gaky2
DESCRIPTION
gakyTRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL DAN INTERVENSI PEMASARAN SOSIAL GARAM BERYODIUM DI DAERAH ENDEMIK GAKY
KAB. ENREKANG SULAWESI SELATAN
OLEH :
Drs. WATIEF A. RACHMAN, MS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
1. a. Judul Penelitian : PENGEMBANGAN MODEL DAN INTERVENSI PEMASARAN SOSIAL GARAM BERYODIUM DI DAERAH ENDEMIK GAKY KAB. ENREKANG SULAWESI SELATAN
b. Macam Penelitian : Deskriptip
c. Kategori : II / III / IV
2. Kepala Proyek Penelitian a. Nama Lengkap : Drs. Watief A. Rachman, MSb. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Golongan / NIP : IV / B 131 568 595d. Jabatan : Lektor Kepala e. Fakultas/Jurusan : Kesehatan Masyarakat / PKIP
3. Lokasi Penelitian : Kabupaten Enrekang
4. Jangka Waku Penelitian : 6 (Enam) Bulan
5. Biaya Yang Disetujui : Rp. 5.000.000
Makassar, 16 Nopember 2003Peneliti
Drs. Watief A. Rachman, MSNIP. 131 568 595
Mengetahui,
Dekan Ketua Lembaga Penelitian ub. Pembantu Dekan II ub. Sekretaris
Ir. Nurhayani, M.Kes H. Amran Razak, SE., M.SiNIP. 131 658 801 NIP. 131 568 594
RINGKASAN
WATIEF A. RACHMAN
PENGEMBANGAN MODEL DAN INTERVENSI PEMASARAN SOSIAL GARAM BERYODIUM DI DAERAH ENDEMIK GAKY KABUPATEN
ENREKANG PROPINSI SULAWESI SELATAN
Salah satu masalah gizi yang ada di Indonesia saat ini adalah Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Pada tahun 1994 terdapat 40 juta jiwa penduduk
Indonesia tinggal di daerah penduduk yang mempunyai resiko mendapat GAKY. Di
Sulawesi Selatan, sesuai dengan hasil pemetaan gondok tahun 1980, terdapat 37
kecamatan pada 11 daerah di tingkat II yang endemis GAKY. Selanjutnya menurut
data survei pemetaan gondok pada anak SD di Sulawesi Selatan tahun 1998, terdapat
96 kecamatan pada 15 daerah tingkat H yang endemis GAKY. Dari 96 kecamatan
tersebut, 71 kecamatan termasuk kategori endemis ringan, 11 kecamatan termasuk
kategori endemis sedang dan 14 kecamatan termasuk kategori endemis berat.
Sedangkan di kabupaten Enrekang, terdapat 3 kecamatan yang endemis GAKY, yaitu
kecamatan Baraka sebagai daerah endemis berat, Kecamatan Anggeraja sebagai
daerah endemis sedang dan kecamatan Alla sebagai daerah endemis ringan.
Dari perspektif pengembangan sumber daya manusia, akibat negatif terhadap susunan
saraf pusat dan kretinisme akan berdampak pada kecerdasan dan perkembangan
sosial. Menyadari hal tersebut diatas, pemerintah telah melakukan program intervensi
penanggulangan GAKY berupa suplementasi langsung larutan minyak yodium,
injeksi lipiodol dan intervensi kapsul yodiol serta distribusi garam beryodium.
Namun sampai saat ini pengembangan program garam beryodium masih dianggap
bermasalah sehingga belum mampu memberikan basil yang optimal. Pada penelitian
awal ditemukan bahwa masyarakat di kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan,
masih banyak perilaku masyarakat pengguna garam beryodium yang sangat tidak
sesuai dengan harapan.
Disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat dan masih mengaitkan dengan budaya
setempat.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian pada segmen primer di
kecamatan Anggeraja dan kecamatan Baraka kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi
Selatan, untuk mengembangkan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) garam
beryodium melalui multi media sebagai salah satu alternatif intervensi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang model KIE garam
beryodium yang perlu dikembangkan, pesan dan media KIE yang perlu
dikembangkan dan informasi mengenai intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan
kondisi daerah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah terhadap 25 orang
responden dan 2 orang responden sebagai informan kunci.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat akan manfaat
garam beryodium masih belum merata dan belum maksimal, oleh karena itu perlu
ditingkatkan. Keinginan. Masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya akan
manfaat garam beryodium cukup besar. Media billboard (papan pengumuman) dan
leaflet merupakan media yang paling disenangi oleh masyarakat disamping juga
beberapa media lain seperti film, televisi dan radio sebagai suatu model
pengembangan KIE garam beryodium. Untuk billboard (papan pengumuman) dan
leaflet, pesannya harus dalam bentuk gambar dan tulisan yang memuat semua
dampak negatif GAKY, dengan menggunakan warna terang khususnya warna biru
dan kuning dengan alasan supaya sama dengan kemasan garam beryodium yang
beredar di lokasi penelitian. Sedangkan untuk film, televisi harus disampaikan dalam
bentuk yang lucu dan diperankan oleh tokoh yang terkenal dan mampu menciptakan
suasana segar dan lucu. Sedangkan untuk radio sebaiknya disampaikan dalam bentuk
lagu dangdut dan sandiwara radio yang disiarkan di malam hari sekitar pukul 19.00 -
20.00 WITA. Bahasa yang digunakan dalam media tersebut diatas adalah bahasa
Indonesia.
Dalam pembuatan model KIE garam beryodium diharapkan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah setempat.
Kata kunci : Garam beryodium - Model KIE
I. PENDAHULUAN
Masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) saat ini mendapat perhatian
utama sebagai masalah gizi dan kesehatan yang harus segera ditanggulangi. Melalui
program yodinisasi garam diharapkan masalah GAKY ini bisa dicegah sehingga bisa
dihindari dampak negatif GAKY seperti gondok, kretinisme, dan gangguan
intelegensia. Yang amat mengkhawatirkan dipandang dari segi pengembangan SDM
adalah akibat negatif terhadap susunan saraf pusat yang berdampak pada kecerdasan
dan perkembangan sosial (Stanburg, 1993). Setiap penderita gondok mengalami
defisit 5 IQ point, setiap penderita kretin mengalami defisit 50 IQ point, dan bayi
yang lahir di daerah resiko GAKY akan mengalami defisit 10 IQ point (De Long dkk,
1993, Querido, 1993).
Tahun 1994, angka tersebut diperkirakan telah mencapai 40 juta jiwa. Jumlah ini
meningkat dibandingkan dengan estimasi survei gondok, 750.000-900.000 menderita
kretin endemik, dan 3,5 juta menderita GAKY lainnya. Mereka tersebar sekitar 6.500
desa, 966 kecamatan, 190 kabupaten di 26 propinsi (Depkes, 1996). Walaupun secara
nasional terlihat adanya penurunan prevalensi gondok, tetapi beberapa propinsi
mengalami peningkatan prevalensi. Propinsi yang mengalami peningkatan prevalensi
gondok adalah Sumatera Utara, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku (Kodyat,
Fallah, Atmaria, 1993).
Di Sulawesi Selatan sesuai dengan pemetaan gondok tahun 1980, terdapat 37
kecamatan pada 11 Daerah Tingkat II yang endemis GAKY. Jumlah penduduk yang
terancam menurut sasaran rentan (bayi, anak umur 1-6 tahun, laki-laki umur 6-20
tahun, wanita 6-35 tahun dan ibu hamil) sebanyak 964.806 jiwa. Jumlah seluruh
defisit mental akibat GAKY sebesar 9.924.940 point yang berdampak pada
banyaknya anak drop out dari pendidikan wajib belajar 9 tahun (profil kesehatan,
1996).
Pemetaan gondok pada anak SD di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh Pusat Studi
Gizi dan Pangan Universitas Hasanuddin tahun 1998, didapatkan data terdapat 96
kecamatan pada 15 Daerah Tingkat II yang endemis GAKY. Dari 96 kecamatan
tersebut, 71 termasuk kategori endemis ringan, 11 kecamatan termasuk endemis
sedang dan 14 kecamatan termasuk endemis berat. Sedangkan data untuk kabupaten
Enrekang Baraka tergolong dalam daerah endemis GAKY berat, Kecamatan
Angeraja tergolong daerah endemis GAKY sedang dan kecamatan Alla tergolong
daerah endemik ringan.
Menyadari akan luas dan beratnya dampak negatif GAKY, pemerintah telah
melancarkan program intervensi penanggulangan suplementasi langsung larutan
minyak beryodium. Pada tahun 1974-1992 dilancarkan injeksi lipiodol yang
mencakup lebih 17,5 juta jiwa di 26 propinsi pada daerah endemik. Menyusul pada
tahun 1992-1994 intervensi kapsul iodiol pada endemik daerah berat dan sedang
mencakup lebih dari 13,3 juta jiwa di 12 propinsi (Latief, 1995). Upaya
penanggulangan lainnya adalah dengan portifikasi bahan makanan, terutama garam
dapur, karena dianggap cocok dan memenuhi kriteria untuk diportifikasi. Yodisasi
garam dianggap cara yang paling sederhana, aman dan murah untuk menanggulangi
GAKY. Akan tetapi, sampai saat ini program yodisasi garam masih dianggap
masalah, sehingga belum dapat memberikan hasi I yang optimal.
