full-pengembangan model pengelolaan pembelajaran ilmu pengetahuan alam terpadu yang humanis di...

Upload: novia-nabela

Post on 06-Mar-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 138 Sholihun, dkk/ Komputasi Koefisien Rekopling Wigner Simbol 3n-J ( 2n ) melalui Kaitan Rekursif Aljabar untuk Sembarang Kopling Momentum Sudut

    Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012

    ISSN : 0853-0823

    Pengembangan Model Pengelolaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu yang Humanis di Sekolah Menengah Pertama

    Widodo Universitas Ahmad Dahlan [email protected]

    Abstrak Salah satu inovasi dalam KBK adalah model pembelajaran IPA terpadu di SMP. Namun, IPA di SMP selama ini diajarkan dengan pemisahan antara biologi, fisika, dan kimia. Pembelajaran IPA adalah proses membangun manusia dan jalan yang paling tepat adalah melalui pembelajaran yang humanis. Namun, pembelajaran IPA di SMP saat ini kurang humanis. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji profil model pengelolaan pembelajaran IPA di SMP selama ini, mengembangkan model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP, menghasilkan model teruji pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP. Jenis penelitian ini adalah research and development dengan tiga tahap, yakni: tahap penelitian pendahuluan, tahap pengembangan model, dan tahap uji coba model. Penelitian ini dilakukan di SMPN1, SMPN7, dan SMPN15 Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, focus groups discussion, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil model pengelolaan pembelajaran IPA di SMP di Yogyakarta selama ini masih parsial, kurang humanis, dan individual teaching, model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP memiliki spesifikasi terpadu, humanis, dan team teaching, dan model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP dinyatakan valid. Kata kunci: humanis, terpadu, dan IPA Abstract One innovation in CBC is the integrated natural science learning model for junior high school. However, all this time, natural science in junior high school (JHS) is taught with a separation between biology, physics, and chemistry. Natural science learning is the process of building a human and the most appropriate way is through a humanistic learning. However all this time, natural science learning in JHS is less humanistic. The aims of this study are to examine the natural science learning management model profile in JHS all this time, develope the humanistic integrated natural science learning management model in JHS, resulting in the proven the humanistic integrated natural science learning management model in JHS. Research method used is the research and development with three stages, namely: the preliminary research stage, the model development stage, and the model validation stage. The research was conducted in JHS 1, 7, and 15 Yogyakarta. Data were collected by interview, observation, focus group discussion, and documentation.The results showed that the natural science learning management model profile in JHS Yogyakarta was not in accordance with government policy because it is still partial, less humanistic, and individualized teaching, the humanistic integrated natural science learning management model in JHS has specifications integrated, humanistic, and team teaching, and the humanistic integrated natural science learning management model in JHS declared valid. Key words: humanistic, integrated, and science

    I. PENDAHULUAN

    Sejak Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diperkenalkan oleh Pusat Kurikulum kepada sekolah pada sekitar tahun 2004 [1], salah satu inovasinya adalah model pembelajaran IPA terpadu untuk jenjang SMP. Pembelajaran IPA di SMP harus terpadu karena pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, yakni seusia siswa SD dan SMP. Anak pada usia SD dan SMP masih dalam proses transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, siswa seusia ini ketika melihat dunia di sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA seharusnya disajikan dalam bentuk yang utuh, tidak parsial. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan

    menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Konsep-konsep IPA hanya dapat dipahami siswa jika objek dan fenomena untuk konsep-konsep tersebut sudah dipahami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan [2] yang menyatakan bahwa kurikulum IPA terpadu lebih konsisten dengan kurikulum IPA kontemporer dengan literasi IPA sebagai tujuannya.

    Namun, pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di SMP menurut ref. [3] masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain belum siapnya guru dan kurikulum pendukung serta belum semua guru menguasai materi IPA terpadu. Selain itu, kurikulum IPA terpadu kadang masih menempatkan materi fisika, biologi, dan kimia secara parsial.

    Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis. Mereka gandrung teknologi, asyik dan terpesona

  • Sholihun, dkk/ Komputasi Koefisien Rekopling Wigner Simbol 3n-J ( 2n ) melalui Kaitan Rekursif Aljabar untuk Sembarang Kopling Momentum Sudut

    139

    Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012

    ISSN : 0853-0823

    dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya, asyik sendiri dan melupakan orang lain. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Oleh karena itu,[4] pendidikan, khususnya pendidikan IPA yang berwawasan kemanusiaan (humanistik) menjadi penting dan diperlukan.

    Menurut ref. [5], nilai-nilai humanistis dalam pendidikan IPA tidak mudah ditemukan dalam waktu dekat tanpa pergeseran kebijakan kurikulum dan pendidikan IPA informal yang kuat. Guru juga memiliki keterbatasan untuk memberikan pengetahuan yang mendalam tanpa dukungan finansial ekstra.

    Pengelolaan pembelajaran menurut ref. [6] dapat diartikan sebagai kegiatan yang berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian komponen-komponen pembelajaran dengan menerapkan ilmu pembelajaran yang tepat, agar supaya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

    Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP. Pengembangan model ini sebagai upaya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh SMP dalam pengelolaan pembelajaran IPA. Sementara di sisi lain, para guru sudah memiliki potensi dan semangat untuk melaksanakannya.

    Menurut ref. [7] penelitian dan pengembangan pendidikan muncul untuk menjadi strategi yang menjanjikan untuk pengembangan pendidikan. Penelitian dan pengembangan pendidikan atau Research and Development (R and D) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian tentang pengembangan model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP penting dan relevan untuk dilaksanakan.

    Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji dan mendeskripsikan profil model pengelolaan pembelajaran IPA di SMP selama ini, (2) mengembangkan model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP, (3) menghasilkan model teruji pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP.

    II. LANDASAN TEORI

    Ref. [8] ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya berupa penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

    konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan Menurut ref. [9], IPA sebagai disiplin ilmu terdiri atas physical sciences dan life sciences. Physical sciences meliputi: astronomi, kimia, geologi, minerologi, meteorologi, dan fisika. Life sciences meliputi: biologi, zoology, dan fisiologi. IPA juga berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan atau intelektual dan pemahamannya tentang alam semesta dan seisinya ini yang penuh dengan rahasia yang tidak ada habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam satu persatu dan mengalirnya informasi yang dihasilkannya, maka jangkauan IPA akan semakin luas dan lahirlah IPA terapannya, yakni teknologi. Menurut ref. [10], IPA mencakup dua aspek, yaitu aspek body of knowledge yang sering pula disebut dengan aspek produk dan aspek metode yang dikenal juga dengan istilah proses. Aspek produk meliputi: prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan elements besides its basic concepts. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPA tediri dari 3 aspek, yakni produk, proses, dan sikap.

    Revolusi humanistik dalam pendidikan melibatkan perubahan dalam tujuan pendidikan. Masalah-masalah individu, bangsa, sosial, dan kewarganegaraan tidak dapat dijawab hanya dengan pengembangan intelektual. Sejumlah masalah yang dihadapi manusia saat ini ada empat yang utama, yakni: kemiskinan, polusi, populasi, dan interpersonal. [11] tiga masalah pertama esensinya adalah masalah teknis, tetapi masalah yang keempat jelas dibutuhkan lebih dari intelegensi dan bagaimana mengetahui secara teknis. [12] kegiatan pembelajaran memiliki posisi penting bagi pengembangan sumberdaya manusia unggul.. Pembelajaran merupakan jantungnya aktivitas pendidikan. Di dalam kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses transformasi pengalaman belajar kepada siswa sesuai kurikulum yang berlaku. Pendidikan yang humanis berarti keseluruhan unsur dalam pendidikan yang mencerminkan keutuhan manusia dan membantu manusia agar menjadi lebih manusiawi. Pendidikan humanis lebih menekankan pada mengembangan kepribadian siswa secara utuh daripada melatih keterampilan-keterampilan tertentu yang siap pakai di dalam jenis pekerjaan tertentu.

