fraktur 1/3 antebrachii
DESCRIPTION
by silvia witarsihfraktur 1/3 antebrachiiTRANSCRIPT
Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal
Meldina Sari Simatupang*
102011362
*Alamat korespendensi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.06 Jakarta Barat 11470
e-mail:
BAB 1
PENDAHULUAN
Skenario VII
Seorang wanita berusia 60 tahun, dibawa keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri
pada lengan bawah sebelah kanan, setelah jatuh terduduk di kamar mandi dan posisi
tangannya menahan berat tubuhnya 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Tampak adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3
distal. Pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), tidak dapat
digerakkan.
Status lokasi: fraktur tertutup antebrachii dxtra 1/3 distal: nyeri (+), deformitas (+), edema
(+), teraba penonjolan fragmen tulang, tidak dapat digerakkan.
I.Latar Belakang
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya
tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama
lain.Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena
fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa
1 | P a g e
trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang
radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada
tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.
Jenis fraktur dapat dilihat dari segi kedudukan, segi konfigurasi, segi adanya luka, fraktur
tertutup serta juga fraktur terbuka. Pertama dari segi kedudukan, fraktur dapat terjadi pada
tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur
didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi misalnya
terjadi fraktur acetabulum dan dislokasi pada caput femur. Kedua dari segi konfigurasi
dengan melihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik
(miring), atau spiral. Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif,
jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick (fraktur dahan
muda/hijau pada anak-anak). Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami
kompresi (terjadi pada tulang belakang) disebut kompresi. Ketiga fraktur tertutup, bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau permukaan kulit. Terakhir
adalah fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau
permukaan kulit karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka menurut Ramon Gustillo
dibagi menjadi tiga derajat yaitu derajat 1, bila luka kurang dari 1 cm, derajat kerusakan
jaringan ringan dan tidak ada tanda remuk, serta juga terjadi with out-in dan in-out. Derajat 2,
bila laserasi lebih dari 1 cm, derajat kerusakan jaringan sedang dan tidak luas. Derajat 3, bila
terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular
serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat 3 di bagi atas 3A, 3B dan 3C. Fraktur derajat
3A, bila jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat atau luka kulit masih dapat di
tutup. Farktur derajat 3B (tulang terbuka/bone expose), bila kehilangan jaringan lunakdengan
fraktur tulang yang terpapar. Fraktur derajat 3C, bila terdapat luka pembuluh arteri/saraf
perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak atau dapat diamputasi
primer.
Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu dideskripsikan adalah komplit atau
tidak komplit, bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma, jumlah garis
patah, bergeser atau tidak bergeser, terbuka atau tertutup serta komplikasi atau tanpa
komplikasi. Fraktur komplit, bila garis fraktur melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang, sedangkan fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang, seperti hairline fracture (patah retak rambut), buckle fracture atau
2 | P a g e
torus fracture bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa
dibawahnya, biasanya pada distal radius anak-anak. Serta juga greenstick fracture yang
mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang
anak. Bentuk garis fraktur dan hubungannya dengan mekanisme trauma yang meliputi garis
patah melintang (trauma angulasi atau langsung), garis patah oblik (trauma angulasi), garis
patah spiral (trauma rotasi), fraktur kompresi (trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa)
dan fraktur avulsi (trauma tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang), misalnya fraktur
platela. Jumlah garis patah meliputi fraktur kominutif bila garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal. Fraktur multiple bila
garispatah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur
femur,fraktur kruris dan fraktur tulang belakang. Deskripsi fraktur berikutnya adalah bergeser
atautidak. Fraktur undisplaced (tidak bergeser), garis patah komplit tetapi kedua fragmen
tidak bergeser, periosteumnya masih utuh, sedangkan fraktur displaced (bergeser) bila
terjadipergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi fragmen. Berikutnya
adanyakomplikasi atau tanpa komplikasi yang akan penulis bahas pada bagian yang
selanjutnya.
II.Tujuan
Dalam makalah ini penulis ingin memberikan pemikiran yang luas untuk mengetahui
anamnesis dari pasien, pemeriksaan terhadap pasien dengan gejala fraktur, workingdiagnosis,
differential diagnosis dari pasien, gejala klinis, mekanisme trauma, penatalaksanaan
untuk pasien, komplikasi, prognosis dari pasien.
BAB 2
ISI PEMBAHASAN
1.Anamnesis
Anamnesis adalah pengumpulan data status pasien yang didapat dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keadaan pasien.Tujuan dari
anamnesisantara lain: mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit
pasien,membantu menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta
membantumenentukan penatalaksanaan selanjutnya.
