fsgfgx

30
Jawaban LI LBM3 Blok 17 Lela Setyorini 31101200264 Bagaimana cara menghitung kebutuhan ruang di skenario dan macam-macam metode yang digunakan Macam-macam analisis model studi : 1. Analisis geligi tetap a) Analisis Howes Metode Howes digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen yaitu untuk mengetahui lebar lengkunng gigi dan lengkung basal (basis alveolaris) pasien dengan menggunakan jumlah mesiodistal geligi dari M1 s.d M1 sebagai prediktor. Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Hasil analisa dari perhitungan Howes sebagai berikut : Normal, apabila perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira = 44%, menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung semua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM < 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Referrensi lain : Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar. Referensi lain : a. supaya lengkung gigi dapat menampung gigi gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil, indeks premolar sekurang kurangnya 43%. b. supaya lengkung basal dapat menampung gigi gigi dalam lengkung ideal dan stabil, indeks premolar sekurang kurangnya 44% c. apabila indeks fossa canina pasien < 37%, maka kasus tersebut indikasi dilakukan pencabutan. d. Apabila indeks fossa canina pasien antara (37% < n < 44%), merupakan kasus meragukan, indikasi ekspansi atau pencabutan.

Upload: conita-aulia-wijayanti

Post on 17-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

fdsfds

TRANSCRIPT

Page 1: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Bagaimana cara menghitung kebutuhan ruang di skenario dan macam-macam metode yang digunakan

Macam-macam analisis model studi :1. Analisis geligi tetapa) Analisis Howes Metode Howes digunakan untuk analisis lengkung pada periode gigi permanen yaitu untuk

mengetahui lebar lengkunng gigi dan lengkung basal (basis alveolaris) pasien dengan menggunakan jumlah mesiodistal geligi dari M1 s.d M1 sebagai prediktor.

Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan.

Lebar lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.

Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Hasil analisa dari perhitungan Howes sebagai berikut :

Normal, apabila perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira = 44%, menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung semua gigi.

Bila perbandingan antara PMBAW dan TM < 37% berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Referrensi lain : Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi premolar.

Referensi lain : a. supaya lengkung gigi dapat menampung gigi gigi ke dalam lengkung ideal dan stabil, indeks

premolar sekurang kurangnya 43%.b. supaya lengkung basal dapat menampung gigi gigi dalam lengkung ideal dan stabil, indeks

premolar sekurang kurangnya 44%c. apabila indeks fossa canina pasien < 37%, maka kasus tersebut indikasi dilakukan

pencabutan.d. Apabila indeks fossa canina pasien antara (37% < n < 44%), merupakan kasus

meragukan, indikasi ekspansi atau pencabutan.e. Apabila indeks fossa canina < indeks premolar, merupakan kontraindikasi ekspansi.

Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.

b) Metode PontAnalisis Pont digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ke arah lateral di region interpremolar pertama dan intermolar pertama.

Tujuan : untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi atau distraksi atau normal.

Prinsip perhitungannya: dengan lebar mesiodistal 21 12 sebagai prediktor dilakukan untuk menghitung lebar lengkung gigi di regio inter P1 dan inter M1 yang ideal untuk menampung gigi.

Page 2: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Hasil analisis :a. Derajat kontraksi/distraksi dikatakan ringan : 5 mm b. Derajat kontraksi/distraksi dikatakan sedang : 5 - 10 mmc. Derajat kontraksi/distraksi dikatakan berat : >10 mm

Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih mendekati bidang midsagital.Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih menjauhi bidang midsagital.

Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada fosa sentral molar pertama.

Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.

c) Metode KeslingMetode Kesling adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan gigi- giginya, kemudian disusun kembali pada basal archnya baik mandibula atau maksila dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai posisi aksisnya.

Cara ini berguna sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara individual.

d) Indeks Bolton Prinsip Bolton : mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap ukuran

gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Cara menghitungnya :Jumlah lebar 12 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Hasil analisis :

Jika rasio keseluruhan > 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang bawah. Jika rasio < 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang atas.

Pengurangan antara ukuran gigi yang sebenarnya dan yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi.

Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100.

Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak berlebih.

Page 3: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Jika rasio anterior > 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika < 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.

e) Analisis Arch Length Discrepancy (ALD) Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan kebutuhan ruang untuk pengaturan gigi-gigi dalam perawatan ortodontik. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat ditentukan indikasi perawatannya.

Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan metode Kesling, yaitu menetapkan diskrepansi antara lengkung gigi yang direncanakan dengan besar gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut pada saat melakukan koreksi maloklusi.

Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan langsung pada model dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi dengan cara menggergaji masing - masing mahkota gigi dari bagian processus alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva, kemudian menyusun kembali pada posisi yang benar. Diskrepansi ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk penempatan gigi Premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk masing - masing sisi rahang.

Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang direncanakan pada plastik transparan di atas plat gelas, kemudian membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi yang akan ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan metode ini perencanaan perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat model khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada model studi.

Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen atau ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Pengukuran dilakukan pada gigi molar pertama kiri sampai molar kedua kanan pada setiap rahang.

Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.

Page 4: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.

2. Analisis geligi campuranMETODE NANCE

Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika. Dasar : adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi pengganti Tujuan : untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup

tersedia/lebih/kurang ruang. Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1m2 dan gigi pengganti 3 4 5. Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan.

Masing-masing sisi :RA : 0,9 mmRB : 1,7 mm

Prosedur :

Page 5: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

a. Persiapan1. Model RA & RB2. Ro foto regio I1I, IV, V3. Alat : jangka sorong

b. Cara1. Ukur mesiodistal c m1m2 dari model atau langsung RA-kanan, kiri RB kanan, kiri. Kemudian

dijumlahkan.2. Ukur jumlah mesiodistal 3 4 5 yang belum tumbuh dari ro foto di regio III, IV, V —RA & RB

kanan dan kiri. Kemudian dijumlahkan.Akurasi hasil ro foto perlu, supaya tidak terjadi distorsi. Bila perlu dari masing-masing regio III, IV, V atau dibatasi tiap dua gigi satu ro foto. Kemudian bandingkan hasil 1 & 2

Kemungkinan :1. hasil 1=2 — cukup2. hasil 1>2 — kelebihan3. hasil 1<2 — kurang

Hubungan molar :- Satu bidang terminal edge to edge- Penyesuaian molar/Molar adjustment.

Leeway Space - RA = 0,9 mm - RB =1,7 mm

- Neutro oklusiad.1 - perlu observasiad.2 - molar adjustment

- pengaturan gigi anteriorad.3 - observasi

grinding/slicing/stripping ekspansi lengkung gigi / basal / sutura palatina- pencabutan:serial extraction

Ro Foto Nance-mutlak diperlukan, karena untuk mengetahui adanya; -agenesis 3,4,5; patologi ; resorbsi akar, dll.

METODE HUCKABACara untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal masing-masing gigi 3,4,5 digunakan:Rumus : (0x1)

x — ___________ (Yi)

x= gigi tetap yang dicariy= besar gigi susu diukur dari model y'= besar gigi susu diukur dari ronsen xi= besar gigi tetap diukur dari ronsen

METODE MOVERSDiperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas Michigan.Pemakaian ronsen foto tidak mutlak diperlukan.

Page 6: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Keuntungannya:a. Kesalahan sedikit dan ralat kecil diketahui dengan tepat.

METODE KORKHAUSJarak insisivus tetap atas dan premolar adalah jarak pada garis sagital antara titik pertemuan insisivus tetap sentral dan titik dimana garis sagital tersebut memotong garis transversal yang menghubungkan premolar pertama atas pada palatum.

a) Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografiMetoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.

Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin umum, sangat penting untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang dapat dilihat baik secara radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung. Perbandingan sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum erupsi adalah sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan lebar premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran bergantung pada kualitas radiografi dan kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik pada maksila maupun mandibula.

b) Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitasMoyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali terlibat dalam masalah penanganan ruangan.

Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.

c) Tanaka-Johnston

Page 7: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun.

Perkiraan ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm.

Perlukah dilakukan pencabutan pada gigi berjejal? Indikasi untuk pencabutan dlm menentukan ruang

Keputusan klinisi untuk melakukan ekstraksi dalam perawatan ortodonti adalah: adanya berdesakan, protusi insisif, diperlukan koreksi profil, anomali ukuran gigi, pergeseran garis median, jarakgigit yang parah, dan kestabilan hasil perawatan.

Ekstraksi premolar menyebabkan perubahan profil jaringan lunak, dalam beberapa kasus perubahan ini meningkatkan estetik wajah tetapi di lain pihak hal yang tidak diinginkan juga dapat terjadi pada wajah.Indikasi Pencabutan Gigi Gigi mungkin perlu di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena sakit gigi itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di sekitarnya, atau letak gigi yang salah. Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan gigi: a. Karies yang parah

Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.

b. Nekrosis pulpa Sebagai dasar pemikiran, yang ke-dua ini berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan jumlah pasien yang menurun atau perawatan endodontik saluran akar yang berliku-liku, kalsifikasi dan tidak dapat diobati dengan tekhnik endodontik standar. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.

c. Penyakit periodontal yang parah Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.

d. Alasan orthodontik Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling sering diekstraksi adalah premolar

Page 8: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

satu rahang atas dan bawah, tapi premolar ke-dua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.

e. Gigi yang mengalami malposisi Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh umum ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak di pipi. Dalam situasi gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.

f. Gigi yang retak Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi karena gigi yang telah retak. Pencabutan gigi yang retak bisa sangat sakit dan rumit dengan tekhnik yang lebih konservatif. Bahkan prosedur restoratif endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi yang retak tersebut.

g. Pra-prostetik ekstraksi Kadang-kadang, gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik seperti gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian lepasan atau gigitiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan sangat diperlukan.

h. Gigi impaksi Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien dengan usia lanjut, maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.

i. Supernumary gigi Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.

j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.

k. Terapi pra-radiasi Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.

l. Gigi yang mengalami fraktur rahang Pasien yang mempertahankan fraktur mandibula atau proses alveolar kadang-kadang harus merelakan giginya untuk dicabut. Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.

m. Estetik

Page 9: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik. Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetracycline atau fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol. Meskipun ada tekhnik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan prosedur ortodonsi atau osteotomy dapat digunakan untuk memperbaiki tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi ekstraksi dan prostetik.

n. Ekonomis Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.

