gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak di …repository.utu.ac.id/49/1/bab i-v.pdf · 2017. 9....
TRANSCRIPT
-
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN
ACEH BARATTAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
-
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2012
-
DUKUNGAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING
(CMHN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH :
RAHMI WATI
NIM : 06C10104220
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2013
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan
penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada
stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan,
memalukan dan aib bagi keluarganya (Hawari, 2003).
Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan
manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang
nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,
psikologis, genetik, fisik, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan
tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap
jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang
khas (Psikologi, 2012).
Gangguan jiwa tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu
penderitanya tetapi juga bagi orang terdekat, biasanya keluargalah yang paling
terkena dampak bagi hadirnya gangguan jiwa di keluarga mereka. Selain biaya
perawatan tinggi pasien juga membutuhkan perhatian dan dukungan yang lebih
dari masyarakat terutama keluarga, sedangkan pengobatan gangguan jiwa
membutuhkan waktu yang relative lama, bila pasien tidak melanjutkan
pengobatan maka akan mengalami kekambuhan (Arif, 2006).
Keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan keluarga sebagai
kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki
-
2
masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Keluarga memiliki
peranan yang bersifat mendukung anggota keluarganya yang sakit dalam masa
tahap penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan semacam itu tidak ada,
maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman, 2012).
Menurut Supiyani (2010) banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
mengalami gangguan jiwa, hingga saat ini diyakini terdapat tiga faktor utama
sebagai penyebabnya, pertama, faktor organobiologi seperti faktor keturunan
(genetik), adanya ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Kedua,
faktor psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan,
gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indra kita (halusinasi), dan yang
ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita
(keluarga) maupun yang ada diluar lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja
dan sekolah.
Dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 144
ayat (5) menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat
sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk mempermudah
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini menunjukkan
-
3
perhatian akan pentingnya upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat termasuk
kesehatan jiwa keluarga (UU Kesehatan, 2009).
Total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, menurut
data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28 juta orang dengan
kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan 0,46% menderita
gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa di Provinsi Aceh menduduki
peringkat ke 2 setelah DKI Jakarta. Jumlah penduduk Aceh tahun 2012 yang
mengalami gangguan jiwa dilaporkan mencapai 14,1% dari total jumlah penduduk
golongan usia 15 tahun ke atas. Gangguan jiwa tersebut antara lain disebabkan
konflik bersenjata selama hampir 30 tahun dan bencana gempa tsunami (DepKes
RI, 2012).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Aceh Angka gangguan jiwa di Aceh
sudah berada di atas rata-rata Nasional yang hanya 11,6%. Hal ini dipengaruhi
karena masih adanya kendala dalam menjalankan sistem pelayanan kesehatan jiwa
berbasis masyarakat yang sedang digalakkan Pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari
penyediaan anggaran, dimana dari 23 Kabupaten/Kota, baru 13 Kabupaten/Kota
yang menyediakan anggaran. Selain itu, jumlah perawat dan dokter yang
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk penanganan kesehatan jiwa di
Puskesmas masih sangat sedikit dan belum terdistribusi merata ke berbagai
Kecamatan (DinKes Aceh, 2012).
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu Kebupaten yang ada di
Provinsi Aceh. Jumlah penderita gangguan jiwa yang sudah didata sampai dengan
desember 2011 sebanyak 1.170 penderita. Jumlah ini merupakan urutan ke lima
-
4
dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh. Sedangkan urutan pertama
diduduki oleh Kabupaten Aceh Utara (Dinkes Aceh Barat, 2011).
Puskesmas Mereubo merupakan salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Aceh Barat. Di puskesmas ini juga dilaksanakan program CMHN.
Program CMHN merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu
masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak
konflik, tsunami, gempa bumi maupun bencana lainnya. Implementasi program
CMHN di Kabupaten Aceh Barat adalah dengan pelaksanaan pelatihan khusus
untuk perawat yang bekerja di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas dalam memberikan pelayanan
kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, kontinue dan
paripurna sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal
(Puskesmas Mereubo, 2013).
Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan melalui wawancara
dengan petugas kesehatan jiwa (perawat CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas
Meureubo pada tahun 2011 jumlah pasien jiwa sebanyak 76 orang, pada tahun
2012 meningkat menjadi 86 orang dan pada tahun 2013 terhitung dari bulan
januari sampai dengan bulan september berkurang menjadi 84 orang yang terdiri
dari 27 Desa dan diperoleh informasi bahwa pelaksanaan CMHN kurang
mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sekitarnya karena
sebagian besar keluarga pasien jiwa di Kabupaten Aceh Barat masih kurang
berpartisipasi dalam pengobatan pasien jiwa. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dari program CMHN
(Puskesmas Meureubo, 2013)
-
5
Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang Dukungan
Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health Nursing
(CMHN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian
ini adalah bagaimanakah Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program
Community Mental Health Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas
Mereubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health
Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan informasional keluarga kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan penilaian keluarga kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
3. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan instrumental keluarga kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan emosional keluarga kepada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
-
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti karena dapat
dimanfaatkan untuk menambah kaya khazanah teori tentang program CMHN
bagi masyarakat khususnya keluarga.
2. Memberikan informasi empiris mengenai dukungan keluarga dalam
pelaksanaan program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo
Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
1.4.2 Secara Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
Puskesmas Meureubo dalam penentuan dan pengambilan kebijakan kesehatan
bagi pasien jiwa.
2. Bagi tenaga kesehatan, untuk menambah motivasi dalam mendukung
pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada pasien jiwa.
3. Bagi keluarga, dalam mendapatkan informasi yang benar dan tepat dari
program CMHN.
4. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk dapat mengembangkan diri dalam
disiplin ilmu kesehatan khususnya yang menyangkut tentang program CMHN.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, 2006).
Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa,
gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi
kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik,
termasuk bicara. Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III, gangguan jiwa diartikan sebagai adanya kelompok gejala atau
perilaku yang ditemukan secara klinis, yang disertai adanya penderitaan (disstres)
pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi seseorang yang
tidak termasuk disini adalah penyimpangan konflik sosial yang tanpa disertai
disfungsi seseorang (Sulistiawati, 2005).
2.2 Community Mental Health Nursing (CMHN)
CMHN adalah upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat
dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat konflik atau
bencana. Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat
CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi
perkembangan individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi
penyimpangan yang menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat.
Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di masyarakat dan
-
8
bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta
masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh
masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Keliat, 2006).
Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi :
1. Perencanaan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Menurut Siagian dalam Keliat (2006) perencanaan adalah keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan
tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan
dimana dalam melaksanakan suatu kegiatan jika tanpa perencanaan kegiatan akan
menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan.
Marquia & Houston dalam Depkes RI (2002) mengungkapkan jenis
perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan panjang.
Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1
sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai
dengan satu tahun.
Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang
meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan
-
9
dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader
kesehatan jiwa.
Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat, 2006).
1) Rencana bulanan perawat CMHN
Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh
perawat CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat
meliputi dua aspek, yaitu:
a. Kegiatan manajerial
Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan
b. Kegiatan asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari :
1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok yang
berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa.
2. Asuhan keperawatan masalah psikososial
3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa
5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien
yangmengalami gangguan jiwa.
2) Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahun berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
-
10
a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang dilaksanakan dan hasil
evaluasi (wilayah kerja Puskesmas dan Desa siaga sehat jiwa).
b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah.
c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk
rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai
suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk
pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal yang
bertanggung jawab (Keliat, 2006).
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa
komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap
perawat CMHN di Puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang
menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN
puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau leb ih. Tokoh
masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan
jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing
dusun yang melakukan kegiatan Desa siaga sehat jiwa.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah:
a. Wilayah kerja Puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya
ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab pada 10 Desa.
-
11
b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu Desa untuk
dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.
c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan
calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun, setiap dusun minimal memiliki
2 kader kesehatan jiwa.
Menurut Keliat (2006) pengelompokkan keluarga pada Desa siaga sehat
jiwa berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan
diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat
dikelompokkan dalam usia:
1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan
2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan
3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun
4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun
5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun
6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun
7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun
8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun
3. Pengarahan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu
pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan pekerjaan
diuraikan dengan jelas dalam bentuk tugas yang harus dilaksanakan. Untuk
memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan diperlukan iklim kerja yang
menyenangkan, pengelolaan waktu secara efisien, keterampilan komunikasi yang
-
12
baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian
dan supervisi,melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor
(Keliat, 2006).
