2012-2-01225-ar bab1001

25
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Wilayah Tangerang memiliki luas 129.468 hektar, terdiri atas wilayah kota 18.378 hektar dan kabupaten 111.090 hektar. Tangerang adalah pusat manufaktur dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini. Seiring dengan berjalannya waktu Tangerang kini berkembang sebagai tempat hunian mandiri. Munculnya pengembang perumahan di Tangerang dimulai sekitar tahun 1984. Mereka merambah ke kawasan Ciledug, Ciputat, Serpong, dan Pamulang. Dari jumlah pengembang yang bisa dihitung dengan jari, lima tahun kemudian menjadi 150 pengembang. Penduduk Kota Tangerang pun berkembang pesat seiring dengan munculnya perumahan tersebut. Jumlah penduduk Tangerang yang mencapai 1,8 juta wilayah kota dan 3,4 juta di kabupaten memang masih dibawah Jakarta, namun kepadatannya di beberapa wilayah sudah menyamai Ibu Kota. (komunitasciputat 21 Juli 2008) Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembab, dengan sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri atas rawa-rawa. Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta

Upload: bobin-aldise-saputra

Post on 06-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

2012-2-01225-AR Bab1001

TRANSCRIPT

Page 1: 2012-2-01225-AR Bab1001

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten,

Indonesia. Tangerang merupakan kota terbesar di Provinsi Banten serta

ketiga terbesar di kawasan perkotaan Jabotabek setelah Jakarta. Wilayah

Tangerang memiliki luas 129.468 hektar, terdiri atas wilayah kota 18.378

hektar dan kabupaten 111.090 hektar. Tangerang adalah pusat manufaktur

dan industri di pulau Jawa dan memiliki lebih dari 1000 pabrik. Banyak

perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki pabrik di kota ini.

Seiring dengan berjalannya waktu Tangerang kini berkembang sebagai

tempat hunian mandiri. Munculnya pengembang perumahan di Tangerang

dimulai sekitar tahun 1984. Mereka merambah ke kawasan Ciledug, Ciputat,

Serpong, dan Pamulang. Dari jumlah pengembang yang bisa dihitung dengan

jari, lima tahun kemudian menjadi 150 pengembang. Penduduk Kota

Tangerang pun berkembang pesat seiring dengan munculnya perumahan

tersebut. Jumlah penduduk Tangerang yang mencapai 1,8 juta wilayah kota

dan 3,4 juta di kabupaten memang masih dibawah Jakarta, namun

kepadatannya di beberapa wilayah sudah menyamai Ibu Kota.

(komunitasciputat 21 Juli 2008)

Tangerang memiliki cuaca yang cenderung panas dan lembab, dengan

sedikit hutan atau bagian geografis lainnya. Kawasan-kawasan tertentu terdiri

atas rawa-rawa. Dalam beberapa tahun terakhir, perluasan urban Jakarta

Page 2: 2012-2-01225-AR Bab1001

2

meliputi Tangerang, dan akibatnya banyak penduduknya yang datang ke

Jakarta untuk kerja, atau sebaliknya. Banyak kota-kota satelit kelas menengah

dan kelas atas sedang dan telah dikembangkan di Tangerang, (wikipedia.

KotaTangerang)

Penduduk Tangerang selalu bertambah setiap saat dan peluang bagi

para pelaku industri properti untuk terus mengeluarkan produk-produk

properti. Selain itu, pembangunan infrastruktur di Tangerang juga

berlangsung cepat," kata pengamat properti Panangian Simanungkalit di

Jakarta, Senin (10/9/2012)

Pembangunan perumahan beserta sarana dan prasarananya perlu

mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu

kebutuhan dasar. Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan

pelaku utama pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan

menciptakan suasana yang menunjang pembangunan adalah kewajiban

pemerintah (Sastra dan Marlina, 2006)

Pembangunan perumahan yang mempunyai tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari

penggunaan sumber daya alam yang ada saat ini, namun eksploitasi sumber

daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung

lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan.

Perkembangan perumahan paling pesat beberapa tahun terakhir adalah

kawasan Tangerang selatan. Kawasan yang terdiri dari Kecamatan Ciputat,

Pamulang, Serpong, Pondokaren, Cisauk, Pagedangan, Legok, dan Curug.

