full revisi poa
DESCRIPTION
poa anoezTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal
93, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi,
dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Kemudian pada ayat ke (2) nya dinyatakan bahwa pelayanan tersebut dilakukan
secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat,
usaha kesehatan gigi sekolah.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dalam kesehatan gigi
dan mulut , antara lain, prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut
adalah 23,4%, prevalensi penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya
adalah 1,6%, prevalensi Nasional karies aktif adalah 43,4%, prevalensi penduduk
dengan masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga
kesehatan gigi adalah 29,6%.
Masalah kesehatan gigi tidak boleh dianggap sederhana, masalah kesehatan
gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan anak sekolah, ataupun orang tua saat
bekerja Bahkan kadang - kadang hanya karena kesehatan gigi si anak tidak hadir
2
ke sekolah. Disini diperlukan penanganan yg seksama terhadap masalah kesehatan
gigi ini. Data Riskesdas diatas menyatakan bahwa masih sangat sedikit penduduk
yang dilayani oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan. Permasalahan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut lainnya: adalah mayoritas dokter gigi ada diperkotaan,
sehingga masyarakat yang ada di pedesaan terkendala untuk aksesnya ke
pelayanan ke dokter gigi.
Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan
dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status
kesehatan perorangan. Hasil dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada
tahun 2001, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih
berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit
periodontal, yang menyatakan bahwa 76,2 % penduduk Indonesia terutama anak
pada kelompok usia 12 tahun menderita kerusakan gigi aktif, seperti yang terlihat
pada anak-anak SD Saraswati 5 Denpasar juga menunjukkan hal yang sama. Hal
ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup laten yaitu minimalnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi (Pratiwi, 2007).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling
sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras
gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang
kariogenik. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di
pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak,
sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik
dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini
kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan,
3
menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi
merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam
pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (Besford, 1996).
Kebanyakan orang bahkan mungkin kita sendiri menomorduakan kondisi
kesehatan gigi. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya
sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan kita. Perawatan gigi
memang relatif mahal biayanya, namun perlu diingat bahwa gigi merupakan satu
kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat
mempengaruhi kesehatan anggota tubuh kita yang lain sehingga akan
mengganggu aktivitas kita sehari-hari.
Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan di atas, peneliti melakukan
penelitian di SD Saraswati 5 Denpasar karena perawatan gigi dan mulut di daerah
tersebut dinilai kurang mendapat perhatian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan sebagai
berikut:
a. Bagaimana rencana program pelayanan dan penyuluhan kesehatan gigi pada
siswa-siswi kelas IIA dan IIB SD Saraswati 5 Denpasar?
b. Berapakah frekuensi karies, indeks karies, rata-rata karies dan prevalensi
karies pada siswa-siswi kelas IIA dan IIB SD Saraswati 5 Denpasar?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, adapun
tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tujuan umum penelitian ini untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya
di bidang kesehatan gigi dan mulut dan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi.
b. Tujuan khusus penelitian ini untuk perencanaan pelayanan dan penyuluhan
kesehatan gigi, mengetahui angka prevalensi, frekuensi karies gigi, jumlah
gigi yang perlu dirawat (RTI) dan yang telah dirawat (PTI) di SD Saraswati 5
Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui tingkat
karies pada gigi siswa-siswi SD Saraswati 5 Denpasar. Penelitian ini juga
bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
gigi dan mulut bagi para siswa sehingga para siswa-siswi diharapkan mempunyai
kesadaran dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini dapat
memberi masukan dalam perencanaan program kesehatan gigi dan mulut bagi
puskesmas dan instansi terkait, serta dapat digunakan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut secara mendalam dari masalah yang ditemukan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gigi
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada
rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah
(Tarigan, 1992). Gigi memiliki tiga bagian, yaitu mahkota gigi, leher gigi, dan
akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi paling atas, berada di atas gusi dan
merupakan bagian yang terlihat di dalam mulut. Leher gigi atau garis servikal
adalah pertemuan antara mahkota dan akar gigi. Akar gigi adalah bagian gigi yang
tertutup oleh gusi dan tertanam dalam tulang rahang.
Menurut Itjiningsih (1995), secara mikroskopis gigi memiliki struktur
tertentu yang terdiri dari :
1. Jaringan Keras
Jaringan ini mengandung bahan kapur terdiri dari jaringan email, dentin dan
sementum. Email merupakan lapisan terluar dari gigi dan jaringan yang paling
keras. Dentin adalah bagian terbesar dari gigi, merupakan jaringan pengikatyang
mengalami pengapuran dan memberikan kekuatan elastis pada gigi serta berwarna
agak kekuning-kuningan. Sementum merupakan lapisan terluar dari akar gigi dan
termasuk juga bagian dari jaringan periodontal karena menghubungkan gigi
dengan tulang rahang.
