penerimaan keluarga pasien gagal ginjal kronis …

46
1 PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RS OMNI PULOMAS JAKARTA TIMUR TIM Ketua : Ulfah Nuraini karim, SKep, MKep NIDN 0318077602 Anggota : Dr. Aliana Dewi, SKp, MN NIDN 0330016902 Ns. Yoanita Hijriyati, SKep., M.Biomed NIDN 0326117902 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA 2020 ABSTRACT

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

1

PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL

KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISA

DI RS OMNI PULOMAS JAKARTA TIMUR

TIM

Ketua : Ulfah Nuraini karim, SKep, MKep NIDN 0318077602

Anggota : Dr. Aliana Dewi, SKp, MN NIDN 0330016902

Ns. Yoanita Hijriyati, SKep., M.Biomed NIDN 0326117902

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BINAWAN JAKARTA

2020

ABSTRACT

Page 2: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

2

Penerimaan Keluarga merupakan penerimaan diri dipandang sebagai suatau

keadaan dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri.

Indikator dari Penerimaan Keluarga diantaranya yaitu, Menghargai diri sendiri,

penilaian yang realistik atas kemampuan diri sendiri, keyakinan diri dan tanggung

jawab untuk diri sendiri. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran

Penerimaan Keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialisis di RS Omni Pulomas Jakarta Timur. Metode penelitian menggunakan

metode kualitatif eksploratif dengan pendekatan fenomenologi dengan populasi 12

orang partisipan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dalam

penelitian ini melalui data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan

indepth interview (wawancara mendalam) kepada partisipan utama dan Fokus

Group Discussion (FGD) kepada partisipan pendukung. Alat pengambilan data

menggunakan skala Penerimaan Keluarga dari WHOQOL-BREF. Analisa data

awal (prelimenary analysis) melalui teknik koding dengan menggunakan Software

NVivo 12 Plus. Teknik analisis tematic (thematic analysis) dan analisis

perbandingan (comparative cross analysis) data. Hasil Analisis Data Tematik sub

tema : perasaan bahagia, potensi diri yang ada : Gambaran diri, dengan pencapaian

penerimaan diri meningkat. sub tema bertanggung jawab yaitu : Peran diri yang

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri menurun. Harapan

terhadap diri dengan pencapaian penerimaan diri meningkat. Di sarankan dapat

menggali faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan keluarga pasien gagal

ginjal yang menjalani hemodialisis melalui aspek lainnya.

Kata kunci: Penerimaan Keluarga, gagal ginjal kronik, hemodialisis

Page 3: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

3

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Gagal Ginjal Kronis (CRF) merupakan penyakit yang ireversibel dan gagal

ginjal progresif, tindakan hemodialisis telah terbukti paling efektif dalam

pengobatan, karena meningkatkan kelangsungan hidup yang lama, menilai dan

mempertahankan kehidupan pasien dengan tingkat kepuasan yang cukup

(Gerogianni, S, et al, 2014).

Insiden Gagal Ginjal Kronis global masih menjulang tinggi. Berdasarkan

Institut Nasional Diabetes, Pencernaan dan Ginjal Penyakit, jumlah Gagal

Ginjal Kronis pasien di AS pada akhir 2019 sebanyak 871.000 pasien dan

hanya 570.000 pasien yang menjalani terapi hemodialisis atau transplantasi

ginjal. Sedangkan menurut data tersebut, prevalensi Gagal Ginjal Kronis di

Amerika Serikat pada tahun 2016 tercatat 1.901 per juta orang (Sistem Data

Amerika Serikat, 2016). (Winata, L, et al, 2017).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit ginjal dan saluran

kencing saluran berkontribusi pada beban global dengan sekitar 8.50.000

kematian setiap tahun dan 11,50 persen tahun hidup yang disesuaikan dengan

kecacatan. Gagal Ginjal Kronis (CRF) adalah penyebab kematian ke-12 dan

penyebab ke-17 kecacatan. Peningkatan global Gagal Ginjal Kronis (CRF)

didorong oleh global peningkatan diabetes melitus, hipertensi, obesitas, dan

penuaan. Gagal Ginjal Kronis (CRF) dikaitkan dengan peningkatan insiden

kematian kardiovaskular dan hilangnya penerimaan keluarga setiap tahun yang

mengalami kecacatan. Gagal Ginjal Kronis (CRF) di India tidak bisa dinilai

secara akurat. Perkiraan prevalensi Gagal Ginjal Kronis (CRF) adalah 800 ribu

pasien dan kejadian Gagal Ginjal Kronis (CRF) meningkat adalah 150-200

ribu. (Thenmozhi P, 2018).

Berdasarkan Laporan dari Depkes RI (2019), jumlah kasus baru pasien

Gagal Ginjal Kronis sebanyak 17.193 orang (Perhimpunan Nefrologi

Page 4: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

4

Indonesia, 2019). Penyakit Gagal Ginjal Kronis (CRF) merupakan salah satu

penyakit kronis yang ada memiliki ancaman besar secara global dan

peningkatan beban dalam perawatan kesehatan sistem dan menyebabkan

peningkatan morbiditas dan mortalitas dan menurun penerimaan keluarga

(QOL). (Depkes RI , 2019)

Hemodialisis dimaksudkan untuk memulihkan tubuh cairan dan elektrolit

kembali normal kondisi Berdasarkan Pedoman Praktik Klinis pada Kecukupan

hemodialisis, kualitas hemodialisis antara lain dipengaruhi oleh hemodialisis

yang merupakan dosis yang dianjurkan untuk mencapai hasil yang memadai

sebagai manfaat dari proses hemodialisis yang dijalani oleh pasien gagal ginjal

(Winata, L, et al, 2017).

Beberapa hasil studi menunjukkan pasien itu dengan penyakit ginjal kronis

yang dialaminya hemodialisis memiliki penerimaan keluarga yang lebih buruk

dibandingkan dengan orang pada umumnya (Bele et al, 2012; Pakpour dkk,

2010; Ayoub dan Hijjazi, 2013).

Namun, perawatan ini memiliki sejumlah pembatasan dan modifikasi,

yang memiliki berdampak merugikan pada penerimaan keluarga pasien. Lebih

khusus lagi, hemodialisis mempengaruhi kesejahteraan profesional psikologis

pasien, aspek sosial dan ekonomi sehingga mempengaruhi dampak psikologis

(Winata, L, et al, 2017).

Dampak Psikologis yang paling sering dilaporkan adanya kekhawatiran

pasien yang menjalani hemodialisis akibat adanya pembatasan makanan dan

cairan, perubahan peran keluarga, masalah keuangan, perubahan sosial dan

hubungan sosial keluarga dan masyarakat, sering dirawat di rumah sakit,

batasan dalam peran, batasan waktu luang aktivitas, peningkatan

ketergantungan pada mesin hemodialisis, tenaga medis dan keluarga

lingkungan, ketidakpastian tentang kesembuhan, gangguan tidur, kelelahan

fisik, masalah seksual, keterbatasan aktivitas fisik dan perubahan penampilan

tubuh (Gerogianni, S, et al, 2014).

Terkait dengan Dampak Psikologis tersebut, maka pentingnya Penyakit

Gagal Ginjal Kronis yang menjalani pengobatan Hemodialisis, adanya

Page 5: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

5

kebutuhan untuk identifikasi tentang masalah psikologis pasien yang menjalani

hemodialisis.

Hemodialisis merupakan pilihan utama dalam terapi GGK. Lebih dari 2

juta penduduk di dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau

transplantasi ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami

perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk di dunia mengalami Gagal

Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak mempunyai

akses untuk pengobatan (Aulia, 2017).

Pasien yang menjalani hemodialisis mempersepsikan penerimaan diri pada

tingkat rendah dengan kondisi fisik merasa kelelahan, kesakitan dan sering

gelisah. Hal ini dikarenakan kurangnya kemauan penerimaan keluarga secara

psikologis yang sudah mulai pasrah dengan keadaan penyakitnya. Pada pasien

gagal ginjal kronik dalam memperbaiki penerimaan keluarga secara psikologis

sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis kelamin,

tingakat stadium Gagal Ginjal Kronis, frekuensi terapi hemodialisis, dukungan

sosial. Faktor tersebut diharapkan pasien agar dapat beradaptasi dan mengatasi

perubahan terhadap lingkungan sehingga menjadi sebuah kemampuan koping.

Pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisis sering dilaporkan

mengalami penurunan penerimaan diri, menurut Rahman et al (2013 dalam

Mulia, 2018) pada pasien GGK terdapat penurunan penerimaan diri pasien baik

dari segi fisik, mental, sosial dan lingkungan. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis memiliki penerimaan

diri yang buruk dan cenderung mengalami komplikasi seperti depresi,

kekurangan gizi, dan peradangan. Banyak dari mereka menderita gangguan

kognitif, seperti kehilangan memori, konsentrasi rendah, gangguan fisik,

mental, dan sosial yang nantinya mengganggu aktifitas sehari –hari (Mailani,

2015).

Penelitian Aisara (2018) yang berjudul gambaran klinis penderita ginjal

kronik yang menjalani hemodialisis menyatakan bahwa sebanyak 232 orang di

RSUP Dr. M. Djamil Padang penderita GGK harus menjalani hemodialsis.

penerimaan keluarga pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para

professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu

Page 6: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

6

tindakan/intervensi atau terapi. Di samping itu, data tentang penerimaan

keluarga juga dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan

intervesi/tindakan yang tepat bagi pasien (Supriyadi, 2011). Pengukuran

mengenai penerimaan diri bagi pasien sangat diperlukan untuk melihat sejauh

mana pengobatan yang dilakukan mempengaruhi kehidupan pasien (Prastiwi,

2012).