Total lahan yang terpakai di kawasan ini adalah 15 persen dari total wilayah

Page 3: 2012-2-01225-AR Bab1001

3

Kabupaten Tangerang, sedangkan perumahan di wilayah Tangerang barat

seperti Kecamatan Cisoka, Balaraja, Jayanti, Tigaraksa, Bitung, dan Cikupa

lebih lambat berkembang. Di kawasan ini hanya sekitar 12 persen yang

diperuntukkan bagi wilayah perumahan. Kondisi perkembangan perumahan

paling lambat adalah di kawasan Tangerang utara yang meliputi Kecamatan

Teluknaga, Sepatan, Mauk, Kronjo, dan Kosambi. Di wilayah Tangerang

barat dan utara, kawasan perumahan harus berbagi lahan dengan kawasan

industri dan pergudangan, namun saat kawasan industri berkembang pesat,

kebutuhan akan rumah tinggal pun mengikutinya. (komunitasciputat 21 Juli

2008)

Menurut Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Tangerang, Saeful

Rohman, perkembangan perumahan di Kota Tangerang masih akan terus

berkembang diseluruh kecamatan yang ada. Terutama yang berbatasan

dengan wilayah Kabupaten Tangerang seperti Jatiuwung, Benda, dan

Karawaci. Sampai Tahun 2006, terdapat 125 pengembang yang telah

melakukan pembangunan perumahan yang tersebar di 13 kecamatan Kota

Tangerang. Adapun lahan peruntukan bagi pengembangan perumahan baru

masih tersedia cukup luas diseluruh wilayah ini. Berikut adalah data

peruntukan lahan di Tangerang serta tiga pusat pertumbuhan di kabupaten

Tangerang. (komunitasciputat 21 Juli 2008)

1. Permukiman : 5.988,2 hektar

2. Industri : 1.367,1 hektar

3. Perdagangan dan Jasa : 608,1 hektar

4. Pertanian : 4.467,8 hektar

Page 4: 2012-2-01225-AR Bab1001

4

5. Lain-lain : 819,4 hektar

6. Belum terpakai : 2.66,4 hektar

7. Bandara Soekarno – Hatta : 1.816,0 hektar

Tiga pusat pertumbuhan di kabupaten Tangerang

• Pusat Pertumbuhan Serpong:

Meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, Legok dan

Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman.

• Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa:

Berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi

delapan kecamatan, yaitu Balaraja, Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, Kresek,

Cisaka, Cikupa, Kronjo, Jayanti, Jambe dan Panongan.

• Pusat Pertumbuhan Teluknaga:

Meliputi lima kecamatan, yaitu Teluknaga, Kosambi, Sepatan, Mauk,

Pakuhaji, Kemeri dan Sukadiri. Diarahkan untuk pengembangan sektor

pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan

pertambakan. (komunitasciputat 21 Juli 2008)

Rumah Panggung (stilt house) sebetulnya merupakan tipikal rumah

tradisional indonesia. Hampir semua suku yang mendiami wilayah lndonesia

khususnya diluar pulau Jawa mempunyai tipikal rumah tradsional berbentuk

rumah panggung. Model konstruksi ini sebetulnya sangat selaras dengan

alam, namun sayangnya mulai ditinggalkan oleh masyarakat dengan alasan

modelnya sudah ketinggalan jaman, namun kejadian banjir dan gempa yang

menimpa hampir semua wilayah di lndonesia akhir-akhir ini membuat orang

Page 5: 2012-2-01225-AR Bab1001

5

melirik kembali model rumah warisan nenek moyang ini. (Jauhar Fairin:

2006)

Rumah panggung merupakan salah satu bentuk rumah tradisional

yang bisa dibanggakan sebagai salah satu produk budaya masyarakat

Indonesia. Bentuk rumah Panggung merupakan hasil adaptasi masyarakat

terhadap lingkungan alam, misalnya pasang-surut air, menghindari banjir dan

binatang buas. Di banyak tempat, terutama di daerah pedalaman, teknik

rumah panggung ini masih dipertahankan karena keselarasaanya dengan alam

sekitar serta pencegahan bencana alam. Lantai rumah panggung di daerah

daratan biasanya ketinggian kolom 1-2 meter dari tanah, sedangkan di daerah

rawa atau lahan basah bisa berjarak diatas 4 meter dari permukaan air

terendah saat surut.

