gagal ginjal kronis

Upload: lz-tanti

Post on 12-Jul-2015

334 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) I. Definisi Chronic kidney disease atau CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer, 2002:1448). II. Etiologi Penyakit yang sering membuat fungsi ginjal menurun adalah penyakit Hipertensi, Gout menyebabkan nefropati gout, Diabetes Mellitus yang menyebabkan DKD (diabetic kidney disease), gangguan metabolism, SLE yang menyebabkan nefropati SLE, riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular, riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular, riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik) / herediter, infeksi, penyakit hipersensitif, penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius, nefropatik toksik dan nefropati obstruksi. 1. Pre renal: Adanya dehidrasi berat, kombosio dengan grade >80%. 2. Renal (Etiologi menurut Silvia dan Wilson: 2006, 918) 1) Penyakit infeksi tubule intertitial: peritonitis kronik atau refluks nefropati. 2) Penyakit peradangan: glomerulonefritis 3) Penyakit vaskuler hipertensi Nefrosklerosis benigna, nefroskleloris maligna, stenosis arteri renalis. 4) Penyakit jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik, poliartritis nodusa, skeloris sistemik progresif.

2 5) Gangguan herediter dan konggenital Penyakit ginjal polikistik, ssidosis tubulus ginjal 6) Penyakit metabolik Diabetes militus, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidisis. 7) Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic, Nefropati timah. 3. Post renal Nefropati obstruktif 1) Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma,fibrosis retroperitoneal 2) Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika unaria dan uretra III. Faktor predesposisi (Silvia dan Wilson: 2006, 919) 1. Obstruksi aliran urine (batu, penyakit prostat) 2. Jenis kelamin perempuan 3. Umur yang lebih tua 4. Kehamilan 5. Refluk vesikoureter 6. Peralatan kedokteran (kateter menetap) 7. Vesika urinaria neurogenik 8. Penyalahgunaan analgesik secara kronik 9. Penyakit ginjal kronik 10. Penyakit metabolik (Diebetes militus, gaut, batu urine)

IV.

Stadium gagal ginjal (Elisabeth: 2009, 726) Berdasarkan GFR penyakit gagal ginjal dapat dibagi menjadi

3 1) Stadium 1 Kerusakan ginjal (kelainan atau gejala dari patologi kerusakan, mencakup kelainan dalam pemeriksaan darah atau urine atau dalam pemeriksaan pencitraan) dengan laju filtrasi glomerulus (GFR) normal atau hampir normal, tepat atau diatas 90 ml/menit (> 75% dari nilai normal) 2) Stadium 2 Laju filtrasi glomerulus antara 60 dan 80 ml/menit (kira-kira 50% dari nilai normal) dengan tanda-tanda kerusakan ginjal. Stadium ini dianggap sebagai salah satu tanda penurunan cadangan ginjal. Nefron yang tersisa dengan sendirinya sangat rentan mengalami ke gagalan fungsi saat terjadi kelebihan beban. Gangguan lainnya mempercepat penurunan fungsi ginjal 3) Stadium 3 Laju glomerulus antara 30 dan 59 ml/menit (25% sampai 50% dari nilai normal. Insufisiensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini. Nefron terus menerus mengalami kematian. 4) Stadium 4 Laju glomerulus antara 15 dan 29 ml/menit (12% sampai 24% dari nilai normal) dengan hanya sedikit nefron yang tersisa. 5) Stadium 5 Gagal ginjal stadium lanjut, laju filtasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit (< 12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi tinggal beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal V. Tanda dan gejala (Bruner dan Suddart: 2002, 1449) 1) Kardiovaskuler Hipertensi, Pitting edema (kaki, tangan, sakrum), Edema periorbital, Fiction rub pericardial, pembesaran vena leher. 2) Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar 3) Pulmoner

4 Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernapasan kusmaul. 4) Gastrointestinal Napas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual dan muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran GI. 5) Neurologi Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan prilaku 6) Muskoloskeletal Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop 7) Reproduksi Amenore, atrofi testikuler, libido menurun, infertile.

VI.

Pemeriksaan Penunjang (Elisabeth: 2009, 730 dan Doenges: 2000, 629) 1) Urine 1. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria). 2. Warna: secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan karena pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. 3. Sedimen: kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfin. 4. Berat jenis: kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan gagal ginjal berat). 5. Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular dan rasio/ serum sering 1:1. 6. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.

