gambar 3.16 peta rtrw kota bogor 39 - · pdf file48 kepadatan penduduk per kecamatan dan...
TRANSCRIPT
39
Gambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor
40
Gambar 3.17 Peta RTRW Kabupaten Bogor
41
Gambar 3.18 Peta RTRW Kota Depok
42
Gambar 3.19 Peta RTRW Kota Tangerang
43
Gambar 3.20 Peta RTRW Kabupaten Tengarang
44
Gambar 3.21 Peta RTRW Kota Bekasi
45
Gambar 3.22 Peta RTRW Kabupaten Bekasi
46
3.3 Pengolahan Data
Pada tahap pengolahan data, dilakukan pengolahan terhadap data-data yang telah di
peroleh untuk menghasilkan informasi yang akan di analisis.
Langkah awal dilakukan penyamaan format data, yaitu kedalam format *.shp, sehingga
data peta-peta RTRW yang berformat *.jpg dikonversikan terlebih dahulu kedalam
format *.shp, dimana dalam proses konversi ini terdiri atas 3 tahap yaitu:
1. Rektifikasi Softcopy Peta RTRW
Pada tahap ini softcopy peta RTRW, direktifikasi agar ber-georeference, dengan
menggunakan software Global Mapper 6.
Dimulai dengan input softcopy peta RTRW ke dalam software Global Mapper 6,
kemudian tiap titik-titik pojok dari peta RTRW tersebut di daftarkan, kemudian di
peta tersebut diproyeksikan terhadap sistem proyeksi UTM zona -48, dan di
transformasi ke dalam datum WGS 84.
Setelah itu peta yang telah terrektifikasi di impor kedalam format GeoTiff.
2. Digitasi Peta RTRW
Pada tahap ini peta RTRW yang telah di rektifikasi, di digitasi dengan
menggunakan software Autodesk Land Desktop 2004. Dimulai dengan
memasukan peta RTRW yang telah di rektifikasi, setelah itu baru dibuat layer
digitasi, dan dimulai proses digitasi.
Setelah selesai baru di buat topologi dari hasil digitasi tersebut, setelah itu baru
dilakukan export data RTRW tersebut kedalam format *.shp.
3. Memasukan data attribut kedalam data RTRW berformat *.shp.
Tahap ini adalah tahap terakhir pada proses pengolahan data. Untuk memasukan
data attribut kedalam data RTRW berformat *.shp, dilakukan satu persatu
kedalam tabel basis data yang ada pada data dengan menggunakan software
ArcView GIS 3.3.
47
Pada tahap pengolahan data selanjutnya, dilakukan proses analisis data untuk
memperoleh informasi hasil kesesuaian lahan meliputi langkah-langkah sebagai berikut
(Gambar 3.23) :
Gambar 3.23 Tahapan Analisis
1. Penentuan kriteria untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik,
yang meliputi jenis tanah, kemiringan lahan (slope), curah hujan , ketinggian dan
penggunaan lahan yang telah ada (land use existing).
2. Analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria karakteristik fisik
Karakteristik fisik dan sosioekonomi wilayah Bodetabek ini diperoleh dari kriteria
jenis tanah, kemiringan lahan (slope), curah hujan, ketinggian, dan penggunaan
lahan yang telah ada (land use existing) yang mewakili karakteristik fisik, kriteria
Faktor Alam
Identifikasi Fisik
Faktor Manusia
Identifikasi
Sosial
Identifikasi Ekonomi
Analisis Kesesuaian
Lahan
Land Use Existing
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Analisis kecocokan untuk penatagunaan lahan optimal berdasarkan existing land use dan
pemanfaatan lahan optimal
Analisis kecocokan untuk penatagunaan
lahan optimal berdasarkan pemanfaatan lahan optimal dan Rencana Umum Tata
Ruang
Overlay
Analisis Kesesuaian
Analisis Kesesuaian
48
kepadatan penduduk per kecamatan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang mewakili karakteristik sosioekonomi.