    Menurut ref. [13], pendidikan berhubungan dengan manusia, sehingga konsepsi tentang pendidikan menyangkut pemandangan tentang apa artinya menjadi manusia. Pendidikan adalah proses membangun manusia dan jalan yang paling tepat untuk membangun manusia adalah melalui model pendidikan yang disebut humanitas. Mereka yang sungguh-sungguh menginginkan dan mengusahakan ini dimanusiakan. Model pendidikan ini pada jaman Romawi disebut humanitas yang kemudian berkembang gagasan lain yang merangkum dalam istilah humanisme. Sekarang banyak digunakan istilah pemberdayaan atau empowerment. Pendidikan bertujuan membangun dalam diri siswa ketiga kekuatan, yakni: power to (daya untuk

  • 140 Sholihun, dkk/ Komputasi Koefisien Rekopling Wigner Simbol 3n-J ( 2n ) melalui Kaitan Rekursif Aljabar untuk Sembarang Kopling Momentum Sudut

    Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012

    ISSN : 0853-0823

    berbuat), power with (kekuatan bersama), dan power within (kekuatan dari dalam).

    Menurut ref.[14], humanistic perspectives in the science curriculum have been described in various ways, including: values, the nature of science, the social aspects of science, and the human character of science revealed through its sociology, history, and philosophy. Menurut ref. [15], pendidikan yang humanis adalah komitmen kepada pendidikan dan latihan yang semua aspek proses belajar mengajar atau pembelajarannya memberikan penekanan utama kepada kebebasan, nilai, manfaat, harkat dan martabat, dan integritas personal atau individu. Combs memberikan ciri-ciri pendidikan yang humanis yang dapat dilihat dari interaksi guru dan guru, interaksi siswa dan siswa, aktivitas siswa, dan penggunaan fasilitas secara optimal.

    Menurut ref. [16], pendidikan dan pengelolaan pendidikan sebagai topik yang tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Selama dunia masih terbentang tentu peran pendidikan dan pengelolaan pendidikan masih diperlukan dan bahkan menentukan untuk menyempurnakan diri setiap manusia sebagai khalifah di bumi. Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembentukan pribadi manusia.

    Manurut ref. [17], dalam pendidikan, pengelolaan diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditentukan sebelumnya, sedangkan menurut ref. [18], pengelolaan adalah proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan tujuan.

    Pengelolaan dapat diterapkan di berbagai bidang termasuk pendidikan. Pengelolaan pendidikan ref. [19] adalah aplikasi konsep, prinsip, dan teori pengelolaan dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Definisi pengelolaan pendidikan ini sesuai dengan definisi pengelolaan pendidikan oleh ref. [20] bahwa pengelolaan pendidikan adalah aplikasi teori atau praktek pengelolaan pada bidang pendidikan atau institusi pendidikan. Di berbagai organisasi selalu dijalankan fungsi pengelolaan yang seharusnya dilaksanakan yaitu: planning, organizing, coordinating, actuating, dan controlling. Fungsi-fungsi tersebut tidak jauh berbeda di dalam pengelolaan pendidikan. Pengelolaan pendidikan dengan pengelolaan lainnya dibedakan oleh komponen di dalamnya. Komponen pengelolaan pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, siswa, stakeholder, fasilitas, pembiayaan, dan school public relation.

    Pengelolaan pendidikan merupakan cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga banyak yang belum mengenalnya. Istilah lama yang sering digunakan adalah administrasi. Menurut ref. [21], pengelolaan pendidikan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi

    pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Menurut ref. [22], pengelolaan pendidikan adalah ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengelolaan pendidikan juga dapat diartikan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

    Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian pengembangan model pengelolaan Pembelajaran IPA terpadu yang humanis ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh team teaching yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dan humanis.

    Team teaching merupakan strategi pembelajaran yang kegiatan proses pembelajarannya dilakukan oleh lebih dari satu orang guru dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masing-masing. ref. [23] metode pembelajaran team teaching adalah metode mengajar yang pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas sesuai kesepakatan. III. METODE PENELITIAN

    Model pengembangan dalam penelitian ini adalah model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Developmet) yang berangkat dari adanya masalah dan potensi di sekolah-sekolah yang diteliti.

    Prosedur pengembangan model meliputi penelitian pendahuluan dan pengembangan model. Penelitian pendahuluan dilakukan di SMP Negeri 1, SMP Negeri 7, dan SMP Negeri 15 Kota Yogyakarta. Berrdasarkan kelemahan dan kekuatan profil model pengelolaan pembelajaran IPA di tiga sekolah yang diteliti selama ini dan teori-teori dari berbagai sumber maka dikembangkanlah model pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP.

