fraktur tertutup antebrachii dextra

Upload: andrew-vaughan

Post on 06-Mar-2016

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfhghjhj

TRANSCRIPT

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 MedialElike Oktorindah Pamilangan102013412C1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, [email protected] adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.1 trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah juga.2

Skenario Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan kanannya setelah terjatuh dari sepeda motornya 1 hari yang lalu. Setelah kecelakaan tersebut, keluarga pasien membawanya ke dukun patah tulang untuk diurut. Saat dibawa ke UGD, pasien mengeluh lengan kanannya sangat nyeri dan tangannya terasa baal.

AnamnesisAnamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.3 Anamnesis yang baik akan terdiri dari:A. Identitas pasienMeliputi :1) Nama lengkap2) Jenis kelamin3) Tempat/tanggal lahir 4) Alamat5) Umur 6) Agama7) Suku bangsa8) Status perkawinan9) Pendidikan 10) Pekerjaan

B. Keluhan utamaKeluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Keluhan utama pada kasus adalah mencret.

C. Riwayat penyakit sekarangRiwayat penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Dalam melakukan anamnesis harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut.1) Waktu dan lamanya keluhan berlangsung,2) Sifat dan beratnya serangan 3) Lokalisasi dan penyebarannya4) Hubungan dengan waktu5) Hubungan dengan aktivitas6) Keluhan-keluhan yang menyeretai serangan7) Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berapa kali berulang8) Faktor resiko dan pencetus serangan, temasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan9) Apakah ada saudara sedarah , atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama10) Riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit terterntu,11) Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa.12) Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan peyakit yang saat ini diderita.Setelah data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis diferensial , dengan menanyakan tanda- tanda positif dan tanda-tanda negatif dari dagnosis yang paling mungkin.D. Riwayat penyakit dahuluBertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Adakah riwayat kelainan sendi atau tulang sebelumnya? Pernahkah pasien menjalani operasi seperti penggatian sendi?E. Riwayat kesehatan keluargaDalam memperoleh informasi ini, tanyakan mengenai usia, penyebab kematian, atau penyakit yang dialami oleh keluarga terdekat pasien seperti orang tua, kakek-nenek, saudara, anak, atau cucu.F. Riwayat pribadi, sosial-ekonomi-budaya4 Seringkali pasien datang sudah dengan sadar dengan kondisi fraktur atau bisa juga tidak sadar. Diagnosis patah tulang dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuat trauma tersebut. Dalam persepsi penderita tersebut bisa dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasa ringan meskipun sebenarnya berat. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah tulang fragmen patahan stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak patah tulang mempunyai cedera yang khas.5

Pemeriksaan Fisik1. TTVMemeriksa tanda-tanda vital yang terdiri dari suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan. Suhu tubuh yang normal adalah 36-37oC. Pada pagi hari suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati 37oC. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dengan angka normalnya 120/80 mmHg. Pemeriksaan nadi biasa dilakukan dengan melakukan palpasi a. radialis. Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 60-80 kali permenit. Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per menit.3 Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien normal.3 2. Keadaan umum : tampak sakit sedang3. Kesadaran : compos mentis4. Look : Tampak adanya edema, merah, dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) pada regio antebrachii dextra, hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka. 5. Feel : Terdapat nyeri tekan teraba krepitasi, A. radialis melemah, sensibilitas baal. 6. Movement : jari tangan dapat ekstensi tapi terasa nyeri.6

Pemeriksaan PenunjangUntuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-tanda klasik dan pada sindroma kompartemen memang diagnosanya harus dibantu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi yaitu dengan sinar-X, CT-scan, dan sebagainya atau pun dengan melakukan pemeriksaan laboratorium.3

A. Pemeriksaan Radiologi 1. Sinar-XPemeriksaan radiologi untuk fraktur tulang regio antebrachii secara umum dapat menggunakan sinar-X. Peranan sinar-X adalah untuk memperlihatkan keberadaan fraktur yang terjadi. Sinar-X juga dapat menunjukan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda iregularitas dari tulang. Pemeriksaan sinar-X dapat dilakukan dengan dua proyeksi utama, yaitu AP dan lateral dan satu proyeksi tambahan yaitu oblique.2. CT-ScanProsedur pemeriksaan ini dapat menunjukan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit dan dapat memperlihatkan cedera ligamen atau tendon dan tumor jaringan lunak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasikan lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi.3. Ultrasonografi (USG)Prosedur pemeriksaan dengan menggunakan USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada jaringan lunak ( adanya massa, dan sebagainya ). Pemeriksaan ini menggunakan sistem gelombang suara yang menghasilkan gambran jaringan yang diperiksa. Kulit diatas jaringan yang akan diperiksa diolesi gel untuk memudahkan gerakan alat. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pada kompartemen sindrom.B. Pemeriksaan Laboratorium Padafraktur, pemeriksaanlaboratoriumyangperludiketahuiadalah Hb danhematokritsering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakanjaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan fraktur, kadar kalsium serum dan fosfor akan meningkat didalam darah. Kadar normal kalsium serum adalah 4.5-5.5 mg/l atau 8.0-20.5 mg/dl, sedangkan kadar normal fosfor adalah 2.5-4.0 mg/dl dalam serum.7