Kontraindikasi Pencabutan Gigi a. Kontaindikasi sistemik

Kelainan jantung Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic

purpura, hemophilia dan anemia Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi akan

menyebabkan keadaan akut Penyakit hepar (hepatitis). Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat

rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang lama. Alergi pada anastesi local Rahang yang baru saja telah diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun sehingga rasa

sakit hebat dan bisa fatal. Toxic goiter Kehamilan. pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat itu mempunyai efek rendah

terhadap janin. Psychosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena dapat

berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi Terapi dengan antikoagulan.

b. Kontraindikasi lokal Radang akut. Keradangan akut dengan cellulitis, terlebih dahulu keradangannya harus

dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh langsung dicabut. Infeksi akut. Pericoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat M3 RB erupsi terlebih

dahulu Malignancy oral. Adanya keganasan (kanker, tumor dll), dikhawatirkan pencabutan akan

menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasannya harus diatasi terlebih dahulu.

Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontik dan sebagainya

Page 10: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Mekanisme terjadinya mouth breathing dan thumb sucking1. Mouth Breathing

Menurut Fin (1962) kebiasaan bernafas melalui mulut yang kronis mengakibatkan perubahan pada pertumbuhan tulang rahang dan keseimbangan otot-otot wajah. Untuk mendapatkan suatu oklusi yang baik, perlu dijaga keseimbangan dari ketiga otot yang disebut triangular force conseps, yaitu otot lidah, pipi dan bibir. Apabila terjadi ketidakseimbangan dari ketiga otot ini maka, akan terjadi maloklusi. Mekanisme :

Pada saat bernafas lewat mulut, bibir dalam keadaan istirahat tidak bertemu (Moyers, 1973). Bernafas lewat mulut memerlukan posisi postural yang berubah dari mandibula. Mandibula diturunkan dan jarak interoklusal meningkat berlebihan (Foster, 1993), kepala akan bertambah tinggi, posisi tulang hyoid semakin rendah, dan lidah akan bertambah ke depan dan bawah (Faria dkk., 2002). Posisi lidah yang ke depan mengakibatkan lengkung mandibula lebih mendapat pelebaran ke arah lateral dibanding dengan lengkung maksila yang menjadi sempit oleh karena pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga sebagian gigi posterior miring ke lingual.

Ciri mouth breathing diantaranya : memiliki wajah adenoid yaitu wajah panjang dan sempit, hidung dan jalan udara nasal yang sempit, bibir lemah dengan bibir atas yang pendek, tahanan bibir yang tidak adekuat, skeletal open bite atau sindrom wajah panjang yaitu erupsi gigi posterior yang berlebihan, lengkung maksila yang sempit, overjet yang berlebihan dan pertumbuhan mandibula yang buruk (Kohli, 2010), palatum sempit dengan bentuk huruf V, cekungan palatal yang tinggi, insisivus yang protrusif dan oklusi Angle kelas II divisi 1, gigi berjejal pada lengkung rahang bawah dan atas, gangguan pertumbuhan vertikal, posisi lidah yang rendah yang menganggu fungsi (Gartika, 2008).

2. Thumb SuckingOpen bite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap pada

gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Tanda lain yang akan terlihat adalah pergerakan gigi-gigi insisivus atas ke arah labial dan gigi-gigi insisivus bawah ke arah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisivus ini tergantung pada jari yang dihisap dan diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang diletakkan ke dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi-gigi insisivus rahang atas dan pada permukaan labial gigi insisivus bawah.

Anak yang secara aktif menghisap jari dapat menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang atas, sehingga menjadi lebih protrusif dan gigi insisivus bawah lebih

Page 11: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

retrusif dengan demikian bertambahnya overjet dan overbite semakin besar (Fields, 1993; Moyers, 1988).

Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontraksi maxilla. Kontraksi maxilla biasa terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena lengkung maxilla gagal untuk berkembang karena perubahan keseimbangan antara tekanan pipi dan lidah. Ketika ibu jari diletakkan di dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh palatum serta menurunkan tekanan lidah pada bagian lingual gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi muskulus bucinator selama menghisap.

Hilangnya keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan lingual menyebabkan lengkung posterior maksila berkontraksi menjadi crossbite posterior. Tekanan pipi terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung maksila berubah menjadi bentuk V (Fields, 1993; Moyers, 1988).