    Setelah dihasilkan model awal dilakukan uji coba produk. Pertama dilakukan uji coba untuk menguji validitas konseptual model oleh ahli, kemudian dilakukan uji coba untuk menguji validitas operasional model di lapangan, yakni di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan analisis data, spesifikasi model pengelolaan pembelajaran IPA di SMP selama ini adalah sebagai berikut. Parsial, pembelajaran IPA dilakukan oleh guru secara terpisah. Dalam pembelajaran ini IPA Fisika, IPA Biologi, atau IPA Kimia dilakikan secara terpisah. Kurang humanis, guru menghargai siswa, tulus, dan berperan sebagai fasilitator. N Namun, interaksi antar siswa belum banyak terjadi, aktivitas siswa belum banyak dilibatkan dalam penilaian pembelajaran, guru belum melakukan analisis pembelajaran, dan fasilitas laboratorium dan

  • Sholihun, dkk/ Komputasi Koefisien Rekopling Wigner Simbol 3n-J ( 2n ) melalui Kaitan Rekursif Aljabar untuk Sembarang Kopling Momentum Sudut

    141

    Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012

    ISSN : 0853-0823

    sumber belajar belum dimanfaatkan secara optimal baik oleh guru maupun oleh siswa. Individual teaching, fungsi-fungsi pengelolaan, yakni: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dilakukan oleh seorang guru.

    Telah dihasilkan model pengelolaan pembelajaran IPA yang diorientasikan agar sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan yang humanis. Spesifikasi model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP adalah sebagai berikut. Terpadu, pembelajaran berangkat dari suatu tema pemerasatu. IPA Kimia, IPA Biologi, dan IPA Fisika dipadukan. Humanis, interaksi guru dan siswa tulus, hangat, dan empati, guru merespon siswa secara verbal dan non verbal, nteraksi siswa dengan siswa saling mendengar, berbagi, dan membantu, mendiskusikan pertanyaan dan isu dengan bebas, siswa aktif dilibatkan dalam penemuan dan aktif, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi pembelajaran. Team teaching, fungsi-fungsi pengelolaan, yakni: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dilakukan oleh team teaching.

    Gambar 1. Model pengembangan pengelolaan pembelajaran

    IPA terpadu yang humanis di SMP.

    Model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP dinyatakan valid, sehingga model ini dapat digunakan tanpa revisi. Hasil analisis data pada uji coba model konseptual untuk semua aspek dan kriteria skor rata-ratanya lebih dari 3 dan pada uji coba model operasional untuk semua aspek dan kriteria skor rata-ratanya 100.

    V. KESIMPULAN Telah diperoleh gambaran profil model pengelolaan

    pembelajaran IPA di SMP dengan spesifikasi terpisah, kurang humanis, dan individual teaching. Telah dikembangka model pengelolaan pembelajaran IPA terpadu yang humanis di SMP. Model yg dikembangkan dinyatakan valid sehingga layak digunakan di SMP.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Sue Dechow, Ph.D, Lucila Rudge, Ph.D., Keren Irving, Ph.D., Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc., Prof. Dr. Madyo Ekosusilo, M.Pd, Dr. P Eko Prasetyo, SE., M.Si., yang telah mereview makalah ini dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini. PUSTAKA [1] Depdiknas. tt.Model Pembelajaran IPA Terpadu.tp. [2] Wei, Bing.2009. Research Report in Search of

    Meaningful Integration: The Experimences of Developing Integrated Science Curricula in Junior Secondary Schools in China. International Journal of Science Education Vol. 31, No. 2, 15 January 2009, pp. 274-277.

    [3] Rahadyanti, Agni. 2008. IPA Terpadu Hadapi Tantangan. Online.http://einchamhada.blogspot.com/2009/05/ipa-terpadu-hadapi-tantangan.html, diakses tanggal 5 Mei 2009.

    [4] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

    [5] Popov, Oleg. 2008:46-47) Considering Liberal and Humanistic Values in Science Education Curriculum. Journal of Problem of Education in The st Century, Volume 3, 2008, pp. 46-47.

    [6] Suprihadi.2004. Manajemen Pembelajaran.Malang: Universitas Negeri Malang.

