gambaran persepsi tentang rokok …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35973...smk...
TRANSCRIPT
i
GAMBARAN PERSEPSI TENTANG ROKOK ELEKTRIK
PADAPARA PENGGUNA ROKOK ELEKTRIK DI
KOMUNITAS VAPORIZER KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
SITI SARAH ALAWIYAH
1113104000039
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017
ii
iii
iv
v
vi
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017
Siti Sarah Alawiyah, NIM 1113104000039
Electric Cigarettes Perception On Electric Cigarettes Users In Vaporizer
Communities On Tangerang
xvi + 62 pages + 8 tables + 2 schemes + 1 figures + 4 attachements
ABSTRACT
Currently there is a trend among smokers that is electric cigarette. An electric
cigarette is a device designed to produce nicotine vapor without burning tobacco
while still providing a smoking sensation. Electric cigarettes were created to help
smokers quit tobacco cigarettes, but this has yet to be verified. The purpose of this research is to know the perception about electric cigarette on the electric cigarette
users in Tangerang City vaporizer community. This type of research is quantitative
with descriptive design. The sample of research is 73 member of vaporizer
community in Tangerang City with consecutive sampling technique. Quantitative
data collection with questionnaires. The results showed that 86.3% of respondents
were male, 69.9% adult, and switch from tobacco cigarettes 76.7%. Respondents
had very low nicotine dependence of 45.2%. Respondents had positive perceptions
of electric cigarette of 50.7%. 53.4% of respondents know exactly the definition of
electric cigarette. Respondents consider that electric cigarettes do not contain
harmful substances as much as 50.7%. As many as 60.3% of respondents had
perceptions that electric cigarettes can help to stop from tobacco cigarettes.
Respondents who know electric cigarettes have a negative impact on health as much
as 54.8%. 52.1% of respondents use electric cigarettes because of the people around
them who use and follow the trend. As many as 68.5% of respondents wanted the
regulation on electric cigarettes to be regulated and set. As many as 54.8% of
respondents stated that electric cigarettes are more expensive than tobacco
cigarettes. Researchers recommend for health service agencies to always provide
promotion and preventive about electric cigarettes to prevent the increasing number
of users and to prevent from the impacts that are obtained from the use of electric
cigarettes.
Keywords: Electric Cigarette, Perception, Vaporizer Communities
References: 45 (2003-2016)
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Siti Sarah Alawiyah, NIM : 1113104000039
Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik Pada Para Pengguna Rokok
Elektrik Di Komunitas Vaporizer Kota Tangerang
xvi + 62 halaman + 8 tabel + 2 bagan + 1 gambar + 4 lampiran
ABSTRAK
Saat ini muncul suatu tren dikalangan para perokok yaitu rokok elektrik. Rokok
elektrik merupakan suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan uap nikotin
tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok. Rokok
elektrik diciptakan untuk membantu para perokok berhenti dari rokok tembakau,
namun hal ini masih belum dibuktikan kebenarannya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna
rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah 73 anggota
komunitas vaporizer di Kota Tangerang dengan teknik consecutive sampling.
Pengambilan data kuantitatif dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 86,3%responden berjenis kelamin laki-laki, berusia dewasa 69,9%, dan
beralih dari rokok tembakau 76,7%. Responden memiliki ketergantungan nikotin
sangat rendah 45,2%.Respondenmemiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik
sebesar 50,7%. Sebanyak 53,4% responden mengetahui dengan tepat definisi rokok
elektrik. Responden menganggap bahwa rokok elektrik tidak mengandung bahan
yang berbahaya sebanyak 50,7%.Sebanyak 60,3% responden memiliki persepsi
bahwa rokok elektrik dapat membantu untuk berhenti dari rokok
tembakau.Responden yang mengetahui rokok elektrik memiliki dampak buruk bagi
kesehatan sebanyak 54,8%.Sebanyak 52,1% responden menggunakan rokok
elektrik karena orang disekitarnya yang menggunakan dan mengikuti tren yang
ada.Sebanyak 68,5% responden menginginkan peraturan tentang rokok elektrik
segera diatur dan ditetapkan. Sebanyak 54,8% responden menyatakan bahwa rokok
elektrik lebih mahal dari rokok tembakau.Peneliti menyarankan bagi instansi
pelayanan kesehatan agar selalu memberikan promosi dan preventif mengenai
rokok elektrik untuk mencegah semakin banyaknya para pengguna dan untuk
mencegah dari dampak yang didapatkan dari penggunan rokok elektrik.
Kata kunci : Rokok Elektrik, Persepsi, Komunitas, Vaporizer
Referensi : 45 (2003-2016)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Sarah Alawiyah
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 7 Juli 1995
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jln. Benteng Betawi gg kikil RT 002/ RW 012 no. 68
Tanah Tinggi, Tangerang, Kota Tangerang
Telepon : 081286271900
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 04 Tanah Tinggi (2001-2007)
2. SMP Negeri 5 Kota Tangerang (2007-2010)
3. SMK Yuppentek 7 Tangerang (2010-2013)
4. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-sekarang)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik
Pada Para Pengguna Rokok Elektrik Di Komunitas Vaporizer Kota Tangerang”
yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga tercantumkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan
sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa
dalam proses penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak
sehingga penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Elyadi Hermawan dan Ibu
Rohmaniah yang tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik
moril, material, kasih sayang dan selalu mendoakan penulis dalam proses
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kakakku Ana Nurmaliana, Sobari, dan
seluruh keluargaku yang selalu membantu dan telah memberikan semangat
tanpa pamrih
x
2. Prof.Dr.H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,
S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Waras Budi Utomo, S,Kep, MKM dan Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep
selaku dosen pembimbing, terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang
telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar
kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini
5. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed, selaku dosen pembimbing akademik,
terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan
memberi motivasi selama 3tahun duduk di bangku kuliah.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis ilmu dan
pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan
7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Teman-teman satu bimbingan Tiko, Yuni, Santi, Mira, Sebi, Riska dan
Sintiya, Karen, Alin, Hayu, Rifan yang selalu menyemangati, membantu,
menghibur, dan mendo’akan selama penulis menyusun skripsi ini.
xi
xi
9. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendukung, mendo’akan
dan menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kata sempurna. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya dan semoga apa yang telah penulis peroleh
selama Pendidikan ini dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik. Aamiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, Juli 2017
Siti Sarah Alawiyah
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
ABSTRACK .......................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
A. Persepsi ...................................................................................................... 10
xiii
1. Definisi Persepsi ..................................................................................... 10
2. Macam-Macam Persepsi ........................................................................ 11
3. Syarat Dan Proses Pembentukan Persepsi .............................................. 13
4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi .................................................... 15
B. Rokok ......................................................................................................... 19
1. Definisi Rokok Konvensional ................................................................ 19
2. Kandungan Rokok Konvensional ........................................................... 19
3. Ketergantungan Nikotin ......................................................................... 20
4. Terapi Pengganti Rokok (Nicotine Replacement Therapy) .................... 23
C. Rokok Elektrik ........................................................................................... 24
1. Definisi Rokok Elektrik .......................................................................... 24
2. Struktur Rokok Elektrik ......................................................................... 25
3. Sejarah Rokok Elektrik........................................................................... 26
4. Kandungan Rokok Elektrik .................................................................... 27
5. Manfaat Dan Kerugian Rokok Elektrik .................................................. 29
6. Regulasi Rokok Elektrik......................................................................... 31
D. Penelitian Yang Terkait.............................................................................. 33
E. Kerangka Teori........................................................................................... 37
BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 38
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 38
B. Definisi Operasional................................................................................... 39
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 42
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 42
B. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
C. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 42
xiv
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 46
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................... 48
F. Tahap Penelitian ......................................................................................... 50
G. Pengolahan Data......................................................................................... 51
H. Analisa Data ............................................................................................... 52
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 55
BAB VHASIL PENELITIAN............................................................................... 57
A. Gambaran Responden ................................................................................ 57
B. Karakteristik Demografi............................................................................. 57
C. Tingkat Ketergantungan Nikotin................................................................ 59
D. Persepsi Terhadap Rokok Elektrik ............................................................. 62
E. Persepsi Tentang Rokok Elektrik Berdasarkan Karakteristik Demografi.. 64
BAB VIPEMBAHASAN ...................................................................................... 66
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, Status Penggunaan, Dan Lama Penggunaan.............................. 66
B. Ketergantungan Nikotin ............................................................................. 69
C. Persepsi Tentang Rokok Elektrik ............................................................... 71
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 76
BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 77
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 77
B. SARAN ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Skor Perhitungan Statistik Persepsi Tentang Rokok Elektrik…………………54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi......….60
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan…………….61
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketergantungan Nikotin………61
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Usia.………….....62
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Penggunaan
…………………………………………………………………………………62
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Lama Penggunaan
…………………………………………………………………………………63
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Rokok Elektrik
……………………………………………………………………………...….64
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Definisi, Kandungan,
Manfaat, Kerugian, Alasan Penggunaan, Regulasi, Dan Harga……………….64
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Tentang Rokok Elektrik Terhadap Karakteristik
Demografi …………………………………………………………….……….66
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 37
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 38
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik .......................................................... 26
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden…………………………….87
Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden……………………………………….88
Lampiran 3 Kuesioner……………………………………………………………89
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian…………………………………………………94
Lampiran 5 Validitas Dan Reliabilitas………………………………………….102
Lampiran 6 Hasil Olah Data SPSS……………………………………………...109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan kebiasaan yang tidak asing lagi dilingkungan
masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia
menggunakan rokok. Kebiasaan merokok dapat memberikan rasa nikmat
menurut para penggunanya, namun rokok juga dapat menimbulkan berbagai
dampak buruk bagi kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang berada
disekitarnya. Merokok juga dapat menimbulkan masalah lainnya seperti
beban social, ekonomi dan lingkungan. Rokok sesungguhnya sudah menjadi
masalah kesehatan di dunia yang sulit untuk diselesaikan (Syarfa, 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan jumlah perokok diseluruh
dunia mencapai 1,2 milyar orang dan 800 juta diantaranya berada di negara
berkembang. Paling sedikit satu dari empat orang dewasa adalah perokok di
negara berkembang. Prevalensi perokok lebih tinggi di negara dengan
pendapatan yang rendah dan paling banyak pada kelompok penduduk
dewasa muda dengan perbandingan 27% laki-laki dan 21% perempuan.
Prevalensi perokok di Amerika Serikat terdapat 26% laki-laki dan 21%
perempuan sedangkan di Ingris terdapat 27% laki-laki dan 25% perempuan
(Kemenkes RI, 2013).
2
2
Indonesia merupakan negara peringkat ketiga dari 10 negara dengan
tingkat perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India serta diatas
peringkat Rusia dan Amerika. Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan
prevalensi merokok di indonesia sangat tinggi di berbagai lapisan
masyarakat, terutama pada laki-laki. Menurut data Susenas dan data
Riskesdas (2013) prevalesi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki
(65,8%) dibandingkan perempuan (4,2%).
Dengan semakin banyaknya masalah rokok yang ada di Indonesia,
baru-baru ini muncul suatu tren di Indnesia yaitu penggunaan rokok
elektrik.Rokok elektrik merupakan salah satu jenis rokok yang tengah
menjadi fenomena baru dikalangan masyarakat Indonesia. Sebagai
perangkat dan teknologi baru, rokok elektrik menarik dan membuat rasa
ingin tahu para masyarakat. WHO (World Health Organization)
mengatakan rokok elektrik sebagai Electronic Nicotine Delivery System
(ENDS). Rokok elektrik dirancang untuk menghasilkan uap nikotin tanpa
pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok.
Di Indonesia sendiri penggunaan rokok elektrik masih banyak dan
semakin menjamur. Sampai saat inipun peneliti belum mendapatkan data
yang pasti mengenai berapa banyak pengguna rokok elektrik di Indonesia,
namun Riskesdas (2013) melakukan survei dari total remaja ditemukan
2,1% remaja penghisap rokok elektrik (vaporizer) selama 30 hari terakhir,
dan hal ini terjadi pada 3% remaja laki-laki dan 1,1% remaja perempuan
(Kemenkes RI, 2013).
3
3
Rokok elektrik pertama kali diciptakan secara modern oleh seorang
apoteker asal Tiongkok pada tahun 2003 dan dipatenkan pada tahun 2004
lalu mulai menyebar ke seluruh dunisa pada tahun 2006-hingga sekarang
dengan berbagai macam merek (Caponetto, et al. 2014). Di Indonesia
sendiri rokok elektrik tengah menjadi tren yang semakin banyak
peminatnya. Rokok elektrik dapat sangat mudah untuk ditemukan karena
para penjual menjualnya melalui penjualan online dengan berbagai rasa dan
variasi desainnya (BPOM, 2015).
Rokok elektrik terdiri dari 3 bagian yaitu baterai, atomizer (bagian
yang akan memanaskan dan menguapkan larutan nikotin) dan catridge
(berisi larutan nikotin). Kandungan larutan yang terdapat dalam rokok
elektrik yaitu berupa nikotin, propilen glikol, gliserol, air dan berbagai
bahan perasa (BPOM, 2015).Food And Drug Administration (FDA)
Amerika melakukan penelitian pada tahun 2009 terhadap kandungan liquid
rokok elektrik. Penelitian tersebut menyatakan bahwa rokok elektrik
mengandung Tobacco Specific Nitrosamine (TSNA) yang bersifat toksik
dan Diethylene Glycol (DEG) yang dikenal sebagai karsinogen. Hal tersebut
membuat FDA mengeluarkan peringatan kepada masyarakat tentang
bahaya zat toksik dan karsinogen yang terkandung dalam rokok elektrik dan
membuat WHO (World Health Organization) juga tidak
merekomendasikanpenggunaannya sebagai Nicotine Replacement Therapy
(NRT) karena beberapa studi menemukan kandungan zat liquid yang dapat
menjadi racun dan karsinogen sehingga tidak memenuhi unsur keamanan
4
4
(Westernberg, 2009). Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI 2015) juga menemukan beberapa zat berbahaya
lainnya yaitu logam, zat karbonil, dan terdapat zat lainnya (seperti kumarin,
tadalafin, rimonabant, serat silika).
Manfaat dari penggunaan rokok elektrik adalah hanya membantu
berhenti/mengurangi kadar merokok, sedangkan kerugiannya yaitu,
kandungan liquid yang tidak aman, inkonsistensi kadar dengan label yang
tercantum, menimbulkan masalah adiksi nikotin, dapat disalahgunakan
dengan memasukan nikotin berlebih atau bahan ilegal (seperti, mariyuana,
heroin, kanibus oil, dll), beredar berbagai zat perisa (flavoring) yang
menarik anak-anak, keracunan akibat flavoring dalam liquid terus
meningkat secara signifikan, bertambahnya perokok pemula, resiko
bertambahnya perokok dual use, eks-perokok kembali merokok karena
diklaim aman, re-normalisasi perilaku merokok (BPOM, 2015).
Hal ini selaras dengan sebuah penelitian oleh Strasser dkk (2007),
terhadap perilaku pengguna rokok elektrik menemukan bahwa akibat dari
penurunan kadar nikotin tersebut menyebabkan pengguna rokok elektrik
juga mengkonsumsi rokok tembakau sebagai kompensasi kebutuhan nikotin
yang tidak terpenuhi sehingga tetap terpajan oleh zat toksik dan karsinogen
yang berbahaya dari rokok tembakau.
Kerugian dari penggunaan rokok elektrik lebih banyak dari manfaat
penggunaan rokok elektrik. Kulkarni dan Malouin (2016) menemukan dari
bulan oktober 2015 sampai juni 2016 sudah terdapat 15 pasien yang terluka
5
5
akibat ledakan litium yang berasal dari komponen batrai rokok elektrik.
Pasien tersebut mengalami luka bakar dibagian wajah, tangan, dan paha.
Ledakan tersebut menyebabkan hilangnya gigi, trauma, dan hilangnya luas
jaringan lunak. Di Indonesia juga terdapat kasus yang disebabkan oleh
ledakan rokok elektrik. Didalam koran Tribun Bali, terdapat seorang
pemuda yang usinya 26 tahun mengalami luka akibat ledakan dari rokok
elektrik. Pemuda tersebut mengalami luka bakar di bagian jari, dada dan
sekitar mata (Sadnyari, 2015).
Penggunaan rokok elektrik yang menyebutkan bahwa mampu
membuat perokok tembakau dapat berhenti merokok, namun hal ini perlu
mendapat perhatian lebih oleh pemerintah karena hingga saat ini belum ada
bukti secara ilmiah yang menyatakan bahwa rokok elektrik bermanfaat
untuk kesehatan dan sebagai langkah awal seseorang untuk berhenti
merokok (Istiqomah, dkk. 2016). Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Indra (2015) menyatakan bahwa responden menggunakan rokok elektrik
adalah karena mereka ingin hidup lebih sehat karena mereka menganggap
bahwa rokok elektrik dapat membantu mereka untuk berhenti dari rokok
tembakau. Selain itu responden menggunakan rokok elektrik karena mereka
melihat orang disekitarnya juga menggunakan dan mereka teratrik dengan
rokok elektrik karena rasa dan uap yang dihasilkan lebih banyak.
Menurut studi pendahuluan yang dilakukan, terdapat beberapa
komunitas yang ditemukan di kota Tangerang yaitu diantaranya komunitas
Vapor Tangerang yang jumlah anggotanya yaitu 80 orang, komunitas
6
6
Vaperions Tangerang yang jumlah anggotanya 50 orang, dan komunitas
Evapes sebanyak 60 orang. Di kota Tangerang juga terdapat banyak toko
yang menjual perangkat dan cairan rokok elektrik Studi pendahuluan yang
dilakukan pada 15 orang terdapat 60% responden menyatakan bahwa rokok
elektrik lebih aman daripada rokok tembakau dan terdapat 73,3% responden
yang setuju bahwa rokok elektrik adalah salah satu alternatif untuk program
berhenti merokok dari rokok tembakau.
Penelitian Indra (2015) mengenai gambaran psikologis perokok
tembakau yang beralih menggunakan rokok elektrik menyimpulkan bahwa
responden memperoleh suatu kepuasan psikologis selama menggunakan
rokok elektrik karena banyaknya rasa yang dapat dihasilkan liquid dan
faktor kognitif responden yang menganggap bahwa rokok elektrik tersebut
lebih aman dibanding rokok tembakau. Penelitian ini juga mengatakan
perasaan yang dirasakan oleh responden adalah senang dan nyaman selama
menggunakan rokok elektrik karena bertambahnya teman sosial yang juga
memakai rokok elektrik yang telah menjadi tren gaya hidup pada zaman
sekarang ini. Hal tersebut menyebabkan suatu perubahan perilaku yang
sangat cepat, yang merubah kebiasaan responden dari merokok tembakau
menjadi menggunakan rokok elektrik.
