bab 1 pendahuluan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/2012-2-01212-ar...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proyek
Jakarta adalah pusat kota bisnis Indonesia sekaligus salah satu tempat
tujuan utama untuk wisata di Indonesia. Setiap hari banyak pendatang baik
dari dalam negeri maupun luar negeri yang datang ke Jakarta untuk
melakukan bisnis atau untuk wisata. Waktu berkunjung pendatang-pendatang
tersebut berbeda-beda, ada yang hanya dalam hitungan jam, harian, bulanan
atau bahkan tahunan. Hal tersebut merupakan latar belakang yang kuat atas
kebutuhan akomodasi berupa jasa perhotelan, baik untuk tempat singgah atau
beristirahat atau untuk liburan atau hanya untuk sekedar memanfaatkan
fasilitas yang ada di hotel tersebut.
Pada Februari 2012, statistik dari STR Global (badan internasional
yang mendata tentang industri hotel dunia) terus menunjukkan tren kenaikan
rata-rata tarif kamar harian (ADR/Average Daily Room rate) dan okupansi
hunian hotel kelas atas dan menengah di Jakarta. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan yang kuat pada pendapatan per kamar (RevPAR/Revenue Per
Available Room) yang tersedia untuk sektor hotel kelas atas dan menengah,
yang mencapai kenaikan tahun-ke-tahun sebesar 22,3% dan 19,8% (Jakarta
Property Market Review-First Quarter 2012-Jones Lang Lasalle).
Ibukota Indonesia terus menarik wisatawan terutama dari suatu
perusahaan-perusahaan, dan kinerja perdagangan Hotel telah berkembang
seiring dengan permintaan domestik yang kuat. Berdasarkan Badan Pusat
2
Statistik Indonesia (BPS), kedatangan pengunjung internasional di Jakarta
telah menunjukkan peningkatan sebesar 11,1% yaitu menjadi 2 juta
pengunjung di tahun 2011, hal ini mungkin disebabkan karena adanya
peningkatan konektivitas antara Jakarta dan negara-negara tetangganya di
Asia yang dipengaruhi perkembangan industri maskapai rendah biaya dan
peningkatan frekuensi penerbangan oleh operator ini dan maskapai nasional
Indonesia. (Jakarta Property Market Review-First Quarter 2012-Jones Lang
Lasalle).
Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle dalam risetnya
mengatakan bahwa Kinerja hotel di Jakarta terus bertumbuhan seiring
kenaikan permintaan. Pada 2012 dan 2013, keperluan hotel diperkirakan
meningkat sebesar 5,8% dan 3,6%, masing-masing. Total kamar hotel yang
baru tahun 2012 sampai 2014 diproyeksikan sebanyak 4.056 kamar. Pada
tahun 2013, ada prediksi penurunan pertumbuhan kamar hotel di Jakarta
menjadi 600-800 kamar kemudian pada tahun 2014, penambahan jumlah
kamar hotel bisa mencapai 1.400-1.600 kamar per tahun (Jakarta Property
Market Review-First Quarter 2012-Jones Lang Lasalle).
Gambar 1.1 Jakarta Future Hotel Supply
Sumber: Jakarta Property Market Review – Jones Lang LaSalle Research (2012)
3
Berdasarkan riset, mayoritas hotel baru itu akan berlokasi di Jakarta
Selatan dan Jakarta Pusat. Seperti yang terlihat pada grafik, pasokan
terbanyak diprediksi berada di Jakarta Selatan sebesar 48%, disusul dengan
Jakarta Pusat sebesar 43%, Jakarta Timur sebesar 7%, Jakarta Utara sebesar
2% dan untuk Jakarta Barat nyaris tidak ada yaitu 0% (Jakarta Property
Market Review-First Quarter 2012-Jones Lang Lasalle).
