gambar 1-1 :kebutuhan rumah di jakarta.thesis.binus.ac.id/doc/bab1/2011-2-01136-ar bab1001.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan penduduk di Ibu Kota Jakarta memang sudah
terlalu padat. Adanya kepadatan tersebut membuat kebutuhan akan perumahan di
lingkungan perkotaan semakin besar.
Gambar 1-1 :Kebutuhan rumah di Jakarta.
Sumber : www.google.co.id
Pembangunan kian meningkat membuat lahan perkotaan semakin sempit.Adanya
keterbatasan lahan tersebut membuat perkembangan hunian yang merupakan
kebutuhan dari masyarakat basisnya dialihkan ke daerah sub-urban.perumahan di
pinggir kota tersebut membuat semakin banyaknya kaum urbanism.
Banyak masyarakat yang bertempat tinggal di pinggiran kotaseperti di
Bogor, Tangerang, bekasi, Depok (biasanya disebut dengan komuter) namun
mereka bekerja di Jakarta.Timbulbeberapa fenomenadiantaranya :
1. Waktu tempuh perjalanan yang lebih lama karena jarak dan faktor macet.
2. Bagi pengguna kendaraan pribadi seringnya terjebak macet membuat biaya
bahan bakar meningkat.
3. Polusi udara yang berasal dari pembakaran kendaraan menghasilkan polutan
yang membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
4. Penurunan kualitas lingkungan dan pemanasan bumi “Global Warming”
Banyak dari kaum komuter adalah usia produktif seperti mahasiswa, karyawan
atau usahawan yang memiliki aktivitas di perkotaan dan memerlukan tempat
2
tinggal sementara untuk jangka waktu tertentuserta dekat dengan pusat kegiatan.
Dalam hal ini mementingkan efisiensi biaya, efisiensi waktu, dan gaya hidup.
Salah satu solusinya adalah membuat hunian vertikal untuk menjawab
masalah harga tanah perkotaan yang mahal. Salah satu wujudnya adalah
apartemen yaitu bangunan yang memuat beberapa grup hunian yang berupa
rumah flat atau rumah bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi masalah
perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga
yang terjangkau di perkotaan. Pengertian ‘terjangkau’ ini disesuaikan dengan
sasaran konsumen bagi setiap apartemen.Ada dua kategori apartemen, apartemen
jual dan apartemen sewa. Apartemen jual secara umum dikenal sebagai
apartemen strata title sale atau kondominium. Sedangkan apartemen sewa, lebih
lanjut dibedakan lagi menjadi apartemen sewa tanpa servis dan apartemen
servis.Apartemen servis adalah apartemen sewa yang dilengkapi dengan
pelayanan harian hotel seperti layanan kamar, binatu, dan makanan.Dengan
adanya “tambahan” pelayanan pada apartemen servis umumnya diminati oleh
mereka yang memerlukan akomodasi jangka pendek. Tabel berikut akan
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai kelompok
apartemen:
Tabel 1-1: Kategori Apartemen di Jakarta
.
Sumber :Colliers Internasional Indonesia- Riset dan Konsultasi.
3
Apartemen sewa berbasis “serviced apartment”umumnya dibangun di
tempat-tempat yang strategis sebagai solusi terhadap masalah jarak hunian dan
tempat kerja.Apartemen Sewadinilai lebih ekonomis daripada hotel untuk
mewadahi para pekerja/pembisnis dari luar Jakarta yang ingin tinggal dalam
jangka waktu tertentu.
Gambar 1-2 : Grafik Perkembangan Apartemen Sewa di Jakarta
Sumber :ColliersInternasional Indonesia- Riset dan Konsultasi.
Pertimbangan pemilihan lokasi merupakan yang utama dalam suatu
pembangunan. Secara umum terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi sebuah apartemen menurut Ditjen Cipta Karya, DPU
(1980, p11), yaitu:
1. Waktu tempuh paling lama 30 menit untuk mencapai tempat kerja dan pusat-
pusat pelayanan di perkotaan.
2. Sudah terdapat jaringan infrastruktur yang lengkap. Kelengkapan jaringan
infrastruktur dapat meminimalkan biaya pengadaan jaringan baru pada
pengembangan sebuah apartemen.
3. Aksesibilitas baik, meliputi ketersediaan sarana dan prasaranatransportasi
dengan kualitas baik.
Kawasan yang dipilih pun harus memiliki potensi dan sesuai dengan peruntukan
yang sudah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku.Setiap wilayah/kawasan
dalam kota Jakarta memiliki potensi yang berbeda.