5 7. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada. 2) Darah 1. BUN/ Kreatinin: meningkatkan, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10ml/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5). 2. Hitung darah lengkap: Ht menurun pada adanya anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dL. 3. SDM: waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada azotemia. 4. GDA: pH penurunan metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir metabolism protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun. 5. Natrium serum: mungkin rendah (bila ginjal kehabisan natrium, atau normal) menunjukkan status dulusi hipernatremia. 6. Kalium: peningkatan berhubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEg atau lebih besar. a. Magnesium/ fosfat: meningkat. b. Kalsium: menurun. c. Protein (khusnya albumin): kadar serum nemenurun dan menunjuukan pengeluaran melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan, atau penurunan sintesis karena kurang asam aminio esensial. 3) Osmolaritas serum. Lebih besar dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urine. 4) KUB foto

6 Menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu). 5) Pielogram retrogred. Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. 6) Arteriogram ginjal Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, masa. 7) Sistouretrogram berkemih Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluk kedalam ureter, retensi. 8) Utrasono ginjal Menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran kemih bagian atas. 9) Biopsi ginjal Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan untuk diagnose histologist. 10) Endoskopi ginjal, nefroskopi. Dilakukan untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif. 11) EKG Mungkin abnormal untuk menunjukkan ketidak seimbangan asam/ basa. 12) Foto kaki, tangan, tengkorak, kolumna spinal. Dapat menunjukkan dermalisasi, kalsifikasi.

VII.

Penatalaksanaan Pengaturan minum dasarnya adalah memberikan cairan sedemikian rupa sehingga dicapai diurisis maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral maka diberikan perparenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di dalam rongga badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemia yang sangat sulit diatasi.

1) Pengaturan minum

7 2) Pengendalian hipertensi Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Pendapat bahwa penurunan tekanan darah selalu memperburuk faal ginjal, tidak benar. Dengan obat tertentu tekanan darah dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa metildopa, vasodilator. Mengurangi intake garam dalam rangka ini harus hati-hati karena tidak semua renal failure disertai retensi Natrium. 1. Pengendalian K dalam darah Mengendalikan K darah sangat penting, karena peninggian K dapat menimbulkan kematian mendadak. Yang pertama harus diingat ialah jangan menimbulkan hiperkalemia karena tindakan kita sendiri seperti obat-obatan, diet buah,dan lain-lain. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG, dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia maka pengobatannya dengan mengurangi intake K, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa. 1. Penanggulangan Anemia Anemia merupakan masalah yang sulit ditanggulangi pada CRF. Usaha pertama harus ditujukan mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada insufisiensi koroner. 1. Penanggulangan asidosis Pada umumnya asidosis baru bergejala pada taraf lebih lanjut. Sebelum memberi pengobatan yang khusus faktor lain harus diatasi dulu, khususnya dehidrasi. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan per oral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-lahan. kalau perlu diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis. 1. Pengobatan dan pencegahan infeksi Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. CRF dapat ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini tentu memperburuk lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba

8 diberi bila ada bakteriuria dengan perhatian khusus karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau keluar melalui ginjal. Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi sedapat mungkin harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat pula menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal. 1. Pengurangan protein dalam makanan Protein dalam makanan harus diatur. Pada dasarnya jumlah protein dalam makanan dikurangi, tetapi tindakan ini jauh lebih menolong juga bila protein tersebut dipilih. Diet dengan rendah protein yang mengandung asam amino esensial, sangat menolong bahkan dapat dipergunakan pada CRF terminal untuk mengurangi jumlah dialisis. 1. Pengobatan neuropati Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini sukar diatasi dan merupakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada CRF yang sudah dialisispun neuropati masih dapat timbul. 1. Dialisis Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga komposisi elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan bahwa zat-zat yang tidak diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu air juga dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu hemodialisis dan peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal ginjal sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak ditanggulangi. Indikasi: BUN > 100 mg/dl, S. Creatinin > 10 mg/dl, Hiperkalemi K > 7mEg/ liter, asidosis (pH < 7,5), plasma bicarbonate < 14 mg/liter, creatinin klerens: < 5 ml/menit, anoreksia, mual, muntah, enselopati, uremikum/ gelisah, oedem paru, pericarditis uremikum, anuria. 1. Transplantasi Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke tubuh penderita CRF maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai harus