Gambar 1.2 Jakarta Future Hotel Supply (by location)
Sumber: Jakarta Property Market Review – Jones Lang LaSalle Research (2012)
1.2 Latar Belakang Lokasi
Dengan adanya riset tersebut penulis memilih proyek hotel yang
berlokasi di Jalan Setiabudi Utara 1, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Daerah ini merupakan daerah elite dan sangat strategis, yaitu berada di
kawasan Segitiga Emas Jakarta (Setiabudi-Kuningan-Sudirman). Daerah
tersebut juga sering disebut sebagai kawasan Central Business District (CBD)
di Jakarta, yang merupakan kawasan kedutaan-kedutaan besar dan pusat
pengembangan bisnis serta komersial di Jakarta. Selain itu, terdapat halte
Transjakarta dan kereta api (Stasiun Sudirman) sehingga sarana tranportasi
dapat dikatakan cukup memadai di daerah tersebut (baik untuk karyawan
maupun untuk pengunjung).
Dengan latar belakang lokasi yang strategis dan elit penulis memilih
proyek Hotel Butik bintang 5 karena merupakan klasifikasi hotel yang
4
memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan hotel jenis lainnya dan memiliki
fasilitas lengkap dan mewah yang cocok bagi pebisnis ataupun bagi para
wisatawan kelas atas sebagai tempat tinggal sementara.
1.3 Latar Belakang Topik dan Tema
Topik tugas akhir yang penulis pilih adalah “fasade” untuk desain
bangunan yang berkelanjutan (Sustainable Building). Isu pemanasan global
telah ada sejak lama dimana bumi tempat manusia tinggal telah rusak dan
akan semakin rusak bila para manusia tidak mau menjaga dan melestarikan
lingkungan. Dengan adanya isu tersebut, dalam bidang arsitektur masyarakat
dihimbau untuk membuat bangunan yang green dan sustainable. Kata lain
sustainable adalah berkelanjutan, dimana dalam merancang suatu bangunan,
manusia diharapkan dapat membuat karya bangunan yang bisa bertahan untuk
jangka waktu yang lama dan untuk generasi berikutnya, yang tidak merusak
lingkungan, baik dalam pembuatan, penggunaan bahan, dan saat bangunan
tersebut dioperasikan.
Fasade atau tampak adalah salah satu bagian paling penting dari suatu
karya arsitektur. Fasade merupakan elemen bangunan yang dapat
memberikan gambaran tentang fungsi, karakteristik, kesan yang ingin
diciptakan dari arsitek yang merancangnya. Pembentukan suatu fasade
bangunan tentunya memiliki alasan, bukanlah suatu hal yang asal jadi tanpa
pemikiran yang matang. Dalam membuat fasad suatu bangunan, arsitek
memiliki alasan-alasan dan latar belakang yang mendukungnya.
Tema tugas akhir yang penulis pilih adalah “Optimalisasi Bentuk
Fasade Terhadap Pencahayaan Alami”. Untuk tema perancangan tugas akhir,
5
penulis memilih elemen pencahayaan alami sebagai parameter yang akan
memberikan alasan dan jawaban atas bentuk fasade yang nanti akan
dihasilkan pada saat proses perancangan. Tema pencahayaan alami dipilih
bukan hanya untuk penghematan energi dalam bangunan yang akan
dirancang, melainkan sebagai bentuk perwujudan kualitas visual ruang yang
baik bagi penghuni hotel.
1.4 Keterkaitan Seluruh Latar Belakang Keterkaitan Proyek, Lokasi dengan
Topik dan Tema (Formulasi Masalah)
Dewasa ini, begitu banyaknya hotel-hotel yang telah ada di Indonesia
khususnya di Jakarta, masih jarang hotel yang dirancang dan di bangun
dengan mempertimbangkan pencahayaan alami. dikarenakan kamar hotel
jarang digunakan saat siang hari. Padahal unsur pencahayaan alami dalam
setiap bangunan merupakan hal yang sangat penting. Bukan hanya dapat
mengurangi penggunaan energi dalam bangunan tersebut, melainkan juga
sebagai perwujudan kualitas visual ruang yang baik bagi penggunanya.
Kualitas visual ruang merupakan salah satu suatu tolak ukur bagus atau
tidaknya suatu bangunan tersebut.
Keterkaitan proyek, lokasi dengan topik dan temanya yaitu akan
dihasilkan bentuk bangunan hotel butik sedemikian rupa yang menghasilkan
area-area pembayangan dan bentuk bangunan yang diatur jenis dan besaran
bukaannya agar dapat memasukan cahaya tidak langsung sesuai dengan
fungsi dan kebutuhan cahaya ruang-ruang di hotel tersebut. Sehingga dapat
mengurangi penggunaan energi dalam hotel dari segi pencahayaan.