3 | P a g e
Wawancara yang baik seringkali sudah dapatmengarah masalah pasien dengan diagnosa
penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi: pencatatan identitas pasien, keluhan utama
pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.
Berdasarkan kasus, anamnesa yang harus dilakukan terhadap pasien ialah:
Menanyakan identitas pasien seperti umur dan pekerjaannya.
Menanyakan keluhan utama pasien.
Menanyakan riwayat penyakit yang deskriptif & kronologis dan faktor-faktor yang
memperberat penyakit seperti demam,lelah atau gejala sistemik lainnya(panas,
penurunan BB, kelelahan, lesu, rasa tidak enak badan & mudah terangsang atau
adanya gejala kekacauan mental).
Menanyakan riwayat penyakit dahulu seperti riwayat trauma dan aktivitas sosial
yangdilakukan sehari-hari.
Menanyakan riwayat penyakit keluarga samada pernah menderita penyakit yangsama
seperti pasien atau ada riwayat trauma
2.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pada pemeriksaan ini,
dapat ditentukan lokalisasi dan sifat-sifat dari suatu penyakit.Dalam kasus ini,pasien datang
dengan kesakitan pada lengan kanan sebelah bawah, maka pemeriksaan lengan bawah secara
menyeluruh harus dilakukan oleh dokter. Pada pemeriksaan fisik kita lakukan dengan
primary survey dan secondery survey. Primary survey dilakukan dengan mengetahui keadaan
umum pasien, sedangkan secondery survey untuk mengetahui gerakan pasien apakah masih
dianggap normal atau tidak. Kedua pemeriksaan diatas dapat kita lakukan dengan
look (inspeksi),
Melihat posisi tangan dalam keadaan wajar (sedikit fleksi dan paralel)
Melihat permukaan dan kontur tangan dorsal dan palmar (pergelangan tangan, tangan,
jari, tenar dan hipotenar)
4 | P a g e
Melihat ada atau tidaknya pembengkakan pada sendi dan deformitas pergelangan
tangan, tangan dan jari.
feel (palpasi),
meraba permukaan dorsal dan palmar karpal (MCP, PIP, DIP)
meraba processus styloideus radii.
move(gerakan),
melakukan gerakan palmar fleksi, dorso fleksi, eversi dan inversi pergelangan tangan
melakukan gerakan digiti I manus: abduksi, adduksi dan oposisi.
Perlu untuk diketahui bahwa auskultasi tidak dapat dilakukan dalam pemeriksaan fisik tulang
karena keras.1
3.Pemeriksaan Penunjang (Radiologi)
Foto Polos
Dengan pemeriksaan kinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun demikian
pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum
dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:
-untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
-untuk konfirmasi adanya fraktur
-untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya
-untuk menentukan teknik pengobatan
-untuk menentukan apakah fraktur itu barau atau tidak
-untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
-untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
-untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
-dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior dan lateral
-dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus di foto, di atas dan di bawah sendi yang
mengalami fraktur
-dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua anggota gerak
terutama pada fraktur epifisis
5 | P a g e
-dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah tulang.
Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan
tulang belakang.
-dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama
biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.
Pemeriksaan radiologi lainnya
Pemeriksaan khusus dengan:
1.tomografi, misalnya pada fraktur vertebra atau kondilus tibia
2.CT-scan
3.MRI
4.Radiosotop scanning
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah
fraktur terbuka/tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga
mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.
Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur misalnya
penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.2
4.Working Diagnosis
Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara
terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Bila tidak ada riwayat trauma berarti
merupakan fraktur patologis. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan
diagnosa pasti kondisi pasien yaitu adanya Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau tulang
rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan
setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada pasien diregio antebrachii
dextra 1/3 distal nyeri, ada deformitas dan edema, serta penonjolan fragmen tulang dan tidak
dapat digerakkan. Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan
jelas terlihat adanya fraktur di antebrachii 1/3 distal dextra pasien.Fraktur ini dikatakan
sebagai tertutup karena kulit di atasnya utuh dan bila terdapat luka pada kulit di atasnya
disebut fraktur terbuka (compound fracture).3
5.Diagnosis Different
Ada empat macam frktur yang khas:
6 | P a g e
1. Fraktur colles
2. Fraktur smith
3. Fraktur galleazzi
4. Fraktur montegia
Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).
Manifestasi Klinis
a.fraktur metafisis distal radius dengan jarak ± 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius
b.dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal
c.subluksasi sendi radioulnar distal
d.avulsi prosesus stiloideus ulna
Penatalaksanaan
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi dengan pemasangan gips
sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi
tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen distla, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,
deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasi (untuk mengoreksi
supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4-6 minggu.