Berdasarkan studi literatur yang ditemukan dan studi pendahuluan
yang telah dilakukan, para pengguna rokok elektrik menganggap rokok
elektrik yang lebih aman dan sebagai penganti rokok tembakau membuat
perubahan perilaku para penggunanya beralih menjadi menggunakan rokok
7
7
elektrik walaupun sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa masih
terdapat bahan berbahaya didalamnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam bagaimana gambaran persepsi tentang rokok
elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota
Tangerang
B. Rumusan Masalah
Pengguna rokok elektrik yang semakin banyak, persepsi para
penggunanya yang menganggap rokok elektrik lebih aman dan sebagai
alternatif berhenti merokok dari rokok tembakau membuat peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai gambaran persepsi tentang rokok elektrik
pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran responden meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, status penggunan, dan lama penggunaan pada para
pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang?
2. Bagaimana gambaran ketergantungan nikotin responden?
3. Bagaimana gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada pada para
pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang?
4. Bagaimana gambaran persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan
karakteristik demografi ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
8
8
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi
tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas
vaporizer Kota Tangerang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran responden meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, status penggunaan, dan lama penggunaan pada
komunitas vaporizer
b. Mengetahui gambaran ketergantungan nikotin responden
c. Mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada pada
para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota
Tangerang
d. Mengetahui gambaran persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan
karakteristik demografi
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan yaitu penelitian ini
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam memberikan informasi yang terpercaya pada pasien maupun pada
masyarakat dalam tindakan preventif dan promotif terhadap penggunaan
rokok elektrik. Manfaat bagi instansi pelayanan kesehatan adalah dapat
memberikan informasi mengenai keuntungan maupun kerugian dari
penggunaan rokok elektrik ini. Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu hasil
dari penelitian ini dapat digunakan untuk acuan penelitian selanjutnya dan
9
9
dapat dikembangkan lagi dengan melihat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi masyarakat dalam penggunaan rokok elektrik.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai gambaran persepsi tentang rokok elektrik
pada para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang
dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret hingga April 2017. Subjek penelitian ini adalah
para anggota komunitas vaporizer yang menggunakan rokok elektrik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Persepsi adalah tahap akhir dari suatu pengamatan dari objek yang
diawali oleh proses pengindraan, atau proses dimana diterimanya suatu
rangsangan oleh sistem indra yang kemudian individu memiliki suatu
perhatian dan diteruskan ke otak dan individu tersebut menyadari dan
memahami keadaan di lingkungan sekitarnya dan yang ada didalam
individu tersebut (Sunaryo, 2013).
Persepsi merupakan proses organisasi, interpretasi terhadap
rangsangan yang diterima oleh individu sehingga merupakan suatu
yang bermakna dan merupakan aktivitas yang terintegrasi di dalam diri
individu. Persepsi adalah proses kognitif yang dirasakan oleh setiap
individu dalam memahami suatu informasi mengenai lingkungan
sekitarnya, baik dengan menggunakan penglihatan, pendengaran,
perasaan, dan penciuman (Toha, 2008)
Hude (2006) mengatakan persepsi merupakan suatu tindak lanjut
dari suatu perasaan, karena persepsi pada hakikatnya merupakan
pemberian suatu makna pada stimulus yang ditangkap oleh sistem
pengindraan. Persepsi juga sangat bergantung pada beberapa faktor
yaitu faktor personal dan faktor situasional atau faktor fungsional dan
11
11
juga faktor struktural. Persepsi dapat membantu individu untuk
bertindak dan juga mengerti sosial lingkungan sekitarnya, karena
persepsi merupakan suatu proses akhir dari rangkaian peristiwa yang
saling berhubungan.
2. Macam-Macam Persepsi
Mulyana (2007) mengatakan bahwa terdapat 2 macam persepsi yang
dimiliki manusia yaitu:
a. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Persepsi setiap individu dalam menilai suatu objek atau suatu
lingkungan fisik dapat terjadi kekeliruan, karena suatu objek
tersebut dapat menipu indera individu tersebut. hal ini
disebabkan karena:
1) Kondisi yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang
seperti cuaca yang dapat membuat fatamorgana, pembiasan
cahaya contohnya peristiwa ketika seseorang melihatnya
didalam air yang akan terlihat bengkok yang sebenarnya
berposisi lurus. Hal tersebut yang disebut dengan ilusi
2) Latar belakang pengalaman yang berbeda anatar individu
satu dengan individu lainnya
3) Budaya yang berbeda yang dapat mempengaruhi persepsi
individu tersebut
12
12
4) Gambaran psikologis yang berbeda juga dapat
mempengaruhi perbedaan persepsi individu dengan orang
lain dalam mempersepsikan suatu objek
b. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial
Persepsi manusia atau persepsi sosial merukapan proses
penangkapan makna dari objek-objek sosial dan kejadian yang
dialami oleh individu dalam lingkungan individu tersebut.
persepsi ini lebih kompleks karena:
1) Manusia memiliki sifat yang dinamis karenanya persepsi
manusia dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat
dari pada persepsi terhadap objek
2) Persepsi sosial tidak meliputi sifat-sifat yang tampak dari
luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan dari
dalam.
3) Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat individu
mempersepsikan orang lalin, maka orang tersebut tidak diam
melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.
Menurut Sunaryo (2013) ada dua macam persepsi, yaitu: persepsi
eksternal (externalperception), yaitu suatu persepsi yang datangnya
karena adanya rangsangan dari luar tubuh individu dan persepsi internal
(selfperception) merupakan suatu persepsi yang datangnya karena
adanya rangsangan dari dalam tubuh individu. Hal ini yang menjadi
objek yaitu dirinya sendiri.
13
13
3. Syarat Dan Proses Pembentukan Persepsi
Dengan adanya persepsi, seseorang dapat menyadari dan memahami
suatu keadaan di lingkungan sekitarnya, dan juga dapat menyadari dan
memahami keadaan diri sendiri (self perception). Persepsi terjadi dari
proses sistem pengindraan. Pertama, stimulus akan diterima oleh
reseptor, yang kemudian akan diteruskan kedalam otak atau pada
susunan saraf pusat yang akan diorganisasikan dan juga
diinterpretasikan sebagai proses psikologi. Pada akhirnya individu akan
menyadari apa yang telah ia lihat dan yang telah ia dengar (Sunaryo,
2013).
Ada beberapa syarat terjadi suatu persepsi, yaitu :
a. Adanya objek. Objek berperan sebagai suatu rangsangan,
sedangkan pancaindra berperan sebagai reseptornya
b. Adanya perhatian sebagai salah satu langkah pertama untuk
mengadakan suatu persepsi
c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima rangsangan
d. Saraf sensorik berguna sebagai meneruskan rangsangan ke
dalam otak (pusat saraf atau pusat kesadaran) yang kemudian
dibawa melalui saraf motorik untuk menghasilkan sebuah
respons
Sebuah persepsi terjadi karena melalui tiga proses, yaitu proses
fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman,
yakni objek diberikan rangsangan, kemudian diterima oleh reseptor
14
14
atau sistem indra. Sementara itu, proses fisiologis terjadi karena
rangsangan yang dihantarkan ke saraf sensorik akan disampaikan ke
otak. Terakhir, proses psikologis yaitu proses yang terjadi pada otak
sehingga seseorang menyadari rangsangan yang diterima. Jadi, ketiga
syarat tersebut sangat diperlukan untuk tercapaiya suatu persepsi yang
baik (Sunaryo, 2013)
Menurut Nugroho (2013) proses pembentukan persepsi terdiri dari
3 tahapan, yaitu:
a. Rangsangan
Rangsangan merupakan tahap ketika individu menerima
informasi atau stimulus melalui inderanya. Pada tahap ini terjadi
penyeleksian sehingga terdapat rangsangan yang diabaikan dan
yang tidak diabaikan.
b. Organisasi
Organisasi adalah tahap pengelolaan informasi yang sudah
dipilih oleh indera mereka, terjadi suatu proses di otak sebagai
pusat kesadaran sehingga individu dapat menyadari apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, dan apa yang diraba.
c. Interpretasi atau evaluasi
Merupakan tahap dimana individu mengartikan atau
menafsirkan suatu informasi yang sudah masuk melalui alat
indera manusia. Penafsiran sebuah informasi melibatkan
beberapa aspek diantaranya pengalaman masa lalu individu,
15
15
nilai yang dianut tiap individu, harapan individu dan lain
sebagainya. Kemudian muncul suatu respon sebagai hasil dari
persepsi yang dapat diambil oleh individu tersebut dalam
berbagai macam bentuk.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Krench dan Crutchfield dalam Sobur (2003) terdapat 4
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, yaitu:
a. Faktor fungsional
Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari
kebutuhan, kegembiraan, pelayanan yang diterima, dan
pengalaman masa lalu individu. Faktor ini bersifat subjektif dan
internal dari seseorang. Persepsi pada dasarnya tidak ditentukan
oleh jenis rangsangan, tetapi tergantung pada karakter individu
yang memberikan respon terhadap rangsangan tersebut. Dengan
demikian persepsi bersifat selektif fungsional, maka seseorang
yang mempersepsikan sesuatu akan memberikan tekanan sesuai
dengan tujuan individu tersebut.
b. Faktor struktural
Faktor-faktor yang timbul dari bentuk rangsangan dan efek
netral yang akan dihasilkan dari sistem saraf individu. Faktor ini
merupakan faktor biologis dari tubuh seseorang. Gestalt ahli
psikologi mengatakan, manusia mempresepsikan sesuatu
cenderung sebagai suatu yang keseluruhan, meskipun
16
16
rangsangan yang diterima tidak langkap, penginterpretasinya
tetapi secara konsisten dengan rangkaian stimulus yang di
persepsi. Hal itu menyebabkan individu cenderung
mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan
memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.
c. Faktor situasional
Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan bahasa
nonverbal. Persepsi dilihat secara kontekstual yang artinya
situasi dimana persepsi tersebut muncul dan harus mendapatkan
perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
proses pembentukan persepsi individu.
d. Faktor personal
Faktor personal merupakan faktor yang terdiri dari faktor
pengalaman, sosial budaya, pengetahuan, harapan, motivasi dan
kepribadian individu.
Sedangkan menurut Toha (2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi
persepsi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
a. Faktor internal
Faktor yang terdapat dari dalam diri individu, yang mencakup
beberapa hal antara lain:
1) Fisiologis. Informasi tersebut masuk melalui alat indera dan
selanjutnya akan mempengaruhi dan melengkapi usaha
untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar.
17
17
Setiap individu dapat mempersepsikannya secara berbeda-
beda
2) Perhatian. Energi yang dibutuhkan oleh individu untuk
menghasilkan, memperhatikan atau memfokuskan bentuk
fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Setiap
individu memiliki energi yang berbeda-beda yang akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
3) Minat. Persepsi terhadap objek dapat bervariasi sesuai
dengan banyak energi atau perceptual vigilance yang
dilakukan untuk mempersepsikan. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseoraang untuk
memperhatikan tipe tertentu dari raangsangan atau dapat
dikatakan sebagai minat.
4) Kebutuhan yang searah. Dilihat bagaimana kuatnya individu
dalam mencari objek-objek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban dari dalam dirinya yang sesuai.
5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman tergantung pada
ingatan dalam arti sejauh mana individu mengingat kejadian-
kejadian lalu untuk mengetahui suatu rangsangan dalam
pengertian luas.
6) Suasana hati. Gambaran emosi yang dirasakan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang, perasaan ini
menunjukkan bagaimana perasaan individu pada waktu
18
18
tertentu yang dapat mempengaruhi bagaimana individu
tersebut dapat menerima, bereaksi dan mengingat.
b. Faktor eksternal
Faktor ini merupakan karakteristik yang berasal dari lingkungan
dan objek-objek yang terlibat didalamnya yang dapat mengubah
sudut pandang individu terhadap lingkungan sekitarnya dan
dapat mempengaruhi individu agar dapat merasakan dan
menerimanya. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
persepsi yaitu:
1) Ukuran dan penempatan dari objek atau rangsangan.
Semakin besar hubungan suatu objek maka semaki mudah
untuk dipersepsikan. Bentuk ini mempengaruhi persepsi
dengan melihat ukuran dan bentuk dari suatu objek sehingga
mudah untuk membentuk persepsi.
2) Warna dari objek-objek. Suatu objek yang memiliki cahaya
lebih banyak akan mudah dipersepsikan dengan objek yang
lebih sedikit mempunyai warna.
3) Keunikan dan kekontrasan rangsangan. Rangsangan dari luar
yang bentuknya diluar dari yang dibayangkan oleh individu
maka akan lebih menarik perhatian individu tersebut.
4) Intensitas dan kekuatan dari rangsangan. Rangsangan yang
berasal dari luar akan memberi arti lebih jika individu
tersebut sering memperhatikannya.
19
19
5) Motion atau gerakan. Individu akan memberikan banyak
perhatian apabila objek yang diperhatikan dapat memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan dengan
objek yang diam.
B. Rokok
1. Definisi Rokok Konvensional
Rokok adalah produk tembakau yang penggunaannya dengan cara
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung zat seperti nikotin dan tar,
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 109, 2012)
2. Kandungan Rokok Konvensional
Pada umummnya rokok konvensional mengandung sebagian besar
daun tembakau yang terdapat nikotin didalamnya. Nikotin dan asap
rokok akan keluar dari tembakau dengan proses merokok (menghirup)
ataupun mengunyah. Kandungan senyawa penyusun rokok yang dapat
menyebabkan ketergantungan pada pemakai adalah golongan alkaloid
yang bersifat perangsang (stimulant). Golongan alkaloid yang
terkandung dalam tembakau yaitu: nikotin, nikotirin, anabasin,
20
20
myosmin, dan lainnya. Nikotin bersifat alkali kuat dan dalam bentuk
ion sehingga dapat masuk melalui membran sel saraf. Sifat racun yang
dimiliki oleh nikotin dapat menyebabkan kelumpuhan saraf dan akan
mudah diserap oleh kulit. Selain nikotin, daun tembakau juga
mengandung karbohidrat, klorofil, asam-asam organik, enzim, mineral,
dan logam. Dalam asap rokok konvensional mengandung tiga zat kimia
yang sangat berbahaya, yaitu: tar, nikotin, dan karbomonoksida. Selain
itu asap rokok juga mengandung senyawa pridin, amoniak,
karbondioksida, keton, aldehida, cadmium, nikel, zink, dan nitrogen
oksida (Nururrahmah, 2014)
3. Ketergantungan Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif dalam tembakau yang menyebabkan para
perokok menjadi ketergantungan pada rokok. Dalam satu rokok dosis
nikotin tidak mengancam jiwa, tetapi akan memberikan efek adiktif,
seangkan menghirup bahan kimia lainnya menyebabkan resiko
kesehatan. Kandungan nikotin didalam rokok sangat cepat diserap ke
dalam peredaran darah yaitu dengan waktu 10 detik hingga mencapai
otak. Ini adalah salah satu alasan mengapa merokok memiliki potensi
yang tinggi menjadi perilaku adiktif (Broms, 2008)
Dependen atau ketergantungan adalah pola maladptif dari
penggunaan suatu zat atau penggunaan yang secara konfulsif meskipun
kesadaran alasan substansi untuk tidak menggunakannya.
Ketergantungan nikotin atau nikotin dependen ditandai dengan adanya
21
21
gangguan konsentrasi, mudah marah, gelisah, insomnia, lapar, dan
perubahan pada mood (Tomb, 2004)
Terdapat faktor fisik maupun psikologis lain yang dapat
mempengaruhi seseorang menjadi kecanduan nikotin. Berikut ini
merupakan keadaan atau perilaku yang berhubungan dengan ras ingin
merokok, yaitu:
a. Pada waktu tertentu menimbulkan rasa yang lebih besar untuk
merokok, contohnya pada siang hari pada jam istirahat kerja
dengan secangkir kopi atau setelah melakukan tugas-tugas rutin
b. Setelah makan, individu perokok memiliki keinginan untuk
merokok pada saat setelah makan
c. Alkohol, individu perokok yang menggunakan alcohol
mengatakan bahwa tembakau dan alkohol harus dinikmati
secara bersamaan
d. Pada tempat tertentu, seperti toilet, bar, atau tempat parkir para
perokok memiliki keinginan untuk merokok
e. Merokok dengan beberapa orang, pada saat individu bertemu
dengan orang lain yang juga merokok maka indvidu akan
merasa ingin merokok juga
f. Saat stress, ketika perokok sedang merasa tertekan biasanya
mereka akan memiliki dorongan untuk merokok
g. Bau tembakau, ketika individu mencium bau tembakau dari
oranglain maka akan memicu individu tersebut ingin merokok
22
22
h. Mengemudi, ketika individu sedang berkendara sendirian akan
menimbulkan keinginan untuk merokok
i. Cuaca dingin, bagi beberapa perokok merokok disaat cuaca
yang dingin dapat menyebabkan tubuh terasa hangat
Untuk menentukan seseorang terdiagnosis ketergantungan nikotin
ada beberapa kriteria berdasarkan American Psychiatric Association
yang setidaknya seseorang menunjukkan 3 kriteria DSM-IV-TR selama
periode 12 bulan, yaitu dengan kriteria:
a. Toleransi, yaitu seseorang akan menunjukkan tanda-tanda
tolerasi dengan jumlah kebutuuhan nikotin yang meningkat
untuk memenuhi efek yang diinginkan
b. Penarikan, yaitu seseorang akan menunjukkan gejala atau
sindrom dari penarikan
c. Nikotin digunakan dalam jumlah yang banyak dan lebih lama
dari apa yang telah direncanakan
d. Pengguna memilikii keinginan yang terus menerus untuk usaha
mengurangi penggunaan tembakau
e. Banyak waktu yang habis untuk mendapatkan atau
menggunakan zat atau tembakau
f. Kegiatan sosial, pekerjaan, rekreasi berkurang Karena
penggunaan dari tembakau
(WHO, 2010)
23
23
4. Terapi Pengganti Rokok (Nicotine Replacement Therapy)
Nicotine Replacement Therapy (NRT) adalah suatu metode yang
menggunakan alat untuk memberikan nikotin yang dibutuhkan oleh
seorang perokok tanpa adanya pembakaran tembakaku yang
merugikan. Tujuan dari NRT yaitu untuk menghilangkan pembakaran
tembakau dan salah satu sarana altrnatif pemberian nikotin tetapi pada
prakteknya NRT sering dipakai sebagai sarana alat bantu program
berhenti merokok untuk mencegah withdrawal effect nikotin dengan
menurunkan dosis nikotin secara bertahap (Tanuwihardja & Agus,
2012)
Menurut Tanuwihardja & Agus (2012) ada beberapa jenis Nicotine
Replacement Therapy (NRT) yaitu :
a. Nicotine Skin Patch
Jenis NRT ini digunakan setiap hari dan diganti setiap 24 jam. Cara
penggunaannya yaitu dengan meletakkan pada area kulit yang
tidak tumbuh rambut yang berbeda-beda di antara pinggang hingga
leher untuk mencegah iritasi pada kulit
b. Nicotine Gum Dan Lozanges
Jenis ini digunakan dengan cara dikunyah 1-2 buah setiap jam
dengan maksimal penggunaan 20 buah dalam sehari. Penggunaan
jenis ini dapat meningkatkan kadar nikotin darah setelah 2 jam.
c. Nicotine Inhaler
24
24
Penggunaan nicotine inhaler ini maksimal hingga 16 kali dalam
sehari. Nicotine catridges yang berisi nikotin dimasukkan kedalam
inhaler dan diuapkan selama 20menit. Penggunaan jenis ini
memilikik onset yang cepat. Cara penggunaanya yaitu dihisap ke
mulut lalu diabsorpsi di mulut dan paru serta meningkatkan kadar
nikotin darah dalam waktu 20 menit.
d. Nicotine Nasal Spray
Jenis alat ini cara penggunaannya dengan menyemprotkan ke
dalam hidung yang akan memberikan dosis nikotin lebih cepat
yaitu kadar nikotin dapat meningkat dalam 5-10menit setelah
pemakaian
e. Electronic Cigarette (Rokok Elektrik)
Rokok elektrik atau e-cigarette merupakan salah satu Terapi
pengganti rokok (Nicotine Replacement Therapy) yang cara
kerjanya menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk
memberikan nikotin dalam bentuk uap.
