gambaran ekokardiografi disfungsi diastolik asimptomatik pada penderita diabetes melitus tipe 2 di...

Upload: nadiaappnorman

Post on 13-Oct-2015

51 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gambaran ekokardiografi

TRANSCRIPT

2

GAMBARAN EKOKARDIOGRAFI DISFUNGSI DIASTOLIK ASIMPTOMATIK PADA PENDERITA DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK ENDOKRIN

METABOLIK RSMH PALEMBANG

Nadia Aini Putri Panisutia1, Erwin Sukandi2, Phey Liana31. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya,

2. Sub Bagian Kardiologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

3. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

Jl. Dr. Moh. Ali Komplek RSMH, Palembang, 30126, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dengan angka morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat. American Heart Association, 1999 melaporkan dua dari tiga penderita diabetes melitus meninggal karena penyakit kardiovaskular, sebagian besar diantaranya disebabkan gagal jantung kongestif. Gangguan fungsi diastolik pada penderita diabetes melitus dengan gagal jantung kongestif terjadi lebih awal dibandingkan dengan gangguan fungsi sistolik. Pemeriksaan ekokardiografi pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat mendeteksi gangguan fungsi diastolik secara dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ekokardiografi penderita diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin Metabolik RSMH Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang melibatkan 38 orang penderita diabetes melitus tipe 2 yang berobat di Poliklinik Endokrin Metabolik RSMH Palembang tanpa riwayat hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit jantung iskemik, kardiomiopati hipertrofi dan penyakit ginjal kronik. Disfungsi diastolik ditemukan pada 57,90% penderita, sebagian besar diantaranya adalah perempuan (66,70%). Disfungsi diastolik ditemukan pada 100% penderita kelompok usia 60-69 tahun, 100% pada penderita obesitas, 100% pada penderita yang tidak mengkonsumsi obat secara teratur dan 77,80% pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang telah menderita diabetes selama 6-10 tahun. Disfungsi diastolik banyak ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Karena itu, kontrol gula darah harus dijaga agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan ekokardiografi sebaiknya dilakukan sebagai deteksi dini gagal jantung kongestif.

Abstract

Diabetes mellitus is a chronic disease with the highest morbidity and mortality rates in the world and its prevalence is keep increasing. American Heart Association, 1999 reported two out of three people with diabetes die of cardiovascular disease, most of them due to congestive heart failure. Impaired diastolic function in type 2 diabetes mellitus patients with congestive heart failure occurs earlier than systolic dysfunction. Echocardiographic evaluation in type 2 diabetes patients can detect diastolic dysfunction in early stage. This study aims to describe the echocardiographic evaluation in type 2 diabetes patients at Endocrine Metabolic Outpatients Clinic RSMH Palembang. This research was a descriptive observational included 38 type 2 diabetes mellitus patients who got treatment at Endocrine Metabolic Outpatients RSMH Palembang without evidence of hypertensive heart disease, ischemic heart disease, heart valve disease, cardiomyopathy hypertrophy and chronic kidney disease. Diastolic dysfunction was found in 57.90% of patients, most of them were women (66.70%). Diastolic dysfunction was found in 100% of patients in 60-69 years age group, 100% in obese, 100% in patients who were not taking medication regularly and 77.80% in patients with type 2 diabetes mellitus who have had diabetes for 6-10 years. Diastolic dysfunction was commonly found in type 2 diabetes patients. Therefore, blood sugar should be controlled in order to avoid further complications. Echocardiographic evaluation should be performed as early detection of congestive heart failure.

Keywords: type 2 diabetes mellitus, echocardiographic evaluation, diastolic dysfunction

1. Pendahuluan

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Penyakit ini merupakan penyakit kronis dengan angka morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat.1,2,3

World Health Organization, 2000 melaporkan bahwa sekitar 171 juta orang didunia menderita diabetes melitus dan angka ini akan bertambah dua kali lipat pada tahun 2025.1