2. Jaringan Lunak
6
Jaringan lunak adalah jaringan pulpa yang terdapat mulai dari mahkota gigi,
yaitu dalam rongga pulpa sampai ujung akar gigi. Umumnya jaringan ini
mengandung bahan dasar, bahan perekat, pembuluh limfe, pembuluh darah arteri
dan vena, urat-urat saraf yang peka sekali terhadap rangsang termis, mekanis, dan
kimia. Rongga pulpa terdiri dari tanduk pulpa, yaitu ujung ruang pulpa, ruang
pulpa yaitu ruang pulpa di mahkota gigi, saluran pulpa yaitu pulpa di akar gigi,
foramen apikal yaitu lubang di ujung akar gigi tempat masuknya jaringan pulpa ke
rongga pulpa. Rongga pulpa akan semakin kecil dengan bertambahnya umur
seseorang.
Gigi berada di dalam rongga mulut didukung oleh suatu jaringan penyangga
yang disebut jaringan periodontal yang terdiri dari :
1. Gusi (gingival) adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang
mengelilingi gigi dan menutupi tulang alveolar yang berfungsi
melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut. Gingival tergantung pada gigi-geligi,
maksudnya bila ada gigi-geligi maka gingivanya juga ada, dan bila gigi
dicabut maka gingiva hilang.
2. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang menghubungkan gigi ke
tulang rahang dan jaringan yang menopang gigi pada soketnya serta
menyerap beban yang mengenai gigi secara efektif untuk diteruskan ke
tulang pendukung.
3. Sementum adalah jaringan ikat yang mengalami proses
pengerasan (kalsifikasi) dan menyelubungi dentin akar. Sementum juga
dapat dianggap sebagai tulang perlekatan.
7
4. Tulang alveolar adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi
geligi atau tempat tertanamnya akar gigi. Tulang alveolar sebagian
bergantung pada gigi dan setelah tanggalnya gigi akan terjadi resorpsi
tulang.
Gambar 1. Anatomi Gigi
2.2 Definisi Karies Gigi
Yang dimaksud dengan karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras
gigi dengan dekalsiifikasi struktur mineral dan desintegrasi dari organ matrks
enamel dentin. Ada beberapa versi mengenai teori terjadinya karies. Salah satunya
adalah teori asam dari Miller yang mengatakan karies disebabkan karena
terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari sisa-sisa
8
makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan mikroorganisme yang
terdapat pada mulut.
Menurut Sumawinata (2000), karies gigi adalah suatu penyakit jaringan
keras gigi yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat
difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah pH kritis,
sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Tanda karies adalah terjadinya
demineralisasi mineral email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian
organiknya. Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh
mikroorganisme (Pine, 1997).
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin,
dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal, 1991). Newburn
mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bacterial yang menyerang gigi
dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian
anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Darwita, 2004).
Begitu banyak pengertian karies gigi dari para ahli, dari pengertian
tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karies gigi adalah suatu proses
kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih
dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali
oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi
yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada
permukaan gigi dan waktu.
9
2.3 Etiologi Karies Gigi
1. Etiologi Karies.
Ada Empat faktor yang menjadi penyebab timbulnya karies yaitu :
a. Host
b. Mikroorganisme
c. Karbohidrat
d. Waktu
Gambar 2. Faktor-Faktor Timbulnya Karies
Karies baru dapat terjadi apabila keempat faktor diatas bekerja secara
simultan (Tarigan, 1990). Adanya bakteri streptococcus mutans dan Laktobacillus
inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam
melalui fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak
struktur gigi dan sedikit demi sedikit. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus
berjalan sehingga lubangnya semakin dalam.
2.3.1 Inang (Host) atau Gigi
Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies gigi,
yaitu :
10
a. Bentuk:
Gigi dengan pit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies.
b. Posisi
Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal
ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies
c. Struktur
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).
2.3.2 Mikroorganisme
Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri
plak sangat dominant dalam karies gigi adalah streptococcus mutans. Bakteri ini
sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya
membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.
Polisakarida ini terdiri dari olimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi
mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk
melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.
2.3.3 Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi
sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan
menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptococcus mutans
didalamnya. Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap
11
berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka
sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1991).
2.3.4 Waktu
Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor
sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara klinis
terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun, maka karies gigi dapat
digolongkan sebagai penyakit kronis.
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri
atas periode kerusakan dan perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di
dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan
hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (diperkirakan 6-48 bulan).
2.4 Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi (Schuurs, 1993). Pada awalnya, lesi karies berwarna putih
akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang
mengikis gigi (Suwelo, 1992).
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin
melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-
12
kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat
(lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk
rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan
opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin
merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi
kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,
tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Schuurs,
1993).
2.5 Gambaran Klinis Karies Gigi
Menurut Kid & Bechal, 1991, karies dapat diklasifikasikan berdasarkan
anatomi tempat karies itu timbul. Karies dapat dimulai pada pit dan fisura atau
pada permukaan licin. Karies permukaan licin berawal dari email atau sementum
dan dentin akar yang terbuka atau yang terkenal dengan karies akar. Karies dapat
terjadi pada tepi restorasi atau dikenal dengan karies rekurn / sekunder. Berikut ini
adalah beberapa klasifikasi karies gigi.
a. Gambaran karies gigi menurut lokasinya:
1. Karies pada pit dan fisur (Pit and fissure caries)
Perkembangan karies dimulai pada fit dan fisur gigi yang rumit. Dari
berbagai bentuk variasinya, semuanya diawali dengan tanda-tanda dini sampai
kerusakan yang sempurna.