C. Rokok Elektrik
1. Definisi Rokok Elektrik
Rokok elektrik (e-cigartte) adalah suatu alat yang termasuk kedalam
salah satu tipe rokok yang diciptakan untuk mengubah nikotin menjadi
asap bukan berbentuk rokok seperti rokok pada umumnya. World
Health Organization (WHO) mengistilahkan rokok elektrik sebagai
25
25
Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) karena menghasilkan
nikotin kedalam bentuk uap yang dihirup oleh penggunanya (BPOM,
2015)
Rokok elektrik adalah sebuah perangkat yang dirancang untuk
menghantarkan nikotin tanpa asam tembakau dengan cara memanaskan
larutan nikotin, perasa, propilen glycol dan glycerin (Hajek, et al. 2014).
Rokok elektrik atau lebih terkenal dengan nama vaporizer merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti rokok
tembakau, karena rokok elektrik ini tidak mengandung tar dan
karbonmonoksida yang terkandung di rokok tembakau, tetapi rokok
elektrik tetap mengandung senyawa nikotin yang dosisinya sangat
redah (Indra, 2015)
2. Struktur Rokok Elektrik
Seperangkat rokok elektrik adalah alat yang fungsinya mengubah
zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalir ke dalam paru-paru
dengan menggunakan tenaga batrai atau listrik. Struktur dasar rokok
elektrik terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam
(atomizer) dan katrid (liquid) yang berisi berbagai macam cairan zat
kimia. Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, struktur rokok
elektrik terus mengalami modifikasi dan moderenisasi. Saat ini rokok
elektrik sudah berevolusi hingga pada generasi yang ke-3 dengan
menggunakan sistem tangki dan semakin user friendly, bahkan
modelnya ada yang tidak seperti rokok dan terintegrasi dengan
26
26
perangkat handphone. Dalam peredarannya, rokok elektrik dikenal
dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor,
electrosmoke, green cig, smartcigarette, dll. Cairan isi dalam katrid
disebut sebagai e-juice, e-liquid. Sementara aktivitas merokok dengan
rokok elektrik disebut sebagai vaping (BPOM, 2015)
3. Sejarah Rokok Elektrik
Sejak tahun 1963 rokok elektrik sudah ada, yang pertama kali
menemukan yaitu Herbert A Gilbert. Namun yang pertama kali
memproduksi secara modern adalah seorang apoteker asal Tiongkok
yang bernama Hon Lik. Hon Lik dikenal sebagai sosok yang mengawali
kehadiran rokok elektrik pada tahun 2003 selanjutnya dipatenkan pada
tahun 2004 dan mulai menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2006-2007
dengan berbagai merek. (Caponnetto,. et al, 2014)
Sumber: BPOM (2015)
Gambar 2.1 Struktur Dasar Rokok Elektrik
27
27
Di Indonesia, popularitas rokok elektrik sedang melejit, karena
ditunjang dengan ketersediaaan variasi teknologi perangkat, model
ukuran, warna, kapasitas batrai dan lainnya. Tren rokok elektrik saat ini
telah merambah kedalam negri Indonesia, peminat rokok elektrik
semakin banyak. Ini terindikasi dengan menjamurnya seller produk ini,
dan rokok elektrik dapat sangat mudah ditemukan dan dijual bebas
terutama melalui penjualan online. Rokok elektrik sudah sangat mudah
didapatkan dengan berbagai variasi desain dan rasa. Harga yang
ditawarkan pun bervariasi, yaitu mulai yang termurah ratusan ribu,
hingga jutaan rupiah. Selain dapat ditemukan di toko online, rokok
elektrik juga sangat mudah didapatkan melalui media sosial seperti
facebook, twitter, youtube, dan instagram. Juga dapat ditemukan di
kedai vaping, toko-toko elektronik atau ditawarkan pada kegiatan
tertentu seperti Car Free Day yang rata-rata peminatnya adalah
kalangan muda (BPOM, 2015)
4. Kandungan Rokok Elektrik
Kandungan didalam rokok elektrik berbeda-beda, namun pada
umumnya berisi larutan yang terdiri dari 4 jenis campuran yaitu,
nikotin, propilen, glikol, gliserin, air dan flavoring (perisa). Kandungan
kadar nikotin dalam liquid rokok elektrik bervariasi, yaitu dari kadar
rendah hingga kadar tinggi. Namun, seringkali kadar nikotin yang
tertera di label tidak sesuai dan berbeda yang signifikan dari kadar yang
diukur sebenarnya (BPOM, 2015)
28
28
Propilen glikol merupakan suatu zat dalam kepulan asap buatan
yang biasanya dibuat dengan “fog machine” diacara panggung teatrikal,
atau juga sebagai antifrezee, pelarut obat dan pengawet makanan
(BPOM, 2015)
Beberapa senyawa yang berbahaya lainnya yang ditemukan antara lain:
a. Tobacco-specific nitrosamine (TSNAs)
b. Diethylene glycol (DEG)
c. Logam : partikel timah, perak, nikel, aluminium, dan kromium di
dalam uap rokok elektrik dengan ukuran yang sangat kecil (nano-
partikel) sehingga dapat sangat mudah masuk ke dalam saluran
napas di paru-paru
d. Karbonil: karsinogen potensial antara lain formaldehida,
asetaldehida, dan akrolein. Juga senyawa organik volatil (VOCs)
seperti toluena dan pm-xylene
e. Zat lainnya: kumarin, tadalafil, rimonabant, serat silika (BPOM,
2015).
Meskipun jumlah bahan kimia yang ditemukan di rokok elektrik
lebih sedikit dibanding rokok tembakau, chromium dan nikel
ditemukan 4 kali lipat lebih banyak dalam beberapa jenis liquid
vaporizer dibanding rokok tembakau. Liquid vaporizer dan voltase
pada baterai memiliki komponen yang berbahaya dan akan semakin
berbahaya pada device yang memiliki high-voltage (Indra, dkk, 2015)
29
29
5. Manfaat Dan Kerugian Rokok Elektrik
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI tahun 2015 ada
beberapa manfaat mapun kerugian dari rokok elektrik, yaitu :
a. Manfaat
Rokok elektrik pada awalnya diciptakan sebagai salah satu alat
yang digunakan untuk berhenti merokok atau terapi pengganti
nikotin (Nicotine Replacement Therapy, NRT) dengan cara
mengurangi kadar nikotin rokok elektrik yang secara bertahap di
bawah supervisi dokter.
b. Kerugian
1) Dapat menimbulkan masalah adiksi karena kandungan nikotin
pada liquid rokok elektrik dapat menimbulkan rasa ketagihan
dan dapat meningkatkan kadar plasma nikotin pada
penggunanya yang akan menyebabkan peningkatan adrenalin
dan tekanan darah, serta meningkatkan kadar plasma
karbonmonoksida dan frekuensi nadi yang dapat mengganggu
kesehatan.
2) Dapat disalah gunakan dengan memasukkan berbagai macam
bahan bahaya ilegal seperti mariyuana, heroin dan lainnya.
3) Bahan perisa (flavoring) yang digunakan juga dapat berbahaya
bagi kesehatan tubuh seperti apabila kita menghisapnya ke
paru. Bahan perisa ini sangat kid friendly sehingga dapat
menarik untuk anak-anak dan remaja dan bahan perisa
30
30
digunakan sebagai unsur dominan sebagai pengganti nikotin
apabila pengguna rokok elektrik ini sengaja memasukkan
bahan peisa kedalam paru maka akan mengganggu kesehatan
paru.
4) Resiko bertambahnya perokok pemula yang sebelumnya
seseorang belum pernah merokok maka akan memulai
mencobanya. Data pengguna rokok elektrik di beberapa
negara terus mengalami peningkatan yang signifikan dalam
beberapa tahun belakangan ini, terutama pada usia remaja dan
pelajar ataupun mahasiswa.
5) Resiko bertambahnya perokok ganda (dual user) yaitu para
pengguna rokok konvensional dan rokok elektrik akan
menggunakannya secara bersamaan
6) Mantan perokok kembali merokok karena adanya suatu
pernyataan bahwa produk rokok elektrik aman untuk
digunakan
7) Me-renormalisasi perilaku merokok, artinya bahwa rokok
elektrik ini dapat meningkatkan daya tarik terhadap rokok
konvensional, karena desain rokok elektrik yang dianggap
produk imitasi dari rokok konvensional, sehingga akhirnya
perilaku merokok konvensional dianggap perilaku yang bukan
negatif dan biasa-biasa saja. Dengan demikian penggunaan
rokok elektrik dapat diterima di sosial dari perilaku merokok.
31
31
8) Rokok elektrik dapat mengganggu kebijakan KTR (Kawasan
Tanpa Rokok).
6. Regulasi Rokok Elektrik
Pada tahun 2013, parlemen di Eropa menerbitkan rancangan
undang-undang untuk memperkenalkan sejumlah kebijakan yang
ditunjukan untuk membatasi daya tembakau untuk para masyarakat
termasuk tentang regulasi rokok elektrik, bahwa :
a. Rokok elektrik akan diatur, tetapi tidak sama dengan aturan
seperti produk obat kecuali mereka menyajikan produk yang
bersifat kuratif atau sebagai pencegahan
b. Rokok elektrik yang tidak memiliki klaim tersebut harus dibuat
berisi tidak lebih dari 30mg/ml nikotin, dan harus
mencantumkan peringatan kesehatan dan tidak boleh dijual
kepada mereka yang usianya masih dibawah 18tahun
c. Produsen dan importir harus menyediakan atau mencantumkan
semua bahan yang terkandung didalamnya
d. Rokok elektrik akan tunduk pada pembatasan iklan sama
dengan produk rokok tembakau
(British Medical Association, 2013)
World Health Organization (WHO) telah melakukan pembahasan
mengenai rokok elektrik dalam pertemuan internasional Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC) pada tahun 2014 yang
menyarankan negara-negara anggotnya untuk merumuskan kebijakan
32
32
untuk pembatasan promosi tentang rokok elektrik, upaya
meminimalkan resiko kesehatan, melarang klaim kesehatan terhadap
rokok elektrik. disebutkan pula bahwa rokok elektrik tetap memberi
ancaman kesehatan, dan bisa menjadi awal untuk menjadi perokok
(BPOM, 2015).
Diberbagai negara di dunia, ketegori untuk penggolongan rokok
elektrik berbeda-beda, ada negara yang menggolongkannya sebagai
produk tembakau/rokok, obat, ataupun alat kesehatan sehingga regulasi
berbeda-beda sesuai dengan kategori di negara yang bersangkutan.
Tidak kurang dari 15 negara telah melakukan aturan yang ketat
melarang penjualan dan pemasaran rokok elektrik (BPOM, 2015).
Di Indonesia sendiri hingga kini pemerintah masih membahas
penyusunan regulasi terkait dengan rokok elektrik. Adapun rokok
elektrik yang beredar saat ini merupakan barang impor. Badan POM
telah membuat kajian dan mendorong pihak terkait agar kebijakan
tentang rokok elektrik ini dapat segera ditetapkan dengan merujuk
kepada fakta-fakta yang ada dan melihat berbagai perkembangan
penggunaan rokok elektrik yang semakin banyak. Sebagai negara yang
memiliki pravelensi perilaku merokok tertinggi ketiga di dunia,
pengendalian dampak rokok bagi kesehatan perlu menjadi prioritas
dalam pengaturan melalui instrumen kebijakan dengan
mempertimbangkan perspektif jangka panjang untuk kesehatan yang
33
33
meliputi bukan hanya kalangan perokok, tetapi juga kalangan non
perokok (BPOM, 2015).
D. Penelitian Yang Terkait
1. Penggunaan Rokok Elektronik Di Komunitas Personal Vaporizer
Surabaya
Apsari Damayanti (2016) melakukan penelitian yang berjudul
penggunaan rokok elektronik di komunitas personal vaporizer surabaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan penggunaan rokok
elektronik di komunitas personal vaporizer Surabaya. Penelitian ini
dilakukan padaa 31 responden anggota komunitas. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pengguna rokok elektrik sebagian besar berusia 26-
35tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan SMA sampai dengan
perguruan tinggi, bekerja sebagai pegawai dan memiliki riwayat
merokok. Alasan menggunakannya adalah untuk berhenti merokok.
Hasil Analisa dengan menghitung rasio prevalensi menunjukkan bahwa
pengetahuan yang baik tentang rokok elektronik merupakan faktor
protektif untuk tidak menggunakannya. Perhitungan antara
keterjangkauan biaya terhadap cairan rokok elektronik merupakan
faktor resiko untuk menggunakannya. Perhitungan antara faktor
keluarga dan penggunaan rokok elektronik menunjukkan bahwa tidak
ada dukungan keluarga merupakan faktor protektif untuk tidak
menggunakannya. Dari semua variabel yang diteliti hanya
34
34
keterjangkauan biaya terhadap cairan rokok elektronik yang merupakan
faktor resiko penggunaan rokok elektronik tingkat berat
2. Gambaran psikologis perokok tembakau yang beralih mengunakan
rokok elektrik (vaporizer)
Muhammad Fikri Indra (2015) melakukan penelitian mengenai
gambaran psikologis perokok tembaau yang beralih mengunakan rokok
elektrik (vaporizer) yang dilakukan di Riau pada komunitas Riau
VaporCloud. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi deskriptif. Tujuan peneliltian ini untuk
mengetahui gambaran psikologis yang terjadi pada perokok tembakau
yang beralih menggunakan rokok elektrik. Terdapat 5 orang yang dipilih
untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Responden dipilih
dengan metode purposivesampling dan menggunakan teori kejenuhan.
Data dikumpulkan dengan melalui wawancara mendalam yang
diselesaikan oleh catatan lapangan dan dianalisis dengan metode
Colaizzi. Penelitian ini mengidentifikasi 3 tema yaitu persepsi tentang
rokok elektrik, perasaan ketika menggunakan rokok elektrik dan
perilaku yang dilakukan.
3. E-Cigarette Awareness, Use, And Harm Perception In US Adults
Pearson et al (2012) melakukan penelitian tentang pengetahuan,
perilaku, dan persepsi pada dewasa muda terhadap rokok elektrik
mengatakan sebanyak 40,2% responden pernah mendengar tentang
rokok elektrik, dengan tingkat pengetahuan yang tinggi di antara para
35
35
perokok. 11,4% perokok menggunakan rokok elektrik, 2,0% mantan
perokok menggunakan rokok elektrik, dan 0,8% yang belum pernah
merokok mulai menggunakan rokok elektrik. 84,7% dikalangan
perokok percaya bahwa rokok elektrik mengandung sedikit bahan
berbahaya dari rokok konvensional
4. Characteristics Associated With Awareness, Perceptions, And Use Of
Electronic Nicotine Delivery Sistems Among Young Us Midwestern
Adults
Kelvin Choi dan Jean Forster (2013) melakukan penelitian dengan
judul Characteristics associated with awareness, perceptions, and use
of electronic nicotine delivery sistems among young us midwestern
adults. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai karakteristik
yang terkait dengan pengetahuan dan penggunaan terhadap rokok
elektrik, persepsi bahwa rokok elektrik merupakan program berhenti
merokok, kepercayaan bahwa tidak berbahaya dan rendah bahan adiksi
pada rokok elektrik dengan karakteristik demografi, status merokok, dan
teman yang merokok. Hasil dari penelitian ini adalah 69,9% responden
mengetahui tentang rokok elektrik, 7,0% pernah menggunakan, laki-
laki, mantan perokok, dan pengaruh teman dekat lebih mengetahui dan
menggunakan rokok elektrik. 44,5% percaya bahwa rokok elektrik
dapat membantu untuk berhenti merokok dari rokok tembakau, 52,8%
setuju bahwa rokok elektrik tidak berbahaya, dan 26,3% setuju rokok
elektrik rendah bahan adiksi.
36
36
5. How and Why Do Smokers Start Using E-Cigarettes? Qualitative Study
of Vapers in London, UK
Elle Wadsworth, el all pada tahun 2016 melakukan penelitian
dengan judul How and Why Do Smokers Start Using E-Cigarettes?
Qualitative Study of Vapers in London, UK. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, tujuan penelitian ini untuk mendekripsikan
bagaimana dan mengapa perokok tembakau mulai beralih menggunakan
rokok elektrik dan produk apa yang mereka gunakan. Penelitian ini
berhubungan dengan teori perubahan perilaku COM-B (Behaviour
change, Capability, Opportunity, dan Motivation). Metode yang
dilakukan yaitu dengan wawancara semi terstruktur pada 30 responden
perokok atau mantan perokok yang menggunakan rokok elektrik di
London, Inggris. Inisiasi perilaku penggunaan rokok elektrik difasilitasi
oleh; kemampuan (kemampuan fisik untuk menggunakan rokok elektrik
dan kemampuan psikologis untuk memahami bahwa rokok elektrik
tidak berbahaya daripada rokok elektrik); kesempatan (peluang untuk
mendapatkan rokok elektrik di toko lebih mudah dan biaya yang di
keluarkan lebih murah dibandingkan dengan rokok tembakau, dan
rokok elektrik memberikan kesempatan sosial dengan teman dan
keluarga; dan motivasi (motivasi menggunakan rokok elektrik adalah
rasa ingin tahu dan proses sadar diri untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan manfaat kesehatan yang dirasakan. Penerapan model
COM-B mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan
37
37
penggunaan rokok elektrik, yaitu pengaruh kebijakan seperti harga yang
relatif dan dapat digunakan di lingkungan bebas asap rokok.
