gambaran pelayanan kesehatan ibu dan anak di …repository.utu.ac.id/49/1/bab i-v.pdf · 2017. 9....

40
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARATTAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ANITA NIM : 06C10104260 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2012

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN

    ACEH BARATTAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH:

    ANITA

    NIM : 06C10104260

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

    2012

  • GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

    ACEH BARAT TAHUN 2012

    SKRIPSI

    OLEH:

    ANITA

    NIM : 06C10104260

    Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

    Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

    Meulaboh

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

    2012

  • DUKUNGAN KELUARGA DALAM PELAKSANAAN

    PROGRAM COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING

    (CMHN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    MEUREBO KABUPATEN ACEH BARAT

    SKRIPSI

    OLEH :

    RAHMI WATI

    NIM : 06C10104220

    PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT

    TAHUN 2013

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

    Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan

    penyakitnya biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada

    stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan,

    memalukan dan aib bagi keluarganya (Hawari, 2003).

    Gangguan jiwa adalah suatu ketidakberesan kesehatan dengan

    manifestasi-manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang

    nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial,

    psikologis, genetik, fisik, atau kimiawi. Gangguan jiwa mewakili suatu keadaan

    tidak beres yang berhakikatkan penyimpangan dari suatu konsep normatif. Setiap

    jenis ketidakberesan kesehatan itu memiliki tanda-tanda dan gejala-gejala yang

    khas (Psikologi, 2012).

    Gangguan jiwa tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu

    penderitanya tetapi juga bagi orang terdekat, biasanya keluargalah yang paling

    terkena dampak bagi hadirnya gangguan jiwa di keluarga mereka. Selain biaya

    perawatan tinggi pasien juga membutuhkan perhatian dan dukungan yang lebih

    dari masyarakat terutama keluarga, sedangkan pengobatan gangguan jiwa

    membutuhkan waktu yang relative lama, bila pasien tidak melanjutkan

    pengobatan maka akan mengalami kekambuhan (Arif, 2006).

    Keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan keluarga sebagai

    kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki

  • 2

    masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Keluarga memiliki

    peranan yang bersifat mendukung anggota keluarganya yang sakit dalam masa

    tahap penyembuhan dan pemulihan. Apabila dukungan semacam itu tidak ada,

    maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat kurang.

    Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

    anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan

    dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang

    bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

    diperlukan (Friedman, 2012).

    Menurut Supiyani (2010) banyak faktor yang mempengaruhi seseorang

    mengalami gangguan jiwa, hingga saat ini diyakini terdapat tiga faktor utama

    sebagai penyebabnya, pertama, faktor organobiologi seperti faktor keturunan

    (genetik), adanya ketidakseimbangan zat-zat neurokimia di dalam otak. Kedua,

    faktor psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan,

    gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indra kita (halusinasi), dan yang

    ketiga adalah faktor lingkungan (sosial) baik itu di lingkungan terdekat kita

    (keluarga) maupun yang ada diluar lingkungan keluarga seperti lingkungan kerja

    dan sekolah.

    Dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 144

    ayat (5) menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

    berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat

    sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk mempermudah

    akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini menunjukkan

  • 3

    perhatian akan pentingnya upaya kesehatan jiwa berbasis masyarakat termasuk

    kesehatan jiwa keluarga (UU Kesehatan, 2009).

    Total jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, menurut

    data Departemen Kesehatan tahun 2007, mencapai lebih dari 28 juta orang dengan

    kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dari populasi dan 0,46% menderita

    gangguan jiwa. Jumlah penderita gangguan jiwa di Provinsi Aceh menduduki

    peringkat ke 2 setelah DKI Jakarta. Jumlah penduduk Aceh tahun 2012 yang

    mengalami gangguan jiwa dilaporkan mencapai 14,1% dari total jumlah penduduk

    golongan usia 15 tahun ke atas. Gangguan jiwa tersebut antara lain disebabkan

    konflik bersenjata selama hampir 30 tahun dan bencana gempa tsunami (DepKes

    RI, 2012).

    Menurut Kepala Dinas Kesehatan Aceh Angka gangguan jiwa di Aceh

    sudah berada di atas rata-rata Nasional yang hanya 11,6%. Hal ini dipengaruhi

    karena masih adanya kendala dalam menjalankan sistem pelayanan kesehatan jiwa

    berbasis masyarakat yang sedang digalakkan Pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari

    penyediaan anggaran, dimana dari 23 Kabupaten/Kota, baru 13 Kabupaten/Kota

    yang menyediakan anggaran. Selain itu, jumlah perawat dan dokter yang

    memiliki kemampuan dan keterampilan untuk penanganan kesehatan jiwa di

    Puskesmas masih sangat sedikit dan belum terdistribusi merata ke berbagai

    Kecamatan (DinKes Aceh, 2012).

    Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu Kebupaten yang ada di

    Provinsi Aceh. Jumlah penderita gangguan jiwa yang sudah didata sampai dengan

    desember 2011 sebanyak 1.170 penderita. Jumlah ini merupakan urutan ke lima

  • 4

    dari 23 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh. Sedangkan urutan pertama

    diduduki oleh Kabupaten Aceh Utara (Dinkes Aceh Barat, 2011).

    Puskesmas Mereubo merupakan salah satu Puskesmas yang ada di

    Kabupaten Aceh Barat. Di puskesmas ini juga dilaksanakan program CMHN.

    Program CMHN merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membantu

    masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak

    konflik, tsunami, gempa bumi maupun bencana lainnya. Implementasi program

    CMHN di Kabupaten Aceh Barat adalah dengan pelaksanaan pelatihan khusus

    untuk perawat yang bekerja di Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan

    pengetahuan, keterampilan dan sikap petugas dalam memberikan pelayanan

    kesehatan jiwa bagi masyarakat secara komprehensif, holistik, kontinue dan

    paripurna sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal

    (Puskesmas Mereubo, 2013).

    Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan melalui wawancara

    dengan petugas kesehatan jiwa (perawat CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas

    Meureubo pada tahun 2011 jumlah pasien jiwa sebanyak 76 orang, pada tahun

    2012 meningkat menjadi 86 orang dan pada tahun 2013 terhitung dari bulan

    januari sampai dengan bulan september berkurang menjadi 84 orang yang terdiri

    dari 27 Desa dan diperoleh informasi bahwa pelaksanaan CMHN kurang

    mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sekitarnya karena

    sebagian besar keluarga pasien jiwa di Kabupaten Aceh Barat masih kurang

    berpartisipasi dalam pengobatan pasien jiwa. Hal ini disebabkan karena

    kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dari program CMHN

    (Puskesmas Meureubo, 2013)

  • 5

    Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang Dukungan

    Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health Nursing

    (CMHN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten

    Aceh Barat Tahun 2013.

    1.2 Rumusan Masalah

    Sesuai dengan latar belakang tersebut, permasalahan dalam penelitian

    ini adalah bagaimanakah Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program

    Community Mental Health Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas

    Mereubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    Dukungan Keluarga Dalam Pelaksanaan Program Community Mental Health

    Nursing (CMHN) di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kabupaten Aceh Barat.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan informasional keluarga kepada

    anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

    2. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan penilaian keluarga kepada

    anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

    3. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan instrumental keluarga kepada

    anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

    4. Untuk mengetahui gambaran tentang dukungan emosional keluarga kepada

    anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

  • 6

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Secara Teoritis

    1. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang berarti karena dapat

    dimanfaatkan untuk menambah kaya khazanah teori tentang program CMHN

    bagi masyarakat khususnya keluarga.

    2. Memberikan informasi empiris mengenai dukungan keluarga dalam

    pelaksanaan program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo

    Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

    1.4.2 Secara Praktis

    1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi

    Puskesmas Meureubo dalam penentuan dan pengambilan kebijakan kesehatan

    bagi pasien jiwa.

    2. Bagi tenaga kesehatan, untuk menambah motivasi dalam mendukung

    pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada pasien jiwa.

    3. Bagi keluarga, dalam mendapatkan informasi yang benar dan tepat dari

    program CMHN.

    4. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk dapat mengembangkan diri dalam

    disiplin ilmu kesehatan khususnya yang menyangkut tentang program CMHN.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gangguan Jiwa

    Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang

    menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan

    pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, 2006).

    Menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa,

    gangguan jiwa adalah keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi

    kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik,

    termasuk bicara. Dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

    (PPDGJ) III, gangguan jiwa diartikan sebagai adanya kelompok gejala atau

    perilaku yang ditemukan secara klinis, yang disertai adanya penderitaan (disstres)

    pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi seseorang yang

    tidak termasuk disini adalah penyimpangan konflik sosial yang tanpa disertai

    disfungsi seseorang (Sulistiawati, 2005).

    2.2 Community Mental Health Nursing (CMHN)

    CMHN adalah upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat

    dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat konflik atau

    bencana. Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat

    CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi

    perkembangan individu di masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi

    penyimpangan yang menyertai perkembangan psikososial individu di masyarakat.

    Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di masyarakat dan

  • 8

    bersama masyarakat harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta

    masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan cara melatih para tokoh

    masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Keliat, 2006).

    Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi :

    1. Perencanaan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

    Menurut Siagian dalam Keliat (2006) perencanaan adalah keseluruhan

    proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan

    dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan

    tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan dan

    dimana dalam melaksanakan suatu kegiatan jika tanpa perencanaan kegiatan akan

    menjadi tidak terarah sehingga hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diinginkan.

    Marquia & Houston dalam Depkes RI (2002) mengungkapkan jenis

    perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan panjang.

    Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun

    untuk 3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1

    sampai 5 tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai

    dengan satu tahun.

    Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan

    kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.

    Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang

    meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan

    keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan

  • 9

    dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader

    kesehatan jiwa.

    Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan

    kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat, 2006).

    1) Rencana bulanan perawat CMHN

    Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh

    perawat CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat

    meliputi dua aspek, yaitu:

    a. Kegiatan manajerial

    Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan

    b. Kegiatan asuhan keperawatan

    Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari :

    1. Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat, kelompok yang

    berisiko masalah psikososial dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa.

    2. Asuhan keperawatan masalah psikososial

    3. Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial

    4. Asuhan keperawatan gangguan jiwa

    5. Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok pasien

    yangmengalami gangguan jiwa.

    2) Rencana tahunan perawat CMHN

    Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam

    satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan

    rencana tahun berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup :

  • 10

    a. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan keperawatan

    kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang dilaksanakan dan hasil

    evaluasi (wilayah kerja Puskesmas dan Desa siaga sehat jiwa).

    b. Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa

    komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan

    untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah.

    c. Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk

    rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.

    2. Pengorganisasian pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

    Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai

    suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk

    pengkoordinasian aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal yang

    bertanggung jawab (Keliat, 2006).

    Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan kesehatan jiwa

    komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas program. Setiap

    perawat CMHN di Puskesmas bertanggung jawab terhadap sejumlah desa yang

    menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh perawat CMHN

    puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau leb ih. Tokoh

    masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader kesehatan

    jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing

    dusun yang melakukan kegiatan Desa siaga sehat jiwa.

    Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah:

    a. Wilayah kerja Puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN. Misalnya

    ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab pada 10 Desa.

  • 11

    b. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu Desa untuk

    dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.

    c. Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan

    calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun, setiap dusun minimal memiliki

    2 kader kesehatan jiwa.

    Menurut Keliat (2006) pengelompokkan keluarga pada Desa siaga sehat

    jiwa berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan

    diberikan kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan. Keluarga yang sehat

    dikelompokkan dalam usia:

    1. Keluarga dengan bayi 0-18 bulan

    2. Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan

    3. Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun

    4. Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun

    5. Keluarga dengan remaja 12-18 tahun

    6. Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun

    7. Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun

    8. Keluarga dengan lansia > 65 tahun

    3. Pengarahan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

    Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu

    pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan

    organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pengarahan pekerjaan

    diuraikan dengan jelas dalam bentuk tugas yang harus dilaksanakan. Untuk

    memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan diperlukan iklim kerja yang

    menyenangkan, pengelolaan waktu secara efisien, keterampilan komunikasi yang

  • 12

    baik, pengelolaan konflik, memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan pendelegasian

    dan supervisi,melakukan negosiasi dan advokasi lintas program dan sektor

    (Keliat, 2006).

    Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan

    keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya motivasi,

    menerapkan manajemen waktu, melaksanakan pendelegasian, melaksanakan

    supervisi dan komunikasi yang efektif, melakukan manajemen konflik (Keliat,

    2006).

    1) Manajemen waktu

    Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang

    dimiliki. Pada desa siaga sehat jiwa manajemen waktu diterapkan dalam bentuk

    penerapan rencana kegiatan bulanan untuk perawat CMHN dan kader kesehatan

    jiwa masyarakat. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen

    evaluasi perencanaan.

    2) Pendelegasian

    Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam

    organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

    Pendelegasian dilaksanakan melalui proses :

    a. Buat rencana tugas yang perlu diselesaikan

    b. Identifikasi kemampuan kader kesehatan jiwa yang akan melaksanakan tugas

    c. Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya

  • 13

    d. Jika kader kesehatan jiwa tidak mampu melaksanakan tugas karena

    menghadapi masalah tertentu maka perawat CMHN harus bisa menjadi contoh

    peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

    e. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai

    3) Supervisi

    Supervisi adalah proses memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai

    dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap

    pelaksanaan kegiatan tersebut.