4
Peta 1-1 : Peta zona urgensi pengembangan wilayah Jakarta
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net
Peta 1-2: Peta rencana struktur ruang daratan di Jakarta
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net
Pada ilustrasi peta diatas, terlihat bahwa wilayah pengembangan dan
peremajaan dominan berada pada Jakarta Barat dan Jakarta Timur, terlihat pula
bahwa kawasan Jakarta Barat adalah kawasan yang paling banyak memiliki
sistem transportasi massal terutama pada “ Kawasan Grogol”. Dampak Tata
Ruang DKI Jakarta ”ber-akar” dari Visi dan Misi Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) DKI Jakarta. Komisi berpendapat Visi dan Misi Pembangunan DKI
Jakarta yang tertuang dalam Peraturan Daerah RTRW saat ini, Sebagaimana
ditegaskan pada Pasal 2, Pasal 4 dan Pasal 5 huruf c:
Grogol Pertamburan
5
Pasal 2: Pembangunan Provinsi DKI Jakarta diarahkan menuju visi mewujudkan Jakarta sebagai Kota Jasa yang Sejahtera, Nyaman, dan Berkelanjutan.
Pasal 4: Pembangunan Kota Jakarta diarahkan dengan visi mewujudkan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang sejajar dengan kota-kota besar negara maju, dihuni oleh masyarakat yang sejahtera dan berbudaya dalam lingkungan kehidupan yang berkelanjutan.
Pasal 5: Untuk mewujudkan visi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka arahan penataan ruang wilayah akan ditujukan untuk melaksanakan 2 (dua) misi utama, yaitu:
a. membangun Jakarta yang berbasis pada masyarakat; b. mengembangkan lingkungan kehidupan perkotaan yang berkelanjutan
Berdasarkan kajian data nilai perkembangan komponen variable di
Jakarta bahwa terdapat 5 komponen yang masih dibawah 20% dan dari data
tersebut tercermin bahwa kota Jakarta memiliki 3 faktor yang dibawah 10%
tingkat kelayakan yaitu :
Gambar1-3 :Components of Livable City Indezx
(LCI)of Jakarta (Djonoputro et al., 2011.
1) Tingkat Biaya Hidup 7%
(Ekonomi)
2) Tingkat Pencemaran
Lingkungan 9% (Lingkungan)
3) Jumlah Ruang Terbuka 9%
(Lingkungan)
6
Permasalahan yang menjadi topik dari isu lingkungan di Jakarta adalah
kemacetan dan banjir.Jakarta sendiri masih belum mencapai kebijakan 30%,
pengerasan permukaan lahan di Jakarta akibat pembangunan untuk menunjang
pertumbuhan kebutuhan masyarakat menimbulkan masalah ekosistem. Salah
satunya adalah siklus air, seiringnya peningkatan jumlah penduduk maka
kebutuhan akan hunian semakin meningkat pula dampak dalam peningkatan
konsumsi SDA salah satunya sumber daya air, dalam hal pembangunan di
Jakarta sendiri banyak menggunakan air tanah besar-besaran dan itu merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan penurunan muka tanah di wilayah Jakarta.
Tabel 1-2 : Data penurunan permukaan tanah pada 5 wilayah DKI Jakarta dari 1993 sampai 2005.
Sumber: Dinas Pertambangan DKI-Jakarta 2005.
Untuk mengendalikan kualitas air dan penyediaan air tanah, maka bagi setiap
bangunan baik yang telah ataupun akan membangun disyaratkan untuk membuat
resapan air. Hal ini sangat penting artinya untuk menjaga agar kawasan
terbangun kota, tinggi muka air tanah agar tidak makin menurun.
Gambar1-4 :Ilustrasi peningkatan air hujan yang run off akibat pembangunan.
Sumber : www.google.co.id
7
Dalam meningkatkan daya resap air ke dalam tanah, maka perlu dikembangkan
kawasan resapan air yang menampung buangan air hujan dari saluran drainase.
Upaya lain yang perlu dilakukan adalah dengan memanfaatkan air hujan untuk
memenuhi kebutuhan keseharian di hunian.Pada kebutuhan sehari-hari, “Air”
sebagai sumber daya yang sangat penting bagi manusia, dilihat dari sisi aktivitas
hunian di apartemen misalnya saja dalam penggunaan air untuk mandi, flush
toilet, cuci tangan, cuci piring, cuci baju, pengairan pada taman.