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Persepsi
Dimodifikasi dari Sumber: Krench dan Crutchfield dalam Sobur
(2003); Sunaryo (2013); BPOM (2015)
Self perception:
pengetahuan, sikap,
perasaan,
kepribadian,
harapan, keinginan,
motivasi dan
keadaan fisik
Rokok Elektrik (Vaporizer)
- Definisi rokok elektrik
- Kandungan rokok elektrik
- Manfaat rokok elektrik
- Kerugian rokok elektrik
- Regulasi rokok elektrik
- Alasan penggunaan rokok
elektrik
- Harga rokok elektrik
- Nikotin dependen
Anggota komunitas
pengguna rokok
elektrik (vaporizer)
External
perception:
keluarga, orang
lain, informasi
yang diterima,
lingkungan, dan
hal baru
Faktor yang
mempengaruhi persepsi:
- Faktor fungsional
- Faktor struktural
- Faktor situasional
- Faktor personal
38
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran
persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di
komunitas vaporizer Koa Tangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif
dengan rancangan desain analisis deskriptif. Peneliti meneliti variabel
persepsi yang meliputi
Bagan 1Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Persepsi:
- Definisi rokok elektrik
- Kandungan rokok elektrik
- Manfaat rokok elektrik
- Kerugian rokok elektrik
- Regulasi rokok elektrik
- Alasan penggunaan rokok elektrik
- Harga rokok elektrik
- Nikotin dependen
39
B. Definisi Operasional
Tabel 1Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Persepsi Tentang
Rokok Elektrik
Suatu sudut pandangseseorang terhadap
suatu objek yang diterimanya dan dapat
dipahami oleh seseorang tersebut
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 23 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 68,58)
2. persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 68,57)
Ordinal
Persepsi definisi
rokok elektrik
Suatu persepsi yang dimiliki responden
terhadap definisi rokok elektrik dan
maknanya apabila persepsi positif maka
responden tersebut dapat menjawab
dengan tepat tentang definisi rokok
elektrik
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 3 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ median, 10,00)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
<median, 9,90)
Persepsi
kandungan
rokok elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap bahwa rokok elektrik
memiliki zat atau senyawa yang berbahaya
didalamnya
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 4 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 10,63)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 10,62)
Persepsi manfaat
rokok elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap bahwa setelah mereka
menggunakan rokok elektrik mereka dapat
mengurangi penggunaan kadar nikotin
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 3 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 9,12)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 9,11)
Persepsi
kerugian rokok
elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap bahwa rokok elektrik
berbahaya dan memiliki dampak kesehatan
yang sama dengan rokok tebakau setelah
mereka menggunakannya
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 4 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 10,68)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 10,67)
40
40
Persepsi alasan
penggunaan
rokok elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap bahwa mereka menggunakan
rokok elektrik karena teman dan orang-
orang disekitarnya dan mereka ingin
mencoba hal yang baru
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 4 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 11,19)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 11,18)
Persepsi regulasi
rokok elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap bahwa rokok elektrik harus
segera dibuat tentang peraturannya
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 2 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ median, 8,00)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< median, 7,90)
Persepsi harga
rokok elektrik
Suatu persepsi dimana responden
menganggap penggunaan rokok elektrik
lebih murah dan lebih hemat daripada
rokok tembakau
Skala Likert
Menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti yang sudah di uji
judgementexpert berjumlah 3 pernyataan
lalu menghitung skor pada pernyataan yang
sudah dijawab responden
Cut of point
1. Persepsi positif (skor jawaban
≥ mean, 9,42)
2. Persepsi negatif (skor jawaban
< mean, 9,41)
Nikotin
dependen
Pengukuran ketergantungan terhadap rokok
atau nikotin
Kuesioner
Fagerstrom
Test For
Nicotine
Dependence
(FTND)
berisi 6
pertanyaan
Pilihan jawaban pertanyaan no.1 bernilai:
5 menit = 3
6-30 menit = 2
31-60 menit = 1
Setelah 60 menit = 0
Pertanyaan no.2 bernilai:
Ya = 1
Tidak = 0
Pertanyaan no.3 benilai:
Rokok pertama dipagi hari = 1
Yang lainnya = 0
Pertanyaan no.4 bernilai:
1-10 rokok = 0
11-20 rokok = 1
21-30 rokok = 2
31 rokok atau lebih = 3
Pertanyaan no.5 dan 6 bernilai:
Ya = 1
Tidak = 0
1. Skor 0-2 sangat rendah (very
low dependence)
2. Skor 3-4 rendah (low
dependence)
3. Skor 5 sedang (medium
dependence)
4. Skor 6-7 tinggi (high
dependence)
5. Skor 8-10 sangat tinggi (very
high dependence)
Ordinal
41
41
Usia Suatu rentang waktu kehidupan yang
diukur dengan tahun berdasarkan tahun
yang sudah dilalui oleh responden pada
saat pengambilan data
Angket Kuesioner 1. Remaja= 18-20 tahun
2. Dewasa muda= 21-40tahun
(potter & perry, 2013)
Ordinal
Jenis kelamin Status seks antara laki-laki dan perempuan
yang dimiliki oleh responden secara
biologis yang dibawa sejak responden lahir
Angket Kuesioner 1. Laki-laki
2. Perempuan
Nominal
Pendidikan
Terakhir
Suatu tingkat pendidikan formal terakhir
yang pernah diikuti oleh responden sampai
tamat
Angket Kuesioner 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Diploma/Sarjana
Ordinal
Status
penggunaan
Pemakaian rokok elektrik responden pada
saat pengambilan data
1 pertanyaan
pada
kuesioner
karakteristik
responden
Kuesioner
1. Beralih dari rokok tembakau
2. Langsung menggunakan rokok
elekrik
Ordinal
Lama
penggunaan
Jangka waktu pemakaian rokok elektrik
responden saat pengambilan data
1 pertanyaan
pada
kuesioner
karakteristik
responden
Kuesioner Kategori bulan Rasio
42
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi
tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas
vaporizer Kota Tangerang. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
data menggunakan kuesioner penelitian.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada para pengguna rokok elektrik di
komunitas vaporizer Kota Tangerang. Penelitian dilakukan padabulan
Maret hingga April 2017
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan individu yang akan dikenai sasaran
generalisasinnya dari sampel yang akan diambil dalam sebuah penelitian
(Sumantri, 2011). Populasi penelitian ini adalah pada para pengguna rokok
elektrik di komunitas vaporizer Kota Tangerang yang berjumlah 190 orang
yang terdiri dari 3 komunitas, yaitu 80 orang komunitas Vapor Tangerang,
50 orang komunitas Vaporions Tangerang, dan 60 orang komunitas Evapes.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah dengan menggunakanconsecutivesampling,
43
43
yaitupemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria
penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah responden yang diperlukan terpenuhi (Nursalam, 2008).
Peneliti menggunakan teknik consecutive sampling karena terbatasnya
responden.Sampel pada penelitian ini adalah para pengguna rokok elektrik
di komunitas vaporizer Kota Tangerang. Pengambilan sampel mangacu
pada kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditentukan oleh peneliti.
Kriteria inklusi
a. Remaja akhir (18-20tahun) dan dewasa muda (21-40tahun) yang
menggunakan rokok elektrik
b. Pria dan wanita yang menggunakan rokok elektrik
c. Bersedia menjadi responden
d. Anggota komunitas vaporizer
Kriteria ekslusi
a. Responden yang tidak kooperatif
b. Responden yang menolak dijadikan responden
Pada penelitian ini untuk menentukan jumlah sampel, peneliti
menggunakan rumus slovin, maka rumus sampelnya adalah (Hamdi, 2014)
𝑛 =N
1 + N (d)2
Keterangan:
n = jumlah sampel
44
44
N = jumlah populasi
d = derajat penyimpangan terhadap populasi yang
diinginkan: 10%
𝑛 =190
1 + 190 (10%)2
𝑛 =190
1 + 1,9
𝑛 =190
2,9
𝑛 = 65,517
n= 65,517 dibulatkan menjadi 66
Dari rumus sample diatas, maka diperoleh jumlah sample sebesar 66
orang responden. Besar sampel kemudian ditambah untuk mengantisipasi
kemungkinan dropout 10% sehingga sample penelitian sebanyak 73 orang
responden. Agar penyebaran data merata dan seimbang antara komunitas,
maka digunakan rumus sebaran data (Saryono, 2011), yaitu:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 =jumlah strata sampel x sampel
populasi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑎𝑝𝑜𝑟 =80 x 73
190 = 31 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐸𝑣𝑎𝑝𝑒𝑠 =60 x 73
190 = 23 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑉𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑜𝑛𝑠 =50 x 73
190 = 19 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎
Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel pertama pada
komunitas evapes yang pada saat itu sedang mengadakan pertemuan
45
45
(vapemeet) yang dihadiri oleh 15 orang anggota komunitas, lalu peneliti
langsung membagikan kuesioner pada 15 anggota tersebut yang bersedia
untuk dijadikan responden dan masuk kedalam kriteria inklusi penelitian.
Kemudian hari kedua peneliti kembali mengambil sampel di komunitas
evapes yang dihadiri oleh 17 anggota dan peneliti membagikankuesioner
pada 8 anggota yang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Selama
pengambilan data di komunitas evapes anggotanya tidak ada yang menolak
untuk dijadikan responden. Pada hari ketiga, peneliti mengambil sampel
pada komunitas vaporions yang pada saat itu sedang mengadakan
pertemuan antar anggotanya (vapemeet) pada saat itu dihadiri oleh 13 orang
anggota komunitas lalu peneliti mengambil 13 responden yang bersedia
untuk mengisi kuesioner dan masuk kedalam kriteria penelitian. Pada hari
keempat, peneliti mengambil sampel pada komunitas vaporions kembali
yang pada saat itu dihadiri oleh 20 anggota dan peneliti mengambil sampel
yang kurang sebanyak 6 responden yang bersedia dan masuk kedalam
kriteria penelitian. Kelima peneliti mengambil sampel pada komunitas
vapor yang sedang mengadakan pertemuan (vapemeet) yang dihadiri oleh
23 anggota komunitas dan peneliti membagikan kuesioner kepada 23
anggota yang bersedia untuk dijadikan responden.Pada hari keenam peneliti
mengambil sampel di komunitas vapor untuk yang kedua kalinya yang pada
saat itu dihadiri oleh 27 anggota komunitas dan peneliti membagikan
kuesioner kepada 8 anggota komunitas yang kurang. Pada saat peneliti
46
46
mengambil sampel tidak ada anggota komunitas yang menolak untuk
dijadikan responden.
D. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah seluruh alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu masalah atau
menguji suatu hipotesis (Saryono, 2011). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner yang
digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai gambaran
persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di
komunitas vaporizer Kota Tangerang.
1. Kuesioner Karakteristik Demografi
Kuesioner karakteristik demografi bertujuan untuk mengetahui
karakteristik responden, kuesioner karakteristik demografi ini terdiri
dari pertanyaan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status
penggunaan dan lama penggunaan.
2. Kuesioner Nikotin Dependen
Kuesioner ini berisi kuesioner Fagerstrom Test for Nicotine
Dependence (FTND). FTND ini merupakan suatu skala yang telah
digunakan sebagai standar untuk penentuan ketergantungan nikotin oleh
WHO (world health organization). Skala ini sudah disebut oleh
berbagai kepustakaan yang telah mewakili aspek fisik dan psikologis
47
47
dari suatu ketergantungannya, khususnya untuk ketergantungan nikotin.
Skala FTND ini disebutkan pada berbagai kepustakaan telah mewakili
aspek fisik dan psikologis dan ketergantungannya, khususnya
ketergantungan nikotin. FTND mempunyai 6 item pertanyaan, setiap
item dalam skala ini memiliki poin tersendiri. Kuesioner ketergantungan
ini peneliti modifikasi kata-katanya yaitu yang awalnya kata rokok
tembakau menjadi rokok elektrik.
3. Kuesioner Persepsi
Kuesioner persepsi ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara melihat
teori-teori yang telah ada. Kuesioner ini berisi 23pernyataan mengenai
persepsi tentang definisi rokok elektrik 3 pernyataan, kandungan rokok
elektrik 4 pernyataan, manfaat rokok elektrik 3 pernyataan, kerugian
menggunakan rokok elektrik 4 pernyataan, regulasi rokok elektrik 2
pernyataan, alasan menggunakan rokok elektrik 4 pernyataan dan harga
rokok elektrik 3 pernyataan.
Tabel 2Tabel 4.1
Kisi-Kisi Kuesioner
Persepsi rokok elektrik positif negatif Jumlah
Definisi 1, 2 3 3
Kandungan 6, 7 4, 5 4
Manfaat 8, 10 9 3
Kerugian 11, 12, 13 14 4
Alasan - 16, 15, 17,18 4
Regulasi 19, 20 - 2
Harga 22 21, 23 3
Total 12 11 23
Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Likert yang meliputi:
jika pernyataan positif akan mendapat nilai 5 = sangat setuju, 4 = setuju,
48
48
3 = ragu-ragu 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju. Jika pernyataan
negatif akan mendapat nilai: 1 = Sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-ragu,
4 = tidak setuju, 5 = sangat tidak setuju.
E. Uji Validitas Dan Reliabilitas
Uji validitas merupakan indeks yang dapat menunjukkan suatu alat
ukur tersebut benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut dapat mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu suatu variabel (Hidayat,
2008). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat
sendiri oleh peneliti. Setelah membuat instrumen sesuai dengan aspek-
aspek yang akan diukur berlandaskan dengan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgement experts).Kuesioner
dalam penelitan ini sudah dikonsultasikan oleh dokter spesialis paru, dr.
Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARSdosen kedokteran UIN Jakarta dan dokter
spesialis paru RS PersahabatanDR. dr. Agus Dwi S, Sp. P (K), FAPSR.
Hasil uji ahli dengan dr. Mukhtar dari 25 pernyataan semua pernyataan
dinyatakan layak digunakan dan beberapa diperbaiki penggunaan kata-
katanya agar responden dapat mengerti pernyataannya, contohnya
penggunaan kata liquid diganti dengan cairan, regulasi diganti dengan
peraturan. Hasil uji ahli oleh dr.Agus mengenai kuesioner persepsi dari 25
pernyataan yang layak untuk digunakan sebanyak 23 pernyataan,karena 2
pernyataan (nomor 4 dan 19) tidak layak untuk digunakan. 2 dari pernyataan
yang dihilangkan yaitu pernyataan yang mengandung kata sehat karena
49
49
pada kusioner ini tidak boleh memasukan kata-kata sehat didalamnya
karena akan membuat respoden memandang bahwa rokok elektrik lebih
sehat. Dari 23 pernyataan yang layaklalu peneliti mengubah penggunaan
kata-katanyamenjadi disederhanakan agar memudahkan masyarakat untuk
mengerti maksud dari pernyataan dari kuesioner tersebut.
Setelah dilakukan judgement expert selanjutnya peneliti melakukan
uji validasi yang dilakukan pada para pengguna rokok elektrik di komunitas
Maturevaporizer Jakarta sebanyak 30 responden. Uji yang dilakukan adalah
menggunakan rumus PearsonProductMoment. Pernyataan valid apabila r
hitung > r tabel, sedangkan pernyataan dianggap tidak valid jika r hitung <
r table (0,361) pada n = 30 (Sugiyono, 2013). Hasil uji validitas berdasarkan
statistik pada instrumen persepsi terhadap rokok elektrik didapatkan dari 23
pernyataan 18 pernyataan secara statistik dinyatakan validdan 5 pernyataan
secara statistik dinyatakan tidak valid. Kemudian peneliti melakukan
modifikasi 5 pernyataan tersebut yang berdasarkan masukan yang diberikan
oleh ahli uji judgementexpert. Setelah peneliti melakukan modifikasi
selanjutnya peneliti menggunakan kuesionernya untuk mengambil data.
Uji reliabelitas adalah ukuran yang menunjukkan pada suatu tingkat
kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Penelitian ini dianggap
baik jika instrumen yang digunakan sudah memenuhi validitas dan
reliabilitas. Uji reliabilitas pada penelitian ini digunakan cara Cronbach’s
Alpha α.> 0,60 (Sujarweni, 2014). Hasil uji reliabilitas dari instrument
50
50
persepsi terhadap rokok elektrik adalah 0,749 sehinga instrument ini
dianggap sudah baik dan bisa digunakan untuk penelitian.
F. Tahap Penelitian
1. Sumber Data
Data primer yang didapatkan peneliti adalah langsung dari
responden melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Sebelum
melakukan pengumpulan data peneliti sudah melakukan uji validitas
dan uji reliabilitas kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini.
Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah
diberikan oleh peneliti dan tidak boleh diwakili. Kuesioner yang telah
diisi langsung diberikan kepada peneliti.
2. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur dalam pengambilan data pada penelitian ini melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan pembimbing,
peneliti membuat kuesioner berdasarkan teori yang ada.
b. Kuesioner dilakukan uji judgement expert oleh dokter spesialis paru
yaitu dr. Mukhtar Ikhsan, Sp. P, MARS dan oleh DR. dr. Agus Dwi
S, Sp. P (K), FAPSR
c. Selanjutnya peneliti mengambil data setelah mendapatkan surat
pemohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
51
51
d. Memberikan surat permohonan izin penelitian kepada ketua
komunitas vaporizer di Kota Tangerang.
e. Setelah mendapatkan izin oleh ketua komunitas, peneliti
memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian
kepada calon reponden.
f. Memberikan lembar persetujuan (informed concent) untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila mereka setuju menjadi
objek penelitian.
g. Menjelaskan kepada responden untuk tata cara mengisi kuesioner.
h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kusioner
dan bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan yang tidak jelas
dalam kuesioner.
i. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang
telah diisi untuk memastikan semua pernyataan diisi dengan baik
j. Responden memberikan kembali kuesioner yang sudah diisi oleh
responden untuk diperiksa
k. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah
ditetapkan oleh peneliti.
G. Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari
kuesioner yang telah diisi sudah sesuai dan sudah lengkap. Pada proses
ini peneliti melakukan pemeriksaan data yang telah terkumpul misalnya,
52
52
semua pernyataan sudah terisi, penulisannya sudah jelas, dan jawaban
yang ditulis relevan dengan pernyataan.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode yakni dengan
mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Misalnya untuk variabel Pendidikan terakhir diberikan
koding 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= Diploma/Perguruan Tinggi. Proses
koding ini untuk mempermudah peneliti saat melakukan Analisa data
dan mempercepat entery data atau memasukan data kedalam program
computer SPSS
3. Processing
Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentery data yang
sudah diubah dalam bentuk kode kedalam program computer SPSS.
4. CleaningData
Cleaning data adalah suatu kegiatan mengecek kembali data yang
sudah dimasukkan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan. Setelah
proses entery data selesai, peneliti mengecek kembali data-data yang
telah di entery, dan semua data tidak ada yang salah.
