gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di...

207
GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT. GAYA MOTOR, SUNTER II, JAKARTA UTARA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: WIDAYU RAHMIDHA NOER NIM: 108101000022 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2012 M

Upload: phungdang

Post on 07-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING

PT. GAYA MOTOR, SUNTER II, JAKARTA UTARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

WIDAYU RAHMIDHA NOER

NIM: 108101000022

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2012 M

Page 2: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2012

Widayu Rahmidha Noer

NIM: 108101000022

Page 3: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, November 2012

Widayu Rahmidha Noer, NIM: 108101000022

Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja di Unit Welding PT. Gaya Motor,

Sunter II, Jakarta Utara Tahun 2012

xvi + 162 halaman, 5 tabel, 13 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Perilaku tidak aman dianggap sebagai hasil dari kesalahan yang dilakukan baik

oleh pekerja yang terlibat secara langsung maupun kesalahan yang dilakukan oleh

organisasi yaitu pihak manajemen. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Gaya Motor,

pada tahun 2009, dari 14 kasus kecelakaan kerja (SR 1,24), 10 kasus disebabkan oleh

perilaku tidak aman dan 4 kasus disebabkan oleh kondisi tidak aman. Tahun 2010, dari

11 kasus kecelakaan kerja (SR 3,10), 10 kasus disebabkan oleh perilaku tidak aman dan

1 kasus disebabkan oleh kondisi tidak aman, sedangkan pada tahun 2011, dari 14 kasus

kecelakaan kerja (SR 1,83), seluruhnya disebabkan oleh perilaku tidak aman.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2012 di unit welding PT.

Gaya Motor, Sunter II, Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dengan tujuan menggambarkan perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding PT.

Gaya Motor. Informan dalam penelitian ini adalah foreman, group leader, dan pekerja.

Data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara.

Hasil penelitian ini berupa bentuk perilaku tidak aman yaitu melakukan

pekerjaan tanpa wewenang, gagal dalam mengamankan, menghilangkan alat pengaman,

menggunakan peralatan yang rusak, tidak menggunakan APD dengan benar,

pengisian/pembebanan yang tidak sesuai, cara mengangkat yang salah, posisi tubuh

yang salah, memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi, dan bersenda gurau pada

saat bekerja. Saran untuk penelitian ini adalah meningkatkan pengawasan kepada

pekerja dan menindak tegas pekerja yang melanggar peraturan, memberikan tanda

peringatan pada alat pengelasan yang rusak, pelindung cakram pada gerinda jangan

dilepas dan tetap dipasang, pekerja harus melapor kepada maintenance atau group

leader jika alat kerja rusak, memberikan pelatihan kepada pekerja cara memelihara APD

yang mereka gunakan, pekerja harus segera melapor kepada group leader jika APD

yang mereka gunakan rusak, menggunakan kereta dorong saat membawa panel dalam

jumlah yang banyak, memberikan pelatihan kepada pekerja teknik mengangkat panel

yang baik dan benar, mendesain kembali meja panel dengan mempertimbangkan faktor

ergonomi, tidak diizinkan pekerja memperbaiki sendiri alat las yang rusak.

Daftar Bacaan: 50 (1980-2012)

Page 4: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STUDY PROGRAMME OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduated Thesis, November 2012

Widayu Rahmidha Noer, NIM: 108101000022

Description of Unsafe Action at Workers in Welding Unit PT. Gaya Motor, Sunter

II, North Jakarta in 2012.

xvi + 162 pages, 5 tables, 13 pictures, 5 attachments

ABSTRACT

Unsafe action can be assumed as the result of mistake done by either the workers

themselves or the one done by the organization in this case the management. Based on

works accident data year 2009 by PT. Gaya Motor, out of 14 works accident cases (SR

1,24), 10 cases caused by unsafe action and 4 causes were caused by unsafe condition.

In year 2010, out of 11 works accident cases (SR 3,10), 10 cases caused by unsafe

action, the other one was caused by unsafe condition, as in year 2011, out of 14 work

accident cases (SR 1,83), all of it were caused by unsafe action and 7 of those cases were

happened in welding unit. All of the cases were caused by the workers unsafe action.

This Study was done between July to September year 2011 in welding unit of

PT. Gaya Motor, Sunter II, North Jakarta. This research is a qualitative study with the

aim of describing the behavior of workers in unsafe welding unit PT. Gaya Motor.

Informants in this study is the foreman, group leader, and workers. Data collected by

observation and interview.

The result of this study shows that the forms of workers unsafe action in welding

unit of PT. Gaya Motor, consist of doing work without authorization, failure to secure,

removing safety devices, using defective equipment, failing to use PPE properly,

improper loading, improper lifting, improper position for task, servicing equipment in

operation, and horseplay. Suggestions for this research is to improve the supervision of

employees and take action against employees who violate the rules, providing warning

signs of damaged welding equipment, protective discs to grinding should not be

removed and remain installed, workers must report to maintenance or a group leader if

the damaged work tools, providing training to workers how to maintain PPE they use,

workers should immediately report to the group leader if they use damaged PPE, using a

stroller while carrying the panels in large numbers, provide training to employees lifting

technique is good and right panels , redesign the table panel with ergonomic factors into

account, workers are not allowed to fix it yourself welding tools are broken.

References: 50 (1980-2012)

Page 5: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

vi

Page 6: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

vii

i

Page 7: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

viii

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama : Widayu Rahmidha Noer

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL : Jakarta, 5 September 1989

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Sawo Ujung 1 No. 39 Rt. 008/010 Cijantung 3, Jakarta

Timur

Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Kesehatan Masyarakat (K3)

Agama : Islam

E-mail : [email protected]

B. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun Nama Sekolah

1994 - 1995 TK ISLAM BUDI MULIA JAKARTA

1995 – 2001 MIN 3 CIJANTUNG JAKARTA

2001 – 2004 SMP ISLAM PB. SUDIRMAN JAKARTA

2004 – 2007 SMAN 98 JAKARTA

2008–Sekarang UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Page 8: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur yang teramat dalam saya panjatkan ke

hadirat Allah SWT karena atas kebesaran dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih ya Allah atas kemudahan-kemudahan, kesabaran, kekuatan, dan

pertolongan yang telah Engkau berikan kepada saya, karena tanpa itu semua saya tidak

dapat melangkah sampai sejauh ini. Saya ucapkan juga terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang saya yang tercinta, Bapak Wito Wiharjo dan Ibu Diah

Sritani, atas do’a, semangat, dan dukungan yang tidak ada henti-hentinya yang diberikan

kepada saya selama proses pengerjaaan skripsi ini dari awal hingga akhir. Kalian adalah

orang tua yang luar biasa bagi saya. Selanjutnya, kepada kakak dan adik saya, Wira

Noer Riadho, S.EI dan Widiakso Noer Fajrin, yang telah memberikan dukungan dan

do’a kepada saya.

Selama proses pengerjaan dan pembuatan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri

bahwa saya tidak akan mampu bekerja sendiri tanpa mendapat bantuan, bimbingan,

saran, kritik, dukungan, dan penghiburan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulusnya kepada:

1. Ibu Ir. Febrianti, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK

UIN Jakarta dan selaku dosen pembimbing akademik, yang telah memberikan saran

dan masukan selama saya menjalani proses perkuliahan.

2. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si, selaku dosen pembimbing 1, yang telah

memberikan ilmunya dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan

sabar sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

viii

3. Ibu Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen pembimbing 2, yang telah

memberikan ilmunya dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya dengan

sabar sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Raihana Nadra Alkaff, SKM, M.MA, Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, dan

Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, M.KKK, selaku tim penguji sidang ujian skripsi, yang

telah menguji, memberikan kritik, dan saran untuk kemajuan skripsi ini.

5. Bapak E. Doni Prasetyo, AMD, selaku pemegang program Environmental, Health,

and Safety PT. Gaya Motor sekaligus pembimbing lapangan saya, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan saya dengan sabar selama

proses pengambilan data, serta kebaikannya untuk memberikan data-data dan

informasi yang saya butuhkan untuk kepentingan pembuatan skripsi ini.

6. Bapak Purwanto, selaku staff departemen PGA, yang telah mengizinkan saya untuk

melakukan pengambilan data di PT. Gaya Motor.

7. Seluruh karyawan unit welding PT. Gaya Motor, yang telah meluangkan waktunya

untuk diwawancarai dan membantu saya dalam proses pengumpulan data.

8. Seluruh staff departemen teknik PT. Gaya Motor, yang telah memberikan bantuan

kepada saya saat proses pengambilan data.

9. Bapak Sugeng Praptono, yang telah banyak membantu saya dari awal sampai akhir

proses pengambilan data skripsi.

10. Hermansyah, SKM, yang telah memberikan dukungan, do’a, dan saran-sarannya.

11. Zumrotun, Nur Rinilda, Titah Wulandari, Ayu Dwi Lestari, Siti Farhatun, Sari

Bestya Rakhmaisya, Annisa Andita Said, dan Lindawati, yang telah menyemangati

Page 10: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

ix

12. dan membantu saya pada saat penyelesaian skripsi ini. Mudah-mudahan kebaikan

kalian dibalas oleh Allah SWT.

13. Teman-temanku satu angkatan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Mudah-

mudahan urusan kita semua diberi kelancaran dan kemudahan oleh Allah SWT.

14. Semua pihak yang mungkin belum saya sebutkan dan yang tidak dapat saya

sebutkan satu per satu.

Saya menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih sangat jauh dari

sempurna dengan segala kekurangannya sehingga tidak lupa saya utarakan bahwa

dengan senang hati saya menanti saran dan kritik yang membangun dari Bapak, Ibu,

rekan-rekan, maupun pembaca untuk melengkapi skripsi ini sehingga pada akhirnya

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang menggunakannya.

Jakarta, Desember 2012

Hormat Saya,

Widayu Rahmidha Noer

Page 11: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………… i

ABSTRAK………………………………………………………………………… ii

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………… iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. vii

DAFTAR ISI.……………………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. xv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… xvi

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………... 9

1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………….. 10

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………......... 10

1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………….. 10

1.4.2 Tujuan Khusus………………………………………………. 10

1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………... 11

1.5.1 Bagi Perusahaan…………………………………………….. 11

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta…... 12

1.5.3 Bagi Peneliti………………………………………………… 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 14

Page 12: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xi

2.1 Kecelakaan Kerja…………………………………………………... 14

2.1.1 Pengertian Kecelakaan Kerja……………………………… 14

2.1.2 Kerugian-Kerugian Kecelakaan Akibat Kerja……………... 15

2.1.3 Konsep Kecelakaan………………………………………… 15

2.1.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan………………………. 17

2.2 Perilaku…………………………………………………………….. 20

2.2.1 Pengertian Perilaku………………………………………… 20

2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku………………………... 21

2.2.3 Determinan Perilaku……………………………………….. 22

2.3 Perilaku Tidak Aman………………………………………………. 23

2.3.1 Pengertian………………………………………………….. 23

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Tidak Aman… 25

2.3.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman……………………… 26

2.4 Pengelasan…………………………………………………………..36

2.4.1 Pengertian Pengelasan……………………………………... 36

2.4.2 Jenis-Jenis Pengelasan……………………………………... 37

2.4.3 Bahaya Dalam Pengelasan…………………………………. 42

2.4.4 Perlengkapan Keselamatan Kerja Las……………………... 45

2.5 Kerangka Teori…………………………………………………….. 47

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH……………… 49

3.1 Kerangka Berpikir………………………………………………… 49

3.2 Definisi Istilah…………………………………………………….. 51

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN………………………………………. 54

4.1 Jenis Penelitian……………………………………………………. 54

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………….. 54

4.3 Informan…………………………………………………………... 54

4.4 Instrumen Penelitian……………………......................................... 57

4.5 Pengumpulan Data………………………………………………... 58

Page 13: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xii

4.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................... 58

4.7 Pengolahan data…………………………………………………… 59

4.8 Analisis Data……………………………………………………… 59

4.9 Keabsahan Data…………………………………………………… 61

BAB V. HASIL PENELITIAN…………………………………………………... 64

5.1 Gambaran Umum Perusahaan………………………………………64

5.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan……………………………….. 64

5.1.2 Visi dan Misi……………………………………………….. 65

5.1.3 Gambaran Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja………... 65

5.2 Gambaran Umum Unit Welding…………………………………… 70

5.2.1 Peralatan Pengelasan yang Digunakan di Unit Welding…… 70

5.2.2 Proses Pengelasan Unit Welding………………………….... 77

5.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman……………………………… 83

5.3.1 Gambaran Melakukan Pekerjaan Tanpa Wewenang………. 83

5.3.2 Gambaran Gagal dalam Memberi Peringatan……………… 87

5.3.3 Gambaran Gagal dalam Mengamankan……………………. 89

5.3.4 Gambaran Bekerja dengan Kecepatan Berbahaya…………. 91

5.3.5 Gambaran Menghilangkan Alat Pengaman………………... 93

5.3.6 Membuat Alat Pengaman Tidak Berfungsi…………………96

5.3.7 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Tidak Sesuai…….97

5.3.8 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Rusak…………... 99

5.3.9 Gambaran Tidak Menggunakan APD dengan Benar……… 103

5.3.10 Gambaran Pengisian/Pembebanan yang Tidak Sesuai…….. 108

5.3.11 Gambaran Cara Mengangkat yang Salah…………………... 111

5.3.12 Gambaran Posisi Tubuh yang Salah……………………….. 115

5.3.13 Gambaran Memperbaiki Peralatan yang Sedang Beroperasi. 117

5.3.14 Gambaran Berkelakar atau Bersenda Gurau……………….. 123

5.3.15 Gambaran Bekerja di Bawah Pengaruh Alkohol dan Obat-

Obatan……………………………………………………… 126

Page 14: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xiii

BAB VI. PEMBAHASAN………………………………………………………... 127

6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………………… 127

6.2 Pembahasan Penelitian……………………………………………. 129

6.2.1 Gambaran Melakukan Pekerjaan Tanpa Wewenang……… 129

6.2.2 Gambaran Gagal dalam Mengamankan…………………... 132

6.2.3 Gambaran Menghilangkan Alat Pengaman……………….. 134

6.2.4 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Rusak………….. 136

6.2.5 Gambaran Tidak Menggunakan APD dengan Benar……... 137

6.2.6 Gambaran Pengisian/Pembebanan yang Tidak Sesuai……. 141

6.2.7 Gambaran Cara Mengangkat yang Salah…………………. 142

6.2.8 Gambaran Posisi Tubuh yang Salah………………………. 145

6.2.9 Gambaran Memperbaiki Peralatan yang Sedang

Beroperasi…………………………………………………. 148

6.2.10 Gambaran Berkelakar atau Bersenda Gurau……………… 150

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….. 151

7.1 Simpulan…………………………………………………………... 151

7.2 Saran………………………………………………………………. 155

7.2.1 Saran Berdasarkan Hasil Penelitian………………………. 155

7.2.2 Saran Untuk Penelitian Berikutnya……………………….. 157

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 158

Page 15: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PT. Gaya Motor Tahun 2011…………………... 6

Tabel 2.1 Teori Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman ……………………………. 47

Tabel 3.1 Definisi Istilah……………………………………………………………51

Tabel 4.1 Informan Penelitian………………………………………………………56

Tabel 4.2 Triangulasi Teknik dan Sumber…………………………………………. 62

Page 16: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Spot Welding Gun…………………………………………………….. 71

Gambar 5.2 Mesin Las CO2………………………………………………………... 72

Gambar 5.3 Projection Welding…………………………………………………… 73

Gambar 5.4 Stud Welding………………………………………………………….. 74

Gambar 5.5 Gerinda Batu Kasar…………………………………………………… 75

Gambar 5.6 Gerinda Sand Disc……………………………………………………. 76

Gambar 5.7 Gerinda Velcro Disc…………………………………………………... 76

Gambar 5.8 Spot Gun Welding dan Projection Nut………………………………... 94

Gambar 5.9 Gerinda yang Tidak Memiliki Pelindung Cakram…………………... 95

Gambar 5.10 Gerinda yang Memiliki Pelindung Cakram…………………………. 95

Gambar 5.11 Pekerja yang Tidak Menggunakan Masker Pada Saat Mengelas…… 106

Gambar 5.12 Pekerja Dengan Posisi Membungkuk Pada Saat Mengangkat Panel... 114

Gambar 5.13 Posisi Tubuh Pekerja Pada Saat Bekerja……………………………..117

Page 17: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan Permohonan Pengambilan Data Skripsi PT. Gaya Motor

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Matriks Wawancara

Lampiran 5 Hasil Observasi

Page 18: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut International Labour Office (1989), badan khusus PBB yang

berhubungan dengan tenaga kerja dan masalah-masalah yang berkaitan dengan

standar ketenagakerjaan internasional, kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak

terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh manusia, situasi/faktor lingkungan

atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat

menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti atau kejadian yang

tidak diinginkan. Dalam konsep energi, kecelakaan terjadi akibat energi yang lepas

dari penghalangnya mencapai penerima (recepient). Jika isolasi rusak atau

terkelupas, energi listrik dapat mengenai tubuh manusia atau benda lain yang

mengakibatkan cedera atau kebakaran. Mesin gerinda akan memancarkan berbagai

jenis energi, seperti energi kinetik, mekanik, listrik, suara, dan getaran. Benda berat

yang jatuh dari ketinggian akan menimbulkan energi kinetik sesuai dengan bobot

dan ketinggiannya. Cedera atau kerusakan terjadi karena kontak dengan energi yang

melampaui ketahanan atau ambang batas kemampuan penerima. Besarnya keparahan

atau kerusakan tergantung besarnya energi yang diterima. Benda yang jatuh dari

ketinggian dapat mengakibatkan kerusakan atau cedera berat bagi penerimanya

(Ramli, 2009).

Kecelakaan kerja merupakan masalah yang cukup serius bagi sebuah

perusahaan karena kerugian-kerugian yang ditimbulkannya. Kerugian yang

Page 19: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

2

diakibatkan oleh kecelakaan kerja, antara lain kerusakan material, hilangnya hari

kerja, dan timbulnya korban jiwa. Timbulnya korban jiwa adalah kerugian yang

cukup besar karena jumlahnya yang tidak sedikit. Kerugian yang langsung nampak

dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi

kecelakaan, sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-

alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat

produksi, dan hilangnya waktu kerja (Ramli, 2009).

Menurut data kecelakaan kerja PT. Jamsostek (2012), di Indonesia tercatat

pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus kecelakaan kerja, tahun 2008 terdapat 94.736

kasus, dan tahun 2009 terdapat 96.314 kasus. Untuk tahun 2011 terdapat 99.491

kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, meningkat jika

dibandingkan dengan pada tahun 2010 yang hanya 98.711 kasus.

Heinrich (1980), mengatakan bahwa kecelakaan kerja dapat terjadi karena

kondisi lingkungan kerja yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman yang

bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani

alat atau material. Menurut Heinrich (1980), 88% kecelakaan disebabkan oleh

perbuatan/tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), sedangkan sisanya

disebabkan oleh hal-hal yang tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10%

disebabkan oleh kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan oleh

takdir Tuhan. Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh

kekeliruan, kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan

kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan.

Page 20: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

3

Menurut Bird (1990), mengatakan bahwa unsafe action (perilaku tidak aman)

adalah tindakan orang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar atau

benar menurut persetujuan bersama sehingga tindakan tersebut mengandung bahaya,

misalnya melakukan pekerjaan tanpa wewenang, gagal dalam memberi peringatan,

gagal dalam mengamankan, bekerja dengan kecepatan berbahaya, menghilangkan

alat pengaman, membuat alat pengaman tidak berfungsi, menggunakan peralatan

yang rusak, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, tidak menggunakan APD

dengan benar, pengisian/pembebanan yang tidak sesuai cara mengangkat yang salah,

memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi, berkelakar atau bersenda gurau, dan

bekerja di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan. Keadaan dan tindakan

berbahaya kalau dibiarkan tanpa perbaikan akan menimbulkan kecelakaan.

Perilaku tidak aman adalah salah satu faktor penyumbang terbesar

kecelakaan kerja yang merupakan cerminan dari perilaku pekerja terhadap

keselamatan kerja. Perilaku tidak aman ini dapat dianggap sebagai hasil dari

kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat secara langsung maupun

kesalahan yang dilakukan oleh organisasi yaitu pihak manajemen. Suatu perilaku

tidak aman yang merupakan pelanggaran dari peraturan atau standar yang dilakukan

oleh pekerja bisa secara sadar maupun tidak sadar, memungkinkan sebagai penyebab

terjadinya suatu kecelakaan. Dengan meningkatkan perilaku pekerja dan

memfokuskan pada pengurangan perilaku tidak aman terhadap keselamatan kerja,

dapat mencegah atau mengurangi timbulnya kecelakaan kerja (Prasetiyo, 2011).

Perilaku manusia sebenarnya refleksi dari berbagai gejala kejiwaan dan

sekaligus merupakan resultansi dari banyak faktor, baik internal (karakteristik dari

Page 21: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

4

dalam diri manusia), maupun eksternal (faktor lingkungan) sehingga determinan

perilaku sulit untuk dibatasi. Faktor karakteristik manusia, meliputi tingkat

kecerdasan, pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin dan faktor genetik

individu. Faktor eksternal atau lingkungan yang mencakup lingkungan fisik dan

nonfisik, diantaranya adalah kebijakan atau peraturan, pengawasan, pelatihan,

keteladanan, sosial budaya, kebudayaan, dan ekonomi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Maanaiya (2005) pada pekerja di PT.

Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), menunjukkan bahwa faktor

internal, yaitu pengalaman kerja, pelatihan, dan kelelahan serta faktor eksternal,

yaitu sistem punishment, pre-job meeting berpengaruh terhadap perilaku tidak aman.

Industri perakitan kendaraan bermotor adalah salah satu bagian dari industri

otomotif yang bertugas menjalankan produksi pembuatan body mobil, pengelasan,

pengecatan, perakitan komponen dan assesoris mobil, pengecekan kembali, dan

pendistribusiannya kepada masyarakat. Industri perakitan mobil yang sangat

berkembang akhir-akhir ini di Indonesia, memiliki proses dan pekerja yang banyak

dan bervariasi dalam industri ini yang selalu berhadapan dengan bahaya dari proses

perorangan. PT. Gaya Motor merupakan perusahaan industri otomotif yang bergerak

dalam bidang perakitan dan pendistribusian kendaraaan bermotor yang memiliki

proses produksi yang meliputi pengelasan (welding), pengecatan (painting), dan

perakitan (assembling), yang mengandung berbagai macam sumber bahaya yang

dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat menimbulkan

kerugian berupa kerusakan materi, hilangnya hari kerja, dan timbulnya korban jiwa.

Page 22: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

5

Berdasarkan dari proses produksinya, PT. Gaya Motor tidak terlepas dari

risiko timbulnya kecelakaan kerja. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Gaya

Motor pada tahun 2009, dari 14 kasus kecelakaan kerja (SR 1,24), terdapat 10 kasus

yang disebabkan oleh perilaku tidak aman dan 4 kasus disebabkan oleh kondisi tidak

aman. Tahun 2010, dari 11 kasus kecelakaan kerja (SR 3,10), terdapat 10 kasus yang

disebabkan oleh perilaku tidak aman dan 1 kasus disebabkan oleh kondisi tidak

aman, sedangkan pada tahun 2011, dari 14 kasus kecelakaan kerja (SR 1,83),

seluruhnya (14 kasus) disebabkan oleh perilaku tidak aman. Dari data kecelakaan

kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab utama dari kasus kecelakaan kerja

di PT. Gaya Motor adalah karena perilaku tidak aman.

Welding (pengelasan) adalah suatu proses dimana bahan dan jenis yang sama

digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia

yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan. Kegiatan pengelasan mempunyai

tingkat bahaya dan berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja. Pekerjaan ini berhubungan dengan penggunaan alat-alat pengelasan yang

menghasilkan suhu tinggi, pencahayaan dengan intensitas tinggi, dan kebisingan

(noise). Disamping itu, akan terjadi pula percikan-percikan api dan kerak-kerak

logam pada pemotongan berbagai logam sehingga keadaan ini dapat menimbulkan

kecelakaan kerja (Suharno, 2008). Kecelakaan-kecelakaan yang berhubungan

dengan pengelasan menjadi makin banyak. Kecelakaan umumnya disebabkan kurang

kehati-hatian pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung yang kurang benar, dan

pengaturan lingkungan yang tidak tepat. Untuk menghindari kecelakaan tersebut,

Page 23: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

6

perlu penguasaan tertentu dan mengetahui tindakan-tindakan yang menyebabkan

faktor-faktor tersebut (Anggoro dan Dewi, 1999).

Welding adalah salah satu kegiatan produksi di PT. Gaya Motor selain

painting dan assembling. Kegiatan welding PT. Gaya Motor meliputi pembuatan

body kendaraan yang dimulai dengan pembentukan beberapa jenis sub assy panel

sampai dengan panel utuh. Pembentukan body kendaraan dilakukan dengan

menggunakan peralatan welding gun dengan metode las titik (spot welding),

projection nut, stud welding, dan las CO2. Proses welding meliputi pengelasan panel

dash, apron front fender, cowl top, cross member, suport radiator, dan member main

floor. Kegiatan welding di PT. Gaya Motor memiliki potensi kecelakaan yang sama

dengan kegiatan pengelasan pada umumnya. Hal ini telihat pada data kecelakaan

kerja di bawah ini:

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PT. Gaya Motor Tahun 2011

NO BULAN JUMLAH

KASUS

LOKASI

KEJADIAN

BENTUK

KECELAKAAN

JENIS

LUKA

KATEGORI

KECELAKAAN

1. Januari 1 kasus Welding Tangan pekerja

terkena baling-baling

kipas yang masih

berputar.

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

2. Februari 1 kasus Warehouse Kaki pekerja

tersandung gerobak

panel cover disc

clutch. Kemudian,

secara reflek tangan

kiri memegang part

cover disc clutch

sehingga telapak

kirinya terluka.

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

3. Maret 1 kasus Welding Tangan pekerja Luka Kecelakaan ringan

Page 24: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

7

NO BULAN JUMLAH

KASUS

LOKASI

KEJADIAN

BENTUK

KECELAKAAN

JENIS

LUKA

KATEGORI

KECELAKAAN

tersayat oleh panel

cowl top karena pada

saat merapihkan rak

cowl top, cowl top

tersebut tiba-tiba

merosot dan pekerja

reflek menahannya

tanpa menggunakan

sarung tangan.

tersayat

4. April 2 kasus Welding Siku pekerja tersayat

panel yang dilas

karena pekerja

tersebut kurang

berhati-hati pada saat

memutar spot gun

welding.

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

Assembling Paha pekerja tertimpa

oleh engine yang

jatuh pada saat akan

diangkat ke frame.

Luka memar Kecelakaan ringan

5. Mei 1 kasus Anti Rust Mata kaki pekerja

tersayat pecahan

cutting wheel pada

saat membersihkan

panel CKD dengan

menggunakan

gerinda

Luka

tersayat

Kecelakaan berat

6. Juni 2 kasus Assembling Telapak tangan kiri

pekerja terjepit

hydraulic gun rivet

yang tiba-tiba maju

karena pekerja

tersebut mengganti

snap rivet pada gun

rivet pada saat

kondisi power supply

gun rivet masih

menyala.

Patah tulang Kecelakaan berat

Welding Dagu pekerja tersayat

panel karena pada

saat membawa panel,

posisi kepala pekerja

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

Page 25: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

8

NO BULAN JUMLAH

KASUS

LOKASI

KEJADIAN

BENTUK

KECELAKAAN

JENIS

LUKA

KATEGORI

KECELAKAAN

menunduk sehingga

panel tersebut

mengenai dagu

pekerja.

7. Juli 1 kasus Welding Telapak tangan kiri

pekerja tergencet tip

gun pada saat pekerja

tersebut ingin

memasang tip gun

yang lepas pada spot

gun yang mesinnya

masih menyala.

Luka memar Kecelakaan ringan

8. Agustus 2 kasus Welding Jari tangan pekerja

terjepit clam jig

karena pada saat

melakukan pekerjaan

pada jig, operator

mengantuk sehingga

melakukan pekerjaan

dalam kondisi kurang

sadar.

Luka lecet Kecelakaan ringan

Welding Betis pekerja tersayat

beberapa panel

karena kerubuhan

panel yang sedang

disandarkan di pallet

suplay. Hal ini terjadi

karena pekerja

tersebut tidak

meletakkan panel-

panel pada rak yang

telah disediakan

Luka

tersayat

Kecelakaan berat

9. Oktober 1 kasus Assembling Jari tangan kanan

pekerja terluka

terkena handle lock

cabin karena pada

saat pekerja tersebut

sedang

memperhatikan

pekerjaan orang lain,

tanpa sadar pekerja

tersebut memegang

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

Page 26: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

9

NO BULAN JUMLAH

KASUS

LOKASI

KEJADIAN

BENTUK

KECELAKAAN

JENIS

LUKA

KATEGORI

KECELAKAAN

panel yang sedang

diproses.

10. Desember 1 kasus Warehouse Tangan pekerja

terkena baling-baling

kipas yang masih

berputar karena

pekerja tersebut

menggesernya, kipas

tidak dimatikan

terlebih dahulu

Luka

tersayat

Kecelakaan ringan

TOTAL

KASUS 14 kasus

SR 1,83

Sumber: Data Kecelakaan Kerja PT. Gaya Motor Tahun 2011

Berdasarkan tabel data kecelakaan kerja PT. Gaya Motor tahun 2011,

terdapat 14 kasus kecelakaan kerja dan dari 14 kasus tersebut terdapat 7 kasus

kecelakaan kerja yang terjadi unit welding yang disebabkan oleh perilaku tidak aman

pekerja. Berdasarkan fakta-fakta dari data kecelakaan kerja tersebut, peneliti tertarik

untuk menggambarkan perilaku tidak aman pada pekerja yang terdapat di unit

welding PT. Gaya Motor sebagai langkah perbaikan masalah perilaku tidak aman

serta sebagai upaya untuk pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Kegiatan pengelasan adalah pekerjaan yang berhubungan dengan

penggunaan alat-alat pengelasan yang menghasilkan suhu tinggi, pencahayaan

dengan intensitas tinggi, dan kebisingan (noise). Kegiatan pengelasan mempunyai

tingkat bahaya dan berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja yang ditimbulkan

Page 27: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

10

dari percikan-percikan api dan kerak-kerak logam pada pemotongan berbagai logam.

Kecelakaan-kecelakaan yang berhubungan dengan pengelasan pada umumnya

disebabkan kurang kehati-hatian pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung yang

kurang benar, pengaturan lingkungan yang tidak tepat (Anggoro dan Dewi, 1999).

Untuk menghindari kecelakaan tersebut, perlu penguasaan tertentu dan mengetahui

tindakan-tindakan yang menyebabkan faktor-faktor tersebut.

Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Gaya Motor tahun 2011,

menunjukkan bahwa dari 14 kasus kecelakaan kerja terdapat 7 kasus kecelakaan

kerja di unit welding yang disebabkan oleh perilaku tidak aman. Perilaku tidak aman

pekerja merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja di unit welding PT.

Gaya Motor. Untuk itu, peneliti bertujuan untuk menggambarkan perilaku tidak

aman pada pekerja di unit welding PT. Gaya Motor tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding PT.

Gaya Motor tahun 2012?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya bentuk-bentuk perilaku tidak aman pada pekerja di unit

welding PT. Gaya Motor tahun 2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran perilaku melakukan pekerjaan tanpa wewenang

Page 28: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

11

2. Mengetahui gambaran kegagalan dalam memberi peringatan

3. Mengetahui gambaran kegagalan dalam mengamankan

4. Mengetahui gambaran perilaku bekerja dengan kecepatan yang berbahaya

5. Mengetahui gambaran perilaku menghilangkan alat pengaman

6. Mengetahui gambaran perilaku membuat alat pengaman tidak berfungsi

7. Mengetahui gambaran perilaku menggunakan peralatan yang rusak

8. Mengetahui gambaran perilaku menggunakan peralatan yang tidak sesuai

9. Mengetahui gambaran perilaku tidak menggunakan APD dengan benar

10. Mengetahui gambaran perilaku pengisian/pembebanan yang tidak sesuai

11. Mengetahui gambaran perilaku cara mengangkat yang salah

12. Mengetahui gambaran posisi tubuh yang salah

13. Mengetahui gambaran perilaku memperbaiki peralatan yang sedang

beroperasi

14. Mengetahui gambaran perilaku berkelakar atau bersenda gurau

15. Mengetahui gambaran perilaku bekerja di bawah pengaruh alkohol atau

obat-obatan

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi mengenai

gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding PT. Gaya Motor

sebagai upaya mengurangi perilaku tidak aman untuk pencegahan dan

pengendalian kecelakaan kerja.