Penerimaan diri pasien hemodialisis dipengaruhi pemahaman individu

terhadap penyakitnya sehingga seseorang tahu cara menjaga kesehatan, serta

faktor ekonomi dimana hal ini menjadi kekhawatiran khusus terhadap biaya

pengobatan. Aspek dominan pembentukan penerimaan keluarga pasien

hemodialisis adalah aspek psikososial meliputi fisik, dukungan psikologi dan

spiritualitas (Prastiwi, 2012). Dimana kesehatan fisik dapat dinilai dari fungsi

fisik dan keterbatasan peran fisik tergantung bagaimana koping individu

pasien. Aspek psikologi meliputi kesehatan mental yang dapat dinilai dari

fungsi sosial dan keterbatasan peran emosional terhadap lingkungan, dalam hal

ini dukungan keluarga sangt berperan (Supriyadi, dkk., 2011).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 16

Maret 2020 di dapatkan datah bahwa pasien Hemodialisis di Rumah Sakit

OMNI Pulomas Jakarta Timur dalam 3 bulan terakhir yaitu Juli-September

2019 terdapat 30 pasien. Berdasarkan hasil survei awal melalui observasi yang

dilakukan peneliti dari 10 pasien yang menjalani hemodialisis 7 pasien

memiliki motivasi sangat tinggi dalam menjalani terapi hemodialisis sesuai

dengan jadwal yang sudah ditentukan dan 3 pasien tidak ada semangat

menjalani terapi hemodialisis. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Penerimaan Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit OMNI Pulomas Jakarta Timur”.

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimana Penerimaan Keluarga Pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit

OMNI Pulomas Pulomas Jakarta Timur”

Page 7: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

7

3. TUJUAN PENELITIAN

3.1. Tujuan Umum

Diketahuinya Penerimaan Keluarga Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik

(GGK) Yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit OMNI Pulomas

Jakarta Timur.

3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

pekerjaan Keluarga pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis di Rumah Sakit OMNI Pulomas Pulomas Jakarta Timur.

b. Mengetahui Penerimaan Keluarga Keluarga pasien Gagal Ginjal Kronik

yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit OMNI Pulomas Pulomas

Jakarta Timur.

4. MANFAAT PENELITIAN

4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan wawasan teoritis kepustakaan

berkenaan dengan Penerimaan Keluarga Keluarga pasien GGK yang

menjalani hemodialisis.

4.2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pihak RS sebagai acuan untuk

meningkatkan pelayanan dalam meningkatkan Penerimaan Keluarga

Keluarga pasien GGK dalam menjalankan hemodialisis.

4.3. Bagi pasien dan keluarga

Dapat dijadikan sumber motivasi dalam meningkatkan Penerimaan Keluarga

Keluarga pasien GGK yang menjalani hemodialisis.

4.4. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat dipakai untuk referensi dalam mengembangkan penelitian

tentang Penerimaan Keluarga Keluarga pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis.

Page 8: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

7

BAB II

TINJAUAN TEORI

2. 1. Konsep Gagal Ginjal Kronis

2.1.1. Definisi Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam

beberapa bulan atau tahun. penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai

kerusakan ginjal dan atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) kurang

dari 60mL/min/1,73 m selama minimal 3 bulan (Kidney Disease Improving

Global Outcomes, KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation

and Management) (Infodatin, 2017).

Chronic Kidney Disease (CKD) atau GGK merupakan penurunan semua

fungsi ginjal secara progresif dan irreversible dimana ginjal menunjukkan

kegagalan dalam memelihara metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit

sehingga berujung pada uremia atau azotemia (Smeltzer & Bare, 2013).

2.2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis

Penyakit GGK dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi

penyerta awal diantaranya adalah Glumerolunefritis, obstruksi pada saluran

kemih, pielonefritis penyakit kistik ginjal, penyakit diabetes mellitus,

hipertensi, sindrom lupus eritomatosis, infeksi vaskuler, poliartritis, penyakit

vaskuler, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter,

nefropati akibat toxic, nefropati akibat obstruksi dan intoksifikasi obat,

terpajan oleh logam berat seperti timah dan katmium. (Black dan Hawks,

2010).

2.3. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronis

Pada stadium awal GGK akan terjadi kerusakan pada nefron ginjal

sebesar 10-30%, namun hal tersebut belum dirasakan oleh penderta atau

bersifat asimtomatik dan belum berdampak terhadap penurunan laju filtrasi

ginjal, karena fungsi ginjal masih dapat dijalankan oleh sisa nefron yang belum

mengalami kerusakan. Kerusan laju nefron pada tahapan selanjutnya terjadi

secara progresif sampai pada 70% sehingga manifestasi dari kerusakan ginjal

Page 9: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

8

mulai muncul, diantaranya adalah penurunan kemampuan ginjal dalam

melakukan filtrasi. Glomerulus filtration rate atau (GFR) menurun hingga

sebesar 30% dan menyebabkan meningkatnya kadar ureum kreatinin serum.

Manifestasi lainnya yang dapat muncul pada tahapan ini adalah nokturia

fatigue, penurunan nafsu makan, peningkatan kadar kalium, natrium, gangguan

pada system respirasi seperti sesak nafas dan nafas berbau ammonia, gastritis

uremik, dan penurunan berat badan (Black dan Hawks, 2010).

Kerusakan nefron yang progresif pula menyebabkan penurunan

pada GFR sampe kurang dari 15%. Kondisi ini disibut dengan tahapan

terminalis atau gagal ginjal stadium akhir. Pada tahapan ini gejala yang berat

sangat mengganggu penderita dan dapat pula menyebabkan komplikasi

terhadap organ lainnya seperti gagal ginjal kongestif, edema anasarka,

penurunan tingkat kesadaran akibat sindrom uremia, anemia berat, gagal nafas

akibat asidosis metabolic, sehingga pada tahapan ini penderita memerlukan

pengganti ginjal (Renal Replacement Therapy) diantaranya adalah

hemodialisis peritoneal,dialisis dan transplantasi ginjal. (Price & Wilson,

2010).

Page 10: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

24

2.1.4. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis

Gambaran klinis pada pasien dengan gagal ginjal kronik, yaitu (Sudoyo dkk, 2014):

Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus

urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperuremia, Lupus Erimatosus Sistemik

(LES) dan lain sebagainya.

Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,

kelebihan volume cairan,(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost,

perikarditis, kejang-kejang sampai koma.

Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodstrofi renal, payah

jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium dan

klorida).

2.1.5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis

Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu tindakan

konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.

1) Tindakan Konservatif

Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau memperlambat

gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara lain :

a. Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan,

b. Pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi, hiperkalemia, anemia,

asidosis,

c. Diet rendah fosfat.

2) Pengobatan hiperurisemia

Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada penyakit

gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini mengurangi kadar

asam urat dengan menghambat biosintesis sebagai asam urat total yang

dihasilkan oleh tubuh (Guyton & Hall, 2010).

3) Dialisis atau Hemodialisis

Page 11: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

25

25

Hemodialisis adalah suatu terapi yang digunakan untuk menggantikan fungsi

ginjal yang rusak dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan mesin

hemodialisis, yang nantinya akan terjadi proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi yang

bertujuan untuk mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh. Hemodialisis tidak

menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi

hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak

dari gagal ginjal serta terapinya terhadap penerimaan keluarga pasien. Pasien dengan

gagal ginjal kronik yang mendapatkan replacement therapy harus menjalani terapi

dialisis sepanjang hidupnya atau biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3

atau 4 jam per kali terapi atau sampai mendapat ginjal pengganti atau baru melalui

operasi pencangkokan yang berhasil. (Yunanto, 2018)

2.1.6. Komplikasi Gagal Ginjal Kronis

Menurut Smeltzer & Bare (2013) Komplikasi gagal ginjal dapat terjadi pada organ

lain dalam tubuh diantaranya adalah gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi,

gagal jantung kongertif, edema pulmoner dan perikarditis, gangguan dermatologi

seperti gatal yang parah, gangguan gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah

dan cegukan, gangguan neuromuskuler seperti perubahan tingkat kesadaran, tidak

mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang. Hipertensi pada pasien gagal ginjal

adalah suatu penyakit penyerta yang terbanyak dengan presentase 44%, diabetes

mellitus 25%, penyakit saluran kencing 7%, penyakit saluran pencernaan, keganasan

dan lain-lain 3%, hepatitis B dan penyakit serebrovaskuler 2%, tuberkolosis dan

hepatitis C 1% (Indonesian Renal Registry, 2018).

2.2. Konsep Hemodialisis

2.2.1. Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis berasal dari kata hemo = darah dan dialisa = pemisahan zat-zat

terlarut. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk

mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut atau

secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini

Page 12: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

26

26

dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran

penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saat

toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen

atau menyebabkan kematian. Tujuan dari hemodialisis adalah untuk memindahkan

produk produk limbah yang terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan ke

dalam mesin dialisis. (Mutaqin & Kumala, 2011). Hemodialisis adalah proses

pertukaran zat terlarut dan produk sisa tubuh. Zat sisa yang menumpuk pada pasien

PGK ditarik dengan mekanisme difusi pasif membran semipermeabel. Perpindahan

produk sisa metabolik berlangsung mengikuti penurunan gradien konsentrasi dari

sirkulasi ke dalam dialisat. Dengan metode tersebut diharapkan pengeluaran

albumin yang terjadi pada pasien PGK dapat diturunkan, gejala uremia berkurang,

sehingga gambaran klinis pasien juga dapat membaik (Hurst, 2016).