13
2. Karies permukaan gigi yang licin (Smooth surface caries)
Karies permukaan gigi yang licin atau karies pada permukaan yang halus
biasanya ditemukan pada daerah titik kontak pada nterproksimal gigi, tetapi dapat
terjadi pada permukaan licin lain pada gigi.Gambaran klinis karies ini pada
mulanya merupakan suatu daerah putih seperti kapur secara bertahap manjadi
kasar sesuai dengan rusaknya email. Akhirnya terbentuk kavitas yang terbuka dan
selanjutnya akan menyebar sama seperti karies pit dan fisur.
3. Karies Servikal (Cervical caries)
Karies ini menyerang bagian servikal gigi dengan dentin terbuka, tetapi
gambarannya tidak sama dengan karies pit dan fisur. Dentin mulai pecah dan
luruh, membentuk kavitas yang terbuka dari bagian luar. Karies ini cenderung
terdapat pada subyek yang mempunyai umur tua dibandingkan dengan kedua tipe
karies diatas.
b. Gambaran karies gigi berdasarkan kedalamannya atau struktur jaringan yang
terkena:
1. Karies superfisialis atau karies pada email gigi
Karies jenis ini baru mengenai lapisan email gigi yang menyebabkan iritasi
pulpa, biasanya pasien belum mengeluh rasa sakit.
2. Karies media atau karies pada dentin
Karies ini sudah mengenai lapisan dentin yang memnyebabkan reaksi
hiperemi pada pulpa. Pada tahap ini biasanya pasien mengeluh apabila terkena
rangsangan panas atau dingin, makanan panas atau dingin, dan akan berkurang
atau hilang bila rangsangan tersebut dihilangkan.
14
3. Karies profunda atau karies pada pulpa
Karies ini telah menyerang lebih dari setengah tebal dentin dan kadang-
kadang sudah sampai atap dan pulpa gigi. Pada tahap ini biasanya pasien
mengeluh adanya rasa sakit yang spontan.
2.6 Pencegahan Karies Gigi
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan minimal setiap 6 bulan. Rontgen
gigi bisa dilakukan setiap 12-36 bulan,tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi
oleh dokter gigi. Strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah
terjadinya karies gigi:
1. Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dengan baik
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah
sarapan dan sebelum tidur di malam hari, membersihkan plak dengan benang gigi
(flossing), menggunakan obat kumur (muthwash) yang sesuai setiap hari. Hal ini
sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.
Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing
dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi.
Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit.
Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu
halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka
akan sulit untuk membersihkannya.
2. Diet rendah karbohidrat
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling
disukai oleh kuman adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja
15
(sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa)
dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung
dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di
dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah,
yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Orang
yang cenderung mengalami karies harus mengurangi makanan yang manis-manis.
Berkumur-kumur setelah memakan makanan manis akan menghilangkan gula,
tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan menggosok gigi.
Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman
dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula. Berbagai jenis
makan yang kita makanan telah diketahui dapat mencegah terjadinya karies gigi.
Makanan tersebut, antara lain :
a. Makanan yang mengandung kalsium, fosfor dan vitamin
Pada umumnya jenis-jenis makanan yang mengandung bahan untuk
mencegah dan menghambat karies gigi adalah susu, telur dan buah-buahan.
Makanan yang mengandung kalsium, fosfor, vitamin C, vitamin D dapat
menguatkan gigi, sehingga gigi tidak mudah terjadi karies atau lubang gigi.
b. Makanan yang mengandung protein
Protein juga telah diketahui dapat menghambat terjadinya proses karies
atau kerusakan gigi oleh kuman dan asam. Adapun makanan yang kaya akan
kandungan protein antara lain : tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,
susu, roti dan lain sebagainya.
16
c. Makanan yang mengandung lemak
Lemak dapat mencegah terjadinya karies atau lubang gigi karena dapat
membentuk apisan minyak pada permukaan gigi, sehingga gigi menjadi licin dan
karbohidrat sulit melekat pada gigi. Sebagai contoh orang-orang Eskimo yang
mempunyai kebiasaan makan ikan laut yang banyak mengandung minyak ikan,
menyebabkan orang tersebut jarang terserang karies.
d. Sayur-sayuran
Sayur-sayuran terutama bayam, selada mempunyai kandungan yang
disebut nitrat. Bahan ini dapat menghalangi atau menghambat kerja bakteri
penyebab karies. Apabila kita makan banyak sayuran, maka bakteri penyebab
karies tersebut sulit untuk menimbulkan kerusakan pada gigi.