(Notoatmodjo, 2010)
H. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisa univariat
digunakan untuk mendeskripsikan setiap karakteristik masing-masing
variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).Karakteristik responden
53
53
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status penggunaan dan
lama penggunaan. Variabel yang akan dianalisis univariat adalah persepsi
tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di komunitas
vaporizer Kota Tangerang
Kuesioner persepsi pada penelitian ini menggunakan cut of point
sebagai nilai tengah untuk mengetahui skor persepsi tentang rokok elektrik,
sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pembagian antara nilai skewness yang
dibagi dengan standar error yang nantinya menghasilkan angka diantara -2
sampai 2 (Sopiyudin, 2012). Perhitungan statistik persepsi tentang rokok
elektrik dan subvariabelnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 1 Tabel 4.2
Skor Perhitungan Statistik Persepsi Tentang Rokok Elektrik Dan
Subvariabelnya
Mean Median Modus skewness Standar
Error
Hasil Keterangan
Persepsi
total
68,58 68,00 67 0,383 0,281 1,362 Normal
Definisi 9,64 10,00 9 -0,988 0,281 -3,516 Tidak
normal
Kandungan 10,63 11,00 10 -0,004 0,281 -0,014 Normal
Manfaat 9,12 9,00 9 -0,196 0,281 -0,697 Normal
Kerugian 10,68 11,00 13 -0,267 0,281 -0,950 Normal
Alasan 11,19 11,00 12 0,148 0,281 0,526 Normal
Regulasi 1,88 8,00 8 -0,850 0,281 -3,024 Tidak
normal
Harga 9,42 9,00 9 0,019 0,281 0,067 Normal
Pada tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa data mengenai persepsi
tentang rokok elektrik berdistribusi normal. Namun pada subvariabel
definisi dan regulasi rokok elektrik tiddak berdistrubusi normal. Hasil
54
54
pembagian nilai skewness dan standar error adalah persepsi total adalah
1,362, definisi adalah -3,516, kandungan adalah -0,014, manfaat adalah -
0,697, kerugian adalah -0,950, alasan adalah 0,526, regulasi adalah -3.024,
dan harga adalah 0,067. Data yang berdistribusi normal menggunakan nilai
mean dan yang tidak berdistribusi normal menggunakan nilai median
sebagai nilai batas tengah atau cut of point.
Nilai cut of point mean untuk persepsi tentang rokok elektrik adalah
68,58, apabila persepsi positif maka skor hitung ≥ 68,58 dan apabila
persepsi negatif maka skor hitung ≤ 68,57. Nilai cut of point median persepsi
positif definisi rokok elektrik skor hitung ≥ 10,00 dan persepsi negatif skor
hitung ≤9,90. Nilai cut of point mean persepsi positif kandungan rokok
elektrik skor hitung ≥ 10,63 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 10,62. Nilai
cut of point mean persepsi positif manfaat rokok elektrik skor hitung ≥ 9,12
dan persepsi negatif skor hitung ≤ 9,11. Nilai cut of point mean persepsi
postif kerugian rokok elektrik skor hitung ≥ 10,68 dan persepsi negatif skor
hitung ≤ 10,67. Nilai cut of point mean persepsi positif alasan penggunaan
rokok elektrik skor hitung ≥ 11,19 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 11,18.
Nilai cut of point median persepsi positif regulasi rokok elektrik skor hitung
≥ 8,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 7,90. Nilai cut of point mean
persepsi positif harga rokok elektrik skor hitung ≥ 9,42 dan persepsi negatif
skor hitung ≤ 9,4.
55
55
I. Etika Penelitian
Dalam sebuah penelitian, peneliti harus memperhatikan beberapa
etika penelitian, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak subjek dalam mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan berjalannya penelitian. Peneliti
mempersiapkan formulir informed concent dalam menghormati harkat
dan martabat subjek dalam penelitian, yang terdiri atas:
a. Menjelaskan manfaat penelitian
b. Menjelaskan resiko yang mungkin dapat muncul serta
ketidakamanan
c. Melakukan persetujuan peneliti dapat menjawab pertayaan yang
diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
d. Melakukan persetujuan subjek apabila menolak untuk dijadikan
subjek penelitian
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Peneliti memperhatikan kerahasiaan data subjek dalam penelitian,
karena tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh
orang lain. Dalam pelaksanaan, peneliti tidak menampilkan informasi
mengenai identitas baik nama maupun alamat dalam kuesioner serta alat
56
56
ukur apapun dalam menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas
subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian ini
dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berperikemanusiaan, dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,
intimitas, psikologis serta perasaan religious dari subjek penelitian.
Prinsip keterbukaan mencakup kejelasan prosedur penelitian. Prinsip
keadilan menekankan sejauh mana peneliti membagikan keuntungan
dan beban yang secara merata kepada semua subjek yang bersedia
dalam penelitian ini.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits)
Peneliti melakukan penelitian ini sesuai dengan proses dan prosedur
penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal
mungkin untuk subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan dalam
tingkat populasi
(Sumantri, 2011)
57
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Responden
Peneliti menyebarkan 73 kuesioner kepada para pengguna rokok
elektrik di komunitas vaporizer kota Tangerang. Peneliti melakukan
penelitian terhadap 3 komunitas. Salah satu komunitasnya yaitu komunitas
Vapor Tangerang. Komunitas ini terbentuk pada awal tahun 2016 karena
kesamaan penggunaan terhadap rokok elektrik pada para anggotanya.
Komunitas ini terdiri dari 80 orang dari berbagai macam daerah di kota
Tangerang. Komunitas ini terdiri dari ketua dan anggota lainnya. Kegiatan
yang dilakukan di komunitas ini yaitu setiap minggunya mengadakan
vapemeet atau pertemuan antar anggotanya. Pertemuan yang diadakan
setiap minggu ini biasanya membahas atau saling memberikan informasi
terkait dengan rokok elektrik yang mereka gunakan dan informasi mengenai
cairan (e-liquid).
B. Karakteristik Demografi
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel
penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, Pendidikan terakhir, status
penggunaan, dan lama penggunaan
58
58
Table 2 Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
Pendidikan terakhir, status penggunaan
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki- laki
perempuan
63
10
86,3%
13,7%
Usia
Remaja
Dewasa
22
51
30,1%
69,9%
Pendidikan terakhir
SMA
Pendidikan Terakhir
58
15
79,5%
20,5%
Status penggunaan
Beralih dari tembakau
Langsung mengunakan rokok elektrik
56
17
76,7%
23,3%
Total 73 100%
Pada tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status penggunaan,
dan lama penggunaan. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
mayoritas adalah laki-laki yaitu berjumlah 86,3% sedangkan responden
perempuan berjumlah 13,7%. Karakteristik responden berdasarkan usia
mayoritas berusia dewasa yaitu bekisar antara 21-40 tahun berjumlah
69,9%, sedangkan responden yang berusia remaja atau berkisar antara 18-
20 tahun berjumlah 23,3%. Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan sebagian besar responden memiliki pendidikan menengah
(SMA) berjumlah 79,5%, sedangkan responden yang memiliki pendidikan
tinggi berjumlah 20,5%. Karakteristik responden berdasarkan status
penggunaan sebagian besar responden adalah beralih dari rokok tembakau
59
59
berjumlah 76,7%, sedangkan responden yang langsung menggunakan rokok
elektrik berjumlah 23,3%.
Table 3 Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama penggunaan
N Min Max Mean Median Standar
deviasi
95%CI
Lama
penggunaan
73 1 bulan 20
bulan
7,18 5,00 6,061 5,76%-
8,59%
Valid N
(listwise)
73
Pada tabel 5.2 diatas terlihat bahwa dari 73 responden, lama
penggunaa terbaru adalah 1 bulan, dan lama penggunaan terlama yaitu 20
bulan, dengan nilai mean 7,18 dan standar deviasi sebesar 6,061.
C. Tingkat Ketergantungan Nikotin
Ketergantungan nikotin responden dapat dilihat pada tabel 5.2
Table 4 Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan ketergantungan
nikotin
Ketergantungan Nikotin Dependen Frekuensi Peresentase (%)
Sangat rendah 33 45,2
Rendah 24 32,9
Sedang 10 13,7
Tinggi 5 6,8
Sangat Tinggi 1 1,4
Total 73 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 mayoritas responden memiliki
ketergantungan nikotin yaitu sangat rendah berjumlah 45,2%, sedangkan
responden yang memiliki ketergantungan nikotin sangat tinggi yaitu
berjumlah 1,4%.
60
60
1. Ketergatungan Nikotin Berdasarkan Usia
Table 5Tabel 5.4
Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan usia
Karakteristik Ketergantungan Nikotin
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Remaja 13
(59,1%)
6
(27,3%)
1
(4,5%)
2
(9,1%)
-
-
Dewasa 20
(39,2%)
18
(35,3%)
9
(17,6%)
3
(5,9%)
1
(2,0%)
Total 33
(45,2%)
24
(32,9%)
10
(13,7%)
5
(6,8%)
1
(1,4%)
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa ketergantungan nikotin berdasarkan
usia remaja adalah sangat rendah yaitu sebesar 59,1% dan
ketergantungan nikotin sangat tinggi berjumlah 9,1%. Sedangkan
ketergantungan nikotin berdasarkan usia dewasa yaitu sangat rendah
berjumlah 39,2% dan ketergantungan nikotin sangat tinggi berjumlah
1,4%.
2. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Penggunaan
Table 6 Tabel 5.5
Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan status
penggunaan
Karakteristik Ketergantungan Nikotin
Sangat
Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Beralih dari
rokok tembakau
23
(41,1%)
18
(32,1%)
9
(16,1%)
5
(8,9%)
1
(1,8%)
Langsung
menggunakan
rokok elektrik
10
(58,8%)
6
(35,3)
1
(5,9%)
- -
Total 33
(45,2%)
24
(32,9%)
10
(13,7%)
5
(6,8%)
1
(1,4%)
61
61
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa ketergantungan nikotin berdasarkan
status penggunaan rokok elektrik yang beralih dari rokok tembakau
adalah sangat rendah yaitu sebesar 41,1% dan ketergantungan nikotin
sangat tinggi berjumlah 1,8%. Sedangkan ketergantungan nikotin
berdasarkan status penggunaan yang langsung menggunakan rokok
elektrik yaitu sangat rendah berjumlah 58,8% dan ketergantungan
nikotin sedang berjumlah 5,9%.
3. KetergantunganNikotin Berdasarkan Lama Penggunaan
Table 7Tabel 5.6
Distribusi frekuensi ketergantungan nikotin berdasarkan lama
penggunaan
Ketergantungan
nikotin
Lama penggunaan
Min - Max Mean Median SD 95%CI Total
Sangat rendah 1bulan–
20bulan
5,76 4,00 5,540 3,79-
7,72
33
Rendah 1bulan-
20bulan
6,54 3,50 6,381 3,87-
9,21
24
Sedang 1bulan-
20bulan
10,50 13,50 5,759 6,38-
14,62
10
Tinggi 1bulan-
20bulan
11,60 11,00 5,367 4,94-
18,26
5
Pada tabel 5.6menunjukkan bahwa sebanyak 33 orang memiliki
ketergantungan nikotin yang sangat rendah dengan rata-rata lama
penggunaan rokok elektrik adalah 20 bulan dan yang terbaru
menggunakan rokok elektrik adalah 1 bulan.
62
62
D. Persepsi Terhadap Rokok Elektrik
Hasil penelitian dari gambaran persepsi tentang rokok elektrik pada
para pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer kota Tangerang dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 8 Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi tentang
rokok elektrik
Positif Negatif
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Persepsi 37 50,7% 36 49,3%
Total 73 100%
Berdasarkan data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa responden
mayoritas memiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik yaitu sebesar
50,7%, dan yang memiliki persepsi negatif sejumlah 49,3%. Pada penelitian
ini peneliti membagi persepsi menjadi 7 yaitu persepsi definisi, kandungan,
manfaat, kerugian, alasan penggunaan, regulasi dan harga yang dapat dilihat
pada tabel 5.8
Table 9Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi definisi,
kandungan, manfaat, kerugian, alasan penggunaan, regulasi, dan
harga
Persepsi Rokok
Elektrik
Positif Negatif
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
Definisi 39 53,4% 34 46,6%
Kandungan 37 50,7% 36 49,3%
Manfaat 29 39,7% 44 60,3%
Kerugian 40 54,8% 33 45,2%
Alasan penggunaan 35 47,9% 38 52,1%
Regulasi 50 68,5% 23 31,5%
Harga 33 45,2% 40 54,8%
Total 73 100% 73 100%
63
63
Pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa responden mayoritas memiliki
persepsi positif terhadap definisi rokok elektrik dengan jumlah 53,4% yaitu
mayoritas responden menjawab pernyataan tentang definisi rokok elektrik
dengan tepat. Persepsi tentang kandungan rokok elektrik mayoritas
reponden memiliki persepsi positif dengan jumlah 50,7% yaitu mayoritas
responden menganggap bahwa rokok elektrik mangandung zat atau
senyawa yang berbahaya didalamnya. Persepsi manfaat terhadap rokok
elektrik mayoritas responden memiliki persepsi negatif dengan jumlah
60,3% yaitu mayoritas responden menganggap bahwa setelah mereka
menggunakan rokok elektrik mereka dapat berhenti menggunakan rokok
tembakau. Persepsi tentang kerugian terhadap rokok elektrik mayoritas
responden memiliki persepsi positif dengan jumlah 54,8% yaitu mayoritas
responden mengetahui bahwa rokok elektrik memiliki bahaya untuk
meledak dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Persepsi tentang
alasan penggunaan rokok elektrik mayoritas responden memiliki persepsi
negatif dengan jumlah 52,1% yaitu mayoritas responden menggunakan
rokok elektrik karena teman dan orang sekitar menggunakannya dan mereka
ingin mencoba hal baru. Persepsi tentang regulasi terhadap rokok elektrik
mayoritas responden memiliki persepsi positif dengan jumlah 68,5% yaitu
mayoritas responden menginginkan peraturan mengenai rokok elektrik
segera diatur dan ditetapkan. Persepsi tentang harga rokok elektrik
mayoritas responden memiliki persepsi negatif yaitu berjumlah 54,8% yaitu
64
64
mayoritas responden menganggap bahwa rokok elektrik lebih mahal dari
pada rokok tembakau.
E. Persepsi Tentang Rokok Elektrik Berdasarkan Karakteristik
Demografi
Persepsi tentang rokok elektrik berdasarkan karakteristik demografi
dapat dilihat pada tabel 5.9
Table 10 Tabel 5.9
Distribusi frekuensi persepsi tentang rokok elektrik terhadap
karakteristik demografi
Karakteristik
demografi
Persepsi tentang rokok elektrik Total
positif Negatif
Frekuensi Persentase
(%)
Frekuensi Persentase
(%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
34
3
54,0%
30,0%
29
7
46,0%
70,0%
63(100%)
10 (100%)
Usia
Remaja
dewasa
10
27
45,5%
52,9%
12
24
54,5%
47,1%
22 (100%)
51 (100%)
Pendidikan
terakhir
SMA
Perguruan tinggi
29
8
50,0%
53,3%
29
7
50,0%
46,7%
58 (100%)
15 (100%)
Status
penggunaan
Beralih dari rokok
tembakau
Langsung
menggunakan
rokok elektrik
29
8
51,8%
47,1%
27
9
48,2%
52,9%
56 (100%)
17 (100%)
Lama penggunaan
1-20 bulan
37
50,7%
36
49,3%
73 (100%)
Pada tabel 5.9menunjukkan bahwa distribusi proporsi persepsi
berdasarkan karakteristik demografi responden adalah mayoritas responden
dengan jenis kelamin laki-laki memiliki persepsi positif berjumlah
65
65
54,0%%,sedangkan pada jenis kelamin perempuan mayoritas memiliki
persepsi negatif berjumlah 70,0%. Persepsi berdasarkan karakteristik usia
responden adalah mayoritas memiliki persepsi positif yaitu responden
dewasa dengan jumlah 52,9% sedangkan pada usia remaja paling banyak
memiliki persepsi negatif berjumlah 54,5%.Persepsi berdasarkan
karakteristik pendidikan terakhir responden adalah pada sekolah menengah
atas (SMA) memiliki persepsi positifdan negatif sebesar 50,0% dan
perguruan tinggi memiliki persepsi positif sebesar 53,3%. Persepsi
berdasarkan karakteristik status penggunaan rokok elektrik mayoritas
responden beralih dari rokok tembakau memiliki persepsi positif sebesar
51,8% dan yang langsung menggunakan rokok elektrik memiliki persepsi
negatif sebesar 52,9%. Persepsi berdasarkan karakteristik lama penggunaan
rokok elektrik mayoritas reponden yang menggunakan rokok elektrik
selama 1-20 bulan memiliki persepsi positif sebesar 50,7%dan yang memiliki
persepsi negatif sebesar 49,3%
66
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.
Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan
dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian
akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian
A. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan Terakhir, Status Penggunaan, Dan Lama Penggunaan
Mayoritas pada penelitian ini yaitu sebanyak 86,3% responden berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 13,7% responden. Pada
penelitian ini didapatkan jumlah laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini berkaitan dengan sebagian besar anggota komunitas
vaporizer adalah laki-laki dan laki-laki lebih cenderung mempunyai
kebiasaan merokok dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut sejalan
dengan penelitianDamayanti (2015) dimana penelitian ini juga meneliti
didalam suatu komunitas yang ada di Surabaya yang menyebutkan bahwa
mayoritas respondennya adalah laki-laki. Produk rokok elektrik lebih
banyak digunakan oleh laki-laki karena keyakinan yang berhubungan
dengan pengggunaan rokok pada masa depan. Mayoritas respponden laki-
laki ini juga karena mereka lebih tertarik dengan rokok elektrik yang
menghasilkan uap lebih banyak dibandingkan dengan rokok tembakau serta
memiliki variasi rasa yang banyak.
67
67
Responden dalam penelitian ini ada 2 kategori, yaitu remaja usia 18
sampai 20 tahun berjumlah 30,1%dan dewasa usia 21 sampai 40 tahun
berjumlah69,9%. Pada penelitian ini jumlah responden dewasa lebih tinggi
dibandingkan dengan remaja, hal ini sesuai dengan kenyataan yang
ada.Pada kemasan cairan rokok elektrik tertera yang dapat menggunakan
atau membeli cairannya hanya dapat digunakan atau dibeli pada orang
dewasa diatas usia 18 tahun sedangkan remaja dibawah usia 18 tahun
dilarang menggunakan rokok elektrik. Hal ini sesuai dengan rancangan
undang-undang parleman di Eropa yang menyebutkan bahwa regulasi rokok
elektrik dibuat salah satu kebijakannya yaitu rokok elektrik tidak boleh
dijual kepada mereka yang usianya masih dibawah 18 tahun (British
Medical Association, 2013)
Pada penelitian ini responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA
yaitu dengan jumlah 79,5%. Responden yang memiliki pendidikan terakhir
perguruan tinggi yaitu sebanyak 20,5% responden, sedangkan untuk
pendidikan terakhir SD dan SMP tidak ada. Hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir
SMA dan Perguruan Tinggi, sehingga dengan tingkat pendidikan yang
cukup tinggi, individu dapat memahami suatu hal dan mengetahui suatu hal
yang berdampak baik maupun buruk. Notoatmodjo (2010) mengungkapkan
bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan pengetahuan individu.