Page 29: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

12

1.5.2 Manfaat bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengembangkan keilmuan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

terutama mengenai gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding

PT. Gaya Motor.

1.5.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu di bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta melatih kemampuan peneliti dalam

memberikan gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding PT.

Gaya Motor.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit

welding PT. Gaya Motor, Sunter II, Jakarta Utara dan dilakukan oleh mahasiswi

tingkat akhir semester 9 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli-September 2012.

Penelitian ini dilakukan karena perilaku tidak aman pekerja merupakan penyebab

utama terjadinya kecelakaan kerja di unit welding PT. Gaya Motor. Jenis penelitian

ini adalah penelitian kualitatif dengan menggambarkan perilaku tidak aman pada

pekerja di unit welding PT. Gaya Motor tahun 2012. Subyek yang dijadikan

informan dalam penelitian ini adalah foreman welding, group leader welding, dan

Page 30: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

13

pekerja welding. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah

wawancara kepada informan penelitian dan observasi perilaku tidak aman pekerja.

Page 31: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan adalah kejadian yang tidak

terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga maksudnya di belakang peristiwa

itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih dalam bentuk perencanaan. Maka

dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal itu di luar ruang lingkup

kecelakaan yang sebenarnya. Sedangkan tidak diharapkan maksudnya

peristiwa kecelakaan itu disertai kerugian material ataupun penderitaan dari

yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Menurut Bird (1990),

kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menyebabkan kerugian

fisik pada manusia atau kerusakan material. Kecelakaan biasanya dihasilkan

dari kontak dengan sumber energi (kinetik, listrik, kimia, suhu, dll).

Proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi, yaitu

people, equipment, material, environment (PEME) yang saling berinteraksi dan

bersama-sama menghasilkan suatu produk dan jasa. Kecelakaan terjadi dalam

proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat,

material, dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi karena

kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga

dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman. Disamping itu,

Page 32: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

15

kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di

tempat kerja dan menangani alat atau material.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa

kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu:

1. Kecelakaan adalah akibat langsung dari pekerjaan.

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya sehingga

meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat

perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja.

2.1.2 Kerugian-Kerugian yang Disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan menyebabkan 5 jenis kerugian, yaitu:

1. Kerusakan

2. Kekacauan organisasi

3. Keluhan dan kesedihan

4. Kelainan dan cacat

5. Kematian

2.1.3 Konsep Kecelakaan

Dewasa ini banyak dikembangkan konsep kecelakaan oleh para ahli K3,

seperti Heinrich, Frank Bird, James Reason, Petersen, dan lainnya. Mereka

mengemukakan berbagai teori kecelakaan mulai dari faktor manusia,

manajemen, sistem, dan perilaku (Ramli, 2009).

Page 33: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

16

Menurut Frank Bird dalam Ramli (2009), kecelakaan terjadi karena

adanya kontak dengan suatu sumber energi, seperti mekanis, kimia, kinetis,

fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia. Teori ini dikembangkan

oleh Derek Viner yang disebut konsep energi.

Energi hadir di alam dalam berbagai bentuk, seperti energi kinetik, kimia,

mekanik, radiasi, panas, dan lainnya. Dalam kondisi normal, energi ini

biasanya terkandung atau terkungkung dalam wadahnya, misalnya energi kimia

dalam bahan kimia dan energi listrik berada di dalam kabel. Kecelakaan terjadi

akibat energi yang lepas dari penghalangnya mencapai penerima (recepient).

Jika isolasi rusak atau terkelupas, energi listrik dapat mengenai tubuh manusia

atau benda lain yang mengakibatkan cedera atau kebakaran. Mesin gerinda

akan memancarkan berbagai jenis energi, seperti energi kinetik, mekanik,

listrik, suara, dan getaran. Benda berat yang jatuh dari ketinggian akan

menimbulkan energi kinetik sesuai dengan bobot dan ketinggiannya. Cedera

atau kerusakan terjadi karena kontak dengan energi yang melampaui ketahanan

atau ambang batas kemampuan penerima. Besarnya keparahan atau kerusakan

tergantung besarnya energi yang diterima. Benda yang jatuh dari ketinggian

dapat mengakibatkan kerusakan atau cedera berat bagi penerimanya.

Energi suara dari mesin gerinda dapat mengakibatkan gangguan mulai

dari cedera ringan sampai ketulian tergantung intensitas kebisingan yang

datang dan ketahanan fisik manusia yang menerimanya. Namun, kontak

dengan energi tidak terjadi begitu saja, tetapi selalu ada penyebabnya, misalnya

karena pengaman tidak dipasang, kabel tidak memenuhi syarat atau terkelupas,

Page 34: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

17

pekerja tidak menggunakan sarung tangan atau karena bekerja dengan

peralatan listrik yang masih berenergi.

2.1.4 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan

Menurut Ramli (2009), prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat

sederhana yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang

disebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Namun, dalam

praktiknya tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai

unsur yang saling terkait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar, dan

latar belakang. Oleh karena itu, berkembang berbagai pendekatan dalam

pencegahan kecelakaan. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para

ahli, beberapa diantaranya dibahas berikut ini:

1. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya

sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu,

pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui 3 titik, yaitu pada

sumbernya, pada aliran energi (path way), dan pada penerima.

a. Pengendalian pada sumber bahaya

Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan

langsung pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara

teknis atau administratif. Sebagai contoh, mesin yang bising dapat

dikendalikan dengan mematikan mesin, mengurangi tingkat kebisingan,

memodifikasi mesin, memasang peredam pada mesin atau mengganti

dengan mesin yang lebih rendah tingkat kebisingannya.

Page 35: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

18

b. Pendekatan pada jalan energi

Pendekatan berikutnya dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi

pada jalan energi sehingga intensitas energi yang mengalir ke penerima

dapat dikurangi. Sebagai contoh, kebisingan dapat dikurangi tingkat

bahayanya dengan memasang dinding kedap suara, menjauhkan

manusia dari sumber bising atau mengurangi waktu paparan.

c. Pengendalian pada penerima

Pengendalian berikutnya adalah melalui pengendalian terhadap

penerima, baik manusia, benda atau material. Pendekatan ini dapat

dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak

dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, perlindungan diberikan

kepada penerima dengan meningkatkan ketahanannya menerima energi

yang datang. Sebagai contoh, untuk mengatasi bahaya bising, manusia

yang menerima energi suara tersebut dilindungi dengan alat pelindung

telinga sehingga dampak bising yang timbul dapat dikurangi.

2. Pendekatan Manusia

Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang

menyatakan bahwa 85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia

dengan tindakan yang tidak aman. Karena itu, untuk mencegah kecelakaan,

dilakukan berbagai upaya pembinaan unsur manusia untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran K3 meningkat.

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3,

dilakukan berbagai pendekatan dan program K3, antara lain:

Page 36: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

19

a. Pembinaan dan pelatihan

b. Promosi K3 dan kampanye K3

c. Pembinaan perilaku aman

d. Pengawasan dan inspeksi K3

e. Audit K3

f. Komunikasi K3

g. Pengembangan prosedur kerja aman (safe working practices)

3. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material,

proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah

kecelakaan yang bersifat teknis, dilakukan upaya keselamatan, antara lain:

a. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan

teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan instalasi

atau peralatan kerja.

b. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah

kecelakaan dalam pengoeprasian alat atau instalasi, misalnya tutup

pengaman mesin, sistem inter lock, sistem alarm, sistem instrumentasi,

dll.

4. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain:

a. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan

paparan bahaya dapat dikurangi.

Page 37: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

20

b. Penyediaan alat keselamatan kerja.

c. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.

d. Mengatur pola kerja, sistem produksi, dan proses kerja.

5. Pendekatan Manajemen

Kecelakaan banyak disebabkan oleh faktor manusia yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan

yang dilakukan, antara lain:

a. Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3).

b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas.

2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian

Menurut Notoadmodjo (1993), perilaku manusia pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak diamati

langsung, dapat diamati pihak luar. Skinner (1983), seorang ahli psikologi,

dalam Notoadmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons

Page 38: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

21

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan

kemudian organisme tersebut merespon, teori Skinner ini disebut dengan teori

“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

Menurut Notoadmodjo (2007), perilaku dapat diartikan sebagai suatu

respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek. Respon

ini berbentuk dua macam, yaitu:

a. Bentuk pasif

Bentuk pasif yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan secara tidak

langsung dapat dilihat, seperti berpikir, sikap batin, dan persepsi. Perilaku

ini seperti ini biasa disebut terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif

Bentuk aktif yaitu apabila perilaku dapat diobservasi secara langsung,

misalnya berjalan, menulis, dan belajar. Perilaku di sini sudah merupakan

tindakan nyata yang nampak (overt behaviour).

2.2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk-bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi. Bentuk-bentuk

perubahan perilaku menurut WHO dalam Notoadmodjo (2007), terbagi

menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Perubahan alamiah (natural change)

Perubahan alamiah yang dimaksud yaitu bahwa manusia selalu berubah.

Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila

dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau

Page 39: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

22

sosial budaya dan ekonomi, anggota masyarakat di dalamnya juga akan

mengalami perubahan.

b. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan terencana terjadi karena perubahan perilaku ini terjadi karena

memang direncanakan sendiri oleh subjek sehingga hanya subyek itu

sendiri yang ingin dan dapat mengubahnya.

c. Kesediaan untuk berubah (readdiness to change)

Kelompok ketiga ini akan terjadi apabila terjadi suatu inovasi atau program

pembangunan di dalam masyarakat maka yang sering terjadi adalah

sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan

tersebut.

2.2.3 Determinan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor penentu atau determinan perilaku

manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan penggabungan dari

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan).

1. Faktor Internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat

bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya. Aliran ini disebut aliran negatisme yang ditokohi oleh

Schopenhower (Jerman) yang mengatakan bahwa perilaku manusia itu

sudah dibawa sejak lahir.

2. Faktor Eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan

faktor yang dominan mewarnai perilaku seseorang. Hal sesuai dengan

Page 40: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

23

aliran positivisme yang dikemukakan oleh Jhon Locke yang mengatakan

bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan

Secara lebih rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari

berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, sikap,

minat, motivasi, persepsi, dan sebagainya, tetapi pada realitasnya sulit

dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau

dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman,

keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

2.3 Perilaku Tidak Aman

2.3.1 Pengertian

Menurut Bird (1990), unsafe action atau perilaku tidak aman adalah

tindakan orang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar atau

benar menurut persetujuan bersama sehingga tindakan tersebut merupakan

mengandung bahaya, misalnya berdiri di bawah barang yang diangkat crane,

mengebut di jalan ramai, dan lain-lain. Keadaan dan tindakan berbahaya kalau

dibiarkan tanpa perbaikan akan menimbulkan kecelakaan. Beberapa contoh

perilaku tidak aman menurut Dessler (1986), yaitu:

1. Tidak mengamankan peralatan

2. Tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh

3. Membuang benda sembarangan

Page 41: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

24

4. Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman

5. Menyebabkan tidak berfungsinya alat pengaman

6. Menggunakan peralatan yang tidak aman

7. Mengambil posisi yang tidak aman

8. Mengangkat barang dengan ceroboh

9. Mengganggu, menggoda, bertengkar, bermain, dan sebagainya.

Menurut Santoso (2003), bentuk-bentuk perilaku tidak aman, antara lain:

1. Melakukan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

2. Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman

3. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya

4. Memakai APD hanya berpura-pura

5. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

6. Pengrusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi

manusia

7. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja

8. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan

9. Menggunakan tenaga berlebihan

10. Peminum/pemabuk/mengkonsumsi narkoba

Bentuk perilaku tidak aman yang dikemukakan Bird (1990), yaitu:

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

2. Gagal dalam memberi peringatan

3. Gagal dalam mengamankan

4. Bekerja dengan kecepatan berbahaya

Page 42: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

25

5. Menghilangkan alat pengaman

6. Membuat alat pengaman tidak berfungsi

7. Menggunakan peralatan yang rusak

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

9. Tidak menggunakan APD dengan benar

10. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai

11. Cara mengangkat yang salah

12. Posisi atau sikap tubuh yang benar

13. Memperbaiki peralatan yang beroperasi

14. Berkelakar atau bersenda gurau

15. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Tidak Aman

Perilaku manusia seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003)

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, yang meliputi pengetahuan,

keinginan, minat, sikap, persepsi, dan motivasi. Perilaku seseorang merupakan

resultansi dari faktor internal maupun eksternal (lingkungan). Hal yang sama

juga didukung beberapa ahli, seperti Gibson (1996) dan Geller (2001) dalam

Pratiwi (2009), yang menyatakan bahwa perilaku tidak aman dipengaruhi oleh

dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Gibson menggunakan aspek–aspek yang mempengaruhi perilaku dan

prestasi kerja menjadi aspek individu atau psikologis dan aspek organisasi.

Aspek individu atau psikologis adalah sebagai faktor internal, meliputi

pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap. Sedangkan aspek organisasi merupakan

Page 43: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

26

faktor eksternal yang meliputi sumber daya manusia, kepemimpinan, imbalan

dan sanksi serta struktur dan desain pekerjaan. Menurut Geller (2001) dalam

Pratiwi (2009), faktor internal yang mempengaruhi perilaku tidak aman adalah

persepsi, nilai, peralatan, sikap, keyakinan, perasaan, pemikiran dan

kepribadian, sedangkan faktor eksternal mencakup pelatihan, pengakuan,

pengawasan secara aktif dan kepatuhan terhadap peraturan.

2.3.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang.

Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan oleh orang yang

mempunyai sertifikat juru las sesuai dengan kelas untuk pekerjaan las yang

sedang dilaksanakan. Juru las yang telah tersertifikasi adalah orang yang

diberi wewenang untuk melakukan jenis pengelasan tertentu, dengan suatu

syarat mempunyai kecakapan dan pengalaman teknis serta terampil dalam

bidangnya (Suhulman, 2008).

2. Gagal dalam memberi peringatan.

Sebuah peringatan biasanya diberikan kepada pekerja yang melanggar

peraturan yang telah ditetapkan perusahaan. Peringatan dapat berupa

himbauan atau teguran yang berguna untuk mengingatkan pekerja agar

pekerja tidak melakukan tindakan yang berbahaya atau agar pekerja tidak

mengulangi kesalahannya dalam bekerja. Peringatan adalah suatu bentuk

tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja guna

menunjang kedisiplinan pekerja (Nitisemito, 1984 dalam Sudrajat, 2008).

Page 44: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

27

3. Gagal dalam mengamankan

Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan mesin

saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak. Mesin tersebut

harus diberi alat pengaman atau tanda yang bersifat pengumuman yang

mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang

penggunaanya sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan

mesin tersebut berada dalam keadaan baik (Suhulman, 2008).

4. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya.

Salah satu alasan paling lazim untuk mengambil risiko dalam

bekerja adalah menghemat waktu agar bisa mendapatkan waktu santai atau

waktu untuk menghasilkan uang lebih banyak atau sekedar menghemat

waktu dengan mempercepat menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu,

tidak aneh apabila keinginan menghemat waktu ini menyebabkan perilaku

tidak aman (International Labour Office, 1989).

5. Menghilangkan alat pengaman.

Tujuan alat pengaman (safety device) dipasang pada fasilitas kerja

atau mesin yang berbahaya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan

dan untuk menjamin keselamatan para pekerja. Berbagai alat pengaman

berfungsi secara mekanik, seperti misalnya alat pengaman untuk mesin pres

atau katup pengaman pada ketel uap. Alat pengaman, seperti alat penutup

pengaman gir atau gerinda, dipasang secara tetap di satu tempat. Peralatan

pengaman merupakan peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada

Page 45: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

28

tempat-tempat tertentu dan berfungsi untuk memberi keamanan tambahan

bagi para pekerja (O’Brien, 1974 dalam Helliyanti, 2009).

Menurut International Labour Office (ILO) (1989), tujuan alat

pengaman pada mesin adalah mencegah sesuatu bagian tubuh atau pakaian

pekerja agar jangan tersentuh bagian berbahaya mesin yang sedang

bergerak. Sebuah mesin mungkin dirancang dan dibuat sedemikian rupa

sehingga semua daerah berbahaya yang ada tertutup atau terlindungi.

Pengaman mesin dan alat pelindung lainnya dapat dipasang pada mesin.

Metode manapun yang dipakai, sebuah pengaman yang berhasil adalah

yang memungkinkan pekerja mengoprasikan mesin dengan mudah tanpa

risiko atau takut terluka.

Pada beberapa kasus, biasanya pengaman yang dibuat hanya

mengutamakan kepentingan persyaratan hukum atau menghindari satu

risiko dan kurang memikirkan pengaruh pengaman terhadap produksi atau

gangguan yang dapat ditimbulkan para pekerja. Hal ini dapat menghambat

efisiensi produksi dan menyebabkan operator tidak nyaman serta tidak

leluasa dalam bekerja. Akibatnya, pekerja akan menyingkirkan pengaman

tersebut yang menyebabkan kegunaannya hilang. Hal ini sangat berbahaya

karena dapat memperbesar peluang kontak antara tubuh dengan mesin-

mesin yang berbahaya. Apabila hal ini terjadi, kecelakaan kerja pun tidak

dapat terelakkan.

Page 46: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

29

6. Membuat alat pengaman tidak berfungsi.

Pada beberapa kasus, alat pengaman yang dapat menghambat

efisiensi produksi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja,

dapat mendorong pekerja untuk menyingkirkan atau bisa dengan jalan

merusak alat pengaman tersebut. Membuat alat pengaman menjadi tidak

berfungsi sangat berbahaya karena kegunaannya sebagai pengaman pun

akan hilang sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya kontak antara

pekerja dengan alat yang berbahaya (International Labour Office, 1989).

7. Menggunakan peralatan yang rusak.

Peralatan kerja yang digunakan harus berfungsi dengan baik dan

dalam kondisi layak pakai. Menggunakan peralatan kerja yang sudah tidak

layak pakai dapat membahayakan keselamatan pekerja. Oleh karena itu,

semua peralatan harus dirawat menurut kondisi bagian dari peralatan

tersebut dan bukan menurut waktu pemakaian. Tanpa perawatan yang

teratur, keadaan peralatan berubah menjadi salah satu faktor bahaya. Jadi,

perawatan yang tidak teratur adalah perbuatan yang berbahaya karena dapat

menimbulkan keadaan berbahaya (Silalahi, 1985).

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai.

Menurut Silalahi (1985), menggunakan peralatan kerja yang tidak

sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dan peraturan yang telah

ditetapkan dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Hal

ini merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat berpotensi

menimbulkan kecelakaan kerja.

Page 47: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

30

9. Tidak menggunakan APD dengan benar.

Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus benar-benar

terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri

dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu

menggunakan ala-alat pelindung ketika melaksanakan suatu pekerjaan.

Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD)

didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari

luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya

(hazard) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik,

elektrik, mekanik, dan lainnya (Rijanto, 2011).

Setiap pekerja harus memakai apron, sarung tangan, dan

perlengkapan pelindung lain, pakailah sarung tangan yang kering untuk

melindungi tangan dari kemungkinan terkena aliran listrik (electric shock),

pakailah penutup mulut dan hidung sebagai filter agar asap dan gas yang

timbul pada saat pengelasan sedang berlangsung tidak berbahaya bagi

kesehatan (Suhulman, 2008).

10. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai.

Penyebab lain terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat beban yang

berlebihan sehingga melebihi kemampuan tubuh dalam menyangga (over

load). Membawa atau mengangkat barang yang terlalu berat, terlalu besar,

dan sulit untuk dipegang akan membahayakan diri kita. Akan jauh lebih

aman bagi Anda untuk meminta bantuan orang lain atau menggunakan alat

Page 48: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

31

bantu saat menemui barang-barang tersebut dalam bekerja (Hendarta,

2012).

11. Cara mengangkat yang salah.

Menurut Nurmianto (1996), pekerjaan mengangkat barang sering

menyebabkan cedera pada punggung bawah. Pekerjaan mengangkut barang

adalah satu pekerjaan yang berisiko terjadinya cedera kesakitan pada

punggung. Pekerjaan ini membutuhkan aktivitas mengangkat beban yang

cukup berat dan berulang-ulang sehingga membutuhkan peran yang sangat

besar dari otot-otot punggung dan tulang belakang. Penggunaan otot-otot

punggung dan tulang belakang yang berlebihan dan kesalahan dalam

aktivitas mengangkat sangat memungkinkan pekerja pengangkut barang

akan mengalami gangguan nyeri punggung bawah.

Sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam rentan hidupnya akan

mengalami cedera punggung bawah. Cedera ini biasanya disebabkan oleh

kesalahan dalam teknik mengangkat suatu benda dan juga penggunaan

yang berlebihan. Dengan menggunakan teknik mengangkat yang benar

diikuti dengan latihan penguluran dan penguatan, Anda dapat mengurangi

risiko cedera punggung. Sekitar 745 cedera tulang belakang disebabkan

karena aktivitas mengangkat. Mengingat tingginya risiko cedera tulang

belakang pada aktivitas mengangkat maka hal ini perlu mendapatkan

perhatian tersendiri dengan teknik mengangkat yang benar (Tarwaka,

2004).

Page 49: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

32

Menurut Silalahi (1985), sewaktu mengangkat dan membawa,

bagian tubuh yang paling terpengaruh dan dapat cedera adalah tulang

punggung. Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat

(diukur dalam kilogram gaya) jika beban semakin berat. Teknik

mengangkat dan membawa yang tepat akan memungkinkan beban

maksimum karena beban tersebut tidak lagi tergantung pada tulang

punggung melainkan pada otot tubuh. Teknik ini hanya dapat diterapkan

melalui latihan. Beberapa pokok penting yang harus diperhatikan adalah:

a. Kapasitas fisik karyawan

b. Sifat beban

c. Keadaan lingkungan

d. Latihan mengangkat/membawa yang dijalani karyawan

Adapun cara mengangkat yang baik menurut Tarwaka (2004) adalah

sebagai berikut:

1. Posisi tulang belakang dan punggung harus tetap lurus atau tidak

membungkuk.

2. Kedua tungkai ditekuk ke arah posisi jongkok sehingga tenaga angkat

yang digunakan untuk mengangkat beban tidak murni berasal dari

kontraksi otot-otot punggung.

3. Pegangan atau handling terhadap barang yang akan diangkat harus

kuat.

4. Lengan berada sedekat mungkin dengan badan

5. Dagu segera ditarik setelah kepala ditegakkan

Page 50: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

33

6. Posisi kaki merenggang untuk membagi momentum dalam posisi

mengangkat.

7. Badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya untuk

gerakan dan perimbangan.

8. Beban diusahakan sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui

pusat gravitasi tubuh.

9. Untuk beban yang akan diangkat, usahakan pada posisi yang tidak

terlalu rendah

10. Usahakan jumlah beban yang akan diangkat tidak melebihi batas

kemampuan individu yang akan mengangkat.

12. Posisi tubuh yang salah.

Sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang

positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja

harus berdiri, duduk, atau dalam sikap posisi kerja yang lain, dimana

pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap/

posisi kerja akan sangat penting (Suma’mur, 1999).

Menurut Wignjosoebroto (2003), beberapa jenis pekerjaan akan

memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung

untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu

berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan berlangsung

dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan

pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan, dan menderita cacat

Page 51: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

34

tubuh. Postur yang baik merupakan bagian penting dalam pemeliharaan

diri.

Membiasakan diri dengan kondisi postur yang baik akan membantu

dalam mencegah berbagai gangguan fisik, seperti kelelahan, memperbaiki

bentuk tubuh, memberi kesan penampilan diri lebih luwes dan tidak kaku.

Disiplin diri merupakan unsur yang menentukan bagi suatu kepribadian

yang tertib, tenang, menyenangkan serta menyehatkan. Berdiri dalam posisi

yang benar akan menjaga otot-otot dan tubuh dalam kondisi yang baik.

Postur yang baik sangat tergantung pada kebiasaan seseorang, untuk itu

hindari sikap malas, posisi punggung yang membungkuk atau posisi tubuh

yang membuat lekukan pada tulang punggung ketika sedang bekerja. Saat

berjalan harus dibiasakan berdiri dengan benar, berat tubuh harus terbagi

sama rata untuk mendapatkan keseimbangan tubuh. Selain dari sikap tubuh

saat berdiri, sikap duduk yang baik pun penting diperhatikan untuk

mencegah kelelahan pada umumnya dan ketegangan pada punggung. Sikap

duduk yang baik yaitu punggung tegak dan posisi duduk menekan bagian

belakang (Wignjosoebroto, 2003).

13. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi.

Pada saat memperbaiki peralatan kerja yang menggunakan aliran

listrik, pekerja diharuskan untuk mematikan terlebih dahulu aliran listrik

pada alat tersebut karena untuk mengisolir bagian sistem tenaga listrik pada

alat tersebut agar aman untuk kerja ketika memperbaikinya. Memperbaiki

peralatan yang sedang beroperasi atau memperbaiki peralatan tanpa

Page 52: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

35

mematikan terlebih dahulu aliran listriknya merupakan suatu tindakan yang

sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai

contoh, ada seorang pekerja yang sedang memperbaiki suatu

mesin/peralatan, tiba-tiba tanpa disengaja mesinnya menyala dan pada

akhirnya membahayakan pekerja tersebut (Suhulman, 2008).

14. Berkelakar atau bersenda gurau.

Bersenda gurau pada saat bekerja merupakan suatu perilaku yang

harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian yang sangat fatal

sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga dapat

menyebabkan kerugian nonmaterial, contoh ketika para pekerja sedang

melakukan tugasnya menuangkan semen kedalam mesin pencetak, tiba-tiba

ada salah seorang pekerja lainnya mengejutkannya dari belakang sehingga

secara tidak sengaja dia tersentak hebat dan tanpa dia sadari tangannya

masuk ke dalam mesin pencetak. Mungkin bisa kita tebak apa yang terjadi

selanjutnya. Benar, tangan para pekerja tersebut patah dan terputus

sehingga akan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi para

pekerja itu sendiri, dimana kerugian yang diderita bukan merupakan

kerugian material melainkan kerugian non material (Apri, 2012).

Bersenda gurau pada saat bekerja sangat dilarang karena dapat

mengganggu konsentrasi pekerja sehingga pekerja kurang fokus terhadap

pekerjaannya, apalagi jika pekerja tersebut bekerja dengan peralatan atau

tempat kerja yang berbahaya. Hal tersebut akan membuat pekerja

Page 53: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

36

berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam bekerja yang akibatnya dapat

menyebabkan kecelakaan kerja.

15. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.

Menurut Tanjung (2005), alkohol dan obat-obatan termasuk ke

dalam NAPZA. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain)

adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan

mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat sehingga

menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena

terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)

terhadap NAPZA. Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu konsentrasi,

penilaian, penglihatan, dan koordinasi pada orang yang mengonsumsinya.

Kombinasi alkohol dengan obat-obatan lain sangat berbahaya

karena hal ini meningkatkan efek dan pengaruh negatif yang tidak dapat

diperkirakan, termasuk kerusakan serius yang menetap. Karena efek negatif

yang ditimbulkan dari alkohol dan obat-obatan tersebut, seorang pekerja

tidak boleh berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan pada saat

bekerja karena dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

2.4 Pengelasan

2.4.1 Pengertian

Pengelasan adalah suatu proses dimana bahan dan jenis yang sama

digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan

kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Suharno, 2008).

Page 54: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

37

Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat

manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu

pengetahuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik

atom, mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material

baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya (Djamiko, 2008).

Jauh sebelumnya, penyambungan logam dilakukan dengan memanasi

dua buah logam dan menyatukannya secara bersama. Pada zaman sekarang

pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus

listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas

acetylene yang lebih dikenal dengan gas karbit. Selama pengelasan, gas

acetylene dicampur dengan gas oksigen murni. Kombinasi campuran gas

tersebut memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain

(Djamiko, 2008).

2.4.2 Jenis-Jenis Pengelasan

Menurut Djamiko (2008), mesin las adalah alat utama yang digunakan

untuk menyambung logam dengan las. Mesin ini berfungsi sebagai

penyambung bahan yang dilas, sedangkan alat bantu digunakan untuk

pendukung proses pengelasan. Jenis-jenis mesin las, terdiri dari:

1. Las Proyeksi (Projection Welding)

Projection welding (las proyeksi) dilakukan dengan

menghubungkan dua benda kerja yang akan disambung pada dua elektroda

dan menggerakkannya secara perlahan. Ketika kedua benda kerja tersebut

hampir bersentuhan, terjadilah loncatan arus listrik yang mengakibatkan

Page 55: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

38

pemanasan pada bagian yang dilas. Setelah itu, kedua benda kerja tersebut

ditekan maka terbentuklah sambungan las.

2. Las MIG

Las MIG termasuk jenis las elektroda terumpan yang banyak

digunakan di industri otomotif. Hal ini dikarenakan las MIG memiliki

kelebihan yaitu dapat dengan mudah digunakan untuk mengelas logam

yang tipis dan juga karena menggunakan elektroda gulungan maka las MIG

dapat digunakan pengelasan otomatis dengan pemrograman komputer.

Prinsip kerja las MIG adalah ketika saklar welding gun di on-kan, arus

listrik mengalir pada elektroda dan elektroda berjalan sesuai dengan

kecepatan yang diatur sebelumnya. Sesaat sebelum ujung elektroda

menyentuh benda kerja, terjadilah loncatan listrik yang melelehkan benda

kerja dan elektroda tersebut. Bersamaan dengan kejadian ini gas pelindung

mengalir di atas permukaan deposit lasan dan melindungi deposit tersebut

dari pengaruh udara luar.

3. Las Listrik (Shielded Metal Arc Welding/SMAW)

Las listrik disamping dinamakan SMAW juga disebut Manual

Metal Arc (MMA). Penyebutan ini dikarenakan las listrik sangat sulit

diotomatiskan. Namun, penggunaannya di industri sangat luas. Kelebihan

dari las listrik adalah konstruksi sederhana dan bahan fluk yang padat

sangat efektif dalam melindungi deposit lasan dari pengaruh udara luar

sehingga las listrik dapat digunakan di segala medan. Penggunaan las listrik

dimulai dari mengalirkan arus listrik dalam rangkaian listrik dan

Page 56: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

39

menyentuhkan elektroda pada benda kerja. Sesaat setelah elektroda

bersentuhan dengan benda kerja, terjadilah loncatan listrik yang panasnya

dapat mencairkan kedua bahan tersebut dan terbentuk sambungan las.

4. Las Busur Terpendam (Submerged Arc Welding/SAW)

Las busur terpendam banyak digunakan untuk penyambungan

tabung-tabung gas, pipa besar, dan penyambungan benda-benda yang sama

serta banyak. Pengelasan dilakukan secara otomatis dan fluksnya berupa

butiran. Satu unit mesin las SAW terdiri dari sebuah travo, kontrol,

elektroda gulungan, nosel, dan perlengkapan untuk menaburkan fluks.

Pengelasan dimulai dengan mengalirkan arus listrik pada rangkaian listrik

SAW. Elektroda berjalan dan menyentuh benda kerja. Loncatan busur

listrik dari elektroda ke benda kerja mencairkan keduanya. Pada saat

bersamaan butiran fluks ditaburkan agar deposit lasan yang terbentuk

terlindung dari udara luar.

5. Las Tungsten Inert Gas (TIG)

Las TIG atau lebih dikenal dengan sebutan las argon. Argon

termasuk gas lemas (inert gas) yang berfungsi sebagai pelindung deposit

lasan dari pengaruh udara luar. Biasanya las jenis ini digunakan untuk

mengelas stainless steel dan logam-logam nonfero, seperti alumunium,

titanium, dll. Bagian utama las TIG adalah sebuah inverter, satu unit

peralatan kontrol, welding gun, satu tabung gas pelindung beserta

regulatornya. Pengoperasian las TIG dimulai dengan mengalirkan arus

listrik ke dalam rangkaian listrik. Pada saat ujung elektroda didekatkan

Page 57: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

40

pada benda kerja, akan terjadi loncatan arus listrik bersamaan dengan

keluarnya gas pelindung yang panasnya dapat mencairkan bahan tambah

(filler metal) dengan benda kerja dan terjadilah pengelasan.