Teknik melakukan foto rontgen sefalometri dan OPGTEKNIK SEFALOMETRI RADIOGRAFIK 1. Alat Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen). Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam. Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak diperlukan. Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.

Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu: a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset, sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior. b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah jenis ini yaitu Rotating type.

a. Teknik pembuatan sefalogram • Proyeksi lateral atau profil

Proyeksi lateral dapat diambil pada subjek dengan oklusi sentrik , mulut terbuka atau istirahat. Kepala subjek difiksir pada sefalometer, bidang sagital tengah terletak 60 inci atau 152,4 cm dari pusat sinar X dan muka sebelah kiri dekat dengan film. Pusat berkas sinar X sejajar sumbu transmeatal (ear rod) sefalometer. Jarak bidang sagital tengah-film 18 cm. FHP (Frankfurt Horizontal Plane) sejajar lantai, subjek duduk tegak, kedua telinga setinggi ear rod.

• Proyeksi postero-anterior/frontal

Page 12: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Pada proyeksi postero-anterior tube diputar 90o sehingga arah sinar X tegak lurus sumbu transmeatal.

• Oblique sefalogram Oblique sefalogram kanan dan kiri dibuat dengan sudut 45• dan 135•terhadap proyeksi lateral.

Arah sinar X dari belakang untuk menghindari superimposisi dari sisi mandibula yang satunya. FHP sejajar lantai. Oblique sefalogram sering digunakan untuk analisis subjek pada periode gigi bercampur.

b. Teknik penapakan sefalogram Analisis sefalometri radiografik dibuat pada gambar hasil penapakan sefalogram. Acetate

matte tracing paper (kertas asetat) tebal 0,003 inci ukuran 8x10 inci dipakai untuk penapakan sefalogram. Kertas asetat dilekatkan pada tepi atas sefalogram dengan Scotch tape (agar dapat dibuka apabila diperlukan), kemudian diletakkan di atas iluminator (negatoscope). Penapakan sefalogram dianjurkan menggunakan pensil keras (4H) agar diperoleh garisgaris yang cermat dan tipis.

Prosedur kerja yang dilakukan adalah penentuan titik, bidang, dan sudut referensi sefalometri yang kemudian dihubungkan dengan penentuan indeks ekstraksia) Sella tursika (S) : titik pusat geometrik dari Pituitary fossa b) Nasion kulit (N’) : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. c) Porion, (Po ): titik yang paling superior dari meatus acusticus eksternus, menyinggung bidang frankfort.d) Orbitale (Or) : titik terendah dari dasar rongga mata yang terdepan. e) Gonion (Go ) : titik persimpangan antara garis singgung ramus posterior dengan bidang mandibula dengan pertumbuhan untuk tindakan perawatan bedah f) Gnation (Gn) : titik yang berada di antara titik MENTON dan POGg) Titik A: Subspinale, : titik yang paling cekung dari lengkung yang dibentuk antara spina nasalis anterior dan prosthion. h) Titik B : Supramental, : titik yang paling cekung dari lengkung yang dibentuk antara infra dental dan pogonion. i) Posterior maxillary point (PMP ) : dikarenakan kordinat titik berada berada daerah tengah tulang mata bagian atas. j) Anterior Nasal Spine( ANS ) berada : titik dimana septum nasal berbatasan dengan bibir atas

Titik-titik referensi Sefalometri A (Titik A) : Titik terdalam pada cekungan maksila antara spina nasalis anterior dan prosesus alviolaris. A1 Insisivus: ujung insisal insisif sentral atas.AR Insisivus: ujung akar insisif sentral atas.ANS Maksila : Ujung dari spina nasalis anterior.B (Titik B) : Titik terdalam pada cekungan anterior dari simpisis mandibula

Page 13: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

B1 Insisivus : Ujung insisal sinsisif sentral bawah.BR Insisivus : Ujung akar insisal sentral bawah. DT (Dagu ): Titik pada kurva anterior dari jaringan lunak dagu, berhubungan dengan garis estetik.En (Hidung ): Ujung hidungMn (Dasar hidung) : Titik pertengahan dari dasar hidung.Go (Gonion) : persimpangan dari ramus dan bidang mandibula. Me (Menton) : Titik paling bawah yang terletak pada tengah-tengah kurva dari simpisis.N (Nasion) : Titik yang terletak pada batas perpotongan sutura nasofrontalis. O (Orbitale) : Titik yang terletak paling bawah dari garis luar dasar orbit

Berhubungan dengan garis Frankfort:PAC (Posterior Alar Cartilage) : posterior tulang rawan hidung.PNS Maksila : Ujung terbelakang dari spina nasalis.Pr (Porion) : Sebuah titik yang terletak paling atas dari Porus akustikus eksternus , berhubungan dengan garis Frankfort.Pg (Pogonion) : Titik terdepan kontur dagu