Untuk karakteristik fisik wilayah Bodetabek ini, diperoleh melalui penyusunan
kriteria, dimana dasar penentuan kriteria kelas kesesuian lahan berdasarkan aspek
fisik ini diambil dari sumber :
• UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
• UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
• Keppres No.114 tahun 1999 Tentang Wilayah Bopunjur
• PP No.16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
• PP No.47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Draft Rakeppres Tentang Kawasan Jabodetabekpunjur
• RTRW Kabupaten Cianjur 2005-2015
• Buku berjudul “Perencanaan Pembangunan Wilayah” karangan Robinson
Tarigan
Diperoleh klasifiskasi kesesuaian lahan sebagai berikut : Kelas Klasifikasi JenisTanah Slope Curah Hujan Ketinggian Land Use Kawasan Lindung semua > 40% >2000 mm/tahun > 1500 m dpl Non Perkotaan
Pertanian Lahan Kering
Kesuburan Sedang-Tinggi (Aluvial-Andosol- Latosol (coklat) -Latosol
(merah) )
< 25% <3000 mm/tahun <1000 m dpl
Non Perkotaan
Pertanian Lahan Basah
Kesuburan Sedang-Tinggi (Aluvial-Andosol- Latosol (coklat) -Latosol
(merah) )
0 - 15% < 2000 mm/tahun < 1000 m dpl Non Perkotaan
Pertanian Lahan Kering
Kesuburan Sedang-Tinggi (Aluvial-Andosol- Latosol (coklat) -Latosol
(merah) )
< 40% < 4000 mm/tahun < 1500 m dpl Non Perkotaan
Pemukiman
Kesuburan Rendah-Sedang (Glei
Humic–Grumusol-Hidromorf- Litosol-
Meriteranean-Podzolik-Regosol)
< 15%
semua semua semua
Campuran*) semua semua semua semua semua *) Kelas Klasifikasi Campuran adalah lahan sisa yang tidak masuk kedalam kelas klasifikasi lain
Tebel 3.1 Klasifikasi Kelas Berdasarkan Karakteristik Fisik
49
3. Penentuan kriteria untuk analisis kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik
sosioekonomi, yang meliputi tingkat kepadatan penduduk perkecamatan (sosial)
dan RTRW wilayah studi (ekonomi).
4. Analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria karakteristik sosioekonomi.
Untuk karakteristik sosioekonomi wilayah Bodetabek ini, dilakukan
pengklasifikasian dahulu terhadap data RTRW (ekonomi) hal ini dilakukan
karena pemerintah yang berwenang di tiap wilayah studi mengklasifikasikan
penggunaan lahan pada RTRW wilayah mereka dengan notasi yang tidak sama
satu dengan yang lain.
Dalam penggunaan lahan di tiap RTRW wilayah studi ini akan dikelompokan
menjadi 4 kelas klasifiksi, dimana dasar klasifikasi ini adalah buku ”Land Use
Planning Techniques of Implentation” karangan T.William Peterson, dimana
dalam buku ini dikelompokan penggunaan lahan menjadi Perkotaan (Pemukiman,
Kawasan Komersil, Kawasan Industri, Fasilitas Umum), Kawasan Lindung
(Kawasan Terbuka), dan Campuran. Namun dalam penelitian tugas akhir ini di
tambahkan lagi satu klasifikasi penggunaan lahan lagi, yaitu Pertanian.
Dengan mengacu pada UU terkait antara lain:
• UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
• UU No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
• PP No.16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
• PP No.47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
• Draft Rakeppres 140604 Tentang Kawasan Jabodetabekpunjur
Dilakukan pengelompokan terhadap notasi penggunaan lahan berdasarkan RTRW
tiap wilayah yang tidak sama satu dengan yang lain kedalam kelas klasifikasi
yang ditampilkan dalam tabel 3.2
50
Kelas Klasifikasi RTRW
Kawasan Lindung
Danau, Hutan, Hutan Bakau, Jalur Hijau, Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Pariwisata, Kawasan Lindung, Pariwisata, Pengembangan Wisata, Sawah Wisata, Sempadan Sungai, Situ, Taman Wisata, Sempadan Listrik.
Pertanian
Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Perkebunan (KB), Kawasan Tanaman Tahunan, Kawasan Pertanian Lahan Basah. Kawasan Pertanian Lahan Kering, Pengembangan Tanaman Lahan Basah, Pertanian, Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Tahunan Kawasan Pemukiman Perkotaan, Pemukiman, Perumahan Perkotaan, Perumahan Terbatas, Kawasan Perumahan, Pengembangan Pemukiman (p-Pemukiman),
Kawasan Perkotaan
Kawasan Zona Tambang, Kawasan Komersil, Perdagangan Jasa, Pertambangan, Industri, Industri yang ada, Kawasan Industri, Potensi Industri dan Gudang, Pergudangan, Perencanaan Industri (p-Industri), Fasilitas Umum, Gardu Induk, Jalan Tol, Jalan, Fasilitas Kesehatan, Kolam Oksidasi, Lapangan Terbang, Kawasan Militer, PUSPITEK, Pasar, Pasar Hewan, Pelita Air Sevice, Kawasan Pendidikan, Perkantoran, Stasiun, TPA, TPU, Tempat Ibadah, Terminal, kawasan Bandara, Taman Jalan.