Untuk mensosialisasikan program penggunaan garam beryodium pada kalangan
sasaran yang luas dan beragam, diperlukan strategi pendidikan gizi yang lebih
memadai. Strategi pemasaran sosial yang telah banyak dilakukan untuk program
lainnya masih tepat digunakan untuk garam beryodium. Karena strategi yang baru ini
dapat mengubah strategi pendidikan kesehatan yang lebih menumbuhkan
kemandirian menyangkut dalam hal mencari sesuatu yang paling baik untuk dirinya,
dibandingkan dengan pendidikan gizi konvensional yang selama ini lebih berorientasi
pada provider kesehatan dan bersifat mengajari (preskriptif).
Keunggulan strategi tersebut diatas adalah dalam hal penggabungan informasi dan
penggunaan garam beryodium, sehingga strategi pemasaran sosial ini sangat
diperlukan. Hal ini perlu dalam usaha untuk membentuk pola kebiasaan masyarakat
untuk mengkonsumsi garam tersebut.
Hasil penelitian awal (Syafar, 1997) menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten
Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan, masih banyak perilaku masyarakat pengguna
garam beryodium sangat tidak sesuai dengan harapan. Karena ketidaktahuan
masyarakat dan masih mengaitkan kepercayaan dan budaya setempat.
Agar harapan tersebut dapat diterapkan pada masyarakat, perlu dikembangkan
pemasaran sosial garam beryodium dengan model Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) garam beryodium yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi model (KIE) garam beryodium yang sesuai dengan
kondisi masyarakat setempat agar pelaksanaan program dapat berjalan sebagaimana
yang diharapkan.
II. RUMUSAN MASALAH
Garam telah ditetapkan pemerintah sebagai sarana portifikasi yodium dalam rangka
penanggulangan GAKY. Program yodisasi garam telah dilaksanakan sejak tahun
1977, dan pada tahun 1985 dikeluarkan SKB 4 menteri yaitu Menteri Perindustrian,
Menteri Kesehatan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Dalam Negeri, maka program
yodisasi garam diberlakukan secara nasional.
Garam yang dikonsumsi di Indonesia, terutama diproduksi oleh petani garam (70%)
disebut garam rakyat, sedangkan 30 % sisanya diproduksi oleh perusahaan garam
pemerintah (Perum garam). Namun masih banyak petani garam membuat garam atas
dasar tradisi yang tidak terdaftar ataupun tidak berada dibawah peraturan pemerintah
(Kepres Nomor 69 Tahun 1994).
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, diperlukan suatu strategi tidak langsung
berupa KIE-Gizi yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan
mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan dan gizi yang dihadapinya, sehingga
dapat dicapai status gizi dan kesehatan yang optimal. KIE-Gizi merupakan upaya
jangka panjang yang harus dilakukan terus-menerus, sistematik, terencana dan
terorganisasi dengan tepat.
Kodyat (1990), menyebut bahwa berbeda dengan metode pendidikan konvensional
yang selama ini dipakai, maka KIE-Gizi yang lebih relevan untuk menanggulangi
masalah kesehatan dan gizi adalah memiliki cara-cara sebagai berikut :
1). Berwawasan konsumen, 2). Spesifik dan jelas sasaran maupun pesannya, 3).
Menggunakan Multimedia, 4). Disampaikan oleh provider yang terlatih, 5).
Menarik/mengundang partisipasi masyarakat, 6). Memotivasi masyarakat untuk
melakukan perubahan perilaku sesuai dengan produk yang ditawarkan, dan 7).
Berorientasi kepada peningkatan kemandirian sasaran dalam memecahkan masalah
yang dihadapinya. KIE-Gizi dengan cirri-ciri tersebut diatas dikenal sebagai
pemasaran sosial (Social Marketing).
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Merumuskan pengembangan model strategi pemasaran sosial dalam usaha
menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan GAKY di daerah
endemis melalui penggunaan garam beryodium.
2. Tujuan Khusus :
Menyusun strategi pemasaran sosial garam beryodium berdasarkan hasil penelitian
awal (Syafar, 1997), yang meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut :
a. Pemilihan media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik sasaran sebagai
sarana promosi yang efektif.
b. Perumusan pesan yang tepat untuk setiap media komunikasi yang di pilih untuk
meningkatkan pemahaman terhadap manfaat garam beryodium.
B. Manfaat penelitian
Tahun pertama ; telah dilakukan penelitian pada tahun anggaran 1997/1998, yaitu :
a. Mendapatkan data awal hasil diagnosis sosial, budaya, epidemiologi perilaku dan
pendidikan.
b. Tersusunnya pesan dan media pemasaran sosial garam beryodium yang spesifik
menurut karakteristik segmen khalayak sasaran.
Tahun kedua : Dilakukan pada tahun anggaran 1998/1999
Tersusunnya strategi pemasaran sosial garam beryodium yang relevan untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam menanggulangi GAKY di daerah
endemik.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Garam Beryodium
Garam merupakan bahan makanan yang dikonsumsi oleh semu kelompok umur dan
konsumsinya cenderung konstan dari hari ke hari. Garam juga merupakan satu dari
beberapa komuditas yang dikonsumsi oleh penduduk tanpa memandang status sosial
dan ekonomi. Di banyak daerah endemik, garam adalah satu dari beberapa komoditas
yang diperoleh dari luar daerah. Oleh karena itu portifikasi garam dengan yodium
untuk pencegahan gondok merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan
konsumsi yodium.
Kalium Lolida (K1) dan kalium Iodat (KI03) adalah senyawa yodium yang biasa
digunakan untuk yodisasi garam. Penggunaan KI dianjurkan apabila diportifikasi
menggunakan garam dengan kualitas baik atau murni. Apabila garam dengan kualitas
rendah digunakan dalam portifikasi maka KI03 dianjurkan untuk digunakan. V adalah
stabil dan tahan terhadap kelembaban yang cukup tinggi. Juga daya larutnya yang
rendah terhadap air menyebabkan senyawa ini tidak mudah hilang dari ikatan garam
yodium. Kualitas garam beryodium akan baik apabila garam yang digunakan untuk
portifikasi adalah garam murni dan kering, kemudian di pak dengan baik (Kartono,
1993).
KIO3 ditetapkan untuk digunakan dalam program yodisasi. Disarankan bahwa standar
kadar yodium untuk konsumsi adalah 40 ppm. Pada tingkat pabrik standar kadar
yodium adalah 40-50 ppm. Pada tingkat pengecer dan konsumen standar kadar
yodium 30-50 ppm. Kadar ini didasarkan pada perkiraan bahwa konsumsi garam
adalah rata-rata 10 gram per orang per hari (Sudjianto, 1995)
B. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Manusia memerlukan yodium untuk membuat hormon tiroksin yang diproduksi oleh
kelenjar gondok. Hormon tiroksin berperan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan normal manusia. Bila manusia tidak memperoleh yodium dalam
jumlah yang cukup, maka ia tidak dapat memproduksi hormon tiroksin dalam jumlah
yang mencukupi. Defisiensi yodium dapat mengakibatkan beberapa gangguan yang
dapat timbul pada semua tingkat perkembangan manusia mulai dari fetus, neonatus,
anak, remaja dan dewasa.
Akibat negatif GAKY jauh lebih luas dari sekedar pembesaran gondok. Yang amat
mengkhawatirkan dipandang dari segi pengembangan sumber Jaya manusia adalah
akibat negatif terhadap susunan saraf pusat yang berdampak pada kecerdasan dan
perkembangan sosial (Stanburg, 1993). Setiap penderita gondok mengalami defisit 5
IQ point, setiap penderita kretin mengalami defisit 50 IQ point, dan bayi yang lahir di
daerah resiko GAKY akan mengalami defisit 10 IQ point (De Long dkk, 1993,
Querido, 1993). Dengan situasi penderita GAKY dan luasnya GAKY saat ini maka
diperkirakan telah terjadi defisit IQ poin yang disebabkan oleh GAKY sebesar 132,5-
140 juta IQ point. Jika setiap tahun lahir 1 juta bayi di daerah resiko GAKY maka
setiap tahun akan terjadi tambahan kehilangan sebesar 10 juta IQ point (Thaha,
Dachian, Dj afar, 1997).
C. Tinjauan Umum Tentang Studi Khalayak dan KIE
Sejalan dengan perkembangan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, bidang
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) juga mengalami kemajuan. Hal ini antara
lain ditunjukkan oleh adanya kecenderungan penggunaan penelitian terapan dalam
meningkatkan program komunikasi. Dalam bidang komunikasi kesehatan juga
tumbuh suatu paham bahwa sasaran program komunikasi bukan masyarakat yang
homogen secara keseluruhan. Prinsip ini sejalan dengan azas pemasaran produk
sosial. Sebaliknya sasaran keseluruhan terdiri dari beberapa sub-grub yang lebih
homogen dan setiap kelompok memerlukan desain dan program komunikasi
tersendiri (prinsip segmentasi target populasi) produk komersial. Cara ini
dikembangkan di bidang sosial yang salah satu bentuknya dalam bidang komunikasi
kesehatan dikenal sebagai studi khalayak (Pratomo, 1993).
Studi khalayak adalah studi terapan di bidang komunikasi kesehatan dengan
mengumpulkan informasi objektif dari target populasi (sasaran) dan menilai situasi
yang relevan dalam rangka perencanaan program KIE yang sistematis (Pratomo,
1993).
Informasi yang bisa diperoleh melalui studi khalayak adalah sebagai berikut
1. Karakteristik target populasi sasaran
2. Membantu menentukan isi/pesan komunikasi
3. Identifikasi media yang efektif
V. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah daerah endemik yaitu kecamatan Anggeraja dan
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan. Sesuai hasil
Survey Pemetaan GAKY Sulawesi selatan 1998.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
C. Populasi dan Sampel
Populasi yang dipilih pada penelitian ini adalah warga masyarakat di Kelurahan
Baraka kecamatan Baraka dan Desa Dante Marari Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan. Sample yang terpilih sebanyak 25 orang ibu
rumah tangga dan 2 orang kepala keluarga sekaligus sebagai kepala dusun masing-
masing Kepala Dusun Balla Kelurahan Baraka dan Kepala Dusun Dulang Desa
Tampo Kecamatan Anggeraja sebagai informan kunci.