Penggunaan Kolong Rumah Panggung

Selain kelebihannya yang selaras dengan alam dan merupakan

warisan budaya leluhur, ada satu hal yang perlu dibenahi untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat penghuni rumah panggung tersebut, yaitu penggunaan

kolong rumah. Banyak rumah panggung, terutama di kawasan darat, ruang

kolong rumah digunakan untuk memelihara binatang ternak dan tempat

membuang sampah.

Dalam sebuah buku yang ditulis bersama antara (Frick dan Mulyani

2006)menjelaskan bahwa model rumah panggung dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan penyegaran udara secara alamiah. Penggunaan cross

ventilation memindahkan cara fasilitas yang diakibatkan sinar matahari

keluar. Pembukaan dinding diadakan disebelah atas permukaan lantai,

Page 6: 2012-2-01225-AR Bab1001

6

ditengah ruang, serta dibawah atap, karena angin juga bergerak dibawah

lantai maka semua permukaan rumah dikenai udara Segar. Ruang hunian

selalu berada diatas panggung, sedangkan bagian bawahnya yang juga dapat

terkena air bisa di manfaatkan untuk pemasangan instalasi teknis (air bersih,

air kotor, dsb), atau untuk memelihara hewan, menyimpan kendaraan atau

untuk ruang pelayanan (Ruang cuci, mandi, dsb). Lebih lengkapnya tipikal

pengaliran udara pada rumah panggung dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 1.1 Tipikal proses pengaliran udara pada konstruksi rumah panggung (dikutip dari

Frick & mulyani, 2006)

Teori lain yang relevan diungkapkan oleh Satwiko (2005) yang menyarankan

konsep zona bukaan untuk sebuah rumah. Sebuah rumah idealnya

mempunyaitiga zona bukaan seperti pada gambar berikut ini,

Gambar 1.2 Saran zona bukaan pada sebuah bangunan (dikutip dari : Satwiko, 2005)

Page 7: 2012-2-01225-AR Bab1001

7

1.2 Masalah / Isu pokok

Banjir adalah bencana alam yang terjadi secara alami maupun oleh

ulah manusia. Sekarang ini banjir sering terjadi disebabkan ulah manusia

yang mulai tidak menghiraukan keseimbangan alam. Mulai dari membuang

sampah di sungai, penggundulan hutan oleh manusia, penggalian material

pasir dan batu alam secara liar tidak terkendali. Perlu disadari bahwa

keseimbangan alam sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia di

bumi ini. Hutan sebagai daerah resapan air kini tidak lagi mampu menahan

laju debit air hujan yang turun dari daerah dataran tinggi, juga penggalian

batu alam dan pasir yang tidak terkendali sehingga menyebabkan

pendangkalan sungai akibat erosi tanah dari pebukitan. Hal ini pada akhirnya

dapat menyebabkan bencana bagi kehidupan manusia, dengan demikian

peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan sangatlah

penting untuk menyelamatkan kehidupan manusia dan ekosistem lain yang

ada di dalamnya. Banjir juga telah mengancam diberbagai kota besar salah

satunya adalah kota Tangerang.

Salah satu cara untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan,

kebutuhan manusia serta alam perlu adanya cara-cara yang tepat untuk

mengatasi hal tersebut yaitu pemilihan material yang tepat untuk

pembangunan, menghemat sumber daya alam yang di pakai yang bermanfaat

untuk penggunan bangunan. Hal ini demi kelestarian lingkungan alam dan

kebutuhan manusia tetap terpenuhi.

Page 8: 2012-2-01225-AR Bab1001

8

Dalam lingkup pembangunan, masyarakat merupakan pelaku utama

pembangunan tersebut. Mengarahkan, membimbing, dan menciptakan

suasana yang menunjang pembangunan adalah kewajiban pemerintah.