e. Makanan yang mempunyai daya pembersih
Makanan yang mempunyai daya pembersih gigi banyak terdapat pada
makanan yang berserat. Pada saat kita kunyak makanan ini akan membersihkan
gigi dari penyebab karies. Makanan ini banyak terdapat pada apel, jeruk, seledri,
jambu dan sebagainya. Makanan ini baik kita makan sesudah makan atau diantara
waktu makan. Namun demikian meskipun kita sudah makan makanan berserat
bukan berarti kita tidak harus menyikat gigi setelah makan. Sikat gigi harus tetap
kita lakukan untuk mencegah terjadinya karies.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka selain sikat gigi kita juga harus
memperhatikan dan menjaga makanan yang kita makan sehari-hari. Makanan
tersebut hendaknya mengandung bahan-bahan makanan yang mengandung bahan
di atas. Selain itu pengaruh makanan tterhadap timbulnya karies juga ditentukan
oleh macam makanan yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, kapan kita
17
makan makanan itu, urutan makanan itu dimakan dan makanan tersebut
dipersiapkan. Hal itu berhubungan dengan ada tidaknya karbohidrat yang ada
dalam makanan yang kita makan, jumlah karbohidrat yang dimakan dan kapan
makanan yang mempunyai daya bersih kita makan.
3. Fluor
Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang
menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi fluor pada saat
gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor
pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada
anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor, bisa menyebabkan
timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi. Jika air yang diminum
mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida.
Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung
mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor.
4. Penambalan
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi
belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambal
ditutup dengan plastik cair. Setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk
penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti
menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut.
Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan
60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau
penggantian.
18
5. Terapi antibakteri
Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif
di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui
ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan
kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa
pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan
mulut maupun kebiasaan makan yang jelek. Pada orang-orang yang cenderung
menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang
membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat
kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri
di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan
menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri,
bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang
mengandung xilitol.
2.7 Penanggulangan (Pengobatan) Karies Gigi
Penanggulangan atau pengobatan karies gigi dapat ditentukan oleh
stadium saat karies terdeteksi, antara lain dengan penambalan (filling), perawatan
saluran akar (root canal treatment), dan estraksi gigi. Penambalan dilakukan untuk
mencegah progresi karies lebih lanjut, ini merupakan penambalan biasa yang
dilakukan pada karies ditemukan iritasi pulpa atau hiperemia pulpa. Perawatan
saluran akar biasa dilakukan bila sudah terjadi pulpitis atau karies sudah mencapai
pulpa, setelah perawatan saluran akar selesai akan dibuatkan restorasi onlay.
Ekstraksi gigi merupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaa karies gigi,
19
tindakan ini dilakukan bila jaringan gigi sudah sangat rusak sehingga tidak dapat
dibuatkan restorasi.
2.8 Indeks Pengukuran Gigi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies.
Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang
atau sekelompok orang. Frekuensi karies gigi adalah banyaknya riwayat karies
gigi berdasarkan kriteria def-t / DMF-T, def-t/DMF-T adalah indeks karies gigi
berupa angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi (Herijulianti, Indriani,
dan Artini, 2002). Menurut Suwargiani (2008), RTI adalah jumlah gigi-gigi karies
yang masih bisa ditambal dibagi jumlah indeks karies total dikali seratus persen.
PTI adalah jumlah gigi-gigi yang sudah ditambal dibagi jumlah indeks karies total
dikali seratus persen.
Beberapa metode pengukuran karies gigi yaitu indeks DMF-T digunakan
untuk menyatakan gigi yang karies, hilang dan ditambal. DMF-S digunakan untuk
menyatakan gigi karies, hilang dan permukaan gigi yang ditambal pada gigi
permanen, sehingga jumlah permukaan gigi yang terkena harus diperhitungkan.
Indeks yang sama untuk gigi sulung adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan
jumlah gigi yang dicabut (bukan tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi
atau permukaan gigi yang ditambal. (Kidd & Bechal, 1992)
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T
adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut
dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah
20
total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan
DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Setiap gigi dicatat satu kali
2. D = Decay atau rusak yaitu Jumlah gigi karies yang tidak ditambal atau
yang masih dapat ditambal.
3. M = Missing atau hilang yaitu Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut
atau gigi yang telah hilang karena karies.
4. F = Filling atau tambal yaitu Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih
baik. (Herijulianti 2001)
Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang
tidak dihitung adalah sebagai berikut :
1. Gigi molar ketiga
2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi
yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi
sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption)
3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih
(supernumerary teeth)
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan
ortodontik
5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan
6. Gigi susu yang belum tanggal
Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena
karies. Tujuan dari indeks def-t adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi
yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut.
21
Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. d = Decayed / rusak
2. e = Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan
3. f = Filled / Tambal
Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak terdapat
karies gigi.
Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang
tidak dihitung adalah sebagai berikut :
1. Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena
kelainan genital
2. Gigi supernumerary
3. Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung
sebagai filled (tambalan). (Suwargiani,2008)
Pada beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan, sehingga menjadi
def-t karena untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah
karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung
sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma.
WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa
derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997) :
1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1
2. Rendah : 1,2 – 2,6
3. Moderat : 2,7 – 4,4
4. Tinggi : 4,5 – 6,5
5. Sangat Tinggi : > 6,6 (Suwargiani,2008).
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
survei, yang hanya menggambarkan rata-rata karies gigi, jumlah persentase gigi
yang membutuhkan perawatan dan jumlah prosentase gigi yang telah dirawat pada
anak-anak SD Saraswati 5 Denpasar.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini yaitu frekuensi karies gigi,
indeks karies gigi, prevalensi karies, dan rata-rata karies.
3.3 Definisi Operasional
Frekuensi karies gigi adalah banyaknya riwayat karies pada gigi
berdasarkan kriteria def-t / DMF-T yang di dalamnya terdapat pengukuran RTI
dan PTI. RTI adalah jumlah gigi-gigi karies yang masih bisa ditambal dibagi
jumlah indeks karies total dikali seratus persen. PTI adalah jumlah gigi-gigi yang
sudah ditambal dibagi jumlah indeks karies total dikali seratus persen. Indeks
karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Prevalensi
karies merupakan bagian dari suatu kelompok masyarakat yang terkena suatu
penyakit dalam hal ini adalah karies atau suatu keadaan pada kurun waktu
tertentu. Rata-rata karies adalah hasil perhitungan dari pengalaman kerusakan
seluruh gigi yang rusak, yang dicabut dan yang ditambal (DMF-T) di tambah
jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies (def-t) dibagi jumlah
orang yang diperiksa
23
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah populasi anak-anak kelas II
A dan II B SD Saraswati 5 Denpasar yang berjumlah 85 orang.
3.5 Instrument Penelitian
1. Instrumen yang dipakai untuk mengukur karies adalah indeks def-t dan
DMF-T (WHO) yang diperoleh dari jumlah rata-rata gigi yang berlubang
oleh karena karies, gigi yang hilang dan gigi yang ditumpat pada setiap
sampel.
Tabel 1. Klasifikasi def-t dan DMF-T menurut WHO tahun 2000.
Nilai def-t dan DMF-T Kriteria
0,0 – 1,1 Sangat rendah
1,2 – 2,6 Rendah
2,7 – 4,4 Sedang
4,5 – 6,6 Tinggi
> 6,6 Sangat tinggi
Keterangan def-t :
d = Decayed / rusak
e = Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan
f = Filled / Tambal
Keterangan DMF-T :
D = Decay atau rusak yaitu Jumlah gigi karies yang tidak ditambal atau yang
masih dapat ditambal.
24
M = Missing atau hilang yaitu Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut atau
gigi yang telah hilang karena karies.
F = Filling atau tambal yaitu Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.
Prevalensi karies :
1. Rendah : 0 – 25 %
2. Sedang : 26 – 50 %
3. Tinggi : 51 – 100 %
3.6 Alat dan Bahan
Alat : kaca mulut, sonde, pinset anatomis, eksavator, neerbecken, masker,
gelas kumur, form penelitian, dan alat tulis.
Bahan : handscone, kapas dan alkohol.
3.7 Jalannya Penelitian
1. Peneliti memperkenalkan diri, serta menginformasikan tujuan
dilakukannya penelitian.
2. Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
3. Melakukan sikat gigi masal.
4. Melakukan pemeriksaan intra oral untuk mendapatkan nilai det-t dan
DMF-T, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Sampel didudukan menghadap ke arah yang terang
b. Sampel diperiksa riwayat kariesnya
5. Kemudian data dimasukkan ke dalam form penelitian.
6. Tabulasi data.
25
3.8 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : Tanggal :11 Mei 2012.
Pukul : 11.00 WITA- 13.00 WITA.
Tempat : SD Saraswati 5 Denpasar.
Jl W.R Supratman no 239 Denpasar
3.9 Analisis Data
Menurut Depkes RI (1996), data yang didapat dianalisa secara deskriptif
kemudian dicari rata-rata DMF-T dan def-t pada anak-anak kelas II A dan II B SD
Saraswati 5 Denpasar dengan rumus sebagai berikut:
1. Prevalensi Karies (P) =
jumlah respoden dengan riwayat kariesjumlah sampel x 100 %
2. Rata – Rata Karies (x ) =
( DMF−T )+( def−t )jumlah sampel
3. Required Treatment Index (RTI) =
D+dDMF−T+def −t
x100 %
4. Performent Treatment Index (PTI) =
F+ fDMF−T+def −t
x100 %
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 85 siswa kelas II A dan
II B SD Saraswati 5 Denpasar diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur
KarakteristikJumlah
(Orang)Persentase (%) Total
Jenis KelaminLaki-Laki 37 43,53%
100%Perempuan 48 56,47%
Umur
7 Tahun 9 10,59%
100%8 Tahun 69 81,18%
9 Tahun 7 8,23%
Dari Tabel 2, terlihat bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin
perempuan. Responden laki-laki berjumlah 37 orang, sedangkan responden
perempuan berjumlah 48 orang. Jumlah responden sebanyak 85 responden, dan
umur berkisar antara 7 tahun, 8 tahun, dan 9 tahun. Jumlah responden yang
berusia 7 tahun sebanyak 9 orang, yang berusia 8 tahun sebanyak 69 orang, dan
responden yang berusia 9 tahun sebanyak 7 orang.