6. Las Plasma

Penyambungan logam dengan las plasma, prosedurnya sama dengan

las TIG. Penempatan elektroda di dalam nosel tersendiri dapat memisahkan

busur api dengan gas pelindung. Elektroda las plasma terbuat dari tungsten

dengan elemen tambahan thorium sebanyak 2% dan nosel dibuat dan bahan

tembaga. Ada tiga model pengoperasian las plasma berkaitan dengan

ukuran nosel dan laju gas plasma, yaitu: 1) Plasma mikro (Microplasma)

dengan arus listrik antara 0,1 sampai 15 A; 2) Arus menengah (Medium

current) yang arusnya antara 15 hingga 200 A; dan 3) Keyhole plasma

digunakan untuk pengelasan di atas arus 200 A. Dalam kondisi normal, las

plasma menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai karakter arus

menurun (drop voltage). Penyalaan busur listrik pada saat awal pengelasan

lebih sulit jika dibandingkan dengan las yang menggunakan karakter arus

konstan (constan voltage).

7. Las Titik (Spot Welding)

Las titik yang merupakan salah satu proses las tertua banyak

digunakan di industri khususnya industri yang banyak mengerjakan plat

seperti industri otomotif. Bahan yang disambung dengan metode ini sering

dilakukan pada ketebalan di bawah 3 mm. Bahan dasar sebaiknya

mempunyai ketebalan sama atau dengan perbandingan 3:1. Pembangkitan

Page 58: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

41

panas las titik bekerja atas dasar hambatan listrik bahan yang dilas. Bahan

harus memiliki tahanan listrik yang lebih besar dari bahan elektroda yang

terbuat dari elemen dasar tembaga. Pengelasan dilakukan dengan mengaliri

benda kerja dengan arus listrik melalui elektroda. Karena terjadi hambatan

diantara kedua bahan yang disambung, timbul panas yang dapat

melelehkan permukaan bahan dan dengan tekanan akan terjadi sambungan.

8. Las Kelim (Seam welding)

Ditinjau dari prinsip kerjanya, las rol sama dengan las titik, yang

berbeda adalah bentuk elektrodanya. Elektroda las rol berbentuk silinder.

Las jenis ini banyak digunakan untuk menyambung benda kerja yang

membutuhkan kerapatan, seperti pembuatan tangki bahan bakar,

pengalengan makanan, dan lain-lain.

9. Las Karbit (Oxy-Acetylene Welding/OAW)

Gas yang banyak digunakan untuk pengelasan logam adalah gas

acetylene. Las yang menggunakan gas acetylene dinamakan las acetylene

(karbit). Dalam penerapannya pada las, gas acetylene dicampur dengan gas

oksigen kemudian di bakar. Panas yang ditimbulkan digunakan untuk

pengelasan. Karena pencampurannya dengan oksigen inilah las karbit juga

disebut las oxy-acetylene (oxy-acetylene welding).

10. Las Sinar Elektron

Las sinar elektron juga tergolong pengelasan yang menggunakan

energi panas. Energi panas didapat dari energi sebuah elektron yang di

tumbukkan pada benda kerja. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut,

Page 59: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

42

elektron yang dipancarkan oleh katoda ke anoda difokuskan oleh lensa

elektrik ke sistem defleksi.

2.4.3 Bahaya Dalam Pengelasan

Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila

tidak hati-hati terhadap penggunaan peralatan, mesin, dan posisi kerja yang

salah. Menurut Wiryosumarto dan Okumura (2004) dalam Sirait (2011),

beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan antara lain:

1. Cahaya dan sinar yang berbahaya

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat

membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.

Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak,

sinar ultraviolet, dan sinar inframerah.

a. Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap,

tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia

yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh

lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan

terasa seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6

sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24

jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.

b. Cahaya tampak

Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa

dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat, mata akan

Page 60: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

43

segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi

sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.

c. Sinar inframerah

Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata. Karena itu, sinar

ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat, dan tidak

terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh

panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata,

terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini, dan terjadinya

kerabunan.

2. Arus listrik yang berbahaya

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada

besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan

hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:

a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak

membahayakan.

b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan

menimbulkan rasa sakit.

c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.

d. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga

orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang

lain.

e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.

Page 61: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

44

f. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.

3. Debu dan gas dalam asap las

Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 μm sampai

dengan 3 μm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis

pengelasan dan elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hidrogen

rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium

(K2O). Dalam pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak

mengandung oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu

pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),

ozon (CO3), dan gas nitrogen dioksida (NO2).

4. Bahaya kebakaran

Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api

pengelasan dengan bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti solar, bensin,

gas, cat kertas, dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran

juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena

hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran

listrik karena isolasi yang rusak.

5. Bahaya Jatuh

Pengelasan yang dilakukan di tempat yang tinggi akan terdapat

bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan

ataupun berat bahkan kematian. Karena itu, usaha pencegahannya harus

diperhatikan.

Page 62: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

45

2.4.4 Perlengkapan Keselamatan Kerja Las

Demi keamanan dan kesehatan tubuh, operator las harus memakai alat-

alat yang mampu melindungi tubuh dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan

akibat pengelasan. Perlengkapan tersebut antara lain (Bintoro, 1999):

1. Pelindung muka

Bentuk dan pelindung muka ada beberapa macam, tetapi secara

prinsip pelindung muka mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi

mata dan muka dari pancaran sinar las dan percikan bunga api. Pelindung

muka mempunyai kacamata yang terbuat dari bahan tembus pandang yang

berwarna sangat gelap dan hanya mampu ditembus oleh sinar las.

Kacamata ini berfungsi melihat benda kerja yang dilas dengan mengurangi

intensitas cahaya yang masuk ke mata.

2. Kacamata bening

Pada saat membersihkan torak atau proses finishing misalnya

penggerindaan, mata perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung

muka las. Mata tidak mampu melihat benda kerja karena kacamata yang

berada pada pelindung muka sangat gelap. Oleh karena itu, diperlukan

kacamata bening yang mampu digunakan untuk melihat benda kerja dan

sangat ringan sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.

3. Masker wajah

Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan

dihirup oleh sistem pernapasan manusia. Masker digunakan untuk

pengelasan ruangan yang sistem sirkulasi udaranya tidak baik karena

Page 63: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

46

proses pengelasan akan menghasilkan gas-gas yang membahayakan sistem

pernapasan jika dihirup dalam jumlah besar. Jika gas hasil pengelasan tidak

segera dialirkan ke luar ruangan maka akan dihirup oleh operator.

4. Pakaian las

Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga

api dan pancaran sinar las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas

sehingga tidak membatasi gerak si pemakai. Selain bahan pakaian yang

digunakan lemas, juga harus ringan, tidak mudah terbakar, dan mampu

menahan panas atau bersifat isolator. Model lengan dan celana dibuat

panjang agar mampu melindungi seluruh tubuh dengan baik.

5. Pelindung badan (apron)

Bagian badan pekerja perlu dilindungi untuk melindungi kulit dan

organ-organ tubuh pada bagian badan dari percikan bunga api dan pancaran

sinar las yang mempunyai intensitas tinggi. Seperti halnya pada bagian

muka karena baju las yang digunakan belum mampu sepenuhnya

melindungi kulit dan organ tubuh pada bagian dada.

6. Sarung tangan

Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua

tangan, contoh penggantian elektroda atau memegang sebagian dari benda

kerja yang memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan.

Untuk melindungi tangan dari panas dan listrik, operator las harus

menggunakan sarung tangan karena mempunyai sifat mampu menjadi

Page 64: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

47

isolator panas dan listrik (mampu menahan panas dan tidak menghantarkan

listrik).

7. Sepatu las

Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki kemungkinan

tergencet benda keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai

sepatu las berarti tidak ada aliran arus listrik dari mesin las ke ground

(tanah) melewati tubuh kita karena bahan sepatu berfungsi sebagai isolator

listrik.

2.5 Kerangka Teori

Teori bentuk-bentuk perilaku tidak aman yang telah dikemukakan

sebelumnya pada tinjauan pustaka, meliputi teori bentuk-bentuk perilaku tidak aman

Dessler (1986), Santoso (2003), dan Bird (1990). Penelitian ini mengacu pada teori

Bird (1990) karena pada teori ini telah mencakup sebagian besar bentuk-bentuk

perilaku tidak aman yang terdapat pada teori Dessler (1986) dan Santoso (2003)

serta teori Bird (1990) ini sesuai dengan karakteristik pekerjaan di unit welding PT.

Gaya Motor. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 2.1 Teori Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman

No Bentuk Perilaku Tidak Aman Dessler (1986) Santoso (2003) Bird (1990)

1. Melakukan pekerjaan tanpa

wewenang - √ √

2. Gagal dalam memberi

peringatan - - √

3. Gagal dalam mengamankan √ √ √

Page 65: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

48

No Bentuk Perilaku Tidak Aman Dessler (1986) Santoso (2003) Bird (1990)

4. Bekerja dengan kecepatan

berbahaya √ √ √

5. Menghilangkan alat pengaman - - √

6. Membuat alat pengaman tidak

berfungsi √ √ √

7. Menggunakan peralatan yang

rusak √ - √

8. Menggunakan peralatan yang

tidak sesuai - √ √

9. Tidak menggunakan APD

dengan benar √ √ √

10. Pengisian/pembebanan yang

tidak sesuai - √ √

11. Cara mengangkat yang salah √ - √

12. Posisi atau sikap tubuh yang

benar √ - √

13. Memperbaiki peralatan yang

sedang beroperasi - - √

14. Berkelakar atau bersenda gurau √ - √

15. Bekerja di bawah pengaruh

alkohol dan obat-obatan - √ √

16. Membuang benda sembarangan √ - -

17. Bekerja berlebihan/melebihi jam

kerja di tempat kerja - √ -

18. Menggunakan tenaga berlebihan - √ -

Page 66: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

49

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini, kerangka berpikir mengacu kepada teori bentuk-bentuk

perilaku tidak aman menurut Bird (1990) untuk menggambarkan perilaku tidak aman

pada pekerja di unit welding PT. Gaya Motor. Teori bentuk-bentuk perilaku tidak

aman tersebut, meliputi:

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

2. Gagal dalam memberi peringatan

3. Gagal dalam mengamankan

4. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya

5. Menghilangkan alat pengaman

6. Membuat alat pengaman tidak berfungsi

7. Menggunakan peralatan yang rusak

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

9. Tidak menggunakan APD dengan benar

10. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai

11. Cara mengangkat yang salah

12. Posisi tubuh yang salah

13. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi

14. Berkelakar atau bersenda gurau

Page 67: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

50

15. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

Page 68: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

51

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3.1 Definisi Istilah

NO INFORMASI DEFINISI METODE INSTRUMEN HASIL

1. Perilaku tidak aman Tindakan pekerja welding

selama melakukan aktivitas

pengelasan yang menyimpang

dari peraturan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi bentuk-

bentuk perilaku tidak

aman

2. Melakukan pekerjaan

tanpa wewenang

Pekerjaan pengelasan yang

dilakukan oleh pekerja yang

tidak mempunyai skill untuk

melakukan jenis pekerjaan

pengelasan tertentu dan

pekerjaan yang dilakukan tanpa

seizin group leader.

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

melakukan pekerjaan

tanpa wewenang

2. Gagal dalam memberi

peringatan

Foreman dan group leader tidak

menegur pekerja atau operator

yang melakukan kesalahan

dalam kegiatan pengelasan atau

pekerja tidak menegur kepada

pekerja atau operator lain yang

melakukan kesalahan dalam

kegiatan pengelasan.

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

kegagalan dalam

memberi peringatan

3. Gagal dalam Group leader tidak memberikan Wawancara, Pedoman Deskripsi perilaku

Page 69: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

52

NO INFORMASI DEFINISI METODE INSTRUMEN HASIL

mengamankan pengaman, misalnya tanda yang

bersifat pengumuman, untuk alat

pengelasan yang mengalami

kerusakan.

observasi

wawancara, lembar

observasi kegagalan dalam

mengamankan

4. Bekerja dengan

kecepatan berbahaya

Mengoperasikan alat pengelasan

dengan kecepatan yang melebihi

peraturan yang telah ditetapkan

perusahaan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

bekerja dengan

kecepatan berbahaya

5. Menghilangkan alat

pengaman

Melepas alat pengaman

(machine guard) pada alat

pengelasan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

menghilangkan alat

pengaman

6. Membuat alat

pengaman tidak

berfungsi

Merusak alat pengaman

(machine guard) pada alat

pengelasan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

membuat alat

pengaman tidak

berfungsi

7. Menggunakan

peralatan yang rusak

Mengoperasikan alat pengelasan

yang tidak berfungsi dengan baik

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

menggunakan peralatan

yang rusak

8. Menggunakan

peralatan yang tidak

sesuai

Mengerjakan pengelasan dengan

memakai alat yang tidak cocok

dengan jenis pekerjaan

pengelasan yang sedang

dilakukan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

menggunakan peralatan

yang tidak sesuai

9. Tidak menggunakan

APD dengan benar

Tidak memakai helm, safety

glasses, sarung tangan,

pelindung nadi atau pelindung

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

tidak menggunakan

APD dengan benar

Page 70: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

53

NO INFORMASI DEFINISI METODE INSTRUMEN HASIL

tangan, masker, otto, kedok las,

dan safety shoes pada saat

melakukan pengelasan

10. Pengisian/pembebanan

yang tidak sesuai

Mengangkat panel secara

berlebihan melebihi dari

jumlah/beban standar yang

diiizinkan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

pengisian/pembebanan

yang tidak sesuai

11. Cara mengangkat yang

salah

Mengambil panel tidak

mengikuti instruksi yang

diberikan oleh foreman dan

group leader

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku cara

mengangkat yang salah

12. Posisi tubuh yang salah Postur tubuh pekerja yang

janggal pada saat melakukan

pengelasan

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

posisi atau sikap tubuh

yang salah

13. Memperbaiki peralatan

yang sedang beroperasi

Membetulkan alat pengelasan

yang rusak dalam kondisi mesin

masih menyala

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

memperbaiki peralatan

yang sedang beroperasi

14. Berkelakar atau

bersenda gurau

Bercanda dengan sesama rekan

kerja pada saat melakukan

pengelasan.

Wawancara,

observasi

Pedoman

wawancara, lembar

observasi

Deskripsi perilaku

berkelakar atau

bersenda gurau

15. Bekerja di bawah

pengaruh alkohol atau

obat-obatan

Melakukan pengelasan setelah

mengkonsumsi alkohol atau

obat-obatan

Wawancara Pedoman

wawancara

Deskripsi perilaku

bekerja di bawah

pengaruh alkohol atau

obat-obatan

Page 71: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena informasi yang

dihasilkan dari penelitian ini berupa gambaran perilaku tidak aman pada pekerja

yang terdapat di unit welding PT. Gaya Motor. Dalam penelitian ini, peneliti akan

menggambarkan bentuk-bentuk dari perilaku tidak aman berdasarkan fakta-fakta yang

ada dan berdasarkan pola yang telah ditentukan oleh peneliti.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012 dengan

lokasi penelitian bertempat di unit welding PT. Gaya Motor, Sunter II, Jakarta

Utara.

4.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian.

Teknik pengambilan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan

snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik yang didasarkan dengan

pertimbangan tertentu, yaitu orang tersebut dianggap mengetahui informasi yang

akan diteliti sehingga memudahkan peneliti menjelajahi objek yang akan diteliti.

Page 72: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

55

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada awalnya

jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Jadi, dalam menentukan informan,

peneliti akan memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data

yang diperlukan. Selanjutnya, berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari

informan awal, peneliti akan menetapkan informan lainnya yang dipertimbangkan

akan memberikan data lebih lengkap. Infoman dalam penelitian ini adalah foreman

welding, group leader welding, dan pekerja welding.

Pekerja welding adalah orang atau operator yang melakukan proses

pengelasan di unit welding. Pekerja welding dipilih sebagai informan karena

pekerja welding adalah pihak yang terlibat langsung dalam perilaku tidak aman

yang akan diteliti. Jumlah pekerja di unit welding adalah 37 orang. Untuk

mendapatkan informasi dari pekerja welding mengenai perilaku tidak aman,

metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Foreman welding adalah

mandor di unit welding yang bertanggung jawab atas berjalannya kegiatan

produksi di unit welding dan tekadang ikut mengawasi kegiatan pekerja selama

bekerja. Foreman welding dipilih sebagai informan karena foreman adalah orang

yang dianggap mengetahui perilaku pekerja selama bekerja, khususnya perilaku

tidak aman. Group leader welding adalah orang yang setiap harinya mengawasi

jalannya proses produksi dan mengawasi kegiatan pekerja selama bekerja. Group

leader welding dipilih sebagai informan karena group leader adalah orang yang

dianggap mengetahui perilaku pekerja selama bekerja, khususnya perilaku tidak

aman. Untuk mendapatkan informasi dari foreman dan group leader welding

mengenai perilaku tidak aman pekerja, metode yang digunakan adalah wawancara.

Page 73: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

56

Tabel 4.1 Informan Penelitian

NO. NAMA PEKERJAAN

1. Bapak A Foreman

2. Bapak B Group Leader

3. Bapak AA Pekerja (Operator Las Cross Member)

4. Bapak AB Pekerja (Operator Las Cowl Top)

5. Bapak AC Pekerja (Operator Finishing Apron)

6. Bapak AD Pekerja (Operator Las Apron)

7. Bapak AE Pekerja (Operator Las Apron)

8. Bapak AF Pekerja (Operator Gerinda)

9. Bapak AG Pekerja (Operator Spot Gun Welding)

10. Bapak AH Pekerja (Operator Projection Nut)

11. Bapak AI Pekerja (Operator Spot Gun Welding)

Sumber: Data Primer

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yaitu mahasiswa

peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Maksud dari peneliti sendiri dapat

dipahami sebagai alat yang dapat mengungkapkan fakta-fakta di lapangan dan

tidak ada alat yang paling tepat dan elastis untuk mengungkapkan data kualitatif

kecuali peneliti itu sendiri (Satori dan Komariah, 2009). Selanjutnya, peneliti akan

mengembangkan suatu instrumen penelitian sederhana untuk melengkapi data

yang dibutuhkan. Instrumen sederhana yang akan digunakan oleh peneliti adalah:

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akan

ditanyakan kepada informan. Pedoman wawancara dibuat berdasarkan pola

Page 74: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

57

penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti. Pedoman wawancara yang

digunakan peneliti dapat dilihat dalam lampiran.

2. Lembar observasi

Berfungsi untuk membantu peneliti dalam mengamati objek penelitian. Lembar

observasi yang digunakan peneliti dapat dilihat dalam lampiran.

3. Buku catatan

Berfungsi untuk mencatat semua hasil percakapan dengan sumber data.

4. Alat perekam

Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.

5. Kamera

Berfungsi untuk mengambil gambar yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

4.5 Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer mengenai deskripsi perilaku tidak aman pekerja di unit welding

didapatkan melalui wawancara kepada para informan penelitian dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti. Selain itu,

data primer dalam penelitian ini juga diperoleh dari hasil observasi perilaku tidak

aman pekerja dengan menggunakan lembar observasi.

Page 75: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

58

2. Data Sekunder

Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari data profil PT. Gaya Motor,

prosedur kerja unit welding PT. Gaya Motor, dan data kecelakaan kerja PT. Gaya

Motor.

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi (pengamatan) dan wawancara.

1. Observasi (pengamatan)

Menurut Marshall dan Rossman (2006) dalam Neldi (2011),

pengamatan ialah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca

indera mata sebagai alat bantu utamanya selain indera lainnya, seperti telinga,

penciuman, mulut, dan kulit. Menurut Poerwandari (2009), tujuan pengamatan

adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung,

orang yang terlibat, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang

terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Teknik pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah

pengamatan terbuka yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat

diketahui oleh subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada

pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari

adanya orang yang mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010).

Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan

untuk mengamati secara langsung perilaku tidak aman pekerja unit welding

Page 76: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

59

pada saat bekerja. Pengamatan dilakukan selama enam hari yang setiap harinya

dilakukan satu kali pengamatan dengan durasi waktu dua puluh menit.

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara untuk mewawancarai para informan penelitian.

Wawancara kepada para informan dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai deskripsi perilaku tidak aman di unit welding.

4.7 Pengolahan Data

1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari semua informan melalui

wawancara dan observasi.

2. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data dikategorisasikan dalam

bentuk matriks.

3. Selanjutnya dilakukan analisis data dan intepretasi data.

4.8 Analisis Data

Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010), mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai

tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data

Page 77: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

60

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta

mencarinya bila diperlukan. Dalam penelitian ini, data-data yang telah

dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, kemudian dirangkum dan

dikategorikan ke dalam pola-pola perilaku tidak aman yang telah ditentukan

oleh peneliti.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data,

akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. Dalam penelitian ini,

penyajian data dilakukan dengan cara menjabarkan hasil penelitian dalam

bentuk narasi dan dilengkapi dengan transkrip/matriks wawancara, yang

disesuaikan dengan kategori perilaku tidak aman yang telah ditentukan oleh

peneliti. Penyajian data akan didukung dengan hasil pengamatan lapangan.

3. Conclusing Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)

Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori. Kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau

Page 78: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

61

gambaran bentuk-bentuk perilaku tidak aman yang dilakukan oleh pekerja di

unit welding.

4.9 Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) dalam

Moleong (2007) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan

teori. Namun, sebagai teknik pengumpulan data, ada dua jenis triangulasi, yakni

triangulasi teknik dan triangulasi sumber (Sugiyono, 2007 dalam Prastowo, 2010).

Triangulasi teknik adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, sedangkan

triangulasi sumber adalah penggunaan teknik yang sama oleh peneliti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Untuk mendapatkan keabsahan data

mengenai gambaran perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding

digunakanlah dua jenis triangulasi, yaitu:

a. Triangulasi teknik : Wawancara dan observasi

b. Triangulasi sumber : Wawancara kepada pekerja, foreman, dan group leader

Page 79: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

62

Tabel 4.2 Triangulasi Teknik dan Sumber

NO INFORMASI TEKNIK PENGUMPULAN DATA

INFORMAN WAWANCARA OBSERVASI

1. Melakukan

pekerjaan tanpa

wewenang

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

2. Gagal dalam

memberikan

peringatan

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

3. Gagal dalam

mengamankan √ √

Foreman

Group Leader

4. Bekerja dengan

kecepatan

berbahaya

√ √

Foreman

Group Leader

5. Menghilangkan

alat pengaman √ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

6. Membuat alat

pengaman tidak

berfungsi

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

7. Menggunakan

peralatan yang

rusak

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

8. Menggunakan

peralatan yang

tidak sesuai

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

9. Tidak

menggunakan

APD dengan

benar

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

10. Pengisian/pembe

banan yang tidak

sesuai

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

11. Cara

mengangkat

yang salah √ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

12. Posisi atau sikap √ √ Pekerja

Page 80: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

63

NO INFORMASI TEKNIK PENGUMPULAN DATA

INFORMAN WAWANCARA OBSERVASI

tubuh yang salah

13. Memperbaiki

peralatan yang

sedang

beroperasi

√ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

14. Berkelakar atau

bersenda gurau √ √

Pekerja

Foreman

Group Leader

15. Bekerja di

bawah pengaruh

alkohol dan

obat-obatan

√ -

Pekerja

Page 81: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

64

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan

PT. Gaya Motor didirikan pada tanggal 25 Februari 1969 dan

perusahaan yang cukup besar ini akhirnya resmi dideklarasikan pada tanggal 6

Agustus 1970. PT. Gaya Motor merupakan salah satu anak perusahaan Astra

Internasional yang khusus bergerak dalam bidang perakitan kendaraan

bermotor roda empat dan enam dengan status Authorized General Assambler.

PT. Gaya Motor menerima assembling charge (upah perakitan) dari pihak

importer dan solo agent guna merakit kendaraan yang komponen-

komponennya masih berupa CKD (Completely Knocked Down) serta

didatangkan dari perusahaan manufacturing luar negeri.

PT. Gaya Motor merupakan perusahaan Perseroan Terbatas (PT)

dengan pemegang sahamnya adalah PT. Astra International Tbk. PT. Gaya

Motor merupakan tonggak sejarah pengembangan bisnis Astra Internasional di

tahun 70-an sehingga menjadi cikal bakal perakitan Toyota dan Daihatsu di

Indonesia. Dengan status purna yang dimiiliki oleh PT. Astra Internasional

Tbk, PT. Gaya Motor dapat dikatakan sukses dalam menjalankan perusahaan

untuk pendistribusian kendaraan bermotor, terbukti PT. Gaya Motor mendapat

sertifikasi ISO 9001 & 14001 membuat perusahan ini merupakan perusahaan

besar yang handal dalam perakitan dan pendistribusian kendaraaan bermotor.

Page 82: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

65

5.1.2 Visi dan Misi

Setiap perusahaan tentunya memiliki visi dan misi yang jelas agar

masa depan perusahaan baik. Begitu juga halnya PT. Gaya Motor memiliki

visi dan misi sebagai berikut:

VISI:

“Menjadi salah satu yang terbaik dalam kualitas antar perakit kendaraan

bermotor di asia, dengan pengelolaan yang baik dan memiliki standar

internasional.”

MISI:

“Menjadi salah satu industri otomotif yang efesien, untuk memberikan

kontribusi terhadap pembangunan nasional.”

Perusahaan ini juga memilki filosofi perusahaan yaitu:

a. Untuk menjadi aset bagi bangsa dan negara.

b. Layanan terbaik kepada pelanggan.

c. Menghormati individu dan pengembangan teamwork.

d. Upaya untuk keunggulan.

5.1.3 Gambaran Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Bentuk Unit K3

Organisasi yang menangani K3 di PT. Gaya Motor adalah P2K3LH

dan Safety Environment Section. Berikut ini gambaran unit K3 PT. Gaya

Motor.

Page 83: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

66

a. Panitia Pembina Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan

Hidup (P2K3LH)

Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran tenaga kerja dan

perusahaan terhadap usaha-usaha di bidang keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan adalah dengan dilakukannya pembinaan secara terus-

menerus. Untuk melaksanakan pembinaan keselamatan dan kesehatan

kerja di tempat kerja, perlu dibentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (P2K3LH). Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (P2K3LH)

berdasarkan buku pedoman sistem manajemen lingkungan keselamatan

dan kesehatan kerja PT. Gaya Motor tahun 2006 merupakan badan

pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara

pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling

pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.

P2K3LH (Panitia Pembina Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Lingkungan Hidup) adalah suatu organisasi K3 dan lingkungan hidup

yang merupakan staff function (komite) dari direksi dan merupakan badan

konsultatif. Safety & Environment Comitee atau P2K3LH dapat dianggap

sebagai kunci utama pada banyak kesuksesan penerapan K3LH di

perusahaan. P2K3LH merupakan gabungan antara manajemen dan

karyawan. Tanggung jawab dan kewajibannya dititikberatkan kepada

pencegahan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran

lingkungan.

Page 84: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

67

1. Tujuan Utama

a. Membantu pimpinan perusahaan untuk mendorong

ditingkatkannya program K3 dan lingkungan hidup di perusahaan.

b. Membantu pimpinan perusahaan dalam implementasi Sistem

Manajemen K3 (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan

(SML) perusahaan.

2. Tugas Utama

a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan

perusahaan mengenai permasalahan K3LH, baik diminta maupun

tidak diminta.

b. Mengimplementasikan program-program K3LH yang telah

ditetapkan dalam rangka pembinaan dan pengembangan

manajemen K3LH sesuai dengan bidang terkait.

3. Objek Utama dari P2K3LH

a. Terlaksananya peraturan perundang-undangan dan ketentuan

lainnya tentang pembentukan P2K3LH dan penunjukkan ahli K3.

b. Terlaksananya Management Loss Control dengan pendekatan

SMK3 sesuai PP No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3.

c. Terlaksananya Sistem Manajemen Lingkungan sesuai ISO 14001

: 1996 (SNI No. 19-14001-1997) tentang Sistem Manajemen

Lingkungan.

d. Terlaksananya kebijakan dasar perusahaan bidang Keselamatan

dan kesehatan Kerja (K3) dan lingkungan hidup guna

Page 85: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

68

menciptakan tempat, lingkungan kerja, dan kegiatan operasioanl

yang aman, nyaman, sehat, dan berwawasan lingkungan.

4. Fungsi Organisasi

a. Menghimpun dan mengolah data dan atau permasalahan K3LH di

tempat kerja.

b. Mendorong ditingkatkannya penyuluhan, latihan, dan penelitian

K3LH.

b. Safety Environment Section

Safety Environment Section yaitu organisasi K3 & Lingkungan

Hidup yang berada di bawah struktural departemen teknik dengan tugas

pokok melaksanakan kebijakan direksi harian dalam bidang safety &

lingkungan hidup (line function). Dalam safety & environment masih

terdiri dari sub seksi, diantaranya adalah:

- Sub seksi safety dengan tugas mengelola usaha-usaha pencegahan

terhadap kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan kebakaran.

- Sub seksi environment dengan tugas mengelola limbah hasil kegiatan

produksi (WWT) dan efek sampingnya (housekeeping) serta

mengadakan pemantauan.

1. Tugas Utama Safety & Environment Section

a. Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang K3LH.

b. Mengkoordinir dan memelihara penerapan SMK3 dan Sistem

Manajemen Lingkungan di PT. Gaya Motor.

Page 86: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

69

c. Memastikan penerapan K3 berjalan baik di lapangan dengan

melakukan pengawasan setia sesuai dengan karakteristik

proses/kegiatan (plant safety inspection, unsafe act, dan unsafe

condition).

d. Melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan kerja, penyakit

akibat kerja, kebakaran, dan pencemaran lingkungan serta

melestarikan penghijauan.

e. Memberikan pertimbangan K3LH dan melakukan pemantauan

lingkungan kerja.

f. Melaksanakan fungsional P2K3LH (kesekretariatan P2K3LH).

2. Objek Utama Safety & Environment Section

a. Terciptanya PT. Gaya Motor menjadi suatu tempat bekerja yang

aman dan nyaman (Green Company), baik untuk asset perusahaan

maupun bagi karyawan dan lingkungannya sesuai dengan

kebijakan K3 dan lingkungan hidup PT. Gaya Motor.

b. Terintegrasinya SMK3 dan Sistem Manajemen Lingkungan

dengan sistem manajemen.

3. Fungsi Organisasi

a. Sebagai pelaksana harian (line function) dalam hal menghimpun

dan mengolah data dan permasalahan K3LH di tempat kerja.

b. Sebagai motor penggerak ditingkatkannya penyuluhan, latihan,

dan penelitian K3LH.

Page 87: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

70

5.2 Gambaran Umum Unit Welding

5.2.1 Peralatan Pengelasan yang Digunakan di Unit Welding

1. Spot Welding Gun (Las Titik)

Las titik yang merupakan salah satu proses las tertua banyak

digunakan di industri khususnya industri yang banyak mengerjakan plat

seperti industri otomotif. Bahan yang disambung dengan metode ini

dilakukan pada ketebalan di bawah 3 mm. Bahan dasar sebaiknya

mempunyai ketebalan sama atau dengan perbandingan 3:1. Pembangkitan

panas las titik bekerja atas dasar hambatan listrik bahan yang dilas. Bahan

harus memiliki tahanan listrik yang lebih besar dari bahan elektroda yang

terbuat dari elemen dasar tembaga. Pengelasan dilakukan dengan mengaliri

benda kerja dengan arus listrik melalui elektroda. Karena terjadi hambatan

diantara kedua bahan yang disambung, timbul panas yang dapat

melelehkan permukaan bahan dan dengan tekanan akan terjadi sambungan.

Las titik ini berfungsi untuk menggabungkan dua panel atau lebih yang

memiliki permukaan yang datar.

Page 88: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

71

Sumber: Data Primer

Gambar 5.1 Spot Welding Gun

2. Mesin Las CO2 (Las MIG)

Las MIG termasuk jenis las elektroda terumpan yang banyak

digunakan di industri otomotif. Hal ini dikarenakan las MIG memiliki

kelebihan yaitu dapat dengan mudah digunakan untuk mengelas logam

yang tipis dan juga karena menggunakan elektroda gulungan maka las MIG

dapat digunakan pengelasan otomatis dengan pemrograman komputer.

Prinsip kerja las MIG adalah ketika saklar welding gun di on-kan, arus

listrik mengalir pada elektroda dan elektroda berjalan sesuai dengan

kecepatan yang diatur sebelumnya. Sesaat sebelum ujung elektroda

menyentuh benda kerja, terjadilah loncatan listrik yang melelehkan benda

kerja dan elektroda tersebut. Bersamaan dengan kejadian ini gas pelindung

mengalir di atas permukaan deposit lasan dan melindungi deposit tersebut

Page 89: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

72

dari pengaruh udara luar. Las MIG ini berfungsi untuk menyambung dua

panel atau lebih yang memiliki permukaan melengkung.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.2 Mesin Las CO2

3. Projection Nut/Projection Welding

Projection welding (las proyeksi) dilakukan dengan

menghubungkan dua benda kerja yang akan disambung pada dua elektroda

dan menggerakkannya secara perlahan. Ketika kedua benda kerja tersebut

hampir bersentuhan, terjadilah loncatan arus listrik yang mengakibatkan

pemanasan pada bagian yang dilas. Setelah itu, kedua benda kerja tersebut

ditekan maka terbentuklah sambungan las.