2.2.2. Indikasi Hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang memerlukan

terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien

dengan gagal ginjal tahap akhir/kronik yang memerlukan terapi jangka

panjang/permanen. Secara umum indikasi dilakukan hemodialisis pada penderita

gagal ginjal adalah laju fitrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit, hiperkalemia,

kegagalan terapi konservatif, kadar ureum lebih dari 200 mg/dl, kreatinin lebih dari

65 mEq/L, kelebihan cairan dan anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali (Mutaqin &

Kumala, 2011).

2.2.3. Komponen Hemodialisis

Ada 3 komponen utama yang terlibat dalam proses hemodialisis, yaitu alat

dialiser (ginjal buatan), cairan dialisat dan sistem penghantaran darah. Dialiser

adalah alat dalam proses dialisis yang mampu mengalirkan darah dan dialisat dalam

kompartemen-kompartemen di dalamnya dengan dibatasi membran semipermeabel.

Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk menarik limbah-limbah tubuh dari

darah. Sementara sebagai buffer umumnya digunakan bikarbonat, karena memiliki

Page 13: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

27

27

resiko lebih kecil untuk menyebabkan hipotensi dibandingkan dengan buffer

natrium. Kadar setiap zat di cairan dialisat juga perlu diatur sesuai kebutuhan.

Sementara itu, air yang digunakan harus diproses agar tidak menimbulkan resiko

kontaminasi (Hurst, 2016).

Sistem penghantaran darah dapat dibagi menjadi bagian di mesin dialisis dan

akses dialisis di tubuh pasien. Bagi yang di mesin terdiri atas pompa darah, sistem

pengaliran dialisat dan berbagai monitor. Sementara akses dialisis di tubuh pasien

dibagi atas 2 bagian yaitu fistula dan graf/katerer. Prosedur yang dimulai paling

efektif adalah dengan membuat suatu fistula dengan cara membuat sambuangan

secara anastomis antara arteri dan vena. Salah satu prosedur yang paling umum

adalah menyambungkan arteri radialis dengan vena cephalica yang biasa disebut

fistula cimino-brechia (Suwitra, 2014).

2.2.4. Proses Hemodialisis

Efektivitas hemodialisis dapat tercapai bila dilakukan 2-3 kali dalam seminggu

selama 4-5 jam, atau paling sedikit 10-12 jam seminggu. Hemodialisis di Indonesia

biasanya dilakukan 2 kali seminggu dengan lama hemodialisis 5 jam, atau dilakukan

3 kali seminggu dengan lama hemodialisis 4 jam. Sebelum hemodialisis dilakukan

pengkajian pradialis, dilanjutkan dengan menghubungkan pasien dengan mesin

hemodialisis dengan memasang blood line dan jarum ke akses veskuler pasien, yaitu

akses masuknya darah ke dalam tubuh. Arteio venous fistula adalah akses vaskuler

yang direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga nyaman bagi pasien.

Setelah blood line dan vaskuler terpasang, proses hemodialisis dimulai. Saat dialisis

darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam dialiser (Hudak dan Gallo, 2010).

Darah mulai mengalir dibantu pompa darah. Cairan normal saling diletakkan

sebelum pompa darah untuk mengantisipasi adanya hipotensi introdialis. Infus

heparin diletakkan sebelum atau sesudah pompa tergantung peralatan yang

digunakan. Darah mengalir dari tubuh melalui akses arterial menuju ke dialiser

sehingga terjadi pertukaran darah dan zat sisa. Darah harus dapat keluar dan masuk

tubuh pasien dengan kecepatan 200-400 ml/menit (Hudak dan Gallo, 2010).

Page 14: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

28

28

Proses selanjutnya darah akan meninggalkan dialiser. Darah yang

meninggalkan dialiser akan melewati detektor udara. Darah yang sudah disaring

kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh melalui akses venosa. Dialisis diakhiri

dengan menghentikan darah dari pasien, membuka selang normal salin dan

membilas selang untuk mengembalikan darah dari pasien. Pada akhir dialisis sisa

akhir metabolisme dikeluarkan. Keseimbangan elektrolit tercapai dan buffer system

telah diperbarui (Hudak dan Gallo, 2010).

2.2.5. Komplikasi

Berbagai komplikasi dapat terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Komplikasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu komplikasi yang berhubungan

dengan prosedur dialisis dan komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal.

Komplikasi yang berhubungan dengan prosedur dialisis antara lain; hipotensi, sakit

kepala, mual muntah, demam, menggigil, kram otot, nyeri dada, dan lain

sebagainya. Sedangkan komplikasi yang berhubungan dengan penyakit ginjal antara

lain; penyakit jantung, anemia, mual, lelah, malnutrisi, gangguan kulit, dan lain

sebagainya. (Suwitra, 2014).

2.3. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

2.3.1. Pengertian penerimaan diri

Germer (2009) mendefinisikan penerimaan diri sebagai kemampuan individu

untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya yang

sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya, melainkan

harus dikembangkan oleh individu.

Sedangkan menurut Hurlock (1979) penerimaan diri adalah sejauh mana

seorang individu mampu menyadari karakteristik kepribadian yang dimilikinya dan

bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut.

Menurut Johnson (1993), penerimaan diri dipandang sebagai suatau keadaan

dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk

mencapai suatu konsep diri maka seseorang harus dapat menjalankan penerimaan

Page 15: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

29

29

atas dirinya. Jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki

penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif maka ia

tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya (Burns, 1993).

Menurut Dariyo (2007) penerimaan diri ialah suatu kemampuan seorang

individu untuk dapat melakukan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri. Hasil

analisa, evaluasi atau penilaian terhadap diri sendiri akan dijadikan dasar bagi

seorang individu untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam rangka penerimaan

terhadap keberadaan diri sendiri.

Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat

dilakukan secara tidak realistis. Sikap penerimaan realistis ditandai dengan

kemampuan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun keleihan-kelebihan

diri sendiri secara objektif

2.3.2. Ciri-ciri Penerimaan Diri

Individu dengan penerimaan diri yang baik adalah orang yang memiliki

penghargaan yang realistik terhadap potensi diri, menghargai diri sendiri dengan

segala kekurangan dan kelebihan tanpa memaksakan diri untuk menjadi orang lain

yang bukan dirinya. Ciri-ciri seseorang yang menerima dirinya dengan baik yang

dijelaskan oleh Jersild (1963) adalah sebagai berikut:

a. Menghargai diri sendiri

Seseorang yang menerima dirinya berarti belajar untuk mengetahui

keberadaan dirinya secara rasional. Individu mengetahui karakteristik dirinya,

mengetahui seperti apa dirinya yang sesungguhnya. Seseorang yang dapat

memahami dirinya sendiri secara rasional maka akan dapat menyukai dirinya

dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

b. Memiliki penilaian yang realistik atas kemampuan diri sendiri.

Page 16: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

30

30

Seseorang yang dapat menghargai dirinya akan mampu mengenali dan

menerima kelebihan dan kekurangannya. Individu dapat mengetahui potensi

dirinya dan bebas untuk menggunakan dan mengembangkannya.

c. Memiliki keyakinan diri tanpa selalu mengikuti pendapat orang lain

Seseorang yang tidak mudah goyah harga dirinya oleh pujian maupun kritikan

orang lain akan memiliki rasa penerimaan diri yang besar tanpa diperbudak oleh

pendapat orang lain. Individu akan mampu membuat berbagai keputusan dengan

pertimbangannya sendiri serta bertanggung jawab atas keputusan tersebut

d. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab untuk diri sendiri.

Mereka menerima kualitas kemanusiaan mereka tanpa mengutuk diri

mereka sendiri untuk kondisi di luar kendali mereka. Mereka tidak melihat diri

mereka sebagai orang-orang yang seharusnya berada di atas kemarahan atau

ketakutan atau tanpa keinginan yang bertentangan, terbebas dari kesalahan

manusia. Mereka merasa memiliki hak untuk memiliki gagasan, aspirasi, dan

keinginan mereka sendiri.

2.3.3. Faktor-faktor pendukung penerimaan diri

Individu berbeda-beda dalam menerima dirinya dikarenakan masing-masing

individu memiliki ideal self yang lebih tinggi dibandingkan real self yang

dimilikinya. Apabila ideal self itu tidak bersifat realistis dan sulit untuk diraih dalam

kehidupan yang nyata, maka hal itu akan menyebabkan frustasi dan perasaan

kecewa (Hurlock, 1979).

Lebih lanjut Hurlock (1979) menjelaskan beberapa kondisi yang mendukung

terbentuknya penerimaan diri, yaitu:

a. Pemahaman Diri (Self-Understanding)

Pemahaman diri adalah persepsi tentang dirinya sendiri yang dibuat secara jujur,

tidak berpura-pura dan bersifat realistis. Persepsi atas diri yang ditandai dengan

keaslian (genuineness), tidak berpura pura tetapi apa adanya, tidak berkhayal tetapi

nyata (benar adanya), tidak berbohong tetapi jujur, dan tidak menyimpang.

