bab 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2012-2-01220-ar bab2001.pdf2.5...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Permasalahan Dari Daerah Iklim Tropis
Secara klasik iklim tropis dibagi dua: tropis basah dan tropis kering. De Wall
membagi iklim tropis menjadi 10 klasifikasi berdasarkan suhu harian rata-rata dan
perbedaan antara suhu siang dan malam. Dalam pengelompokan ini, hanyakota atau
wilayah yang memiliki suhu udara harian rata-rata 28˚c atau lebih dimasukan dalam
katagori iklim tropis. Jakarta disebutkan sebagai masuk dalam kategori pertama,
dengan suhu rata-rata 28˚c serta deviasi sekitar 7˚, sementara kota-kota sejuk seperti
Bandung, Malang, Bukit Tinggi, Prapat, dan lainnya tidak masuk dalam klasifikasi
tropis yang dirumuskan oleh de Wall karena memiliki suhu rata-rata harian yang
lebih rendah.
Ciri yang menonjol pada iklim tropis(karyono,2001 ) adalah tingginya suhu
rata-rata harian dibanding pada iklim lain. Salah satu Persoalan yang ditimbulkan
oleh iklim ini dalam kaitannya dengan kota sebagai tempat manusia bermukim dan
melangsungkan aktifitas kerja sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Pemanasan yang ditimbulkan oleh Radiasi Matahari,Matahari memancarkan
panasnya melalui radiasi ke permukaan bumi. Panas yangdipancarkan oleh matahari
ke permukaan bumi tidak tergantung apakah permukaan bumi tersebut berupa kota
(urban) atau desa (rural), tapi lebih bergantung pada sudut jatuh–radiasi
akanmencapai jumlah maksimum apabila sudut jatuhnya 90˚, demikian juga
Gambar 2.1 Pemanasan Secara Radiasi (2013)
sumber:google
bergantung pada kondisi awan yang dapat menghalangi pemancaran radiasi tersebut.
Implikasi radiasi matahari ke permukaan bumi akan berbeda ketika permukaan
tersebut memiliki perbedaa karakter dalam hal penyerapan dan pemantulannya
terhadap radiasi tersebut.
Permukaan keras banyak menyerap panas radiasi tersebut.
2. Terjadinya ‘heat urban island’ Akibat tertutupnya permukaan tanah oleh beton
(yang dapat berupa bangunan atau perkerasan permukaan tanah) serta aspal (jalan
dan parkir), radiasi matahari yang jatuh pada permukaan tersebut sebagian besar
diserap dan kemudian dilepaskan lagi ke udara di atas dan sekitarnya. Pelepasan
panas yang diserap oleh material keras sebagaimana beton atau aspal akan jauh lebih
besar dibanding yang terjadi pada tumbuhan.
Karena sebagian besar area kota tertutup oleh material keras, maka suhu
udara kota menjadilebih tinggi dibanding kawasan sekelilingnya yang masih bersifat
rural. Fenomena inisering disebut sebagai heat urban island, dimana area fisik kota
seolah menjadi sebuah pulau yang memancarkan panas di tengah hamparan
kehijauan kawasan rural.
2.2 Penerangan Alami pada Siang Hari
Penerangan Alami pada Siang Hari Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
1. Cahaya matahari langsung.
2. Cahaya matahari difus
Gambar 2.2 Urban Heat Island(2013)
Sumber: tri harso karyono
Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk
penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari
langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan
pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang
perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit.
Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat
potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada
bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
2. Komponen refleksi luar
3. Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar
pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
1. Luas dan posisi lubang cahaya.
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula
kemungkinan adanya penghalang dimuka lubang cahaya. Dari penelitain yang
dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah
sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang
cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada
Gambar 2.3 Direct Light dan Indirect Light (2013)
Sumber: google image
ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, factor refleksi cahaya rata-rata
dari permukaan dalam ruang sekitar 50% - 60% tidak ada penghalang dimuka lubang
dan kaca penutup adalah kaca bening (yuuwono,2007).