Penelitian epidemiologi terakhir yang dilakukan di Indonesia dilakukan oleh penelitian dan pengembangan Departemen Kesehatan yang dikeluarkan pada Desember 2008 di beberapa provinsi, yaitu: Kalimantan Barat, Maluku Utara, Riau, Bangka Belitung, Nangroe Aceh, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Gorontalo, Jawa Timur, DKI Jakarta, Lampung dan Kalimantan Timur menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk diabetes adalah 5,7%.3Diabetes melitus merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya gagal jantung kongestif. Studi Jantung Framingham menunjukkan bahwa gagal jantung kongestif pada penderita diabetes melitus dapat terjadi terlepas dari ada atau tidaknya penyakit jantung koroner atau hipertensi. Pada penderita gagal jantung kongestif, disfungsi diastolik terjadi sebelum disfungsi sistolik. Disfungsi diastolik mengacu pada gangguan fungsi jantung dimana terjadi abonormalitas pada saat pengisian darah ke ventrikel kiri.4,5Sherstha NR dkk, 2009 melaporkan bahwa dari 100 orang penderita diabetes melitustipe 2 yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi di Internal Medicine Department of B. P. Koirala Institute of Health Science, Dharan, 71% diantaranya ditemukan kelainan fungsi diastolik.Mamatha B Patil dkk, 2012 menemukan kelainan fungsi diastolik ini pada 64% dari 50 orang yang menderita diabetes melitus tipe 2 di K.L.E.S Dr. Prabhakar Kore Hospital and Medical Research Center, Belgaum. Kejadian disfungsi diastolik diatas dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus tipe 2 dan kontrol glukosa darah.6,7Pemeriksaan ekokardiografi pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat membantu mendeteksi kondisi ini secara dini sehingga berguna untuk intervensi awal untuk menghindari onset gagal jantung kongestif.6,7,82. Metode Penelitian

Penelitian gambaran ekokardiografi disfungsi diastolik pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Endokrin Metabolik Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang merupakan suatu penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan desain potong lintang yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2013 hingga November 2013.

Penderita diabetes melitus tipe 2 baik laki-laki dan perempuan yang berusia lebih dari 18 tahun, bersedia mengikuti penelitian dan tidak menderita penyakit hipertensi, penyakit katup jantung, penyakit jantung iskemik, penyakit kardiomiopati hipertrofi, dan penyakit ginjal kronik dimasukkan kedalam penelitian.

Pengambilan data dilakukan secara langsung terhadap 70 orang penderita diabetes melitus tipe 2 melalui wawancara menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan secara tertulis, pemeriksaan tekanan darah yang dilakaukan oleh peneliti dan data sekunder (kadar HbA1c) diambil dari rekam medik. Sebanyak 43 orang diantaranya memenuhi kriteria penelitian dan 38 orang diantaranya memenuhi panggilan untuk dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Sejumlah 27 orang penderita dikeluarkan dari penelitian karena menderita hipertensi.

Penderita yang masuk ke kriteria inklusi dikirim oleh dokter residen yang bertugas di bagian endokrin metabolik untuk dilakukan pemeriksaan ekokardiografi oleh dr. Erwin Sukandi, Sp.PD, KKV.

Data yang terkumpul diolah dengan SPSS dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk grafik yang disertai kalimat-kalimat narasi untuk memperjelas. Data yang terdistribusi normal dilaporkan dalam meanSD, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal dilaporkan dalam median (rentang).

3. Hasil

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penderita yang memenuhi kriteria penelitian diteruskan ke tahap kedua yaitu pemeriksaan ekokardiografi. Dari 70 orang penderita diabetes melitus tipe 2 yang dilakukan anamnesis dan pemeriksaan pemeriksaan fisik, 43 orang memenuhi kriteria penelitian dan hanya 38 orang yang datang untuk melakukan pemeriksaan ekokardiografi. Sejumlah 27 orang penderita dikeluarkan dari penelitian karena menderita hipertensi.

Karakteristik subjek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, lama menderita diabetes melitus tipe 2, keteraturan konsumsi obat, dan kadar HbA1c.

Subjek penelitian terdiri 23 orang laki-laki dan 15 orang perempuan dengan rerata umur 52,3911,92 tahun. Rerata indeks masa tubuh penderita adalah 24,00 (15,90-38,80). Data lama menderita diabetes melitus tipe 2 3,00 (0,16-10,00) tahun. Sebanyak 92,10% penderita mengkonsumsi obat secara teratur sedangkan 7,90% lainnya tidak teratur (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik dasar penderita diabetes melitus tipe 2KarakteristikHasil