Tekhnik pengumpulan data didapatkan dari hasil wawancara mendalam kepada 6
orang informan dan diskusi kelompok terarah atau FGD sebanyak dua kelompok.
Masing-masing kelompok dalam FGD satu kelompok terdiri dari 9 orang informan
dan kelompok lainnya terdiri dari 10 orang informan.
Informasi yang dikumpulkan meliputi :
1. Informasi mengenai model KIE garam beryodium yang layak dan efektif dan
dapat diterima oleh masyarakat.
2. Informasi mengenai isi dan pesan media yang cocok bagi pengembangan program
garam beryodium dalam masyarakat.
3. Informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program garam
beryodium dalam masyarakat sehingga dapat ditetapkan model intervensi yang
akan dilakukan untuk mendorong keberhasilan program garam beryodium dalam
masyarakat.
D. Pengolahan Data
Dari hasil wawancara mendalam dan FGD yang telah dikumpulkan selanjutnya
dikelompokkan untuk memperoleh jawaban yang sejenis, sehingga dapat ditentukan
apa tanggapan masyarakat tentang media KIE garam beryodium sesuai dengan
kondisi daerah penelitian. Data dianalisis dengan cara content analysis.
D.1 Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi tentang hal-hal yang dianalisis yaitu tanggapan
responden terhadap media KIE garam beryodium.
VI. HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap warga masyarakat di dua kecamatan di Kabupaten
Enrekang, masing-masing yaitu di Dusun Balla Kelurahan Baraka Kecamatan Baraka
dan di Dusun Dulang Desa Tampo dan desa Dante Marari, keduanya di kecamatan
Anggeraja. Pengambilan data diperoleh dengan tehnik wawancara mendalam dan
diskusi kelompok terarah FGD. Responden yang terjaring sebanyak 25 responden
yaitu ibu-ibu rumah tangga dengan perincian 6 orang responden dengan
menggunakan tehnik wawancara mendalam dan 19 responden dengan menggunakan
kelompok diskusi terarah atau FGD yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu satu
kelompok diskusi terdiri dari 9 orang dan satu kelompok lainnya pesertanya sebanyak
10 orang. Selain 25 responden tersebut diatas masih ditambah dengan wawancara
mendalam dengan dua orang sebagai informan kunci, dua orang kepala keluarga
sekaligus kepala dusun masing-masing. Kepala Dusun Balla Kelurahan Baraka
Kecamatan Baraka dan Kepala Dusun Dulang Desa Tampo Kecamatan Anggeraja.
Umur responden bervariasi antara 18-46 tahun dengan perincian 25 orang ibu-ibu
rumah tangga dan ditambah dengan 2 orang kepala keluarga sebagai informan kunci.
Latar belakang pendidikan responden bervariasi mulai dari pendidikan SD sampai
SMP, dengan perincian 18 responden berpendidikan terakhir SD, dan 7 orang
responden lainnya berpendidikan SMP.
Materi wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan pedoman
wawancara yang telah disusun sebelumnya dan selanjutnya materi tersebut
dikembangkan pada saat melakukan wawancara mendalam maupun pada saat diskusi
kelompok terarah. Hasil selengkapnya dari penelitian ini ditranskripkan dalam bentuk
narasi yang akan dipaparkan berikut ini.
B. Hasil Penelitian
B.1 Pengetahuan Tentang Manfaat Garam Beryodium
Mengenai pengetahuan manfaat garam beryodium ini, semua responden menyatakan
sudah mengetahui manfaat garam. Hal ini tergambar pada jawaban responden yang
mengatakan bahwa garam beryodium bermanfaat untuk mencegah 1) terjadinya
gondok, 2) mencegah terjadinya pertumbuhan yang kerdil, 3) mencegah terjadinya
kebodohan pada anak-anak, walaupun tidak semua responden menyebut secara
lengkap ketiganya. Kebanyakan responden umumnya hanya mengetahui bahwa
garam beryodium dapat mencegah terjadinya gondok. Berikut ini kutipan hasil
wawancara yang dianggap mewakili pernyataan di atas :
“Garam beryodium berguna untuk mencegah supaya orang tidak terkena gondok”
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Kalau kita memasak menggunakan garam beryodium bisa membuat anak-anak
tidak bodoh”
(Ny. Shn, FGD)
“Garam beryodium bisa membuat makanan lebih lezat dan anak-anak tidak
terserang gondok”
(Ny. Yln, wawancara mendalam)
“Dulu, waktunya belum ada garam beryodium banyak sekali anak-anak yang kecil-
kecil, dan bodoh”. “Disamping itu dulu banyak sekali orang yang terkena penyakit
gondok, tetapi sekarang anak-anak sudah bisa sekolah dan mereka pintar-pintar,
mungkin karena sekarang orang banyak menggunakan garam beryodium.”
(Ny. Rsn, FGD)
Selain itu ternyata masih ada ibu rumah tangga yang merasa sudah tabu akan manfaat
garam beryodium dan bahkan cenderung berlebihan sehingga menganggap garam
beryodium dapat berfungsi sebagai obat penyakit gondok. Hal ini dapat terlihat pada
kutipan wawancara berikut :
“garam beryodium berguna untuk mengobati penyakit gondok”
(Ny. Mrd, wawancara mendalam)
B.2 Sumber Informasi Tentang Manfaat Garam Beryodium
Baik dari hasil wawancara mendalam maupun kelompok diskusi terarah atau FGD
didapatkan data bahwa responden rata-rata mengetahui manfaat garam beryodium
dari petugas puskesmas atau melalui posyandu. Ketika ditanyakan lebih jauh pada
mereka, ternyata beberapa responden mengaku pernah mendengar informasi tentang
manfaat garam beryodium dari televise dan siaran radio. Berikut ini adalah kutipan
hasil wawancara yang dianggap mewakili data di atas :
“Saga mendengar informasi mengenai garam beryodium dari ibu bidan”.
(Ny. Es, Wawancara mendalam)
“Keterangan mengenai manfaat garam beryodium biasanya disampaikan oleh
petugas di Posyandu”.
(Ny. Bc, FGD)
“Biasanya Dokter yang memberikan penyuluhan mengenai garam beryodium di
Posyandu”.
(Ny. Ast, FGD)
“Biasa juga ada petugas dari Jakarta memberi penyuluhan mengenai garam di
Posyandu dua kali setahun, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan garam di
rumah-rumah”.
(Ny, Id, Wawancara Mendalam)
“saya mengetahui kegunaan garam beryodium dari petugas Puskesmas di Posyandu
setiap tanggal 12”.
(Ny. Md, FGD)
“Dulu juga pernah ada siaran di televisi yaitu biasanya RCTI dan Indosiar pada saat
iklan, yang memberikan keterangan mengenai garam beryodium, kalau tidak salah
pemainnya adalah Mandra dan perempuan yang godek itu (Atun), Ulfa dan Aminah
Cendrakasih tetapi sekarang sudah tidak ada lagi, tidak tabu kenapa itu
dihilangkan”.
(Ny. Sym, FGD)
“Biasa juga ada siaran mengenai garam beryodium di radio Mega Pesona kalau
malam-malam sekitar jam 7 malam, tapi sekarang tidak ad lagi”.
(Ny. Bnt, FGD)
Menyangkut sumber informasi mengenai manfaat garam beryodium di atas, juga
ditegaskan oleh Kepala Dusun Balla sebagai informan kunci sebagai berikut :
“Penduduk di sini terutama ibu-ibu rumah tangga biasanya mengetahui informasi
mengenai garam beryodium dari penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan
dari Puskesmas yang biasa dilakukan pada saat posyandu, dan juga dulu pernah ada
siarannya di radio mega Pesona”.
(Bpk. Shd, Wawancara mendalam)
Sehubungan dengan informasi ini, selanjutnya informan kunci lainnya yaitu seorang
kepala keluarga di Dusun Dulang desa Tampo Kecamatan Angeraja menegaskan
bahwa :
“Setahu saya, ibu-ibu disini biasanya mendengar informasi mengenai manfaat garam
beryodium dari petugas Puskesmas dan di Posyandu”.
(Bpk. A. W. Wawancara mendalam)
B.3 Alternatif Media ME Garam Beryodium
Mengenai penggunaan beberapa media ini, sebelum menggali informasi lebih jauh
dari para responden, terlebih dahulu peneliti dan responden mengenai media yang
sedang ditanyakan atau didiskusikan. Dengan demikian diharapkan jalannya
wawancara atau diskusi akan lebih mudah dan lebih lancar.
B.3.1 Media Film
Pemutaran film sebagai salah satu cara untuk menyampaikan informasi/pesan
mengenai manfaat garam beryodium ternyata banyak menarik minat para responden.
Alasannya adalah disamping karena masyarakat mendapat hiburan, pesannya
disampaikan dalam bentuk film yang diperankan oleh tokoh yang dikenal masyarakat
dan dianggap menguasai bidangnya sehingga akan mudah diserap oleh para
khalayak/penonton. Karena film bersifat hiburan, maka menurut para responden
jumlah penontonnya akan banyak, apalagi di lokasi penelitian jarang ada hiburan.
Berikut adalah kutipan wawancara yang dianggap mewakili :
“Bagus sekali kalau film, jadi kita akan mendapat hiburan”.