    Kegiatan supervisi dilaksanakan untuk menjamin kegiatan pelayanan

    kesehatan jiwa sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Fasilitator

    Nasional, fasilitator Provinsi dan Dinas Kesehatan melakukan supervisi satu kali

    sebulan terhadap fasilitator lokal, perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa

    masyarakat, fasilitator lokal dan kepala Puskesmas melakukan supervisi dua kali

    seminggu terhadap perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa. Sedangkan perawat

    CMHN melakukan supervisi satu kali seminggu terhadap kader kesehatan jiwa.

    Hal yang di supervisi adalah kemampuan fasilitator lokal, perawat CMHN dan

    kader kesehatan jiwa dalam melaksanakan tugasnya terkait aspek manajerial dan

    asuhan keperawatan.

    4) Manajemen konflik

    Konflik adalah perbedaan pandangan dan ide antara satu orang dengan

    orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang

    memiliki latar belakang yang berbeda konflik mungkin terjadi. Untuk

    mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan manajemen konflik.

  • 14

    2.3 Dukungan Keluarga

    2.3.1 Definisi

    Dukungan keluarga adalah sikap tindakan dan penerimaan keluarga

    terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung

    bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

    mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan

    (Friedman, 2012).

    Kane yang dikutip oleh Setiadi (2008) mendefinisikan dukungan

    keluarga sebagian suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan

    sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan sosial keluarga tersebut bersifat

    reprokasitas (sifat dan hubungan timbal balik), umpan balik (kuantitas dan

    kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalan intimasi dan

    kepercayaan) dalam hubungan sosial.

    Menurut Gottlieb dalam Kuncoro (2006) dukungan keluarga adalah

    komunikasi verbal dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku

    yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan

    sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

    emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Didalam hal ini

    orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena

    diperhatikan dan mendapatkan saran atau kesan menyenangkan pada dirinya.

    Serason dalam Kuncoro (2006) mengatakan bahwa dukungan keluarga

    adalah keberadaan, ketersediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat

    diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Pandangan yang sama juga

    dikemukakan oleh Cobb yang mendefinisikan dukungan keluarga sebagai adanya

  • 15

    kenyamanan, perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima

    kondisinya, dukungan sosial tersebut diperoleh dari individu atau kelompok.

    Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk

    mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang

    antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar

    keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2012).

    2.3.2 Fungsi Dukungan Keluarga

    Caplan dalam Friedman (2012) menjelaskan bahwa keluarga memiliki

    beberapa fungsi dukungan keluarga diantaranya adalah:

    1. Dukungan informasional

    Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)

    informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

    yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

    adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

    dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

    dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

    informasi.

    Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

    memberikan pertolongan langsung seperti pemberian uang, pemberian barang,

    makanan serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi stres karena individu

    dapat langsung memecahkan masalahnya yang behubungan dengan materi.

  • 16

    2. Dukungan Penilaian

    Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

    membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

    indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,

    perhatian. Bentuk dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau

    umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat

    menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

    3. Dukungan Instrumental

    Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit

    diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga

    dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau

    stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada

    perhatian atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang

    mengalami kesusahaan atau penderitaan.

    4. Dukungan Emosional

    Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat

    dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari

    dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu (baik pria

    maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain.

    Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

    dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta di

    dengarkan.

  • 17

    2.3.3 Sumber Dukungan Keluarga

    Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang

    dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk

    keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga

    memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

    pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa

    dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan

    dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2012).

    Menurut Root & Dooley dalam Kuncoro (2006) ada 2 sumber

    dukungan keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga yang natural

    diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan

    dengan orang-orang yang berada disekitarnya misalnya anggota keluarga (anak,

    istri, suami, kerabat) teman dekat atau relasi. Dukungan keluarga ini bersifat non

    formal sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan yang dirancang

    ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat

    bencana alam melalui berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan natural

    mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga

    artifisial, perbedaan itu terletak pada:

    a. Keberadaan dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat

    sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.

    b. Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuain dengan norma

    yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

    c. Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang telah berakar

    lama.

  • 18

    d. Sumber dukungan natural mempunya keragaman dalam penyampaian

    dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui

    seseorang dengan menyampaikan salam.

    e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan label psikologis.