Jenis Kelamin

Laki-laki (%) 60,50

Perempuan (%) 39,50

Umur52,3911,92*

IMT24,00 (15,90-38,80)**

Lama Menderita DM Tipe 23,00 (0,16-10,00)**

Keteraturan Konsumsi Obat

Ya (%)92,10

Tidak (%)7,90

Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik120 (110-130)**

Tekanan Darah Diastolik80 (70-80)*

*MeanSD

** Median (rentang)

Subjek penelitian yang dilakukan pemeriksaan ekokardiografi sebanyak 38 orang, terdiri dari 23 orang (60,50%) laki-laki dan 15 orang perempuan (39,50%). Disfungsi diastolik ditemukan pada 12 orang penderita laki-laki (52,20%) dan 10 orang penderita perempuan (66,70%). Distribusi subyek selengkapnya disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Distribusi disfungsi diastolik berdasarkan jenis kelaminVariabel usia subjek dibagi menjadi empat kelompok umur. Disfungsi diastolik ditemukan pada 66,70% penderita pada kelompok usia 40-49 tahun, 48% pada kelompok 50-59 tahun dan 100% pada kelompok umur 60 - 69 tahun. Distribusi subyek selengkapnya disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Distribusi disfungsi diastolik

berdasarkan umur

Kategori Indeks Masa Tubuh dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan Pedoman dan Pengukuran Pemeriksaan Riset Kesehatan Dasar Depkes RI tahun 2007 yaitu underweight, normal, overweight dan obesitas. Disfungsi diastolik ditemukan pada sejumlah 50% penderita yang underweight, 45,50% pada penderita yang memiliki berat badan normal, 62,50% pada penderita yang overweight, dan 100% pada penderita yang obesitas. Distribusi subjek berdasarkan indeks masa tubuh selengkapnya disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Distribusi disfungsi diastolik berdasarkan indeks masa tubuh

Lama menderita diabetes melitus tipe 2 dibagi menjadi dua kategori. Sebagian besar penderita disfungsi diastolik menderita diabetes melitus tipe 2 selama 6-10 tahun (77,80%), sedangkan sisanya menderita penyakit ini selama 0-5 tahun (51,70%). Distribusi subjek berdasarkan lama menderita diabetes melitus tipe 2 disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Distribusi disfungsi diastolik berdasarkan lamanya menderita diabetes melitus tipe 2Kategori keteraturan berobat didasarkan kepada keteraturan penderita menggunakan atau mengkonsumsi obat oral, injeksi ataupun keduanya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Sebagian besar penderita (92,10%) mengkonsumsi obat secara teratur. Sedangkan 3 orang (7,90%) tidak teratur. Disfungsi diastolik ditemukan pada 54,30% penderita yang mengkonsumsi obat secara teratur dan 100% penderita yang tidak mengkonsumsi obat secara teratur. Distribusi subjek berdasarkan keteraturan konsumsi obat disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi disfungsi diastolik berdasarkan keteraturan konsumsi obatPenelitian ini tidak berhasil mendapatkan data kadar HbA1c karena penderita tidak memiliki hasil pemeriksaan laboratoriumnya.