Bidang Lateral Sefalometri1. Bidang Frankfort Horisontal: menghubungkan dari Porion ke Orbita (Po-O).2. Bidang Fasial: dari Nasion ke Pogonion (NPg).3. Bidang Mandibula: garis dari Gonion ke Menton (Go-Me).4. Bidang AB: Garis dari Titik A ke Titik B (A–B).5. Bidang Palatal: Garis dari Anterior Nasal

Spine ke Posterior Nasal Spine (ANS–PNS) Biasanya garis palatal maksila normalnya meluas kebagian bawah hidung (belakang atas tulang rawan hidung, PAC)

6. Garis Estetik: Untuk orang Kaukasoid harus digambar dari dasar tengah hidung ke ujung dagu (Mn–DT), dan untuk orang Asia, garis harus ditarik dari ujung hidung ke ujung dagu (En–DT).7. Insisivus axis: Sumbu panjang dari insisivus (A1-AR, B1-BR).

Perbedaan daya dan gayaDaya merupakan besaran fisika yang menyatakan usaha yang dilakukan oleh benda setiap sekonnya atau laju energi yang berubah menjadi energi bentuk lain.Gaya adalah sesuatu yang dapat membuat sebuah benda mempunyai massa dan mengalami percepatan.

Bagaimana membedakan maloklusi itu yg dental, skeletal, atau dentoskeletal, klasifikasi angle

Penentuan tipe maloklusi (dental, skeletal, atau dentoskeletal) dapat dilakukan dengan:

a. Analisis profil klinis :

Mengamati hubungan rahang atas terhadap rahang bawah langsung pada pasien dengan bantuan

seutas benang yang diberi pemberat, pasien diamati dari lateral tegak lurus bidang sagital, sebagai

acuan atau referensi dalam keadaan normal akan melewati permukaan labial gigi di daerah sepertiga

Page 14: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

bagian distal lebar mesiodistal gigi kaninus atas kanan dan kiri (Dalil Kaninus atau Simon Low) dan

pada rahang bawah akan melewati daerah interdental gigi kaninus dan premolar pertama pada sisi

distal kaninus bawah.

Apabila bidang orbital pasien berada di distal posisi normal maka posisi maksila atau mandibula

pasien protrusif dan bila ada di mesial posisi normal maksila atau mandibula retrusif.

Posisi maksila dan madibula pasien dapat pula ditentukan dengan mengamati bagian depan maksila

(Subnasale atau Sn) dan bagian depan mandibula (Pogonion atau Pog) terhadap bidang yang melalui

titik glabella tegak lurus FHP (G FHP)

Maksila normal : titik Sn berjarak 6 + 3 mm, protrusif >9 mm, retrusif < 3 mm

Mandibula normal : titik Pog.berjarak 0 + 4 mm, proturusif > 4 mm, retrusif

< 0 mm/ negatif.

Gambar 1 : Posisi maksila dan mandibula terhadap bidang orbital (Dalil Simon)

b. Analisis gnatostatik model :

Page 15: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Model gigi dibuat dan dikonstruksi dengan alat Gnatostaat sehingga dapat mentransfer posisi bidang

orbital, bidang oklusal sesuai dengan keadaan pasien. Posisi bidang orbital pada model dapat

ditentukan dengan membuat garis sesuai dengan posisi bidang orbital pasien, kedua sudut samping

depan kanan dan kiri boksing model rahang atas tepat pada posisi bidang orbital pasien (garis

Simon).

Penentuan posisi maksila ditentukan dengan mengamati posisi sepertiga distal kaninus atas terhadap

tepi lateral depan boksing (bidang orbital)

Posisi mandibula dapat ditentukan dengan mengamati posisi interdental kaninus dan premolar

pertama bawah terhadap tepi lateral depan boksing (bidang orbital).

c. Analisis model studi :

Posisi bidang orbital pada studi model dapat ditransfer dari hasil pengamatan langsung secara klinis

seperti yang dilakukan di atas (a) kemudian ditandai pada permukaan labial atau bukal gigi pada

model dan pada tepi lateral boksing kemudian model ditriming untuk membentuk sudut depan lateral

boksing.

Kemudian tentukan posisi maksila dan mandibula, dapat dilakukan dengan menetapkan posisi

bidang orbital pasien : bila melewati daerah sepertiga distal permukaan labial gigi kaninus atas posisi

maksila normal, bila berada didistalnya posisi maksila protrusif dan bila berada didepannya posisi

maksila retrusif.

Posisi mandibula ditetapkan dengan mengoklusikan model RA atau RB secara sentrik, amati posisi

bidang orbital pasien pada gigi-gigi bawah, bila melewati daerah interdental gigi kaninus dan

premolar pertama bawah tepat pada sisi distal gigi kaninus posisi mandibula normal, bila garis Simon

(bidang orbital) berada di distalnya posisi madibula protrusif dan bila berada didepannya posisi

mandibula retrusif.