(Ny. Es, Wawancara mendalam)
“Baik kalau ada film, disamping kita terhibur, juga mendapat pengetahuan mengenai
manfaat garam beryodium”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Di sini kan jarang ada hiburan apalagi pemutaran film, jadi pasti banyak yang
nonton asalkan diputar di dekat sini”.
(Ny. Sms, FGD)
“Biasnya yang main film itu kan orang pinta dan terkenal seperti doyok atau Mandra
misalnya, pasti akan selalu diingat karena mereka lucu-lucu”.
(Ny. Asd, wawancara mendalam)
Mengenai frekuensi pemutaran film, para responden memberikan jawaban yang
berbeda-beda, ada yang mengatakan sebaiknya diputar tiap tiga bulan, tiap bulan
bahkan ada responden yang mengatakan sebaiknya film diputar setiap minggu.
Mengenai teknik penampilan pesan mengenai manfaat garam beryodium para
responden juga memberikan jawaban yang berbeda. Ada yang menginginkan
disampaikan dalam bentuk cerita yang diperankan oleh artis tertentu, atau langsung
gambar seorang dokter yang sedang memberikan ceramah mengenai manfaat garam
beryodium dan bahkan ada responden yang meminta langsung ditayangkan gambar
orang gondok, orang kerdil (kretin) dan orang yang mengalami defisit IQ dan
kemudian diberikan penjelasan baik dalam bentuk kalimat atau tulisan oleh para artis
atau dokter. Pada umumnya para responden menginginkan film yang diputar itu
judulnya berbeda-beda asalkan ceritanya lucu, kemudian di setiap waktu diselingi
oleh tayangan informasi mengenai manfaat garam beryodium. Berikut adalah kutipan
wawancara atau petikan diskusi dalam diskusi kelompok terarah sehubungan dengan
hal di atas :
“Sebaiknya film itu diputar setiap tiga bulan”.
(Ny. Rip, FGD)
“Bogus kalau diputar setiap bulan, supaya diingat terus”.
(Ny. Rsm, Wawancara mendalam)
“Biar iklan mengenai garam beryodium itu tetap tidak berubah, tidak apa-apa itu,
yang penting cerita filmnya berganti-ganti, dan kalau bisa sebaiknya cerita dan
pemainnya yang lucu-lucu karena orang disini suka yang luculucu”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Makin sering makin bagus, tiap minggu misalnya, asal filmnya ganti-ganti, kan
enak kita selalu mendapat hiburan, selain itu pengetahuan kita tentang garam
beryodium bertambah”.
(Ny. Sm, FGD)
“Sebaiknya iklan mengenai garam beryodium itu ditayangkan pada saat pemutaran
film, kemudian filmnya dilanjutkan lagi, seperti di Tv itu”.
(Ny. Sm, FGD)
“Bogus kalau langsung ditayangkan gambar orang gondok, kemudian diberi
penjelasan dengan tulisan atau dengan kata-kata, misalnya beginilah akibat
kekurangan zat yodium”.
(Ny. Srn, FGD)
“Tapi kalau ditayangkan langsung orang yang gondok, bisa-bisa orang yang kena
gondok akan tersinggung dan tidak mau lagi menonton film”.
(Ny. Kdr, FGD)
“Bisa juga disitu ditayangkan seorang dokter yang memberikan penjelasan mengenai
manfaat garam beryodium sehingga masyarakat akan lebih mengerti”.
(Ny. Jml, FGD)
Mengenai bahasa yang digunakan dalam penyampaian informasi/pesan manfaat
garam beryodium umunya para responden mengusulkan menggunakan bahasa
Indonesia dengan alasan masyarakat sudah mengerti bahasa Indonesia. Sedangkan
redaksi narasi atau tulisan yang ditayangkan pada umunya para responden tidak
mampu untuk merumuskan sendiri dan mereka menyerahkan pada pembuat pecan
untuk membahasakannya dengan alasan para pembuat itu lebih mengetahuinya,
dengan catatan harus disampaikan dalam bentuk tayangan yang lucu.
“pakai bahasa Indonesia saja, soalnya kalau pakai bahasa daerah kurang lucu,
sedangkan orang disini suka yang lucu-lucu”.
(Ny. Rsn, Wcnvancara mendalam)
“Jangan mi pakai bahasa Duni, bahasa Indonesia saja, orang disini bisa mengerti
itu”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Bagus kalau kata-katanya dokter saja yang buat, kan Dokter lebih tabu, yang
penting disampaikan dengan lucu”.
(Ny. Dr. FGD)
B. 3.2 Media Radio
Mengenai penggunaan radio sebagai media penyampaian informasi mengenai
manfaat garam beryodium, para responden memberikan tanggapan yang beragam.
Berikut adalah kutipan wawancara yang dianggap mewakili :
“Bagus juga disiarkan lewat radio, asal diselang-selingi dengan acara lain”.
(Ny. Shn, FGD)
“Boleh juga menggunakan radio, api disini jarang orang mendengarkan radio.
Apalagi biasanya ibu-ibu itu kalau siang ada di sawah”.
(Ny. Sk, FGD)
“Ah, tidak usah mi pakai radio, karena jarang orang mendengarkan radio, apalagi
kalau pagi, biasanya orang sedang di sawah”.
(Ny. Rst, FGD)
“Saya tidak suka mendengarkan radio”.
(Ny. Bc, FGD)
Mengenai program siaran yang cocok untuk menggunakan radio sebagai media
penyampaian informasi manfaat garam beryodium, umumnya beberapa responden
yang menyetujui penggunaan radio mengatakan sebaiknya dalam bentuk lagu
dangdut dengan alasan supaya tidak membosankan. Bahkan dengan alasan yang sama
yaitu supaya kelihatan menarik dan tidak membosankan, para responden
mengusulkan sebaiknya yang menyanyikan lagu dangdut itu adalah penyanyi wanita.
Berikut ini kutipan wawancara yang dianggap mewakili :
“Bagus kalau disampaikan dalam bentuk lagu, lagu dangdut supaya orang tidak
bosan”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Dalam bentuk lagu saja, supaya orang tertarik dan mudah diingat”.
(Ny. Es, wawancara mendalam)
“Kalau menurut saya bagus kalau dilagukan saja”.
(Ny. Ast, FGD)
Namun demikian ternyata ada juga responden yang mengusulkan agar pesan
mengenai garam beryodium disampaikan dalam bentuk sandiwara radio.
“Bagus juga kalau disiarkan dalam bentuk sandiwara”.
(Ny. Yln, FGD)
Mengenai penggunaan bahasa daerah dalam penyampaian pesan informasi mengenai
garam beryodium, umumnya para responden menolak untuk disiarkan dalam bentuk
bahasa daerah setempat (bahasa Duri). Mereka menyatakan sebaiknya menggunakan
bahasa Indonesia karena orang-orang di lokasi penelitian rata-rata sudah mengerti dan
dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Berikut adalah kutipan
wawancara sehubungan dengan penggunaan bahasa di siaran radio :
“Pakai bahasa Indonesia saja, karena orang sini sudah mengerti semua bahasa
Indonesia”.
(Ny. Rsn, Wawancara mendalam)
“ Kalau saya setuju kalau menggunakan bahasa Indonesia”.
(Ny. Jms, FGD)
“ Tidak lucu kalau menggunakan bahasa Duri, baik kalau bahasa Indonesia”.
(Ny. Bnt, FGD)
Mengenai penggunaan bahasa Indonesia, dipertegas oleh pernyataan Bapak kepala
Dusun Balla sebagai informasn kunci dan penegasan seorang kepala keluarga di desa
dusun Dulang desa Tampo :
“Orang disini rata-rata mengerti bahasa Indonesia, walaupun ada beberapa ibu-ibu
yang juga kurang bisa kalau mengucapkan bahasa Indonesia, tetapi mengerti kalau
orang bicara bahasa Indonesia”.
(Bpk. Shd, wawancara mendalam)
“Pakai bahasa Indonesia saja, orang disini mengerti itu”.
(Bpk. Aw, wawancara mendalam)
Mengenai stasiun radio yang biasa didengarkan oleh responden beberapa responden
mengusulkan stasiun radio swasta yang ada di kota Enrekang yaitu radio Mega
Pesona. Disamping itu satu responden menyebutkan stasiun RI. Mengenai waktu
penyiaran yang paling cocok adalandi malam hari sehabis shalat Isya.
“Radio Mega Pesona saja”.
(Ny. Srn, FGD)
“Bagus kalau menggunakan radio Mega Pesona, karena orang disini biasa
mendengarkan radio Mega Pesona”.
(Ny. Rsn, Wawancara mendalam)
“Kalau saya bagus kalau RRI, karena saya biasa mendengarkan RRI kalau malam”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Bagus kala disiarkan malam hari, ya kira-kira jam delapan malam”.
(Ny. Sin, FGD)
“saya mendengarkan radio kalau habis sembahyang Isya”.
(Ny. Bc, FGD)
B. 3.3 Media Televisi
Para responden terutama yang memiliki pesawat televisi umumnya mengaku pernah
melihat tayangan informasi mengenai manfaat garam beryodium di televisi. Bahkan
ada responden yang dapat menyebut secara lancar nama pemeran dalam tayangan
tersebut seperti Maria Ulfa, Mandra, Atun (Suti Karno) dan Aminah Cendrakasih.
Namun demikian ada juga responden yang mengaku belum tahu kalau pernah ada
tayangan di televisi yang menyajikan informasi mengenai manfaat garam beryodium.
Beberapa responden memberi tanggapan yang positif dan menyatakan setuju kalau
penyampaian informasi/pesan mengenai garam beryodium disampaikan melalui
televisi. Tetapi beberapa responden lainnya kurang setuju dengan alasan tidak semua
responden memiliki pesawat televisi dan dianggap kurang efektif karena biasanya
akan dipindahkan ke stasiun televisi lainnya begitu tayangan informasi manfaat
garam beryodium ditayangkan, karena menurutnya acara televisi bagus-bagus.