9 memenuhi beberapa persaratan, dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut diambil dari orang/mayat yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan penerima donor. Pemilihan dari segi imunologik ini terutama dengan pemeriksaan HLA. VIII. Konsep Asuahan Keperawatan

1) Identitas pasien a. Usia b. Jenis kelamin pada pria. 2) Keluhan utama Pada pasien GGK setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia. Keluhan pasien tergantung pada tingkat kerusakan ginjal dan kondisi yang mendasari. Kecing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, anoreksi, mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum), gatal pada kulit. 3) Riwayat penyakit dahulu Penyakit infeksi tubulo interstitial (pielonefritis kronik atau refluks nefropati), penyakit peradangan (glomerulonefritis), penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis), gangguan jaringan ikat (Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sitemik progresif), gangguan kongenital dan herediter (penyakit ginjal polisiklik, asidosis tubulus ginjal), penyakit metabolik (DM, GOUT, hiperparatiroidisme, amiloldosis), nefropati obstruktif (traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma, fibrosis retroperitoneal. Traktus urianrius bagian bawah: hipertrofi prostat, striktur uretra, anomali kongenital leher VU dan uretra. 4) Kebiasaan konsumsi obat NSAID dalam waktu lama. 5) Riwayat penyakit sekarang: diare berat/dehidrasi berat 6) Riwayat penyakit keluarga : GGK terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 tahun) : Dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70% terjadi

10 Adanya riwayat penyakit leturunan seperti DM dan Hipertensi. 7) pemeriksaan fisik 1. Pulmoner Krekels, sputum kental, nafas kusmaul. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan terganggunya produksi Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis Arterosklerosis terjadi karena gangguan metabolism lemak Anemia karena kurangnya produksi eritropoetin Gangguan fungsi sel darah putih (leukosit) Rasa pegal pada kaki (restless leg syndrome) dan rasa seperti Ensefalopati metabolic dan kejang Kencing sedikit (kurang dari 400cc/hari) warna urine kuning tua dan pekat tidak dapat kencing penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut). Mual, muntah, nafsu makan menurun akibat adanya ganguan Fetor uremik yaitu bau yang khas keluar dari mulut penderita Peradangan pada usus dan stomatitis akibat ureum yang berlebihan Konstipasi atau diare Kram otot, kelemahan otot, foot drop. Warna kulit abu-abu mengkilat 2. Cardiovaskular rennin

3. Gangguan system saraf terbakar pada telapak kaki (burning feet syndrome) 4. Perkemihan-Eliminasi urine (B4)

5. Sistem pencernaan metabolism (ureum)

6. Muskuloskeletal dan Integumen

11 IX.

Kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,

rambut tipis dan kasar Pemeriksaan laboratorium Perbandingan ureum dan kreatinin 20:1 Kreatinin klirens 15 meq/l, kalsium 2,12-2,62 mMol/l, fosfat 2,5-5,0 mg/dl) Intervensi: 1) Kaji tingkat kemampuan klien beraktivitas.dan batasi aktivitas berlebihan R/ Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya sirkulasi darah.dan beban jantung dipengaruhi oleh aktivitas berlebihan 2) 3) Beri tambahan O2 sesuai indikasi Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum R/ Meningkatkan sediaan oksigen pada miokard kreatinin, Kreatinin klirens. R/ Ketidakseimbangan dapat mengganggu kontraksi elektrikal dan fungsi jantung 4) 5) 6) Kolaborasi pemeriksaan thoraks foto. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti hipertensi. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan R/ Mengidentifikasi adanya gagal jantung dan kalsifikasi jaringan lunak R/ Menurunkan tahanan vaskuler sistemik darah akibat perubahan posisi Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe. R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea menunjukan adanya renal failure. Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin angiotensin dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat terjadi akibat dari defisit intravaskular fluid. 10. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan laju filtrasi, penurunan TD sistemik/hipoksia, hipovolemia yang ditandai dengan pucat, sianosis, hipotensi, CRT < 3 detik, perubahan suhu kulit lebih dingin.