Bila posisi maksila dan mandibula kedua-duanya berada di pada posisi normal profil pasien

ortognatik, bila kedua-duanya protrusif profil pasien bikmaksiler prognatism dan bila kedua-duanya

retrusif profil pasien bimaksiler retrognatism.

Penentuan posisi garis Simon (bidang orbital) bisa salah bila pengamatan profil pasien dari samping

tidak tepat tegak lurus terhadap bidang sagital pasien.

Penentuan diagnosis bisa salah apabila posisi gigi kaninus atas malposisi, bila gigi kaninus malposisi

posisi normalnya nanti bisa ditetapkan pada pembuatan lengkung ideal yaitu pada posisi garis Simon

yang telah ditandai pada model seperti yang dilakukan di atas.

d. Analisis foto profil :

Page 16: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Dengan memakai garis tegak lurus bidang FHP melalui titik Glabela (G) sebagai referensi, posisi

maksila (titik Subnasale atau Sn) dan mandibula (titik Pogonion atau Pog) ditetapkan terhadap garis

referensi G FHP:

Maksila normal : titik Sn berjarak 6 + 3 mm, protrusif >9 mm, retrusif < 3 mm

Mandibula normal : titik Pog.berjarak 0 + 4 mm, proturusif > 4 mm, retrusif < 0 mm atau negatif.

e. Analisis Sefalometrik :

Analisis Simon : dengan menarik garis tegak lurus FHP melalui titik orbital (Or) sampai memotong

permukaan labial gigi kaninus atas pada sefalogram lateral (dalil Simon), kemudian posisi maksila

dan madibula dapat ditentukan seperti tersebut di atas.

Analisis kecembungan profil Subtelny :

Profill skeletal (sudut N-A-Pog) : Klas I : 174 , Klas II 178 , Klas III : 181

Profil jaringan Lunak (sudut N-Sn-pog) : Klas I : 159 , Klas II 163 , Klas III : 168

Profil total jaringan lunak (sudut N-No-pog) : Klas I : 133 , Klas II 133 , Klas III : 139

(N/n= Nasion, A= Subspinale, Sn = subnasale, No = puncak hidung, Pog = Pogonion)

Analisis Steiner dengan mengukur besar :

Sudut SNA (normal 82) , >82 maksila protrusif , < 82 maksila retrusif

Sudut SNB (normal 80) , > 80 mandibula protrusif, < 80 mandibula retrusif

Sudut ANB, bila titik A di depan titik B (normal rata-rata 2): klas I skeletal atau ortognatik, bila

titk A jauh didepan titik B (>>2 atau positif) : klas II skeletal atau retrognatik, bila titik A jauh di

belakang titik B (<<2 atau negatif ) : klas III skeletal atau prognatik

Klasifikasi Maloklusi Menurut Angel

a. Kelas 1 : maloklusi dengan molar pertama permanen bawah setengah lebar tonjol mesial terhadap

molar pertama permanen atas. Relasi lengkung gigi semacam ini biasa disebut juga dengan istilah

netroklusi. Kelainan yang menyertai dapat berupa gigi berdesakan, proklinasi, gigitan terbuka

anterior dan lain-lain.

b. Kelas II : maloklusi angle kelas II adalah hasil kelainan skeletal dan dentoalveolar yaitu malrelasi

antara maksila dan mandibula.7 lengkung bawah minimal setengah lebar tonjol lebih posterior dari

relasi yang normal terhadap lengkung geligi atas dilihat pada relasi molar. Relasi seperti ini biasa

juga disebut distoklusi.maloklusi kelas II dibagi menjadi dua divisi menurut inklinasi insisivus atas :

Page 17: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Divisi 1 : insisivus atas proklinasi atau meskipun insisivus atas inklinasinya normal tetapi

terdapat jarak gigit dan tumpang gigit yang bertambah.

Divisi 2: insisivus sentral atas retroklinasi. Kadang-kadang insisivus lateral proklinasi, miring

ke mesial atau rotasi mesiolabial. Jarak gigit biasanya dalam batas normal tetapi kadang-

kadang sedikit bertambah. Tumpang gigit bertambah. Dapat juga keempat insisivus atas

retroklinasi dan kaninus terletak dibukal.

Kelas III : lengkung bwah setidak-tidaknya satu lebar tonjol lebih ke mesial daripada lengkung geligi atas bila dilihat dari relai molar pertama permanen. Relasi lengkung geligi semacam ini biasa disebut juga mesioklusi. Relasi anterior menunjukan adanya gigitan terbalik.

Apakah termasuk relasi skeletal klas I (Ortognatik), Klas II (Retrognatik) atau klas III (Prognatik).

a. Pada Relasi skeletal klas I (Ortognatik) :

Posisi maksila dan mandibula normal

Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya semua normal (teratur rapi) maka relasi gigi

molar pertama atas dan bawah klas I Angle (neutroklusi) dan relasi gigi-gigi lainnya terhadap

antagonisnya normal maka kasus ini didiagnosis sebagai : Oklusi normal.