Berikut ini adalah petikan wawancara mengenai hal tersebut di atas :
“Dulu juga pernah ada siaran di televisi yaitu biasanya RCTI dan Indosiar pada saat
iklan, yang memberikan keterangan mengenai garam beryodium, kalau tidak salah
pemainnya adalah Mandra dan perempuan yang godek itu(Atun), Ulfa dan Aminah
Cendrakasih tetapi sekarang sudah tidak ada lagi, tidak tabu kenapa itu
dihilangkan”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Saya belum pernah lihat karena saya tidak punya Tv”.
(Ny. Rst, FGD)
“Bagus juga kalau disiarkan di Tv, tapi biasanya kalau itu muncul akan dipindahkan
ke yang lainnya karena sekarang acara Tv bagus-bagus”.
(Ny. Rsn, Wawancara mendalam)
“Bagus juga kalau di Tv, kita bisa melihat langsung gambar atau katakatanya”.
(Ny. Bc, FGD)
“Enak kalau di Tv, kita bisa enak-enak duduk di rumah sambil melihat pengetahuan
mengenai manfaat gaam beryodium, jadi kita tidak repot lagi”.
(Ny. Md, FGD)
“Jangan mi disiarkan di Tv, soalnya saya tidak punya Tv dan juga banyak orang
yang tidak punya Tv”.
(Ny. Hlm, FGD)
Bagi responden yang setuju dengan penggunaan televisi sebagai media penyampaian
pesan/informasi manfaat garam beryodium ketika ditanyakan bagaimana sebaiknya
format dan materi tayangannya, mereka menyebutkan bahwa program yang pernah
disiarkan di televisi sebelumnya sudah cukup memadai dan cukup komunikatif.
Hanya raja ada responden yang mengusulkan supaya tokoh Doyok bisa ikut jadi
pemeran dalam tayangan tersebut dengan alasan mereka menyukai Doyok dan
mampu menyegarkan suasana karena kemampuannya tampil secara lucu. Yang
dimaksud seperti yang pernah ada adalah tayangan di televisi yang melibatkan
pemeran seperti Maria Ulfa, Mandra, Atun (Suti Karno) dan Aminah Cendrakasih
yang menceritakan tentang manfaat garam beryodium di warungnya Mak Nyak
(Aminah Cendrakasih) pada saat terjadi proses transaksi pembelian garam. Berikut
adalah kutipan wawancara yang dianggap mewakili :
“Itu yang dulu bagus sekali, dipromosikan (diiklankan; peneliti) di Tv, mereka itu
lucu-lucu, hanya sayang Doyok tidak masuk”.
(Ny. Rsn, Wawancara mendalam)
“Seperti yang dulu saja, sudah bagus itu”.
(Ny. Bnt, FGD)
“Bagus kalau Doyok juga masuk disitu, soalnya dia lucu sekali”.
(Ny. Es, wawancara mendalam)
“Ya, seperti yang dulu saja, saya bisa mengerti maksudnya”.
(Ny. Rsm, Wawancara mendalam)
B.3.4 Media Slide Proyektor
Pada umumnya responden mengaku belum pernah tahu mengenai slide proyektor,
bahkan walaupun telah dijelaskan oleh peneliti apa dan seperti apa sebenarnya slide
proyektor. Setelah dijelaskan, mereka tetap mengatakan tidak mengerti dan menolak
penggunaan slide proyektor sebagai salah satu media untuk menyampaikan
informasi/pesan manfaat garam beryodium. Alasannya adalah disamping tidak
mengerti mengenai media tersebut juga dianggap tidak praktis dan terlalu rumit.
Berikut adalah kutipan wawancara yang mewakili mengenai penggunaan media slide
proyektor :
“Saya tidak tahu apa itu”.
(Ny. Rst, FGD)
“Kalau foto seperti itu tidak bagus, bagus kalau seperti di Tv kita bisa langsung
mengerti”.
(Ny. Smr, FGD)
“Jangan mi pakai itu, terlalu susah dan kabur-kabur pengertiannya”.
(Ny. Aft, FGD)
B.3.5 Media Gambar (Poster, Billboard dan Leaflet atau lembar Balik)
Mengenai penggunaan beberapa media di atas sebagai salah satu media untuk
menyampaikan informasi/pesan manfaat garam beryodium, pada umumnya para
responden menyambut baik. Walaupun telah dijelaskan mengenai masing-masing
jenis media di atas, tetapi kenyataannya pare responden kadang-kadang masih
menyamakan antara poster dan leaflet. Oleh karena itu dalam penyajian narasi berikut
terkadang tumpang tindih atau kekaburan aplikasi dari kedua media tersebut. Berikut
adalah kutipan wawancara yang dianggap mewakili media-media di atas :
“Bagus kalau menggunakan papan besar dan ditempel ditempat umum, orang akan
melihatnya terus”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Cocok kalau pakai papan seperti iklan rokok yang ditaruh dipinggir jalan itu”.
(Ny. Jml, FGD)
“Kalau saya sangat setuju kalau dipasang papan bergambar di tempat orang banyak
seperti di pasar misalnya”.
(Ny. Rsm, awancara mendalam)
“Lebih bogus lagi kalau itu di kertas dan di temple di rumah di dapur”.
(Ny. Rsm, Wawancara mendalam)
“Kalau saya suka yang di rumah kemudian ditempel di depan meja makan”.
(Ny. Rst, FGD)
“Balk itu kalau dalam bentuk poster kemudian ditempel di tiap-tiap rumah”.
(Ny. Ast, FGD)
“Bisa juga kertas bergambar itu ditempel di tempat umum, tapi masih lebih bagus
kalau di papan atau yang ditempel di rumah”.
(Ny. Njs, wawancara mendalam)
“Saya rasa bisa ji ditempelkan di pete-pete, tapi kalau saya tetap lebih suka kalau
yang ditempel di tiap-tiap rumah”.
(Ny. Sm, FGD)
“Jangan mi pakai poster atau gambar yang ditempel ditembok-tembok atau pete-
pete, kurang bagus itu”.
(Ny. Shn, FGD)
“Tidak usah pakai poster yang ditempel di pete-pete atau di tembok-tembok, cukup
papan atau kertas bergambar yang diberikan di tiap-tiap rumah saja, itu lebih
bagus”.
(Ny. Md, FGD)
Alasan mereka menyetujui dan menyukai media gambar di atas terutama billboard
dan poster yang dibagikan di setiap rumah dan kemudian ditempel di rumah masing-
masing adalah karena : pertama, mudah dilihat dan diperhatikan sehingga tidak
mudah lupa atau masyarakat akan selalu melihat gambar tersebut sehingga
efektifitasnya lebih baik. Kedua, adalah karena dengan menggunakan gambar dan
kemudian diberikan penjelasan mengenai maksud dari gambar yang ada akan lebih
mudah dimengerti, bahkan bagi mereka yang tidak bisa membaca sekalipun akan bisa
mengerti maksud dari pesan yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
wawancara berikut :
“Kalau papan yang di pasang di pinggir jalan atau di tempat umum, pasti banyak
orang yang melihat dan memperhatikan. Sehingga setiap orang pasti akan
melihatnya”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Kalau papan bergambar itu bagus sekali, karena orang-orang akan selalu
memperhatikan”.
(Ny. Ast, FGD)
“Biar mi orang tidak bisa membaca, orang akan mengerti, yang penting gambarnya
jelas. Apalagi kalau langsung gambar orang yang kena gondok disitu, pasti orang
akan mengerti maksudnya”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Lebih bagus lagi kalau yang di bagikan ke tiap-tiap rumah, orang akan selalu
melihatnya setiap saat. Jadi tidak akan mudah lupa”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Kalau yang ditempel di rumah-rumah itu menurut saya itu mi yang bagus, karena
semua orang rumah akan selalu melihat dan memperhatikannya. Jadi itu yang
menurut saya akan membuat cepat mengerti”.
(Ny. Shn, FGD)
Sedangkan mengenai media poster yang ditempel di tempat-tempat umum, pada
umumnya responden mengatakan bisa digunakan sebagai salah satu alternatif media
penyampaian informasi garam beryodium, tetapi menganggap kurang efektif dengan
alasan ukurannya pasti kecil, mudah rusak dan tidak setiap orang akan
memperhatikan poster tersebut. Berikut adalah kutipan wawancara yang dianggap
mewakili :
“Bisa juga, tapi kalau ditempel di mobil kan tidak setiap orang memperhatikan,
apalagi kalau gambar dan tulisannya kecil”.
(Ny. Id, wawancara mendalam)
“Kalau ditempel di pete-pete, itu kan mudah dilepas baik oleh supir atau
penumpang”.
(Ny. Bc, FGD)
“Jangan mi pakai poster yang di tempel di tembok-tembok, pasti cepat rusak karena
akan dilepas oleh anak-anak muda disini, atau rusak kalau kena hujan”.
(Ny. Md. FGD)
Seperti pada media lainnya, para responden umumnya lebih memilih bahasa
Indonesia untuk digunakan menjelaskan gambar. Alasannya adalah selain
masyarakat sudah bisa mengerti bahasa Indonesia, kalau menggunakan bahasa Duri
akan terkesan lucu karena pasti cara bacanya tidak akan sesuai dengan lafal aslinya.