27
Tabel 3. Distribusi Status Karies SD Saraswati 5 Denpasar
Jenis
kelamind e f D M F
Frekuensi
karies gigix Prevalensi RTI PTI
Laki-laki 84 33 1 5 0 0 123283
1,45 3,3
361,1% 67,5% 1,4%
Perempuan 90 55 3 12 0 0 160 1,88
Hasil pada tabel diatas diuraikan sebagai berikut:
a. Frekuensi karies responden laki-laki sebesar 123, sedangkan perempuan
sebesar 160. Rata-rata karies laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 3,33 yang
berarti setiap anak memiliki minimal terdapat 3 gigi yang mengalami karies
b. Prevalensi karies gigi sebesar 61,1% yang berarti sebagian besar anak
mangalami karies gigi. Jumlah gigi sulung yang mengalami karies dan masih
bisa ditumpat adalah sebanyak 174, jumlah gigi sulung yang mengalami
karies dan indikasi untuk dicabut sebanyak 88, dan terdapat 4 gigi sulung
yang sudah ditumpat. Jumlah gigi permanen yang mengalami karies dan
masih bisa ditumpat sebanyak 17, tidak terdapat jumlah gigi permanen yang
mengalami karies dan indikasi untuk pencabutan, demikian pula dengan gigi
permanen yang sudah ditumpat.
c. Required Treatment Index (RTI) sebesar 67,5 % menunjukan bahwa tingkat
kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi cukup besar.
d. Performance Treatment Index (PTI) sebesar 1,4 % berarti perawatan gigi
(khususnya penambalan) yang diterima oleh sampel masih rendah
28
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 85 siswa kelas II A dan II B SD
Saraswati 5 Denpasar pada tanggal 21 April 2012, didapatkan hasil bahwa
prevalensi karies sebesar 61,1 %. Gigi siswa yang masih dapat dirawat (RTI)
sebesar 67,5 % serta gigi anak yang sudah mendapatkan perawatan (PTI) sebesar
1,4 %.
Dari hasil penelitian dan data yang ada menunjukkan bahwa prevalensi
karies pada siswa kelas SD Saraswati 5 Denpasar tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut seperti
kesadaran untuk menyikat gigi masih kurang, cara menyikat gigi yang masih salah
dan tentunya masih kurangnya mendapatkan informasi dan pendidikan tentang
kesehatan gigi dan mulut, sehingga gigi yang masih memerlukan perawatan masih
cukup tinggi (RTI = 67,5 %) dan juga diikuti dengan rendahnya jumlah gigi yang
telah dilakukan perawatan (PTI = 1,4 %) menandakan kesadaran siswa untuk
secara periodik ke dokter gigi ataupun ke tempat pelayanan kesehatan masih
sangat minimal. Hal-hal yang dapat menyebabkan karies adalah disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya masih kurangnya kesadaran siswa untuk merawat
giginya dan masih terdapatnya kesalahan dalam cara menyikat gigi.
Besar kecilnya faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi dipengaruhi
oleh kesadaran dan kebiasaan mereka dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan
yang perlu dimiliki oleh sisiwa antara lain yang berkaitan dengan cara
membersihkan gigi dan merawat gigi, serta jenis makanan yang dikonsumsi.
29
Pengetahuan yang diperoleh siswa biasanya didapatkan dari orang tua masing-
masing. Kebiasaan orang tua yang tidak melarang anaknya untuk mnegurangi
makan makanan yang manis menyebabkan konsumsi yang berlebihan akan
makanan tersebut. Selain itu, faktor pengetahuan orang tua menengenai apa itu
gigi berlubang, bagaimana cara mencegah serta cara menyikat gigi yang benar
belum seratus persen diketahui secara baik oleh orang tua siswa dan juga tidak
diajarkan sejak dini kepada anaknya masing-masing.
Secara teoritis ada 3 cara untuk mencegah karies yaitu menghilangkan
substrat karbohidrat (mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya
pada saat makan saja), meningkatkan ketahanan gigi (email dan dentin yang
terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan pemakaian fluor dan
pemakaian resin pada pit dan fissure yang dalam), serta menghilangkan plak
(menyikat gigi dan pembersihan karang gigi) (Ratmini,dkk., 2007).