Jika relasi gigi molar pertama klas I (neutroklusi) tetapi ada gigi lainnya yang malposisi atau

malrelasi maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi klas I Angle tipe dental.

Jika relasi gigi molar pertama distoklusi baik disertai maupun tanpa disertai malposisi dan malrelasi

gigi lainnya maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi klas II Angle tipe dental.

Jika maloklusi klas II Angle ini disertai dengan protrusif gigi anterior atas didiagnosis sebagai

maloklusi klas I Angle divisi 1 tipe dental , dan jika disertai dengan retrusif gigi anterior atas,

didiagnosis sebagai maloklusi klas II Angle divisi 2 tipe dental

Jika relasi gigi molar pertama mesioklusi baik disertai maupun tanpa disertai cross bite gigi anterior

atau malposisi dan malrelasi gigi lainnya maka kasus ini didiagnosis sebagai maloklusi klas III Angle

tipe dental.

Jika relasi molar klas II atau klas III ini hanya satu sisi (unilateral) maka klasifikasi maloklusi

dilengkapi dengan subdivisi

b. Pada Relasi skeletal klas I I (Retrognatik) :

Posisi maksila lebih ke depan (protrusif) dan atau posisi mandibula lebih ke belakang dari posisi

normal (retrusif).

Page 18: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal maka relasi gigi-gigi bawah terhadap

gigi-gigi atas distoklusi karena gigi-gigi tersebut terletak pada rahang yang hubungannya retrognatik,

hubungan gigi molar pertama atas terhadap gigi molar pertama bawah klas II, maka kasus ini

didiagnosis sebagai : maloklusi klas II Angle tipe skeletal.

Jika relasi klas II ini diikuti dengan malposisi gigi anterior berupa protrusif gigi anterior atas maka

kasus ini didiagnosis sebagai : maloklousi klas II Angle divisi 1, dan jika gigi-gigi anterior atas

dalam keadaan retrusif maka kasus ini adalah : maloklusi klas II Angle divisi 2.

Jika posisi gigi molar pertama atas dan atau bawah tidak normal terhadap masing-masing rahangnya

maka ada beberapa kemungkinan relasi gigi molar:

Jika gigi molar pertama atas distoversi dan atau gigi molar pertama bawah mesioversi, dapat

mengkompensasi deskrepansi hubungan rahang yang retrognatik maka relasi molar pertama menjadi

neutroklusi, maka kasus ini diagnosis sebagai : maloklusi Angle klas I tipe dentoskletal. Jika

malposisi gigi molar tersebut tidak dapat mengkompensasi diskrepansi hubungan rahannya maka

relasi gigi molar tetap distoklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas II Angle tipe

dento skeletal.

Jika malposisi gigi molar pertama atas mesioversi dan atau gigi molar pertama bawah distoversi

maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstrem ke arah maloklusi klas II

Angle tipe dentoskeletal.

c. Pada Relasi skeletal klas III (Prognatik) :

Posisi maksila lebih ke belakang ( retrusif) dan atau posisi mandibula lebih ke depan terhadap posisi

normalnya (protrusif).

Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya normal, maka relasi gigi molar pertama atas

dan bawah menjadi mesioklusi pada rahang yang prognatik sehingga kasus ini diagnosis sebagai

maloklusi klas III Angle tipe skeletal.

Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya tidak normal, maka dapat terjadi beberapa

kemungkinan hubungan gigi molar pertama atas dan bawah :

Jika posisi gigi molar pertama atas mesioklusi dan atau gigi molar pertama bawah distoklusi dapat

mengkompensasi hubungan rahang yang prognatik maka relasi gigi molar pertama atas dan bawah

menjadi neutroklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas I Angle tipe dentoskeletal.

Jika malposisi gigi molar tersebut tidak dapat mengkompensasi diskrepansi hubungan rahannya

maka relasi gigi molar tetap mesioklusi maka kasus ini didiagnosis sebagai: maloklusi klas III Angle

tipe dentokeletal.

Page 19: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Jika malposisi gigi molar pertama atas distoversi dan atau gigi molar pertama bawah mesiooversi

maka hubungan gigi molar pertama atas dan bawah akan semakin ekstrem ke arah maloklusi klas III

Angle tipe dentoskeletal.

Relasi rahang atas dan bawah keduanya tidak normal pada arah yang sama (Bimaksiler) :

- Jika maksila dan madibula kedua-duanya pada posisi ke depan maka maloklusi ini disebut

sebagai tipe prognatik bimaksiler (bimaxillary prognatism).

- Jika maksila dan madibula kedua-duanya pada posisi ke belakang maka maloklusi ini disebut

sebagai tipe retrognatik bimaksiler (bimaxillary retrognatism).

Deep overbite dapat disebabkan:1. Dental:

Supra oklusi gigi-gigi anterior. Infra oklusi gigi-gigi posterior. Kombinasi a dan b. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M.