(Sastra, Suparno M, dan Endy Marlina. 2006)

Pembangunan perumahan yang mempunyai tujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari

penggunaan sumber daya alam yang ada saat ini, namun eksploitasi sumber

daya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung

lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Adanya

keterbatasan lahan dan kebutuhan lahan yang semakin meningkat sejalan

dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang

menyertainya, berdampak pada semakin beragamnya fungsi di kawasan

perkotaan. Ketersediaan lahan yang terbatas menyebabkan dinamika

perkembangan kegiatan di kawasan perkotaan ini dapat menimbulkan

persaingan antar pemanfaatan lahan.

1.3 Formulasi Masalah

Formulasi masalah pada penelitian ini yaitu meneliti tentang berbagai

masalah penyebab banjir, mulai dari masalah sampah, curah hujan yang

tinggi, peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, dan

serapan air yang buruk.

Air hujan yang jatuh ke bumi menghambur dengan arah yang berbeda

dalam beberapa cara. Sebagian meresap kedalam tanah, ditahan oleh tumbuh-

tumbuhan, dan lainnya menguap kembali ke atmosfer, sebagian lagi ditahan

Page 9: 2012-2-01225-AR Bab1001

9

oleh ledok, rawa dan sejenisnya, sisanya yang mengalir sebagai aliran

permukaan (run off) yang biasanya menyebabkan banjir. Bertambahnya areal

terbangun akibat pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan membuat

permukaan tanah menjadi tertutup material kedap air, sehingga mengurangi

permukaan tanah yang dapat meresapkan air, dan akibatnya aliran permukaan

menjadi bertambah besar. (Analisa IPB)

Dari hasil uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan yang

mendasar adalah banyaknya pengembang kawasan perumahan yang tidak

terlalu memikirkan kelestarian alam dan lingkungan sekitar, disertai

pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi Kota Tangerang yang

cepat mengindikasikan kecenderungan untuk terus bertumbuh besar, sarana

dan prasarana semakin meningkat serta banyaknya kemacetan di jalur-jalur

strategis di Kota Tangerang, sehingga dapat memicu pertumbuhan wilayah

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang serta ancaman terjadinya

kepadatan perumahan yang semakin pada sehingga tidak ada lagi ruang

lingkup yang di pergunakan oleh masyarakat umum.

Curah hujan

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tahun 2012,

Curah Hujan Kumulatif Satu Bulan Curah hujan kumulatif 1 (satu) bulan

adalah jumlah curah hujan yang terkumpul selama 28 atau 29 hari untuk

bulan Februari dan 30 atau 31 hari untuk bulan-bulan lainnya.

Sifat Hujan

Sifat hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan

kumulatif selama satu bulan di suatu tempat dengan rata-ratanya atau

Page 10: 2012-2-01225-AR Bab1001

10

normalnya pada bulan dan tempat yang sama. Sifat hujan dibagi menjadi 3

(tiga) katagori, yaitu :

1. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari

115% terhadap rata-ratanya.

2. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115%

terhadap rata-ratanya.

3. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari

85% terhadap rata-ratanya.

Rata-rata curah hujan bulanan didapat dari nilai rata-rata curah hujan

masing-masing bulan dengan minimal periode 10 tahun. Sedangkan normal

curah hujan bulanan didapat dari nilai rata-rata curah hujan masing-masing

bulan selama periode 30 tahun.

Intensitas Hujan

Intensitas hujan merupakan besarnya hujan harian yang terjadi pada

suatu waktu. Umumnya memiliki satuan mm/jam. Intensitas hujan dibagi

menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a) Enteng (tipis) : jika nilai curah hujan kurang dari 13 mm/jam

b) Sedang : jika nilai curah hujan antara 13 – 38 mm/jam

c) Lebat : jika nilai curah hujan lebih dari 38 mm/jam

Berikut adalah Peta Distribusi Curah Hujan Bulan Oktober 2012 Propinsi

Banten dan DKI Jakarta.