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi,
menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan
supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik (Keliat,
2006).
1) Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk
penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan
jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen
evaluasi perencanaan.
2) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam
organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :
a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan
b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan tugas
c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
-
13
d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bisa menjadi contoh
peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
3) Supervisi
Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan
kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator
Nasional, fasilitator Provinsi dan Dinas Kesehatan melakukan supervisi satu kali
sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa
masyarakat, fasilitator lokal dan kepala Puskesmas melakukan supervisi dua kali
seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat
CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa.
Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator lokal, perawat CMHN dan
kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan
asuhan keperawatan.
4) Manajemen konflik
Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan
orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang
memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk
mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik.
-
14
2.3 Dukungan Keluarga
2.3.1 Definisi
Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung
bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan
(Friedman, 2012).
Kane yang dikutip oleh Setiadi (2008) mendefinisikan dukungan
keluarga sebagian suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat
reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), umpan balik (kuantitas dan
kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalan intimasi dan
kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Menurut Gottlieb dalam Kuncoro (2006) dukungan keluarga adalah
komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Didalam hal ini
orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena
diperhatikan dan mendapatkan saran atau kesan menyenangkan pada dirinya.
Serason dalam Kuncoro (2006) mengatakan bahwa dukungan keluarga
adalah keberadaan, ketersediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat
diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga
dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya
-
15
kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima
kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu atau kelompok.
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang
antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar
keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2012).
2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga
Caplan dalam Friedman (2012) menjelaskan bahwa keluarga memiliki
beberapa fungsi dukungan keluarga diantaranya adalah:
1. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang,
makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu
dapat langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi.
-
16
2. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,
perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau
umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
3. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga
dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau
stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada
perhatian atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang
mengalami kesusahaan atau penderitaan.
4. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari
dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria
maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain.
Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan
dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta di
dengarkan.
-
17
2.3.3 Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang
dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan
dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2012).
Menurut Root & Dooley dalam Kuncoro (2006) ada 2 sumber
dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural
diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan
dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak,
istri, suami, kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non
formal sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang dirancang
ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat
bencana alam melalui berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan natural
mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga
artifisial, perbedaan itu terletak pada:
a. Keberadaan dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat
sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuain dengan norma
yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah berakar
lama.
-
18
d. Sumber dukungan natural mempunya keragaman dalam penyampaian
dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui
seseorang dengan menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label psikologis.
2.3.4 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang
masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai
tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus
kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan
dan adaptasi keluarga (Friedman, 2012).
Wills dalam Friedman (2012) menyimpulkan bahwa efek-efek
(dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif dari stres) dan efek-
efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari
kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utamanya dari
dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara
bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari
sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.
Serason dalam Kuncoro (2006) berpendapat bahwa dukungan keluarga
mencakup 2 hal yaitu:
a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap
sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.
-
19
b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi
individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan
kualitas).
2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Feiring dan Lewis dalam Friedman (2012) adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal
a. Meliputi tahap perkembangan, artinya dukungan ditentukan oleh faktor usia
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap
rentang usia (bayi- lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya
dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan,
latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif
akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
c. Faktor emosi dapat mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan
cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit,
mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama dia sakit. Seorang
individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
-
20
ancaman penyakit mungkin akan menyangka adanya gejala penyakit pada
dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
d. Aspek spiritual, dapat terlihat bagaimana seseorang menjalani kehidupanya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga
atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
2. Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga, cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya klien
juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga
melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosial ekonomi dan psikososial, dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia
akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
c. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,
dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
-
21
2.4 Kerangka Teori
Adapun kerangka teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan oleh Friedman (2012).
Gambar 2.1 Kerangka teori
Skema kerangka teori di atas menjelaskan bahwa dukungan keluarga
yang diberikan baik dalam bentuk informasional, penilaian, instrumental dan
emosional akan mendukung kemandirian pada pasien gangguan jiwa. Program
Community Mental Health Nursing yang dilaksanakan di masyarakat akan
memperkuat dukungan keluarga tersebut, kemudian apabila program Community
Mental Health Nursing dapat berjalan dengan baik pada akhirnya akan
meningkatkan kemandirian pada pasien gangguan jiwa.