Page 90: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

73

Sumber: Data Primer

Gambar 5.3 Projection Welding

4. Stud Welding

Stud welding adalah proses pengelasan yang relatif mudah

dikerjakan. Proses las jenis ini digunakan untuk memasang insulation pins

dan refractory anchors. Proses las stud welding menggunakan welding gun

khusus dan pengatur waktu otomatis. Panas pengelasan terbentuk karena

tarikan busur antara welding stud dengan base metal. Segera setelah ujung

stud dan permukaan base metal di bawah stud meleleh, stud dipaksa

melawan base metal karena tekanan dan terjadi pembekuan. Dengan

demikian, dihasilkan penyatuan las berkekuatan penuh dengan hasil

pengelasan dan daerah HAZ yang sempit.

Stud welding bisa dilakukan dengan menggunakan mesin las drawn-

arc atau capasitor discharge. Drawn arc stud welding menggunakan mesin

las DC konvensional dengan polaritas lurus, pengatur waktu otomatis, dan

Page 91: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

74

gun genggam. Capasitor discharge stud welding menggunakan energi

listrik lucutan cepat yang tersimpan di dalam kapasitor sebagai sumber

panas. Stud bisa dipasangkan dengan SMAW apabila mesin las stud

otomatis tidak ada. Persiapan permukaan sebelum pengelasan penting

sekali untuk memperoleh mutu stud welding yang konsisten. Kerak dan

karat harus dibuang sebelum pengelasan. Hal ini diikuti dengan

penggerindaan atau abrasive blasting.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.4 Stud Welding

5. Mesin Gerinda Tangan

Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk

menggerinda benda kerja. Awalnya, mesin gerinda hanya ditujukan untuk

benda kerja berupa logam yang keras, seperti besi dan stainless steel.

Menggerinda dapat bertujuan untuk mengasah benda kerja seperti, pisau

dan pahat, atau dapat juga bertujuan untuk membentuk benda kerja, seperti

merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan

Page 92: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

75

pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda kerja untuk

dilas, dan lain-lain.

Mesin gerinda didesain untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar

11000-15000 rpm. Dengan kecepatan tersebut, batu gerinda yang

merupakan komposisi aluminium oksida dengan kekasaran serta kekerasan

yang sesuai, dapat menggerus permukaan logam sehingga menghasilkan

bentuk yang diinginkan. Dengan kecepatan tersebut juga, mesin gerinda

juga dapat digunakan untuk memotong benda logam dengan menggunakan

batu grinda yang dikhususkan untuk memotong. Jenis-jenis mesin gerinda

tangan yang digunakan di unit welding PT. Gaya Motor, meliputi:

a. Gerinda batu kasar

Berfungsi untuk memperbaiki bekas las CO2 yang masih kasar pada

panel.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.5 Gerinda Batu Kasar

Page 93: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

76

b. Gerinda sand disc

Berfungsi untuk menghaluskan bagian permukaan luar panel.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.6 Gerinda Sand Disc

c. Gerinda velcro disc

Berfungsi untuk menghaluskan bekas gerinda.

Sumber: Data Primer

Gambar 5.7 Gerinda Velcro Disc

Page 94: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

77

5.2.2 Proses Pengelasan Unit Welding

1. Pengelasan panel dash

Panel dash adalah sebuah panel untuk membentuk bagian bawah

dash board pada sebuah mobil. Urutan pekerjaan pengelasan panel dash

meliputi:

a. Panel S/A dash masuk jig

b. Pasang R/F dash panel

c. Pasang bracket radiator pipe

d. Pasang bracket radiator grille

e. Pasang R/F dash to floor RH

f. Pasang R/F dash to floor LH

Alat yang digunakan dalam melakukan pengelasan panel dash

adalah spot gun welding dan stud weld. Spot gun welding adalah alat

pengelasan yang digunakan untuk menyambung bahan dengan ketebalan

di bawah 3 mm. Pengelasan dilakukan dengan mengaliri benda kerja

dengan arus listrik melalui elektroda. Karena terjadi hambatan diantara

kedua bahan yang disambung, timbul panas yang dapat melelehkan

permukaan bahan dan dengan tekanan akan terjadi sambungan. Las titik

ini berfungsi untuk menggabungkan dua panel atau lebih yang memiliki

permukaan yang datar, seperti panel dash. Risiko yang ditimbulkan dari

penggunaan spot gun welding pada saat mengelas panel dash adalah

tersayatnya tangan, jari, atau lengan akibat tajamnya panel dash, muka

dan badan terkena percikan api yang ditimbulkan oleh spot gun welding,

Page 95: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

78

terjepitnya jari atau tangan oleh kedua kutub tembaga spot gun welding

pada saat mengelas, tersengat arus listrik, dan gangguan pernapasan yang

diakibatkan oleh asap pengelasan.

Stud weld pada pengelasan panel dash digunakan untuk memasang

insulation pins dan refractory anchors. Proses las stud weld menggunakan

welding gun khusus dan pengatur waktu otomatis. Stud weld yang

digunakan adalah stud weld yang menggunakan mesin las drawn-arc atau

capasitor discharge yaitu mesin las DC konvensional dengan polaritas

lurus, pengatur waktu otomatis, dan gun genggam. Risiko yang

ditimbulkan dari penggunaan stud weld adalah tersayatnya tangan, jari,

atau lengan akibat tajamnya panel dash, tersengat arus listrik, dan

gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh asap pengelasan.

2. Pengelasan apron front fender

Apron adalah sebuah panel yang merupakan rumah roda pada

sebuah mobil. Dalam melakukan pengelasan apron front fender. Urutan

pekerjaan pengelasan apron front fender meliputi:

a. S/A apron front fender RH

b. Pasang R/F spring support RH

c. Pasang bracket flexible hose RH

Alat yang digunakan dalam melakukan pengelasan apron front

fender adalah spot gun welding dan las CO2. Risiko yang ditimbulkan dari

penggunaan spot gun welding pada saat mengelas apron adalah

tersayatnya tangan, jari, atau lengan akibat tajamnya apron, muka dan

Page 96: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

79

badan terkena percikan api yang ditimbukan dari spot gun welding,

terjepitnya jari atau tangan oleh kedua kutub tembaga spot gun welding

pada saat mengelas, tersengat arus listrik, dan gangguan pernapasan yang

diakibatkan oleh asap pengelasan.

Las CO2 pada pengelasan apron digunakan untuk mengelas logam

yang tipis. Prinsip kerja las CO2 adalah ketika saklar welding gun di on-

kan, arus listrik mengalir pada elektroda dan elektroda berjalan sesuai

dengan kecepatan yang diatur sebelumnya. Sesaat sebelum ujung

elektroda menyentuh benda kerja terjadilah loncatan listrik yang

melelehkan benda kerja dan elektroda tersebut. Las CO2 ini berfungsi

untuk menyambung dua panel atau lebih yang memiliki permukaan

melengkung. Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan las CO2 adalah

tersayatnya tangan, lengan, atau jari akibat tajamnya apron, gangguan

mata akibat cahaya dan sinar yang ditimbulkan oleh las CO2, tersengat

arus listrik, muka dan badan terkena percikan api yang ditimbulkan oleh

las CO2, dan gangguan pernapasan yang diakibatkan las CO2.

3. Pengelasan cowl top

Cowl top adalah sebuah panel untuk membentuk bagian dash

board pada sebuah mobil. Urutan pekerjaan pengelasan cowl top meliputi:

a. Panel S/A cowl top inner

b. Pasang stud weld pada front side

c. Pasang stud weld pada rear side

Page 97: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

80

Alat yang digunakan dalam melakukan pengelasan cowl top adalah

spot gun welding dan stud weld. Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan

spot gun welding pada saat mengelas cowl top adalah tersayatnya tangan,

lengan, atau jari akibat tajamnya cowl top, muka dan badan terkena

percikan api yang ditimbukan dari spot gun welding, terjepitnya jari atau

tangan oleh kedua kutub tembaga spot gun welding pada saat mengelas,

tersengat arus listrik, dan gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh

asap pengelasan.

Stud weld pada pengelasan panel dash digunakan untuk memasang

insulation pins dan refractory anchors. Proses las stud welding

menggunakan welding gun khusus dan pengatur waktu otomatis. Stud

weld yang digunakan adalah stud weld yang menggunakan mesin las

drawn-arc atau capasitor discharge yaitu mesin las DC konvensional

dengan polaritas lurus, pengatur waktu otomatis, dan gun genggam. Risiko

yang ditimbulkan dari penggunaan stud weld adalah tersayatnya tangan,

lengan, atau jari akibat tajamnya cowl top, tersengat arus listrik, dan

gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh asap pengelasan.

4. Pengelasan support radiator

Support radiator adalah sebuah panel untuk membentuk tempat

radiator pada sebuah mobil. Urutan pekerjaan pengelasan support radiator

meliputi:

a. Setting R/F S/A front bumper

b. Setting member S/A front cross front

Page 98: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

81

c. Spot

Alat yang digunakan dalam melakukan pengelasan support

radiator adalah spot gun welding dan las CO2. Risiko yang ditimbulkan

dari penggunaan spot gun welding pada saat mengelas support radiator

adalah tersayatnya tangan, lengan, atau jari akibat tajamnya support

radiator, badan dan mukan terkena percikan api yang ditimbukan dari spot

gun welding, terjepitnya jari atau tangan oleh kedua kutub tembaga spot

gun welding pada saat mengelas, tersengat arus listrik, dan gangguan

pernapasan yang diakibatkan oleh asap pengelasan.

Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan las CO2 adalah

tersayatnya tangan, lengan, atau jari akibat tajamnya support radiator,

gangguan mata akibat cahaya dan sinar yang ditimbulkan oleh las CO2,

tersengat arus listrik, badan dan muka terkena percikan api yang

ditimbulkan oleh las CO2, dan gangguan pernapasan yang yang

diakibatkan las CO2.

5. Pengelasan cross member

Cross member adalah sebuah panel untuk membentuk bagian

bawah bak kendaraan mobil pick up dan wagon. Urutan pekerjaan

pengelasan cross member meliputi:

a. Pasang cross member frame

b. Pasang gusset cross member

c. Pasang bracket proporsioning vave

d. Pasang bracket S/A spare wheel carver

Page 99: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

82

e. Pasang bracket RR floor insulator

f. Pasang bracket anchor catalytic conventer support

Alat yang digunakan dalam melakukan pengelasan cross member

adalah las CO2. Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan las CO2 adalah

tersayatnya tangan, lengan, atau jari akibat tajamnya support radiator,

gangguan mata akibat cahaya dan sinar yang ditimbulkan oleh las CO2,

tersengat arus listrik, badan dan muka terkena percikan api yang

ditimbulkan oleh las CO2, dan gangguan pernapasan yang yang

diakibatkan las CO2.

6. Pengelasan member main floor

Member main floor adalah sebuah panel untuk membentuk lantai

sebuah mobil. Dalam melakukan pengelasan member main floor, alat yang

digunakan adalah spot gun welding dan projection nut. Risiko yang

ditimbulkan dari penggunaan spot gun welding pada saat mengelas

member main floor adalah tersayatnya tangan, lengan, atau jari akibat

tajamnya member main floor, badan dan muka terkena percikan api yang

ditimbukan dari spot gun welding, terjepitnya jari atau tangan oleh kedua

kutub tembaga spot gun welding pada saat mengelas, tersengat arus listrik,

dan gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh asap pengelasan.

Projection nut/projection welding pada pengelasan member main

floor digunakan untuk menghubungkan dua benda kerja yang akan

disambung pada dua elektroda dan menggerakkannya secara perlahan.

Ketika kedua benda kerja tersebut hampir bersentuhan, terjadilah loncatan

Page 100: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

83

arus listrik yang mengakibatkan pemanasan pada bagian yang dilas.

Setelah itu, kedua benda kerja tersebut ditekan maka terbentuklah

sambungan las. Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan spot gun

welding pada saat mengelas member main floor adalah tersayatnya

anggota tubuh akibat tajamnya member main floor dan terjepitnya jari atau

tangan oleh kedua kutub tembaga projection nut.

5.3 Bentuk-Bentuk Perilaku Tidak Aman

5.3.1 Gambaran Melakukan Pekerjaan Tanpa Wewenang

Gambaran melakukan pekerjaan tanpa wewenang dalam penelitian ini

adalah pekerjaan pengelasan yang dilakukan oleh pekerja yang tidak

mempunyai skill untuk melakukan jenis pekerjaan pengelasan tertentu dan

pekerjaan pengelasan yang dilakukan tanpa seizin group leader. Unit welding

memiliki jenis-jenis pekerjaan pengelasan yang meliputi pengelasan panel

dash, pengelasan apron front fender, pengelasan cowl top, pengelasan cross

member, pengelasan support radiator, dan pengelasan member main floor.

Berdasarkan hasil wawancara dengan foreman dan group leader, yaitu Bapak

A dan Bapak B, prosedur yang benar mengenai pekerja yang diberikan

wewenang untuk melaksanakan jenis-jenis pengelasan tersebut adalah

pekerja yang sebelumnya sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu. Masing-

masing pekerja harus dapat menguasai minimal tiga jenis pekerjaan yang

berbeda. Penempatan pekerja pada pos-pos pengelasan di unit welding

ditentukan oleh group leader sehingga setiap pekerjaan pengelasan di unit

Page 101: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

84

welding yang dilakukan pekerja harus sudah mendapatkan izin dari group

leader.

Oleh karena itu, setiap bulannya diadakan pelatihan berupa On The

Job Training (OJT) untuk meningkatkan kemampuan (skill) pekerja.

Perkembangan skill masing-masing pekerja dari hasil pelatihan tersebut akan

dicatat di dalam inventory skill yang berguna untuk memonitor skill pekerja

dan untuk menentukan penempatan posisi pekerjaan mereka. Jadi, pekerja

hanya boleh melakukan pekerjaan yang telah dikuasainya sesuai dengan skill

yang mereka punya atas instruksi atau izin dari group leader.

”Kalo yang standar itu kita ada yang namanya OJT. Dia harus

training lah. Jadi supaya skill dia itu gak nguasain cuman satu pos

aja, jadi setiap bulan kita ada OJT nya. Kalo wewenang untuk

pekerja kerja disini, itu biasanya kita kan udah ada petunjuk kerja

ini, jadi kita seandainya ada pekerja yang masuk, kita training dulu,

baru kita tentuin kamu posnya disini. Minimal pekerja menguasai 3

pos, jadi setiap operator harus tiga pos lah. Seandainya dia bisa di

bagian apron, mungkin dia juga harus bisa di cowl top, bisa di cross

member. Atau mungkin kalo posnya yang banyak seperti di member

main floor tadi ya paling tidak kan dia dibagi 4 pos, paling ga dia pos

1, pos 2, pos 3, dia harus bisa menguasai…Dari sini kita akan

masukin ke data pelatihan pekerja dan jadi data ini sudah termonitor

semua operator-operatornya. Jadi kita gak bakalan naro orang yang

belum bisa di pos tertentu.” (Bapak A)

Page 102: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

85

“Pekerja yang dikasih wewenang untuk kerja disini itu pekerja yang

udah di training sebelumnya. Satu pekerja itu biasanya dilatih untuk

3 pos mba. Kenapa 3 pos? soalnya kalo ada temennya yang nanti gak

masuk, dia bisa gantiin temennya di pos yang dia kuasain. Kalo yang

nentuin pekerja harus bekerja di pos mana, di pos mana, itu leader

mba yang nentuin, sebelumnya kita taro di pos itu ya kita latih dulu

dia. Biasanya kita OJT sebulan sekali. Untuk sertifikasi kita gak ada

ya, biasanya kita catet di inventory skill. Itu untuk mencatat

perkembangan skill dari masing-masing pekerja, dia sudah bisa

menguasai pos mana aja.” (Bapak B)

Menurut Bapak B, terkadang masih ada pekerja yang melakukan

pekerjaan di luar wewenangnya. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari

Bapak B, ada pekerja yang membantu pekerjaan temannya di pos lain yang

belum selesai dan biasanya mereka mengerjakan hal tersebut masih di dalam

pos yang mereka kuasai, tetapi dalam melakukan hal tersebut, para pekerja

tidak izin terlebih dahulu kepada group leader mereka. Sebenarnya, jika

ingin membantu temannya di pos lain, pekerja harus izin terlebih dahulu

kepada group leader mereka.

“Kalo ada pekerja yang kayak gitu ya paling dia bantu-bantu kerjaan

temennya yang belum selese. Biasanya pekerja itu bantuin temennya

di pos lain yang masih dikuasai dia mba. Kalo mau bantuin temennya

ya walaupun itu pos masih jadi wewenangnya dia, tetep harus izin ke

saya dulu. Soalnya kalo nanti ada apa-apa kan saya juga ikut

Page 103: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

86

tanggung jawab. Kebanyakan anak-anak ni gak izin dulu, jadi kalo

saya lihat mereka saya langsung tegor.” (Bapak B)

Informasi yang sama dengan Bapak B, didapatkan dari hasil

wawancara dengan informan pekerja, yaitu Bapak AB. Bapak AB yang

merupakan operator pengelasan cowl top, mengatakan pernah melakukan

pengelasan di pos lain karena ingin membantu temannya yang belum selesai

dengan pekerjaannya atas inisiatif sendiri tanpa persetujuan dari group

leadernya dan dirinya mengatakan pos lain yang dibantunya adalah pos yang

dia kuasai, contohnya Bapak AB pernah membantu temannya di pos apron.

Bapak AB tidak izin terlebih dahulu kepada group leadernya karena

terkadang dia lupa untuk izin terlebih dahulu.

“Kalo ada temen yang belum selese kerjanya, paling bantu-bantu

temen buat nyelesein, tapi saya bantuinnya masih di pos yang saya

kuasai, misalnya apron. Biasanya inisiatif saya sendiri. Kalo izin ke

leader saya kadang lupa.” (Bapak AB)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan

pekerja/operator las yang melakukan pekerjaan tanpa wewenang. Pada saat

observasi yang dibantu dengan inventory skill, pekerja melakukan pekerjaan

pada pos yang telah ditentukan oleh group leader mereka, misalnya Bapak

AA. Bapak AA dalam inventory skill tercatat telah mengusai pos cross

member, kemudian pada saat dilakukan observasi, Bapak AA sedang bekerja

di pos cross member.

Page 104: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

87

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat

disimpulkan bahwa terdapat pekerja yang masih melakukan pekerjaan tanpa

wewenang diantaranya ada pekerja yang membantu pekerjaan temannya

yang belum selesai di pos lain yang masih dikuasainya, tetapi mereka

melakukan hal itu atas inisiatif sendiri tanpa seizin group leader. Hal ini

terjadi karena terkadang pekerja tersebut lupa untuk izin terlebih dahulu

kepada group leader-nya.

5.3.2 Gambaran Gagal dalam Memberi Peringatan

Gagal dalam memberi peringatan dalam penelitian ini adalah foreman

dan group leader tidak menegur pekerja atau operator yang melakukan

kesalahan dalam kegiatan pengelasan atau pekerja tidak menegur kepada

pekerja atau operator lain yang melakukan kesalahan dalam kegiatan

pengelasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A mengatakan

bahwa prosedur yang benar apabila ada pekerja yang melakukan kesalahan,

baik itu dari kegagalan produksi maupun pelanggaran safety, foreman dan

group leader akan mengingatkan pekerjanya bila dia melakukan satu

kesalahan dalam sehari. Bila kesalahan yang dia lakukan 2-3 kali dalam

sehari, pekerja tersebut akan diberikan konseling terlebih dahulu. Konseling

yang diberikan berupa sharing kepada pekerja untuk mencari tahu apakah

pekerja tersebut sedang mempunyai masalah atau tidak. Jika kesalahannya

dilakukan berkali-kali, pekerja tersebut akan diberikan teguran, selanjutnya

jika terus diulangi akan dikeluarkan surat peringatan.

Page 105: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

88

“Kita coba dulu, kalo anak itu kesalahannya berapa kali, ya kalo

dalam sehari sekali kita cuma informasi aja, ya paling gak kenapa,

kenapa ini bisa spot gak ada, nanti dia akan ini lagi. Kalo dalam

sehari itu bisa 2-3 kali ya kita otomatis akan konseling dia. Kenapa?

Mungkin dia ada masalah. Ya kalo gak ada masalah, kenapa? Ya

nanti kalo dia keseringan, nah itu prosedurnya akan jalan. Dari

teguran dulu, surat peringatan, SP 1, SP 2, SP 3. Kalo melanggar

dari segi safety juga sama, dia kan ini pake teguran dulu, ya kalo

udah berat ya otomatis surat peringatan yang kita keluarin.” (Bapak

A)

Sama halnya dengan informasi yang diberikan oleh Bapak A, Bapak

AA dan Bapak AB, selaku pekerja, mengatakan bahwa jika mereka

melakukan kesalahan dalam bekerja, mereka akan ditegur oleh foreman dan

group leader mereka.

“Dimarahin gak, ya namanya manusia kan pernah melakukan

kesalahan, dikasih teguran si mba supaya gak ngulangin kesalahan

lagi.” (Bapak AA)

“Biasanya foreman negor kalo saya salah, terus dia juga ngejelasin

bahaya gimana akibat kesalahan saya itu dan ngejelasin cara

memperbaikinya gimana.” (Bapak AB)

Page 106: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

89

Selain itu, informan pekerja lainnya juga mengatakan bahwa mengingatkan

antar sesama pekerja juga dilakukan oleh pekerja apabila salah satu diantara

mereka melakukan kesalahan dalam bekerja.

“Ya mungkin saling mengingatkan aja, kalo umpamanya gak pake

APD, ya sesama temen saling mengingatkan aja lah. Misalnya anak

PKL gak pake kacamata, gak pake helm, saling mengingatkan aj

lah…Seandainya saya gak make APD, ya mereka ngingetin saya.”

(Bapak AC)

“Saling mengingatkan. Kalo temen saya ke saya juga sama, saling

mengingatkan. (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat group leader menegur pekerja

yang pada saat itu tidak menggunakan APD yang diwajibkan pada saat

melakukan pengelasan.

5.3.3 Gambaran Gagal dalam Mengamankan

Gagal dalam mengamankan dalam penelitian ini adalah group leader

tidak memberikan pengaman, misalnya tanda yang bersifat pengumuman,

untuk alat pengelasan yang mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, prosedur yang benar apabila alat

pengelasan yang pekerja gunakan mengalami kerusakan adalah pekerja harus

segera melaporkannya kepada maintenance. Setelah dilaporkan, pada saat itu

juga maintenance akan memperbaiki alat tersebut dan akan

Page 107: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

90

menginformasikannya, yaitu dengan cara mengumumkannya kepada pekerja

lain bahwa ada alat pengelasan yang mengalami kerusakan.

“Kita cuma informasi ke maintenance, dia nanti yang akan ngasih

tau ke yang lain kalo di sini ada hambatan.” (Bapak A)

“Paling yang kita lakukan lapor ke maintenance. Nanti bisa lapor ke

saya, saya nanti lapor ke maintenance.” (Bapak B)

Menurut Bapak B, selaku group leader, Bapak B tidak memberikan

tanda pengaman pada alat pengelasan yang rusak, yang berguna untuk

mencegah pekerja untuk mengoperasikan atau menggunakan alat tersebut.

Hal ini dikarenakan jika terdapat alat pengelasan yang mengalami kerusakan,

sesuai dengan prosedur mereka akan langsung melaporkannya kepada

maintenance dan pada saat itu juga maintenance akan memperbaiki peralatan

tersebut dan juga menginformasikannya kepada seluruh pekerja sehingga

group leader tidak perlu lagi untuk memberikan tanda pengaman pada

peralatan yang mengalami kerusakan. Sedangkan dari hasil observasi,

peneliti tidak dapat menemukan informasi tersebut karena keterbatasan

waktu penelitian pada saat melakukan observasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat

disimpulkan bahwa jika ada peralatan yang rusak, group leader tidak

memberikan tanda peringatan/pengumuman yang menandakan bahwa alat

tersebut sedang mengalami kerusakan karena sesuai dengan prosedur mereka

akan segera melaporkannya kepada maintenance. Kemudian, pada saat itu

Page 108: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

91

juga maintenance akan memperbaiki alat tersebut dan akan

menginformasikan, yaitu dengan cara mengumumkannya kepada pekerja lain

bahwa ada alat pengelasan yang mengalami kerusakan.

5.3.4 Gambaran Bekerja dengan Kecepatan Berbahaya

Bekerja dengan kecepatan berbahaya dalam penelitian ini adalah

mengoperasikan alat pengelasan dengan kecepatan yang melebihi peraturan

yang telah ditetapkan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak A dan Bapak B, alat-alat produksi di unit welding yang memiliki atau

menggunakan kecepatan dalam proses kerjanya adalah gerinda. Gerinda

adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan bekas pengelasan pada

panel. Pada alat tersebut, kecepatan yang digunakan disesuaikan dengan

kondisi pekerjaannya. Kecepatan pada gerinda harus disesuaikan dengan

tingkat kekasaran dari bekas pengelasan yang terdapat pada sebuah panel.

Jika masih terlalu kasar bisa menggunakan kecepatan tinggi, tetapi jika tidak

begitu kasar kecepatan yang digunakan bisa sedang atau rendah. Kecepatan

yang ada di gerinda sudah diatur oleh pabrik yang membuat alat tersebut

sehingga operator yang menggunakan gerinda tinggal menyesuaikan dengan

pekerjaannya. Menurut Bapak A dan Bapak B, dalam menggunakan gerinda,

pekerja atau operator gerinda tidak boleh menggunakan kecepatan yang tidak

sesuai karena akan menyebabkan panel-panel tersebut mengalami kerusakan.

“Kalo alat yang ada kecepatannya itu gerinda, jadi gerinda itu kan

alat buat ngalusin hasil pengelasan, kalo masih ada yang kasar ya

harus dialusin pake gerinda. Kalo kecepatan yang digunakan pekerja

Page 109: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

92

itu disesuain sama tingkat kekasaran permukaan part bekas

lasnya…kalo masih kasar banget kecepatannya sekian, kalo gak

begitu kasar juga sekian. Ya kalo kerendahan akan lama, ya kalo

kecepetan…itu kan panas, partnya itu bisa rusak, bisa melengkung.”

(Bapak A)

“Gerinda ada kecepatannya. Rata-rata kecepatannya dari alat udah

distel dari sananya, kayak gerinda ya disesuain sama tingkat

kekasaran permukaan part bekas lasnya. Yang penting hasilnya

bagus dan gak bikin part rusak. Ya mereka masang kecepatannya

tergantung kebutuhannya, yang kayak tadi saya bilang. Kalo untuk

ngelebihin gak ya soalnya kecepatannya udah diatur dari sananya.”

(Bapak B)

Berdasarkan hasil observasi, dalam menggunakan gerinda, operator

menyesuaikan kecepatan gerinda dengan tingkat kekasaran dari bekas

pengelasan pada suatu panel. Hasil wawancara dengan salah seorang operator

gerinda yaitu Bapak AF, Bapak AF mengatakan bahwa tingkat kecepatan

yang dia gunakan dalam mengoperasikan gerinda tidak dapat ditentukan

besarnya karena untuk tingkat kecepatannya sendiri sudah diatur oleh

perusahaan yang membuat gerinda tersebut sehingga dalam

mengoperasikannya, Bapak AF tinggal menyesuaikan kecepatan gerinda

dengan tingkat kekasaran bekas pengelasan pada panel.

Page 110: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

93

“Kalo untuk kecepatan gerinda yang saya pake si pastinya saya ga

tau mba soalnya dari sananya udah di setting kecepatannya. Jadi,

saya tinggal nyesuain aja sama partnya dan dikira-kira aja, ya kalo

kasar banget agak dikencengin, tapi kalo gak begitu kasar,

kecepatannya juga jangan terlalu kenceng.” (Bapak AF)

5.3.5 Gambaran Menghilangkan Alat Pengaman

Menghilangkan alat pengaman dalam penelitian ini adalah melepas

alat pengaman (machine guard) pada alat pengelasan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, beberapa alat yang digunakan

pada proses pengelasan di unit welding, seperti spot welding gun, projection

welding, stud weld, dan las CO2, tidak memiliki alat pengaman (machine

guard) pada alat-alat tersebut. Bapak A dan Bapak B mengatakan bahwa alat

kerja yang mereka gunakan memang tidak dilengkapi oleh alat pengaman

yang berguna untuk menghindari kontak bahaya antara operator dengan alat

yang sedang mereka gunakan.

“Kalo di alat-alat pengelasannya gak ada pengamannya, ya paling

kita make APD untuk melindungi pekerja dari bahaya alat-alat ini.”

(Bapak A)

“Kalo alat pengaman untuk menghindari kontak dengan pekerja

setau saya gak ada mba. Mungkin udah di desain dari sananya.

Paling pengamannya biar gak nyetrum aja.” (Bapak B)

Page 111: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

94

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, alat-alat

pengelasan yang diamati memang tidak memiliki alat pengaman pada daerah-

daerah yang berbahaya pada alat tersebut, misalnya spot gun welding dan

projection nut tidak memiliki alat pengaman di kedua kutub tembaganya

yang berfungsi untuk menghindari kontak dengan pekerja. Hasil wawancara

dengan salah seorang operator spot gun welding (Bapak AG) dan seorang

operator projection nut (Bapak AH), mereka mengatakan bahwa alat

pengelasan yang mereka gunakan memang tidak terdapat alat pengaman

(machine guard).

Sumber: Data Primer

Gambar 5.8 Spot Gun Welding dan Projection Nut

Sedangkan pada gerinda, tidak ditemukan adanya pelindung cakram. Ketika

dikonfirmasi kepada Bapak B, Bapak B mengatakan bahwa memang

sebenarnya gerinda tersebut mempunyai pelindung cakram. Akan tetapi,

pelindung cakram pada gerinda sengaja dilepas karena pelindung cakram

Page 112: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

95

tersebut membuat permukaan panel yang akan di las menjadi tidak terlihat

sehingga mengganggu proses produksi dan dapat menghambat pencapaian

target produksi. Hal ini disebabkan karena posisi pelindung cakram gerinda

yang terletak di belakang cakram. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.9 Gerinda yang Tidak Memiliki Pelindung Cakram

Sumber: surabaya.indonetwork.co.id

Gambar 5.10 Gerinda yang Memiliki Pelindung Cakram

Hasil wawancara dengan Bapak AF, seorang operator gerinda, Bapak

AF mengatakan bahwa pada gerinda yang dia gunakan mempunyai pelindung

cakram. Karena pelindung cakram tersebut mengganggu proses produksi dan

Page 113: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

96

berpengaruh terhadap hasil produksi, pelindung cakram tersebut dilepas.

Bapak AF juga mengatakan bahwa dilepasnya pelindung cakram tersebut

telah mendapatkan izin dari foreman.

“Gerinda yang saya pake ini sebenernya emang punya pelindung

cakram mba yang letaknya disini. Nah kalo pake pelindung cakram ini

emang risih ya mba kalo lagi buat ngelas, permukaan part yang pengen

kita las jadi gak begitu kelihatan. Kalo kayak gitu kan jadi jelek mba

hasil gerindanya. Makannya itu mba, daripada ganggu hasil produksi

jadinya dilepas dan itu juga udah dapet persetujuan dari foremannya”

(Bapak AF)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian dan hasil

observasi, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya alat pengelasan yang

digunakan di unit welding tidak memiliki alat pengaman (machine guard),

kecuali pada gerinda. Pada gerinda sebenarnya memang memiliki alat

pengaman yaitu pelindung cakram, tetapi pelindung cakram tersebut sengaja

dilepas karena mengganggu proses produksi. Hal itu sudah mendapatkan

persetujuan dari foreman.

5.3.6 Gambaran Membuat Alat Pengaman Tidak Berfungsi

Membuat alat pengaman tidak berfungsi dalam penelitian ini adalah

merusak alat pengaman (machine guard) pada alat pengelasan. Seperti yang

telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa menurut para informan, alat-

alat yang digunakan pada proses pengelasan di unit welding, seperti spot

welding gun, projection welding, stud weld, dan las CO2, tidak memiliki alat

Page 114: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

97

pengaman (machine guard) pada alat-alat tersebut. Lain halnya dengan

gerinda, pada gerinda memang memiliki pelindung cakram yang berfungsi

sebagai alat pengaman untuk melindungi pekerja yang memakainya dari

bahaya, tetapi pelindung cakram tersebut sengaja dilepas dan bukan karena

dirusak. Menurut Bapak B dan Bapak AF, pelindung cakram tersebut dirasa

mengganggu karena membuat permukaan panel yang akan di las menjadi

tidak terlihat sehingga mengganggu proses produksi dan dapat menghambat

pencapaian target produksi.