Pada dasarnya pencahayaan pada ruangan juga memiliki standar yang dikaitkan
dengan kesehatan dan di Indonesia sendiri SNI (standar nasional Indonesia) memiliki
standart tersebut, berikut merupakan beberapa standart pada ruangan yang dihitung
dengan satuan lux :
2.3 Perpindahan Panas
). Indonesia yang berada di daerah tropis panas-lembabmempunyai
karakteristik iklim sebagai berikut : tanah yang basah dengan mukaair tanah yang
tinggi, gerakan udara yang lambat dan hujan yang lebat, resikokorosi yang tinggi
untuk logam (terutama pada kawasan pantai), kelembabantinggi. Sehingga bahan
bangunan pada kawasan tropis panas-lembab harusmenyerap air, tahan terhadap
korosi, dan mempunyai time lag perpindahanpanas yang pendek.
Tabel 1 Tingkat LuxDalam Ruang (2013)
Sumber: SNI
Salah satu elemen bangunan yang mempunyai fungsi penting dan harus
dapatmerespon kondisi tersebut adalah dinding. Lippsmeier (Lippsmeier,
1994)menyatakan bahwa dinding bangunan berfungsi sebagai : stabilitas
bangunan,perlindungan terhadap hujan, angin dan debu, perlindungan terhadap
radiasimatahari secara langsung, perlindungan terhadap dingin, perlindungan
terhadapkebisingan, pengaman terhadap gangguan manusia dan hewan. Bangunan
yangmemakai ventilasi alamiah lebih baik menggunakan bahan bangunan
yangberpori dan dapat menyalurkan kembali panas yang diterimanya dan panas
yangterbentuk di dalam ruangan.
Berdasarkan media perantaranya, perpindahan panas dari suatu tempat ke
tempatlain dapat terjadi melalui tiga cara :
• Konduksi
• Konveksi
• Radiasi
2.4 Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah penyebab sifat iklim, radiasi ini juga sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia. Kebutuhan efektifnya ditentukan oleh :
1. Energi radiasi (insolasi) matahari.
2. Pemantulan oleh permukaan bumi.
3. Berkurangnya radiasi karena penguapan.
4. Arus radiasi di atmosfer, kesemuanya membentuk keseimbangan di
mukabumi.
Gambar 2.4 Perpindahan Panas(2013)
Sumber: google images
Pengaruh radiasi matahari, ditentukan terutama oleh “durasi, intensitasdan sudut
jatuh”. Ketiga faktor ini perlu mendapat perhatian dalam perancanganbangunan
(yuuwono,2007).
2.4.1 Durasi, Intensitas Radiasi dan Sudut Jatuh
Lamanya durasi penyinaran matahari setiap hari dapat diukur denganorogral
sinar matahari “forografis dan thermo elektris”. Lamanya penyinaranmaksimum
dapat mencapai 90% tergantung pada musim, garis lintang, geografistempat
pengamatan dan kerapatan awan.Daerah tropis memiliki waktu remang pagi dan
senja atau sore hariyang pendek. Semakin jauh dari khatulistiwa, waktu remang
semakin panjang.Sedangkan cahaya siang bermula dan berakhir saat matahari berada
18 C dibawah garis khatulistiwa (yuuwono,2007).
2.4.2 Kesilauan
Intensitas dan pantulan cahaya matahari yang kuat merupakan gejaladari
iklim tropis. Cahaya yang terlalu kuat dan kontras yang terlalu besar(brightness)
dirasakan kurang menyenangkan, di sini perlu diperhatikanperbedaan mendasar
antara daerah tropis kering dan tropis basah. Daerah tropiskering kesilauan terjadi
karena pantulan oleh bidang tanah atau banguan yangterkena cahaya, berarti bahwa
mata yang memandang ke bawah akan menjadisilau. Sedangkan di daerah lembab
tingginya kelembaban udara dapatmenimbulkan efek silau pada langit, berarti mata
yang memandang ke atasmenjadi silau. Dengan tumbuhan rendah dan rerumputan,
kesilauan tanah dapatdihindarkan begitu juga kesilauan langit dapat diatasi dengan
pohon-pohon yangmenjulang tinggi (yuuwono,2007).