2. Skeletal: Ramus mandibulae yang panjang Sudut gonion yang tajam Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan.

3. Kombinasi Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat) proporsi

muka pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum (Gnathion).

Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite yaitu koreksinya ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau depresi (intrusi) gigi-gigi anterior.

Macam analisa sefalometri dan cara pengukurannyaHasil survey mengenai penggunaan teknik analisis sefalometri di Amerika th 1986 dan

1990,mengatakan terdapat lima analisis sefalometri yang paling sering digunakan yaitu Steiner, Tweed, Downs,Ricketts dan Wits

Analisis dental meliputi:1. Maxillary Incisor Position Letak dan inklinasi aksial gigi insisif atasditentukan dengan menghubungkan gigitersebut ke

garis N-A. Gigi insisif atas terhadap garis N-A dibaca dalam derajat untuk menentukan hubungan angular

gigi-gigi insisif atas, sedangkan apabila dibaca dalam mm, memberikan informasi posisi gigi insisif lebih di depan/belakang dari garis N-A.

Jarak permukaan gigi insisif paling labial terhadap garis N-A sebesar 4 mm di depan garis N-A, dan inklinasi aksialnya membentuk sudut22° dengan garis N-A.

Page 20: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Pembacaan sudut saja tidak cukup (gambar 6-8), demikian juga apabila hanya pembacaanjarak saja (gambar 6-9).

Maxillary Incisor Angle ini untuk mengetahui posisi insisif terhadap facial skeleton.2. Mandibular Incisor Position Letak gigi insisif bawah dalam arah antero-posterior dan angulasinya ditentukan dengan

menghubungkan gigi tersebut dengan garis N-B. Pengukuran gigi insisif bawah terhadap garis N-B dalam mm menunjukkan posisi gigi di

depan/ belakang garis N-B. Pembacaan gigi insisif sentral bawah terhadap garis N-B dalam derajat menentukan inklinasi

aksial gigi tersebut. Titik paling labial gigi insisif sentral bawah terletak 4 mm di depan garis NB, sedangkan

inklinasi aksial gigi ini terhadap garis N-B sebesar 25°.3. Interincisal Angle Untuk mengetahui inklinasi gigi insisif dan relasi gigi insisif atas dan bawah. Merupakan perpanjangan garis dari tepi insisal dan apeks akar gigi insisif atas dan bawah. Sudut ini kecil bila inklinasi gigi insisif lebih ke labial dari basis gigi- geligi. Rentang 130° - 150°, rerata 135,4°.4. Incisor-Mandibular Plane Angle (IMPA) Dibentuk dari perpotongan bidang mandibula dan perpanjangan garis dari tepi insisal-apeks

akar gigi insisif sentral bawah. Sudut ini positif apabila inklinasi gigi insisif lebih ke labial dari basis gigi-geligi. Rentang -8,5° - +7°, rerata +1,4°.

Analisis skeletal meliputi:1. Maksila

Posisi antero-posterior maksila terhadap kranium diukur dengan sudut SNA. Sudut ini untuk menentukan prognatisme maksila. Sudut SNA untuk menentukan apakah maksila protrusif atau retrusif terhadap basis

kranial. Rerata sudut SNA 82°; > 82° berarti maksila protrusif; < 82° maksila retrusif.

2. Mandibula Posisi antero-posterior mandibula terhadap basis kranium ditentukan dengan sudut

SNB. Sudut SNB untuk mengetahui apakah mandibula protrusif atau retrusif terhadap basis

kranial. Rerata sudut SNB 80°; < 80° menunjukkan mandibula resesif; > 80° menunjukkan

mandibula prognatik.3. Hubungan maksila dan mandibula

Posisi antero-posterior maksila dan mandibula satu terhadap lainnya diukurdengan sudut ANB.

Page 21: fsgfgx

Jawaban LI LBM3 Blok 17Lela Setyorini31101200264

Rerata sudut ANB 2°; jika > 2°menunjukkan kecenderungan skeletal Kelas II; jika < 2° dan terbaca kurang dari 0° (-1°, -2°, -3°) menunjukkan mandibula di depan maksila atau hubungan skeletal Kelas III.

Analisis Jaringan Lunak„ Analisis jaringan lunak meliputi penilaian adaptasi jaringan lunak terhadap profil tulang dengan pertimbangan ukuran, bentuk, dan postur bibir seperti terlihat pada gambaran sefalogram lateral. Steiner S-line untuk menentukan keseimbangan wajah jaringan lunak sering digunakan oleh ortodontis saat ini.„ Menurut Steiner, bibir dalam keseimbangan yang baik, apabila menyentuh perpanjangan garis dari kontur jaringan lunak dagu ke pertengahan S yang dibentuk oleh tepi bawah hidung. Garis ini disebut sebagai S-line.

PPT Sefalometri. Wayan Ardhana. Bagian Ortodonsia FKG UGM.Diakses Rabu, 10 Desember 2014.