Hunian mempunyai konstribusi fisik yang terbesar pada lingkungan
buatan dan terbanyak menempati ruang kota, karena itu hunian di suatu kawasan
berpengaruh terhadap keberlanjutan kota dan berperan besardalam menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan.Maka itu perlu dilakukan efisiensi air dengan
cara memanfaatkan lagi air yang ada dan melakukan penyerapan air
hujan.Berdasarkan data klimatologi di kawasan DKI Jakarta, intensitas hujan di
Jakarta cukup tinggi yaitu berkisar 2.000 – 4.000 mm setiap tahunnya dengan
durasi yang lama. Curah hujan ini selanjutnya akan menciptakan limpasan air
yang deras ketika jatuh di atas daerah tangkapan air (catchment) seluas 850
kilometer persegi di hulu Jakarta. Daerah tangkapan ini juga mencakup Cianjur,
Bogor, Depok dan DKI Jakarta.Pembangunan besar-besaran di kawasan ini juga
menambah debit limpasan permukaan yang akhirnya juga menambah potensi
banjir di kawasan hilir sungai.
Sekedar contoh, pada tahun 2010 Jakarta mengalami curah hujan
ekstrem, misalnya di Jakarta Barat, Stasiun Pos Betung mencatat curah hujan
ekstrim mencapai 317 mm sementara di Jakarta mencapai 193 milimeter.
Seminar nasional penanggulangan banjir diadakan akhir 2009 oleh Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dan JICA menyatakan paradigma lama bahwa air
hujan di salurkan secepat-cepatnya keluar kavling bangunan dan yang terjadi
run-off air hujan dialirkan ke drainase perkotaan. Paradigma sekarang justru air
hujan ditahan sebisa mungkin pada lingkungan bangunan gedung dan
dimanfaatkan.Melalui kajian kondisi-kondisi yang terpapar diatas sebelumnya,
maka penulis berkesimpulan untuk mengadakan penerapan sustainable design
melalui konsep arsitektur hijau dengan pendekatan pemanfaatan air hujanyang
memanfaatkan potensi iklim Indonesia yang memiliki curah hujan yang
8
tinggiyang bertujuan mendukung visi-misi RTRW 2030 Jakarta kearah
pembangunan berkelanjutan.
Tabel 1-3 :Visi –Misi RTRW Jakarta 2030
Visi Misi Tujuan Kebijakan Strategi
Berkelanjutan Mengoptimasikan produktivitas
kota;
Terwujudnya pemanfaatan kawasan budidaya Kota Jakarta secara optimal dalam rangka meningkatkan produktivitas dan nilai tambah perkotaan;
a)Pengarahan perkembangan kawasan perumahan sesuai dengan kaerakteristik kawasan; b)Peran serta dalam mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim
1. Mengembangan perumahan vertikal maupun horisontal yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana kota yang memadai. 2. Mengembangkan kawasan permukiman dengan intensitas tinggi yang mempunyai akses terhadap prasarana angkutan umum massal 3. Melakukan peremajaan kota pada kawasankawasan bersejarah yang perlu
dilestarikan.
1. Menerapkan konsep bangunan ramah lingkungan (greenbuilding) dan konsep perancangan kota yang berkelanjutan (sustainable urban design); 2. Membangun tanggul laut guna mencegah kenaikan muka air laut 3. Mengarahkan pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi tinggi.
Sumber : www.rtrw2030.com
9
I.2Maksud dan Tujuan
� Maksud arsitektural dari proyek:
Memanfaatkan potensi tapak dan iklim Indonesia yang memiliki curah hujan
tinggi dengan pendekatan basic prinsip manajemen efisiensi air (water
management) dengan mengadakan rainwater haversting pada bangunan
� Tujuan arsitektural dari proyek :
Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas binaan lingkungan dengan
pemenuhan kebutuhan air sehari-hari penghuni apartemen sewa dari sistem
rainwater haversting.
I.3Lingkup Pembahasan
JJeenniiss pprrooyyeekkApartemen Sewa yang berbasis “Serviced Apartment”yang berlokasi
di kawasan Grogol-Jakarta Barat dengan temapenerapan konsep Green
Architecture yang fokus pada pemecahan masalahdengan beberapa poin solusi
yaitu:pemanfaatan potensi tapak kawasan lingkungan, meminimalkan
pencemaran lingkungan dengan prinsip manajemen pengelolahan air.Luas
bangunan proyek yang harus direncanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
adalah sekurang-kurangnya 4000 m2 dan maksimal 15.000 m2.
aa)) PPeemmii ll iikk PPrrooyyeekk
Swasta :Kosmo Group, PT. Sinar Sahara Real Estate Developer.
Foto 1-1 : Papan nama pemilik tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
10
bb)) LLookkaassii PPrrooyyeekk
Peta 1-3 : Peta kawasan Grogol Pertamburan.
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net.
Lokasi proyek berada di Jalan Latumenten Raya No.19 Jakarta Barat yang
merupakan tanah milik Kosmo Group PT. Sinar Sahara Real Estate
Developer yang menamakan lokasi tapak dengan nama Kota Grogol Permai
yang fungsi lahan diperuntukan khusus untuk perkantoran dan perumahan.
cc)) LLaahhaann TTaappaakk
Peta 1-4 :Lahan kosong tapak.