6
Dengan demikian, optimalisasi bentuk berdasarkan cahaya alami
diharapkan dapat menghasilkan hotel butik yang memiliki bentuk fasade yang
unik dan berbeda dari hotel-hotel lain pada umumnya yang memaksimalkan
pemasukan cahaya matahari sesuai fungsi ruang dan memiliki kualitas visual
ruang yang baik. Berikut adalah skematik keterkaitan latar belakang proyek,
lokasi dengan topik dan tema:
7
Gambar 1.3 Skematik latar belakang Sumber: hasil olahan pribadi (2013)
1.5 Masalah Penelitian
1) Untuk dapat memaksimalkan bentuk fasade berdasarkan pencahayaan alami
terhadap bangunan hotel butik, terdapat berbagai sistem pencahayaan alami,
dan memiliki kriteria khusus agar sistem pencahayaannya berhasil. Jenis dan
besarnya bukaan merupakan salah satu faktor utama yang harus diolah agar
sistem pencahayaan alaminya berhasil.
1.5.1 Pertanyaan Penelitian
1) Apa jenis bukaan dan berapa besaran bukaan yang efisien untuk kamar hotel
butik agar sistem pencahayaan alaminya berhasil?
1.6 Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan proyek ini adalah:
1) Perancangan hotel butik bintang lima yang memiliki fasilitas dan ketentuan
sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
2) Optimalisasi bentuk fasade hotel berdasarkan cahaya alami.
3) Pengaturan jenis dan besaran bukaan pada ruang kamar sesuai fungsi dan
kebutuhan cahaya agar dapat menghasilkan kamar dengan kualitas visual
yang baik.
8
1.7 Maksud dan Tujuan Penelitian
1) Memaksimalkan bentuk fasade hotel berdasarkan cahaya alami dengan
mengatur jenis dan besaran bukaan sehingga diharapkan menghasilkan desain
hotel butik dengan fasad unik, fungsional dan memiliki kualitas visual ruang
yang baik.
2) Menyediakan fasilitas penginapan yang lengkap dan mewah dengan fasilitas
hotel lainnya yang menunjang untuk pendatang khususnya pebisnis dan
wisatawan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
3) Menciptakan desain hotel butik yang sustainable serta tidak merusak
lingkungan.
9
1.8 State of The Art (Tinjauan Pustaka)
Terdapat beberapa jurnal yang penulis gunakan untuk bahan referensi:
Tabel 1.1 State of The Art No. Judul Jurnal dan Tahun
Pembuatan Nama Penulis Ringkasan
1. Kajian Bentuk dan Fasade Hotel Hilton Bandung (2012)
Utami, Indra Firmansyah Akbar, Prita Novia Haerani, Rizky Despriansyah (Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional)
Dalam perancangan suatu bangunan bentuk dan fasade merupakan hal yang sangat penting, yang menghasilkan karakteristik dan citra dari bangunan tersebut. Penelitian ini membahas dan menjelaskan bentuk dan fasade Hotel Hilton Bandung dengan metode analisis deskriptif. Dengan kesimpulan bahwa bentuk bangunan tersebut mengalami proses transformasi berupa tambahan dan pengurangan, dari segi fasade bangunan tersebut dipengaruhi oleh elemen material, warna, proporsi, irama, dan tekstur, yang semuanya itu sangat mempengaruhi tampilan suatu bangunan.
2. A Genetic Algorithm Approach To Optimizing The Shape Of Building (2011)
TONG Ziyu (School of Architecture and Urban Planning, Nanjing University)
Bentuk bangunan merupakan faktor penting dalam desain bangunan hijau. Untuk menghasilkan bentuk, perlu melakukan pertimbangan terhadap lingkungan sekitar, teknis, fungsi, dan estetika. Berbagai kemungkinan untuk menghasilkan bentuk terbaik bahkan dari komputer hampir mustahil, namun dengan metode algoritma dapat mengoptimalkan solusi desain terhadap masalah thermal dan pencahayaan. Penelitian ini membandingkan 3 bentuk bangunan yang berbeda dan dengan kondisi yang berbeda pula dengan penggunaan variable bentuk permukaan bangunan, jumlah lantai dan volume bangunan.