Page 11: 2012-2-01225-AR Bab1001

11

Gambar 1.3 Peta distribusi Curah Hujan bulan oktober 2012 Banten dan DKI Jakarta

Kota Tangerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana

banjir, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Bencana banjir terparah

yang terjadi terakhir di kota Tangerang adalah di tahun 2007, dimana tercatat

pada Laporan Perkiraan Kerusakan dan Kerugian Pasca Bencana Banjir awal

Februari 2007 di wilayah Jabodetabek. Menurut Kementerian Negara

Perancanaan Pembangunan Nasional/Bapenas 2007), bahwa di kota

Tangerang dan kabupaten Tangerang sekitar 3.000 rumah terendam, 13 orang

meninggal dan 42.278 orang mengungsi. Terjadinya serangkaian banjir dalam

waktu relative pendek dan terulang tiap tahun menuntut upaya lebih besar

mengantisipasinya. Pada saat musim penghujan tiba, banyak sekali daerah

yang terkena banjir karena berbagai faktor. Berikut adalah daerah yang

terkena banjir di Tangerang diantaranya Perumahan Pondok Arum,

Kelurahan Bayur, Kelurahan Petir, Ciledug Indah dan wilayah lainnya di

Kecamatan Ciledug dan karang tengah, (Tangerang kota).

Page 12: 2012-2-01225-AR Bab1001

12

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas dapat

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk Rumah Panggung sebagai solusi desainnya?

2. Bagaimana mengatur ketinggian Rumah Panggung dikontur tanah

yang lebih rendah?

1.4 Lokasi Proyek

Lokasi pada proyek ini yaitu berada di Perumahan Ciledug Indah I,

Kelurahan Pedurenan, kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No 6 Tahun 2007

Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Karang Tengah mengatakan:

• Paragraf 2 Rencana Pengembangan Kegiatan Permukiman Pasal

14

(1) Rencana pengembangan kegiatan permukiman di Kecamatan

Karang Tengah dilakukan melalui :

a) mengatur distribusi jumlah dan kepadatan rumah tinggal,sehingga

tercapai kesesuaian dan keseimbangan distribusipusat-pusat

pelayanan, penataan penggunaan lahan sertaarahan distribusi

penduduk.

b) menyediakan dan mendukung pengadaan rumah tinggal sesuaidengan

kebutuhan masyarakat dengan prioritas pengembangan perumahan

menengah dan kecil (berupa rumah susun danapartemen).

Page 13: 2012-2-01225-AR Bab1001

13

c) pengusahaan peningkatan dan pemugaran permukiman

melaluiprogram perbaikan kampung bagi perumahan dengan kategori

kampung kumuh dengan menyertakan sumber dana masyarakat yang

ada.

d) lingkungan permukiman yang kondisinya sudah padat dan kondisi

lingkungannya tidak memenuhi syarat rumah sehat, memerlukan

perbaikan permukiman melalui peremajaan kota (urban renewal)

Peremajaan kota diarahkan pada penataan lingkungan perumahan dan

perbaikan bangunan, terutama pada lokasi pengembangan akses jalan

baru dan sekitar kawasan industry sekarang.

• Paragraf 1 Pengaturan KDB (Koefesien Dasar Bangunan) Pasal

17

Blok peruntukan dengan KDB sedang adalah blok yang memiliki

proporsi lahan terbangun 60 %.

• Paragraf 2 Pengaturan Ketinggian Bangunan Pasal 18

a) Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok

dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua Iantai (KLB

maksimum 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12

m dan Iantai dasar.

b) Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan

bangunan bertingkat maksimum 4 lantai (KLB maksimum = 4 x

KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum

12 m dan lantai dasar.

Page 14: 2012-2-01225-AR Bab1001

14

c) Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan

bangunan bertingkat maksimum 8 Iantai (KLB maksimum= 8 x KDB)

dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m danminimum 24 m

dan lantai dasar.

• Paragraf 8 Drainase Pasal 28

(2) Untuk penataan terhadap kondisi-kondisi sungai maka perlu

adanya :

a) Perbaikan atau normalisasi sungai-sungai yang ada, sehingga

kondisinya menjadi lebih baik sehingga diharapkan dapat

menampung limpasan aliran permukaan yang akan terjadi dari

adanya perkembangan kegiatan perkotaan.

b) Menata ulang sistem drainase yang ada terutama pada

kawasan cekungan yang merupakan area rawan banjir.

c) Menertibkan kawasan sekitar sungai supaya tetap terpelihara

dari kegiatan-kegiatan yang dapat menganggu kelestarian

sungai yang dapat dilakukan dengan pengaturan sempadan-

sempadan sungai sehingga menghindari tumbuhnya bangunan-

bangunan liar di sepanjang sungai.

d) Perbaikan dan pemeliharaan saluran drainase yang ada agar

dapat berfungsi dengan baik

e) Perencanaan pendistribusian buangan air hujan di wilayah kota

terhadap saluran drainase yang telah ada.

f) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar turut

berpartisipasi dalam upaya memelihara saluran drainase.