Working DiagnosisFraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 medial

Differential Diagnosis1. Fraktur Monteggia

Gambar 1. Gambaran radiologis fraktur monteggia.Sumber : https://www.radiologie24.ch/wissensportal/lexika-radiologie24/grosse_namen?key=monteggia-giovanni-battista&berberich_user_sid=df7fc1c02068ebc654c5b1f5492f759fFraktur monteggia adalah fraktur ulna sepertiga tengah atau proksimal dengan disertai dislokasi caput radii. Caput radii dapat bergeser ke anterior, posterior, atau lateral, dan pada beberapa keadaan baik radius maupun ulna dapat mengalami fraktur.8 Terdapat klasifikasi dari fraktur monteggia ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.9

Gambar 2. Tipe fraktur monteggia.Sumber : http://e-learning.studmed.unibe.ch/radiosurf/htmls/lupe2.html?radiosurf%7Cradskeleton%7Cfindings%7Cclassification%7C16a. Fraktur monteggia tipe A: angulasi fraktur ulna ke depan dan dislokasi caput radii ke depan.b. Fraktur monteggia tipe B: angulasi fraktur ulna ke belakang dan dislokasi caput radii ke belakang.c. Fraktur monteggia tipe C: fraktur metafisis ulna proksimal dan dislokasi caput radii ke samping.d. Fraktur monteggia tipe D: dislokasi caput radii ke depan dan fraktur tulang radius dan ulna.9 Penyebab fraktur ini biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis.52. Fraktur Galeazzi

Gambar 3. Gambaran radiologis fraktur galeazzi.Sumber : http://radiopaedia.org/articles/galeazzi-fracture-dislocationFraktur galeazzi adalaah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi articulatio radioulnaris distalis.8 Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi laterial ketika jatuh.43. Fraktur Colles

Gambar 4. Gambaran radiologis fraktur colles.Sumber : http://forums.studentdoctor.net/threads/fractures-colles-vs-smith.770857/Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius, biasanya terjadi 3 sampai 4 cm dari permukaan sendi dengan angulasi volar apeks fraktur, dislokasi fragmen distal ke arah dorsal, dan disertai pemendekan radius.8 Fraktur ini paling sering ditemukan di kehidupan normal karena jatuh bertumpu pada sisi palmar tangan sehingga juga disebut fraktur radius tipikal.54. Fraktur Smith

Gambar 5. Gambaran radiologis fraktur smith.Sumber : http://www.radiologyassistant.nl/en/p476a23436683b/wrist-fractures.htmlFraktur smith dikenal sebagai kebalikan fraktur colles yaitu pergeseran bagian distal radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Fraktur ini ditemukan saat jatuh bertumpu pada sisi dorsal tangan, lebih jarang terjadi.5

EtiologiFraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit (fraktur patologis), misalnya osteoporosis.5 Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatik.4Fraktur stres dapat terjadi pada tulang normal akibat stres tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang. Fraktur stres, yang juga disebut fraktur keletihan (fatigue fracture), biasanya menyertai peningkatan yang cepat tingkat latihan atlet, atau permulaan aktivitas fisik baru. Fraktur stres paling sering terjadi pada individu yang melakukan olahraga daya tahan seperti pelari jarak jauh. Fraktur stres dapat terjadi pada tulang yang lemah sebagai respons terhadap peningkatan level aktivitas yang hanya sedikit. Individu yang mengalami fraktur stres harus didorong untuk mengikuti diet sehat-tulang dan diskrining untuk mengetahui adanya penurunan denitas tulang.4

Patofisiologi Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Fagositosis dan pembersihan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, yang disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorbsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami re-modeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.10Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.10

Gejala Klinis NyeriNyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan. Gangguan fungsiSetelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan. Deformitas/kelainan bentukPerubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka. PemendekanPada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur. KrepitasiSuara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan. Bengkak dan perubahan warnaHal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.5