Page 17: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

31

31

Pemahaman diri bukan hanya terpaku pada mengenal atau mengakui fakta tetapi

juga merasakan pentingnya fakta-fakta.

b. Harapan yang Realistis (Realistic Expectations)

Harapan yang realistis muncul jika individu menentukan sendiri harapannya yang

disesuaikan dengan pemahaman mengenai kemampuan dirinya, bukan harapan

yang ditentukan oleh orang lain.Hal tersebut dikatakan realistis jika individu

memahami segala kelebihan dan kekurangan dirinya dalam mencapai harapan dan

tujuannya.

c. Tidak adanya Hambatan Lingkungan (Absence of Environmental Obstacle)

Ketidakmampuan untuk meraih harapan realistis mungkin disebabkan oleh adanya

berbagai hambatan dari lingkungan. Bila lingkungan sekitar tidak memberikan

kesempatan atau bahkan malah menghambat individu untuk dapat mengekspresikan

dirinya, maka penerimaan diri akan sulit untuk dicapai. Namun jika lingkungan, dan

significant others turut memberikan dukungan, maka kondisi ini dapat

mempermudah penerimaan diri seorang individu.

d. Sikap Sosial yang Menyenangkan (Favorable Social Attitudes)

Tiga kondisi utama yang menghasilkan evaluasi positif terhadap diri seseorang

antara lain, tidak adanya prasangka terhadap seseorang, adanya penghargaan

terhadap kemampuan-kemampuan sosial, dan kesediaan individu mengikuti tradisi

suatu kelompok sosial. Individu yang memiliki hal tersebut diharapkan mampu

menerima dirinya.

e. Tidak Adanya Stress Emosional (Absence of Severe Emotional Stress)

Ketiadaan gangguan stress yang berat akan membuat individu dapat bekerja sebaik

mungkin, merasa bahagia, rileks, dan tidak bersikap negatif terhadap dirinya.

Kondisi positif ini diharapkan membuat individu mampu melakukan evaluasi diri

sehingga penerimaan diri yang memuaskan dapat tercapai.

f. Jumlah Keberhasilan (Preponderance of Successes)

Saat individu berhasil ataupun gagal, ia akan memperoleh penilaian sosial dari

lingkungannya. Ketika seseorang memiliki aspirasi tinggi, maka ia tidak akan

mudah terpengaruh oleh penilaian sosial tentang kesuksesan maupun kegagalan.

Page 18: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

32

32

Dia kemudian akan menjadi lebih mudah dalam menerima dirinya sendiri terkait

dengan kondisi dimana ia telah terpuaskan dengan keberhasilan yang telah

dicapainya tanpa memikirkan pendapat lingkungan sosial.

g. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik (Identification

with Well-Adjusted People)

Saat individu dapat mengidentifikasikan diri dengan orang yang memiliki

penyesuaian diri yang baik, maka hal itu dapat membantu individu untuk

mengembangkan sikap positif dan menumbuhkan penilaian diri yang baik.

Lingkungan rumah dengan model identifikasi yang baik akan membentuk

kepribadian sehat pada seseorang sehingga ia mampu memiliki penerimanaan diri

yang baik pula.

h. Perspektif diri (Self-Persperctive)

Individu yang mampu melihat dirinya sebagaimana perspektif orang lain

memandang dirinya, akan membuat individu tersebut menerima dirinya dengan baik.

Dimana hal ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar.Usia dan tingkat

pendidikan seseorang juga berpengaruh untuk dapat mengembangkan perspektif

dirinya. Sebuah perspektif diri yang baik memudahkan akses terhadap penerimaan

diri.

i. Pola Asuh Masa Kecil Yang Baik (Good Childhood Training)

Meskipun penyesuaian diri pada seseorang dapat berubah secara radikal karena

adanya peningkatan dan perubahan dalam hidupnya, hal tersebut dianggap dapat

menentukan apakah penyesuaiannya dikatakan baik jika diarahkan oleh masa

kecilnya. Konsep diri mulai terbentuk sejak masa kanak-kanak sehingga

pengaruhnya terhadap penerimaan diri seseorang tetap ada walaupun usia individu

terus bertambah. Dengan demikian, pola asuh juga turut mempengaruhi bagaimana

seseorang dapat mewujudkan penghayatan penerimaan diri.

j. Konsep Diri yang Stabil (Stable Self-concept)

Individu dianggap memiliki konsep diri yang stabil, jika dalam setiap waktu ia

mampu melihat kondisinya dalam keadaan yang sama. Jika seseorang ingin

mengembangkan kebiasaan penerimaan diri, ia harus melihat dirinya sendiri dalam

Page 19: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

33

33

suatu cara yang menyenangkan untuk menguatkan konsep dirinya, sehingga sikap

penerimaan diri itu akan menjadi suatu kebiasaan.

Page 20: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

34

34

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Bab ini menyediakan informasi tentang rancangan dan metode penelitian yang

mencakup desain penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pencapaian validitas

dan reliabilitas penelitian dan teknik analisis data.

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang bertujuan

untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari

orang-orang yang diamati (Iskandar, 2009).

Penelitian deskriptif fenomenologi merupakan proses penelitian dan pemahaman

yang berdasarkan pada metodologi yang menggambarkan penelitian sosial dan

masalah manusia.

Perawatan pasien dalam kondisi terminal ilness merupakan model perawatan

lanjutan di rumah yang komprehensif. Dalam hal ini perawatan pasien dalam

kondisi terminal ilness mempunyai peran penting dalam mengukur bagaimana

penerimaan keluarga pasien gagal ginjal, sehingga hal ini perlu diteliti.

3.2. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yakni

teknik penentuan sampel dengan menseleksi kelompok partisipan menurut

kriteria yang relevan dengan tujuan penelitian. Untuk ukuran sampel, dapat atau

tidak dapat ketentuan pasti dalam pengumpulan data, tergantung pada

sumber-sumber yang ada dan waktu yang ditentukan, sesuai dengan tujuan

penelitian (Sugiono, 2010).

Dalam hal ini untuk partisipan yang dijadikan kriteria adalah pasien yang

mengalami gagal ginjal pada fase sub akut dan kronis yaitu : antara 2 minggu-6

bulan pasca gagal ginjal dan gagal ginjal fase kronis : diatas 6 bulan pasca gagal

Page 21: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

35

35

ginjal. Untuk mengukur penerimaan keluarga dapat diihat dari 2 kelompok

partisipan yaitu partisipan utama adalah pasien dan atau pendamping pasien

(caregiver/ keluarga pasien), sedangkan partisipan pendukung adalah perawat dan

atau dokter Palliative homecare Jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif lebih

sedikit karena tujuan dari penelitian ini untuk menarik makna dari satu kelompok

bukan melakukan generalisasi (Polit & Beck, 2012). Jumlah partisipan ditentukan

berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan informasi sampai mencapai

saturasi data, yaitu peneliti tidak lagi memperoleh informasi baru dari partisipan.

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 7 partisipan

utama yaitu keluarga pasien gagal ginjal dan atau pendamping pasien (caregiver/

keluarga pasien) yang mendapatkan perawatan di rumah lebih dari dua bulan (masa

perawatan pasien gagal ginjal) dari unit paliatif care di RS OMNI Pulomas Jakarta

Timur dan 5 partisipan pendukung yaitu perawat dan atau dokter dan psikolog.

Pemilihan partisipan utama dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria :

3.2.1. Kriteria Inklusi :

Pasien gagal ginjal dan atau pendamping pasien (caregiver/ keluarga pasien) yang

mendapatkan perawatan Hemodialisa di RS OMNI Pulomas Jakarta timur. Hal

tersebut mengacu pada SK KemenKes No 812/ 2007.

Pasien gagal ginjal dengan masa menjalani hemodialisa homecare dengan rentang

masa pemulihan gagal ginjal (gagal ginjal fase subakut : antara 2 minggu-6 bulan

pasca gagal ginjal dan gagal ginjal fase kronis : diatas 6 bulan pasca gagal ginjal.).

Hal tersebut mengacu pada konsep rehabilitasi gagal ginjal.

Pasien gagal ginjal yang mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu mengikuti

kegiatan pengumpulan data sampai selesai.

Pasien gagal ginjal dan atau pendamping pasien (caregiver/ keluarga pasien) yang

bersedia menjadi subyek peneliti.

3.2.2. Kriteria Eksklusi :

Page 22: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

36

36

Pasien gagal ginjal dan atau pendamping pasien (caregiver/ keluarga pasien) yang

tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu mengikuti kegiatan

pengumpulan data sampai selesai.

Pasien gagal ginjal yang mendapatkan perawatan homecare kurang dari 2 minggu

pasca gagal ginjal.

Pemilihan partisipan pendukung dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria :

Kriteria Inklusi :

1. Perawat dan atau dokter paliatif dengan pendidikan formal spesialis paliatif

(ilmu keperawatan paliatif, ilmu kedokteran paliatif) di unit hemodialisa di RS

OMNI Pulomas Jakarta timur. Hal tersebut mengacu pada SK KemenKes No

812/ 2007.

2. Perawat dan atau dokter paliatif yang telah mengikuti pendidikan/pelatihan

perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat hemodialisa. Hal tersebut

mengacu pada SK KemenKes No 812/ 2007.

3. Perawat dan atau dokter paliatif yang memberikan menjalani hemodialisa pada

fase subakut : antara 2 minggu-6 bulan pasca gagal ginjal. gagal ginjal fase

kronis : diatas 6 bulan pasca gagal ginjal.

4. Perawat dan dokter paliatif yang bersedia menjadi subyek peneliti.

Kriteria Eksklusi :

1. Perawat dan atau dokter paliatif yang tidak memiliki kualifikasi pendidikan dan

persyaratan sebagai tim paliatif.