4. Pembahasan

Kejadian disfungsi diastolik pada penelitian ini ditemukan sebesar 57,90%, dengan persentase yang lebih besar pada kelompok jenis kelamin perempuan yang semua subyeknya telah memasuki masa menopause yaitu 66,70% dibandingkan dengan laki-laki sebesar 52,20%. Penelitian Patil MB dkk pada tahun 2012 yang melibatkan 50 orang penderita diabetes melitus tipe 2 asimptomatik menunjukkan hasil yang serupa dengan perbandingan perempuan sebesar 68,18% dan laki-laki sebesar 60,17%. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan produksi estrogen pada perempuan postmenopause. Estrogen merupakan vasodilator langsung yang juga berperan untuk mempromosikan produksi nitric oxide sebagai agen vasodilator kuat. Selain itu, estrogen memiliki efek inhibitor pada proliferasi sel otot polos pembuluh darah. Oleh karena itu, menurunnya produksi estrogen pada perempuan postmenopause mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah yang akan merangsang peningkatan aktivitas renin angiotensin II yang akan menambah stres oksidatif dan merusak struktur jaringan jantung yang akan berkembang menjadi fibrosis sehingga akan terjadi gangguan relaksasi ventrikel kiri. 7,9,10Disfungsi diastolik paling banyak dijumpai pada kelompok umur 60-69 tahun sebesar 100%, diikuti dengan kelompok umur 40-49 tahun sebesar 66,70% dan 50-59 tahun sebesar 48%. Patil MB dkk, 2012 melaporkan sebanyak 85,70% disfungsi diastolik pada kelompok umur 60-69 tahun. Perubahan elastisitas jantung yang terjadi pada usia lanjut termasuk pada individu yang sehat berakibat pada turunnya kemampuan jantung dalam merespon perubahan tekanan sistem arteri.7,11,12,13Berdasarkan kategori indeks masa tubuh, disfungsi diastolik ditemukan pada 100% penderita yang obesitas, 62,50% pada penderita overweight, 50% pada penderita underweight, dan 45,50% pada penderita dengan indeks masa tubuh yang normal. Patil VC dkk, 2011 melaporkan bahwa kejadian disfungsi diastolik ditemukan pada 50% penderita yang obesitas. Pada penderita diabetes yang obesitas, jaringan adiposa akan meradang yang apabila terjadi terus menerus akan mengakibatkan inflamasi kronik dan akan memberikan efek samping selular yaitu produksi radikal bebas yang berlebihan dan berkurangnya antioksidan. Stres oksidatif yang terjadi terus menerus akan menjadi toksik pada jantung dan pada akhirnya akan terbentuk jaringan fibrosis yang merubah struktur jaringan jantung yang akan menyebabkan disfungsi diastolik.14,15,16Disfungsi diastolik paling banyak ditemukan pada pasien yang menderita diabetes melitus tipe 2 selama 6-10 tahun yaitu sebanyak 77,80%, sedangkan pada kategori 0-5 tahun sebesar 51,70%. Patil MB dkk, 2012 menemukan 40,60% kasus disfungsi diastolik pada kelompok pasien yang menderita diabetes melitus selama 6-10 tahun sedangkan Patil VC dkk, 2011 menemukan 61,40% kasus pada kelompok yang sama. Keadaan ini disebabkan karena stres oksidasi dan peningkatan aktifitas sistem renin angiotensin yang berlangsung lama sehingga terjadi perubahan struktur jantung.7,10,16,

Disfungsi diastolik ditemukan pada 54,30% kasus pada penderita yang teratur mengkonsumsi obat selama tiga bulan terakhir, sedangkan semua penderita yang tidak teratur mengkonsumsi obat mengalami disfungsi diastolik. Keteraturan konsumsi obat diharapkan dapat mengendalikan kadar gula darah agar tidak terjadi cedera jaringan lebih lanjut.17Penelitian ini tidak berhasil mendapatkan data HbA1c karena pasien tidak memiliki hasil pemeriksaan laboratoriumnya. Namun, Patil MB dkk, 2012 melaporkan bahwa disfungsi diastolik ditemukan pada 18,75% pasien dengan kadar glukosa terkontrol, 75% pada pasien yang kurang terkontorol dan 85% pada pasien yang tidak terkontrol. Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan menyebabkan fibrosis otot jantung yang akan berujung pada disfungsi diastolik.7

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya melaporkan angka kejadian dan karakteristik karakteristik (jenis kelamin, umur, BMI, lamanya menderita DM tipe 2, kepatuhan berobat, kadar HbA1c) pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengalami disfungsi diastolik di Poliklinik Endokrin Metabolik RSMH Palembang. Pengaruh karakteristik tersebut terhadap disfungsi diastolik tidak diteliti dan data HbA1c tidak berhasil didapatkan.

5. Simpulan

Disfungsi diastolik banyak ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Karena itu, kontrol gula darah harus dijaga agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan ekokardiografi sebaiknya dilakukan sebagai deteksi dini gagal jantung kongestif.

Daftar Acuan

1. World Diabetes Foundation. Diabetes facts. (on line) www.worlddiabetesfoundation.org. 2010.

2. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global Prevalence of Diabetes; Estimates For The year 2000 Projections For 2030. Diabetes Care 2005; 27(5): 104753.3. Suyono S. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Dalam: Suyono S, Waspadji S. (Editor). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI. 2009: 15-7.4. Zarich SW, Arbuckle BE, Cohen LR, Roberts M, Nesto RW. Diastolic Abnormalities in Young Asymptomatic Diabetic Patients Assessed by Pulsed Doppler Echocardiography. J Am Coll Cardiol 1988; 12 (1): 114-20.