KomplikasiKompartemen SindromKompartemen sindrom adalah suatu kelainan yang potensial menimbulkan kedaruratan, di mana terjadi peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruang tertutup.11 Sindrom kompartemen ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Dengan pembengkakan interstitial yang intens, tekanan pada pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah tersebut kolaps. Hal ini akan menimbulkan hipoksia jaringan dan dapat menyebabkan kematian saraf yang mempersarafi daerah tersebut dan biasanya akan timbul nyeri hebat. Individu mungkin tidak dapat mengerakkan jari tangan atau jari kakinya. Sindrom kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang memiliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan. Risiko terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen ekstremitas, dan hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya ekstremitas dapat terjadi. Gips harus segera dilepas dan kadang-kadang kulit ekstremitas harus dirobek. Untuk memeriksa sindrom kompartemen, hal berikut ini dievaluasi dengan sering pada tulang yang cedera atau digips: nyeri, pucat, parestesia, dan paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak.4 Kompartmen sindrom harus mendapatkan penanganan dengan segera mungkin dan sebaik mungkin, jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera maka kompartemen sindrom akan menimbulkan berbagai komplikasi antara lain: Kegagalan dalam mengurangi tekanan intrakompartemen dapat menyebabkan nekrosis jaringan, selama perfusi kapiler masih kurang dan menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut. Kontraktur Volkmann adalah deformitas pada tungkai dan lengan yang merupakan kelanjutan dari kompartemen sindrom akut yang tidak mendapat terapi selama lebih dari beberapa minggu atau bulan. Infeksi Hipestesia dan nyeri Komplikasi sistemik yang dapat timbul dari kompartemen sindrom meliputi gagal ginjal akut, sepsis, dan Acute Respiratory Distress Syndrome(ARDS) yang fatal jika terjadi sepsis kegagalan organ secara multisistem.7

PenatalaksanaanPenatalaksanaan Medika MentosaPerlu dilakukan tata laksana terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur. Pada keadaan tersebut pasien dapat diberikan paracetamol 500 mg hingga dosis maksimal 3000 mg per hari. Bila respons tidak adekuat dapat ditambah dengan kodein 10 mg. Langkah selanjutnya adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen 400 mg, 3 kali sehari. Golongan narkotik hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan delirium.3 Penatalaksanaan Non-Medika MentosaUntuk fraktur sendiri, prinsip penatalaksanaannya adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodelling).5 Fraktur dapat ditangani sesuai dengan kondisi dari tulang. Imobilisasi dengan gips merupakan penanganan pilihan pada fraktur lengan bawah kedua tulang yang tidak disertai dislokasi dan fraktur ulna saja. Alatnya dengan stress sharing, dengan cara penyembuhan tulang sekunder. Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan long arm cast telah dipergunakan untuk fraktur lengan bawah dengan dislokasi, tapi mungkin kurang memuaskan kecuali jika reduksinya dapat dipertahankan dengan hati-hati. Gips harus memiliki cetakan interoseus yang baik dengan potongan melintang berbentuk oval, bukan bulat, karena dapat membantu mempertahankan ruang interoseus. Fraktur radius sepertiga distal harus dimobilisasi dalam posisi pronasi (merelaksasikan tarikan deformasi m. pronator quadratus) untuk mencapai kemungkinan terbaik kesegarisan yang dapat diterima. Long arm cast dipakai selama 4 minggu, dan kemudian diganti dengan short arm cast atau brace fungsional selama 2 minggu. Durasi pemakaian gips dan imobilisasi adalah sekitar 6 sampai 8 minggu sebelum menyambung.8Kebanyakan fraktur lengan bawah, termasuk fraktur radius saja, fraktur kedua tulang, dan fraktur yang disertai dislokasi caput radii atau destruksi articulatio radioulnaris distalis memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stess shielding dan cara penyembuhan tulang primer.8 Pada fraktur monteggia, reduksi tertutup caput radii dapat dilakukan, diikuti dengan pemasangan pelat untuk fraktur ulna. Reduksi simultan caput radii akan terjadi saat fraktur corpus ulnae telah tereduksi secara anatomis dan terfiksasi. Bergantung pada stabilitas caput radii setelah reduksi, imobilisasi pascaoperatif dapat bervariasi dari long arm cast sampai brace fungsional.8Pada fraktur galeazzi, radius direduksi secara anatomis dan difiksasi pada pelat. Penanganan ini akan mengembalikan posisi articulatio radioulnaris. Long arm cast atau brace fungsional mempertahankan lengan bawah pada posisi supinasi selama 4 minggu. Penanganan kemudian diikuti dengan short arm cast selama 2 minggu berikutnya.8Fraktur colles dan smith juga memiliki cara penanganan yang berbeda dengan fraktur monteggia dan galaezzi. Cara pertama adalah dengan reduksi tertutup dan pemasangan gips, yang merupakan penanganan fraktur yang tidak memerlukan fiksasi bedah. Cara ini diindikasikan untuk pasien dengan fraktur tanpa dislokasi atau dengan dislokasi minimal tanpa kominutif yang banyak. Radiograf pascareduksi harus memperlihatkan pemulihan kemiringan palmar dan panjang radius. Secara umum, pasien berusia lebih dari 60 tahun biasanya ditangani dengan short arm cast untuk mencegah kekakuan siku. Setelah pemasangan long arm cast selama 3 sampai 6 minggu pertama, akan diteruskan dengan pemasangan short arm cast. Long arm cast memberikan dukungan yang lebih baik untuk fraktur kominutif tidak stabil serta memberikan kontrol rotasional dan kontrol nyeri yang lebih baik. Fraktur tanpa lokasi dapat ditangani dengan short arm cast.8Ada pula fiksator eksterna yang sangat berguna untuk fraktur kominutif, fraktur dengan dislokasi yang tidak dapat ditangani dengan reduksi terbuka atau fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stress-sharing dengan cara penyembuhan tulang sekunder, dengan disertai pembentukan kalus. Kadang-kadang, pin perkutaneus atau fiksasi interna dapat digunakan sebagai adjuvan fiksasi eksterna.8Selain itu, bila frakturnya artikular dengan dislokasi, digunakan metode reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stres-shielding untuk fiksasi pelat dan stress-sharing untuk fiksasi pin. Cara penyembuhannya primer, jika tercapai fiksasi solid dengan pelat sehingga tidak terbentuk kalus, cara penyembuhan sekunder jika fiksasi solid tidak tercapai, atau pada pin perkutaneus. Gips pasca oprasi biasanya dianjurkan selama 2 sampai 6 minggu, bergantung pada stabilitas fiksasi.8

PencegahanPencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang yang pernah hilang seperti mengkonsumsi : Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral yang penting dalam hidup. Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan kembali dan masuknya makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk mencegah kerapuhan tulang. Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki kandungan vitamin D rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur. Vitamin D secara alami bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak ikan cod), tetapi juga dapat memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan yang sudah diperkuat dengan nutrisi. Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang). Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg magnesium setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah didapatkan dengan mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai, gandum, dan sayuran yang berwarna gelap seperti bayam. Berhati-hati dalam berdiri dan berjalan.12

PrognosisPrognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan status kesehatan individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka, namun, individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur antebrachii tertutup memiliki tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/deformitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.13

Kesimpulan Pasien mengeluh nyeri pada lengan kanannya setelah terjatuh dari sepeda motornya disebabkan karena fraktur di regio antebrachii dextra 1/3 medial, lalu karena pasien mengeluh tangannya terasa baal maka terdapat komplikasi kompartmen sindrom.

Daftar Pustaka1. Aru W. Sudoyo, Bambang S, Idrus A, Marcellus simadibrata, Siti S editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Pusat informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta; 2009.2. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk. Editor edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep klinis penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta; 2009.3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2009.4. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif Watampone; 2007.5. Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005. 6. Becker MA, Jolly M. Clinical gout and pathogenesis of hypeuricemia. In : Arthritis and allied condition. A textbook of Rheumatology. Koopman WJ,editor. Edisi 15. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins; 2008. P. 2303-33. 7. Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC; 2008. 8. Thomas MA. Terapi dan rehabiliasi fraktur. Jakarta: EGC; 2011. h. 158-819. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 11th edition. New York: The McGraw-Hill Companies; 2003. p. 1141-2. 10. Corwin EJ. Buku saku patofosiologi. Ed 3. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC; 2009. 11. Jong D,Wim.Buku ajar ilmu bedah.Edisi II.Jakarta:EGC;2005. 12. Freddy PW, Sulistia Gan. Farmakologi : analgesik antipiretik analgesik anti-inflamasi dan obat gangguan sendi lainnya. Edisi ke-5. FKUI; 2007. 230-46. 13. Klippel JH,. Gout, epidemiology, pathology and pathogenesis. In : Primer on the rheumatic disease. Edisi 12. Atlanta: Arthritis foundation; 2008. p. 307-24.