    2.3.4 Manfaat Dukungan Keluarga

    Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

    masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai

    tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus

    kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

    berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan

    dan adaptasi keluarga (Friedman, 2012).

    Wills dalam Friedman (2012) menyimpulkan bahwa efek-efek

    (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif dari stres) dan efek-

    efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari

    kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utamanya dari

    dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara

    bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat

    terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari

    sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi.

    Serason dalam Kuncoro (2006) berpendapat bahwa dukungan keluarga

    mencakup 2 hal yaitu:

    a. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap

    sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.

  • 19

    b. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan persepsi

    individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan

    kualitas).

    2.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

    Menurut Feiring dan Lewis dalam Friedman (2012) adapun faktor-

    faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah sebagai berikut :

    1. Faktor internal

    a. Meliputi tahap perkembangan, artinya dukungan ditentukan oleh faktor usia

    dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap

    rentang usia (bayi- lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

    kesehatan yang berbeda-beda.

    b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap adanya

    dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan,

    latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif

    akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

    memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan

    pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

    c. Faktor emosi dapat mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan

    cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stres dalam setiap

    perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit,

    mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut

    dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat tenang

    mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama dia sakit. Seorang

    individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap

  • 20

    ancaman penyakit mungkin akan menyangka adanya gejala penyakit pada

    dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.

    d. Aspek spiritual, dapat terlihat bagaimana seseorang menjalani kehidupanya,

    mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga

    atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

    2. Faktor eksternal

    a. Praktik di keluarga, cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

    mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya klien

    juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga

    melakukan hal yang sama.

    b. Faktor sosial ekonomi dan psikososial, dapat meningkatkan resiko terjadinya

    penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi

    terhadap penyakitnya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia

    akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Ia akan

    segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.

    c. Latar belakang budaya

    Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu,

    dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

  • 21

    2.4 Kerangka Teori

    Adapun kerangka teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

    adalah berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan oleh Friedman (2012).

    Gambar 2.1 Kerangka teori

    Skema kerangka teori di atas menjelaskan bahwa dukungan keluarga

    yang diberikan baik dalam bentuk informasional, penilaian, instrumental dan

    emosional akan mendukung kemandirian pada pasien gangguan jiwa. Program

    Community Mental Health Nursing yang dilaksanakan di masyarakat akan

    memperkuat dukungan keluarga tersebut, kemudian apabila program Community

    Mental Health Nursing dapat berjalan dengan baik pada akhirnya akan

    meningkatkan kemandirian pada pasien gangguan jiwa.

    Dukungan

    Keluarga

    Emosional

    Instrumental

    Penilaian

    Informasional

    Kemandirian Pasien

    Gangguan Jiwa

    Program Community

    Mental Health Nursing (CMHN)

  • 22

    2.5 Kerangka Konsep

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    Program Community Mental Health Nursing

    (CMHN)

    Dukungan Keluarga

    - Dukungan Informasional

    - Dukungan Penilaian

    - Dukungan Instrumental

    - Dukungan Emosional

  • 23

    233

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

    penelitian yang diarahkan untuk mendiskripsikan atau menguraikan suatu keadaan

    di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian

    ini yang akan dideskripsikan adalah dukungan keluarga dalam pelaksanaan

    program CMHN di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo

    Kabupaten Aceh Barat tahun 2013.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo

    Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat. Pelaksanaan pengumpulan data

    dilakukan pada tanggal 1 Oktober sampai dengan 8 Oktober tahun 2013.

    3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

    3.3.1 Populasi

    Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo,

    2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang

    anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di wilayah Kerja Puskesmas

    Mereubo yaitu 84 keluarga.

    3.3.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, (Arikunto,

    2006). Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik “total

  • 24

    24

    populasi” yaitu semua sampel yang ada dijadikan objek penelitian. Jumlah

    sampel keseluruhan adalah 84 orang.

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Primer

    Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari responden

    melalui pengisian kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

    yang berisikan pertanyaaan tentang dukungan keluarga dalam pelaksanaan

    program CMHN dan responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda

    (√) pada jawaban yang tersedia. Pada bagian pertama kuesiner berisi data

    demografi responden. Untuk sub variabel dukungan keluarga terdiri dari 10

    pertanyaan sehingga jumlah pertanyaan seluruhnya menjadi 40.

    3.4.2 Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang berasal dari selain responden yaitu data

    yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Mereubo Kecamatan Mereubo Kabupaten

    Aceh Barat.