2.4.3 Temperatur
Wilayah khatulistiwa adalah daerah yang paling panas, denganmenerima
radiasi matahari terbanyak. Temperatur maksimum dicapai 1 hingga 2jam setelah
tengah hari karena saat itu radiasi matahari langsung bergabungdengan udara yang
sudah panas, barat laut atau fasade barat, tergantung padamusim dan garis lintang.
Sedangkan temperatur terendah terjadi sekitar 1 hingga2 jam sebelum matahari
terbit. Sebanyak 43% radiasi matahari dipantulkankembali, 57% diserap (14%
atmosfer dan 43% oleh permukaan bumi). Sebagianbesar radiasi yang diserap
tersebut dipantulkan kembali ke udara. Terutamasetelah matahari terbenam, dengan
catatan tergantung kondisi atmosfer.Biasanya terjadi radiasi balik yang besar (di
daerah kering), kehilangan panas(heat loss) yang perlu cepat pada malam hari, dapat
dicegah dengahmenggunakan bahan yang menyerap panas. Melalui pemanfaatan
bahan yangtepat serta pemanfaatan pergeseran waktu radiasi balik dapat diciptakan
untukkenyamanan di dalam ruang (yuuwono,2007),
Dan menurut nasa pada garis lintang-6.193761, dan garis bujur 106.839337 suhu
normal atau titik nyaman pada kawasan site tersebut adalah 21.52˚c sampai titik
28.30˚c dan jika suhu luar sudah melebihi angka tersebut maka dibutuhkan strukrur
khusus yang dapat mengurangi radiasi terhadap bangunan .
2.5 Sun shadding ( pembayangan sinar matahari )
Solar Pembayangan sinar matahari adalah merupakan salah satu cara yang
efisien untuk mengurangi beban panas, walaupun rambatan panas juga dapat
dikontrol dengan perancangan luas jendela . Masalah ini berbeda-beda tergantung
iklim yang bersangkutan. Misalnya, untuk daerah dingin, radiasi matahari justru
sangat diperlukan banyak pada waktu musim dingin. Berbeda dengan iklim tropis.
Perambatan panas ke dalam ruangan harus memperhatikan kenaikan suhu udara di
dalam ruangan.
arsitek diberikan pengertian seberapa pentingnya untuk melindungi bangunan
(arsitektur) dari panas matahari. Pembayangan sinar matahari adalah merupakan
satu-satunya cara yang efisien untuk mengurangi beban panas, walaupun rambatan
panas juga dapat dikontrol dengan perancangan luas jendela, tentu saja dengan
mengingat kondisi iklim dari tempat/lokasi itu berada.
Menurut publo la roche (2011) sun shading dapat dilakukan dengan beberapa
cara,diantaranya:
• perangkat shading eksternal,
• perangkat shading internal atau
• Dengan panel kaca itu sendiri.
Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan
Kelemahan dalam melindungi permukaan bangunan dari panas matahari, yang
mampu memancar ke dalam bangunan.
2.5.1 Faktor yang harus dipenuhi:
� Tidak silau
� Melindungi bangunan dari hujan
� Mampu menghalangi atau mengurangi masuknya panas
(mengontrol hantaran panas)
� Memberikan view keluar yang cukup
� Mampu memperlancar aliran angin
� Memenuhi estetika yang baik
� Jumlah sinar yang masuk untuk penerangan alam juga
terpenuhi.
2.5.2 Bentuk sun shading
Sudut pembayangan berubah-ubah pada setiap saat, tergantung pada
posisi matahari. Maka, ada 3 macam bentuk pembayangan:
a.pembayangan vertikal
b.pembayangan horisontal
c.kombinasi pembayangan vertikal dan horizontal
Sedangkan cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan sun shading adalah:
.