Dukungan
Keluarga
Emosional
Instrumental
Penilaian
Informasional
Kemandirian Pasien
Gangguan Jiwa
Program Community
Mental Health Nursing (CMHN)
-
22
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Program Community Mental Health Nursing
(CMHN)
Dukungan Keluarga
- Dukungan Informasional
- Dukungan Penilaian
- Dukungan Instrumental
- Dukungan Emosional
-
23
233
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang diarahkan untuk mendiskripsikan atau menguraikan suatu keadaan
di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian
ini yang akan dideskripsikan adalah dukungan keluarga dalam pelaksanaan
program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo
Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo
Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Pelaksanaan pengumpulan data
dilakukan pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 8 Oktober tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo,
2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang
anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di wilayah Kerja Puskesmas
Mereubo yaitu 84 keluarga.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,
2006). Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik “total
-
24
24
populasi” yaitu semua sampel yang ada dijadikan objek penelitian. Jumlah
sampel keseluruhan adalah 84 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden
melalui pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
yang berisikan pertanyaaan tentang dukungan keluarga dalam pelaksanaan
program CMHN dan responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda
(√) pada jawaban yang tersedia. Pada bagian pertama kuesiner berisi data
demografi responden. Untuk sub variabel dukungan keluarga terdiri dari 10
pertanyaan sehingga jumlah pertanyaan seluruhnya menjadi 40.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden yaitu data
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten
Aceh Barat.
-
25
25
3.5. Defenisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Keterangan
1 Dukungan
Keluarga
Defenisi Sikap tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang
sakit
a. Informasional Defenisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Dukungan yang berbentuk nasehat,
usulan,saran, petunjuk dan
pemberian informasi
Wawancara
Kuesioner
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
b. Penilaian Defenisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Dukungan yang berbentuk support,
pengakuan, penghargaan, dan
perhatian
Wawancara
Kuesioner
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
c. Instrumental Defenisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Dukungan yang berbentuk materi
dan sarana
Wawancara
Kuesioner
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
d. Emosional Defenisi
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Dukungan yang berbentuk
kepercayaan, perhatian dan
mendengarkan seluruh keluhan
pasien jiwa
Wawancara
Kuesioner
1. Baik
2. Kurang
Ordinal
2 Program CMHN Definisi Kegiatan peningkatan kesehatan jiwa di
masayarakat
-
26
26
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan skala Gutmant, yaitu
setiap jawaban ya diberi skor 1 dan setiap jawaban tidak diberi skor 0. Jumlah
pertanyaan adalah 40 pertanyaan. Jumlah kategori yang digunakan untuk sub
variabel adalah 2 kategori yaitu baik, dan kurang. Untuk menentukan rentang
antar kategori digunakan rumus ; (Notoatmodjo, 2010).
Keterangan :
I : Interval
H : Tinggi
L : Rendah
K : Katagori
Variabel informasional
Sehingga didapatkan :
Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5
Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5
Variabel Penilaian
H – L I =
K
10 - 0
I = 2
I = 5
10 - 0 I =
2 I = 5
-
27
27
Sehingga didapatkan :
Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5
Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5
Variabel Instrumental
Sehingga didapatkan :
Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5
Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5
Variabel Emosional
Sehingga didapatkan :
Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5
Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5
3.7 Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat. Analisis univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari
tiap-tiap variabel yang bertujuan mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Budiarto,
2002). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat
digunakan untuk menganalisa variabel dan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
10 - 0 I =
2
I = 5
10 - 0
I = 2
I = 5
-
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
UPTD Puskesmas Meurebo berdiri pada tahun 1992 yang dikelola oleh
Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang beralamat Jalan Datoek
Janggoet Meuh Gampong Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.
Secara Geografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Meurebo terbagi dua wilayah,
yaitu : wilayah pesisir terdiri dari 16 Gampong dan wilayah pegunungan sebanyak
11 Gampong.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas meurebo, disebelah utara
berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,
sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, sebelah Barat berbatasan
dengan wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
4.1.2 Hasil Analisa Univariat
4.1.2.1 Dukungan Informasional
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional di Wilayah Kerja
Puskesmas Meureboe Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Dukungan Informasional f %
1. Baik 68 81
2. Kurang 16 19
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
-
29
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan
informasional berada pada kategori baik dengan jumlah 68 orang (81%).