5.3.7 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Tidak Sesuai

Menggunakan peralatan yang tidak sesuai dalam penelitian ini adalah

mengerjakan pengelasan dengan memakai alat yang tidak cocok dengan jenis

pekerjaan pengelasan yang sedang dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Bapak A, alat-alat pengelasan yang digunakan pada masing-masing

pos, meliputi:

1. Pos panel dash, alat yang digunakan adalah spot gun dan stud weld.

2. Pos apron, alat yang digunakan adalah spot gun dan las CO2.

3. Pos cowl top, alat yang digunakan adalah spot gun dan stud weld.

4. Pos support radiator, alat yang digunakan adalah spot gun dan las CO2.

5. Pos member main floor, alat yang digunakan adalah spot gun dan

projection nut.

6. Pos cross member, alat yang digunakan adalah las CO2.

Page 115: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

98

“Untuk panel dash, alat yang digunakan itu spot gun dan stud weld.

Untuk apron itu spot gun dan las CO2. Cowl top itu alat yang

digunakan spot gun dan stud weld. Kalo support radiator itu spot gun

dan las CO2. Member main floor itu pake pake spot gun sama

projection nut. Cross member juga pake las CO2.” (Bapak A)

Bapak A dan Bapak B mengatakan bahwa peralatan yang digunakan

oleh pekerja pada tiap-tiap pos telah disesuaikan dengan jenis pekerjaannya

sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja hanya menggunakan

alat yang telah disediakan tersebut. Jika pekerja menggunakan peralatan yang

tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya, secara otomatis akan terlihat pada

hasil produksinya dimana panel-panel yang ada akan mengalami kerusakan.

“Menurut saya pekerja disini udah menggunakan alat-alat yang

sesuai ya sama jenis pekerjaan disini. Soalnya kalo alat yang dipake

gak sesuai sama jenis pekerjaannya ya gak bakal bisa mba dan

misalnya alatnya yang dipake itu gak sesuai nanti hasilnya pun gak

sesuai juga.” (Bapak A)

“Disini pekerja udah sesuai semua, soalnya kalo gak sesuai ya gak

bakal cocok dan hasilnya pun nantinya akan rusak. Masing-masing

pos udah ada sendiri alat-alatnya.” (Bapak B)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada informan pekerja,

peneliti melihat pekerja menggunakan alat-alat pengelasan telah sesuai

dengan jenis pekerjaan yang mereka lakukan, seperti Bapak AA yang bekerja

Page 116: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

99

di pengelasan cross member menggunakan las CO2 dan Bapak AA

mengatakan alat yang dia gunakan adalah las CO2.

“Ya yang saya gunain untuk ngelas cross member itu cuma las

CO2.” (Bapak AA)

Bapak AB yang bekerja pada pos pengelasan panel cowl top mengatakan alat

las yang digunakan adalah spot gun welding dan stud weld dan hasil

observasi terhadap alat yang digunakan oleh Bapak AB juga sesuai dengan

hasil wawancara.

“Kalo di cowl top, alat yang saya gunain ini mba spot gun sama stud

weld. Udah g itu aja mba yang saya gunain.” (Bapak AB)

Bapak AD yang bekerja di pos apron menggunakan spot gun welding.

“Alat las yang saya gunain gun doang.” (Bapak AD)

Selain itu, Bapak AC, yang bekerja di bagian finishing apron, mengatakan

adapun alat lain yang digunakan olehnya adalah alat-alat repair yang berguna

untuk memperbaiki panel atau alat-alat kerja yang mengalami kerusakan.

“Paling saya cuma make alat-alat yang buat repair aja kalo

umpamanya ada yang rusak, ada yang bonyok.” (Informan AC)

5.3.8 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Rusak

Menggunakan peralatan yang rusak dalam penelitian ini adalah

mengoperasikan alat pengelasan yang tidak berfungsi dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, mereka

mengatakan bahwa tindakan yang harus dilakukan pekerja atau prosedur

yang benar jika alat kerja yang mereka gunakan mengalami kerusakan yaitu

Page 117: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

100

segera melapor kepada maintenance karena maintenance adalah orang yang

bertanggung jawab memperbaiki alat kerja yang mengalami kerusakan.

Apabila maintenance tersebut sedang tidak ada di tempat, pekerja dapat

melapor kepada group leader terlebih dahulu. Setelah maintenance selesai

memperbaikinya, group leader akan memberitahu kepada pekerja yang

bersangkutan bahwa alat kerja tersebut sudah dapat digunakan kembali.

“Pertama-tama dia harus lapor group leadernya, group

leader…nanti kalo dia ada waktu harus ke maintenance, informasi ke

maintenance. Jadi nanti kalo seandainya udah selesai dibetulin,

group leader akan informasi ke operator bahwa dia udah bisa kerja

lagi.” (Bapak A)

“Pertama, panggil maintenance aja dulu. Nanti maintenancenya

yang memperbaiki. Kalo maintenance lagi gak ada, bisa ke lapor ke

leader dulu.” (Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, mereka mengatakan

bahwa jika alat kerja yang mereka gunakan itu mengalami kerusakan, mereka

akan melapor kepada maintenance. Jika maintenance sedang tidak ada,

mereka akan melaporkannya kepada group leader.

“Paling manggil maintenance ya buat betulin gitu soalnya dia kan

yang tau segala kerusakannya disini. Jadi kalo ada apa-apa saya

panggil maintenance untuk betulin alatnya.” (Bapak AA)

Page 118: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

101

“Kalo alat itu rusak saya lapor maintenance, Kalo maintenancenya

pas lagi dipanggil gak ada, saya lapor ke leader.” (Bapak AB)

“Kalo rusak saya manggil maintenance…” (Bapak AC)

“Biasanya saya laporkan ke leader atau gak langsung ke

maintenance.” (Bapak AD)

Akan tetapi, terkadang Bapak AA dan Bapak AB masih tetap menggunakan

alat kerjanya yang mengalami kerusakan. Bapak AA mengatakan bahwa

terkadang dia tetap menggunakan alat yang kerjanya yang mengalami

kerusakan karena pekerjaannya sedang banyak dan takut pekerjaannya akan

terbengkalai sehingga dia menunda untuk melaporkannya kepada

maintenance.

“Kadang juga pernah maksain juga si abis takutnya nanti keteteran,

ya mau gak mau biarin aja lah paling nunggu sampe bel istirahat

baru lapor.” (Bapak AA)

Sedangkan Bapak AB mengatakan bahwa dia masih tetap menggunakannya

karena dengan alasan dirinya masih mendapatkan izin dari group leader

untuk tetap menggunakannya karena kerusakannya masih ringan dan masih

ada masa toleransinya.

“Kalo misalkan kata leader ini masih bisa, ya saya gunain dulu mba.

Kalo yang rusaknya ringan masih bisa dipake soalnya itu kan ada

masa toleransinya.” (Bapak AB)

Page 119: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

102

Hal yang sama dengan Bapak AB, Bapak B mengatakan bahwa ada

pekerja yang tetap menggunakan alat yang rusak ringan karena terkadang alat

tersebut masih ada masa toleransinya dan bisa dipakai sebentar sambil

menunggu maintenance datang. Pekerja tersebut juga telah mendapatkan izin

dari group leader-nya.

“Kalo tetep digunain gak ya, kecuali kalo rusaknya masih ada

toleransi, sambil nunggu maintenance, masih bisa dipake, tapi itu

juga gak banyak. Itu gak parah kalo masih ada toleransinya dan itu

juga udah dapet izin dari saya.” (Bapak B)

Bapak B juga menambahkan bahwa contoh kerusakan alat yang ringan dan

masih ada masa toleransinya adalah terkikisnya permukaan tip gun yang

terdapat pada spot gun. Tinggi permukaan tip gun yang masih baik adalah 3

mm, apabila tip gun tersebut telah terkikis dan ketinggiannya telah berkurang

menjadi 1 mm, tip gun tersebut harus segera diganti. Jika berkurangnya

ketinggiannya belum mencapai 1 mm, tip gun tersebut masih bisa digunakan,

akan tetapi hanya bisa dipakai sebentar saja. Ketika dilakukan observasi,

peneliti tidak dapat menemukan pekerja yang menggunakan alat pengelasan

yang rusak disebabkan oleh keterbatasan kemampuan peneliti dan ruang

lingkup observasi sehingga peneliti tidak dapat mengamati hal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat

disimpulkan bahwa bentuk menggunakan peralatan yang rusak adalah masih

terdapat pekerja yang tetap menggunakan alat kerjanya yang rusak karena

pekerja tersebut merasa pekerjaannya sedang banyak dan takut pekerjaannya

Page 120: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

103

terbengkalai sehingga dirinya menunda untuk melaporkannya kepada

maintenance.

5.3.9 Gambaran Tidak Menggunakan APD dengan Benar

Tidak menggunakan APD dengan benar dalam penelitian adalah tidak

memakai helmet, safety glasses, sarung tangan, pelindung nadi atau

pelindung tangan, masker, otto, kedok las, dan safety shoes pada saat

melakukan pengelasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

Bapak A dan Bapak B, diketahui bahwa jenis-jenis APD yang harus

digunakan di unit welding adalah:

1. Helm, berfungsi untuk melindungi kepala pekerja dari kejatuhan benda

yang tidak diinginkan.

2. Masker, berfungsi untuk melindungi pekerja dari debu-debu pengelasan.

3. Earplug, berfungsi untuk melindungi pekerja dari bahaya kebisingan

yang ada di unit welding.

4. Safety glasses, berfungsi untuk melindungi pekerja dari bahaya percikan

api yang timbul dari alat-alat pengelasan.

5. Pelindung tangan dan lengan, berfungsi untuk melindungi tubuh pekerja

dari panel-panel yang sangat tajam.

6. Safety shoes, berfungsi untuk melindungi kaki pekerja dari bahaya yang

ditimbulkan dari panel-panel yang sangat tajam.

7. Kedok las, berfungsi untuk melindungi mata pekerja dari percikan api

serta sinar yang dihasilkan dari las CO2.

Page 121: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

104

8. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan pekerja dari panel-

panel yang sangat tajam.

9. Otto, berfungsi untuk melindungi badan pekerja dari percikan api yang

ditimbulkan oleh alat las.

Menurut Bapak A dan Bapak B, dalam penggunaan APD tersebut,

beberapa pekerja masih ditemukan tidak menggunakan APD pada saat berada

di lokasi pengelasan. APD yang sering dilepas atau tidak digunakan pada saat

pengelasan adalah safety glasses dan masker. Menurut mereka, alasan

pekerja melepas safety glasses-nya karena safety glasses yang mereka

gunakan sudah kusam akibat kesalahan pekerja dalam membersihkan safety

glasses tersebut sehingga bila dipakai akan mengganggu pandangan pekerja

dalam pengelasan, sedangkan alasan pekerja melepas maskernya adalah

karena masker tersebut menimbulkan rasa panas, gerah, dan menyebabkan

kacamata yang digunakan oleh pekerja berembun sehingga terkadang tidak

nyaman untuk digunakan.

“Yang paling sering itu pekerja gak gunain masker, padahal

sebenernya masker itu kan penting fungsinya soalnya di welding ini

kan ada debu dari pengelasan. Mungkin efeknya gak bisa dirasain

sekarang, tapi nanti kan bisa membahayakan paru-parunya. Mereka

suka gak gunain masker soalnya menurut mereka maskernya itu bikin

gak nyaman, bikin kacamatanya berembun karena panas. Selain

masker kadang yang suka gak dipake kacamata mba. Soalnya

kacamata yang kita pake itu kan bukan dari kaca tapi dari plastik,

Page 122: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

105

nah itu suka cepet burem, apalagi kalo pekerja ngebersihinnya gak

bener. Mereka suka main di lap aja di baju, kan itu bikin

kacamatanya itu tergores-gores ya. Jadi mereka lepas kacamatanya”.

(Bapak A)

“Mungkin kalo pekerja yang masih suka lepas salah satu APD nya

ada, tapi ya gak banyak juga. Paling masker, kacamata…udah itu aja

menurut saya, tapi kalo untuk yang vital kayak pelindung lengan dan

tangan gak mereka lepas soalnya bisa bahaya nanti, tangan atau

lengannya bisa robek kena part-part yang tajem ini.” (Bapak B)

Hal yang sama dengan yang dikatakan oleh Bapak A dan Bapak B,

juga terlihat pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan

hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan pekerja

tidak menggunakan APD saat melakukan pengelasan, yaitu Bapak AA yang

tidak menggunakan safety glasses dan Bapak AB yang melepas maskernya

pada saat mengelas. Bapak AA mengaku melepas safety glasses-nya karena

terkadang Bapak AA malas untuk menggunakannya sehingga dia sering

melepasnya. Hal tersebut dilakukannya tanpa sepengetahuan group leader.

“Tapi kadang-kadang pernah saya lepas juga mba, mungkin

kacamata ya mba, paling cuma betul-betulin doang. Kadang kalo

saya lagi males ya gak saya pake mba. Itu juga leader saya gak tau

mba, kalo ada dia ya saya pake lagi. Kalo ketahuan bisa ditegur

nanti.” (Bapak AA)

Page 123: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

106

Sedangkan Bapak AB mengaku melepas maskernya ketika sedang

mengerjakan pekerjaan stud weld (pemasangan nut) karena dirinya

menganggap pada pekerjaan tersebut, asap yang ditimbulkan tidak begitu

banyak dan Bapak AB terkadang melepas maskernya jika sedang terasa

panas.

“Kalo saya sendiri Alhamdulillah mba, gak pernah ya dilepas alat

safety nya. Paling kalo masker dicopot kalo lagi di stud weld, soalnya

pas lagi di stud weld kan asapnya gak terlalu banyak mba, kalo lagi

panas, kadang saya lepas, tapi kalo ada leader saya pake maskernya

soalnya kan gak boleh dilepas” (Bapak AB)

Hasil observasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.11 Pekerja yang Tidak Menggunakan Masker Pada Saat Mengelas

Selain itu, dari hasil wawancara dengan Bapak AC, Bapak AC mengaku,

selain sering tidak memakai masker dan otto. Alasan Bapak AC tidak

Page 124: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

107

memakai masker karena lupa akibat terburu-buru untuk mengejar pekerjaan,

sedangkan alasan dia tidak menggunakan otto karena dia tidak melakukan

pengelasan.

“Saya gak pake otto. Cuman yang penting kan kacamata, pelindung

nadi. Kalo pelindung nadi wajib itu, soalnya wajib itu. Kalo yang

sering saya gak pake itu otto, kalo masker juga kadang-kadang

soalnya lupa, buru-buru, memburu kerjaan.” (Bapak AC)

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dan observasi

yang dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa masih ditemukan

pekerja yang tidak menggunakan APD pada saat melakukan pengelasan,

contohnya yang pertama, pekerja tidak menggunakan masker yang

disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ada pekerja yang merasa gerah

ketika memakainya, ada pekerja yang pada saat mengerjakan pemasangan

nut tidak menggunakan masker karena asap yang ditimbulkan oleh stud weld

(alat pengelasan untuk memasang nut) tidak begitu banyak, dan ada pekerja

yang lupa memakainya akibat terburu-buru. Kedua, pekerja tidak

menggunakan safety glasses karena safety glasses yang mereka gunakan

sudah kusam akibat kesalahan pekerja dalam membersihkan safety glasses

tersebut sehingga bila dipakai akan mengganggu pandangan pekerja dalam

pengelasan dan ada juga pekerja yang malas menggunakannya. Beberapa

pekerja melakukan hal tersebut di luar sepengetahuan group leader mereka

karena hal tersebut memang tidak boleh dilakukan.

Page 125: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

108

5.3.10 Gambaran Pengisian/Pembebanan yang Tidak Sesuai

Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai dalam penelitian ini adalah

mengangkat panel secara berlebihan melebihi dari jumlah/beban standar yang

diiizinkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan foreman welding, yaitu

Bapak A, beban panel-panel yang boleh dibawa oleh satu pekerja adalah

maksimal 10 kg atau 5 buah panel yang ringan. Untuk panel yang memiliki

beban lebih dari 10 kg, seperti panel member main floor, tidak boleh dibawa

sendiri, minimal dua orang pekerja yang membawanya.

“Gimana ya mba, sebenernya kalo untuk beban part standarnya itu

maksimal 10 kg, 10 kg itu kira-kira 5 part lah. Nah kalo yang part

yang berat kayak member main floor itu kan lebih dari 10 kg, jadi

gak bisa diangkat sama 1 orang, harus dua orang.” (Bapak A)

Sama halnya dengan Bapak A, menurut Bapak B, panel-panel yang

boleh dibawa oleh satu pekerja adalah maksimal 5 buah panel yang ringan.

Dalam membawa penel-panel tersebut, pekerja dianjurkan untuk

membawanya disesuaikan dengan kemampuan pekerja itu sendiri dan tidak

boleh dipaksakan untuk mengangkat panel dengan jumlah di luar batas

kemampuan dari pekerja itu sendiri karena hal itu berbahaya bagi pekerja dan

apabila pekerja terlalu banyak membawanya dapat merusak panel tersebut.

“Kalo saya si semampunya si pekerja itu bisa bawanya berapa, kalo

dipaksakan di luar kemampuannya kan juga gak bagus soalnya bisa

ngebahayain pekerja sama part-partnya bisa kegesek-gesek dan itu

Page 126: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

109

bisa bikin rusak. Ya paling banyak 5 part lah ya yang bisa diangkat.”

(Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, dalam

membawa panel-panel tersebut, pekerja tidak melebihi dari standar yang

diizinkan. Bapak A mengatakan, pekerja mengangkatnya tidak melebihi dari

10 kg karena untuk panel-panel yang ringan seperti cowl top, satu panelnya

memiliki beban kurang dari 10 kg. Bapak B menambahkan, jumlah panel

yang biasa dibawa oleh pekerja sekitar 3-5 panel. Untuk panel-panel yang

berat, biasanya mereka meminta bantuan kepada temannya yang lain untuk

membawanya.

“Biasanya pekerja si kalo ngangkat gak lebih dari 10 kg mba,

apalagi part-part kayak cowl top itu kan ringan ya, jadi ya 1 cowl top

itu gak sampe 10 kg. apalagi kalo yang ringan-ringan itu bisalah

diangkat sendiri.” (Bapak A)

“Yang saya lihat si mereka ngangkatnya juga semampunya mereka,

gak sampe di luar batasnya mereka. Paling 3-5 mereka angkatnya.

Kalo part yang gak bisa diangkat sendiri biasanya mereka berdua

sama temennya.” (Bapak B)

Hasil wawancara dengan informan pekerja, yaitu Bapak AA, Bapak

AB, dan Bapak AC, sebagian besar dari mereka membawa panel yang ringan

dengan jumlah 3-5 buah panel ringan. Bapak AA mengatakan bahwa dirinya

membawa panel sekitar 2-3 panel buah panel ringan.

Page 127: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

110

“Ya jangan terlalu banyak lah, sekuatnya aja, paling sekitar 3 part,

kadang-kadang 2 part yang ringan-ringan.” (Bapak AA)

Sedangkan Bapak AB mengatakan bahwa dirinya biasa membawa panel yang

ringan sebanyak 5 panel.

“Kalo yang saya angkat paling 5. 5 juga kalo gerobaknya lagi

dipake, kalo pake gerobak bisa 10. Kalo ngangkat sendiri pake

tangan 5 mba.” (Bapak AB)

Bapak AC juga mengatakan hal yang sama dengan Bapak AA, bahwa dirinya

membawa panel yang ringan sekitar 2-3 panel buah panel ringan.

“Kalo saya si gak banyak-banyak, paling 2, tapi maksimal 3 lah. Abis

itu ditaro di rak itu, baru didorong.” (Bapak AC)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

melihat seorang pekerja yang membawa panel melebihi jumlah beban yang

diizinkan, pekerja tersebut adalah Bapak AD. Bapak AD berbeda dengan tiga

informan sebelumnya, dirinya mengatakan bahwa terkadang dia bisa

membawa panel yang ringan sebanyak 30 panel. Hal tersebut dia lakukan

agar lebih cepat dan efisien. Menurutnya, sebenarnya hal ini tidak

diperbolehkan karena dirinya mengangkat terlalu banyak panel dan dia

melakukannya tanpa diketahui oleh group leader.

“Kadang saya ngangkat 30. 30 yang kecil-kecil bukan yang gede.

Abis itu pke gerobak. Ngangkat pake tangan ya 30, tapi bukan 30 box

ya. 1 box itu kan isinya ada 30 part.nah saya ngangkat 30 part biar

cepet. Sebenernya kalo ngangkat banyak-banyak gak boleh si mba,

Page 128: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

111

kalo ketahuan leader pasti gak boleh, tapi ya biar cepet aja terus

saya juga masih kuat kok bawanya.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat

disimpulkan bahwa masih ada pekerja yang membawa panel melebihi jumlah

maksimal panel yang boleh dibawa. Pekerja tersebut membawa 30 buah

panel apron dengan alasan karena cara tersebut dinilai lebih cepat dan efisien

dan pekerja tersebut melakukannya tanpa sepengetahuan group leader.

5.3.11 Gambaran Cara Mengangkat yang Salah

Cara mengangkat yang salah dalam penelitian ini adalah mengambil

panel tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh foreman dan group

leader. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, mereka

mengatakan bahwa pada saat pelatihan, pekerja juga diajarkan bagaimana

cara mengangkat panel yang baik dan benar. Cara mengangkat panel yang

baik dan benar tersebut adalah pada saat mengangkat panel, pekerja harus

berada dalam posisi agak jongkok terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar

pusat tumpuan terpusat pada lutut atau kaki. Tubuh pekerja tidak boleh dalam

keadaan membungkuk, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya cedera

pada tulang belakang. Kemudian pada saat membawa panel tersebut, tubuh

pekerja harus dalam keadaan tegak karena panel yang mereka bawa itu

sangat tajam. Hal ini untuk menghindari risiko tersayat oleh panel tersebut.

“Pada saat pelatihan, pekerja biasanya diajarin juga cara ngangkat

partnya mba. Kita ngajarinnya kalo ngangkatnya itu tumpuannya

Page 129: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

112

lutut mba trus posisinya agak jongkok dulu biar bebannya itu

terpusat di kaki.” (Bapak A)

“Yang kita ajarin itu pas lagi ngangkat sebaiknya tumpuannya pake

kaki terus bawanya juga dalam posisi badan tegak karena partnya

kan tajem dan bawa partnya juga semampunya aja.” (Bapak B)

Menurut Bapak A dan Bapak B, cara pekerja dalam mengangkat

panel-panel sebagian besar sudah sesuai dengan yang mereka ajarkan pada

saat pelatihan, tetapi menurut mereka masih ada beberapa pekerja yang cara

mengangkatnya belum sesuai. Pekerja tersebut ketika mengangkat panel

dilakukan dengan posisi tubuh membungkuk. Hal ini disebabkan karena

pekerja tersebut sering lupa atau karena terburu-buru. Pekerja juga

beranggapan bahwa mengangkat dengan cara membungkuk lebih cepat

dibanding harus jongkok terlebih dahulu.

“Yang saya liat masih ada beberapa pekerja itu yang masih kurang

bener cara ngangkatnya, pekerja itu ngangkatnya bukan jongkok dulu

tapi dalam posisi bungkuk, berarti itu kan dia tumpuannya tulang

belakang. Kalo pake tulang belakang kan bisa bahaya, nanti dia bisa

cedera. Mungkin bisa aja karena mereka mau cepet aja mba, soalnya

kan kalo ngangkat dalam posisi membungkuk itu kan lebih cepet

dibanding sama harus jongkok dulu.” (Bapak A)

Page 130: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

113

“Pekerja si rata-rata udah bisa semua, udah sesuai sama yang kita

ajarin. Mungkin kalo ada yang belum sesuai ya cuma beberapa aja,

mungkin masih ada yang bungkuk pas ngangkatnya. Mungkin dia

lupa atau buru-buru jadi dia mau ngambil cepetnya aja.” (Bapak B)

Hasil wawancara dengan informan pekerja, yaitu Bapak AA dan

Bapak AB, mereka mengatakan bahwa pada saat mengangkat panel, tubuh

mereka dalam posisi jongkok dan bertumpu pada lutut atau kaki.

“Kalo pas saya lagi ngangkat partnya itu, tumpuan saya paha mba.

Posisi saya jongkok kalo lagi ngangkat. Kenapa saya jongkok?

karena diajarin sama foreman dan leadernya kayak gitu mba. Jadi ya

saya ikutin.” (Bapak AA)

“Tumpuan saya pas lagi ngambil partnya lutut. Kalo posisi badan

saya kalo lagi ngangkat tegak mba. Itu yang diajarin waktu saya

training mba.” (Bapak AB)

Pada saat peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian, peneliti melihat

beberapa pekerja mengangkat panel dengan cara yang aman, tetapi peneliti

menemukan seorang pekerja yang masih kurang tepat dalam mengangkat

panel-panel. Posisi tubuh pekerja tersebut membungkuk pada saat mengambil

atau mengangkat, seperti Bapak AC. Bapak AC mengatakan bahwa pada saat

dirinya mengangkat panel, posisi tubuhnya dalam keadaan membungkuk.

Bapak AC menilai posisi tersebut adalah posisi yang nyaman dan tidak

berisiko.

Page 131: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

114

“Kalo cara ngangkat saya si yang nyaman aja ya mba, sebenernya

setiap orang si beda-beda nyamannya gimana. Kalo saya

tumpuannya posisi badan, jangan sampe posisi badan pas ngangkat

itu berisiko. Kalo yang diajarkan sama leadernya itu tumpuannya

kaki, tapi kembali lagi mba, saya lebih nyaman tumpuannya posisi

badan.” (Bapak AC)

Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Data Primer

Gambar 5.12 Pekerja Dengan Posisi Membungkuk Pada Saat Mengangkat Panel

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dan observasi,

dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa pekerja yang melakukan

cara yang salah dalam mengangkat panel, yaitu dengan tubuh membungkuk.

Hal ini dilakukan oleh pekerja karena mereka lupa atau terburu-buru. Selain

itu, mereka menilai dengan membungkuk dinilai lebih cepat dibandingkan

harus dengan posisi agak jongkok dan posisi tersebut nyaman bagi mereka.

Page 132: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

115

5.3.12 Gambaran Posisi Tubuh yang Salah

Posisi tubuh yang salah dalam penelitian ini adalah postur tubuh

pekerja yang janggal pada saat melakukan pengelasan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan penelitian, sebagian besar dari mereka bekerja

dalam posisi berdiri kurang lebih selama 8 jam kerja. Bapak AA yang bekerja

sebagai operator pengelasan pada pos cross member mengatakan bahwa

posisi tubuh pada saat mengelas adalah berdiri. Bapak AA mengaku posisi

kerjanya tersebut suka membuatnya merasa pegal karena pekerjaan

pengelasan sendiri memang dilakukan dengan posisi berdiri.

“Kalo saya berdiri posisinya. Cuma kalo kerjaannya berdiri, ya kita

berdiri. Gak nyaman juga si mba, soalnya kadang saya suka ngerasa

capek sama suka ngerasa pegel.” (Bapak AA)

Bapak AB yang melakukan pengelasan di bagian cowl top mengatakan

bahwa posisi tubuh pada saat dia mengelas adalah berdiri dan agak

membungkuk karena posisi panel yang dilasnya terletak agak di bawah.

Bapak AB mengeluhkan bahwa dirinya suka mengalami sakit di bagian leher

dan pegal-pegal di bagian punggung.

“Saya lebih sering agak bungkuk posisinya. Soalnya posisi nyepotnya

agak di bawah, tapi saya yang suka kena itu di leher mba sama

punggung suka pegel.” (Bapak AB)

Bapak AC yang bekerja di bagian finishing apron juga bekerja dalam posisi

berdiri selama 8 jam. Dirinya sudah terbiasa dengan posisi tersebut dan juga

sudah terbiasa dengan rasa pegal yang diakibatkan dari posisi tersebut.

Page 133: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

116

“Kalo saya posisi kerjanya berdiri terus selama 8 jam itu. Kalo

pegel-pegel si ada ya, tapi saya udah biasa, kecuali kalo yang baru-

baru kerja, 2 bulan itu rasanya sakitnya bukan main.” (Bapak AC)

Begitu juga dengan Bapak AD yang bekerja di pos apron yang bekerja

dengan posisi berdiri. Dia juga mengatakan bahwa bekerja dengan posisi

berdiri selama 8 jam kerja memang akan menimbulkan rasa pegal-pegal pada

tubuh.

“Posisi saya pas kerja berdiri selama 8 jam kerja. Ya kalo pegel-

pegel dengan posisi berdiri seperti itu pasti ya dan wajar aja ya

mba.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, memang

hampir semua pekerja bekerja dalam posisi berdiri. Posisi berdiri tersebut

tidak dalam keadaan tegak. Sebagian besar pekerja bekerja dengan posisi

berdiri dengan tubuh membungkuk karena menurut pengamatan peneliti dan

hasil wawancara dengan informan, meja panel (jig) tempat mereka mengelas

agak lebih rendah sehingga pekerja harus membungkuk. Menurut Bapak B,

tinggi meja panel tersebut adalah 90 cm. Hasil observasi dapat dilihat pada

gambar 5.17.

Page 134: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

117

Sumber: Data Primer

Gambar 5.13 Posisi Tubuh Pekerja Pada Saat Bekerja

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dan hasil

observasi dapat disimpulkan bahwa rata-rata pekerja bekerja dalam posisi

berdiri selama 8 jam kerja dan posisinya tersebut dengan tubuh

membungkuk. Hal ini dikarenakan posisi meja panel (jig) tempat mereka

mengelas agak lebih rendah dari tubuh pekerja. Hal ini yang mungkin

membuat pekerja sering merasa pegal-pegal.

5.3.13 Gambaran Memperbaiki Peralatan yang Sedang Beroperasi

Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi dalam penelitian ini

adalah membetulkan alat pengelasan yang rusak dalam kondisi mesin masih

menyala. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B,

sebenarnya pihak yang berwenang untuk memperbaiki alat kerja yang rusak

adalah maintenance karena maintenance adalah pihak yang mengerti tentang

semua alat kerja yang ada di unit welding.

Page 135: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

118

“Ya sebenernya yang berwenang untuk betulin alat itu

maintenancenya mba.” (Bapak B)

“Yang berwenang seperti yang udah saya bilang tadi, ya

maintenance mba. Soalnya dia kan yang ngerti sama alat-alatnya,

apalagi kalo kerusakan alatnya termasuk berat. Itu jadi tanggung

jawab maintenance.” (Bapak B)

Bapak A dan Bapak B juga mengatakan bahwa memang sebagian pekerja

memperbaiki alat kerjanya sendiri yang mengalami kerusakan bila

kerusakannya tersebut masih tergolong ringan, seperti mengganti tip gun dan

memperbaiki selang yang bocor pada spot gun. Mereka memperbaiki sendiri

alat kerja yang mengalami kerusakan ringan lebih cepat dibandingkan harus

memanggil maintenance. Hal ini dilakukan atas pertimbangan waktu dimana

pencapaian target sangat penting.

“Kalo kecil ada, maksudnya kecil itu selangnya bocor ya kita coba

untuk perbaiki sendiri. Kalo gede kita gak bisa. Kalo prosedurnya si

tidak boleh memperbaiki sendiri, tapi kan kita juga gak mau

ngerepotin maintenance. Kalo kita manggil ke maintenance sama kita

betulin sendiri, itu lebih cepetan betulin sendiri, makannya

perhitungannya itu.” (Bapak A)

“Ya gini ya..rata-rata kalo yang bisa dilakukan mungkin dilakukan,

tapi kan kalo alat-alatnya disini maintenance yang bisa. Kalo cuma

Page 136: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

119

sekedar ganti tip mungkin bisa, tapi kalo untuk ganti pin aja kita gak

bisa. Kalo yang bisa dilakukan sendiri, misalkan ada selangnya yang

mau lepas. Itu bisa dilakukan sendiri.” (Bapak B)

Menurut Bapak A dan Bapak B, ketika para pekerja memperbaiki

sendiri alat kerja mereka yang mengalami kerusakan, pekerja sebelumnya

sudah mematikan terlebih dahulu alat kerja tersebut. Akan tetapi, menurut

Bapak A, pernah terjadi kasus dimana salah seorang pekerja tidak mematikan

terlebih dahulu spot gun yang akan diperbaikinya. Akibatnya, tombol switch

nya tertekan olehnya sehingga tangannya terjepit oleh gun tersebut.