21 Tujuan : Perubahan perfusi jaringan adekuat dengan criteria hasil mempertahankan tingkat kesadaran, kognisi, tanda vital stabil tekanan darah sistole antara 100 140 dan diastole antara 70 90 mmHg, frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat. Intervensi: 1) Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu menyebabkan penurunan perfusi jaringan cerebral R/ Penurunan gejala/tanda atau kegagalan dalam pemulihan setelah serangan awal menunjukkan pasien perlu dipindahkan ke perawatan intensif 2) Pantau GCS R/ Mengkaji adanya penurunan kesadaran 3) Pantau tekanan darah. Catat adanya HT sistolik dan tekanan nadi yang semakin berat R/ Peningkatan TD sistemik diikuti penurunan TD distolik (nadi membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK 4) Pantau masukan dan haluaran. R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan. 5) Anjurkan orang terdekat untuk berbicara dengan pasien R/ Ungkapan keluarga yang menyenangkan pasien tampak memberikan ketenganan dan relaksasi pada klien yang mengalami penurunan kesadaran. 6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan TL yang tidak sesuai R/ Petunjuk non verbal mengidentifikasikan adanya gangguan perfusi dengan perubahan kesadaran. 11. Perubahan fungsi seksual berhubungan dengan efek biokimia pada energy dan libido sekunder akibat CKD yang ditandai dengan perubahan actual fungsi seksual, perubahan pola seksual. Tujuan: memperbaiki konsep diri.

22 Kreteria evaluasi: Pasien mampu menggunakan koping individu yang efektif. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap penyakit dan perubahan hidup yang dialaminya. Mampu mencari batuan (konseling professional, psikiater/ psikolog) bila diperlukan. Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksualitas. Intervensi: 1. Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganannya. R/ menyediakan data tentang masalah pada pasien dan keluarga dalam menghadapi perubahan hidup. 2. Kaji hubungan antara pasien dengan keluarga terdekat. R/ penguatan dan dukungan terhadap pasien diidentifikasi. 3. Kaji pola koping pasien dan keluarga. R/ pola koping yang telah efektif di masa lalu mungkin potensial destruktif ketika memandang pembatasan yang ditetapkan akibat penyakitnya dan penanganannya. 4. Ciptakan diskusi terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dan penanganannya: perubahan peran, perubahan gaya hidup, perubahan dalam pekerjaan, perubahan seksual, ketergantungan pada tim tenaga kesehatan. R/ pasien dapat mengidentifikasi masalah dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengahadapinya. 5. Gali cara alternatife untuk ekspresi seksual lain selain hubungan seksual. R/ bentuk ekspresi seksual dapat diterima. 6. Diskusikan peran pemberi dan menerima cinta, kehatan dan kemesraan. R/ seksualitas mempunyai arti yang berbeda pada tiap individu, tergantunng pada tahap maturitasnya.

23 12. Gangguan pola eliminasi uri berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau gangguan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih yang ditandai dengan pasien mengatakan adanya masalah dalam berkemih, perubahan frekuensi berkemih, nocturia. Tujuan : pasien memperlihatkan adanya perbaikan pola eliminasi uria setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: Produksi urine 1-2cc/kgBB/jam, Tidak ada oedem, Pasien tidak sesak, Intake dan out put seimbang, Tensi dan nadi dalam batas normal Intervensi: 1) Jelaskan pada pasien penyebab urine sedikit dan tindakan yang akan dilakukan R/ Dengan penjalasan yang diberikan pasien akan mengerti dan kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan 2) Batasi intake cairan R/ Pembatasan cairan untuk mengurangi overload dan menurangi beban kerja ginjal. 3) Observasi produksi urine, intake cairan, balance, oedem, keluhan sesak, tensi, nadi. R/ Dengan observasi akan mengetahui keadaan pasien dan dapat menentukan tindakan secara tepat 4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuretik R/ Diuretik berfungsi untuk meristiksi overload dan dikeluarkan melalui urine

24

25 KONSEP HEMODIALISA

1. Definisi Dialisis adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui membrane semipermiable berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya (Silvia, 2006: 971). Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dalisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir. Hemodialisis merupakan suatu mesin ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari membrane semipermiable dengan darah di satu sisi dan cairan dialysis di sisi lainnya. 2. Indikasi a. BUN > 100 mg/dl, S. Creatinin > 10 mg/dl, Hiperkalemi K > 7mEg/liter, asidosis (pH