  • 25

    25

    3.5. Defenisi Operasional Variabel

    Tabel 3.1. Definisi Operasional

    No Variabel Keterangan

    1 Dukungan

    Keluarga

    Defenisi Sikap tindakan dan penerimaan

    keluarga terhadap penderita yang

    sakit

    a. Informasional Defenisi

    Cara ukur

    Alat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Dukungan yang berbentuk nasehat,

    usulan,saran, petunjuk dan

    pemberian informasi

    Wawancara

    Kuesioner

    1. Baik

    2. Kurang

    Ordinal

    b. Penilaian Defenisi

    Cara ukur

    Alat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Dukungan yang berbentuk support,

    pengakuan, penghargaan, dan

    perhatian

    Wawancara

    Kuesioner

    1. Baik

    2. Kurang

    Ordinal

    c. Instrumental Defenisi

    Cara ukur

    Alat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Dukungan yang berbentuk materi

    dan sarana

    Wawancara

    Kuesioner

    1. Baik

    2. Kurang

    Ordinal

    d. Emosional Defenisi

    Cara ukur

    Alat ukur

    Hasil ukur

    Skala ukur

    Dukungan yang berbentuk

    kepercayaan, perhatian dan

    mendengarkan seluruh keluhan

    pasien jiwa

    Wawancara

    Kuesioner

    1. Baik

    2. Kurang

    Ordinal

    2 Program CMHN Definisi Kegiatan peningkatan kesehatan jiwa di

    masayarakat

  • 26

    26

    3.6 Aspek Pengukuran Variabel

    Dukungan keluarga diukur dengan menggunakan skala Gutmant, yaitu

    setiap jawaban ya diberi skor 1 dan setiap jawaban tidak diberi skor 0. Jumlah

    pertanyaan adalah 40 pertanyaan. Jumlah kategori yang digunakan untuk sub

    variabel adalah 2 kategori yaitu baik, dan kurang. Untuk menentukan rentang

    antar kategori digunakan rumus ; (Notoatmodjo, 2010).

    Keterangan :

    I : Interval

    H : Tinggi

    L : Rendah

    K : Katagori

    Variabel informasional

    Sehingga didapatkan :

    Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5

    Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

    Variabel Penilaian

    H – L I =

    K

    10 - 0

    I = 2

    I = 5

    10 - 0 I =

    2 I = 5

  • 27

    27

    Sehingga didapatkan :

    Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5

    Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

    Variabel Instrumental

    Sehingga didapatkan :

    Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5

    Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

    Variabel Emosional

    Sehingga didapatkan :

    Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh antara > 5

    Kategori kurang : apabila nilai yang diperoleh antara ≤ 5

    3.7 Metode Analisa Data

    Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    univariat. Analisis univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari

    tiap-tiap variabel yang bertujuan mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Budiarto,

    2002). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik univariat

    digunakan untuk menganalisa variabel dan ditampilkan dalam bentuk tabel

    distribusi frekuensi.

    10 - 0 I =

    2

    I = 5

    10 - 0

    I = 2

    I = 5

  • 28

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

    UPTD Puskesmas Meurebo berdiri pada tahun 1992 yang dikelola oleh

    Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang beralamat Jalan Datoek

    Janggoet Meuh Gampong Meurebo Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat.

    Secara Geografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Meurebo terbagi dua wilayah,

    yaitu : wilayah pesisir terdiri dari 16 Gampong dan wilayah pegunungan sebanyak

    11 Gampong.

    Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas meurebo, disebelah utara

    berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI

    Kabupaten Aceh Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia,

    sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Padang Rubek

    Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, sebelah Barat berbatasan

    dengan wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan

    Kabupaten Aceh Barat.

    4.1.2 Hasil Analisa Univariat

    4.1.2.1 Dukungan Informasional

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meureboe Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Dukungan Informasional f %

    1. Baik 68 81

    2. Kurang 16 19

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

  • 29

    Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan

    informasional berada pada kategori baik dengan jumlah 68 orang (81%).

    4.1.2.2 Dukungan Penilaian

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Dukungan Penilaian f %

    1. Baik 72 86

    2. Kurang 12 14

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan

    penilaian berada pada kategori baik dengan jumlah 72 orang (86%).

    4.1.2.3 Dukungan Instrumental

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Dukungan Instrumental f %

    1. Baik 64 76

    2. Kurang 20 24

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa mayoritas dukungan

    instrumental berada pada kategori baik dengan jumlah 64 orang (76%).