Campuran
B1, B2, B4 (Klasifikasi Khusus Kabupaten Bekasi untuk Pantura), Campuran, Kawasan Pedesaan, Kawasan Pengembangan Pantai, Kawasan Pengembangan Perkotaan, Pengembangan Kota Baru, Pengembangan Kota Kecamatan, Kawasan Pengembangan Terbatas, Kawasan Pusat Kota.
Tebel 3.2 Klasifikasi Kelas Berdasarkan Karakteristik Ekonomi
Kemudian setelah data RTRW diklasifikasikan menjadi 4 kelas, kemudian data
RTRW kita overlay dengan data kepadatan penduduk perkecamatan, dimana
dalam data kepadatan penduduk ini dikelompokan menjadi 4 kelas yaitu rendah
(<1000 orang/km2), sedang (1000-5000 orang/km2), padat (5000-10000
orang/km2), dan sangat padat (>10000 orang/km2). Lalu baru dilakukan
pengklasifikasian sekali lagi antara kedua data tersebut untuk menghasilkan kelas
kesesuaian lahan yang baru dengan berdasar karakteristik sosioekonomi.
Dihasilkan 3 kelas klasifikasi yaitu Kawasan Lindung, Pertanian dan Perkotaan.
Dimana kawasan campuran disini akan dikelompokan menjadi salah satu kelas
klasifikasi, akibat pengaruh jumlah penduduk (karakteristik sosial) yang akan
menentukan penggunaan lahan campuran tersebut.
Proses klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik sosioekonomi
ditampilkan pada tabel 3.3
51
Kelas Klasifikasi RTRW Kepadatan Kawasan Lindung Kawasan Lindung semua
Pertanian rendah-sedang-padat Pertanian Campuran rendah Pemukiman semua Pertanian sangat padat Campuran padat - sangat padat Kawasan Perkotaan semua
Perkotaan
Campuran sedang
Tebel 3.3 Klasifikasi Kelas Berdasarkan Karakteristik Sosioekonomi
5. Overlay dari ketiga hasil kesesuaian lahan berdasarkan karakateristik fisik dan
sosioekonomi. Proses overlay (intersect) ini dilakukan dengan software ArcView
GIS 3.3.
6. Analisis hasil overlay dari ketiga hasil kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik
fisik dan sosioekonomi untuk menghasilkan kesesuaian lahan.
Untuk karakteristik fisik dan sosioekonomi wilayah Bodetabek ini, diperoleh dari
analisis hasil overlay data kesesuian lahan berdasarkan karakteristik fisik dengan
data kesesuian lahan berdasarkan karakteristik sosioekonomi. Dengan
menggabungkannya, maka akan dihasilkan suatu analisis hasil kesesuaian lahan
dengan berdasarkan pertimbangan ketersediaan lahan (suplay), yang diwakili
karakteristik fisik dan kebutuhan lahan (demand), yang diwakili karakteristik
sosioekonomi
Dalam klasifikasi penggunaan lahan di dari hasil optimalisasi (pemanfaatan lahan
berdasarkan karakteristik fisik dan sosioekonomi), dikelompokan menjadi 3 kelas
klasifiksi yaitu Kawasan Lindung, Pertanian dan Perkotaan. Sedang kawasan
campuran yang muncul dalam pengklasifikasian di buku tersebut tidak muncul
karena dalam pengklasifikasian berdasar aspek sosial telah dikelompokan menjadi
salah satu kelas klasifikasi akibat pengaruh jumlah penduduk (karakteristik sosial)
yang akan menentukan penggunaan lahan campuran tersebut.
Proses klasifikasi kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik dan
sosioekonomi ditampilkan pada tabel 3.4
52
Kelas Klasifikasi Fisik Sosioekonomi
Kawasan Lindung semua
semua Kawasan Lindung Kawasan Lindung Kawasan Lindung Kawasan Lindung
Pertanian Non Hutan Lindung Pertanian Perkotaan Non Hutan Lindung Perkotaan
Tebel 3.4 Klasifikasi Kelas Berdasarkan Karakteristik Fisik dan Sosioekonomi
7. Overlay dari hasil analisis kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan yang telah
ada (land use existing), dan overlay hasil optimalisasi penatagunaan lahan dengan
RTRW wilayah studi, proses overlay (intersect) ini dilakukan dengan software
ArcView GIS 3.3.
8. Analisis perbandingan dari hasil analisis kesesuaian lahan dengan penggunaan
lahan yang telah ada (existing land use) dan analisis perbandingan dari hasil
analisis kesesuaian lahan dengan RTRW wilayah studi.
53
Gambar 3.24 Peta Kesesuaian Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik
54
Gambar 3.25 Peta Kesesuaian Lahan Berdasarkan Karakteristik Sosioekonomi
55
Gambar 3.26 Peta Kesesuaian Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik dan Sosioekonomi