Mengenai bentuk isi pesan yang cocok disampaikan di media gambar, para
responden umumnya meminta sebaiknya diberikan ilustrasi gambar yang kemudian
disertai dengan pesan tertulis yang menerangkan maksud dari ilustrasi gambar
tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut :
“Bagus kalau langsung diperlihatkan gambar orang yang gondok kemudian
diberikan penjelasan di tulisan di bawahnya, itu kan nyata, jadi orang gampang
mengerti”.
(Ny. Njs, Wawancara mendalam)
“Langsung saja tiga macam gambar dalam satu papan, yaitu gambar orang gondok,
gambar orang kate (kerdil) dan gambar orang bodo-bodo, kemudian dipasang juga
gambar garam beryodium. Dan diberi mi keterangan dari tiap gambar itu”.
(Ny. Ast, FGD)
“Bagus kalau dikasih gambar Bapaknya tinggi besar, ibunya juga besar, tapi
anaknya kate (kerdil), kemudian diberikan penjelasan; Inilah akibat kekurangan zat
yodium”.
(Ny. Es, Wawancara mendalam)
“Sama saja seperti yang saya bilang tadi, baik itu di papan maupun poster yang
ditempel di dalam rumah, gambarnya sama ya itu tiga-tiganya lengkap kemudian
diberi penjelasan”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Samakan saja baik itu yang gambar dan keterangan yang di papan atau poster yang
ditempelkan di dalam rumah”.
(Ny. Dr, FGD)
“Kalau tidak menggunakan bahas Indonesia, pasti lucu dan tidak karuan karena
pasti bacanya tidak cocok dengan bunyi bahasa di sini”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
Disamping itu responden juga mengusulkan agar warna dari gambar baik billboard
maupun poster (leaflet) sebaiknya warna yang terang menyala sehingga menarik
perhatian. Beberapa responden mengusulkan warna merah dan putih. Bahkan
beberapa responden yang mengusulkan warna biru dan kuning karena warna tulisan
di kemasan garam beryodium adalah warna biru dan kuning. Demikian juga
mengenai ukurannya, responden mengusulkan untuk billboard ukurannya kira-kira 2
x 3 meter sedangkan untuk poster yang ditempel di rumah ukurannya sekitar 30 x 40
cm. berikut adalah petikan wawancara mengenai hal tersebut diatas :
“Warnanya harus terang menyala, supaya mudah dilihat”.
(Ny. Rst, FGD)
“Bagus kalau warna terang, merah dan putih itu bagus sekali”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Warna terang, bagus kalau kuning dan biru biar sama dengan warna Tulisan di
pembungkus garam beryodium yang dibeli oleh ibu-ibu”.
(Ny. Ast, FGD)
“Kalau papan, bagus ukurannya seperti pintu”.
(Ny. Him, FGD)
“Ya, seperti pintu bagus, kira-kira ukuran 2 x 3 meter, tapi makin besar makin baik
supaya gampang terlihat”.
(Ny. Smr, FGD)
“Kalau poster yang dirumah bagus seperti gambar itu (rsponden menunjuk gambar
foto artis Desy Ratnasari yang ditempel di dinding), kira-kira ukuran 3 Ox40cm “.
(Ny. Sk, FGD)
Tentang lokasi tempat pemasangan papan, pars responden umunya menyebutkan
pasar sebagai tempat yang paling bagus karena di pasar tempat berkumpulnya orang.
Di samping itu ada yang mengusulkan di pasang di pinggir jalan dan di Puskesmas
dan Posyandu. Hal ini dilihat pada petikan wawancara berikut :
“Di pasar bagus, disitu kan ramai. Jadi, gampang dilihat”.
(Ny. Ast, FGD)
“Sebaiknya dipasang di pasar dan bagus juga kalau di pinggir jalan. Makin banyak
makin bagus”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Selain di pasar, di Posyandu juga bagus, karena disitu kan ibu-ibu selalu datang
pertemuan, jadi gampang dilihat. Atau di depan Puskesmas”.
(Ny. Shn,)
C. Media ME Garam Beryodium Yang Paling Sesuai Dengan Kondisi Masyarakat.
Setelah dilakukan wawancara mendalam dan diskusi terarah dalam FGD, kemudian
peneliti berusaha menggali lebih jauh informasi mengenai media apa yang paling
diminati dan sesuai dengan kondisi para responden. Para responden umumnya
menyetujui bahwa semua media yang telah dipaparkan dia atas dapat digunakan
sebagai model KIE garam beryodium, kecuali media slide proyektor. Menurut hampir
semua responden, media billboard yang ditempel di tempat-tempat umu seperti di
pasar, Puskesmas, atau Posyandu dan di pinggir-pinggir jalan serta leaflet (poster)
bergambar dengan penjelasannya yang ditempelkan di tiap-tiap rumah merupakan
media yang paling balk dan sesuai dengan keinginan mereka. Alasannya adalah
karena kedua media gambar tersebut gampang terlihat dan diperhatikan oleh
khalayak. Selain itu kedua media gambar tersebut juga akan memberikan visualisasi
gambar dan tulisan yang akan membuat para responden dan khalayak lainnya mudah
menangkap dan menghayati pesan tentang manfaat garam beryodium karena selalu
mudah dilihat dan diperhatikan setiap saat. Berikut adalah petikan wawancara
maupun jawaban responden dalam diskusi kelompok terarah atau FGD.
“kalau menurut saya, yang paling bagus itu papan bergambar”.
(Ny. Ast, FGD)
“Papan yang paling mudah dimengerti”.
(Ny. Es, wawancara mendalam)
“Balk kalau papan yang bergambar itu dipasang disini, karena akan gambarnya kan
besar, sehingga gampang dilihat dan selalu diperhatikan”.
(Ny. Rsn, wawancara mendalam)
“Kalau saya poster yang ditempel di rumah”.
(Ny. Dr, FGD)
“Poster yang ditempel di rumah itu yang saya senangi, karena saya akan melihatnya
terus sehingga tidak akan lupa, dan kalau lupa bisa gampang dilihat lagi”.
(Ny. Rsm, wawancara mendalam)
“Lebih balk lagi kalau menggunakan keduanya, papan yang ditempat umum, dan
gambar poster yang ditempel disetiap rumah”.
(Ny. Kd, FGD)
Pendapat para responder tersebut mendapat dukungan dari dua orang informan kunci
dengan mengatakan :
“Bagus kalau papan bergambar yang diletakkan di pasar dan di pinggir jalan serta
setiap rumah diberikan poster bergambar dan penjelasannya. Kan itu gampang
diperhatikan dan mudah dimengerti oleh masyarakat”.
(Bpk. Shd, wawancara mendalam)
“Kalau saya dua-duanya gambar dan papan yang paling cocok disini”.
(Bpk. Aw, wawancara mendalam)
VII. PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Masyarakat tentang Garam Beryodium dan Sumber Informasi Mengenai Garam Beryodium
Dari data hasil wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah atau FGD
menunjukkan bahwa responden belum sepenuhnya mengerti akan manfaat
penggunaan garam beryodium dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini tampak
dari beberapa jawaban responden ternyata masih belum sepenuhnya mampu
menjelaskan dengan baik setiap pertanyaan mengenai manfaat garam beryodium.
Responden pada umunya hanya mengerti dan mengetahui bahwa garam beryodium
berguna untuk mencegah terjadinya gondok. Sedangkan mengenai fenomena
kretinisme dan defisit IQ tidak semua responden mampu menyebutkan dan
menjelaskan dengan baik.
Oleh karena itu masih diperlukan intervensi yang sistematis, terarah dan terencana
untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Tindakan ini diperlukan supaya
pengetahuan mereka akan menjadi lebih baik, sehingga dengan demikian diharapkan
pandangan, sikap dan perilaku mereka khususnya terhadap garam beryodium akan
berubah menjadi lebih apresiatif dan menyadari bahwa penggunaan garam beryodium
merupakan suatu keharusan.
Jenis intervensi yang seharusnya diterapkan pada mereka adalah intervensi yang
memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri dan mampu memecahkan masalahnya
sehari-hari dengan baik terutama sehubungan dengan pola konsumsi garam
beryodium, atau dengan kata lain perlu usaha untuk memasyarakatkan model
pemasaran sosial atau model KIE garam beryodium. Sebab selama ini pengetahuan
mereka tentang garam beryodium lebih dominant didapatkan dari para petugas
kesehatan yang cenderung bersifat mengajari (preskriptif), tanpa menumbuhkan sikap
mereka untuk lebih mandiri dalam usaha pencarian informasi mengenai manfaat
garam beryodium. Bisa disimpulkan bahwa metode yang bersifat preskriptif selama
ini masih belum berhasil atau gagal meningkatkan taraf pengetahuan mereka akan
manfaat garam beryodium, dan kalaupun mereka memahami manfaat gaam
beryodium, umumnya sangat terbatas atau tidak komprehensif.
Menurut hasil survey pemetaan GAKY wilayah Sulawesi yang dilakukan oleh pusat
studi Gizi dan Pangan Universitas Hasanuddin 1998, didapatkan data bahwa
kabupaten Enrekang merupakan daerah endemis GAKY ringan dengan kecamatan
Baraka sebagai tempat penelitian ini tercatat sebagai daerah endemis berat dan
Kecamatan Anggeraja sebagai daerah endemis sedang. Dan mengherankan, seperti di
Kecamatan Baraka misalnya yang tergolong sebagai daerah endemik berat, ternyata
usaha penyampaian informasi mengenai manfaat garam beryodium belum berjalan
secara optimal. Menurut pengamatan peneliti, di dua kecamatan tempat penelitian
tidak satupun yang berusaha mencoba mengembangkan KIE garam beryodium di
masyarakat dengan memanfaatkan beberapa medoa informasi seperti billboard atau
poster dan leaflet.
