2003

USRDS Annual Data Report : Atlas of End Stage Renal Disease in United Stated

Volume 2 tahun 2012

Wardlaw, Gordon M., Jeffresy S. Hampl, dan Robert A. DiSilvestro. Perspektives

in Nutrition Sixth Edition. New York : The McGraw-Hill Companies. 2004

White, Rita Yim Fong. Spirituality and Health Related Quality of Life in

Hemodialysis Patients. 2005

Wells, Janie R and Staci J. Anderson. Self Efficacy and Social Support in African

Americans Diagnosed with End Stage Renal Disease. ABNF Journal Tucker

Publication. 2011

World Health Organization (WHO). Global Status Report on NonCommunicable

Diseases 2010 http://www.who.int/nmh/publications/ncd_report2010/en/.

2011. diakses pada tanggal 06 Maret 2012.

WHO Indonesia. Health Profile Non Comunicable Disease.

http://www.ino.searo.who.int/en/Section3_30.html . 2013. diakses pada

tanggal 06 Maret 2013

WHO Indonesia. NCD Country Profile 2011.

http://www.who.int/nmh/countries/idnen.pdf. 2011. diakses pada tanggal 14

Maret 2013