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net.
U
11
Gambar 1-5 : LRK Tapak
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net
Luas Efektif Lahan = 13.700 m2
GSB = 10 m2 Jumlah Lantai yang boleh dibangun = 16 Lantai
Luas Lantai Dasar yang boleh dibangun KDB x Luas Efektif Lahan = 50% x 13.700 m2
= 6.850 m2
Luas TotalLantai yang boleh dibangun KLB x Luas Efektif Lahan = 3.5 x 13.700 m2
= 47.950 m2
U
12
• Batas Area Lahan
- Utara :SPBU
- Selatan : Perkantoran dan area komersil
- Timur : Jalan Raya Latumenten dan Busway Grogol
- Barat :Perumahan Rakyat
Foto 1-2 : Batasan wilayah tapak
Utara Selatan Timur Barat
Sumber : dokumentasi pribadi (survey lapangan)
• Tata Ruang Lahan : Dengan tipe masa bangunan tunggal dan
sebagian besar tata ruang untuk perkantoran,
hunian, dan komersil.
• Peruntukan Lahan :Kkt (Karya Perkantoran),
Kdg (Kantor Perdagangan)
• Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar
• Kondisi Eksisting Lahan :Merupakan lahan kosong.
13
I.4Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan karya tulis tugas akhir ini
dibedakan menjadi 5 bagian besar, yaitu :
� BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini membahastentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan
arsitektural dari proyek. Bagian ini juga memuat lingkup pembahasan yang
meliputi gambaran proyek, Selain itu, bagian ini pun memuat sistematika
pembahasan dan kerangka berpikir dari.
� BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
Pada Bab II membahas tentangtinjauan umum dari proyek, tinjauan khusus
topik dan tema, kelengkapan data lainnya, dan relevansi pustaka pendukung
(landasan teori, studi literatur, dan studi banding).
� BAB III PERMASALAHAN
Pada Bab III membahas tentang identifikasi permasalahan arsitektural yang
dikaji dari hasil tinjauan referensi dan landasan teori. Bagian ini pun memuat
rumusan permasalahan arsitektural yang merupakan hasil dari identifikasi
permasalahan arsitektural tersebut.
� BAB IV ANALISIS
Pada Bab IV membahas tentang identifikasi ketajaman dan relevansi
pendekatan perancangan arsitektural sesuai dengan topik.yang meliputi :
analisis kondisi dan potensi lingkungan (pengolahan lokasi, tapak, orientasi,
sirkulasi, dan sebagainya), analisis kegiatan dan sistem ruang (hubungan
kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan ruang, program ruang, bentuk ruang,
dan sebagainya), dan analisis sistem bangunan (bentuk bangunan, struktur,
dan utilitas bangunan).
� BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Pada Bab V membahas tentang identifikasi dasar perencanaan dan
perancangan, konsep perencanaan dan perancangan lokasi, tapak, ruang,
estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan. Penekanan khusus dari
konsep perencanaan dan perancangan, dan tuntutan rancangan.
14
I.5 Kerangka Berpikir
Tabel 1-4 : Skema kerangka berpikir
Latar Belakang Proyek dan Tema
Menyediakan apartemen sewa yang dapat menyediakan kebutuhan air sendiri untuk efisiensi air
Permasalahan Pemenuhan kebutuhan air harian dengan memanfaatkan air hujan
Curah hujan
Kebutuhan air di apartemen sewa,
apa saja yang akan diganti oleh
air hujan
Arsitektur Berkelanjutan
Water Efficiency
Rainwater Harvesting
Sustainable Architecture Module: Introduction to Sustainable Design Jong-Jin Kim and Brenda Rigdon Water conservation: • Reduce • Reuse
o Rainwater collection o Graywater collection
Rainwater Harvesting • Memanfaatkan air hujan untuk
water efficiency • Pengolahan selubung bangunan
dengan sistem rainwater harvesting untuk memenuhi kebutuhan air harian
Pemenuhan kebutuhan air harian dengan memanfaatkan
air hujan
Analisis Kebutuhan air di apartemen sewa.
Pengolahan massa bangunan dengan sistem penangkap air hujan.
Konsep Perancangan
Landasan Teori GREENSHIP • Sustainable sites • Water efficiency • Energy and atmosphere • Material and resources • Indoor environment quality • Innovation and design process • Regional environmental priorities
Sustainable Architecture Module: Introduction to Sustainable Design Jong-Jin Kimand Brenda Rigdon • Economy of resources
o Energy Conservation o Water conservation o Material conservation
• Life cycle • Humane design