    [7] Borg., W.R., and Gall,M.D.,Gall,J.P. 1983. Educational Research, An Introduction. Seventh Edition. New York and London: Longman Inc.

    [8] Depdiknas.2003. Kurikulum dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah

    [9] Sumaji.1998. Dimensi Pendidikan IPA dan Pengembangannya sebagai Disiplin Ilmu. Suwarno dkk. (Ed). Pendidikan Sains yang Humanis (hlm.31).Yogyakarta: Kanisius, pp. 31-32.

    [10] Sarkim,T. 1998. Humaniora dalam Pendidikan Sains. Suwarno dkk. (Ed). Pendidikan Sanis yang Humanis (hlm.146-147).Yogyakarta: Kanisius, pp. 129-135.

    [11] Patterson, C. H, 1973. Humanistic Education. New`Jersey: Prentice Hall, Inc.

    [12] Ghufron, Anik. 2005. Model Pengembangan Sistem Pembelajaran bagi Penyiapan Sumberdaya Manusia Era Informasi. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Teknologi Pembelajaran Teknologi Pembelajaran Menuju Mayarakat Belajar pada tanggal 5-6 Desember 2005, pp..2-3.

    [13] Sastrapratedja, M. 2001. Pendidikan sebagai Humanisme. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.Sugihartono.,

  • 142 Sholihun, dkk/ Komputasi Koefisien Rekopling Wigner Simbol 3n-J ( 2n ) melalui Kaitan Rekursif Aljabar untuk Sembarang Kopling Momentum Sudut

    Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY, Purworejo 14 April 2012

    ISSN : 0853-0823

    Bambang. 2008. umanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.

    [14] Aikenhead, Glen S. 2003. Review of Research on Humanistic Perspectives in Science Curricula. A paper presented at the European Science Education Research Association (ESERA) 2003 Conference, Noordwijkerhout, The Netherlands, August 19-23, 2003.

    [15] Combs, Arthur W. 1983. A Report of the ASCD Working Group on Humanistic Education. Washington DC: Association for Supervision and Curriculum Development.

    [16] Rifai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009. Educational Management, Analisis Teori dan Praktek. Jakarta: Rajawali.

    [17] Pidarta, Made. 1998. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara.

    [18] Sule, Ernie Tisnawati dan Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

    [19] Kusuma, Imma Helianti, Manajemen Pendidikan di Era Reformasi. Jurnal Pendidikan Penabur ,Nomor 06/Th V, Juni 2006, pp.79-80.

    [20] Kimani, Gerald Ngugi. 2011. Educational Management. http:// creativecommons.org/licenses/by/2.5/, diakses tanggal 30 November 2011.

    [21] Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliani, 2008, Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

    [22] Usman, Husaimi. 2008. Manajemen: Teori Praktek & Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    [23] Artiningsih, Yeni. 2008. Team Teaching. Online http://akhmadsudrajat. wordpress.com/, dikases tanggal 3 Februari 2010

    TANYA JAWAB

    Sismanto,UGM ? Apa pengertian humanis yang operasional atau yang dapat diukur? ? Apa saja tolok ukurnya bahwa sekolah tersebut termasuk humanis? Widodo, UAD Dalam makalah sudah saya buat tabel yang meliputi dimensi dan indikator pembelajaran yang humanis. Tolok ukur sekolah humanis adalah 1. Interaksi guru dan siswa (memperlakukan siswa dengan sopan, tulus, hangat, empati, guru merespon siswa), 2. Aktivitas siswa (siswa aktif, ada diskusi, siswa berani bertanya, siswa diberikan tugas untuk ekplorasi), 3. Interaksi antar siswa (mendengar satu sama lain, saling berbagi, adakan pertemuan kelas), 4. Fasilitas dan materi (tersedia sumber belajar yg dapat diakses siswa secara bebas. Kusminarto, UGM ? Bagaimana cara mengukur bahwa model yang diusulkan lebih baik daripada model yang ada? Widodo, UAD Ukuran model yang saya kembangkan lebih baik dalam artian sesuai dengan kebijakan pemerintah dan tingkat berfikir siswa seusia SMP, dan mengeliminasi hambatan-hambatan yang ada saat ini.