Individu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. Hal
68
68
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tiara (2007) yang menyebutkan
bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya persepsi
salah satunya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu, maka dari itu
tingkat pengetahuan akan mempengaruhi responden dalam
mempersepsikan rokok elektrik.
Hasil penelitian dari status penggunaan, sebagian besar responden
adalah beralih dari rokok tembakau lalu menggunakan rokok elektrik yaitu
sebesar 76,7% dan jumlah responden yang langsung mnggunakan rokok
elektrik adalah sebanyak 23,3%. Hasil dari penelitian ini adalah mayoritas
pengguna rokok elektrik mempunyari riwayat merokok tembakau lalu
beralih menggunakan rokok elektrik.Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pearson, et all (2012) yang menyatakan bahwa mayoritas
pengguna rokok elektrik yang diteliti secara online adalah mempunyai
riwayat menggunaan rokok tembakau dan sebagian lagi tidak mempunyai
riwayat merokok tembakau. Penelitian yang dilakukan oleh Dawkin (2013)
menyebutkan bahwa terdapat dugaan seseorang beralih menggunakan
rokok tembakau yaitu untuk berhenti merokok.
Lama penggunaan rokok elektrik diperlukan untuk mengetahui seberapa
lama responden menggunakan rokok elektrik. Dari hasil penelitian diatas
dapat diketahui bahwa mayoritas responden menggunakan rokok elektrik
terbaru yaitu 1 bulan sebanyak 15 responden 20,5% dan yang terlama yaitu
20 bulan sebanyak 1 orang 1,4%. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa
penggunaan rokok elektrik pada 73 responden sebagian besar adalah
69
69
pengguna sudah menggunakannya lebih dari satu bulan.Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi & Forster (2013) yang
menyatakan bahwa sebagian besar pengguna rokok elektrik telah
menggunakan rokok elektrik lebih dari 30 hari.
B. Ketergantungan Nikotin
Nikotin adalah suatu zat adiktif yang terdapat didalam tembakau
yang dapat menyebabkan para perokok menjadi ketergantungan, sedangkan
ketergantunganadalah suatu pola maladaptif dari penggunaan suatu zat atau
penggunaan yang secara konfulsif meskipun kesadaran alasan substansi
untuk tidak menggunakannya (Broms, 2008). Pengukuran ketergantungan
nikotin ini dilakukan untuk mengetahui gambaran ketergantungan nikotin
pada pengguna rokok elektrik yang mana didalam cairan rokok elektrik juga
mengandung nikotin yang sama halnya dengan rokok tembakau, namun
nikotin yang terdapat didalam rokok elektrik ini kandungannya lebih kecil
atau seringkali kadar nikotin yang tertera di label tidak sesuai dan berbeda
yang signifikan dari kadar yang diukur sebenarnya (BPOM, 2015).
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 73 responden
yang masuk dalam kategori ketergantungan nikotin sangat rendah adalah
sebanyak 45,2%. Pada penelitian ini juga melihat gambaran ketergantungan
nikotin padakarakteristik usia, status penggunaan dan lama penggunaan
rokok elektrik. Didapatkan hasil usia remaja mayoritas memiliki
ketergantungan nikotin sangat rendah yaitu 59,1% dan untuk usia dewasa
mayoritas memiliki ketergantungan nikotin sangat rendah sebesar 39,2%,
70
70
hal ini menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi tingkat ketergantungan
responden, usia remaja dan usia dewasa mayoritas memiliki tingkat
ketergantungan yang sangat rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Artana & Rai (2010) yang menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan
tingkat ketergantungan nikotin antara kelompok perokok muda dengan
kelompok usia yang lebih tua secara signifikan.
Karakteristik status penggunan didapatkan hasil mayoritas
pengguna yang beralih dari rokok tembakau memiliki ketergantungan
nikotin yang sangat rendah yaitu sebesar 41,1% dan untuk yang langsung
menggunakan rokok elektrik memiliki tingkat ketergantungan nikotin
sangat rendah sebesar 58,8%. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan antara kedua status penggunaan, keduanya memiliki tingkat
ketergantungan nikotin yang sangat rendah. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Rena & Arijana (2016) yang menyebutkan bahwa mayorias
responden yang merokok di kelurahan Seminyak Bali memiliki tingkat
ketergantungan nikotin yang sedang dan juga ringan
Karakteristik lama penggunaan rokok elektrik mayoritas memiliki
tingkat ketergantungan yang sangat rendah dimana mayoritas responden
memiliki lama penggunaan selama 1 bulan sebanyak 33 responden atau
sebesar 45,2%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarfa
(2015) tentang nikotin dependen para perokok tembakau pada mahasiswa
UIN Jakarta menyebutkan bahwa sebagian besar respoden perokok
tembakau mengalami ketergantungan nikotin rendah. Semakin tinggi adiksi
71
71
individu terhadap nikotin maka akan semakin tinggi pula rokok yang di
konsumsi dalam sehari. Hal ini tentunya dikarenakan semakin banyak dan
semakin lama seseorang mengkonsumsi rokok maka akan semakin banyak
nikotin yang tekonsumsi. Hasil dari nikotin dependen ini juga sesuai dengan
lama penggunaan rokok elektrik, karena sebagian besar para pengguna baru
yaitu 1 bulan, maka semakin rendah juga tingkat ketergantungan nikotin
yang ada pada rokok elektrik
C. Persepsi Tentang Rokok Elektrik
Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu
dalam memahami suatu informasi tentang lingkungannya, baik secara
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Toha,
2008). Persepsi psitif maupun negatif diibaratkan sebagai suatu file yang
sudah tersimpan didalam pikiran bawah sadar kita. File tersebut akan segera
muncul ketika suatu rangsangan dapat memicunya, dan ada kejaidan yang
dapat membukanya. Persepsi merupakan suatu hasil kerja otak dalam
memahami sesuatu atau menilai sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitarnya (Waidi, 2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 73 responden, sebanyak
50,7% memiliki persepsi positif terhadap rokok elektrik, sedangkan yang
memiliki persepsi negatif terhadap rokok elektrik sebanyak 49,3%.
Penelitian ini membagi persepsi responden menjadi 7 bagian yaitu persepsi
terhadap definisi rokok elektrik, persepsi terhadap kandungan rokok
elektrik, persepsi terhadap manfaat rokok elektrik, persepsi terhadap
72
72
kerugian rokok elektrik, persepsi terhadap alasan penggunaan, persepsi
terhadap regulasi rokok elektrik, dan persepsi terhadap harga rokok elektrik.
Persepsi responden terhadap definisi rokok elektrik sebagian besar
adalah persepsi positif dengan jumlah53,4%. Persepsi positif disini yaitu
apabila responden menjawab pernyataan tentang definisi rokok elektrik
dengan tepat. Pernyataan yang terjawab dengan tepat ini dapat didasari oleh
faktor pengetahuan serta latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
responden dimana mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki
pendidikan terakhir menengah(SMA) dan perguruan tinggi.Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pearson, et all (2012)
yang menyebutkan bahwa sebagian bsar responden memiliki pengatahuan
yang tinggi mengenai rokok elektrik. pengetahuan yang dimiliki oleh
pengguna rokok elektrik didapatkan melalui media internet, dan lain-
lain.Pengetahuan yang dimiliki oleh responden juga sesuai dengan
penelitian Waidi (2006) yaitu setiap individu memiliki kecenderungan
dalam melihat suatu beda yang sama dengan cara yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyaknya faktor, yaitu
diantaranya faktor pengetahuan
Persepsi tentang kandungan rokok elektrik ini adalah persepsi yang
mengganggap bahwa rokok elektrik memiliki zat atau senyawa yang
berbahaya didalamnya. Dari 73 responden sebanyak 49,3% memiliki
persepsi negtaif terhadap kandungan rokok elektrik. Hal ini menunjukkan
bahwa persepsi responden menganggap kandungan rokok elektrik tidak
73
73
berbahaya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wadsworth, et all (2016) yang menyebutkan bahwa
pengguna rokok elektrik menganggap rokok elektrik kurang berbahaya
dibandingkan dengan rokok tembakau. Mereka memahami dan membuat
keputusan berdasarkan pada konsep yang menganggap rokok elektrik tidak
berbahaya. Tetapi pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa sebagian
responden masih bingung terhadap keamanan dari rokok elektrik tersebut.
Mereka menginginkan kejelasan mengenai informasi tentang rokok
elektrik, termasuk bukti penelitian mengenai perbedaan bahaya rokok
elektrik dan rokok tembakau.
Persepsi pada manfaat rokok elektrik ini adalah persepsi responden
menganggap bahwa setelah mereka menggunakan rokok elektrik mereka
bisa berhenti menggunakan rokok tembakau. Hasil pada penelitian ini,
mayoritas responden memiliki persepsi negatifterhadap manfaat rokok
elektrik, yaitu sebanyak 60,3%. Hal tersebut juga sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Damayanti (2016) yang menyebutkan bahwa
responden menggunakan rokok elektrik untuk berhenti merokok dari rokok
tembakau. BPOM (2015) menyebutkan bahwa pada awalnya rokok elektrik
diciptakan sebagai salah satu alat yang digunakan untuk berhenti merokok
atau sebagai terapi pengganti nikotin dengan cara mengurangi kadar nikotin
rokok elektrik yang secara bertahap dibawah supervise dokter.
Persepsi tentang kerugian rokok elektrik ini adalah persepsi mengenai
bahaya serta dampak yang mereka dapatkan setelah mereka menggunakan
74
74
rokok elektrik. Hasil penelitian ini mayoritas responden memiliki persepsi
positif terhadap kerugian rokok elektrik ini berjumlah 40 orang (54,8%)..
hal ini menyebutkan bahwa mayoritas reponden mengetahui bahwa rokok
elektrik memiliki bahaya untuk meledak dan juga mereka mengetahui
bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan dampak masalah adiksi dan
menyebabkan masalah kesehatan.Hal tersebut tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Choi & Jean (2013) yang menyebutkan
bahwa responden setuju bahwa rokok elektrik rendah bahan adiksi dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan. Mereka juga percaya bahwa rokok
elektrik tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok tembakau. BPOM
(2015) menyatakan bahwa rokok elektrik dapat menimbulkan masalah
adiksi karena kandungan nikotin yang ada didalam cairannya dan dapat
mengganggu system peredaran darah karena kadar nikotinnya.
. Persepsi tentang alasan penggunaan ini adalah persepsi yang
menganggap bahwa mereka menggunakan rokok elektrik karena orang
disekitarnya yang menggunakan rokok elektrik dan ingin mencoba hal baru.
Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa sebanyak 52,1% responden
memiliki persepsi negatif terhadap alasan penggunaan. Dalam penelitian ini
mayoritas responden menggunakan rokok elektrik dengan alasan melihat
temannya yang menggunakannya dan juga ingin mencoba hal yang baru.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan di komunitas
vaporizer Riau oleh Indra (2015) menyebutkan bahwa pengguna rokok
elektrik tertarik atau penasaran terhadap rokok elektrik. Dalam
75
75
penelitiannya juga menyebutkan bahwa mereka menggunakan rokok
elektrik karena melihat temannya yang menggunakannya sehingga mereka
penasaran dan mulai menggunakannya. Selain itu, pengguna rokok elektrik
juga menyebutkan bahwa mereka lebih merasa senang dan lebih percaya
diri ketika mereka menggunakannya.
Persepsi tentang regulasi ini merupakan persepsi yang menganggap
bahwa rokok elektrik harus segera dibuat peraturannya. Hasil pada
penelitian ini menyatakan bahwa sebesar 68,5% respondenmemiliki
persepsi positif terhadap regulasi rokok elektrik yang ada di Indonesia.Hal
ini menyebutkan bahwa mayoritas pengguna rokok elektrik ini
menginginkan peraturan mengenai rokok elektrik segera diatur agar jelas
keberadaannya. Seperti yang diketahui di Indonesia sendiri penggunaan
rokok elektrik masih belum jelas peraturannya dan juga masih dikatakan
illegal. Hal ini sesuai dengan BPOM (2015) yang menyebutkan bahwa
pemerintah Indonesia masih membahas penyusunan regulasi terkait dengan
rokok elektrik. sebagai negara yang memiliki prevalensi perilaku merook
tertinggi ketiga di dunia, pengendalian dampak rokok bagi kesehatan perlu
menjadi prioritas dalam pengaturan melalui kebijakan-kebijakan yang ada
dengan mempertimbangkan perspektif jangka panjang untuk kesehatan
masyarakat yang bukan hanya perokok tetapi juga para kalangan yang tidak
merokok. World health organization (WHO) juga telah melakukan
pembahasan mengenai rokok elektrik yang hasilnya menyarankan setiap
76
76
negara untuk merumuskan kebijakan untuk pembatasan promosi tentang
rokok elektrik.
Persepsi tentang harga rokok elektrik ini adalah persepsi yang
menganggap bahawa penggunaan rokok elektrik lebih hemat dan lebih
murah dari pada rokok tembakau. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
persepsi responden terhadap harga rokok elektrik sebagian besar adalah
persepsi negatif dengan jumlah 54,8%. Hal ini menyebutka bahwa
mayoritas pengguna rokok elektrik menganggap bahwa rokok elektrik lebih
mahal dari pada rokok tembakau. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang di
ungkapkan oleh responden pada saat peneliti menanyakannya tentang harga
rokok elektrik saat mengambil data. Mereka mengungkapkan bahwa
memang rokok elektrik lebih mahal dari rokok tembakau tetapi mereka
tidak merasa keberatan akan hal itu, karena mereka menganggap tidak
masalah membayar mahal, karena mereka menganggap rokok elektrik lebih
sehat dan jangka panjang yang diterima juga akan lebih murah. Hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Wadsworth, et
all (2016) yang menyatakan bahwa responden menganggap rokok elektrik
lebih hemat daripada rokok tembakau
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sadar masih menemukan keterbatasan-
keterbatasan, diantaranya yaitu :
1. Responden sulit untuk ditemui karena pada saat komunitas melakukan
vapemeeet (pertemuan) tidak semua anggota komunitas yang hadir.
77
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden
dari 3 komunitas vaporizer kota Tangerang dalam penelitian ini yaitu:
persentase jenis kelamin laki-laki adalah 86,3%. Persentase usia paling
banyak adalah dewasa sebanyak 69,9%. Sebagian besar responden
memiliki pendidikan terakhir menengah (SMA) sebesar 79,5%.
Persentase status penggunaan yang beralih dari rokok tembakau adalah
76,7% dan yang langsung menggunakan rokok elektrik adalah 23,3%.
Mayoritas lama penggunaan rokok elektrik adalah terbaru 1 bulan
sebanyak 30 responden.
2. 73 responden mayoritas memiliki ketergantungan nikotin sangat rendah
yaitu sebesar 45,2%, hal ini dapat dikatakan karena lama penggunaan
rokok elektrik pada para penggunanya terbaru yaitu 1bulan.
3. 73 responden memiliki persepsi positif tentang rokok elektrik sebanyak
50,7%. Mayoritas responden memiliki persepsi positif tentang definisi
sebanyak 53,4%. Memiliki persepsi positif tentang kandungan sebesar
50,7%. Memiliki persepsi negatif tentang manfaat sebesar 60,3%.
Memiliki persepsi positif tentang kerugian persepsi sebesar 54,8%.
Memiliki persepsi negatif tentang alasan penggunaan sebesar 52,1%.
Memiliki persepsi positif tentang regulasi terhadap sebesar 68,5%.
78
78
Memiliki persepsi terhadap harga rokok elektrik mayoritas memiliki
persepsi negatif yaitu sebesar 54,8%. Hal ini dapat dikatakan bahwa
persepsi tentang rokok elektrik pada para pengguna rokok elektrik di
komunitas vaporizer kota Tangerang adalah mereka masih menganggap
bahwa rokok elektrik ini aman untuk digunakan untuk para
penggunanya.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan dapat
disarankan hal-hal berikut:
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai landasan promosi dan preventif kesehatan mengenai rokok
elektrik untuk mencegah semakin banyaknya pengguna dan juga untuk
mencegah dampak kesehatan yang didapatkan dari penggunaan rokok
elektrik yang sedang menjadi tren di Indonesia bahkan sudah
dikonsumsi oleh anak-anak.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi landasan dan acuan dalam mengembangkan ilmu
pembelajarandan dapat menjadi sumber informasi mengenai rokok
elektrik.