Page 15: 2012-2-01225-AR Bab1001

15

Bagian KetujuhRencana Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Paragraf

1 Rencana RTH Taman Kota Pasal 31

Penatapan RTH Kota di Kecamatan Karang Tengah direncanakan

padamasing-masing kompleks perumahan menengah-kecil.

Paragraf 3 Rencana RTH Sempadan Sungai Pasal 33

a) Penataan jalur hijau sungai diperlukan untuk mempertahankan fungsi

dan kelestarian sungai.

b) Garis sempadan sungai yang tak bertanggul dengan kedalaman tidak

lebih 3 meter harus mempunyai garis sempadan sekurang kurangnya

10 meter.

Gambar 1.4 Perumahan Ciledug Indah 1 Tangerang di akses dari maps.google.co.id

Luas lahan : 44.405 m²

KDB : 60 % x luas lahan (44.405 m²) = 26.643 m²

KLB : 2 x 44.405m²= 88.810m²

Jumlah lantai : 88.810 m² : 26.643 m² = 3 lantai (maksimal)

Page 16: 2012-2-01225-AR Bab1001

16

Diperuntukan : Perumahan Rumah Tinggal

GSS : 10 m

Berikut adalah rute kali Angke yang sering menyebabkan banjir di

Perumahan Ciledug Indah 1.

Gambar 1.5 Aliran sungai Angke pada Perumahan Ciledug Indah 1 Tangerang

Keterangan

: Rute kali Angke

: Lokasi perumahan Ciledug indah1

Berikut adalah foto di lingkungan Perumahan Ciledug Indah1 pada saat

terjadi banjir.

Gambar 1.6 Perumahan Ciledug Indah 1 pada saat banjir di akses dari chndw.blogspot.com

laporan-banjir-ciledug-indah 17 april 2013

Page 17: 2012-2-01225-AR Bab1001

17

Gambar 1.7 Perumahan Ciledug Iindah 1 pada saat banjir di akses dari chndw.blogspot.com

laporan-banjir-ciledug-indah 17 april 2013

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini yaitu fokus pada penelitian masalah

banjir yang terletak di Perumahan Ciledug Indah I, Kelurahan Pedurenan,

kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, hingga menemukan pemecahan

masalah banjir dengan solusi desain pada kawasan perumahan tersebut.

1.6 Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar

dampak pembangunan perumahan di area kawasan banjir Perumahan Ciledug

Indah 1 Tangerang.

Tujuan penelitian ini adalah menyusun analisa masalah-masalah di

Perumahan Ciledug Indah 1, Kelurahan Pedurenan, kecamatan Karang

Tengah, Kota Tangerang agar mengetahui masalah ini yang terus terjadi dan

perlu adanya pemecahan masalah sehingga bisa mengurangi dampak banjir

yang lebih besar dengan solusi desain.

Page 18: 2012-2-01225-AR Bab1001

18

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusun sasaran sebagai berikut :

a) Mengidentifikasi faktor-faktor utama masalah banjir diarea kawasan

banjir Perumahan Ciledug Indah 1 Tangearng.

b) Mendesain perumahan dengan konsep Rumah Panggung berdasarkan

masalah banjir.

1.7 Tinjauan Pustaka

Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004)

dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak

tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah

aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu mengalir keluar dari

sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi

kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir.

Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi

diberbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001)mengartikan banjir

dalam dua pengertian, yaitu :

• Meluapnya air sungai yang disebabkan oleh debit sungai yang

melebihi daya tampung sungai pada keadaan curah hujan tinggi.

• Genangan pada daerah dataran rendah yang datar yang biasanya tidak

tergenang.

Banjir dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor

iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah

faktor iklim, yaitu hujan. Hujan merupakan sumber air untuk terjadinya

Page 19: 2012-2-01225-AR Bab1001

19

banjir. Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim,

faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.