30
STATUS KESEHATAN GIGI DAN RENCANA PELAYANAN PADA
SISWA KELAS IIA DAN IIB SD SARASWATI 5 DENPASAR
Berdasarkan data hasil survey penelitian yang telah dilakukan pada anak
kelas II A dan II B, SD Saraswati 5 Denpasar, didapatkan prevalensi karies siswa
kelas II A dan II B di SD Saraswati 5 Denpasar adalah 61,1% tergolong tinggi,
dengan rata-rata karies sebesar 3,33 tergolong tinggi. RTI pada kelas II A dan II B
sebesar 67,5%, dan PTI sebesar 1,4%. Melalui data tersebut, maka kami selaku
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
menyusun langkah dalam upaya untuk menurunkan prevalensi karies, rata-rata
karies, RTI serta meningkatkan PTI pada SD Saraswati 5 Denpasar. Adapun
proses perencanaan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan
diberikan adalah sebagai berikut :
6.1 Tahap Analisis Situasi
Tujuan program yang akan direncanakan yaitu untuk menurunkan angka RTI
karies dan meningkatkan PTI pada siswa kelas II A dan II B SD Saraswati 5. Data
yang dikumpulkan sebagai berikut :
6.1.1 Data dari pihak responden
a) Data kesehatan gigi
Penyebab prevalensi karies siswa kelas II A dan II B sebesar 61,1% adalah :
1) Kurangnya kesadaran anak – anak akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut.
2) Cara menyikat gigi yang masih salah.
3) Kurangnya peranan dari petugas UKGS.
31
4) Pola makan yang kurang baik.
5) Kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru.
6) Anggaran pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang masih terbatas.
Analisis penyebab masalah dengan menggunakan diagram tulang ikan :
Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)
Lingkungan :- Geografi
- Sos budPrevalensi karies kelas II A dan II B Tinggi
Anggaran terbatas
MoneyMaterial
Pola makan yang kurang
- Rendahnya kesadaran anak – anak akan kesehatan gigi
- Kurangnya peranan petugas UKGS- Kurangnya pengawasan ortu dan guru
Man
MechineMarketing
Methode
Cara sikat gigi yang salah
32
Dalam mencari ranking penyebab masalah menggunakan tabel CARL
No
.Masalah
SKOR HasilRanking
C A R L CxAxRxL
1. Kesadaran anak – anak akan kesehatan gigi 4 4 4 5 320 1
2. Kurangnya peranan petugas UKGS 3 3 3 4 36 3
3. Kurangnya pengawasan orang tua dan guru 2 2 2 4 24 5
4. Pola makan yang kurang 2 2 2 4 24 4
5. Sikat gigi yang salah 3 3 3 5 45 2
6. Anggaran terbatas 2 2 2 3 18 6
Dalam rencana kegiatan ini yang akan dibahas adalah kurangnya
kesadaran anak-anak tentang kesehatan gigi dan mulut serta cara menyikat
gigi yang masih kurang benar.
b) Data yang berkaitan dengan sekolah
1) Jumlah siswa kelas II A dan II B SD Saraswati 5 Denpasar adalah 85 orang.
2) Terbatasnya sarana dan prasarana UKGS di SD Saraswati 5 Denpasar.
6.1.2 Data pihak pelaksana
a. Perangkat Lunak
1) Jumlah mahasiswa FKG UNMAS Denpasar Bagian IKGM yang memberikan
pelayanan sebanyak 5 orang, untuk memberikan penyuluhan kesehatan,
semuanya sebagai operator .
33
b. Perangkat keras
1) Peralatan yang diperlukan dalam melakukan penyuluhan bagi siswa kelas II A
dan II B yang berjumlah 85 orang adalah 2 set alat peraga untuk penyuluhan
(poster dan phantom), 85 sikat gigi anak – anak, 3 buah pasta gigi anak – anak
ukuran besar, 90 buat gelas kumur, 5 set alat diagnosa (nearbecken, 2 kaca
mulut, pinset, sonde bengkok, sonde lurus), 1 botol detol, 1 gulung kapas, 1
box masker, 1 box handscoon.
6.2 Rencana penyelesaian masalah
6.2.1 Perkiraan waktu penyuluhan :
1. Penyuluhan dan sikat gigi massal
a. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya penyuluhan adalah 45
menit.
b. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya sikat gigi massal adalah
30 menit.
c. Total waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya penyuluhan dan sikat gigi
massal selama tiga bulan setiap minggunya yaitu 15 jam.
6.2.2 Rencana Anggaran
Adapun biaya-biaya yang akan digunakan untuk melakukan penyuluhan,
sikat gigi massal yang akan dilakukan pada SD Saraswati 5adalah sebagai
berikut :
34
Tabel 6.1 Tabel daftar kebutuhan rencana anggaran
No Alat dan Bahan Satuan Volume Harga persatuan Jumlah
1. Phantom 2 - Rp. 143.000 Rp. 286.000
2. Poster 2 - Rp. 25.000 Rp. 50.000
3. Gelas kumur 90 - Rp 500 Rp. 45.000
4. Sikat gigi anak-anak 85 - Rp. 2000 Rp. 170.000
5. Pasta gigi anak-anak
ukuran besar
3 - Rp. 12.000 Rp. 36.000
6. Nearbecken 5 - Rp. 20.000 Rp. 100.000
7. Kaca mulut 10 - Rp. 22.000 Rp. 220.000
8. Pinset 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000
9. Sonde bengkok 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000
10. Sonde lurus 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000
11. Detol - 250 ml Rp. 19.000 Rp. 19.000
12. Kapas 1 - Rp. 3000 Rp. 3000
13. Masker 1 box - Rp. 25.000 Rp.25.000
14. Handscoon 1 box - Rp. 58.000 Rp.58.000
TOTAL Rp. 1.237.000
6.3 Rencana pelaksanaan
35
Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut serta sikat gigi massal
diprlukan dalam upaya meningkatkan kesadaran anak-anak akan kesehatan
gigi dan mulut serta dapat memberi keterampilan dalam menyikat gigi yang
baik dan benar.