3. Bagi peneliti lain, dapat melakukan penelitian persepsi rokok elektrik
dengan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara agar
mendapatkan hasil yang lebih mendalam. Populasi dan sampel
79
79
yangdigunakan tidak hanya penggunanya saja tetapi pada masyarakat
yang tidak menggunakan rokok elektrik dan pada pengguna usia muda.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi
VI.Jakarta: Rineka Cipta
Artana, Bagus & Ngurah Rai. 2010. Tingkat Ketergantungan Nikotin Dan Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Pada Perokok Di Desa Penglipuran 2009. Jurnal
Penyakit Dalam FK Unud RSUP Sanglah Denpasar
Badan POM.2015.InfoPOM.Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia.Jakarta: Vol.16 No 5
Bahri, Samsul.2015. Hubungan Antara Konsumsi Rokok Elektrik Dan Kejadian
Hipertensi.Skripsi.Malang.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
British Medical Association.2013.Goverment’s Policy On Regulation Of The Sale,
Advertising And Promotion Of Cigarette.Jurnal British Medical Association
Broms, Ulla.2008.Nicotine Dependence and Smoking Behaviour A Genetic
Epidemiological Study.University of Helsinki Department of Public Health
Brown, J.2014.Real-World Effectiveness Of E-Cigarette When Used To Aid
Smoking Cessation: A Cross-Sectional Population Study.Addiction Vol. 109
No.1532
Caponetto P, Et Al.20014.The Emerging Phenomenon Of Electronc
Cigarette.Jurnal Respiratory Medicine
Choi, K & Jean.2013.Forster.Characteristic Associated Wih Awareness,
Perception, And Use Of Electronic Nicotine Delivery System Among Young
US Midwestern Adults.American Journal Of Public Health.Vol.103.No.3
Damayanti, Apsari. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Electronic
Cigarette Pada Komunitas Personal Vaporizer Surabaya. Surabaya: FKM
Universitas Airlangga
Dawkins L, Et All. 2013. Vaping Profile And Preferences: An Online Survey Of
Electronic Cigarette Users. Addiction
Etter J.F.2010.Electronic Cigarette: A Survey Of Users: BMC J Public Health
81
Garner, C.2014. A Brief Description Of History, Operation And
Regulation.Ecigarette Task Force
Hajek P, Et All.2014.Electronic Cigarettes: Review Of Use, Content, Safety, Effects
On Smokers And Potential For Harm And Benefit. UK: Addiction
Hamdi, A.S.2014.Metodologi Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan.Yogyakarta: Deepublish
Hastono, Susanto P.2006.Analisis Data.Universitas Indonesia: FKM
Hidayat, A. A.2008.Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika
Hude, M. D.2006.Emosi: Penjelajah Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusia Di
Dalam Al-Quran.Jakarta: Erlangga
Indra, M.F.2015.Gambaran Psikologi Perokok Tembakau Yang Beralih
Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer).Riau.JOM. Vol.2.No.2
Kementrian Kesehatan RI.2013.InfoDATIN: Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Kulkarni, R. & Malouin, R.A.2016.Explosion Injuries From E-Cigarettes.Jurnal
New England Of Medicine
Laugesen M.2008.Safety Report On The Ruyan E-Cigarette Catridge And Inhaled
Aerosol.Health New Zaeland
Mulyana, Deddy.2007.Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.Bandung: Remaja
Rosdakarya
Notoatdmodjo, Soekidjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka
Cipta
Nururrahmah.2014.Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan
Karakter Manusia.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Karakter
Nursalam.2008.Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis Dan Istrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika
Pearson, J.L. et al.2012.E-Cigarette Awareness, Use, And Harm Perception In Us
Adults.American Journal Of Public Health. Vol.102.No.9
82
Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 109.2012.Pengamatan Bahan
Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi
Kesehatan.Jakarta: PPRI
Potter & Perry.2013.Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC
Rena, Ni Nyomas & Arijana I G K.2016. Prevalensi Buruh Bangunan Dengan
Ketergantungan Nikotin Di Kelurahan Seminyak Kecamatan Kuta
Kabupaten Badung Bali 2013. E-Jurnal Medika, Vol 5 FK Unud
RISKESDAS.2013.Hasil Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Riset Kesehatan Dasar
Saryono.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Sobur, Alex.2003.Psikologi Umum.Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono.2013.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung:
Alfabeta
Sujarweni, VW.2014. Metode Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media
Sumantri, Arif.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Kencana
Sunaryo.2013.Psikologi Untuk Keperawatan.Jakarta: EGC
Stepanov I, et al.2010.Analysis Of 23 Polycyclic Aromatic Hydrocarbons In
Smokeless Tobacco By Gas Chromatography.Chem Res Toxicol
Strasser A.A, ET AL.2007.New Lower Nicotine Cigarettes Can Produce
Compensatory Smoking And Increased Carbon Monoxide Exposure. Drug
Alcohol Depend. Vol.86 No.294
Syarfa, Ilyati. 2015. Gambaran Tingkat Pengetahuan, Perilaku Merokok Dan
Nikotin Dependen Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Swarjana, Ketut.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: ANDI
Tanuwihardja, R. K., & Agus D. S.2012.Rokok Elektrik (Electronic Cigarette).
Jurnal Respirasi Indonesia. Jakarta: Vol.32 No. 1
Toha, Miftah.2008.Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta:
Raya Grafindo Persada
Tomb, David A.2004.Buku Saku Psikiatri.Jakarta: EGC
83
Wadsworth, Elle, Et All. 2016. How And Why Do Smokers Start Using E-
Cigarettes? Qualitative Study Of Vapers In London. UK: International
Journal Of Environmental Research And Public Health
Westernberger, B.J.2009.Evaluation Of E-Cigarettes.US: FDA Center For Drug
Evaluation And Research
World Health Organization.2010.Addiction to Nicotine.Gender, Women, and the
Tobacco Epidemic
84
LAMPIRAN
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Siti Sarah Alawiyah
NIM : 1113104000039
Program studi : Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Saya adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Kedokteraan Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Keperawatan yang sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai
tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan
(S.Kep). Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon bantuan
dan kesediaan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-
jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi tentang
rokok elektrik pada pengguna rokok elektrik di komunitas vaporizer Kota
Tangerang. Partisipasi saudara/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya.
Kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui oleh
peneliti.
Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara/i dalam
pengisian kuesioner ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Hormat saya
Siti Sarah Alawiyah
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu :
Nama : Siti Sarah Alawiyah
NIM : 1113104000039
Judul Penelitian : Gambaran Persepsi Tentang Rokok Elektrik Pada
Para Pengguna Rokok Elektrik Di Komunitas
Vaporizer Kota Tangerang
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan
saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dan ancaman.
Tangerang, Maret 2017
(....................................................)
Nama dan Tanda tangan
KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT MEROKOK
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti
2. Setiap pertanyaan dimohon untuk dapat memberikan jawaban yang jujur
3. Harap mengisi pertanyaan yang ada didalam kuesioner ini, pastikan tidak
ada yang terlewat
4. Beri tanda ceklist (√) pada kotak jawaban yang telah disediakan
5. Apabila mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner, silahkan bertanya
langsung pada peneliti
A. Data Demografi/Identitas
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :( ) Laki-laki
( ) Perempuan
4. Pendidikan :( ) SD
( ) SMP
( ) SMA
( )perguruan tinggi
B. Status penggunaan
( ) Beralih dari rokok tembakau
( ) Langsung menggunakan rokok elektrik
C. Lamapenggunaan : _________Bulan
KUESIONER NIKOTIN DEPENDEN
Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili
1. Seberapa segera setelah bangun tidur pagi anda merokok rokok elektrik (vape)
pertama anda ?
a. 5 menit
b. 6-30 menit
c. 31-60 menit
d. Setelah 60 menit
2. Apakah anda mendapatkan kesulitan untuk menunda menggunakan rokok
elektrik (vape) pada tempat dengan larangan merokok?
a. Ya
b. Tidak
3. Penggunaan rokok elektrik (vape) yang mana yang paling sulit anda lewatkan?
a. Rokok pertama dipagi hari
b. Yang lainnya
4. Berapa kali rokok elektrik (vape) yang anda gunakan perhari?
a. 1-10 rokok
b. 11-20 rokok
c. 21-30 rokok
d. 31 rokok atau lebih
5. Apakah anda lebih sering menggunakan rokok elektrik (vape) dalam jam
pertama setelah bangun tidur pagi hari dibandingkan waktu lain dalam satu
hari?
89
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menggunakan rokok elektrik (vape) saat anda sedang sakit parah
dan berada diatas tempat tidur seharian?
a. Ya
b. Tidak
No. Pernyataan Jawaban
SS S RR TS STS
1. Rokok elektrik atau electronic nicotine delivery system (ENDS) adalah
suatu alat yang termasuk kedalam salah satu tipe rokok yang diciptakan
untuk mengubah nikotin menjadi uap yang dihirup oleh penggunanya
2. Rokok elektrik merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
menghantarkan nikotin tanpa asap tembakau dengan cara memanaskan
larutan nikotin, perasa, propilen glycol dan glycerin (zat untuk
menghasilkan asap)
3. Menurut saya rokok elektrik memiliki dampak lebih sedikit atau lebih
aman dari rokok tembakau
4. Menurut saya kandungan rokok elektrik tidak mengandung tar dan karbon
monoksida seperti yang terkandung didalam rokok tembakau
5. Menurut saya rokok elektrik hanya mengandung senyawa nikotin dalam
cairannya
6. Menurut saya rokok elektrik tetap mengandung senyawa karsinogen atau
senyawa yang dapat memicu kanker
7. Menurut saya dalam uap rokok elektrik mengandung partikel yang sangat
kecil sehingga dapat sangat mudah masuk ke paru
8. Menurut saya setelah saya menggunakan rokok elektrik saya bisa berhenti
menggunakan rokok tembakau
9. Setelah saya menggunakan rokok elektrik saya jadi mempunyai banyak
teman
10. Saat saya menggunakan rokok elektrik membuat saya menjadi lebih
percaya diri
11. Menurut saya penggunaan rokok elektrik berpotensi memiliki bahaya
yang bisa meledak setiap saat pada komponen batrainya
KUESIONER PERSEPSI TENTANG ROKOK ELEKTRIK
Berilah tanda checklist (√) pada pernyataan yang tersedia di bawah ini yang mewakili dengan
keterangan dibawah ini:
SS : Sangat Setuju RR : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
91
12. Menurut saya rokok elektrik dapat menimbulkan masalah adiksi
(ketagihan)
13. Menurut saya nikotin yang terkandung dalam rokok elektrik dapat
menyebabkan masalah kesehatan terutama pada sistem peredaran darah
14. Menurut saya bau asap yang dihasilkan rokok elektrik lebih enak dihirup
dibandingkan dengan rokok tembakau
15. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya melihat teman saya
menggunakannya
16. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya ingin berhenti
menggunakan rokok tembakau
17. Saya mengunakan rokok elektrik karena orang-orang yang ada disekitar
saya juga menggunakan rokok elektrik
18. Saya menggunakan rokok elektrik karena saya ingin mencoba hal yang
baru
19. Menurut saya peraturan tentang rokok elektrik harus segera ditetapkan
oleh pemerintah
20. Menurut saya kebijakan tentang penggunaan rokok elektrik ditempat
umum harus segera diatur oleh pemerintah
21. Saya lebih hemat menggunakan rokok elektrik daripada rokok tembakau
22. Perangkat (starter kit) rokok elektrik harganya lebih mahal dari pada rokok
tembakau
23. Saya tidak masalah membayar mahal rokok elektrik, karena dalam jangka
panjang biaya pengobatan akibat dampak rokok elektrik yang dibayar
akan lebih murah
95
96
97
98
99
100
102
103
104
Uji Validitas Kuesioner Persepsi Rokok Elektrik
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17
p1 Pearson
Correlatio
n
1 .52
6**
.00
0
.08
3
.23
4
-
.05
0
.08
3
.46
9**
.05
5
.53
4**
.02
7
.03
7
.15
4
.03
8
.72
9**
.15
4
-
.06
5
Sig. (2-
tailed)
.00
3
1.0
00
.66
2
.21
3
.79
3
.66
4
.00
9
.77
3
.00
2
.88
6
.84
7
.41
8
.84
2
.00
0
.41
8
.73
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson
Correlatio
n
.52
6** 1
.00
0
-
.08
0
.22
4
.14
4
.16
6
.37
2*
.00
0
.92
1**
.02
6
.15
6
.09
8
-
.07
3
.31
0
.27
8
-
.02
9
Sig. (2-
tailed)
.00
3
1.0
00
.67
6
.23
4
.44
8
.38
2
.04
3
1.0
00
.00
0
.89
0
.41
0
.60
6
.70
2
.09
6
.13
7
.88
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson
Correlatio
n
.00
0
.00
0 1
-
.04
4
-
.34
1
.00
0
-
.11
9
-
.23
3
-
.14
4
-
.09
0
.28
9
.19
1
-
.04
0
.48
0**
.05
9
.06
3
-
.31
0
Sig. (2-
tailed)
1.0
00
1.0
00
.81
8
.06
5
1.0
00
.53
2
.21
5
.44
7
.63
6
.12
2
.31
2
.83
2
.00
7
.75
5
.74
1
.09
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson
Correlatio
n
.08
3
-
.08
0
-
.04
4
1 .17
2
.06
1
.41
5*
-
.01
0
-
.13
5
-
.06
8
.20
2
.01
2
-
.17
6
-
.26
6
.08
3
.02
9
-
.18
9
Sig. (2-
tailed)
.66
2
.67
6
.81
8
.36
2
.74
7
.02
2
.95
9
.47
8
.72
0
.28
4
.95
1
.35
2
.15
5
.66
2
.87
8
.31
8
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
106
p5 Pearson
Correlatio
n
.23
4
.22
4
-
.34
1
.17
2 1
.00
0
.25
2
.37
2*
.09
8
.33
8
.03
3
-
.01
0
-
.02
5
-
.27
8
.18
0
.35
2
.25
4
Sig. (2-
tailed)
.21
3
.23
4
.06
5
.36
2
1.0
00
.17
9
.04
3
.60
5
.06
8
.86
3
.95
8
.89
8
.13
7
.34
1
.05
7
.17
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson
Correlatio
n
-
.05
0
.14
4
.00
0
.06
1
.00
0 1
.35
0
.17
9
.33
5
.04
7
.30
4
.14
0
.28
4
.00
0
.00
0
.18
9
-
.07
9
Sig. (2-
tailed)
.79
3
.44
8
1.0
00
.74
7
1.0
00
.05
8
.34
5
.07
1
.80
3
.10
2
.46
1
.12
8
1.0
00
1.0
00
.31
6
.67
7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson
Correlatio
n
.08
3
.16
6
-
.11
9
.41
5*
.25
2
.35
0 1
.13
4
-
.02
7
.06
4
.35
6
.43
6*
.15
4
-
.15
2
.26
3
.22
2
-
.11
3
Sig. (2-
tailed)
.66
4
.38
2
.53
2
.02
2
.17
9
.05
8
.48
0
.88
6
.73
6
.05
3
.01
6
.41
8
.42
2
.16
0
.23
9
.55
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson
Correlatio
n
.46
9**
.37
2*
-
.23
3
-
.01
0
.37
2*
.17
9
.13
4 1
.07
3
.29
7
.00
0
.05
2
.31
1
-
.07
8
.38
9*
.48
1**
-
.11
3
Sig. (2-
tailed)
.00
9
.04
3
.21
5
.95
9
.04
3
.34
5
.48
0
.70
0
.11
1
1.0
00
.78
3
.09
5
.68
2
.03
4
.00
7
.55
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson
Correlatio
n
.05
5
.00
0
-
.14
4
-
.13
5
.09
8
.33
5
-
.02
7
.07
3 1
.10
4
.41
7*
.11
5
.31
1
.13
9
-
.11
0
.04
2
.17
4
Sig. (2-
tailed)
.77
3
1.0
00
.44
7
.47
8
.60
5
.07
1
.88
6
.70
0
.58
5
.02
2
.54
5
.09
4
.46
5
.56
4
.82
8
.35
9
107
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
0
Pearson
Correlatio
n
.53
4**
.92
1**
-
.09
0
-
.06
8
.33
8
.04
7
.06
4
.29
7
.10
4 1
-
.02
6
.06
9
.05
8
-
.04
3
.23
5
.28
1
.02
4
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.00
0
.63
6
.72
0
.06
8
.80
3
.73
6
.11
1
.58
5
.89
2
.71
8
.76
0
.82
1
.21
1
.13
2
.90
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
1
Pearson
Correlatio
n
.02
7
.02
6
.28
9
.20
2
.03
3
.30
4
.35
6
.00
0
.41
7*
-
.02
6
1 .40
3*
.09
3
.00
0
.21
9
.12
5
-
.02
2
Sig. (2-
tailed)
.88
6
.89
0
.12
2
.28
4
.86
3
.10
2
.05
3
1.0
00
.02
2
.89
2
.02
7
.62
4
1.0
00
.24
4
.51
2
.90
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
2
Pearson
Correlatio
n
.03
7
.15
6
.19
1
.01
2
-
.01
0
.14
0
.43
6*
.05
2
.11
5
.06
9
.40
3* 1
.27
9
-
.10
1
.06
8
.36
5*
-
.05
1
Sig. (2-
tailed)
.84
7
.41
0
.31
2
.95
1
.95
8
.46
1
.01
6
.78
3
.54
5
.71
8
.02
7
.13
5
.59
5
.72
0
.04
7
.79
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
3
Pearson
Correlatio
n
.15
4
.09
8
-
.04
0
-
.17
6
-
.02
5
.28
4
.15
4
.31
1
.31
1
.05
8
.09
3
.27
9 1
.07
8
.15
4
.35
7
-
.23
5
Sig. (2-
tailed)
.41
8
.60
6
.83
2
.35
2
.89
8
.12
8
.41
8
.09
5
.09
4
.76
0
.62
4
.13
5
.68
3
.41
8
.05
3
.21
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
4
Pearson
Correlatio
n
.03
8
-
.07
3
.48
0**
-
.26
6
-
.27
8
.00
0
-
.15
2
-
.07
8
.13
9
-
.04
3
.00
0
-
.10
1
.07
8 1
-
.01
9
.13
8
-
.41
2*
108
Sig. (2-
tailed)
.84
2
.70
2
.00
7
.15
5
.13
7
1.0
00
.42
2
.68
2
.46
5
.82
1
1.0
00
.59
5
.68
3
.92
1
.46
7
.02
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
5
Pearson
Correlatio
n
.72
9**
.31
0
.05
9
.08
3
.18
0
.00
0
.26
3
.38
9*
-
.11
0
.23
5
.21
9
.06
8
.15
4
-
.01
9
1 .08
5
-
.20
8
Sig. (2-
tailed)
.00
0
.09
6
.75
5
.66
2
.34
1
1.0
00
.16
0
.03
4
.56
4
.21
1
.24
4
.72
0
.41
8
.92
1
.65
4
.26
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
6
Pearson
Correlatio
n
.15
4
.27
8
.06
3
.02
9
.35
2
.18
9
.22
2
.48
1**
.04
2
.28
1
.12
5
.36
5*
.35
7
.13
8
.08
5 1
-
.30
5
Sig. (2-
tailed)
.41
8
.13
7
.74
1
.87
8
.05
7
.31
6
.23
9
.00
7
.82
8
.13
2
.51
2
.04
7
.05
3
.46
7
.65
4
.10
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
7
Pearson
Correlatio
n
-
.06
5
-
.02
9
-
.31
0
-
.18
9
.25
4
-
.07
9
-
.11
3
-
.11
3
.17
4
.02
4
-
.02
2
-
.05
1
-
.23
5
-
.41
2*
-
.20
8
-
.30
5
1
Sig. (2-
tailed)
.73
1
.88
1
.09
5
.31
8
.17
6
.67
7
.55
2
.55
4
.35
9
.90
1
.90
9
.79
0
.21
1
.02
4
.26
9
.10
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p1
8
Pearson
Correlatio
n
.54
5**
.35
0
-
.24
6
.34
8
.49
6**
.00
0
.21
0
.42
5*
-
.08
7
.37
1*
-
.10
9
-
.00
6
.13
9
-
.17
9
.36
5*
.24
2
.15
8
Sig. (2-
tailed)
.00
2
.05
8
.19
0
.05
9
.00
5
1.0
00
.26
6
.01
9
.64
6
.04
4
.56
6
.97
5
.46
5
.34
5
.04
7
.19
8
.40
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
109
p1
9
Pearson
Correlatio
n
.50
4**
.13
7
.05
9
-
.02
8
.18
0
.05
0
.08
3
.14
8
.00
0
.23
5
.21
9
-
.05
8
.05
1
.03
8
.59
4**
.05
1
.04
2
Sig. (2-
tailed)
.00
5
.47
1
.75
5
.88
4
.34
1
.79
3
.66
4
.43
7
1.0
00
.21
1
.24
4
.76
2
.78
8
.84
2
.00