“Kalo mesinnya itu pasti dimatikan, pasti dimatikan. Kalo dia posisi

masih hidup kan otomatis nanti seandainya kalo switchnya terpencet

bisa celaka, tapi pernah ada pekerja yang betulin alat tapi mesinnya

belum dimatikan karena dia terlalu buru-buru, belum dimatiin.

Eee…switch itu tanpa disengaja terpencet, nah itu ada yang

celakalah. Dia mau ganti tip, dia mau berdiri, nah switchnya itu ada

di atas kepalanya dia. Tanggannya kena gun, sempet dijahit juga.”

(Bapak A)

“Kalo hubungannya sama mesin dimatiin dulu…” (Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak AI, yaitu pekerja yang

pernah mengalami kecelakaan kerja seperti yang telah dikatakan oleh Bapak

A, Bapak AI mengatakan pada saat kejadian dirinya sedang memperbaiki tip

gun yang lepas dan dia memang tidak memanggil maintenance karena

Page 137: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

120

lepasnya tip gun termasuk kerusakan ringan sehingga Bapak AI merasa dapat

memperbaikinya sendiri. Dirinya memilih memperbaiki sendiri karena hal itu

dirasa lebih cepat dan menghemat waktu dibandingkan harus memanggil

maintenance. Pada saat memperbaikinya, Bapak AI juga lupa untuk

mematikan mesin gun tersebut. Akibatnya, tangan Bapak AI reflek menekan

tombol dan pada akhirnya telapak tangan kirinya tergencet oleh tip gun

tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pekerja lainnya,

mereka juga mengatakan hal yang sama dengan Bapak A dan Bapak B.

Mereka mengatakan bahwa mereka sering memperbaiki sendiri alat kerja

mereka jika alat tersebut hanya mengalami kerusakan ringan, seperti

mengganti tip gun dan memperbaiki selang yang lepas atau bocor pada spot

gun. Hal tersebut mereka lakukan karena jika menunggu maintenance datang

akan memakan waku lebih lama. Pada saat mereka memperbaiki sendiri alat

kerjanya yang rusak ringan, sebelumnya mereka mematikan terlebih dahulu

mesin alat kerja mereka.

“Pernah, tapi yang mudah-mudah aj mba, kalo yang sulit paling

manggil maintenancenya juga. Kalo yang gampang-gampang masih

bisa saya pelajari sedikit-dikit lah kalo dia lagi ngebetulin. Kalo

manggil orang butuh waktu lebih lama lagi buat ngerjain lagi jadi

mau gak mau selagi masih bisa ya saya betulin sendiri. Untuk alatnya

si mati ya, tapi kalo setrumnya itu masih nyala mba, soalnya kalo

Page 138: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

121

untuk matiin setrumnya itu kan di trafo. Itu kan pusatnya mba, jadi

nanti kalo itu dimatiin nanti semuanya juga mati.” (Bapak AA)

“Saya pernah memperbaiki sendiri, kadang selangnya suka bocor.

Jadi kalo saya manggil maintenance kan, ribet juga ya mba. Kadang

maintenancenya kalo dipanggil suka lagi kemana gitu. Jadi saya

kadang suka betulin sendiri, tapi itu gak begitu berat si. Kalo sama

mandor itu si dibolehin soalnya kalo nunggu maintenance jadi lama.

Nanti ketinggalan sama yang lain. Kalo saya dimatiin dulu…”

(Bapak AB)

“Kalo kita bisa sendiri ya mendingan kita betulin sendiri karena kalo

cuma ganti tip gun, tinggal ngelepas aja terus pasang lagi, cepet,

risikonya gak sampe kemana-mana. Soalnya maintenance disini kan 2

orang, sedangkan disini ada 200 tip gun lah. Itu kalo ganti baru

gimana?itu layak dipake atau gak yang tau ya operator sendiri. Pasti

dimatiin mba, kalo gak dimatiin bisa ngebahayain nanti. (Bapak AC)

“Kalo untuk memperbaiki sendiri mah, pernah mba. Kalo untuk

masalah baut, bisa dibetulin sendiri. Itu aja si kalo yang bisa

dikerjain sendiri, kalo yang ringan-ringan. Kalo kita nungguin

maintenancenya dan maintenancenya itu datang terlambat, kita kan

berpacu dengan waktu, kita gak perlu nunggu maintenance. Kalo kita

Page 139: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

122

bisa sendiri ya kenapa gak kita kerjain sendiri. Kalo gak bisa baru

panggil maintenance. Alatnya saya matiin dulu, tapi kondisi

setrumnya masih nyala soalnya kan pusatnya disitu (trafo). Kalo

yang satu dimatiin, otomatis semuanya mati.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan pekerja yang

memperbaiki peralatan yang masih beroperasi maupun pekerja yang

memperbaiki sendiri alat kerjanya yang mengalami kerusakan karena

keterbatasan kemampuan peneliti dan ruang lingkup observasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, dapat

disimpulkan bahwa dalam hal ini sebagian besar informan pekerja melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu pekerja memperbaiki sendiri alat kerjanya

yang mengalami kerusakan ringan, seperti memperbaiki atau mengganti tip

gun dan memperbaiki selang yang bocor atau selang yang lepas pada spot

gun, karena cara tersebut dinilai lebih cepat dan dapat menghemat waktu

dibanding mereka harus memanggil maintenance. Selain itu, hal tersebut

dilakukan atas pertimbangan waktu dimana pencapaian target lebih mereka

utamakan. Sedangkan, pada saat memperbaiki alat kerjanya, sebagian besar

pekerja, sudah mematikan terlebih dahulu alat kerja yang akan mereka

perbaiki. Akan tetapi, terdapat satu kasus kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh seorang pekerja yang pada saat memperbaiki tip gun, kondisi mesin gun

masih dalam keadaan menyala. Hal ini disebabkan karena pekerja tersebut

lupa untuk mematikan mesinnya.

Page 140: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

123

5.3.14 Gambaran Berkelakar atau Bersenda Gurau

Berkelakar atau bersenda gurau dalam penelitian ini adalah bercanda

dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pengelasan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Bapak A dan Bapak B, kebanyakan pekerja

bersenda gurau dengan sesama teman kerjanya pada saat istirahat, tetapi

memang tidak dipungkiri bahwa terkadang masih ada beberapa pekerja yang

bersenda gurau pada saat melakukan pengelasan seperti mengganggu

temannya yang sedang mengelas. Bapak B menilai, senda gurau yang

dilakukan pekerja pada saat bekerja masih terbilang wajar dan tidak

membahayakan teman kerjanya. Hal tersebut mereka lakukan untuk

menghilangkan kejenuhan selama bekerja yang disebabkan oleh lingkungan

kerja mereka yang kurang menyenangkan dan pekerjaan yang mereka jalani

adalah pekerjaan yang cukup berat.

“Oh itu ada, biasanya mereka itu bercandanya pas lagi istirahat si

mba, tapi ada juga si yang bercanda waktu lagi ngelas, ya ada yang

suka godain temennya yang lagi kerja, bercanda waktu ngelas,

ngrecokin temennya yang lagi ngelas, ya kadang suka isenglah anak-

anak itu, tapi itu gak banyak dan kadang-kadang aja. Mungkin

mereka bosen ya mba, ya wajar juga si mba soalnya di welding ini

kan suasana pekerjaannya kurang menyenangkan ya, udaranya

panas, kerjanya juga lumayan berat. Mungkin itu bisa buat mereka

terhibur dan biar mereka gak bosen juga. Kalo saya sendiri si gak

Page 141: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

124

apa-apa ya mba selama bercandanya itu masih dalam wajar dan gak

berbahaya” (Bapak A)

“Saya rasa jarang ya mba untuk bisa bercanda pas lagi kerja.

Mereka kan cuma dikasih kurang lebih 3 menit lah untuk nyelesein

pekerjaannya di masing-masing pos dengan target harus sekian unit.

Jadi ya kalo mereka gak serius bisa keteteran kerjaannya, biasanya

bercandanya pas lagi jam istirahat. Memang kadang suka ada yang

bercanda pas lagi kerja, tapi masih biasa dan gak sampe yang

berbahaya. Mungkin buat ngilangin jenuh. Kayak yang mba bisa

lihat sendiri, kerja disini kan cukup berat ya jadi mereka butuh

sedikit hiburan biar gak stress.” (Bapak B)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pekerja, Bapak AB

mengaku pernah bersenda gurau pada saat bekerja. Bentuk senda gurau yang

dia lakukan pada saat bekerja hanya mengobrol dengan sesama teman

kerjanya. Hal tersebut dia lakukan untuk menghilangkan rasa bosan dan

untuk menghilangkan rasa kantuk pada saat bekerja.

“Paling bercanda pake omongan aja. Kadang kalo serius-serius amat

kerja itu kan suka ngantuk terus panas juga, jadi ya buat ngilangin

bosen aja.” (Bapak AB)

Bapak AD, bentuk senda gurau yang dia lakukan pada saat bekerja adalah

mengobrol dengan teman kerjanya. Dia mengatakan bahwa senda gurau yang

Page 142: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

125

dia lakukan tidak berbahaya. Hal tersebut dia lakukan untuk menghilangkan

stres dan jenuh akibat target produksi yang harus dia kerjakan.

“Ya kita disini bercanda cuma buat ngilangin stress sama jenuh aja

mba, dengan target produksi segitu. Cuma ngeliat angkanya aja udah

puyeng mba. Ya kalo gak diselingin kayak gitu, malah stres sama

jenuh. Kalo bercanda ma menurut saya boleh lah, sewajarnya aja

paling, Cuma bercanda-canda, ngobrol-ngobrol, nyanyi-nyanyi.

Bercandanya juga gak sampe lempar-lemparan gitu. Ya buat

ngilangin stress sama jenuh aja dengan target sehari bisa 145.

Kadang-kadang naik, kan hari ini lagi naik mba.” (Bapak AD)

Berdasarkan hasil observasi, peneliti tidak menemukan pekerja yang

bersenda gurau yang berbahaya pada saat mengelas. Umumnya mereka fokus

pada pekerjaan mereka masing-masing, walaupun terkadang pada suatu saat

diselingi dengan sedikit obrolan dengan pekerja lainnya. Adapun pekerja

yang bersenda gurau, itupun dilakukan pada saat mereka sedang beristirahat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan dapat

disimpulkan bahwa pada umumnya bentuk senda gurau yang dilakukan oleh

pekerja pada saat bekerja adalah mengobrol dengan sesama rekan kerja.

Senda gurau yang mereka lakukan bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan

dan stress akibat pekerjaan mereka dan lingkungan kerja mereka yang dirasa

kurang menyenangkan. Sedangkan hasil observasi pada umumnya pekerja

fokus pada pekerjaan mereka masing-masing, walaupun terkadang pada suatu

saat diselingi dengan sedikit obrolan dengan pekerja lainnya.

Page 143: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

126

5.3.15 Gambaran Bekerja di Bawah Pengaruh Alkohol dan Obat-Obatan

Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan dalam penelitian

ini adalah melakukan pengelasan setelah mengkonsumsi alkohol atau obat-

obatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, diketahui

bahwa mereka tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan yang berbahaya

sebelum atau pada saat bekerja walaupun sebagian besar dari mereka dulu

pernah mengkonsumsi alkohol, sedangkan obat-obatan yang mereka

konsumsi sebelum bekerja adalah vitamin dan jamu untuk mempertahankan

kebugaran fisik mereka pada saat bekerja.

“Kalo alkohol gak, tapi kalo obat-obatan kalo lagi capek aja, di

rumah minum obat-obatan. Kalo sebelum kerja saya gak minum obat-

obatan, ya kalo di rumah aja.” (Bapak AA)

“Kalo saya dulu pernah konsumsi alkohol, kalo obat-obatan gak.

Kalo sekarang udah gak mba, itu pas jaman-jamannya lagi sekolah

aja. Kalo dari rumah sebelum kerja saya minum enerfon C, ya kalo

misalkan pas lagi kerja pusing atau sakit saya ke klinik sebentar, abis

itu kalo udah enakan saya kerja lagi.” (Bapak AB)

“Kalo itu gak pernah ya mba, tapi kalo ngerokok saya iya. Kalo obat-

obatan paling jamu. Kalo jamu itu juga minumnya di rumah sebelum

tidur.” (Bapak AC)

Page 144: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

127

“Kalo alkohol pernah, tapi sekarang udah gak. Itu cuma sekali.

Obat-obatan gak. Saya ngerokok juga gak. Itu pun alkohol juga

bener-bener cuma sekali karena temen, bukan yang tiap minggu

minum. Paling sebelum kerja saya minum vitamin aja mba.” (Bapak

AD)

Page 145: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

128

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Situasi dan kondisi yang kurang kondusif saat berlangsungnya wawancara dapat

mempengaruhi informan memberikan jawabannya. Situasi dan kondisi yang

kurang kondusif tersebut, misalnya suara bising yang ditimbulkan oleh alat-alat

pengelasan.

2. Waktu penelitian dan ruang lingkup observasi yang terbatas menyebabkan

peneliti tidak dapat mengamati objek penelitian secara menyeluruh.

3. Gambaran gagal dalam mengamankan didapatkan melalui wawancara dengan

informan penelitian, sedangkan dari hasil observasi peneliti tidak mendapatkan

informasi tersebut karena keterbatasan waktu peneliti pada saat melakukan

observasi.

4. Gambaran menggunakan peralatan yang rusak didapatkan melalui wawancara

dengan informan penelitian, sedangkan dari hasil observasi peneliti tidak dapat

menemukan informasi tersebut karena keterbatasan kemampuan peneliti dan

ruang lingkup observasi.

5. Gambaran memperbaiki peralatan yang masih beroperasi didapatkan melalui

wawancara dengan informan penelitian, peneliti tidak menemukan pekerja yang

memperbaiki peralatan yang masih beroperasi maupun pekerja yang

Page 146: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

129

memperbaiki sendiri alat kerjanya yang mengalami kerusakan karena pada saat

observasi karena keterbatasan kemampuan peneliti dan ruang lingkup observasi.

6. Gambaran bekerja di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan didapatkan

melalui wawancara dengan informan penelitian, sedangkan peneliti tidak dapat

melakukan obervasi karena keterbatasan kemampuan peneliti.

6.2 Pembahasan Penelitian

6.2.1 Gambaran Melakukan Pekerjaan Tanpa Wewenang

Melakukan pekerjaan tanpa wewenang dalam penelitian ini adalah

pekerjaan pengelasan yang dilakukan oleh pekerja yang tidak mempunyai

skill untuk melakukan jenis pekerjaan pengelasan tertentu dan pekerjaan

pengelasan yang dilakukan tanpa seizin group leader. Unit welding memiliki

jenis-jenis pekerjaan pengelasan yang meliputi pengelasan panel dash,

pengelasan apron front fender, pengelasan cowl top, pengelasan cross

member, pengelasan support radiator, dan pengelasan member main floor.

Pekerja yang diberikan wewenang untuk melaksanakan jenis-jenis pekerjaan

tersebut adalah pekerja yang sebelumnya sudah diberikan pelatihan oleh

perusahaan. Penempatan pekerja pada pos-pos pengelasan di unit welding

disesuaikan dengan pelatihan yang telah diberikan dan ditentukan oleh group

leader sehingga setiap pekerjaan pengelasan di unit welding yang dilakukan

pekerja harus sudah mendapatkan izin dari group leader.

Page 147: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

130

Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan, dapat

disimpulkan bahwa bentuk melakukan pekerjaan tanpa wewenang yang

dilakukan oleh pekerja adalah membantu pekerjaan temannya yang belum

selesai di pos lain yang masih dikuasainya, tetapi mereka melakukan hal itu

tanpa seizin group leader. Hal ini terjadi karena terkadang pekerja tersebut

lupa untuk izin terlebih dahulu. Sebenarnya, pekerjaan pengelasan yang

pekerja lakukan di pos lain tersebut telah dikuasainya karena pekerja tersebut

telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan teori

Suhulman (2008) yang menyatakan bahwa pekerjaan pengelasan harus

dilaksanakan oleh orang yang mempunyai sertifikat juru las sesuai dengan

kelas untuk pekerjaan las yang sedang dilaksanakan. Juru las yang telah

tersertifikasi adalah orang yang diberi wewenang untuk melakukan jenis

pengelasan tertentu dengan suatu syarat mempunyai kecakapan dan

pengalaman teknis serta terampil dalam bidangnya. Sertifikasi tersebut

bertujuan untuk menunjukkan bahwa operator las tersebut benar-benar

mempunyai keahlian, kemampuan, dan keterampilan yang memadai dalam

pengelasan.

Berbeda dengan teori Suhulman (2008), para pekerja yang menjadi

juru/operator las di unit welding tidak memiliki sertifikasi sebagai operator

las. Pekerja di unit welding yang telah mengikuti pelatihan pengelasan dan

telah mempunyai keahlian, kemampuan, dan keterampilan yang cukup dalam

melakukan pengelasan di pos-pos tertentu yang telah ditentukan, group

leader akan mencatatnya di dalam inventory skill. Inventory skill berguna

Page 148: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

131

untuk mencatat perkembangan skill masing-masing pekerja. Oleh karena itu,

pekerja hanya boleh melakukan pengelasan di pos-pos tertentu yang telah

tercatat di dalam inventory skill sesuai dengan keahlian, kemampuan, dan

keterampilan yang mereka miliki.

Akan tetapi, walaupun pekerja tersebut mengusai pekerjaan

pengelasan di pos lain yang dia bantu, dirinya harus tetap mendapatkan izin

group leader terlebih dahulu jika dia ingin membantu temannya di pos lain.

Hal ini sangat penting agar setiap pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja

dapat terkontrol dan termonitor dengan baik. Selain itu, hal ini juga untuk

menghindari risiko yang tidak diinginkan, mengingat setiap pekerjaan

pengelasan di unit welding memiliki risiko yang tinggi, misalnya risiko

tersayatnya tangan, lengan, atau jari oleh panel-panel tajam, risiko tangan

terjepit oleh spot gun, dan risiko bahaya yang lainnya, sehingga setiap

pekerjaan pengelasan harus dilakukan oleh pekerja yang sudah terlatih dan

memahami betul risiko dari pekerjaannya masing-masing serta sudah

mendapatkan izin dari group leader yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk menghindari pekerja untuk melakukan

pekerjaan tanpa wewenang, group leader perlu meningkatkan pengawasan

kepada pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai peraturan yang

telah ditentukan. Menurut Sarwono (1991), pengawasan harus dilakukan

secara berkala atau sesering mungkin sehingga apabila ada kondisi yang

berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera dan

dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

Page 149: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

132

6.2.2 Gambaran Gagal Dalam Mengamankan

Gagal dalam mengamankan dalam penelitian ini adalah group leader

tidak memberikan pengaman, misalnya tanda yang bersifat pengumuman,

untuk alat pengelasan yang mengalami kerusakan. Hasil penelitian yang

didapatkan dari hasil wawancara dengan informan penelitian menunjukkan

bahwa dalam hal ini, group leader, tidak memberi pengaman atau tanda

peringatan pada alat pengelasan yang mengalami kerusakan tersebut karena

sesuai dengan prosedur mereka akan segera melaporkannya kepada

maintenance. Kemudian, pada saat itu juga maintenance akan memperbaiki

alat tersebut dan akan menginformasikannya kepada pekerja lain bahwa ada

alat pengelasan yang mengalami kerusakan sehingga mereka tidak perlu

untuk memberikan tanda pengaman pada peralatan yang mengalami

kerusakan.

Tindakan group leader yang tidak memberikan alat pengaman pada

alat pengelasan yang rusak berbeda dengan teori Suhulman (2008), yang

mengatakan bahwa setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya

kerusakan mesin saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak dan

harus diberi alat pengaman atau memberi tanda yang bersifat pengumuman

yang mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang

penggunaannya sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin

tersebut berada dalam keadaan baik. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada

pekerja lain yang menggunakan mesin atau alat yang mengalami kerusakan

dan juga untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

Page 150: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

133

Berdasarkan teori tersebut, tidak diberikannya tanda pengaman pada

alat pengelasan yang mengalami kerusakan memiliki risiko, walaupun

kerusakan tersebut telah dilaporkan kepada maintenance dan maintenance

telah menginformasikannya kepada semua pekerja. Risikonya adalah bisa

saja ada pekerja yang belum mengetahui informasi tersebut dan pekerja itu

menggunakan alat pengelasan yang rusak. Menggunakan alat pengelasan

yang rusak juga memiliki risiko, seperti jika rusaknya disebabkan karena

gangguan pada listrik, risiko pekerja untuk tersengat arus listrik pun dapat

terjadi.

Oleh karena itu, untuk menghindari risiko tersebut, group leader

sebaiknya memberikan tanda pengaman atau tanda peringatan yang

ditempelkan pada alat pengelasan yang mengalami kerusakan sebelum

maintenance datang memperbaiki. Memberikan tanda pengaman atau tanda

peringatan tersebut merupakan suatu bentuk pemberian informasi kepada

pekerja bahwa terdapat alat pengelasan yang mengalami kerusakan dan alat

tersebut tidak boleh digunakan. Menurut Notoatmodjo (2003), dengan

memberikan informasi-informasi tentang cara-cara bekerja dengan aman,

cara penggunaan alat pelindung diri yang benar, dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat (pekerja) tentang hal tersebut.

Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan

kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Page 151: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

134

6.2.3 Gambaran Menghilangkan Alat Pengaman

Menghilangkan alat pengaman dan membuat alat pengaman tidak

berfungsi dalam penelitian ini adalah melepas alat pengaman (machine

guard) pada alat pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

gerinda sebenarnya memiliki alat pengaman berupa pelindung cakram, tetapi

pelindung cakram tersebut sengaja dilepas karena mengganggu proses

produksi. Para informan mengatakan jika menggunakan pelindung cakram,

permukaan panel yang akan digerinda tidak terlihat karena tertutup oleh

pelindung cakram. Hal ini menyebabkan proses penggerindaan menjadi lama

sehingga dapat menghambat proses produksi dan pencapaian target produksi.

Kasus dilepasnya pelindung cakram pada gerinda karena faktor

ketidaknyamanan juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

International Labour Office (1989) yang mengatakan bahwa pada beberapa

kasus, biasanya pengaman yang dibuat hanya mengutamakan kepentingan

persyaratan hukum atau menghindari satu risiko dan kurang memikirkan

pengaruh pengaman terhadap produksi atau gangguan yang dapat

ditimbulkan para pekerja. Hal ini dapat menghambat proses produksi dan

menyebabkan operator tidak nyaman bekerja karena permukaan panel yang

akan digerinda tidak terlihat karena tertutup oleh pelindung cakram.

Akibatnya, pekerja akan menyingkirkan pengaman tersebut yang

menyebabkan fungsinya hilang. Hal ini sangat berbahaya karena dapat

memperbesar peluang kontak antara tubuh dengan mesin gerinda berbahaya.

Apabila hal ini terjadi, kecelakaan kerja pun tidak dapat terelakkan.

Page 152: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

135

Alat pengaman (safety device) dipasang pada fasilitas kerja atau

mesin yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk

menjamin keselamatan para pekerja. Berbagai alat pengaman berfungsi

secara mekanik, seperti misalnya alat pengaman untuk mesin pres atau katup

pengaman pada ketel uap. Alat pengaman, seperti alat penutup pengaman gir

atau gerinda, dipasang secara tetap di satu tempat. Peralatan pengaman

merupakan peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada tempat-tempat

tertentu dan berfungsi untuk memberi keamanan tambahan bagi para pekerja

(O’Brien, 1974 dalam Helliyanti, 2009).

Tujuan alat pengaman pada mesin adalah mencegah suatu bagian

tubuh atau pakaian pekerja agar jangan tersentuh bagian berbahaya mesin

yang sedang bergerak. Sebuah mesin mungkin dirancang dan dibuat

sedemikian rupa sehingga semua daerah berbahaya yang ada tertutup atau

terlindungi. Pengaman mesin dan alat pelindung lainnya dapat dipasang pada

mesin. Metode manapun yang dipakai, sebuah pengaman yang berhasil

adalah yang memungkinkan pekerja mengoperasikan mesin dengan mudah

tanpa risiko atau takut terluka (International Labour Office, 1989).

Sama halnya dengan pelindung cakram pada gerinda, pelindung

cakram ini berfungsi untuk melindungi pekerja dari risiko muka dan badan

terkena percikan api yang ditimbulkan dari proses penggerindaan, risiko

muka dan mata terkena serpihan logam pada saat penggerindaan, dan risiko

tangan pekerja kontak dengan cakram gerinda pada saat menggunakannya

Page 153: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

136

sehingga kegunaan pelindung cakram tersebut sangat penting untuk

keselamatan pekerja yang menggunakannya.

Oleh karena itu, untuk menghindari risiko-risiko tersebut, pelindung

cakram pada gerinda jangan dilepas dan tetap dipasang. Akan tetapi,

pelindung cakram tersebut dipasang dengan posisi agak menyamping

sehingga tidak menutupi permukaan panel yang akan digerinda.

6.2.4 Gambaran Menggunakan Peralatan yang Rusak

Menggunakan peralatan yang rusak dalam penelitian ini adalah

mengoperasikan alat pengelasan yang tidak berfungsi dengan baik. Menurut

Silalahi (1985), peralatan kerja yang digunakan harus berfungsi dengan baik

dan dalam kondisi layak pakai. Menggunakan peralatan kerja yang sudah

tidak layak pakai dapat membahayakan keselamatan pekerja. Akan tetapi,

teori tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa

masih ada pekerja yang tetap menggunakan alat yang tidak berfungsi dengan

baik pada saat bekerja. Pekerja melakukan hal tersebut karena dirinya

khawatir pekerjaan mereka akan terbengkalai sehingga dia menunda untuk

melaporkannya kepada maintenance.

Prosedur yang benar yang harus dilakukan oleh pekerja jika terdapat

alat kerja yang mengalami kerusakan adalah pekerja tersebut harus segera

melapor kepada maintenance karena maintenance adalah pihak yang

berwenang untuk memperbaiki segala kerusakan, baik itu ringan maupun

berat, pada alat-alat kerja. Pekerja tidak diperkenankan untuk tetap

menggunakan alat kerja mereka yang mengalami kerusakan tanpa seizin

Page 154: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

137

group leader mereka karena hal tersebut tetap memiliki risiko yang dapat

mengancam pekerja. Risiko tersebut misalnya risiko tersengat arus listrik

karena semua alat pengelasan di unit welding menggunakan arus listrik.

Oleh karena itu, untuk mencegah pekerja menggunakan alat

pengelasan yang rusak, pekerja harus segera melapor kepada maintenance

atau group leader mereka ketika mengetahui alat kerja yang mereka gunakan

mengalami kerusakan, baik itu rusak ringan maupun rusak berat. Selain itu,

sebaiknya group leader memberikan sanksi tegas terhadap pekerja yang

diketahui tetap menggunakan alat pengelasan yang rusak.

6.2.5 Gambaran Tidak Menggunakan APD Dengan Benar

Tidak menggunakan APD dengan benar dalam penelitian adalah tidak

memakai helm, safety glasses, sarung tangan, pelindung nadi atau pelindung

tangan, masker, otto, kedok las, dan safety shoes pada saat melakukan

pengelasan. Menurut Bintoro (1999), demi keamanan dan kesehatan tubuh,

operator las harus memakai alat-alat yang mampu melindungi tubuh dari

bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat pengelasan. Perlengkapan tersebut,

antara lain pelindung muka, safety glasses, masker wajah, pakaian las, apron,

sarung tangan, dan sepatu las.

APD yang harus digunakan oleh operator las di unit welding telah

sesuai dengan dengan yang dikemukakan oleh Bintoro (1999), yaitu, helm,

masker, earplug, safety glasses, pelindung tangan dan lengan, safety shoes,

kedok las, sarung tangan, dan otto. APD tersebut wajib digunakan pekerja

pada saat melakukan pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih

Page 155: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

138

terdapat pekerja di unit welding yang melepas APD pada saat melakukan

pengelasan, diantaranya adalah:

1. Pekerja tidak menggunakan safety glasses pada saat melakukan

pengelasan. Hal ini disebabkan karena safety glasses yang mereka pakai

sudah kusam akibat cara pemeliharaan pekerja yang kurang baik terhadap

safety glasses tersebut sehingga mengganggu pandangan pekerja pada

saat mengelas dan mereka terkadang malas untuk memakainya.

Penggunaan safety glasses pada saat pengelasan sangat penting karena

safety glasses dapat melindungi mata pekerja dari risiko percikan api

yang timbul akibat pengelasan yang dapat mengenai dan melukai mata

pekerja.

2. Pekerja tidak menggunakan masker pada saat melakukan pengelasan. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, pertama, pada pekerjaan

pemasangan nut, pekerja tidak menggunakan masker karena asap yang

ditimbulkan dari stud weld (alat pengelasan untuk memasang nut) tidak

terlalu banyak. Sebenarnya, ketika melakukan proses pengelasan,

termasuk pemasangan nut, pekerja wajib untuk memakai masker untuk

melindungi pekerja dari bahaya paparan asap dan debu yang ditimbulkan

dari proses pengelasan. Asap dan debu yang ditimbulkan pada proses

pengelasan sangat berbahaya bagi paru-paru dan dapat mengganggu

pernapasan pekerja. Asap dan debu yang ditimbulkan oleh stud weld

memang tidak terlihat, tetapi asap yang ditimbulkannya tetap memiliki

bahaya. Banyak pekerja yang menganggap bahwa hal tersebut tidak

Page 156: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

139

berbahaya sehingga banyak dari mereka yang tidak menggunakan masker

pada saat melakukan pemasangan nut. Kedua, pekerja tidak

menggunakan masker karena merasa gerah dan tidak nyaman ketika

memakainya.

Tindakan pekerja yang tidak menggunakan safety glasses dan masker

pada saat mengelas belum sesuai dengan teori Suhulman (2008) yang

mengatakan bahwa setiap pekerja pengelasan harus memakai apron, sarung

tangan dan perlengkapan pelindung lain, sarung tangan yang kering untuk

melindungi tangan dari kemungkinan terkena aliran listrik (electric shock),

pakailah penutup mulut dan hidung sebagai filter agar asap dan gas yang

timbul pada saat pengelasan tidak berbahaya bagi kesehatan. Selain itu,

Rijanto (2011) juga mengatakan bahwa pada waktu melaksanakan pekerjaan,

badan kita harus benar-benar terlindung dari kemungkinan terjadinya

kecelakaan. Untuk melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan akibat

kecelakaan maka badan kita perlu menggunakan alat-alat pelindung ketika

melaksanakan suatu pekerjaan. Personal Protective Equipment atau Alat

Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya

kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah pekerja yang tidak

menggunakan APD dengan benar, antara lain:

Page 157: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

140

1. Foreman dan group leader memberikan pelatihan kepada pekerja cara

memelihara APD yang mereka gunakan, khususnya safety glasses,

sehingga safety glasses tersebut nyaman digunakan dan tidak cepat rusak.

Menurut The Trainer’s Library (1978) dalam Helliyanti (2009), pelatihan

adalah kegiatan yang didesain untuk membantu meningkatkan pekerja

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan meningkatkan sikap,

perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik

yang sekarang menjadi tanggungjawabnya sehingga tujuan organisasi

dapat tercapai. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, tetapi pengetahuan sangat penting diberikan sebelum

individu melakukan suatu tindakan. Tindakan akan sesuai dengan

pengetahuan apabila individu menerima isyarat yang cukup kuat

memotivasi dia bertindak sesuai dengan pengetahuannya.

2. Pekerja harus segera melapor kepada group leader jika APD yang

mereka gunakan sudah rusak sehingga dapat segera diganti.

3. Meningkatkan pengawasan kepada pekerja setiap harinya dalam

penggunaan APD pada saat mengelas dan menindak tegas pekerja yang

diketahui tidak menggunakan APD pada saat mengelas. Dari hasil

penelitian oleh Meisya (2008) secara statistik terdapat hubungan antara

pengawasan dengan perilaku tidak selamat. Disebutkan bahwa

pengawasan dari supervisor secara langsung akan berpengaruh baik pada

perilaku selamat pekerjanya.

Page 158: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

141

6.2.6 Gambaran Pengisian/Pembebanan yang Tidak Sesuai

Pengisian atau pembebanan yang tidak sesuai dalam penelitian ini

adalah membawa panel secara berlebihan melebihi dari jumlah atau standar

yang diizinkan. Jumlah panel maksimal yang diizinkan untuk dibawa yaitu

10 kg atau 5 buah panel ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat seorang pekerja yang membawa beban melebihi dari jumlah yang

diizinkan. Pekerja tersebut mengatakan bahwa dirinya biasa membawa 30

buah panel ringan. Jumlah yang dibawa oleh pekerja tersebut melebihi dari

jumlah panel maksimal yang diizinkan. Pekerja tersebut beralasan agar lebih

efisien dan agar pekerjaannya cepat selesai dan hal itu dilakukan tanpa seizin

group leader.