4.1.2.2 Dukungan Penilaian
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian di Wilayah Kerja
Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Dukungan Penilaian f %
1. Baik 72 86
2. Kurang 12 14
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan
penilaian berada pada kategori baik dengan jumlah 72 orang (86%).
4.1.2.3 Dukungan Instrumental
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental di Wilayah Kerja
Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Dukungan Instrumental f %
1. Baik 64 76
2. Kurang 20 24
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan
instrumental berada pada kategori baik dengan jumlah 64 orang (76%).
4.1.2.4 Dukungan Emosional
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional di Wilayah Kerja
Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Dukungan Emosional f %
1. Baik 79 94
2. Kurang 5 6
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
-
30
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas
dukungan emosional berada pada kategori baik dengan jumlah 79 orang (94%).
4.1.2.5 Jenis Kelamin
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013
No Jenis Kelamin f %
1. Laki- laki 51 61
2. Perempuan 33 39
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui mayoritas responden (61%)
adalah laki- laki.
4.1.2.6 Umur
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Jiwa di Wilayah Kerja
Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
No Umur f %
1. Dewasa Awal 70 83,3
2. Dewasa Tengah 12 14,3
3. Dewasa Akhir 2 2,4
Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui mayoritas umur pasien jiwa
terbanyak berada pada kategori dewasa awal (83,3%) dan paling sedikit berada
pada kategori dewasa akhir sebanyak (2,4%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Dukungan Informasional
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 68 (81%) responden menyatakan
telah memberikan dukungan informasional, hal ini menunjukkan bahwa keluarga
pasien jiwa telah memberikan informasi yang baik kepada pasien jiwa. Dengan
-
31
demikian dukungan informasional ini perlu terus ditingkatkan sehingga pasien
jiwa merasa masih diperhatikan oleh keluarganya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012)
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi
tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
Oleh karena itu, pada keluarga pasien jiwa diharapkan tetap terus
memberikan nasehat dan informasi yang bersifat positif pada pasien jiwa agar
mereka dapat meneruskan hidup dengan penuh kasih sayang.
4.2.2 Dukungan Penilaian
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 72 (86%) responden menyatakan
telah memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien
jiwa. Dukungan informasi keluarga meliputi mengingatkan klien untuk berobat,
memberikan solusi dari masalah yang dihadapi klien, memberikan nasehat dan
saran.
Penelitian yang dilakukan oleh Barton dalam Hawari (2003)
menunjukkan bahwa 50% dari penderita sakit jiwa kronis yang menjalani program
rehabilitasi dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri kembali di
keluarga dan masyarakat. Keberfungsian sosial pasien pasca perawatan juga dapat
ditingkatkan melalui program intervensi keluarga. Intervensi keluarga perlu
-
32
dilakukan secara terstruktur dan dikoordinasikan dalam 2 model perawatan yang
menyeluruh agar lebih efektif sehingga membantu pasien meraih penyesuaian
sosial yang maksimal.
Sesuai dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012) bahwa
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota
keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Bentuk
dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang
situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu
untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
4.2.3 Dukungan Instrumental
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 64 (76%) responden yang telah
memberikan dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya
ditingkatkan dukungan Instrumental bagi pasien jiwa guna meningkatkan derajat
kesehatan bagi pasien jiwa itu sendiri dan hal ini tentunya dapat berdampak positif
bagi keluarga pasien jiwa.
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga
dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau
stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada
perhatian atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang seda ng
mengalami kesusahan atau penderitaan.
-
33
Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa selain
dukungan informasional, dan penilaian, dukungan instrumental dan emosional
sangat diperlukan demi keberlangsungan hidup yang baik bagi pasien jiwa.
4.2.4 Dukungan Emosional
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 79 (94%) responden menyatakan
telah memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar
pasien jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga. Keluarga
sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu penguasaan terhadap emosi.
Hal ini sesuai dengan manfaat dari dukungan emosional dimana secara
emosional dapat menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan
selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta di dengarkan.
Dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada klien dalam
proses penyembuhan adalah menerima kondisi klien, tetap berkomunikasi dengan
klien tanpa emosional dan memperhatikan kondisi klien. Dukungan nyata
keluarga meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan
biaya pengobatan, material seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-
hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta
dapat membantu menyelesaikan masalah klien. Dukungan penghargaan keluarga
yaitu berupa dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada klien (Cohen
dan Mc Kay dalam Niven, 2000).
-
34
Berbagai macam penyuluhan dan sosialisasi perlu dilakukan mengingat
bahwa penyakit ini memang masih kurang popular di kalangan masyarakat awam
dan sampai saat ini masih belum juga ditemukan terapi yang manjur untuk
menyembuhkannya (Irmansyah, 2006).
-
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 81% responden menyatakan telah
memberikan dukungan informasional, hal ini menunjukkan bahwa keluarga
pasien jiwa telah memberikan informasi yang baik kepada pasien jiwa.
2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 86% responden menyatakan telah
memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien jiwa.
3. Dari hasil penelitian diketahui 76% responden yang telah memberikan
dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya ditingkatkan
dukungan Instrumental guna meningkatkan derajat kesehatan bagi pasien jiwa.
4. Berdasarkan hasil penelitian diketahui (94%) responden menyatakan telah
memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar pasien
jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga.
5.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk memberikan
konseling mengenai dukungan keluarga bagi pasien jiwa guna kelancaran
pelaksanaan Program Community Mental Health Nursing (CMHN).
2. Bagi masyarakat diharapkan agar dapat ikut serta dalam memberikan dukungan
sosial guna kelancaran Program Community Mental Health Nursing (CMHN).
3. Diharapkan kepada keluarga pasien jiwa agar lebih meningkatkan dukungan
informasional, penilaian, instrumental maupun dukungan emosional guna
keberlangsungan hidup pasien jiwa yang lebih baik.
-
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Arif. 2009. Object Relations Family Therapy Bagi Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. http://books.google.co.id. (19 Januari 2009).
DepKes RI. 2002. Pedoman Umum Pengenalan Masalah Psikososial Bagi
Petugas Kesehatan/Puskesmas. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta.
DepKes RI. 2012. Penderita Gangguan Jiwa Meningkat Tiap Tahunnya. http://kesehatan.com. (05 Oktober 2010).
DinKes Aceh. 2012. Angka Gangguan Jiwa Di Kabupaten. http://kesehatan.com.
(09 Maret 2012).
DinKes Aceh Barat. 2012. Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat Tahun 2012.
Friedman. 2012. Pengertiam Dukungan Keluarga. http://psychologymania.com. (17 Agustus 2012).
Hawari. 2003. Makalah Community Mental Health Nursing (CMHN).
http://psikologijiwa.com. (05 Mei 2013).
Irmansyah. 2006. Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).
Keliat. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. EGC. Jakarta.
Kuncoro. 2006. Psikologi Keluarga: Peran Orang Tua Menuju Coparenting. Salemba Medika. Jakarta.
Niven. 2000. Dukungan Emosional Dalam Menyikapi Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
Puskesmas Meurebo. 2011. Data Pasien Jiwa Tahun 2011.
Puskesmas Meurebo. 2012. Data Pasien Jiwa Tahun 2012.
Puskesmas Meurebo. 2013. Data Pasien Jiwa Tahun 2013.
Psikologi. 2012. Pengertian Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).
Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
Sulistiawati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
http://kesehatan.com/http://www.psychologymania.co/http://psikologijiwa.com/
-
Soetjiningsih. 2012. Pengertian Dukungan Keluarga.
http://psychologymania.com. (12 Agustus 2012).
Supiyani. 2010. Mari Kenali Kesehatan Jiwa. http://medistra.com. (22 Juli 2010).
UUD Kesehatan. 2009. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009. http://kesehatan.com. (25 Maret 2010).
http://psychologymania.com/http://medistra.com/http://kesehatan.com/
ANITA NIM 06C10104260-Unlicensed-COVER
RAHMI WATI NIM 06C10104220-Unlicensed-COVER K'AMIBAB IBAB IIBAB 3-Unlicensed-BAB IV K'AMI-Unlicensed-BAB V K'AMIDAFTAR PUSTAKA