10 No. Judul Jurnal dan Tahun Pembuatan
Nama Penulis Ringkasan
3. Optimasi Desain Light Shelf Untuk Daylighting Bangunan Hemat Energi (2011)
Norma Pradipta (Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)
Light shelf merupakan strategi pencahayaan pasif dengan cara memantulkan cahaya matahari tidak langsung ke dalam bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari desain light shelf yang paling optimum berdasarkan variable dimensi dan sudut light shelf interior serta posisi ketinggian light shelf. Kesimpulannya adalah efektivitas light shelf dipengaruhi oleh dimensi, sudut dan tinggi jendela atas pada ketinggian pemasangan light shelf
4. Façade Design and Natural Daylight in Highrise Office Building in the Tropic: A Case Study Of Johor Bahru City (2001)
N. Haliza Madros (B.Sc, B. Arch, M. Phil, Ph.D) Aminatuzuhariah Megat Abdullah (University Teknology Malaysia: Kampus Skudai, Johor, Malaysia)
Penelitian ini membahas bagaimana fasade di desain berdasarkan cahaya alami untuk bangunan tingkat tinggi di kawasan tropis. Penelitian ini mengatakan bahwa penggunaan light shelf adalah strategi yang tepat untuk meningkatkan pencahayaan alami di dalam bangunan tropis. Pertama, paper ini membahas tentang pencahayaan di dalam area interior, kedua akan dibahas shading pada umumnya, dan ketiga akan di bahas tentang interior dengan pencahayaan yang rendah, kemudian akan dijelaskan konsep light shelf dan bagaimana konsep itu digunakan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi konsumsi energi dan memperkuat sustainable environment.
5. Sustainable Building Design with Autodesk Ecotect (2010)
Raphaël BARRY(Ecole des Mines de Nantes, France)
Penelitian ini membahas tentang beberapa analisa menggunakan software Ecotect dengan studi kasus terhadap bangunan hunian 5 lantai. Analisa yang digunakan dan di bahas yaitu analisa pembayangan, potensial matahari, pengaruh dari bangunan sekitar, perlindungan dari matahari, kondisi visual, thermal dan radiasi, kenyamanan visual, dll. Kesimpulan yang dihasilkan adalah menurut penulis software Ecotect adalah alat yang sangat penting yang dapat sangat membantu dalam pembuatan analisa lingkungan untuk mendesain sustainable building dan sangat menghemat waktu daripada analisa manual.
11
No. Judul Jurnal dan Tahun Pembuatan
Nama Penulis
Ringkasan
6. A Comparison of Daylight Prediction Methods (2010)
Sowgol Khoshroonejad (Eastern Mediterranean University, Gazimağusa, North Cyprus
Paper ini menjelaskan tentang penting cahaya matahari dalam bidang arsitektur, selain bisa mengurangi penggunaan energi (tanggapan terhadap adanya pemanasan global) cahaya matahari juga memberikan efek psikologis yang tidak bisa dihadirkan oleh cahaya buatan. Paper ini meneliti perhitungan besaran cahaya matahari dengan empat cara yaitu dengan teknik grafik, dua cara komputerisasi yaitu dengan Ecotect dan B.R.E daylight protractor dan metode terakhir dengan pengukuran manual. Kemudian pada akhirnya dibandingkan untuk mendapatkan metode pengukuran mana yang paling efektif, dan disimpulkan bahwa metode pengukuran komputerisasi masih lebih menguntungkan.
Sumber: Hasil Olahan Pribadi (2013)
Berdasarkan 6 jurnal di atas, unsur kebaruan atau inovasi dalam proyek ini yaitu meneliti bentuk fasade dengan pencarian gubahan
massa berdasarkan analisis manusia, lingkungan dan bangunan, yang dipadukan dengan unsur budaya, kemudian menentukan jenis dan
besaran bukaan untuk bangunan hotel butik berdasarkan pencahayaan alami dengan menggunakan simulasi Ecotect. Dalam penelitian ini
penulis lebih spesifik pada jenis dan besar bukaan untuk kamar tidurnya.
12