    4.1.2.4 Dukungan Emosional

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Dukungan Emosional f %

    1. Baik 79 94

    2. Kurang 5 6

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

  • 30

    Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas

    dukungan emosional berada pada kategori baik dengan jumlah 79 orang (94%).

    4.1.2.5 Jenis Kelamin

    Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Jiwa di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat tahun 2013

    No Jenis Kelamin f %

    1. Laki- laki 51 61

    2. Perempuan 33 39

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui mayoritas responden (61%)

    adalah laki- laki.

    4.1.2.6 Umur

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Jiwa di Wilayah Kerja

    Puskesmas Meurebo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

    No Umur f %

    1. Dewasa Awal 70 83,3

    2. Dewasa Tengah 12 14,3

    3. Dewasa Akhir 2 2,4

    Total 84 100 Sumber : Data primer diolah tahun 2013

    Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui mayoritas umur pasien jiwa

    terbanyak berada pada kategori dewasa awal (83,3%) dan paling sedikit berada

    pada kategori dewasa akhir sebanyak (2,4%).

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Dukungan Informasional

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui 68 (81%) responden menyatakan

    telah memberikan dukungan informasional, hal ini menunjukkan bahwa keluarga

    pasien jiwa telah memberikan informasi yang baik kepada pasien jiwa. Dengan

  • 31

    demikian dukungan informasional ini perlu terus ditingkatkan sehingga pasien

    jiwa merasa masih diperhatikan oleh keluarganya.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012)

    Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi

    tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang

    dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

    adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

    dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

    dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

    informasi.

    Oleh karena itu, pada keluarga pasien jiwa diharapkan tetap terus

    memberikan nasehat dan informasi yang bersifat positif pada pasien jiwa agar

    mereka dapat meneruskan hidup dengan penuh kasih sayang.

    4.2.2 Dukungan Penilaian

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui 72 (86%) responden menyatakan

    telah memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien

    jiwa. Dukungan informasi keluarga meliputi mengingatkan klien untuk berobat,

    memberikan solusi dari masalah yang dihadapi klien, memberikan nasehat dan

    saran.

    Penelitian yang dilakukan oleh Barton dalam Hawari (2003)

    menunjukkan bahwa 50% dari penderita sakit jiwa kronis yang menjalani program

    rehabilitasi dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri kembali di

    keluarga dan masyarakat. Keberfungsian sosial pasien pasca perawatan juga dapat

    ditingkatkan melalui program intervensi keluarga. Intervensi keluarga perlu

  • 32

    dilakukan secara terstruktur dan dikoordinasikan dalam 2 model perawatan yang

    menyeluruh agar lebih efektif sehingga membantu pasien meraih penyesuaian

    sosial yang maksimal.

    Sesuai dengan pendapat Caplan dalam Friedman (2012) bahwa

    Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan

    menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota

    keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Bentuk

    dukungan ini melibatkan pemberiaan informasi, saran atau umpan balik tentang

    situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu

    untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.

    4.2.3 Dukungan Instrumental

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui 64 (76%) responden yang telah

    memberikan dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya

    ditingkatkan dukungan Instrumental bagi pasien jiwa guna meningkatkan derajat

    kesehatan bagi pasien jiwa itu sendiri dan hal ini tentunya dapat berdampak positif

    bagi keluarga pasien jiwa.

    Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan konkrit

    diantaranya: bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga

    dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau

    stamina dan semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada

    perhatian atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang seda ng

    mengalami kesusahan atau penderitaan.

  • 33

    Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa selain

    dukungan informasional, dan penilaian, dukungan instrumental dan emosional

    sangat diperlukan demi keberlangsungan hidup yang baik bagi pasien jiwa.

    4.2.4 Dukungan Emosional

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui 79 (94%) responden menyatakan

    telah memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar

    pasien jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga. Keluarga

    sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta

    membantu penguasaan terhadap emosi.

    Hal ini sesuai dengan manfaat dari dukungan emosional dimana secara

    emosional dapat menjamin nilai-nilai individu (baik pria maupun wanita) akan

    selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari

    dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,

    adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta di dengarkan.

    Dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada klien dalam

    proses penyembuhan adalah menerima kondisi klien, tetap berkomunikasi dengan

    klien tanpa emosional dan memperhatikan kondisi klien. Dukungan nyata

    keluarga meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan

    biaya pengobatan, material seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-

    hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta

    dapat membantu menyelesaikan masalah klien. Dukungan penghargaan keluarga

    yaitu berupa dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada klien (Cohen

    dan Mc Kay dalam Niven, 2000).