Model KIE yang bisa diterapkan disini adalah salah satunya dengan mencoba
memanfaatkan beberapa media sebagai alternatif model KIE garam beryodium. Pada
bahasan selanjutnya akan dipaparkan beberapa media yang dapat digunakan sebagai
alternatif model pengembangan KIE garam beryodium di masyarakat sesuai dengan
hasil penelitian.
B. Pengembangan Model KIE di Masyarakat dengan Pemanfaatan Media Informasi
Beberapa jenis media informasi dapat dicoba untuk dikembangkan sebagai alternatif
model KIE garam beryodium di masyarakat. Diantaranya adalah penggunaan media
elektronik dan media gambar. Berikut akan dibahas mengenai kemungkinan
pemanfaatan kedua jenis kelompok media diatas sesuai dengan penelitian di
lapangan.
1. Media Elektronik
a. Media Film
media film sebagai bagian dari media elektronik ternyata cukup disukai
oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari data yang diperoleh dari hasil
wawancara mendalam maupun jawaban responden dalam FGD, dimana
mereka pada umumnya menyambut positif dan menyetujui pemutaran film
layer lebar sebagai salah satu alternatif untuk pengembangan pemasaran
sosial garam beryodium. Alasannya adalah di samping bersifat hiburan,
film juga dapat mengemban muatan edukatif untuk menyampaikan pesan
atau informasi mengenai manfaat garam beryodium pada masyarakat.
Selain itu adanya visualisasi gambar dan suara yang menjelaskan akan
manfaat garam beryodium akan mempermudah masyarakat untuk
menangkap isi pesan/informasi yang disampaikan.
Sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian ini, ternyata masyarakat
mengharapkan pemutaran film yang bersifat komedi, kemudian selama
pemutaran film itu sesekali diselingi oleh spot iklan yang memberikan
penjelasan mengenai manfaat garam beryodium.
Mengenai materi dari spot iklan itu antara lain adalah harus
menvisualisasikan semua hal yang terjadi sebagai dampak negatif GAKY
seperti tayangan langsung orang terkena gondok, kretinisme dan defisit IQ,
sembari diberi keterangan atau penjelasan bahwa hal tersebut diatas dapat
dicegah melalui penggunaan garam beryodium dalam pola konsumsi
masyarakat. Disamping itu, harus tampak pula gambar mengenai garam
beryodium itu sendiri dalam tayangan tersebut. Menurut responden, akan
lebih baik lagi kalau spot iklan itu diperankan oleh tokoh artis yang selama
ini cukup dikenal oleh masyarakat dan mampu untuk menciptakan komedi
dalam penyampaian pesan tersebut. Masyarakat menunjuk beberapa tokoh
artis yang mereka senangi seperti Mandra, Atun (Suti karno), Mak Nyak
(Aminah Cendrakasih), Doyok dan Maria Ulfa.
Menurut para responden semakin sering pemutaran film dilakukan semakin
baik, dengan alasan akan semakin sering dilihat atau diperhatikan oleh
masyarakat sehingga pesan/informasi mengenai semua hal yang berkaitan
dengan manfaat garam beryodium bisa diserap dengan baik.
b. Media Televisi
Dari data hasil penelitian, para responden dapat menerima bahkan
mengatakan media televisi cukup baik untuk digunakan sebagai media
pemasaran sosial garam beryodium. Mengenai materi dan bentuk
penyampaiannya adalah sama dengan apa yang telah dipaparkan pada
bahasan film di atas.
Keuntungan media televisi adalah dari segi kepraktisannya dimana
masyarakat tidak perlu keluar rumah untuk menyaksikan tayangan tersebut.
Keuntungan lainnya adalah aspek hiburan dalam media televisi cukup
menonjol sehingga memungkinkan untuk ditonton oleh semua kalangan
masyarakat.
Keuntungan lain dari penggunaan media televisi dan mungkin juga film
adalah disamping sebagai sarana hiburan, dari segi penggarapan keduanya
dilakukan oleh orang-orang yang berprofesional dibidangnya. Materi yang
akan ditayangankan tentunya telah melalui tahapan seleksi yang cukup ketat
mulai dari ide dasar sampai pada tekhnik penyajiannya yang dikemas sebaik
mungkin oleh pengarah acara. Sehingga dengan penyiapan dan teknik
penyajian yang lebih baik tersebut diharapkan hasilnya akan lebih baik
pula.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa media audio visual seperti film
dan televisi mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam
mempengaruhi atau mengubah aspek kognitif, afektif dan motorik
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya untuk menampilkan
pesan melalui gambar, tulisan dan suara secara simultan dengan baik dan
terencana sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
penggunaan media televisi dan film sebagai salahsatu strategi pemasaran
sosial garam beryodium layak untuk dipertimbangkan dan dicoba untuk
dikembangkan, khususnya di lokasi penelitian ini.
Kelemahan media televisi ini, khususnya dilokasi penelitian adalah tidak
semua keluarga memiliki televisi.
c. Media Radio
Penggunaan radio sebagai alternatif media pemasaran sosial garam
beryodium sebenarnya sangat cocok untuk daerah pedesaan seperti di lokasi
penelitian ini. Tetapi ternyata walaupun para responden menyatakan bahwa
radio bisa dipakai sebagai media, tetapi responden tampaknya tidak begitu
menyambutnya dengan baik. Kalaupun harus disampaikan melalui radio,
para responden mengusulkan disampaikan dalam bentuk lagu yang
dinyanyikan oleh artis penyanyi wanita, atau bisa juga melalui sandiwara
radio. Alasan pemilihan format penyampaian pesan/informasi manfaat
garam beryodium melalui lagu dan sandiwara radio adalah supaya terjadi
keseimbangan antara muatan hiburan dan muatan edukasinya. Dengan
demikian maka penyampaian pesan/informasi mengenai manfaat garam
beryodium tidak membosankan. Alasan pemilihan lagu dangdut adalah
karena umumnya para responden lebih menyukai lagu dangdut daripada
jenis lainnya.
d. Media Slide Proyektor
Media slide proyektor dapat digunakan sebagai salah satu media pemasaran
sosial garam beryodium. Biasanya media ini cocok untuk kalangan yang
berpendidikan menengah ke atas. Sehingga dengan bantuan penjelasan yang
balk dari tenaga yang memenuhi syarat media ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif media pemasaran garam beryodium.
Kelemahan dari media ini adalah tergantung dari siapa yang menjadi
pemandu yang akan menjelaskan gambar foto yang ditampilkan. Disamping
itu aspek hiburan dalam media ini tidak ada sehingga bisa membosankan.
Dari hasil penelitian, para responden tampak tidak menyukai slide
proyektor untuk digunakan sebagai media pemasaran sosial garam
beryodium. Barangkali karena para responden masih belum mengerti
dengan baik tentang slide proyektor ini sehingga responden tampak kurang
menyukai media ini.
2. Media Gambar
Gambar mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membantu pemahaman
seseorang terhadap suatu obyek yang sedang dibahas. Beberapa media yang dapat
digolongkan dalam media gambar ini adalah papan pengumuman (billboard), leaflet,
dan poster. Gambar-gambar tersebut biasanya dibuat sedemikian rupa sebagai suatu
karya seni sehingga mempunyai daya tarik tersendiri. Melalui gambar, konsep
pemikiran seseorang dapat dipengaruhi dengan adanya penekanan terhadap hal-hal
tertentu yang ingin ditonjolkan sebagai suatu masalah dalam kegiatan penyuluhan,
apalagi apabila disertai dengan tulisan sebagai penjelas dari gambar yang ada.
Sehingga dengan demikian media gambar itu akan sangat membantu sebagai suatu
metode penyuluhan.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa responden pada umumnya sangat tertarik pada
media gambar ini, kecuali poster yang diletakkan di tempat-tempat umum menurut
masyarakat kurang baik. Alasannya adalah poster tidak praktis, biasanya ukurannya
kecil sehingga kurang menarik perhatian dan tidak tahan lama karena mudah rusak
atau dilepas oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Terhadap penggunaan leaflet (lembar balik) dan papan pengumuman sebagai salah
satu alternatif media pemasaran sosial garam beryodium, pada umumnya responden
sangat setuju dan mereka sangat mengharapkan media tersebut bisa ada di lokasi
penelitian. Alasannya adalah bahwa media tersebut mudah dilihat dan diperhatikan
oleh khalayak, disertai oleh gambar dan penjelasan sehingga mudah dimengerti atau
dipahami oleh masyarakat. Khusus untuk leaflet, para responden menganggap sama
dengan poster, hanya saja menurut responden, leaflet tersebut dapat ditempel di
rumah tiap-tiap penduduk seperti di dapur atau di ruang makan. Dengan demikian
leaflet akan mudah dan selalu dilihat terutama oleh ibu-ibu sehingga aspek edukasi
dari leaflet ini bernilai tinggi.
Sedangkan papan pengumuman (billboard) para responden pada penelitian ini
menyarankan untuk diletakkan di tempat-tempat ramai seperti pasar, di depan
puskesmas, atau posyandu.
Sesuai dengan keinginan responden, maka sebaiknya warna dari kedua media gambar
itu harus berwarna terang supaya menarik perhatian, gambar yang dipasang harus
mampu menvisualisasikan seluruh dampak negatif GAKY dan disertai dengan tulisan
sebagai penjelas dari gambar yang ada.
Ukuran papan pengumuman (billboard) harus besar sehingga mampu
mengakomodasi semua gambar akibat negatif dari kekurangan yodium. Sedangkan
untuk leaflet (lembar balik) responden mengusulkan ukuran 30 x 40 cm. permintaan
tersebut cukup beralasan karena idealnya bahwa ukuran media tersebut harus cukup
besar dan memadai sehingga mudah dilihat dan dimengerti oleh masyarakat.