Tindakan yang dilakukan oleh pekerja tersebut sangat berbahaya

karena jika beban panel yang diangkat oleh seorang pekerja terlalu banyak

dikhawatirkan akan membahayakan dirinya sendiri. Apalagi panel-panel

yang dibawa pekerja sangat tajam dan ketika pekerja membawa panel dalam

jumlah yang berlebih, tiba-tiba suatu hal yang tidak diinginkan terjadi,

misalnya pekerja tersebut jatuh, maka panel-panel yang tajam itu dapat

melukai dirinya. Hal ini sesuai dengan teori Hendarta (2012) yang

mengatakan bahwa penyebab lain terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat

beban yang berlebihan sehingga melebihi kemampuan tubuh dalam

menyangga (over load). Membawa atau mengangkat barang yang terlalu

berat, terlalu besar, dan sulit untuk dipegang akan membahayakan diri kita.

Page 159: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

142

Oleh karena itu, jika pekerja ingin membawa panel dalam jumlah

yang banyak, hendaklah menggunakan kereta dorong yang telah disediakan.

Cara ini lebih aman dan efisien dibandingkan harus membawanya sendiri.

Cara ini juga sesuai dengan Hendarta (2012) yang mengatakan bahwa akan

jauh lebih aman bagi pekerja untuk meminta bantuan orang lain atau

menggunakan alat bantu saat menemui barang-barang yang berat dalam

bekerja.

6.2.7 Gambaran Cara Mengangkat yang Salah

Cara mengangkat yang salah dalam penelitian ini adalah mengambil

panel tidak mengikuti instruksi yang diberikan oleh foreman dan group

leader. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara mengangkat panel yang

benar adalah dalam posisi agak jongkok dengan bertumpu pada lutut atau

kaki, kemudian pada saat membawanya tubuh harus berada dalam posisi

tegak. Akan tetapi, masih ada beberapa pekerja yang melakukan cara yang

salah dalam mengangkat panel, yaitu dengan tubuh membungkuk. Hal ini

dilakukan oleh pekerja karena mereka lupa atau terburu-buru. Selain itu,

dengan membungkuk dinilai lebih cepat dibandingkan harus dengan posisi

agak jongkok dan menilai posisi tersebut nyaman bagi dirinya.

Mengangkat beban dengan cara membungkuk seperti yang dilakukan

oleh beberapa pekerja di unit welding merupakan cara mengangkat beban

yang kurang tepat. Mengangkat beban dengan posisi membungkuk berarti

pekerja tersebut menggunakan tulang punggung sebagai tumpuannya.

Menurut Solihin (2005), tulang punggung manusia bukanlah mesin angkat

Page 160: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

143

yang efisien dan dapat mudah rusak bila dipergunakan cara–cara yang tidak

benar. Selain itu, hal ini sangat berbahaya karena penggunaan otot-otot

punggung dan tulang belakang yang berlebihan dan kesalahan dalam

aktivitas mengangkat sangat memungkinkan pekerja pengangkut barang akan

mengalami gangguan nyeri punggung bawah (Nurmianto, 1996).

Menurut Nurmianto (1996), pekerjaan mengangkat barang sering

menyebabkan cedera pada punggung bawah. Pekerjaan mengangkut barang

adalah satu pekerjaan yang berisiko terjadinya cedera kesakitan pada

punggung. Pekerjaan ini membutuhkan aktivitas mengangkat beban yang

cukup berat dan berulang-ulang sehingga membutuhkan peran yang sangat

besar dari otot-otot punggung dan tulang belakang. Menurut Sidharta (1984)

dalam Noor (2011), penggunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat

tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau posisi yang salah untuk jangka

waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung akan

berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat

aktivitas/gerakan yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada

otot-otot punggung bawah, misalnya mengangkat beban yang berat dengan

posisi yang salah (tubuh membungkuk) dengan lutut lurus dan jarak beban

jauh dari tubuh.

Sebanyak 80% populasi orang dewasa dalam rentan hidupnya akan

mengalami cedera punggung bawah. Cedera ini biasanya disebabkan oleh

kesalahan dalam teknik mengangkat suatu benda dan juga penggunaan yang

berlebihan. Dengan menggunakan teknik mengangkat yang benar diikuti

Page 161: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

144

dengan latihan penguluran dan penguatan, Anda dapat mengurangi risiko

cedera punggung. Sekitar 74% cedera tulang belakang disebabkan karena

aktivitas mengangkat. Mengingat tingginya risiko cedera tulang belakang

pada aktivitas mengangkat maka hal ini perlu mendapatkan perhatian

tersendiri dengan teknik mengangkat yang benar (Tarwaka, 2004).

Menurut Silalahi (1985), sewaktu mengangkat dan membawa, bagian

tubuh yang paling terpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung.

Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat (diukur dalam

kilogram gaya) jika beban semakin berat. Teknik mengangkat dan membawa

yang tepat akan memungkinkan beban maksimum karena beban tersebut

tidak lagi tergantung pada tulang punggung melainkan pada otot tubuh.

Teknik ini hanya dapat diterapkan melalui latihan. Secara garis besar, teknik

mengangkat yang benar menurut Tarwaka (2004), yaitu:

1. Posisi tulang belakang dan punggung harus tetap lurus atau tidak

membungkuk.

2. Kedua tungkai ditekuk ke arah posisi jongkok sehingga tenaga angkat

yang digunakan untuk mengangkat beban tidak murni berasal dari

kontraksi otot-otot punggung.

3. Pegangan atau handling terhadap barang yang akan diangkat harus kuat.

4. Lengan berada sedekat mungkin dengan badan

5. Dagu segera ditarik setelah kepala ditegakkan

6. Posisi kaki merenggang untuk membagi momentum dalam posisi

mengangkat.

Page 162: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

145

7. Badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, gaya untuk gerakan

dan perimbangan.

8. Beban diusahakan sedekat mungkin dengan garis vertical yang melalui

pusat gravitasi tubuh.

9. Untuk beban yang akan diangkat, usahakan pada posisi yang tidak terlalu

rendah.

10. Usahakan jumlah beban yang akan diangkat tidak melebihi batas

kemampuan individu yang akan mengangkat.

Oleh karena itu, untuk mencegah pekerja melakukan cara mengangkat

panel yang salah, sebaiknya group leader memberikan pelatihan kepada

pekerja akan teknik atau cara mengangkat panel yang baik dan benar sesuai

dengan teknik yang diutarakan oleh Tawarka (2004). Selain itu, dengan

pelatihan tersebut juga dapat memberikan pengetahuan kepada pekerja akan

risiko bahaya yang timbul akibat cara mengangkat yang salah. Berdasarkan

ILO (1989), pelatihan merupakan komponen utama dari beberapa program

keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan pendidikan dan pelatihan, pekerja

mengetahui faktor-faktor bahaya di tempat kerja, risiko bahaya, kerugian

akibat kecelakaan yang ditimbulkan, bagaimana cara kerja yang baik, serta

mengetahui tanggung jawab dan tugas dari manajemen dalam meningkatkan

kewaspadaan mereka terhadap bahaya potensial.

6.2.8 Gambaran Posisi Tubuh yang Salah

Posisi tubuh yang salah dalam penelitian ini adalah postur tubuh

pekerja yang janggal pada saat melakukan pengelasan. Menurut Suma’mur

Page 163: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

146

(1999), sikap atau posisi tubuh dalam bekerja memiliki hubungan yang

positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus

berdiri, duduk, atau dalam sikap posisi kerja yang lain, dimana

pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap/posisi

kerja akan sangat penting. Menurut Wignjosoebroto (2003), beberapa jenis

pekerjaan akan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang

cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa

pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan

berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan

mengakibatkan pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan, dan

menderita cacat tubuh. Postur yang baik merupakan bagian penting dalam

pemeliharaan diri.

Posisi yang tidak nyaman dalam bekerja seperti yang diutarakan oleh

Wignjosoebroto (2003), juga dirasakan oleh sebagian besar pekerja di unit

welding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka melakukan pengelasan

dalam posisi berdiri selama kurang lebih 8 jam kerja. Posisi mereka pada saat

berdiri adalah dengan tubuh membungkuk. Menurut hasil wawancara dan

observasi yang dilakukan oleh peneliti hal ini disebabkan karena posisi meja

panel (jig) tempat mereka mengelas agak lebih rendah sehingga mereka harus

membungkuk. Menurut salah satu informan tinggi meja panel tersebut sekitar

90 cm. Mereka merasa, posisi tersebut membuat anggota tubuh mereka terasa

nyeri, seperti leher dan punggung, serta terasa lelah.

Page 164: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

147

Posisi tubuh pekerja yang agak membungkuk pada saat berdiri tidak

sesuai dengan teori Wignjosoebroto (2003) yang mengatakan bahwa ketika

berdiri harus berada dalam posisi yang benar untuk menjaga otot-otot dan

tubuh dalam kondisi yang baik. Untuk itu, pekerja harus menghindari sikap

malas, posisi punggung yang membungkuk atau posisi tubuh yang membuat

lekukan pada tulang punggung ketika sedang bekerja. Saat berjalan harus

dibiasakan berdiri dengan benar, berat tubuh harus terbagi sama rata untuk

mendapatkan keseimbangan tubuh. Selain dari sikap tubuh saat berdiri, sikap

duduk yang baik pun penting diperhatikan untuk mencegah kelelahan pada

umumnya dan ketegangan pada punggung. Sikap duduk yang baik yaitu

punggung tegak dan posisi duduk menekan bagian belakang.

Keluhan yang dirasakan pekerja yang diakibatkan oleh posisi berdiri

mereka yang agak membungkuk juga senada dengan yang dikemukakan oleh

dr. Beverly Marr dalam Koran Jakarta (2012) yang mengatakan bahwa

perubahan postur tubuh yang terjadi akibat terlalu sering duduk atau berdiri

dalam posisi yang salah tidak hanya menyebabkan nyeri berkepanjangan,

tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Postur

tubuh yang buruk dapat membuat seseorang merasa sakit dan nyeri, terutama

di area punggung dan leher. Selain itu, posisi tubuh yang membungkuk

membuat seseorang tidak bisa bernapas dengan lancar sehingga menjadi

mudah lelah. Area perut yang selalu dalam kondisi menekuk juga dapat

mengganggu kerja pencernaan.

Page 165: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

148

Menurut Wignjosoebroto (2003) membiasakan diri dengan kondisi

postur yang baik akan membantu dalam mencegah berbagai gangguan fisik,

seperti kelelahan, memperbaiki bentuk tubuh, memberi kesan penampilan

diri lebih luwes dan tidak kaku. Disiplin diri merupakan unsur yang

menentukan bagi suatu kepribadian yang tertib, tenang, menyenangkan serta

menyehatkan. Berdiri dalam posisi yang benar akan menjaga otot-otot dan

tubuh dalam kondisi yang baik.

Oleh karena itu, untuk menjaga posisi tubuh pekerja pada posisi yang

baik dan benar pada saat pengelasan, sebaiknya meja panel yang digunakan

untuk mengelas didesain kembali dengan mempertimbangkan faktor

ergonomi sehingga dapat membuat pekerja berada dalam posisi yang nyaman

dan benar pada saat pengelasan dan hal ini juga dapat mencegah risiko

kelelahan dan nyeri otot akibat posisi yang salah dalam bekerja. Hal ini

sesuai dengan Suma’mur (1999), yang mengatakan bahwa pertimbangan-

pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap/posisi kerja sangat

penting.

6.2.9 Gambaran Memperbaiki Peralatan yang Sedang Beroperasi

Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi dalam penelitian ini

adalah membetulkan alat pengelasan yang rusak dalam kondisi mesin masih

menyala. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian informan yang merupakan

pekerja, memperbaiki sendiri alat pengelasan mereka yang mengalami

kerusakan, seperti mengganti tip gun yang mengalami kerusakan atau

mengganti selang yang bocor. Hal ini mereka lakukan karena alat pengelasan

Page 166: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

149

mereka perbaiki hanya rusak ringan. Selain itu, mereka memilih untuk

memperbaiki sendiri alat pengelasan mereka yang rusak ringan karena hal itu

jauh lebih cepat, lebih efektif, dan menghemat waktu daripada mereka harus

memanggil maintenance, mengingat mereka harus dapat mencapai target

produksi yang telah ditentukan. Hal tersebut juga diperbolehkan oleh group

leader mereka. Pada saat mereka memperbaiki alat pengelasan mereka yang

mengalami kerusakan, mereka telah mematikan terlebih dahulu mesin dari

alat pengelasan tersebut.

Tindakan pekerja yang memperbaiki sendiri alat pengelasan yang

mengalami kerusakan adalah termasuk melakukan pekerjaan tanpa

wewenang karena prosedur yang benar jika ada alat-alat pengelasan yang

mengalami kerusakan mereka wajib melapor kepada maintenance karena

maintenance adalah pihak yang bertanggung jawab dan ahli untuk

memperbaiki alat-alat pengelasan yang mengalami kerusakan, baik itu rusak

ringan maupun rusak berat. Pekerjaan memperbaiki alat-alat pengelasan

mempunyai risiko. Oleh karena itu, hal tersebut harus dilakukan oleh orang-

orang yang mempunyai keahlian untuk memperbaikinya dan jika dilakukan

oleh orang-orang yang tidak mempunyai keahlian, dikhawatirkan akan

menimbulkan risiko yang berbahaya.

Risiko tersebut dapat terlihat pada satu kasus kecelakaan kerja yang

pernah terjadi di unit welding, dimana ada salah seorang pekerja yang lupa

mematikan mesin dari spot welding gun yang sedang dia perbaiki. Akibatnya

tombol switch dari alat tersebut tertekan olehnya dan pada akhirnya jarinya

Page 167: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

150

terjepit diantara kedua tembaga pada spot welding gun. Kasus tersebut

bertolak belakang dengan teori yang diungkapkan oleh Suhulman (2008)

dimana dalam memperbaiki peralatan kerja yang menggunakan aliran listrik,

diharuskan untuk mematikan terlebih dahulu aliran listrik pada alat tersebut

karena untuk mengisolir bagian sistem tenaga listrik pada alat tersebut agar

aman untuk kerja ketika memperbaikinya. Memperbaiki peralatan yang

sedang beroperasi atau memperbaiki peralatan tanpa mematikan terlebih

dahulu aliran listriknya merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya

yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, ada seorang

pekerja yang sedang memperbaiki suatu mesin/peralatan, tiba-tiba tanpa

disengaja mesinnya menyala dan pada akhirnya membahayakan pekerja

tersebut.

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kasus serupa, sebaiknya

group leader untuk tidak mengizinkan atau menganjurkan pekerja untuk

memperbaiki sendiri alat pengelasan yang mengalami kerusakan. Hal

tersebut memiliki risiko bahaya bagi pekerja yang memperbaikinya dan

pekerja tersebut juga tidak mempunyai keterampilan untuk memperbaiki alat

pengelasan yang mengalami kerusakan.

6.2.10 Gambaran Berkelakar atau Bersenda Gurau

Berkelakar atau bersenda gurau dalam penelitian ini adalah bercanda

dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pengelasan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada umumnya bentuk senda gurau yang dilakukan oleh

pekerja pada saat bekerja adalah mengobrol dengan sesama rekan kerja. Para

Page 168: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

151

informan mengatakan senda gurau yang mereka lakukan bertujuan untuk

menghilangkan kejenuhan dan stress akibat pekerjaan mereka dan

lingkungan kerja mereka yang dirasa kurang menyenangkan. Mereka juga

mengatakan senda gurau yang mereka lakukan tidak berbahaya.

Senda gurau pada saat bekerja dapat mengganggu konsentrasi mereka

pada saat melakukan pengelasan seperti yang dikemukakan oleh Apri (2012)

yang mengatakan bahwa bersenda gurau pada saat bekerja sangat dilarang

karena dapat mengganggu konsentrasi pekerja sehingga pekerja kurang fokus

terhadap pekerjaannya, apalagi jika pekerja tersebut bekerja dengan peralatan

atau tempat kerja yang berbahaya. Hal tersebut akan membuat pekerja

berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam bekerja yang akibatnya dapat

menyebabkan kecelakaan kerja. Bersenda gurau pada saat bekerja merupakan

suatu perilaku yang harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian

yang sangat fatal sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material,

tetapi juga dapat menyebabkan kerugian non material.

Oleh karena itu, untuk mencegah risiko kecelakaan kerja akibat

bersenda gurau pada saat bekerja, sebaiknya group leader mengingatkan dan

mengawasi pekerja agar tetap fokus pada saat mengelas. Menurut Sarwono

(1991), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala dan intens kondisi

yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman dapat diketahui dengan segera

dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya.

Page 169: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

152

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, dapat disimpulkan bahwa dari

15 bentuk perilaku tidak aman yang diteliti, terdapat 5 bentuk perilaku tidak aman

yang tidak ditemukan di unit welding yang meliputi gagal dalam memberi

peringatan, bekerja dengan kecepatan berbahaya, membuat alat pengaman tidak

berfungsi, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, bekerja di bawah pengaruh

alkohol dan obat-obatan. Sisanya, terdapat 10 bentuk perilaku tidak aman yang

ditemukan di unit welding PT. Gaya Motor yang meliputi:

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang yaitu pekerja membantu pekerjaan

temannya yang belum selesai di pos lain yang masih dikuasainya, tetapi

mereka melakukan hal itu tanpa seizin group leader. Hal ini terjadi karena

terkadang pekerja tersebut lupa untuk izin terlebih dahulu kepada group leader.

2. Gagal dalam mengamankan yaitu group leader tidak memberikan tanda

peringatan/pengumuman yang menandakan bahwa alat tersebut sedang

mengalami kerusakan karena sesuai dengan prosedur mereka akan segera

melaporkannya kepada maintenance. Kemudian, pada saat itu juga

maintenance akan memperbaiki alat tersebut dan akan menginformasikan

kepada pekerja lain bahwa ada alat pengelasan yang mengalami kerusakan.

3. Menghilangkan alat pengaman yaitu terlihat pada gerinda pada gerinda

sebenarnya memang memiliki alat pengaman yaitu pelindung cakram, tetapi

Page 170: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

153

pelindung cakram tersebut sengaja dilepas karena mengganggu proses produksi

dan pencapaian target produksi. Hal itu juga sudah mendapatkan persetujuan

dari foreman.

4. Menggunakan peralatan yang rusak yaitu terdapat pekerja yang tetap

menggunakan alat kerjanya yang rusak karena dia merasa pekerjaannya sedang

banyak dan takut pekerjaannya terbengkalai sehingga dia menunda untuk

melaporkannya kepada maintenance. Padahal prosedur yang benar jika alat

kerja yang mereka gunakan rusak adalah segera melaporkannya kepada

maintenance.

5. Tidak menggunakan APD dengan benar, meliputi yang pertama, pekerja tidak

menggunakan masker yang disebabkan karena merasa gerah ketika

memakainya, operator stud weld terkadang tidak menggunakan masker karena

menurutnya asap yang ditimbulkan oleh stud weld tidak begitu banyak, dan ada

pekerja yang tidak memakai masker dengan alasan lupa akibat terburu-buru.

Kedua, pekerja tidak menggunakan safety glasses karena safety glasses yang

mereka gunakan sudah kusam akibat kesalahan pekerja dalam membersihkan

safety glasses tersebut sehingga bila dipakai akan mengganggu pandangan

pekerja dalam pengelasan dan ada juga pekerja yang malas menggunakannya.

Beberapa pekerja melakukan hal tersebut di luar sepengetahuan group leader

mereka karena hal tersebut memang tidak boleh dilakukan.

6. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai yaitu masih terdapat pekerja yang

membawa panel melebihi jumlah maksimal panel yang boleh dibawa. Pekerja

tersebut membawa 30 buah panel ringan karena cara tersebut dinilai lebih cepat

Page 171: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

154

dan efisien dan pekerja tersebut melakukannya tanpa sepengetahuan group

leader.

7. Cara mengangkat yang salah yaitu terdapat beberapa pekerja yang mengangkat

panel dengan tubuh membungkuk. Hal ini dilakukan oleh pekerja karena

mereka lupa atau terburu-buru. Selain itu, mereka menilai dengan

membungkuk dinilai lebih cepat dibandingkan harus dengan posisi agak

jongkok menilai posisi tersebut nyaman bagi mereka.

8. Posisi tubuh yang salah yaitu pada saat bekerja rata-rata pekerja mengelas

dalam posisi berdiri dengan tubuh membungkuk. Hal ini dikarenakan posisi

meja panel (jig) tempat mereka mengelas agak lebih rendah dari tubuh pekerja.

Hal ini yang mungkin membuat pekerja sering merasa pegal-pegal.

9. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi, dalam hal ini ditemukan

pekerja yang melakukan pekerjaan tanpa wewenang yaitu sebagian pekerja,

memperbaiki sendiri alat pengelasan mereka yang mengalami kerusakan,

seperti mengganti tip gun yang mengalami kerusakan atau mengganti selang

yang bocor. Hal ini mereka lakukan karena alat pengelasan mereka perbaiki

hanya rusak ringan. Selain itu, mereka memilih untuk memperbaiki sendiri alat

pengelasan mereka yang rusak ringan karena hal itu jauh lebih cepat, lebih

efektif, dan menghemat waktu daripada mereka harus memanggil maintenance.

Padahal prosedur yang benar yang harus dilakukan oleh pekerja jika terdapat

alat kerja yang mengalami kerusakan adalah pekerja tersebut harus segera

melapor kepada maintenance karena maintenance adalah pihak yang

berwenang untuk memperbaiki segala kerusakan, baik itu ringan maupun berat,

Page 172: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

155

pada alat-alat kerja. Sedangkan pada saat memperbaikinya, pada umumnya

pekerja akan mematikan terlebih dahulu mesin pengelasan yang akan mereka

perbaiki, tetapi pernah terjadi kasus kecelakaan kerja yang disebabkan pekerja

lupa untuk mematikan mesin pengelasan yang sedang dia perbaiki.

10. Bersenda gurau pada saat bekerja yaitu pada saat bekerja/mengelas pekerja

terkadang mengobrol dengan sesama rekan kerjanya. Hal ini mereka lakukan

bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan stres akibat pekerjaan mereka

dan lingkungan kerja mereka yang dirasa kurang menyenangkan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan beberapa

saran-saran berdasarkan hasil penelitian dan saran untuk penelitian lebih lanjut.

7.2.1 Saran Berdasarkan Hasil Penelitian

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti untuk mengurangi bentuk

perilaku tidak aman pada pekerja di unit welding, antara lain:

a. Umum

1. Sebaiknya perlu ditingkatkan pengawasan setiap harinya kepada

pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai peraturan yang

telah ditentukan dan memberikan sanksi tegas kepada pekerja yang

melanggarnya.

b. Khusus

1. Sebaiknya group leader memberikan tanda pengaman atau tanda

peringatan pada alat pengelasan yang mengalami kerusakan sebelum

Page 173: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

156

maintenance datang memperbaiki. Memberikan tanda pengaman atau

tanda peringatan tersebut merupakan suatu bentuk pemberian

informasi kepada pekerja bahwa terdapat alat pengelasan yang

mengalami kerusakan dan alat tersebut tidak boleh digunakan.

2. Sebaiknya pelindung cakram pada gerinda jangan dilepas dan tetap

dipasang. Pelindung cakram tersebut dipasang dengan posisi agak

menyamping sehingga tidak menutupi permukaan panel yang akan

digerinda.

3. Setiap pekerja harus segera melapor kepada maintenance atau group

leader ketika mengetahui alat kerja yang mereka gunakan mengalami

kerusakan, baik itu rusak ringan maupun berat dan sebaiknya group

leader memberikan sanksi yang tegas terhadap pekerja yang tetap

menggunakan alat kerjanya yang rusak.

4. Sebaiknya foreman dan group leader memberikan pelatihan kepada

pekerja bagaimana cara memelihara yang baik APD yang mereka

gunakan, khususnya safety glasses sehingga safety glasses tersebut

nyaman digunakan dan tidak cepat rusak.

5. Pekerja harus segera melapor kepada group leader jika APD yang

mereka gunakan sudah rusak sehingga dapat segera diganti.

6. Sebaiknya jika pekerja ingin membawa panel dalam jumlah yang

banyak, hendaklah menggunakan kereta dorong yang telah

disediakan. Cara ini lebih aman dan efisien dibandingkan harus

membawanya sendiri.

Page 174: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

157

7. Sebaiknya foreman dan group leader memberikan pelatihan kepada

pekerja akan teknik atau cara mengangkat panel yang baik dan benar.

8. Sebaiknya meja panel yang digunakan untuk mengelas didesain

kembali dengan mempertimbangkan faktor ergonomi sehingga dapat

membuat pekerja berada dalam posisi yang nyaman dan benar pada

saat pengelasan dan hal ini juga dapat mencegah risiko kelelahan dan

nyeri otot akibat posisi yang salah dalam bekerja.

9. Sebaiknya foreman ataupun group leader untuk tidak mengizinkan

pekerja untuk memperbaiki sendiri alat pengelasan yang mengalami

kerusakan walaupun itu hanya rusak ringan karena hal tersebut tetap

memiliki risiko bahaya bagi pekerja yang memperbaikinya dan

pekerja tersebut juga tidak mempunyai keterampilan untuk

memperbaiki alat pengelasan yang mengalami kerusakan.

7.2.2 Saran Untuk Penelitian Berikutnya

Saran untuk penelitian berikutnya adalah sebaiknya dilakukan

penelitian lanjutan secara kualitatif mengenai penyebab dasar perilaku tidak

aman pada pekerja di unit welding PT. Gaya Motor ataupun di perusahaan

lain, khususnya yang bergerak di bidang industri manufaktur.

Page 175: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

158

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, P dan Dewi. 1999. Jurnal Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan Di

Laboratorium Proses Produksi FTI- UAJ. Jurnal Teknologi Industri. Universitas

Atmajaya: Bandung

Apri. 2012. Unsafe Action dan Unsafe Condition dalam

http://qhseconbloc.wordpress.com/2012/01/26/unsafe-action-unsafe-condition/

diakses pada tanggal 12 Juni 2012 pukul 16.08 WIB

Bintoro, A. 1999. Dasar – Dasar Pekerjaan Las. Kanisius: Yogyakarta

Bird, E. Frank, Germain, L. George. 1990. Practical Loss Control Leadership. Institute

Publishing: Georgia

Dessler, Gerry. 1986. Manajemen Personalia. Erlangga: Jakarta.

Djamiko. 2008. Modul Teori Pengelasan Logam. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Fakultas Teknik UNY: Yogyakarta

Hadari, Nawawi.1987. Metode Penelitian Sosial. Gajah Mada University Press:

Yogyakarta

Harsono, Toshie. 1996. Teknologi Pengelasan Logam. Pradnya Paramita: Jakarta

Heinrich, H.W. 1980. Industrial Accident Prevention. Mc. Graw Hill Book Company:

New York.

Helliyanti, Putri. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman

Di Dept. Utility And Operation, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari

Flour Mills Tahun 2009. Skripsi. FKM UI: Depok

Hendarta, Dimas. 2012. Ketika Punggung Anda Menjerit dalam

http://medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Ketika-Punggung-Anda-Menjerit.html

diakses pada tanggal 15 Juli 2012 pukul 21.18 WIB

Page 176: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

159

International Labor Office. 1989. Pencegahan Kecelakaan. PT. Pustaka Binaman

Presindo: Jakarta

International Labour Organization. 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Indonesia. International Labour Organization: Manila

Koran Jakarta. 2012. Postur Tubuh Kurang Baik Picu Penampilan Tak Menarik dalam

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/93622 diakses pada tanggal 17

Agustus 2012 pukul 17.00 WIB

Maanaiya, Iman. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Tidak Aman

(Unsafe Action/Substandard Practice) Pekerja di Bagian Press PT. YIMM Tahun

2005. Tesis. FKM UI: Depok

Meisya, Nur, 2008. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Selamat

pada Pekerja Bagian Produksi PT. X. Skripsi. FKM UI: Depok.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya: Bandung

Nainggolan, Sonya. 2011. Karyawan Melakukan Kesalahan dalam

http://vibizmanagement.com/journal/index/category/human_resources/502/155

diakses pada tanggal 14 Agustus 2012 pukul 12.53 WIB

Neldi, Mellysa P. 2011. Analisis Ketepatan Pelaksanaan Identifikasi Bahaya dan

Tindakan Mitigasinya Ditinjau dari Teknik MORT di Wellwork & Competition

Department PT. X Tahun 2011. Skripsi. FKIK UIN: Jakarta

Noor, Yuliza. 2011. Hubungan Teknik Mengangkat Beban Dengan Keluhan Low Back

Pain (LBP) Pada Pekerja Pengangkut Barang Di Pasar Klewer Surakarta.

Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS: Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

__________. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Andi Offset:

Yogyakarta

Page 177: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

160

__________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

__________. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya:

Surabaya

Poerwandari, E.K. 2009. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.

LPSP3 UI: Depok

Prasetiyo, Buyung L.H. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Keselamatan Kerja Pada PT. X Semarang Tahun 2011. Skripsi. FKM UNDIP:

Semarang

Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

Diva Press: Jogyakarta

Pratiwi, Shinta. 2009. Tinjauan Faktor Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Konstruksi

Bagian Finishing PT. Waskita Karya Proyek Pembangunan Fasilitas Dan Sarana

Gelanggang Olahraga (GOR) Boker, Ciracas, Jakarta Timur Tahun 2009. Skripsi.

FKM UI: Depok

PT. Jamsostek. 2012. Upaya Tekan Kecelakaan, Jamsostek Gelar Latihan K3 dalam

http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=2842/ diakses pada tanggal 26

Mei 2012 pukul 17.10 WIB

Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS

18001. Dian Rakyat: Jakarta

__________. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3. Dian

Rakyat: Jakarta

Rijanto, Boedi. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan Di Industri. Mitra Wacana

Media: Jakarta

Santoso, Gempur. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:

Prestasi Pustaka

Page 178: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

161

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Teori-Teori Psikologi Sosial. CV. Rajawali: Jakarta

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta:

Bandung

Silalahi, Bennet N.B. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT. Pustaka

Binaman Pressindo: Jakarta

Sirait, Grace B. 2011. Analisis Perilaku Berisiko Pada Pekerja Pengelasan Di Jalan

Mahkamah Medan Tahun 2011. Skripsi. FKM USU: Medan

Solihin, Iin, dkk. 2005. Mengikuti Prosedur Keselamatan, Kesehatan Kerja, Dan

Lingkungan. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Bahan Kuliah Manajemen SDM dalam

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/05/konsep-disiplin-kerja/ diakses pada

tanggal 23 Juni 2012 pukul 23.31 WIB

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung

Suharno. 2008. Prinsip-Prinsip Teknologi dan Metalurgi Pengelasan Logam. UNS

Press: Surakarta

Suhulman, dkk. 2008. Pedoman Keselamatan Kerja Non Radiasi. BATAN: Bandung

Suma’mur, P.K. 1989. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. PT. Toko

Gunung Agung: Jakarta

__________. 1997. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV. Masagung:

Jakarta

__________. 1999. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. CV Haji: Jakarta

Page 179: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

162

Stup, Richard. 2001. Standard Operating Procedures : A Writing Guide. Dairy dalam

http://dairyalliance.psu.edu/pdf/ud011.pdf diakses pada tanggal 6 Oktober 2012

pukul 14.15 WIB

Tanjung, Mastar’ain. 2005. Pahami Kejahatan Narkoba. Letupan Indonesia: Jakarta

Tarwaka, Shoichul dan Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja

dan Produktivitas. Unisba Press: Surakarta

Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Gunawidya: Jakarta

Page 180: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

163

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 181: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

164

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONCERN)

Saya yang bernama Widayu Rahmidha Noer adalah mahasiswa peminatan Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3), jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku

Tidak Aman Pada Pekerja di Unit Welding PT. Gaya Motor, Sunter II, Jakarta Utara

Tahun 2012. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Anda untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini dan saya sangat berharap kepada Anda untuk menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban Anda akan dijaga kerahasiaannya dari

siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap kinerja Anda dan jawaban Anda

hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Partisipasi informan bersifat sukarela, Anda

boleh menerima atau menolak penelitian ini. Bila setelah penelitian ini berlangsung, Anda tidak

berkenan melanjutkan wawancara, Anda berhak menghentikannya. Nama Anda sebagai

informan tidak akan dipublikasikan kepada siapapun. Untuk itu saya sangat mengharapkan Anda

untuk dapat meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dengan peneliti.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kesediaan Anda

menjadi informan pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal

ibadah yang bernilai di sisi-Nya.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

No. Telp :

Jabatan :

Bersedia secara sukarela untuk menjadi informan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dengan judul Gambaran Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja di Unit Welding PT. Gaya

Motor Sunter II Jakarta Utara Tahun 2012. Dalam hal ini saya berjanji akan memberikan

keterangan yang sebenar-benarnya sesuai degan kebutuhan informasi yang diperlukan tanpa

rekayasa dan paksaan dari berbagai pihak.