2.5.2.1 Perangkat Aalam ( natural device )
Vertical Salah satu cara untuk mengurangi keuntungan panas secara alami
mendinginkan rumah Anda dengan pohon-pohon pelindung dan non-perangkat
mekanis .Metode Shading memblokir sinar matahari dan menyerap atau
mencerminkan panas matahari, sehingga mengurangi suhu dalam ruangan sebanyak
20 ° F.Penanaman dengan cara natural adalah cara dengan biaya yang relatif
rendah, rendah energi penyedia naungan yang meningkatkan kualitas udara oleh
penyaringan terhadap polusi . Hal ini juga mengurangi jumlah radiasi sinar UV dan
memungkinkan untuk cahaya alami masuk lebih banyak dibandingkan dengan
lampu elektrik pada umumnya. Tergantung pada individu masing- masing ada
pilihan shading yang berbeda baik untuk di dalam maupun di luar bangunan .
Banyak yang bisa dilakukan dengan lansekap serta dengan interior dan eksterior sun
shading .
Landskaping
Gambar 2.5 Tipe-tipe Sun Shading(2013)
Sumber: google images
Gambar 2.6 Natural Device (2013)
Sumber:google image
Lansekapadalahcara alamidan indahuntuk menaungibangunanAndadan
memblokirmatahari. Sebuah pohonbaik ditempatkan, semak ataupohon
anggurdapatmemberikanwarnayang efektif danmenambah nilaiestetikauntuk
bangunan Anda sertamengurangi biayapendinginudara sebesar 15% sampai
50%Selain itu,warnayang Anda miliki, semakinefektifAndadapat
menggunakanventilasi alami. pohon Tidak hanyamemberikan keteduhan,
menyerapsinar mataharitercerminuntuk fotosintesis. Dalam proses ini,
airmenguapdari pohon, pendinginanudara(hingga 9 °F) di sekitar gedung. ini
merupakan cara yang paling efektifmenurunkanbiaya energiAndaselama bertahun-
tahun. Pohonharusditanamdi sisibarat rumahAndauntuk efekshading yangmaksimal;
2.5.2.2 Perangkat Internal (internal device )
Interior shading memiliki kemampuan terbatas untuk mengendalikan cahaya.
Semua sistem interior kurang efektif daripada sistem eksterior yang baik karena
memungkinkan panas matahari untuk masuk ke dalam bangunan.
Gambar 2.7 Landskaping Device (2013)
Sumber: google image
Gambar 2.8 Internal Device (2013)
Sumber: google image
Reflektif Film:
Metalized film atau kaca filem dapat memblokir 50% sampai 75% dari
panasmatahari. Karena mereka juga cenderung untuk memblokir sinar
matahari,prodakini sudah banyak yang mampu memasukkan cahaya lebih banyak
sangat mudahditemukan dipasaran.
Penggunaan perlakuan khusus pada jendela:
penggunaan perlakuan khusus pada jendela yang memiliki nilai reflektif, permukaan
logam putih atau terang, secara efektif dapat memblokir panas matahari. Sebagai
contoh, sebuah warna buram rol dengan permukaan putih menghadap ke luar dapat
menghalau sekitar 80% dari panas matahari.
2.5.2.3 Perangkat Eksternal (EXTERNAL device )
penggunaan shading eksterior, baik struktur yang melekat pada kulit
bangunan atau perpanjangan dari kulit itu sendiri, untuk mencegah panas matahari
yang tidak diinginkan. Sistem eksterior biasanya lebih efektif daripada sistem interior
dalam menghalangi radiasi panas matahari .
Gambar 2.8 External Device (2013)
Sumber: google image
2.5.3 Fungsi Sun Shading
Menggunakan sun shading, merupakan aspek penting dari salah satu upaya
strategi mengarah pada bangunan yang hemat energiMenggunakan sun shading dapat
meningkatkan kenyamanan visual (visual comfort), dengan mengontrol sinar
matahari yang masuk, dan mengurangi adanya kekontrasan. Upaya seperti ini, dapat
menciptakan kepuasan dan tingkat produktivitas kerja yang tinggi.