6.3.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan
wawasan akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut, memberikan informasi
tambahan tentang gigi.
b.Cara Pelaksanaan
Dalam kegiatan ini kita membahas dan menjelaskan anatomi gigi, macam-
macam penyakit gigi, perawatan pencegahan meliputi cara menyikat gigi
yang baik dan benar, diet makanan, cara berkumur, penggunaan dental floss,
kunjungan periodic ke dokter gigi .
6.3.2 Sikat Gigi Massal
a. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan keterampilan sikat gigi yang
baik dan benar, serta mengubah sikap dan kebiasaan yang salah selama ini.
c.Cara Pelaksanaan
Kegiatan sikat gigi massal ini dilakukan dengan memberi contoh kepada
anak-anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar, selain itu
memberi informasi frekuensi sikat gigi yang dilakukan setiap harinya yaitu
minimal 2 kali sehari pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Setelah
36
itu bersama-sama melakukan sikat gigi sehingga anak-anak dapat melihat dan
melakukannya langsung.
6.4 Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan cara survey kembali pada anak-anak kelas II
A dan II B dengan cara memeriksa keadaan gigi geligi anak-anak tersebut,
serta mengumpulkan data-data sebelum dan setelah pelaksanaan program,
menganalisis apakah tujuan program telah tercapai atau belum, diharapkan
yaitu prevalensi karies, rata-rata karies, RTI pada SD Saraswati 5berkurang,
dan PTI pada SD Saraswati 5meningkat. Melakukan observasi mengenai
perubahan cara menyikat gigi yang baik dan benar pada siswa kelas II A dan II
B di SD Saraswati 5 Denpasar pada saat dilakukan sikat gigi massal
selanjutnya.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
37
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian yang
dilakukan adalah :
a. Para siswa diberikan edukasi dan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi dan mulut, manfaat menyikat gigi serta cara menyikat gigi
yang baik dan benar, makan-makanan yang bergizi sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya karies sejak dini.
b. Melaksanakan dan menjalankan UKGS seperti pelaksanaan sikat gigi
bersama pada hari yang telah ditentukan .
38
c. Meningkatkan kesadaran dan edukasi kepada orang tua dalam upaya
membantu mengawasi kebersihan dan kesehatan mulut anaknya di rumah
dengan cara mengingatkan anaknya untuk menyikat gigi.
d. Meningkatkan kesadaran para guru di sekolah, terutama guru kesehatan
dalam upaya membantu menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut
siswa-siswi di sekolah dengan memberikan sosialisasi tentang kesehatan gigi
setiap minggunya
DAFTAR PUSTAKA
39
Elza Herijulianti: Pendidikan Kesehatan Gigi, 2001, Jakarta:EGC
Gilang, Rasuna Sabdho Wening. Etiologi Karies Gigi., 2011 available
http://gilangrasuna-fkg.web.unair.ac.id/artikel_detail-39440-Catatan
%20Kecil%20Tentang%20Gigi-Etiologi%20Karies%20Gigi.html.
Humas. Gigi Merupakan Cermin Kesehatan Manusia., 2011 available
http://www.umy.ac.id/gigi-merupakan-cermin-kesehatan-manusia.html
Ireland, R. 2006, Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy, Blackwell
Munksgaard, Singapore.
Kidd, E.A.M. dan Bechal, S.J. 1992, Dasar-Dasar Karies Penyakit Dan
Penanggulangannya, Penerjemah : N. Sumawinata. dan Faruk, EGC
Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.hlm 1,2.
Koswara, Soetrisno. Makanan Bergula dan Kesehatan Gigi available Gigi
Berlubang., 2000 available
http://www.suarakanya-online.com/news.html?id=195313
Mukti, anita. Karies Gigi available http://drganitamukti. Blogspot.com/
Phillips, R.,Baum,L., Lund, M. 1997, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Ed. Ke-3,
Penerjemah : R.Tarigan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
40
Prasko. Pengertian, Proses, Faktor Penyebab dan Macam Karies Gigi available
http://www.prasko.com/2011/08/pengertian-proses-faktor-penyebab-
dan.html
Pratiwi, D., 2007. Gigi sehat Merawat Gigi sehari-hari, PT Kompas Media
Nusantara, Jakarta.
Roeslan, 2002. Imunologi oral. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
Tarigan, R. 1990. Karies Gigi. Hipokrates: Jakarta
Qualtrough,A.J.E., Satterthwaite,J.D., Morrow,L.A., Brunton,P.A., 2005.
Principles of Operative Dentistry, Blackwell Munksgaard, Hongkong.