5. Cooper LT. Definition And Classification of The cardiomyopathies. Dalam: Basow DS (editor). Definition And Classification of The Cardiomyopathies. (online) Http://www.uptodate.com. 2013.6. Shrestha NR, Sharma SK, Karki P, Shrestha NK, Acharya P. Echocardiographic Evaluation of Diastolic Function in Asymptomatic Type 2 Diabetes. J Nepal Med Assoc 2009; 48(173): 20-3.7. Patil MB, Burji NPA. Echocardiographic Evaluation of Diastolic Dysfunction in Asymptomatic Type 2 Diabetes Mellitus. JAPI 2012; Vol. 60.

8. Zarich SW, Nesto RW. Diabetic Cardiomyopathy. Am Heart J 2001; 35: 166-8.

9. Okura H, Takada Y, Yamabe A, Kubo T, Asawa K, Ozaki T, dkk. Age And Gender Specific Changes in The Left Ventricular Relaxation: A Doppler Echocardiographic Study in Healthy Individuals. Circ Cardiovasc Imaging 2009; 2(1): 41-46.10. Fiordaliso F, Li B, Latini R, Sonnenblick EH, Anversa P, Leri A, dkk. Myocyte Death in Streptozotocin-Induced Diabetes in Rats is Angiotensin II-Dependent. Lab Invest 2000; 80: 513-527.

11. Stern S, Behar S, Gottlieb S. Aging And Disease of The Heart. Circulation 2003; 108: e99-e101.12. Fleg Jl, Strait J. Age Associated Changes in Cardiovascular Structure And Function: A Fertile Milieu For Future Disease. Heart Fail Rev 2012; 17(4-5): 545-54.13. Oemar H, Nanda NC, Kyoshi Y, Takahiro S, Nozomi W. Textbook of Echocardiography: Interpretasi dan Diagnosis Klinik. Jakarta: Yayasan Mencerdaskan Bangsa (YMB). 2005: 193-213.

14. Hold GL, El-Omar ME. Genetic Aspects of Inflammation And Cancer. Biochem J 2008; 1; 410(2): 225-235.15. Avogaro A, Vigili DKS, Negut C, Tiengo A, Scognamiglio R. Diabetic Cardiomyopathy: A Metabolic Perspective. Am J Cardiol 2004; 93: 13A-16A.

16. Patil VC, Patil HV, Shah KB, Vasani JD, Shetty P. Diastolic Dysfunction in Asymptomatic Type 2 Diabetes Mellitus With Normal Systolic Function. JCDR 2011: Vol. 2 / No 4.17. Poornima IG, Parikh P, Shannon RP. Diabetic Cardiomyopathy: The Search For Unifying HypoThesis. Circ Res 2006; 98: 596-605._1452081214.xlsChart1

10

24

1312

06

Disfungsi Diastolik (-)

Disfungsi Diastolik (+)

Sheet1

Disfungsi Diastolik (-)Disfungsi Diastolik (+)

30-39thn10

40-49thn24

50-59thn1312

60-69thn06

To update the chart, enter data into this table. The data is automatically saved in the chart.

_1452081232.xlsChart1

0.51

1210

35

06

Disfungsi Diastolik (-)

Disfungsi Diastolik (+)

Sheet1

Disfungsi Diastolik (-)Disfungsi Diastolik (+)

Underweight11

Normal1210

Overweight35

Obesitas06

To update the chart, enter data into this table. The data is automatically saved in the chart.

_1325921785.xlsChart1

1415

27

Disfungsi Diastolik (-)

Disfungsi Diastolik (+)

Sheet1

Disfungsi Diastolik (-)Disfungsi Diastolik (+)

0-5 tahun1415

6-10 tahun27

To update the chart, enter data into this table. The data is automatically saved in the chart.

_1452081200.xlsChart1

1112

510

Disfungsi Diastolik (-)

Disfungsi Diastolik (+)

Sheet1

Disfungsi Diastolik (-)Disfungsi Diastolik (+)

Laki-laki1112

Perempuan510

To update the chart, enter data into this table. The data is automatically saved in the chart.

_1325921782.xlsChart1

1619

03

Disfungsi Diastolik (-)

Disfungsi Diastolik (+)

Sheet1

Disfungsi Diastolik (-)Disfungsi Diastolik (+)

Ya1619

Tidak03

To update the chart, enter data into this table. The data is automatically saved in the chart.