  • 34

    Berbagai macam penyuluhan dan sosialisasi perlu dilakukan mengingat

    bahwa penyakit ini memang masih kurang popular di kalangan masyarakat awam

    dan sampai saat ini masih belum juga ditemukan terapi yang manjur untuk

    menyembuhkannya (Irmansyah, 2006).

  • 35

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 81% responden menyatakan telah

    memberikan dukungan informasional, hal ini menunjukkan bahwa keluarga

    pasien jiwa telah memberikan informasi yang baik kepada pasien jiwa.

    2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui 86% responden menyatakan telah

    memberikan dukungan penilaian, hal ini berdampak positif bagi pasien jiwa.

    3. Dari hasil penelitian diketahui 76% responden yang telah memberikan

    dukungan instrumental, hal ini menunjukkan bahwa perlunya ditingkatkan

    dukungan Instrumental guna meningkatkan derajat kesehatan bagi pasien jiwa.

    4. Berdasarkan hasil penelitian diketahui (94%) responden menyatakan telah

    memberikan dukungan emosional, hal ini dapat terus ditingkatkan agar pasien

    jiwa merasa diberikan kepercayaan dan perhatian oleh keluarga.

    5.2 Saran

    1. Bagi petugas kesehatan dan instansi terkait dianjurkan untuk memberikan

    konseling mengenai dukungan keluarga bagi pasien jiwa guna kelancaran

    pelaksanaan Program Community Mental Health Nursing (CMHN).

    2. Bagi masyarakat diharapkan agar dapat ikut serta dalam memberikan dukungan

    sosial guna kelancaran Program Community Mental Health Nursing (CMHN).

    3. Diharapkan kepada keluarga pasien jiwa agar lebih meningkatkan dukungan

    informasional, penilaian, instrumental maupun dukungan emosional guna

    keberlangsungan hidup pasien jiwa yang lebih baik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

    Arif. 2009. Object Relations Family Therapy Bagi Keluarga Pasien Gangguan Jiwa. http://books.google.co.id. (19 Januari 2009).

    DepKes RI. 2002. Pedoman Umum Pengenalan Masalah Psikososial Bagi

    Petugas Kesehatan/Puskesmas. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta.

    DepKes RI. 2012. Penderita Gangguan Jiwa Meningkat Tiap Tahunnya. http://kesehatan.com. (05 Oktober 2010).

    DinKes Aceh. 2012. Angka Gangguan Jiwa Di Kabupaten. http://kesehatan.com.

    (09 Maret 2012).

    DinKes Aceh Barat. 2012. Profil Dinas Kesehatan Aceh Barat Tahun 2012.

    Friedman. 2012. Pengertiam Dukungan Keluarga. http://psychologymania.com. (17 Agustus 2012).

    Hawari. 2003. Makalah Community Mental Health Nursing (CMHN).

    http://psikologijiwa.com. (05 Mei 2013).

    Irmansyah. 2006. Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).

    Keliat. 2006. Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. EGC. Jakarta.

    Kuncoro. 2006. Psikologi Keluarga: Peran Orang Tua Menuju Coparenting. Salemba Medika. Jakarta.

    Niven. 2000. Dukungan Emosional Dalam Menyikapi Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).

    Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

    Puskesmas Meurebo. 2011. Data Pasien Jiwa Tahun 2011.

    Puskesmas Meurebo. 2012. Data Pasien Jiwa Tahun 2012.

    Puskesmas Meurebo. 2013. Data Pasien Jiwa Tahun 2013.

    Psikologi. 2012. Pengertian Gangguan Jiwa. http://psikologijiwa.com. (21 Januari 2012).

    Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.

    Sulistiawati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.

    http://kesehatan.com/http://www.psychologymania.co/http://psikologijiwa.com/

  • Soetjiningsih. 2012. Pengertian Dukungan Keluarga.

    http://psychologymania.com. (12 Agustus 2012).

    Supiyani. 2010. Mari Kenali Kesehatan Jiwa. http://medistra.com. (22 Juli 2010).

    UUD Kesehatan. 2009. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009. http://kesehatan.com. (25 Maret 2010).

    http://psychologymania.com/http://medistra.com/http://kesehatan.com/

    ANITA NIM 06C10104260-Unlicensed-COVER

    RAHMI WATI NIM 06C10104220-Unlicensed-COVER K'AMIBAB IBAB IIBAB 3-Unlicensed-BAB IV K'AMI-Unlicensed-BAB V K'AMIDAFTAR PUSTAKA