Kondisi dan peristiwa alam yang dimaksud, antara lain curah hujan

yang tinggi, jumlah aliran permukaan yang besar, melimpasnya air sungai,

dan pembendungan muara sungai akibat air pasang dari laut. Faktor aktifitas

penduduk berpengaruh terhadap kejadian banjir, seperti tumbuhnya daerah

budidaya di daerah dataran banjir, penimbunan daerah rawa/situ atau

reklamasi pantai, menyempitnya alur sungai akibat adanya pemukiman

disepanjang sempadan aliran sungai, dan pengendalian pemukiman

disepanjang sempadan sungai tidak dilaksanakan dengan baik.

Tipologi Kawasan Rawan Banjir

Tipologi kawasan rawan banjir merupakan pengelompokan kawasan

yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir, sesuai dengan

karakteristik penyebab banjir. Adapun tipologi kawasan budidaya rawan

bencana banjir menurut Dirjen Penataan Ruang (2003)dibagi menjadi 4

kawasan, yaitu :

a. Daerah Pesisir Pantai

Daerah pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. Hal

tersebut dikarenakan daerah pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi

permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang

rata-rata (meansea level/ MSL) dan tempat bermuaranya sungai.

Page 20: 2012-2-01225-AR Bab1001

20

b. Daerah Dataran Banjir

Daerah dataran banjir adalah daerah dataran rendah disisi sungai yang

memiliki elevasi sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai

yang lambat akibat dataran banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan

terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal.

Bencana banjir umumnya terjadi terutama pada daerah yang dilalui sungai

besar dengan debit banjir yang besar.

c. Daerah Sempadan Sungai

Daerah ini merupakan daerah rawan banjir, namun daerah ini sering

dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha. Akibatnya, apabila

terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa

dan harta benda.

d. Daerah Cekungan

Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik didataran

rendah maupun didataran tinggi (hulu sungai). Daerah cekungan dapat

menjadi daerah rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak

terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.

Kriteria Parameter Kerawanan Banjir

• Curah Hujan

Curah hujan adalah faktor non-fisik lahan yang sangat mempengaruhi

kejadian banjir. Curah hujan yang tinggi, akan memperbesar kemungkinan

terjadinya banjir. Puslitbang DPU (2007)menyebutkan bahwa curah hujan

Page 21: 2012-2-01225-AR Bab1001

21

merupakan input penyebab dalam sistem lahan. Curah hujan berinteraksi

langsung terhadap karakteristik fisik lahan, berproses menghasilkan suatu

keluaran sebagai respon permukaan lahan, dalam hal ini adalah banjir.

Arsyad (2006) menyebutkan bahwa kemiringan lereng merupakan

salah satu sifat topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran permukaan.

Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kemiringan lereng

yang landai memiliki kerentanan banjir lebih tinggi dari lereng yang curam.

Hal ini dikarenakan laju air pada kemiringan datar/ landai lebih lambat bila

dibandingan pada lereng yang curam. Dengan kata lain, semakin kecil

kemiringan suatu wilayah, maka semakin rentan wilayah tersebut mengalami

genangan air/ banjir.

• Drainase

Drainase merupakan parameter penentuan banjir yang terkait dengan

tekstur tanah. Tekstur tanah dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam

meresapkan air. Tanah bertekstur halus lebih lambat dalam meresapkan air

kedalam namun, mampu mengikat air lebih lama bila dibandingkan tanah

bertekstur kasar. Hal ini mendasari pemikiran bahwa tanah bertekstur halus

lebih cepat jenuh sehingga aliran permukaan dan genangan air lebih cepat

terjadi. Kondisi ini menunjukkan drainase yang buruk. Sehingga pada tanah

yang bertekstur halus memiliki drainase yang buruk dan mudah terjadi

genangan. Semakin buruk drainase maka kemungkinan terjadinya genangan

air atau banjir semakin tinggi.

Page 22: 2012-2-01225-AR Bab1001

22

• Bentuk Lahan

Bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya

proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai ke laut. Bentuk

lahan dari permukaan yang berbeda memberikan arti bahwa permukaan

tersebut terkena suatu tenaga yang prosesnya berulang-ulang sehingga

memberikan ciri dan karakter yang berbeda (Raharjo, 2008).