2. Perawat dan atau dokter paliatif yang memberikan menjalani hemodialisa

kurang dari 2 minggu pasca gagal ginjal.

3.2.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit hemodialisa RS OMNI Pulomas Jakarta timur.

Peneliti menyesuaikan dengan kebutuhan partisipan utama dan pendukung dalam

menentukan lokasi tempat pengumpulan data penelitian. Pemilihan lokasi

berdasarkan pada perkembangan fasilitas kesehatan yang mengacu pada SK

Page 23: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

37

37

MenKes No 812/ MenKes/SK/VII/2007 tentang kebijakan perawatan paliatif

dimana penatalaksanaan pelayanan menjalani hemodialisa di Indonesia

berkembang mulai tahun 1992 di RS Dr Soetomo (Surabaya), RS Cipto

Mangunkusumo (Jakarta), RS OMNI Pulomas (Jakarta), RS Dr Sudirohusodo

(Makassar), RS Dr Sardjito (Yogyakarta), RS Sanglah (Denpasar). Berdasarkan hal

tersebut, maka peneliti memilih RS di Jakarta yang memiliki pelayanan perawatan

paliatif yaitu RS OMNI Pulomas di Jakarta timur. Pengumpulan data dilaksanakan

selama 2 bulan pada bulan September – Oktober 2020. Penyusunan analisa data dan

laporan penelitian pada bulan November-Desember 2020.

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan indepth interview (wawancara mendalam) kepada

partisipan utama dan Fokus Group Discussion (FGD) kepada partisipan pendukung.

Data sekunder melalui telaah dokumen di RS OMNI Pulomas di Jakarta timur.

Peneliti juga menggunakan instrumen lain berupa formulir lembar data demografi,

rekam medis berupa catatan medis, catatan keperawatan pasien dan catatan

lapangan peneliti.

Pengumpulan data kualitatif dilakukan kepada para informan dengan menggunakan

wawancara mendalam dengan panduan wawancara yang disediakan peneliti

berdasarkan tujuan penelitian. Wawancara mendalam dipilih dengan pertanyaan

terbuka, untuk menggali secara mendalam pengalaman perawat dalam pelaksanaan

perawat hemodialisa untuk meningkatkan penerimaan keluarga pasien yang

mengalami gagal ginjal. Lembar pedoman wawancara berdasarkan beberapa

penelitian terkait berdasar pada sumber SF (Short Form) 36, namun peneliti

mengembangkan tema sesuai dengan domain berdasarkan pada masalah yang

ditemui pada pasien dengan gagal ginjal. Tempat wawancara dalam penelitian ini

dilakukan di rumah pasien sesuai jadwal kunjungan tim hemodialisa atau sesuai

Page 24: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

38

38

kesepakatan antara peneliti dan partisipan. Waktu akan disesuaikan dengan saturasi

data dan kondisi pasien yang diperkirakan sekitar 30-60 menit.

Instrumen penelitian yang lain adalah Fokus Group Discussion (FGD) khususnya

terhadap tim perawat dan atau dokter hemodialisa yang bekerja dan merawat pasien

gagal ginjal di ruang Hemodialisa di RS OMNI Pulomas Jakarta timur. Selain itu,

dokumen catatan perkembangan pasien dan catatan lapangan peneliti akan dijadikan

instrumen pendukung dalam penelitian ini.

Lembar data demografi, lembar data ini dibagi dalam lembar data demografi

partisipan utama dan lembar data partisipan pendukung. Lembar data demografi dan

lembar data partisipan utama berisi tentang identitas partisipan (kode-nomor : P10-

P15), jenis kelamin, usia, keluarga pasien di rawat di unit paliatif care RS OMNI

Pulomas Jakarta timur dan partisipan pendukung berisi tentang identitas partisipan

(kode-nomor : P1- P9), jenis kelamin, usia, keluarga pasien di unit Hemodialisa RS

OMNI Pulomas Jakarta timur, lama pengalaman perawat Hemodialisa. Data

pendukung lain seperti hasil rekam medik yang memuat nama pasien, usia, jenis

kelamin, catatan medis (riwayat kesehatan, pemeriksaan diagnostik, catatan

perkembangan medis) dan catatan keperawatan (asuhan keperawatan). Tujuan

adalah untuk mendapatkan informasi tambahan tentang kondisi pasien selama

dilakukan Hemodialisa.

Prosedur dalam pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut :

3.2.4.1. Tahap persiapan penelitian

Tahap ini meliputi 2 hal yaitu :

1. Tahap Ijin penelitian dari Universitas Binawan termasuk uji lolos etik

penelitian sesuai dengan hasil kajian etik dari tim komite etik.

2. Tahap Ijin penelitian dari RS OMNI Pulomas Jakarta timur

Tahap ini dari unit penelitian dan pendidikan yang terkait dan unit Palliative yang

akan menjadi tempat penelitian.

Page 25: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

39

39

3.2.4.2. Pelaksanaan pengumpulan data

Peneliti berkoordinasi kepada kepala unit Hemodialisa di RS OMNI Pulomas

Jakarta timur untuk menentukan waktu, tempat dan nama partisipan yang akan

dilakukan wawancara mendalam maupun FGD.

Tahap selanjutnya adalah dilakukan pertemuan yang bertujuan untuk membina

hubungan saling percaya, peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian.

Setelah partisipan memahami tujuan penelitian, kemudian peneliti mempersilahkan

partisipan untuk menandatangai inform consent atau surat persetujuan untuk

menjadi partisipan dan membuat kesepakatan untuk waktu pelaksanaan wawancara

mendalam maupun FGD.

3.4.3. Tahap Analisa data

Tahap analisa data dibagi 2 yaitu tahap koding dengan Software NVivo 12 Plus dan

tahap analisis dengan metode Colaizzi’s.

3.4.4. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap akhir dari penelitian adalah penyusunan laporan hasil penelitian.

3.4.5. Tahap Publikasi Ilmiah

Laporan hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal ilmiah keperawatan.

3.2.5. Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan analisa data awal (prelimenary analysis) melalui teknik koding

dengan menggunakan Software NVivo 12 Plus. Teknik analisis tematic (thematic

analysis) dan analisis perbandingan (comparative cross analysis) data disesuaikan

dengan tahapan analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Colaizzi, yang terdiri

dari 7 langkah sebagai berikut :

3.2.5.1. Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh partisipan.

3.2.5.2. Menentukan pernyataan-pernyataan yang signifikan yang sesuai dengan tujuan

penelitian dengan teknik koding deskriptif.

Page 26: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

40

40

3.2.5.3. Membuat formulasi dari kata kunci yang memiliki arti menjadi kategori melalui

koding analitik dengan Software NVivo 12 Plus.

3.2.5.4. Mengelompokkan kategori menjadi sub-sub tema.

3.2.5.5. Menuliskan gambaran tentang penerimaan keluarga pasien gagal ginjal yang

menjalani hemodialisa.

3.2.5.6. Melakukan validasi dari hasil tema

Penulisan narasi hasil penelitian merupakan proses akhir dari analisa data dan

dilakukan oleh peneliti dengan rinci dan sistematis agar mudah dipahami pembaca

dan pembaca mendapat gambaran yang jelas terkait dengan penerimaan keluarga

pasien gagal ginjal dalam menjalani hemodialisa.

Kategori, sub-sub tema dan tema dibuat dalam bentuk skema dan uraian untuk

menggambarkan mekanisme pembentukan masing-masing tema. Beberapa contoh

pernyataan penelitian digambarkan peneliti berdasarkan masing-masing kategori.

3.3. Etika Penelitian

Pada penelitian kualitatif, etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak

partisipan, menjamin kerahasiaan partisipan dan mencegah kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap informan (Polit & Beck, 2012). Peneliti sebaiknya sensitif

terhadap issu etis yang dapat terjadi sebelum dan selama proses penelitian kualitatif

karena dapat terjadi kedekatan hubungan sosial yang erat (over relationship) antara

peneliti dan partisipan selama proses pengambilan data, sehingga dapat

menyebabkan masalah etik dan hubungan sosial antara keduanya. Sementara

peneliti dapat menjadi over-involvement dan muncul sikap empati pada diri peneliti

dan menyebabkan data peneliti menjadi tidak akurat menggambarkan situasi

pengalaman partisipan yang sebenarnya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan mengenai studi analisis

termasuk didalamnya tujuan dan prosedur penelitian kepada partisipan. Prinsip etika

yang dilakukan peneliti mencakup hal sebagai berikut :

Page 27: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

41

41

3.3.1. Prinsip Self Determination

Prinsip Self Determination artinya peneliti menghargai otonomi individu untuk

membuat keputusan terhadap dirinya sendiri. Prinsip ini berdasarkan prinsip respect

for autonomy.

3.3.2. Prinsip Anoninity atau Confidentiality

Prinsip kedua yaitu prinsip anonymity yang telah diterapkan dengan cara peneliti

menjamin keamanan identitas diri partisipan dengan tidak menyertakan nama

partisipan sejak pengumpulan data hingga penyajian hasil penelitian.

3.3.3. Prinsip Protection discomfort

Peneliti melindungi hak partisipan untuk mendapatkan perlindungan dari

ketidaknyamanan selama penelitian.

3.3.4. Prinsip Beneficience

Prinsip beneficience merupakan prinsip menghargai martabat manusia dan prinsip

keadilan. Untuk mencapai prinsip beneficience terpenuhi, maka peneliti

memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan bebas dari bahaya fisik maupun

psikologis serta eksploitasi dan manfaat bagi partisipan.