Dengan menggunakan sun shading, maka diperoleh kesempatan untuk
memberikan tampilan fasad yang berbeda dari yang lain.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam perancangan pembayang sinar
matahari adalah seperti point-point di bawah ini, dengan catatan bahwa semuanya
tergantung pada masalah yang dihadapi oleh perancang.
a. Pembayang akan lebih efisien apabila berada di luar daripada di
dalam bangunan
b. Perbedaan efisiensi ini akan lebih nyata apabila pembayang
berwarna gelap
c. Sedangkan pembayang dalam bangunan akan lebih efisien
apabila menggunakan warna terang. Apabila meggunakan warna
gelap, akan menambah panas dalam bangunan
d. Pembayang matahari sebaiknya dari bahan yang mempunyai
kapasitas thermis yang rendah, dengan tujuan lebih cepat dingin
setelah matahari terbenam, sehingga tidak memberikan rambatan
panas ke dalam bangunan.Sebaliknya, apabila pembayang matahari
mempunyai kapasitas panas yang tinggi misalnya beton, panas yang
tersimpan akan dilepaskan dan merambat ke dalam bangunan pada
waktu malam hari. Akibatnya, akan menaikkan suhu udara dalam
ruangan.
e. Pembayang matahari tidak saja berfungsi menghalangi
masuknya radiasi matahari ke dalam bangunan namun juga jangan
sampai berfungsi sebagai perangkap radiasi matahari.
f. Pembayang matahari tidak selalu berupa sirip
vertikal/horisontal atau kedua-duanya, namun ide SELF SHADING
juga merupakan suatu potensi rancang arsitektur, sehingga bentuk
bangunan lebih bisa memberikan arti.
2.6 Pengaplikasian Material Tembus Cahaya
2.6.1Efisiensi kaca
Kemampuan meneruskan cahaya tampak diukur dari nilai visiblelight
transmittance (VT), solar heat gain coefficient(SHGC) dan thermal transmittance
(U) merupakantolok ukur besarnya transmisi panas secara radiasi dansecara konduksi
sebuah bahan. Nilai optimal kinerjaenergi bahan transparan dinyatakan sebagai rasio
antaraVT dan SHGC bahan transparan tersebut yang disebutsebagai light to solar
gain (LSG). Bahan transparandengan LSG ≥1,4 sangat direkomendasikan
untukdaerah tropis lembab(skylighting guidelines).
2.6.2 visible transmittance (TVis)
Transmitansi terlihat dari bahan kaca adalah pengukuran penting untuk
menilai seberapa banyak cahaya akan melewati. Hal ini dilaporkan sebagai rasio, dan
diberi label baik TVis atau VT untuk transmitansi terlihat .
2.6.3 solar heat gain coefficient (SHGC)
merupakan peningkatan suhu di dalam struktur ruang, obyek atau yang
dihasilkan dari radiasi matahari. Besarnya keuntungan solar meningkat dengan
kekuatan matahari, dan dengan kemampuan materi apapun untuk mengirimkan atau
menolak radiasi.
Table berikut menggambarkan bagaimana TVis, SHGC, dan Lsg
resultingbervariasi tergantung padakaca bahan dan warna, jumlah, dan jenis lapisan
dengan kaitannya terhadap penyerapa sinar matahari makin tinggi nilainya maka
makin besar pula panas dan cahaya yang masuk atau lewat .
2.7 penerapan material blok kaca
Proses produksi yang ramah lingkungan dikembangkan untuk mengolah
limbah kaca menjadi blok kaca dengan kandungan energi yang rendah. Tingkat
efisiensi energi blok kaca tersebut dicapai dengan tingkat transmisi panas secara
konduksi (U) sebesar ≤3,177 W/m2.K maupun radiasi (SHGC) ≤0,25 serta tingkat
transmisi cahaya tampak (VT) ≥0,27. Rongga diaplikasikan untuk menurunkan U
Tabel 2Efisiensi Nilai Kaca (2013)
Sumber : skylight guaidline
dengan penurunan VT secara tidak signifikan. Metode analitisdipilih untuk
menghitung U model blok kaca tanpa mempertimbangkan pengaruh konveksi. Untuk
menganalisis VT dan SHGC setiap model dilakukan simulasi tingkat terang dan
beban kalor di dalam bangunan dengan program Ecotect.