C. Media Yang lebih Disenangi Masyarakat
Dari semua media informasi yang ditawarkan untuk dijadikan sebuah model
pengembangan KIE garam beryodium, para responden pada umumnya bisa menerima
hampir semua jenis media yang ditawarkan kecuali poster atau slide proyektor.
Alasan penolakan responden terhadap poster dan slide proyektor telah dijelaskan
pada bahasan sebelumnya.
Para responden umumnya menyebutkan media papan pengumuman (billboard) dan
leaflet (lembar balik) yang dibagikan ke setiap rumah untuk ditempelkan di rumah
masing. Alasannya adalah media tersebut paling praktis, mudah dimengerti karena
disertai gambar dan tulisan sebagai penjelas gambar. Yang paling penting dari kedua
media tersebut adalah mudah dilihat oleh orang banyak karena diletakkan di tempat-
tempat umum dan setiap rumah sehingga cakupannya akan lebih luas.
Dengan menyebutkan keunggulan dan kelemahan masing-masing media seperti yang
telah dipaparkan di atas, para responden menganggap kedua media itu paling layak
untuk dikembangkan sebagai model pengembangan KIE sebagai salah satu strategi
pemasaran sosial garam beryodium.
D. Bahasa Yang digunakan Dalam media Pengembangan Model KIE Garam Beryodium
Sesuai data penelitian, para responden umumnya menyarankan bahwa bahasa
Indonesia yang paling efektif untuk digunakan sebagai alat komunikasi penyampaian
informasi manfaat garam beryodium baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Alasannya adalah karena masyarakat disekitar lokasi penelitian hampir semua bisa
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Selain bahasa daerah dianggap tidak
mampu menciptakan suasana yang lucu, apabila menggunakan bahasa daerah
setempat dikhawatirkan akan mendistorsi makna informasi atau pesan yang
disampaikan. Misalnya apabila penyampaian pesan/informasi tulisan sebagai penjelas
dari gambar yang ada pada media billboard dan leaflet (poster) menggunakan bahasa
daerah, responden mengkhawatirkan terjadi kesalahan penulisan ataupun kesalahan
cara membaca oleh masyarakat. Para responden menyakini bahwa vokalisasi huruf
dalam bahasa Indonesia akan lebih tepat diucapkan untuk bahasa Indonesia daripada
bahasa daerah setempat.
Kenyataan ini mungkin disebabkan oleh semakin baiknya tingkat pendidikan
masyarakat baik secara formal maupun informal, sehingga kemampuan bahasa
Indonesia masyarakat semakin baik.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Billboard (papan pengumuman) yang ditempatkan di tempat-tempat umum seperti
di pasar, di pinggir-pinggir jalan, puskesmas dan posyandu serta tempat umum
lainnya dan leaflet yang ditempel disetiap rumah merupakan media yang paling
disenangi oleh masyarakat di lokasi penelitian sebagai media untuk
menyampaikan pesan/informasi mengenai manfaat garam beryodium.
2. Isi pesan/informasi dalam media billboard dan leaflet harus ditampilkan dalam
bentuk gambar yang memuat keseluruhan dampak negatif GAKY dan disertai
tulisan sebagai penjelas dari gambar yang ada. Warna dari gambar dan tulisan
dalam kedua media di atas harus warna terang. Ukuran billboard sebesar 2 x 3
meter sedangkan untuk leaflet ukuran 30 x 40 cm.
3. Media film, televisi dan radio adalah beberapa media yang dapat diterima oleh
masyarakat disamping billboard dan leaflet, serta layak untuk dikembangkan
sebagai alternatif model pengembangan KIE manfaat garam beryodium. Untuk
media film dan televisi harus ditampilkan dalam bentuk yang lucu dan diperankan
oleh tokoh yang disukai masyarakat di lokasi penelitian ini seperti Mandra,
Doyok, Suti Karno (Atun), Aminah Cendrakasih dan Maria Ulfa. Sedangkan
untuk media radio, yang paling baik adalah disampaikan dalam bentuk lagu
dangdut oleh penyanyi wanita dan sandiwara. Waktu penyiarannya adalah di
malam hari.
4. Pengetahuan masyarakat terhadap manfaat garam beryodium belum merata dan
belum maksimal oleh karena itu perlu ditingkatkan.
5. Masyarakat di lokasi penelitian selama ini mendapatkan informasi mengenai
manfaat garam beryodium dari lebih banyak dari petugas Puskesmas dan
Posyandu. Oleh karena itu diperlukan intervensi secara terarah, sistematis, dan
terencana untuk pengembangan pemasaran social garam beryodium dengan
memanfaatkan multi media.
6. Keinginan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya akan manfaat garam
beryodium dengan menggunakan beberapa media informasi cukup besar.
7. Sehubungan dengan penggunaan media informasi sebagai model pengembangan
KIE garam beryodium, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang lebih disukai
oleh masyarakat.
B. Saran-Saran
1. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat akan manfaat garam
beryodium, pemerintah perlu untuk mengembangkan model KIE garam
beryodium dengan memanfaatkan media informasi sebagaimana temuan
penelitian ini.
2. Perlu dilakukan ujicoba pengembangan model KIE garam beryodium dengan
memanfaatkan media informasi yang ada di daerah tertentu.
3. Perlu penelitian lanjut untuk lebih mempertajam dan mengembangkan hasil
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Laporan Hasil Survey Pemetaan GAKY Wilayah VI Sulawesi, 1998: Pusat Studi Gizi dan Pangan Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Depkes (Departemen Kesehatan), 1993: Health and Nutrition Performance Indonesia, Depkes, Jakarta.
Depkes (Departemen kesehatan), 1996. Strategi Penanggulangan Masalah Gizi. Makalah Disampaikan Oleh Kadit Bina Gizi Masyarakat pada seminar Hasil Pemetaan GAKY Propinsi di Ambon. 16 April 1996.
Dirjen pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 1993: Program Penanggulangan GAKY pada PELITA VI dan PJP II, Makalah Simposium GAKY. Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Debus M, Porter. ( ), Buku Panduan Diskusi Kelompok Terarah
Kodyat, Benny A, 1992 : Kebijakan Bidang Gizi menyongsong Era Lepas Landas dan Abad XXI dalam proseding Pelatihan KIE Petugas Gizi Tingkat Propinsi Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kartono, DJ 1993 : Garam Beryodium dan Gondok Endemik, PusatPenelitian pengembangan Gizi, Medika No. 8, Jakarta.
Latief DK, 1995 : Recent Progress in IDD Elimination on Indonesia. Paper Presented in The International symposium on Iodine, Nutrition an Human Development, Dhaka, Bangladesh. 10 April 1995.
Notoatmodjo S. 1993 : Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Ofset Jakarta.
Pratomo H. 1993 : Audience Research (Riset Khalayak) sebagai metode Penelitian Komunikasi Terapan di Bidang Kesehatan. Dalam : Riset Khalayak, Jakarta.
Stanburg JB. (d), 1993 : The Damage Brain of Iodine Defeciency. Cognizat Communication Corporation, New York.
Sudjianto T, 1995 : Penanggulangan GAKY sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Balai POM Surabaya, Majalah Kesehatan Indonesia, Tahun XXIII, No. 5, 1995.
Syafar M, Arsyad M, 1997 : Strategi Pemasaran Sosial Garam Yodium di daerah Endemik GAKY, Lembaga penelitian Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Thaha, RA. Dachlan MD, Djafar N. 1997: Studi Analisis Faktor-Faktor Resiko dan Intervensi Penanggulangan GAKY di Wilayah Pantai Kepulauan Maluku, Bagian Proyek Pengembangan Kesehatan dan Gizi masyarakat, Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Ujung Pandang.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang garam beryodium? (ditanya lebih
mendalam)
2. Darimana Bapak/Ibu mendapatkan informasi garam beryodium? (tahu dari siapa
dan dalam bentuk apa)
3. Bila ingin menyebarkan informasi tentang garam beryodium, menurut Bapak/Ibu
media apa yang paling cocok untuk digunakan (poster, leaflet, billboard, slide,
film, Radio dan Televisi dll).
4. Bila poster, menurut anda bagaimana seharusnya (besar/ukurannya, warnanya,
dan ditempatkan dimana).
5. Bila leaflet, menurut anda bagaimana seharusnya (besar/ukurannya, warnanya,
dan disampaikan kepada siapa).
6. Bila billboard, menurut anda bagaimana seharusnya (besar/ukurannya, warnanya,
dan disimpan dimana, model pesannya bagaimana).
7. Bila slide, menurut anda bagaimana seharusnya (siapa sasarannya, kapan
waktunya, dan dimana tempatnya).
8. Bila film, menurut anda bagaimana seharusnya (kapan waktu pemutarannya,
dimana tempat pemutaran film dan siapa sasarannya).
9. Bila radio, menurut anda bagaimana seharusnya (dalam bentuk program apa,
kapan waktu paling tepat untuk disiarkan).
10. Bila televisi, menurut anda bagaimana seharusnya (dalam program apa, kapan
waktu penayangannya).
11. Diantara berbagai media di atas, menurut anda media apa yang paling dapat
diterima dan efektif untuk menyampaikan manfaat garam beryodium? Apa
alasannya?
12. Dari media yang paling efektif tersebut diatas, menurut anda bagaimana
seharusnya (isi pesan, bahasa, waktu penyampaian pesan, tempat dan
sebagainya).
13. Bila ingin menyampaikan informasi tentang garam beryodium, bagaimana
sebaiknya isi pesan/informasi tersebut? (kalimat bahasa daerah, kalimat bahasa
Indonesia, gambar, atau kombinasi keduanya).