• Penutupan Lahan dan Buffer Sungai

Penutupan lahan atau penggunaan lahan untuk suatu fungsi tertentu

mempengaruhi terjadinya kejadian banjir di suatu wilayah. Penutupan lahan

yang dianggap rentan terhadap banjir adalah penutupan lahan yang

mempengaruhi laju masuknya air ke dalam tanah dan penggunaan lahan

dengan kemungkinan aliran permukaan yang cukup besar bila terjadi

hujan.Buffer adalah batas dengan jarak tertentu yang dibuat mengelilingi

suatu titik, garis, atau poligon. Buffer sungai dan badan air merupakan

penentuan jarak tertentu dari sungai atau badan air tersebut yang

memungkinkan terjadinya banjir. Skor diberikan berdasarkan kedekatan

terhadap sungai atau badan air tersebut. Semakin dekat dengan sungai atau

badan air tersebut, maka kemungkinan terjadinya genangan atau banjir yang

berasal dari luapan sungai lebih besar.Primayuda (2006)

1.8 State Of The Art

Pembangunan berkelanjutan sektor perumahan diartikan sebagai

pembangunan perumahan termasuk didalamnya pembangunan kota

Page 23: 2012-2-01225-AR Bab1001

23

berkelanjutan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi, dan

kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Inti

pembangunan perumahan berkelanjutan adalah upaya untuk meningkatkan

kualitas hidup secara berkelanjutan (Kirmanto, 2005)

Menurut Kuswara (2004) dalam kajiannya mengungkapkan bahwa

perumahan dan permukiman merupakan tempat aktivitas yang memanfaatkan

ruang terbesar dari kawasan budidaya. Pengelolaan pembangunan perumahan

harus memperhatikan ketersediaan sumberdaya pendukung serta

keterpaduannya dengan aktivitas lain. Dalam kenyataannya hal tersebut

sering terabaikan, sehingga tidak berfungsi secara optimal dalam mendukung

suksesnya perkembangan kota. Oleh karena itu, diperlukan upaya

pengembangan perencanaan dan perancangan, serta pembangunan perumahan

yang kontributif terhadap tujuan penataan ruang.

Berdasarkan pengertian dasar tersebut tampak bahwa batasan aspek

perumahan dan permukiman sangat terkait erat dengan konsep lingkungan

hidup dan penataan ruang. Lingkungan permukiman adalah kawasan

perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan

ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Prasarana

lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan

lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Permasalahan perumahan saat ini menurut Kirmanto (2005) adalah telah

terjadi:

1) Alokasi tanah dan tata ruang yang kurang tepat

Page 24: 2012-2-01225-AR Bab1001

24

2) Ketimpangan pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, dan

perumahan.

3) Konflik kepentingan dalam penentuan lokasi perumahan.

4) Masalah lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam, dan

5) Komunitas lokal tersisih, dengan orientasi pembangunan terfokus

pada kelompok masyarakat yang mampu menguntungkan.

Menurut Kirmanto, 2005. Tantangan perkembangan pembangunan

perumahan yang akan datang antara lain:

a) Urbanisasi yang tumbuh cepat merupakan tantangan bagi pemerintah

untuk berupaya agar pertumbuhan lebih merata.

b) Perkembangan tak terkendali di daerah yang memiliki potensi untuk

tumbuh.

c) Marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global, dan

d) Kegagalan implementasi dan kebijakan penentuan lokasi perumahan

Adapun masalah permukiman berkaitan dengan pemilihan lokasi yang

kurang tepat, misalnya daerah yang rawan banjir, daerah yang sulit

mendapatkan air, keadaan tanahnya yang labil dan sebagainya. Kebutuhan

lahan selalu meningkat dalam bidang permukiman tersebut seringkali tidak

terpenuhi, karena jumlah penduduk cenderung selalu meningkat sedangkan

luas lahan relatif tidak bertambah. Dalam proses perancangan dan

perencanaannya, manusia dan alam ditempatkan dalam prioritas yang sama

sebagai faktor penentu utama yang penting, dan yang dihasilkan harus

bertanggung jawab dan dapat mengembangkan kehidupan seutuhnya sesuai

dengan kapasitas sumber daya alam dan ekosistem yang ada.

Page 25: 2012-2-01225-AR Bab1001

25

25