Pengaruh konveksi diamati dari hasil simulasi CFD yang menggambarkan
kecepatan aliran udara di dalam rongga dan gradien suhu pada blok kaca. Efisiensi
yang dicapai oleh aplikasi model blok kaca ini mencapai 96% lebih
rendahdibandingkan dengan pemakaian energi pada aplikasi dengan kaca 3 mm.
Studi simulasi ini masih mengabaikankeberadaan perekat antar lapisan kaca yang
berpotensi menurunkan VT dan SHGC blok kaca.
Blok kaca dapat disebut efisien energi jika mampumeneruskan cahaya
tampak semaksimal mungkindengan transmisi panas yang minimal.
Kemampuanmeneruskan cahaya tampak diukur dari nilai visiblelight transmittance
(VT), solar heat gain coefficient(SHGC) dan thermal transmittance (U) merupakan
Tolak ukur besarnya transmisi panas secara radiasi dansecara konduksi
sebuah bahan. Nilai optimal kinerjaenergi bahan transparan dinyatakan sebagai rasio
antaraVT dan SHGC bahan transparan tersebut yang disebutsebagai light to solar
gain (LSG). Bahan transparandengan LSG ≥1,4 sangat direkomendasikan
untukdaerah tropis lembab.
Produk nasional blok kaca dengan tebal sekitar 10 cmsaat ini rata-rata
memiliki SHGC sebesar 0,57 dan VTsebesar 0,67 [4]. Corning menghasilkan blok
kacaefisien energi yang mampu mencapai nilai 0,35 untuk SHGC dengan VT sebesar
0,71 dan 2,27 W/m2.K untukU. Tingkat LSG yang tinggi dicapai dari aplikasilapisan
dengan emisivitas rendah di dalam panel kacsandwich [5]. Teknologi lain yang
diterapkan olehAtherton berupa lapisan perekat dingin yang diklaimmampu
menciptakan blok kaca yang efisien energi [6].Tidak dijelaskan berapa VT, U dan
SHGC blok kaca yang diciptakan. Hingga kini belum ada studi tentangpemanfaatan
limbah kaca sebagai blok kaca maupuntingkat efisiensi energinya.
2.8 Studi Banding Proyek Sejenis
Gedung S. Widjojo dengan desain unik ini terletak di Jalan Sudirman Jakarta,
berdekatan dengan gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Senayan. PT Guna Reka
Cipta (GRC) Widjojo sangat erat hubungannya dengan sejarah masuknya bahan
bangunan GRC ke pasaran bahan bangunan dan dunia konstruksi di Indonesia pada
tahun 1978.Desain yang unik dari gedung S.Widjojo Center di Jl. Jendral Sudirman -
Jakarta adalah penggunaan pertama GRC untuk gedung di Indonesia, karena bahan
bangunan konvensional lainnya tidak bisa memenuhi konsep desain yang diinginkan
perencana.
Secara teknis usaha menghalau radiasi sinar matahari dengan desain seperti
ini adalah benar untuk daerah tropis, hal ini terbukti dalam perhitungan OTTV
(Overall Thermal Transmittance Value)atau parameter terhadap radiasi matahari
yang merambat ke kulit bangunan merupakan parameter awal untuk menetapkan
Gambar 2.9 Blok Kaca Pada Bangunan (2013)
Sumber :google image
Gambar 2.10 Gedung S Widjojo Center (2013)
Sumber : data pribadi
suatu bangunan layak disebut bangunan hemat energi atau tidak, dengan baseline 45
W/m² ke bawah disebut bangunan hemat energy dan gedung ini memiliki OTTv
hanya 36,46 W/m² sehingga termasuk dalam kategori hemat energi.
Walau bentuk sun shadingpada bangunan ini monoton dan terlalu ramai
tetapi sun shading pada bangunan ini memberikan banyak bidang – bidang bukaan
sehingga cahaya alami dapat dimanfaatkan dengan baik , tingkat penerangan rata-rata
adalah 200 lux yang cocok untuk gedung perkantoran atau memenuhi standar .
Bentuk sun shading pada bangunan ini melindungi kaca dari sinar radiasi
langsung, namun bukaannya cukup lebar dan memberikan cahaya alami yang cukup
baik dan tidak terjadi sialau (daryanto,1989)