3.3.5. Prinsip keadilan atau justice

Prinsip keadilan atau justice, hak ini memberikan semua partisipan hak yang sama

untuk dipilih atau berkontribusi dalam penelitian tanpa diskriminasi atau hak

mendapatkan perlakuan yang adil dan hak untuk mendapatkan keleluasaan pribadi.

3.4. Teknik Pencapaian Validitas

Teknik Pencapaian validitas diperlukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan

data. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan uji keabsahan data

berdasarkan kriteria credibility dan transferability yang dijelaskan sebagai berikut :

(Polit & Beck, 2012).

3.4.1. Credibility

Peneliti penting dalam memberikan jaminan bahwa penelitian yang dapat dipercaya

memiliki atribut yang kredibel. Teknik-teknik yang dilakukan untuk mencapai

Page 28: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

42

42

penelitian yang kredibel baik dalam tahap prosedur sebelum pengumpulan data

maupun selama pengumpulan data maupun selama analisa proses analisis data,

yaitu :

3.4.2. Triangulasi

Triangulasi terdiri atas :

3.4.2.1. Triangulasi teknik pengumpulan data dan sumber data.

3.4.2.2. Triangulasi teori

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan berbagai

konsep teoritis yang sama dengan peneliti lebih dari satu yang pernah melakukan

penelitian terhadap teori yang sama dalam konteks yang berbeda.

3.4.2.3. Feedback

Menurut Bandur (2014), feedback penting untuk mengurangi bias personal peneliti.

3.4.2.4. Pengajuan pertanyaan Iteratif

Peneliti kualitatif memiliki kemampuan mengajukan pertanyaan feedback

berdasarkan alur tema diskusi atau wawancara mendalam.

3.4.2.5. Transferability

Peneliti bertanggung jawab menyediakan deskripsi data yang cukup sehingga

partisipan dapat mengevaluasi kesesuaian data.

3.5. Teknik Pencapaian Reliabilitas

Teknik Pencapaian reliabilitas penelitian kualitatif menggunakan konsep yaitu :

dependability dan confirmability yang dapat dijelaskan sebagai berikut : (Polit &

Beck, 2012).

3.5.1. Dependability

Dependability adalah reabilitas atau kejujuran data tiap waktu dan kondisi (Polit &

Beck, 2012).

3.5.2. Confirmability

Page 29: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

43

43

Confirmability artinya bersifat obyektif yang berpotensial untuk kesesuaian antara

dua atau lebih individu independent mengenai kesesuaian data, keterkaitan dan

makna.

Peneliti dalam aplikasinya, melakukan audit menggunakan software N Vivo 12 Plus

dengan cara melakukan koding tematik dan analitik serta bukti hasil koding yang

tersimpan dalam nodes, kemudian dianalisa dalam pembahasan.

BAB V

Page 30: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

44

44

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian untuk mengetahui

bagaimana penerimaan keluarga pasien GGK selama terapi hemodialisis dilihat dari

aspek psikologis ,social pasien. Hasil penelitian ini akan dijabarkan dalam beberapa

bagian yaitu data demografi partisipan dalam penelitian, analisis tematik dan

analisis komparatif.

5.1. Deskripsi data demografi

5.1.1. Analisa univariat

Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok informan utama yaitu kelompok pasien,

caregiver dan keluarga yang di rawat di ruang Hemodialisa dan kelompok informan

kedua yaitu tim medis yang terdiri dari perawat, dokter dan psikolog. Keterlibatan

dari kedua kelompok informan dalam penelitian ini dipandang penting untuk tujuan

triangulasi data, maka dipresentasikan data demografi secara umum dari kedua

partisipan tersebut.

Gambar 4.1. Distribusi Informan berdasarkan usia

Hasil analisis menunjukkan bahwa informan didominasi berusia 40 tahun sebanyak

38,46 % dan 23,08 % yang berusia 60 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian

tentang penerimaan keluarga yang dipengaruhi oleh usia, dimana usia dewasa

Page 31: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

45

45

memiliki penerimaan keluarga lebih tinggi dibandingkan dengan usia tua (Nofitri,

2009).

Gambar 4.2. Distribusi Informan berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil analisis menunjukkan bahwa informan didominasi berjenis kelamin

perempuan sebanyak 76,92% dan laki-laki sebanyak 23,08 %. Hal ini sesuai dengan

penelitian tentang penerimaan keluarga yang dipengaruhi oleh jenis kelamin,

dimana penerimaan keluarga perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki

(Nofitri, 2009).

5.2. Interprestasi dan Pembahasan Hasil Analisis data

Interprestasi dan pembahasan hasil analisis data dalam penelitian ini dibuat

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dijadikan pedoman dalam

analisis data.

5.2.1. Hasil Analisis Data Tematik

Selama proses penelitian berlangsung, ditemukan 4 tema utama yang terdiri dari :

5.2.1.1. Menghargai diri sendiri

Sub sub tema yang berkaitan dengan Menghargai diri sendiri antara lain : menyukai

dirinya, menerima kekurangan dan kelebihannya.

Perasaan Bahagia

Page 32: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

46

46

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam perasaan bahagia karena

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan keluarga meningkat.

Berdasarkan hasil FGD 1 (informan 8) yang menyatakan bahwa “.....lebih senang

sudah banyak perubahan, seperti ibu......keluarga sama kita sudah dekat. sudah

seperti keluarga, senang kalo kita datang”.

Berdasarkan hasil FGD 2 (informan 10) menyatakan bahwa “Saya senang kalo ada

yang jenguk saya, cerita tentang apa saja, .....saya senang diperhatikan, dirawat

sama putra : saya senang,..... lebih senang di rawat dirumah, perasaan :

senang, .....ya saya senang”.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (informan 2) menyatakan bahwa

“......senang kalo oma diajak ngobrol, lebih perhatian, senang karena di rawat sama

suster, ......senang dengan kondisi sekarang, jauh lebih baik, senang diurusin .....

sama anak dan suster,...... senang daripada kondisi yang dulu”.

5.2.1.2. Memiliki penilaian yang realistik atas kemampuan diri sendiri.

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki penilaian yang realistik atas

kemampuan diri sendiri antara lain : potensi diri yang ada.

Gambaran diri

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam gambaran diri karena

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri meningkat.

Berdasarkan hasil FGD 1 (informan 5-9) menyatakan bahwa sekarang membangun

kepercayaan diri untuk turun dari tempat tidur, menjadi depresi dan menurun

kepercayaan diri karena masalah psikologis, tidak semangat dan kurang percaya

diri atau takut, ada yang menangis.

Informan 5 menyatakan bahwa ”ibu....sekarang membangun kepercayaan diri untuk

turun dari tempat tidur”. Informan 6 menyatakan bahwa “ pasien sangat menjadi

depresi dan menurun kepercayaan diri karena masalah psikologis, sehingga

Page 33: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

47

47

keluarga mampu menjadi suporting yang baik”. Informan 7 menyatakan bahwa

“pasien menjadi sedih”

5.2.1.3. Memiliki keyakinan diri tanpa selalu mengikuti pendapat orang lain

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki penilaian keyakinan diri tanpa selalu

mengikuti pendapat orang lain antara lain : bertanggung jawab.

Peran diri

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam Peran diri karena

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri menurun.

Berdasarkan hasil FGD 3 (informan 13) menyatakan bahwa “ oma ...banyak peran

ke saya”.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (informan 3) menyatakan bahwa

“....sakit begini.... saya....jadi berat, peran di rumah : kalo melihat anak, saya

merasa kasihan”.

5.2.1.4. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab untuk diri sendiri.

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki spontanitas dan tanggung jawab

untuk diri sendiri antara lain : memiliki hak untuk memiliki ide dan keputusan

sendiri.

Harapan terhadap diri

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam gambaran diri karena

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (informan 1) menyatakan bahwa “......ya,

suka sedih, tapi tidak pernah curhat, .....sedih memikirkan kondisi anak, ....kangen

dengan anak”.

Page 34: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

48

48

Berdasarkan hasil wawancara mendalam (informan 2) menyatakan bahwa “....ya,

sekarang berharap mau sembuh, kalo keluarga sudah menerima, dengan kondisi

sekarang dan kalo oma dirawat sama suster, dan kangen dengan anak”.

Page 35: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

49

49

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian secara rinci dan

memberikan bahasan yang lebih mendalam. Pada bab ini, peneliti mengaitkan

hasil penelitian dengan teori-teori yang telah ada dan di jabarkan pada bab

sebelumnya dan penelitian sebelumnya. Variabel-variabel tersebut di bahas

secara mendetail sesuai dengan tujuan penulisan penelitian.

6.1 Pembahasan Analisa Univariat

6.1.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

Penelitian ini menunjukkan terdapat jauh lebih banyak responden laki laki

dibandingkan responden perempuan. Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Jos (2016) di RSUD Tarakan, di mana

responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 67.9%, sedangkan responden

perempuan 32.1%. Begitu pula dengan penelitian Dani Et Al. (2015) Di

RSUD Arifin Achmad Riau yang berjudul Hubungan Motivasi, Harapan, Dan

Dukungan Petugas Kesehatan Terhadap Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal

Kronik Untuk Menjalani Hemodialisis menyatakan bahwa pasien rerata yang

mengidap gagal ginjal kronis dan menjalani Hemodialisis sebanyak 61.1%

berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 38.9% berjenis kelamin perempuan.

Peneliti beranggapan dalam menyikapi penyakit yang dideritanya, berat

tidaknya suatu penyakit jenis kelamin bisa saja dapat berpengaruh dengan

angka kejadian gagal ginjal kronis tergantung dengan penyakit penyertanya.