1
.78
8
.82
7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2
0
Pearson
Correlatio
n
.04
9
-
.12
2
-
.21
7
.08
0
.31
5
.06
5
-
.04
9
-
.01
4
.14
3
-
.05
0
.10
8
-
.23
8
-
.09
4
-
.15
4
.16
7
-
.04
0
.06
7
Sig. (2-
tailed)
.79
6
.51
9
.24
9
.67
6
.09
0
.73
1
.79
6
.94
1
.45
0
.79
2
.57
2
.20
6
.62
2
.41
6
.37
7
.83
3
.72
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2
1
Pearson
Correlatio
n
.17
3
.03
6
-
.11
9
-
.08
3
.19
8
.10
0
.18
8
.29
5
.13
7
.10
7
.05
5
.43
6*
.25
6
-
.15
2
.26
3
.29
0
-
.14
9
Sig. (2-
tailed)
.36
1
.85
0
.53
2
.66
2
.29
4
.59
9
.32
0
.11
3
.47
0
.57
4
.77
3
.01
6
.17
2
.42
2
.16
0
.12
0
.43
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2
2
Pearson
Correlatio
n
-
.02
9
.17
0
.04
5
-
.40
1*
.17
8
.30
5
.06
3
.35
8
.31
3
.11
4
.10
4
.17
2
.35
1
.24
6
.00
6
.69
0**
-
.26
8
Sig. (2-
tailed)
.88
1
.36
9
.81
2
.02
8
.34
6
.10
1
.74
1
.05
2
.09
2
.54
9
.58
3
.36
3
.05
7
.18
9
.97
6
.00
0
.15
3
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p2
3
Pearson
Correlatio
n
.05
0
.04
8
.26
4
-
.12
3
.24
0
.16
7
.20
0
.22
3
.06
1
.14
2
.36
5*
.35
0
.11
4
.25
3
.25
0
.45
5*
-
.27
7
Sig. (2-
tailed)
.79
3
.80
1
.15
9
.51
7
.20
2
.37
9
.28
9
.23
6
.74
9
.45
3
.04
7
.05
8
.55
0
.17
7
.18
2
.01
2
.13
8
110
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
tot
al
Pearson
Correlatio
n
.55
7**
.51
2**
.03
3
.07
1
.48
5**
.40
7*
.46
2*
.56
6**
.40
4*
.50
9**
.51
2**
.47
2**
.42
0*
.02
7
.52
1**
.62
3**
-
.07
2
Sig. (2-
tailed)
.00
1
.00
4
.86
1
.70
9
.00
7
.02
6
.01
0
.00
1
.02
7
.00
4
.00
4
.00
8
.02
1
.88
5
.00
3
.00
0
.70
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Correlations
p18 p19 p20 p21 p22 p23 total
p1 Pearson Correlation .545** .504** .049 .173 -.029 .050 .557**
Sig. (2-tailed) .002 .005 .796 .361 .881 .793 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
p2 Pearson Correlation .350 .137 -.122 .036 .170 .048 .512**
Sig. (2-tailed) .058 .471 .519 .850 .369 .801 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
p3 Pearson Correlation -.246 .059 -.217 -.119 .045 .264 .033
Sig. (2-tailed) .190 .755 .249 .532 .812 .159 .861
N 30 30 30 30 30 30 30
p4 Pearson Correlation .348 -.028 .080 -.083 -.401* -.123 .071
Sig. (2-tailed) .059 .884 .676 .662 .028 .517 .709
N 30 30 30 30 30 30 30
p5 Pearson Correlation .496** .180 .315 .198 .178 .240 .485**
Sig. (2-tailed) .005 .341 .090 .294 .346 .202 .007
111
N 30 30 30 30 30 30 30
p6 Pearson Correlation .000 .050 .065 .100 .305 .167 .407*
Sig. (2-tailed) 1.000 .793 .731 .599 .101 .379 .026
N 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson Correlation .210 .083 -.049 .188 .063 .200 .462*
Sig. (2-tailed) .266 .664 .796 .320 .741 .289 .010
N 30 30 30 30 30 30 30
p8 Pearson Correlation .425* .148 -.014 .295 .358 .223 .566**
Sig. (2-tailed) .019 .437 .941 .113 .052 .236 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
p9 Pearson Correlation -.087 .000 .143 .137 .313 .061 .404*
Sig. (2-tailed) .646 1.000 .450 .470 .092 .749 .027
N 30 30 30 30 30 30 30
p10 Pearson Correlation .371* .235 -.050 .107 .114 .142 .509**
Sig. (2-tailed) .044 .211 .792 .574 .549 .453 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
p11 Pearson Correlation -.109 .219 .108 .055 .104 .365* .512**
Sig. (2-tailed) .566 .244 .572 .773 .583 .047 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
p12 Pearson Correlation -.006 -.058 -.238 .436* .172 .350 .472**
Sig. (2-tailed) .975 .762 .206 .016 .363 .058 .008
N 30 30 30 30 30 30 30
p13 Pearson Correlation .139 .051 -.094 .256 .351 .114 .420*
112
Sig. (2-tailed) .465 .788 .622 .172 .057 .550 .021
N 30 30 30 30 30 30 30
p14 Pearson Correlation -.179 .038 -.154 -.152 .246 .253 .027
Sig. (2-tailed) .345 .842 .416 .422 .189 .177 .885
N 30 30 30 30 30 30 30
p15 Pearson Correlation .365* .594** .167 .263 .006 .250 .521**
Sig. (2-tailed) .047 .001 .377 .160 .976 .182 .003
N 30 30 30 30 30 30 30
p16 Pearson Correlation .242 .051 -.040 .290 .690** .455* .623**
Sig. (2-tailed) .198 .788 .833 .120 .000 .012 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
p17 Pearson Correlation .158 .042 .067 -.149 -.268 -.277 -.072
Sig. (2-tailed) .403 .827 .725 .433 .153 .138 .704
N 30 30 30 30 30 30 30
p18 Pearson Correlation 1 .257 .002 -.114 -.050 .000 .438*
Sig. (2-tailed) .170 .993 .550 .792 1.000 .015
N 30 30 30 30 30 30 30
p19 Pearson Correlation .257 1 .049 .173 .006 .451* .439*
Sig. (2-tailed) .170 .796 .361 .976 .012 .015
N 30 30 30 30 30 30 30
p20 Pearson Correlation .002 .049 1 -.285 .082 -.065 .067
Sig. (2-tailed) .993 .796 .127 .665 .731 .723
N 30 30 30 30 30 30 30
113
p21 Pearson Correlation -.114 .173 -.285 1 .166 .501** .394*
Sig. (2-tailed) .550 .361 .127 .380 .005 .031
N 30 30 30 30 30 30 30
p22 Pearson Correlation -.050 .006 .082 .166 1 .420* .476**
Sig. (2-tailed) .792 .976 .665 .380 .021 .008
N 30 30 30 30 30 30 30
p23 Pearson Correlation .000 .451* -.065 .501** .420* 1 .553**
Sig. (2-tailed) 1.000 .012 .731 .005 .021 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
total Pearson Correlation .438* .439* .067 .394* .476** .553** 1
Sig. (2-tailed) .015 .015 .723 .031 .008 .002
N 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.749 23
114
Hasil olahan SPSS
A. Karakteristik Demografi
Statistics
kat_usia
N Valid 73
Missing 0
kat_usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid remaja 22 30.1 30.1 30.1
dewasa 51 69.9 69.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
Statistics
jenis_kelamin pendidikan_terakhir status_penggunaan lama_penggunaan
N Valid 73 73 73 73
Missing 0 0 0 0
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 63 86.3 86.3 86.3
perempuan 10 13.7 13.7 100.0
Total 73 100.0 100.0
pendidikan_terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SMA 58 79.5 79.5 79.5
perguruan tinggi 15 20.5 20.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
status_penggunaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid beralih dari rokok tembakau 56 76.7 76.7 76.7
langsung menggunakan
rokok elektrik 17 23.3 23.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
Lama penggunaan
Statistics
lama_penggunaan
115
N Valid 73
Missing 0
Mean 7.18
Std. Deviation 6.061
Minimum 1
Maximum 20
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lama_penggunaan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
lama_penggunaan Mean 7.18 .709
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5.76
Upper Bound 8.59
5% Trimmed Mean 6.87
Median 5.00
Variance 36.732
Std. Deviation 6.061
Minimum 1
Maximum 20
Range 19
Interquartile Range 11
Skewness .638 .281
Kurtosis -1.092 .555
B. aKetergantungan Nikotin
Statistics
kat_nikotin
N Valid 73
Missing 0
kat_nikotin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sangat_rendah 33 45.2 45.2 45.2
rendah 24 32.9 32.9 78.1
116
sedang 10 13.7 13.7 91.8
tinggi 5 6.8 6.8 98.6
sangat tinggi 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
1. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Usia
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_usia * kat_nikotin 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_usia * kat_nikotin Crosstabulation
kat_nikotin
Total sangat_rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi
kat_usia remaja Count 13 6 1 2 0 22
% within kat_usia 59.1% 27.3% 4.5% 9.1% 0.0% 100.0%
dewasa Count 20 18 9 3 1 51
% within kat_usia 39.2% 35.3% 17.6% 5.9% 2.0% 100.0%
Total Count 33 24 10 5 1 73
% within kat_usia 45.2% 32.9% 13.7% 6.8% 1.4% 100.0%
2. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Pengguaan Beralih
Dari Rokok Tembakau
Statistics
kat_nikotin
N Valid 56
Missing 0
kat_nikotin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat_rendah 23 41.1 41.1 41.1
rendah 18 32.1 32.1 73.2
sedang 9 16.1 16.1 89.3
tinggi 5 8.9 8.9 98.2
sangat tinggi 1 1.8 1.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
117
3. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Status Pengguaan
Langsung Menggunakan Rokok Elektrik
Statistics
kat_nikotin
N Valid 56
Missing 0
kat_nikotin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid sangat_rendah 23 41.1 41.1 41.1
rendah 18 32.1 32.1 73.2
sedang 9 16.1 16.1 89.3
tinggi 5 8.9 8.9 98.2
sangat tinggi 1 1.8 1.8 100.0
Total 56 100.0 100.0
4. Ketergantungan Nikotin Berdasarkan Lama Penggunaan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lama_penggunaan *
kat_nikotin 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
lama_penggunaan * kat_nikotin Crosstabulation
kat_nikotin
Total sangat_rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi
lama
penggunaan
1 Count 8 7 0 0 0 15
% within
lama_penggunaan 53.3% 46.7% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
2 Count 6 2 1 0 0 9
% within
lama_penggunaan 66.7% 22.2% 11.1% 0.0% 0.0% 100.0%
3 Count 2 3 1 0 0 6
% within
lama_penggunaan 33.3% 50.0% 16.7% 0.0% 0.0% 100.0%
4 Count 2 1 0 1 0 4
118
% within
lama_penggunaan 50.0% 25.0% 0.0% 25.0% 0.0% 100.0%
5 Count 4 1 1 0 0 6
% within
lama_penggunaan 66.7% 16.7% 16.7% 0.0% 0.0% 100.0%
6 Count 1 2 1 0 0 4
% within
lama_penggunaan 25.0% 50.0% 25.0% 0.0% 0.0% 100.0%
7 Count 1 0 0 0 0 1
% within
lama_penggunaan 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
8 Count 0 1 0 0 0 1
% within
lama_penggunaan 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
9 Count 2 0 0 0 0 2
% within
lama_penggunaan 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
10 Count 1 1 0 0 0 2
% within
lama_penggunaan 50.0% 50.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
11 Count 1 0 0 2 0 3
% within
lama_penggunaan 33.3% 0.0% 0.0% 66.7% 0.0% 100.0%
12 Count 0 1 0 0 0 1
% within
lama_penggunaan 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
13 Count 0 0 1 1 0 2
% within
lama_penggunaan 0.0% 0.0% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
14 Count 0 0 1 0 1 2
% within
lama_penggunaan 0.0% 0.0% 50.0% 0.0% 50.0% 100.0%
15 Count 1 0 2 0 0 3
% within
lama_penggunaan 33.3% 0.0% 66.7% 0.0% 0.0% 100.0%
16 Count 2 1 2 0 0 5
119
% within
lama_penggunaan 40.0% 20.0% 40.0% 0.0% 0.0% 100.0%
17 Count 1 2 0 0 0 3
% within
lama_penggunaan 33.3% 66.7% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
18 Count 0 2 0 0 0 2
% within
lama_penggunaan 0.0% 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
19 Count 0 0 0 1 0 1
% within
lama_penggunaan 0.0% 0.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
20 Count 1 0 0 0 0 1
% within
lama_penggunaan 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Total Count 33 24 10 5 1 73
% within
lama_penggunaan 45.2% 32.9% 13.7% 6.8% 1.4% 100.0%
C. Uji normalitas data
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
total_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
total_persepsi Mean 68.58 .746
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 67.09
Upper Bound 70.06
5% Trimmed Mean 68.40
Median 68.00
Variance 40.637
Std. Deviation 6.375
Minimum 49
Maximum 89
120
Range 40
Interquartile Range 7
Skewness .383 .281
Kurtosis 1.636 .555
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total_persepsi .097 73 .089 .966 73 .046
a. Lilliefors Significance Correction
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
total_definisi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_kandungan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_manfaat 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_kerugian 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_alasan 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_regulasi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
total_harga 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
total_definisi Mean 9.64 .169
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 9.31
Upper Bound 9.98
5% Trimmed Mean 9.75
Median 10.00
Variance 2.094
Std. Deviation 1.447
Minimum 5
Maximum 12
Range 7
Interquartile Range 2
Skewness -.988 .281
Kurtosis 1.615 .555
121
total_kandungan Mean 10.63 .284
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.06
Upper Bound 11.20
5% Trimmed Mean 10.63
Median 11.00
Variance 5.875
Std. Deviation 2.424
Minimum 5
Maximum 16
Range 11
Interquartile Range 3
Skewness -.004 .281
Kurtosis -.098 .555
total_manfaat Mean 9.12 .151
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 8.82
Upper Bound 9.42
5% Trimmed Mean 9.14
Median 9.00
Variance 1.665
Std. Deviation 1.290
Minimum 6
Maximum 12
Range 6
Interquartile Range 2
Skewness -.196 .281
Kurtosis -.033 .555
total_kerugian Mean 10.68 .293
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.10
Upper Bound 11.27
5% Trimmed Mean 10.72
Median 11.00
Variance 6.247
Std. Deviation 2.499
Minimum 4
Maximum 16
Range 12
Interquartile Range 4
122
Skewness -.267 .281
Kurtosis -.144 .555
total_alasan Mean 11.19 .347
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 10.50
Upper Bound 11.88
5% Trimmed Mean 11.15
Median 11.00
Variance 8.768
Std. Deviation 2.961
Minimum 5
Maximum 19
Range 14
Interquartile Range 4
Skewness .148 .281
Kurtosis -.205 .555
total_regulasi Mean 7.88 .205
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.47
Upper Bound 8.28
5% Trimmed Mean 8.00
Median 8.00
Variance 3.054
Std. Deviation 1.748
Minimum 2
Maximum 10
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -.850 .281
Kurtosis .885 .555
total_harga Mean 9.42 .264
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 8.90
Upper Bound 9.95
5% Trimmed Mean 9.44
Median 9.00
Variance 5.081
Std. Deviation 2.254
Minimum 3
Maximum 15
123
Range 12
Interquartile Range 3
Skewness .019 .281
Kurtosis .732 .555
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
total_definisi .177 73 .000 .884 73 .000
total_kandungan .096 73 .095 .980 73 .314
total_manfaat .174 73 .000 .945 73 .003
total_kerugian .111 73 .027 .975 73 .150
total_alasan .087 73 .200* .984 73 .474
total_regulasi .213 73 .000 .895 73 .000
total_harga .139 73 .001 .965 73 .041
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
D. Frekuensi Persepsi Tentang Rokok Elektrik
Statistics
kat_persepsi
N Valid 73
Missing 0
kat_persepsi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 37 50.7 50.7 50.7
negatif 36 49.3 49.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_definisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
kat_definisi kat_kandungan kat_manfaat kat_kerugian kat_alasan kat_regulasi kat_harga
N Valid 73 73 73 73 73 73 73
Missing 0 0 0 0 0 0 0
124
Valid positif 39 53.4 53.4 53.4
negatif 34 46.6 46.6 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_kandungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 37 50.7 50.7 50.7
negatif 36 49.3 49.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_manfaat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 29 39.7 39.7 39.7
negatif 44 60.3 60.3 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_kerugian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 40 54.8 54.8 54.8
negatif 33 45.2 45.2 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_alasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 35 47.9 47.9 47.9
negatif 38 52.1 52.1 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_regulasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid positif 50 68.5 68.5 68.5
negatif 23 31.5 31.5 100.0
Total 73 100.0 100.0
kat_harga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
125
Valid positif 33 45.2 45.2 45.2
negatif 40 54.8 54.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
E. Karakteristik Demografi Berdasarkan Persepsi Rokok Elektrik
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kat_usia * kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
kat_usia * kat_persepsi Crosstabulation
kat_persepsi
Total positif negatif
kat_usia remaja Count 10 12 22
% within kat_usia 45.5% 54.5% 100.0%
dewasa Count 27 24 51
% within kat_usia 52.9% 47.1% 100.0%
Total Count 37 36 73
% within kat_usia 50.7% 49.3% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis_kelamin * kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
jenis_kelamin * kat_persepsi Crosstabulation
kat_persepsi
Total positif negatif
jenis_kelamin laki-laki Count 34 29 63
% within jenis_kelamin 54.0% 46.0% 100.0%
perempuan Count 3 7 10
% within jenis_kelamin 30.0% 70.0% 100.0%
Total Count 37 36 73
% within jenis_kelamin 50.7% 49.3% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
126
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan_terakhir *
kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
pendidikan_terakhir * kat_persepsi Crosstabulation
kat_persepsi
Total positif negatif
pendidikan_
terakhir
SMA Count 29 29 58
% within pendidikan_terakhir 50.0% 50.0% 100.0%
perguruan
tinggi
Count 8 7 15
% within pendidikan_terakhir 53.3% 46.7% 100.0%
Total Count 37 36 73
% within pendidikan_terakhir 50.7% 49.3% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
status_penggunaan *
kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
status_penggunaan * kat_persepsi Crosstabulation
kat_persepsi
Total positif negatif
status_p
engguna
an
beralih dari rokok
tembakau
Count 29 27 56
% within status_penggunaan 51.8% 48.2% 100.0%
langsung menggunakan
rokok elektrik
Count 8 9 17
% within status_penggunaan 47.1% 52.9% 100.0%
Total Count 37 36 73
% within status_penggunaan 50.7% 49.3% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lama_penggunaan *
kat_persepsi 73 100.0% 0 0.0% 73 100.0%
lama_penggunaan * kat_persepsi Crosstabulation
kat_persepsi Total
127
positif negatif
lama_penggunaan 1-3 bulan Count 12 18 30
% within lama_penggunaan 40.0% 60.0% 100.0%
4-6 bulan Count 7 7 14
% within lama_penggunaan 50.0% 50.0% 100.0%
7-12 bulan Count 8 2 10
% within lama_penggunaan 80.0% 20.0% 100.0%
lebih dari satu tahun Count 10 9 19
% within lama_penggunaan 52.6% 47.4% 100.0%
Total Count 37 36 73
% within lama_penggunaan 50.7% 49.3% 100.0%