Demikian pernyataan dan informasi yang saya sampaikan, semoga dapat dipergunakan

dengan sebaik-baiknya demi kepentingan ilmu pengetahuan dan kemajuan dalam peningkatan

keselamatan dalam bekerja pada umumnya.

Jakarta,

Informan Penelitian

(...........................................)

Tanda tangan dan nama terang

Page 182: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

165

PEDOMAN WAWANCARA FOREMAN DAN GROUP LEADER WELDING

a. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang.

1. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang untuk bekerja di unit welding?

(probing: sertifikasi)

2. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah pekerjaan lain yang dilakukan

pekerja di luar dari wewenangnya? (probing: contoh)

3. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan pekerjaan lain di luar wewenangnya?

(probing)

b. Gagal dalam memberi peringatan.

1. Apa yang Anda lakukan jika ada pekerja yang melakukan kesalahan dalam kegiatan

pengelasan? (probing: bentuk peringatan dan contohnya)

2. Mengapa Anda tidak memberikan peringatan kepada pekerja yang melakukan

kesalahan? (probing)

c. Gagal dalam mengamankan.

1. Apa yang Anda lakukan terhadap alat pengelasan yang mengalami kerusakan sebelum

diperbaiki? (probing: bentuk pengamanan)

2. Apakah Anda memberikan tanda pengaman pada alat pengelasan yang mengalami

kerusakan?

3. Mengapa Anda tidak mengamankan alat pengelasan yang mengalami kerusakan?

(probing)

d. Bekerja dengan kecepatan yang berbahaya.

1. Alat pengelasan apa yang dioperasikan dengan menggunakan kecepatan?

2. Berapakah kecepatan maksimum dari alat pengelasan tersebut?

3. Berapakah kecepatan alat pengelasan yang biasa dioperasikan oleh pekerja?

e. Menghilangkan alat pengaman

1. Apa saja alat pengaman yang terdapat di peralatan pengelasan?

2. Bagaimana kenyamanan alat-alat pengaman tersebut terhadap proses pengelasan?

3. Apa yang menyebabkan ketidaknyamanan alat pengaman tersebut? (probing)

4. Apa yang dilakukan pekerja terhadap alat pengaman yang tidak nyaman tersebut?

(probing)

f. Membuat alat pengaman tidak berfungsi.

1. Apa saja alat pengaman yang terdapat di peralatan pengelasan?

2. Bagaimana kenyamanan alat-alat pengaman tersebut terhadap proses pengelasan?

3. Apa yang menyebabkan ketidaknyamanan alat pengaman tersebut? (probing)

4. Apa yang dilakukan pekerja terhadap alat pengaman yang tidak nyaman tersebut?

(probing)

g. Menggunakan peralatan yang rusak.

1. Apa yang seharusnya pekerja lakukan jika peralatan pengelasan yang digunakannya

rusak?

2. Apa yang biasanya pekerja lakukan jika peralatan pengelasan yang digunakannya rusak?

3. Apakah terdapat pekerja yang tetap menggunakan peralatan pengelasan yang rusak?

(probing)

h. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai.

1. Peralatan apa yang digunakan pada masing-masing jenis pekerjaan pengelasan?

2. Bagaimana penggunaan alat tersebut oleh pekerja di masing-masing jenis pekerjaan

pengelasan? Adakah pekerja yang menggunakan peralatan yang tidak sesuai dengan

jenis pekerjaannya?

3. Apa yang menyebabkan pekerja menggunakan peralatan yang tidak sesuai? (probing)

Page 183: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

166

i. Tidak menggunakan APD dengan benar.

1. Jenis APD apa saja yang harus digunakan pada masing-masing jenis pekerjaan

pengelasan?

2. Bagaimana penggunaan APD tersebut oleh pekerja? (probing: cara menggunakan APD)

3. Bagaimana contoh pekerja yang tidak menggunakan APD dengan benar? (probing)

4. Apa yang menyebabkan pekerja tidak menggunakan APD dengan benar? (probing)

j. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai.

1. Berapakah beban maksimum press part yang boleh diangkat oleh pekerja?

2. Bagaimana beban press part yang biasa diangkat oleh pekerja? (probing: jumlah beban)

3. Apa yang menyebabkan pekerja mengangkat press part melebihi beban maksimun?

(probing)

k. Cara mengangkat yang salah

1. Bagaimana instruksi yang Anda berikan kepada pekerja dalam membawa press part?

2. Bagaimana cara pekerja dalam membawa press part tersebut? (probing: posisi tubuh

pekerja)

3. Apa yang menyebabkan cara pekerja dalam membawa press part tidak sesuai instruksi?

(probing)

l. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi

1. Siapakah yang berwenang untuk memperbaiki peralatan pengelasan yang mengalami

kerusakan?

2. Adakah pekerja yang memperbaiki sendiri peralatan pengelasan yang mengalami

kerusakan? (probing: contoh)

3. Bagaimana kondisi mesin saat pekerja memperbaiki peralatan tersebut?

4. Mengapa pekerja memperbaiki peralatan tersebut dalam kondisi mesin masih menyala?

(probing)

m. Berkelakar atau bersenda gurau.

1. Adakah pekerja yang bersenda gurau dengan pekerja lainnya pada saat melakukan

pengelasan?

2. Mengapa pekerja bersenda gurau saat melakukan pengelasan? (probing)

Page 184: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

167

PEDOMAN WAWANCARA PEKERJA WELDING

a. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang.

1. Jenis pekerjaan apa yang menjadi wewenang Anda?

2. Apakah Anda mempunyai sertifikasi untuk melakukan jenis pekerjaan tersebut?

3. Adakah pekerjaan lain di luar wewenang Anda yang Anda kerjakan? (probing: contoh)

4. Mengapa Anda mengerjakan pekerjaan yang di luar wewenang Anda? (probing)

b. Gagal dalam memberi peringatan.

1. Apa saja yang foreman atau teman Anda lakukan jika Anda melakukan kesalahan dalam

pengelasan? (probing: bentuk peringatan)

2. Apakah yang Anda lakukan jika teman Anda melakukan kesalahan dalam pengelasan?

(probing: bentuk peringatan)

3. Mengapa Anda tidak menegur teman Anda yang melakukan kesalahan? (probing)

c. Menggunakan peralatan yang rusak.

1. Peralatan pengelasan apa yang Anda gunakan untuk jenis pekerjaan Anda?

2. Apa yang Anda lakukan jika alat pengelasan yang Anda gunakan mengalami kerusakan?

3. Mengapa Anda tetap menggunakan alat pengelasan yang rusak? (probing)

d. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai.

1. Bagaimana Anda menggunakan peralatan pengelasan untuk jenis pekerjaan Anda?

Adakah peralatan lain di luar peralatan yang khusus untuk jenis pekerjaan Anda yang

Anda gunakan?

2. Mengapa Anda menggunakan peralatan lain yang bukan untuk jenis pekerjaan Anda?

(probing)

e. Tidak menggunakan APD dengan benar.

1. Jenis APD apa saja yang harus Anda gunakan untuk jenis pekerjaan Anda?

2. Bagaimana Anda menggunakan APD tersebut? (probing: kebiasaan penggunaan APD)

3. Mengapa Anda tidak menggunakan APD pada saat bekerja/mengelas? (probing)

f. Pembebanan/pengisian yang tidak sesuai

1. Bagaimana beban press part yang biasa Anda angkat? (probing: jumlah beban)

2. Mengapa Anda mengangkat press part melebihi beban maksimun? (probing)

g. Cara mengangkat yang salah.

1. Bagaimana cara Anda mengangkat/memindahkan press part? (probing: posisi tubuh)

2. Mengapa Anda mengangkat/memindahkan press part dengan posisi tersebut? (probing)

h. Posisi atau sikap tubuh yang salah.

1. Bagaimana posisi tubuh Anda pada saat bekerja?

2. Bagaimanakah kenyamanan dari posisi Anda dalam bekerja? (probing: keluhan)

i. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi.

1. Apakah Anda pernah memperbaiki sendiri alat pengelasan yang mengalami kerusakan?

(probing: penyebab)

2. Bagaimana kondisi mesin pada saat Anda memperbaiki peralatan yang mengalami

kerusakan?

3. Mengapa Anda memperbaiki peralatan tersebut dalam keadaan masih menyala?

(probing)

j. Berkelakar atau bersenda gurau.

1. Apakah Anda pernah bercanda pada saat melakukan pengelasan?

2. Mengapa Anda bercanda dengan teman kerja Anda saat melakukan pengelasan?

(probing)

k. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

Page 185: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

168

1. Apakah Anda pernah mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan? (probing: jenis alkohol

atau obat-obatan)

2. Apakah Anda pernah mengkonsumsinya sebelum Anda bekerja? (probing)

3. Mengapa Anda pernah mengkonsumsinya sebelum Anda bekerja? (probing)

Page 186: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

169

LEMBAR OBSERVASI

NO INFORMASI FAKTA DI LAPANGAN

CATATAN YA TIDAK

1. Melakukan pekerjaan tanpa

wewenang

2. Gagal dalam memberi peringatan

3. Gagal dalam mengamankan

4. Bekerja dengan kecepatan

berbahaya

5. Menghilangkan alat pengaman

6. Membuat alat pengaman tidak

berfungsi

7. Menggunakan peralatan yang rusak

8. Menggunakan peralatan yang tidak

sesuai

9. Tidak menggunakan APD dengan

benar

10. Pengisian/pembebanan yang tidak

sesuai

11. Cara mengangkat yang salah

12. Posisi atau sikap tubuh yang salah

13. Memperbaiki peralatan yang sedang

beroperasi

14. Berkelakakar atau bersenda gurau

Page 187: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

170

MATRIKS WAWANCARA FOREMAN DAN GROUP LEADER

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

2. Gagal dalam memberi peringatan

a. Apa yang Anda lakukan jika ada pekerja yang

melakukan kesalahan dalam kegiatan pengelasan?

(probing: bentuk peringatan dan contohnya)

a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa mereka akan menegur pekerja

yang melakukan kesalahan dalam bekerja/mengelas.

3. Menggunakan peralatan yang rusak

a. Apa yang seharusnya pekerja lakukan jika peralatan

pengelasan yang digunakannya rusak? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja harus segera

Page 188: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

171

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

melaporkannya kepada maintenance atau lapor kepada foreman atau ke group

leader terlebih dahulu jika maintenance sedang tidak ada di tempat.

b. Apa yang biasanya pekerja lakukan jika peralatan

pengelasan yang digunakannya rusak? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja akan melaporkannya

kepada maintenance atau foreman atau group leader, kecuali jika kerusakannya

masih ada toleransi, masih bisa dipakai sebentar smabil menunggu maintenance

datang dan sudah mendapatkan izin dari group leader.

4. Gagal dalam mengamankan

a. Apa yang Anda lakukan terhadap alat pengelasan a. Informan A dan B:

Page 189: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

172

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

yang mengalami kerusakan sebelum diperbaiki?

(probing: bentuk pengamanan)

Foreman dan group leader tidak memberikan tanda peringatan pada alat

pengelasan yang mengalami kerusakan karena mereka akan langsung

melaporkannya kepada maintenance

5. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi

a. Siapakah yang berwenang untuk memperbaiki

peralatan pengelasan yang mengalami kerusakan? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa orang yang berwenang untuk

memperbaiki alat pengelasan yang rusak adalah maintenance.

b. Adakah pekerja yang memperbaiki sendiri peralatan

pengelasan yang mengalami kerusakan? (probing: a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja akan memperbaiki sendiri

Page 190: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

173

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

contoh) peralatan pengelasan yang hanya mengalami rusak ringan, seperti mengganti tip

gun dan memperbaiki selang yang bocor pada spot gun. Hal ini dilakukan karena

cara tersebut lebih cepat dilakukan daripada harus memanggil maintenance.

c. Bagaimana kondisi mesin saat pekerja memperbaiki

peralatan tersebut? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa biasanya pekerja sudah

mematikan terlebih dahulu mesin alat pengelasan yang akan mereka perbaiki.

Akan tetapi, foreman menambahkan bahwa pernah terjadi kecelakaan kerja yang

disebabkan karena ada seorang pekerja yang lupa untuk mematikan mesin alat

pengelasan yang sedang dia perbaiki.

Page 191: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

174

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

d. Mengapa pekerja memperbaiki peralatan tersebut

dalam kondisi mesin masih menyala? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa pekerja tersebut terburu-buru sehingga dia lupa

untuk mematikan mesin alat pengelasan yang sedang dia perbaiki.

6. Bekerja dengan kecepatan berbahaya

a. Alat pengelasan apa yang dioperasikan dengan

menggunakan kecepatan? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa jenis alat pengelasan yang

dioperasikan dengan menggunakan kecepatan adalah gerinda tangan.

b. Berapakah kecepatan maksimum dari alat pengelasan

tersebut? a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa kecepatan maksimal gerinda yang dia ketahui,

Page 192: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

175

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

antara lain gerinda sand disc 8500 rpm dan velcro disc 13.000 rpm.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa kecepatan maksimal gerinda sudah ditentukan

dari pabrik yang membuatnya.

c. Berapakah kecepatan alat pengelasan yang biasa

dioperasikan oleh pekerja? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa kecepatan yang digunakan oleh

pekerja atau operator gerinda pada saat menggunakannya disesuaikan dengan

tingkat kekasaran bekas pengelasan pada panel-panel. Kecepatan yang digunakan

tidak dapat ditentukan pastinya. Pekerja tidak boleh menggunakan kecepatan

Page 193: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

176

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

yang tidak sesuai dengan tingkat kekasaran bekas pengelasan pada panel-panel

karena akan merusak panel-panel tersebut.

7. Menghilangkan alat pengaman dan membuat alat pengaman tidak berfungsi

a. Apa saja alat pengaman yang terdapat di peralatan

pengelasan? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pada alat-alat pengelasan yang

digunakan di unit welding tidak memiliki alat pengaman (safety device).

8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

a. Peralatan apa yang digunakan pada masing-masing

jenis pekerjaan pengelasan? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa Untuk panel dash, alat yang

Page 194: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

177

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

digunakan adalah spot gun dan stud weld. Untuk apron adalah spot gun dan las

CO2. Untuk cowl top alat yang digunakan adalah spot gun dan stud weld. Untuk

spot radiator adalah spot gun dan las CO2. Untuk member main floor adalah spot

gun dan projection nut. Untuk cross member memakai las CO2.

b. Bagaimana penggunaan alat tersebut oleh pekerja di

masing-masing jenis pekerjaan pengelasan? Adakah

pekerja yang menggunakan peralatan yang tidak

sesuai dengan jenis pekerjaannya?

a. Informan A dan B: Foreman dan group leader mengatakan bahwa para pekerja sudah menggunakan

alat-alat pengelasan yang sesuai dengan jenis pekerjaan pengelasan yang mereka

kerjakan.

9. Tidak menggunakan APD dengan benar

Page 195: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

178

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

a. Jenis APD apa saja yang harus digunakan pada

masing-masing jenis pekerjaan pengelasan? b. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa APD yang harus digunakan pada

saat melakukan pengelasan adalah kacamata, masker, otto, helm, pelindung nadi

tangan dan lengan, safety shoes, sarung tangan, kedok las buat operator las CO2.

b. Bagaimana penggunaan APD tersebut oleh pekerja?

(probing: cara menggunakan APD) a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa terkadang masih ada beberapa pekerja yang tidak

menggunakan APD pada saat mengelas.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa rata-rata pekerja sudah menggunakan APD

Page 196: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

179

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

yang lengkap pada saat mengelas.

c. Bagaimana contoh pekerja yang tidak menggunakan

APD dengan benar? (probing) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa terkadang pekerja tidak

menggunakan masker dan kacamata pada saat mengelas.

d. Mengapa pekerja yang tidak menggunakan APD

dengan benar? (probing) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja tidak menggunakan

masker karena merasa gerah atau panas ketika menggunakannya, sedangkan

pekerja tidak menggunakan kacamata karena terkadang kacamatan yang pekerja

gunakan sudah kusam akibat kesalahan pekerja dalam merawatnya atau

Page 197: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

180

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

membersihkannya.

10. Pengisian/pembebanan yang tidak sesuai

a. Berapakah beban maksimum panel yang boleh

diangkat oleh pekerja?

a. Informan A dan B: Foreman dan group leader mengatakan bahwa beban panel yang boleh dibawa

oleh seorang pekerja maksimal 10 kg atau sekitar 5 panel yang ringan.

b. Bagaimana beban panel yang biasa diangkat oleh

pekerja? (probing: jumlah beban)

a. Informan A: Foreman mengatakan bahwa beban panel yang biasa diangkat oleh pekerja tidak

lebih dari 10 kg untuk panel yang ringan, tetapi untuk panel yang beratnya lebih

dari 10 kg seperti member main floor biasanya diangkat oleh dua orang pekerja.

Page 198: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

181

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa rata-rata beban panel yang diangkat oleh

pekerja sekitar 3-5 panel untuk panel ringan, sedangkan untuk panel berat

biasanya pekerja mengangkat atau membawanya bersama temannya.

11. Cara mengangkat yang salah

a. Bagaimana cara yang benar dalam membawa panel? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa cara mengangkat panel yang telah

diajarkan pada saat pelatihan adalah pada saat mengangkat panel tubuh tidak

boleh membungkuk, tetapi posisinya harus agak jongkok agar tumpuan pada saat

Page 199: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

182

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

mengangkat terpusat pada kaki dan pada saat membawanya tubuh harus dalam

posisi tegak.

b. Bagaimana cara pekerja dalam panel tersebut?

(probing: posisi tubuh pekerja) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa terkadang masih ada beberapa

pekerja yang cara mengangkat panelnya kurang benar yaitu dengan posisi

membungkuk.

c. Apa yang menyebabkan cara pekerja dalam

membawa panel tidak sesuai instruksi? (probing) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan karena pekerja sering terburu-buru

ketika mengangkatnya sehingga pekerja sering mengambil cara yang menurut

Page 200: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

183

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

mereka lebih cepat. Mengangkat dalam posisi membungkuk dinilai lebih cepat

daripada harus dengan posisi agak jongkok.

12. Berkelakakar atau bersenda gurau

a. Adakah pekerja yang bersenda gurau dengan

pekerja lainnya pada saat melakukan pengelasan? a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa biasanya pekerja bersenda gurau

pada saat bekerja, tetapi terkadang masih ada beberapa pekerja yang bersenda

gurau atau bercanda dengan temannya pada saat bekerja. Senda gurau yang

mereka lakukan pada saat bekerja umumnya tidak berbahaya.

b. Mengapa pekerja bersenda gurau saat melakukan b. Informan A dan B:

Page 201: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

184

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Apa saja syarat pekerja yang diberikan wewenang

untuk bekerja di unit welding? (probing: sertifikasi) a. Informan A dan B:

Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang diberikan

wewenang bekerja di unit welding adalah pekerja yang sebelumnya sudah

diberikan pelatihan pengelasan yang dilakukan dengan sistem OJT setiap

bulannya. Masing-masing pekerja minimal harus dapat menguasai 3 pos

pengelasan. Hasil pelatihan pekerja dicatat di dalam inventory skill.

b. Bagaimana pelaksanaan wewenang tersebut? Adakah

pekerjaan lain yang dilakukan pekerja di luar dari

wewenangnya?

a. Informan A:

Foreman mengatakan bahwa masih ada beberapa pekerja yang melakukan

pekerjaan tanpa wewenang yaitu ada pekerja yang ingin belajar di pos lain tanpa

sepengetahuan foreman dan group leader, hanya sepengetahuan operator di pos

itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan bahwa terkadang ada pekerja yang melakukan

pekerjaan yang bukan pekerjaannya antara lain ada pekerja melakukan

pengelasan di pos lain tanpa seizin group leader.

c. Apa yang menyebabkan pekerja melakukan

pekerjaan lain di luar wewenangnya? (probing) a. Informan A:

Foreman mengatakan karena pekerja tersebut ingin tahu, tetapi dia belum ter-

schedule untuk mendapatkan pelatihan di pos lain itu.

b. Informan B:

Group leader mengatakan karena pekerja tersebut ingin membantu pekerjaan

temannya di pos lain yang belum selesai dan terkadang pekerja tidak izin terlebih

dahulu kepada group leader.

pengelasan? (probing) Foreman dan group leader mengatakan bahwa pekerja yang bersenda gurau pada

saat bekerja dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan ketika bekerja. Rasa

jenuh tersebut disebabkan karena lingkungan kerja yang kurang nyaman dan

pekerjaan yang berat bagi mereka.

Page 202: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

185

MATRIKS WAWANCARA PEKERJA

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang

a. Jenis pekerjaan apa yang menjadi wewenang Anda? a. Informan AA:

Bapak AA adalah seorang operator cross member.

b. Informan AB:

Bapak AB adalah seorang operator cowl top.

c. Informan AC:

Bapak AC bekerja di bagian ginishing apron.

d. Informan AD:

Bapak AD adalah seorang operator apron.

b. Apakah Anda mempunyai sertifikasi untuk

melakukan jenis pekerjaan tersebut? a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa mereka tidak memiliki sertifikasi pengelasan.

Akan tetapi, sebelum bekerja di pos pengelasan tertentu, mereka sudah

mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.

c. Adakah pekerjaan lain di luar wewenang Anda yang

Anda kerjakan? (probing: contoh) a. Informan AA dan AC:

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak melakukan pekerjaan lain di luar

wewenangnya. Mereka bekerja sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh

group leader.

b. Informan AB:

Bapak AB mengatakan bahwa dirinya melakukan pekerjaan lair di luar

wewenangnya yaitu membantu mengelas atau memabantu pekerjaan temannya di

pos lain yang masih dikuasinya. Dia melakukan hal tersebut atas inisiatif sendiri

dan tanpa seizin dari group leader.

c. Informan AD:

Bapak AD mengatakan bahwa dirinya juga membantu pekerjaan temannya yang

belum selesai, tetapi masih dalam pos yang sama.

2. Gagal dalam memberi peringatan

a. Apa saja yang foreman atau teman Anda lakukan jika

Anda melakukan kesalahan dalam pengelasan?

(probing: bentuk peringatan)

a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa jika mereka melakukan kesalahan dalam

bekerja foreman ataupun group leader akan menegur mereka dan teman kerja

mereka juga akan mengingatkan mereka.

Page 203: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

186

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

b. Apakah yang Anda lakukan jika teman Anda

melakukan kesalahan dalam pengelasan? (probing:

bentuk peringatan)

a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa mereka juga akan mengingatkan teman

kerjanya yang ditemukan melakukan kesalahan dalam bekerja.

3. Menggunakan peralatan yang rusak

a. Peralatan pengelasan apa yang Anda gunakan untuk

jenis pekerjaan Anda? a. Informan AA:

Bapak AA menggunakan las CO2.

b. Informan AB:

Bapak AB menggunakan spot gun dan stud weld.

c. Informan AC:

Bapak AC menggunakan alat-alat repair yang digunakan untuk memperbaiki

panel yang rusak.

d. Informan AD:

Bapak AD adalah spot gun.

e. Apa yang Anda lakukan jika alat pengelasan yang

Anda gunakan mengalami kerusakan? a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa mereka akan melapor kepada maintenance

atau group leader jika alat pengelasan yang mereka gunakan mengalami

kerusakan.

b. Apakah Anda tetap menggunakan alat pengelasan

Anda yang mengalami kerusakan? (probing) a. Informan AA dan AB:

Mereka mengatakan bahwa mereka pernah tetap menggunakan alat

pengelasannya yang rusak.

b. Informan AC dan AD:

Mereka mengatakan bahwa mereka tidak pernah menggunakan alat

pengelasannya yang rusak karena menurutnya itu berbahaya bagi mereka.

c. Mengapa Anda tetap menggunakan alat pengelasan

yang rusak? (probing) a. Informan AA:

Bapak AA tetap menggunakannya karena pekerjaan yang dilakukannya sedang

banyak sehingga dia menunda untuk melaporkannya kepada maintenance.

b. Informan AB:

Bapak AA tetap menggunakannya karena menurut group leader masih ada

toleransi untuk digunakan sementara waktu sambil menunggu maintenance

datang.

4. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi

a. Apakah Anda pernah memperbaiki sendiri alat a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Page 204: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

187

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

pengelasan yang mengalami kerusakan? (probing:

penyebab)

Semua pekerja mengatakan bahwa biasanya mereka akan memperbaiki sendiri

alat pengelasannya yang mengalami kerusakan ringan, seperti mengganti tip gun

dan memperbaiki selang yang bocor. Mereka melakukan hal itu karena mereka

bisa memperbaikinya sendiri dan jika memanggil maintenance akan memakan

waktu yang lama.

b. Bagaimana kondisi mesin pada saat Anda

memperbaiki peralatan yang mengalami kerusakan? b. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa sebelum memperbaiki alat pengelasannya

yang rusak mereka telah mematikan terlebih dahulu mesin alat pengelasan

tersebut.

5. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai

a. Bagaimana Anda menggunakan peralatan pengelasan

untuk jenis pekerjaan Anda? Adakah peralatan lain di

luar peralatan yang khusus untuk jenis pekerjaan

Anda yang Anda gunakan?

a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa mereka menggunakan peralatan yang sesuai

dengan jenis pekerjaan mereka. Mereka tidak menggunakan peralatan lain yang

tidak sesuai dengan jenis pekerjaan mereka.

6. Tidak menggunakan APD dengan benar

a. Jenis APD apa saja yang harus Anda gunakan untuk

jenis pekerjaan Anda? a. Informan AA:

APD yang digunakan Bapak AA pada saat bekerja adalah masker, kacamata las,

kedok las, sepatu safety.

b. Informan AB:

APD yang digunakan Bapak AB pada saat bekerja adalah helm, kacamata,

earplug, pelindung nadi tangan dan kaki, sarung tangan, masker.

c. Informan AC:

APD yang digunakan Bapak AC pada saat bekerja adalah helm, kacamata,

pelindung nadi, otto, dan safety shoes.

d. Informan AD:

APD yang digunakan Bapak AD pada saat bekerja adalah pelindungi nadi,

lengan, otto, earplug, kacamata, helm.

b. Bagaimana Anda menggunakan APD tersebut?

(probing: kebiasaan penggunaan APD)

a. Informan AA:

Bapak AA mengatakan bahwa terkadang dia melepas maskernya pada saat

mengelas. Hal ini dilakukan karena terkadang Bapak AA malas

menggunakannya.

b. Informan AB:

Page 205: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

188

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

Bapak AB mengatakan bahwa terkadang dia melepas maskernya pada saat

melakukan pekerjaan pemasangan nut dengan menggunakan stud weld. Bapak

AB menilai asap yang ditimbulkan oleh stud weld tidak begitu banyak. Selain

itu, terkadang dia melepas maskernya karena merasa gerah.

c. Informan AC:

Bapak AB mengatakan bahwa terkadang dia tidak menggunakan masker karena

lupa akibat terburu-buru mengejar pekerjaan.

d. Informan AD:

Bapak AD mengatakan bahwa dia tetap menggunakan APD nya pada saat

bekerja.

7. Pembebanan/pengisian yang tidak sesuai

a. Berapa jumlah beban panel yang biasa Anda

angkat/bawa? a. Informan AA, AB, dan AC:

Mereka mengatakan bahwa beban panel yang biasa mereka angkat/bawa adalah

sekitar 2-5 buah panel yang ringan.

b. Informan AD:

Bapak AD mengatakan bahwa terkadang beban panel yang dibawanya bisa

mencapai 30 buah panel ringan. Hal ini dilakukan supaya pekerjaannya cepat

selesai.

8. Cara mengangkat yang salah

a. Bagaimana cara Anda mengangkat/memindahkan

panel? (probing: posisi tubuh)

a. Informan AA dan AB: Mereka mengatakan bahwa cara mengangkat panel yang mereka lakukan sudah

sesuai dengan cara yang telah diajarkan oleh foreman dan group leader mereka

yang pada saat mengangkat dengan posisi agak jongkok dan badan tidak

membungkuk.

b. Informan ACdan AD: Mereka mengatakan bahwa cara mengangkat panel yang mereka lakukan belum

sesuai dengan cara yang telah diajarkan oleh foreman dan group leader mereka

yaitu pada saat mengangkat posisi tubuh mereka dalam keadaan membungkuk.

Hal ini mereka lakukan karena posisi tersebut nyaman bagi mereka.

9. Posisi atau sikap tubuh yang salah

a. Bagaimana posisi tubuh Anda pada saat bekerja? a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa posisi mereka pada saat mengelas adalah

Page 206: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

189

NO INFORMASI HASIL WAWANCARA

berdiri selama 8 jam kerja dengan posisi tubuh rata-rata agak membungkuk.

b. Bagaimanakah kenyamanan dari posisi Anda dalam

bekerja? (probing: keluhan) b. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Semua pekerja mengatakan bahwa Semua pekerja mengatakan bahwa dengan

posisi tersebut mereka sering merasa pegal-pegal, seperti pegal pada daerah

punggung dan leher.

10. Berkelakar atau bersenda gurau

a. Apakah Anda pernah bercanda pada saat melakukan

pengelasan? a. Informan AA, AB, dan AD:

Mereka mengatakan bahwa terkadang mereka pernah bersenda gurau atau

bercanda pada saat bekerja/mengelas seperti mengobrol dengan teman kerjanya

pada saat bekerja. Hal tersebut mereka lakukan untuk menghilangkan kejenuhan

pada saat bekerja.

b. Informan AC:

Bapak AC mengatakan bahwa dirinya tidak pernah bersenda gurau pada saat

bekerja karena menurutnya hal itu sangat berisiko.

b. Mengapa Anda bersenda gurau dengan teman kerja

Anda saat melakukan pengelasan? (probing) a. Informan AA, AB, dan AD:

Mereka mengatakan bahwa Hal tersebut mereka lakukan untuk menghilangkan

kejenuhan pada saat bekerja dan stres akibat beban kerja yang cukup berat.

11. Bekerja di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

a. Apakah Anda pernah mengkonsumsi alkohol atau

obat-obatan? (probing: jenis alkohol atau obat-

obatan)

a. Informan AA:

Bapak AA mengatakan dia tidak mengkonsumsi alkohol dan dia tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan terlarang, obat yang dia konsumsi adalah obat untuk

menghilangkan rasa pegal.

b. Informan AB dan AD

Mereka mengatakan bahwa dahulu mereka pernah mengkonsumsi alkohol dan

mereka tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang, obat yang dia

konsumsi adalah vitamin.

c. Informan AC:

Bapak AC tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan dia tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan terlarang, obat yang dia konsumsi adalah jamu.

b. Apakah Anda pernah mengkonsumsinya sebelum

Anda bekerja? a. Informan AA, AB, AC, dan AD:

Mereka mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi obat-obatan, seperti obat

pegal-pegal, vitamin, dan jamu, pada saat di rumah mereka masing-masing.

Page 207: GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26032/1/WIDAYU... · GAMBARAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA DI UNIT WELDING PT

190

HASIL OBSERVASI

NO INFORMASI FAKTA DI LAPANGAN

CATATAN YA TIDAK

1. Melakukan pekerjaan tanpa

wewenang - √

2. Gagal dalam memberi peringatan - √

3. Gagal dalam mengamankan - √

4. Bekerja dengan kecepatan

berbahaya - √

5. Menghilangkan alat pengaman √ -

- Tidak terdapat pelindung cakram

pada gerinda. Pelindung cakram

tersebut sengaja dilepas karena

mengganggu proses produksi

6. Membuat alat pengaman tidak

berfungsi - √

7. Menggunakan peralatan yang rusak - √

8. Menggunakan peralatan yang tidak

sesuai - √

9. Tidak menggunakan APD dengan

benar

√ -

- Pekerja tidak menggunakan

masker pada saat melakukan

pengelasan.

- Pekerja tidak menggunakan

masker pada saat melakukan

pekerjaan pemasangan nut.

10. Pengisian/pembebanan yang tidak

sesuai √ -

- Pekerja membawa 30 buah panel

ringan

11. Cara mengangkat yang salah

√ -

- Posisi tubuh pekerja

membungkuk pada saat

mengambil atau mengangkat

panel, tetapi pada saat mereka

membawa panel, posisi badan

mereka tegak.

12. Posisi atau sikap tubuh yang salah √ -

- Posisi tubuh pekerja agak

membungkuk pada saat mengelas

13. Memperbaiki peralatan yang sedang

beroperasi - √

14. Berkelakakar atau bersenda gurau - √