6.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden atau sebesar

(46%) berusia 41-60 tahun, sebanyak 13 responden atau sebesar (43%) berusia

>60 tahun dan sebanyak 3 responden atau sebesar 11% berusia 18-40 tahun.

Sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia tua. Penelitian Jos

(2016) di RSUD Tarakan menemukan rata-rata usia pasien GGK yang

menjalani hemodialisis adalah 53,5 tahun. Jos (2016). Menurut Tilong (2014)

Penderita gagal ginjal paling banyak berusia 36-40 tahun (55%) dengan

rata-rata 34,4±6,75 yang paling banyak terjadi pada usia 40 tahun sebanyak 14

Page 36: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

50

50

orang (17,5%) tergolong usia dewasa muda risiko pada kelompok itu sangat

besar karena pola makan yang tidak sehat, kurang gerak, obesitas dan gaya

hidup yang kurang sehat, dapat menyebabkan pembuluh darah kaku sehingga

timbul hipertensi (Tilong, 2014). Menurut penelitian Handayani (2013)

menunjukkan dalam penelitiannya bahwa berdasarkan usia responden

penelitian ratarata 48,74 tahun dengan rentang usia termuda-tertua adalah 12

hingga 76 tahun. (Handayani. 2013). Berdasarkan penelitian Lathifah (2016)

di RSUD Dr. Moewardi menunjukan hasil uji statistik untuk karakteristik

responden, umur responden pada kelompok kasus paling banyak adalah 39-40

tahun yang berjumlah 18 orang (45%) dengan rata-rata usia 34,4±6,75 tahun,

sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada usia 18-23 tahun sebanyak

20 orang (50%) dengan rata-rata usia responden 27,2 ±8,49 tahun.

Penelitian Harahap (2018) menyatakan bahwa kejadian gagal ginjal

kronik mayoritas terjadi pada pasien golongan usia 46-55 tahun (masa lansia

awal) sebanyak 10 orang (27%),sedangkan pasien golongan usia 36-45 tahun

(dewasa akhir) sebanyak 9 orang (24,3%), pasien golongan usia 56-65 tahun

(masa lansia akhir) sebanyak 8 orang (21,6%), pasien golongan usia 26- 35

tahun (dewasa awal) sebanyak 7 orang (18,9%), pasien golongan usia 17- 25

tahun (remaja akhir) sebanyak 2 orang (5,4%), dan pasien golongan usia >65

tahun (masa manula) sebanyak 1 orang (2,7%). (Harahap, 2018). Semakin

meningkatnya umur dan ditambah dengan penyakit kronis seperti tekanan

darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, maka ginjal cenderung akan menjadi

rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.

Pasien dengan gangguan ginjal kronis mulai muncul gejala ketika terjadi

penunpukan produk sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, elektrolit dan

cairan. Peningkatan kadar ureum darah merupakan penyebab umum terjadinya

kumpulan gejala yang disebut sindroma uremia pada pasien gangguan ginjal

kronis. Sindroma uremia terjadi saat laju filtrasi glomerulus kurang dari 10

ml/menit/1,73 m2 . Peningkatan kadar ureum darah akibat gangguan fungsi

ekskresi ginjal menyebabkan gangguan pada multi sistem. (Lewis, 2011)

Nurcahyati (2010) dalam penelitiannya menyatakan usia rata-rata pasien GGK

yang menjalani hemodialisis adalah 44.82 tahun. Fungsi renal akan berubah

bersamaan dengan pertambahan usia. Sesudah usia 40 tahun akan terjadi

penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif Usia menjadi salah satu

Page 37: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

51

51

faktor terbesar memengaruhi metabolisme. Penurunan metabolisme terjadi

seiring bertambahnya usia. Metabolisme akan turun 50 persen setiap 10 tahun

setelah usia 40 tahun.

Hal ini karena manusia cenderung mengalami kehilangan masa otot.

(Wong, 2017). Dengan adanya penuaan, ginjal menjadi berkurang

kemampuannya dalam merespon perubahan cairan dan elektrolit yang akut.

Hal tersebut juga ditemukan pada hasil penelitian ini, dimana didapatkan

bahwa umur rata-rata pasien yang menjalani hemodialisis akibat GGK berusia

55.6 tahun.Hal ini bersesuaian dengan teori yang menyatakan terjadinya

penurunan fungsi ginjal setelah usia 40 tahun, begitupula dengan teori

mengenai usia tua sebagai salah satu faktor resiko spesisifik progresi GGK

yang tidak dapat dimodifikasi.

Peneliti beranggapan bahwa pada hakikatnya penerimaan keluarga

merupakan sesuatu yang subjektif dan multidimensional sehingga

masing-masing individu menilai penerimaan keluarganya dari sudut pandang

yang berbeda. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurchayati, S (2010) yang

menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan penerimaan keluarga

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

6.1.5. Penerimaan keluarga pasien GGK yang menjalani Hemodialisis dilihat dari

aspek psikologi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden sebanyak 27

responden (90%) mempunyai penerimaan keluarga dalam kategori cukup dan

sebanyak 3 responden (10%) mempunyai penerimaan keluarga dalam kategori

kurang.

Hasil penelitan Inshan Marta (2017) menyatakan bahwa mereka merasakan

bahwa kepuasan hidup biasa saja (39,7 %), responden tidak menikmati hidup

(27,6%), merasa hidupnya kurang berarti (58,6%), responden juga tidak

mampu berkonsentrasi maksimal (34,5%), responden tidak punya cukup uang

untuk memenuhi kebutuhan (46,6%), responden merasa kesepian, putus asa,

cemas, dan depresi (36,2%) dan responden merasa tidak puas dengan

kehidupan seksual (74,1%). Sedangkan kesehatan psikologi dalam kategori

baik sejumlah 17 orang (41,5%). (Marta, 2017).

Page 38: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

52

52

Menilai penerimaan keluarga baik yang termasuk dalam kategori baik yaitu

dimensi psikologi dimana sebagian besar responden menjawab pertanyaan

kuisioner yang diberikan oleh peneliti kepada responden dengan hasil jawaban

bahwa banyak responden yang merasa sering khawatir, sedih bosan dengan

keadaannya masing-masing namun ada pula pasien yang menjawab bahwa

masih ada semangat dari keluarga ataupun orang terdekat. Pasien yang sudah

lama menjalani hemodialisis cenderung mempersepsikan penerimaan

keluarganya semakin menurun. penerimaan keluarga yang menurun ini juga

dapat di kaitkan dengan perubahan kehidupan ekonomi dikarenakan

responden sudah tidak bekerja dan mempunyai penghasilan. Hal inilah yang

sering kali dirasakan dapat membebani penderita dan keluarganya.

Menurut asumsi peneliti bahwa ketergantungan pada mesin hemodialisis, juga

membuat aktivitas penderita menjadi terbatas serta penurunan kondisi

kesehatan fisik dan psikososial dari waktu kewaktu.

BAB VII

PENUTUP

Page 39: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

53

53

Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil penelitian yang menguraikan

kesimpulan hasil, pembahasan dan saran berdasarkkan hasil penelitian yang

telah di lakukan.

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka hasil penelitian dapat di simpulkan sebagai

berikut:

Distribusi frekuensi jenis kelamin diketahui bahwa sebanyak 18 responden

atau sebesar (60%) berjenis kelamin laki-laki.

Distribusi frekuensi usia diketahui bahwa sebanyak 14 responden atau sebesar

(46%) berusia 41-60 tahun.

Penerimaan keluarga pasien GGK yang menjalani hemodialisis dilihat dari

Hasil Analisis Data Tematik yaitu :

1. Menghargai diri sendiri, sub tema yang ditemukan adalah : Perasaan

Bahagia. Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam

perasaan bahagia karena mengandung makna relevan dengan pencapaian

penerimaan keluarga meningkat.

2. Memiliki penilaian yang realistik atas kemampuan diri sendiri.

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki penilaian yang realistik atas

kemampuan diri sendiri antara lain : potensi diri yang ada : Gambaran diri

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam gambaran diri

karena mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri

meningkat.

3. Memiliki keyakinan diri tanpa selalu mengikuti pendapat orang lain

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki penilaian keyakinan diri

tanpa selalu mengikuti pendapat orang lain antara lain : bertanggung jawab

yaitu : Peran diri.

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam Peran diri karena

mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri menurun.

4. Memiliki spontanitas dan tanggung jawab untuk diri sendiri.

Sub sub tema yang berkaitan dengan Memiliki spontanitas dan tanggung

jawab untuk diri sendiri antara lain : memiliki hak untuk memiliki ide dan

keputusan sendiri : Harapan terhadap diri

Page 40: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

54

54

Kata kunci tersebut menarik peneliti untuk dianalisa dalam gambaran diri

karena mengandung makna relevan dengan pencapaian penerimaan diri

meningkat.

7.2. Saran

1. Bagi RS OMNI Pulomas Pulomas

Diharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi bahan informasi dan

pengetahuan baru maupun dapat dijadikan bahan pertimbangan membuat

kebijakan sebagai upaya peningkatan pelayanan Rumah Sakit.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi sumber referensi dalam profesi keperawatan

mengenai penerimaan keluarga pasien gagal ginjal kronis yang menjalani

hemodialysis terkhusus melalui aspek psikososial.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti mengharapkan agara peneliti selanjutnya dapat memberikan masukan

ataupun ilmu tambahan dengan melakukan penelitian terkait dengan pasien

gagal ginjal dengan mengambil responden yang banyak sehingga harapannya

penelitian ini akan terus berlanjut sehingga mendapatkan hasil dan ilmu baru

berkaitan dengan gagal ginjal di RS. Peneliti selanjutnya juga dapat lebih

dalam menggali faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan keluarga

pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis melalui aspek lainnya salah

satunya tingkat depresi, lamanya pasien sudah terdiagnosa penyakit maupun

lamanya pasien menerima hemodialisis yang dapat mempengaruhi

penerimaan keluarga pasien yang sakit.

3. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan, gambaran dan

informasi bagi pasien dengan gagal ginjal kronis dalam terapi hemodialisis

untuk meningkatkan penerimaan keluarga dari aspek sosial dan psikologi

seperti contohnya yaitu tetap berinteraksi maupun berkomunikasi dengan

sesama sebagai upaya meningkatkan penerimaan keluarga sehingga secara

psikologis didukung oleh keluarga dan kerabat dekat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 41: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

55

55

Achentari, K.A., dkk. (2017). Harga Diri dan penerimaan keluarga Pada

Pasien Dengan Cronic Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal

Psikologi.

Aisara, dkk. (2018). Gambaran Klinis Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani

Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

2018; 7 (1).

Aisara, S.A. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang

menjalani hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. jurnal kesehatan

andalas, 43.

Abshire, Martha et al. (2015). Nutritional Interventions in heart failure: A

Systemic review of the literature. Department of Health & Human Services,

21(12). USA.

Babatunde, O., & Forsyth, J. (2015). Lifestyle exercises for bone health and

health-related quality of life among premenopausal women: A randomised

controlled trial. Global Health Promotion, 23(3), 63-71,

doi:10.1177/1757975914568901.

Black & Hawks. (2010). Medical and Surgical Nursing Clinical Management

for Positive Outcomes. 8th edition. ST Louise Missiouri : Elsevier Sounders

Butar-butar, A. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan penerimaan

keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisis di

RSUP H.Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan.

De Castro, dkk. (2012). Quality of Life, Self-Efficacy and Psychological

WellBeing in Brazilian Adults with Cancer: A Longitudinal Study. Vol.3,

No.4, 304-309.

Desnauli, E., dkk. (2011). Indikator penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal

Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Berdasarkan Strategi Koping. Jurnal

Ners.

Endarti, S.W. (2017). Gambaran penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal

Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rumah Sakit Umum Daerah Wates.

Jurnal Keperawatan.

Fahmi, M., dkk. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penerimaan

keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD

Tugurejo Semarang. Jurnal Keperawatan.

Page 42: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

56

56

Farida, (2010). Pengalaman klien Hemodialisis terhadap penerimaan keluarga

dalam konteks Asuhan Keperawatan Di RSUP Fatmawati. Jakarta: Tesis

Universitas Indonesia.

Guerrero, et al. (2012). Quality Of Life In People With Chronic Hemodialysis

: Association With Sosiodemographic, Medical – Clinical And Laboratory

Variables. Proquest.

Guyton, A. C., & Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

12. Jakarta : EGC

Harahap. (2018). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik (Ggk)

Di Ruang Hemodialisis (HD) RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : RSUP

H. Adam Malik

Hartati. (2016). Pengaruh Usia Terhadap penerimaan keluarga Pada Pasien

Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh.

Elektronic Theses and Disertations (ETD).

Hasan, et al. (2018). Prevalence of Chronic Kidney diseasein South Asia: a

systematic review. Bangladesh: BRAC University.

(www.bmcnephrol.biomedcentral.com, diakses pada tanggal 17 Oktober 2019

pukul pukul 16: 24 WIB).

Hill, N. R., et al. (2016). Global Prevalence of Chronic Kidney Disease-A

Systematic Review and Meta-Analysis. PLoS One. 11(7): e0158765. (Online).

(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4934905/, diakses pada 17

Oktober 2019 pukul 16: 24 WIB).

Hudak & Gallo (2010). Keperawatan Kritis Edisi 6. Jakarta; EGC.

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 1.

Jakarta: EGC.Indonesian Renal Registry (IRR). (2018). 11th report of

Indonesian renal registry. Bandung: Sekretariat Registrasi Ginjal Indonesia.

Indrasari, N.D. (2015). Perbedaan Kadar Ureum dan Kreatinin pada Pasien

Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan Lama Menjalani Terapi Hemodialisis di RS

PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Keperawatan.

Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. (Online).

(file:///C:/Users/meri/Downloads/infodatin%20ginjal%202017.pdf, diakses

pada 17 Oktober 2019 pukul 15: 24 WIB).

Ipo, A., dkk. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dan Frekuensi Hemodialisis

Dengan penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani

Page 43: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

57

57

Hemodialisis Di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi.Jurnal

Akademika Baiturrahim.

Jacob, D.E., & Sandjaya. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

penerimaan keluarga Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara

Propinsi Papua. Jurnal ilmu Kesehatan.

Jansen, D. L., et al. (2012). Psychological and social aspects of living with

chronic kidney disease, chronic kidney disease and renal transplatation. Prof.

Manisha Sahay (Ed.), InTech, DOI: 10.5772/25992.

Lathifah. (2016). Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Kronik Pada Usia

Dewasa Muda Di Rsud Dr. Moewardi. Surakarta : Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Website : eprints.ums.co.id

Lewis, Sharon L et al. 2011. Medical Surgical Nursing Volume 1. United

States America : Elsevier Mosby

Mailani Fitri (2015) penerimaan keluarga pasien penyakit ginjal kronik yang

menjalanimenjalani hemodialisis: systematic review.

http;//vol11no1_2015_4.pdf.com diakses pada tanggal 06 Agustus 2015

Moeloek, N.F. (2018). Upaya Peningkatan Promotif Preventif Bagi Kesehatan

Ginjal Indonesia.

(https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf, diakses pada

tanggal 17 Oktober 2019 pukul pukul 17: 13 WIB).

Monhart, V. (2013). Hypertention and Chronic Kidney Disease. Elsivier.

(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0010865013000945,

diakses pada tanggal 17 Oktober 2019 pukul pukul 16: 24 WIB).

Mulia, D.S., dkk. (2018). penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronis

Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.

Borneo Journal of Pharmacy.

Muttaqin, A.,& Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi.

Purwokerto : Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 Nopember 2013

Phillip, K.T.L, et al. (2011). Asian Chronik Kidney Disease Best Practice

Recommendations: Positional Satatements for Early Detection of Chronic

Kidney Disease from Asian Forum for Chronic Kidney Disease Initiatives

(AFCKDI). Nephrology 16: 663-641.

Page 44: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

58

58

Prastiwi, T. F. (2012). penerimaan keluarga penderita kanker. Journal UNES.

Price, S.A., & Wilson, L.M. (2013). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC.

Rahman, et al. (2013). Hubungan antara adekuasi hemodialisis dan

penerimaan keluarga pasien di RSUD Ulin Banjarmasin. Berkala

Kedoketeran, 9(2): 151-160.

Rayyani, dkk. (2014). Self-care Self-efficacy and Quality of Life among

Patients Receiving Hemodialysis in South-East of Iran. Asian J. Nursing Edu.

and Research 4(2): April- June 2014. Iran.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI. Hasil Utama Riskesdas 2018.

(http://www.depkes.go.id/pdf, diakses pada tanggal 17 Maret 2020 pukul

pukul 17: 09 WIB).

Rustandi, H. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penerimaan keluarga

Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal

Keperawatan Silampari.

Silva, S. M. D., et al. (2016). Social Support of Adults and Elderly with

Chronic Kidney Disease on Dialysis. Journal of evista Latino-Americana de

Enfermagem, 24. doi: 10.1590/1518-8345.0411.2752.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Sudoyo A W, dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.

Jakarta: Interna Publishing.

Supriyadi, dkk. (2011). Tingkat penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal

Kronik Terapi Hemodialisis. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Semarang.

Suparti Sri & Solikhah Umi. (2016). Perbedaan penerimaan keluarga Pasien

gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Frekuensi dan Lama

Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Medisains :

Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No2, Agustus 2016

Supriyadi, dkk. (2017). penerimaan keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik

Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Suwanti, S., dkk. (2019). Gambaran Kulitas Hidup Pasien gaggal Ginjal

Kronis Yang Menjjalani Terapi Hemodialisis. ReserchGate.

Page 45: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

59

59

Suwitra K. (2014). Penyakit Ginjal Kronik. Jakara: InternaPublishing.

Theofilou, P. (2013). Quality of Life: Definition and Measurement. Europe's

Journal of Psychology, 151. (https://pdfs.semanticscholar.org, diakses pada

tanggal 30 September 2019).

Yulianti, I. S. (2017). Gambaran Dukungan Sosial Keluarga Dan penerimaan

keluarga Lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon.

(http://repository.uinjkt.ac.id, diakses pada tanggal 30 September 2019).

Page 46: PENERIMAAN KELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS …

60

60

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan setuju untuk berpartisipasi

menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Penerimaan Keluarga

Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani Hemodialisis Di

Rumah Sakit OMNI Pulomas Pulomas Jakarta Timur”.

Saya telah dijelaskan bahwa partisipasi saya untuk menjawab pertanyaan yang

ada pada lembar observasi dan ini tidak beresiko pada diri saya sendiri serta

kerahasiaan informasi yang saya berikan akan terjamin. Saya dengan sukarela

berpartisipasi menjadi responden penelitian.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya tandatangani tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Jakarta, 16 September 2020

Responden

(…………………………….)