Fraktur Smith
Merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reserve Colles
fracture. Fraktur in biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan
badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.
Manifestasi Klinis
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi
tangan ke radial (garden spade deformity).
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi
ulnar, dan supinasi maksimal (kelebihan posisi Colles). Lalu diimobilisasi dengan gips di atas
sku selama 4-6 minggu.
Fraktur Galeazzi
7 | P a g e
Merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh
dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi
pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
Manifestasi Klinis
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat
diraba tonjolan ujung distal ulna.
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi
radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.
Fraktur Montegia
Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal. Terjadi karena
trauma langsung.
Manifestasi Klinis
Terdapat dua tipe yaitu ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang
terjadi mendorong ulna ke arah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya
mendorong dari depan ke arah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakanangulasi
ke posterior.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat
kesegarisan antara kondusif medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Penatalaksanaan
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang lengan atas, penolong melakukan tarikan
lengan bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi penuh. Selain itu, dengan jari
kepala radiusdicoba ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler dilakukan di atas siku
dengan posisi siku fleksi 900 dan posisi lengan bawah supinasi penuh. Bila gagal, dilakukan
reposisi terbuka dengan pemasangan fiksasi interna (plate-screw).4
6.Gejala Klinis
Lengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membran interosea,
merupakan satu kesatuan yang utuh. Ligamen anulare menahan dan memperkuat sendi radio-
ulna proksimal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi radio-karpal dihubungkan
dengan ligamen radio-karpal dorsal dan volar. Fraktur tulang ulna dan radius dapat terjadi
pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang
8 | P a g e
ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi. Pada fraktur tertutup antebrachii
dextra 1/3 distal dapat ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya deformitas dan tidak
dapat digerakkan pada daerah lengan bawah.
7.Mekanisme Trauma
Trauma biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out stretched.
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung,misalnya
benturan pada lengan bawah menyebabkan patahnya tulang antebrachii dan dapat juga berupa
trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma,
kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat
menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur terbuka).5
8.Penatalaksanaan
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan, prinsip pengobatan ada empat
(4R), yaitu:
Recognition
-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadiandan lokalisasi yang
cedera.
Reposition
-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar, pengembalian fragment
distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan sertaneurovascular terjamin baik.
Retaining
-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengangips dan dalam
dengan implant seperti K-wire,plate&screw.
Rehabilitation
-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambunganfraktur butuh waktu
yang lama.
Metode-metode Pengobatan Fraktur
Fraktur tertutup:
Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:
a.konservatif, terdiri atas:
1. proteksi smata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
2. imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
9 | P a g e
3. reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna, mempergunakan gips
4. reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi
5.reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Ada empat metode traksi kontinu
yang digunakan:
- traksi kulit
- traksi menetap
- traksi tulang
- traksi berimbang dan traksi sliding
b.reduksi tertutup denganfiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-wire
setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka reduksi dapat
dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus, misalnya pada fraktur suprakondiler
humeri pada anak-anak atau pada fraktur Colles. Juga dapat dilakukan pada fraktur leher
femur dan pertrokanter dengan memasukkan batang metal, serta pada fraktur batang femur
dengan tekniktertutup dan hanya membuat lubang kecil pada daerah proksimal femur. Teknik
ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (garm).
c.reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasieksterna tulang
tindakan operasi harus diputuskan dengan cermatdan dilakukan oleh ahli bedah serta
pembantunya yang berpengalaman dalam ruangan yang aseptik. Operasi harus dilakukan
secepatnya (dalam satu minggu) kecuali bila ada halangan. Alat-alat yang dipergunakan
dalam operasi yaitu kawat bedah, kawat kirschner, screw, screw and plate, pin kuntscher
intrameduler, pin rush, pin steinmann, pin trephine, pin plate teleskopik, pin jewett dan
protesis. Dan ada beberapa reduksi dalam tindakan operasi:
1.reduksi terbuka dengan fiksasi interna
Indikasi:
-fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus, olekranon, patela
-reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur radius dan ulna disertai
malposisi yang hebat atau fraktur yang tidak stabil
-bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
-bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur
-fraktur terbuka
-eksisi fragmen yang kecil
-fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri
-fraktur multipel misalnya fraktur pada tungkai atas dan bawah
10 | P a g e
2.reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna
Indikasi:
-fraktur terbuka grade II dan grade III
-fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat
-fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis
-fraktur yang miskin jaringan ikat
-kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes melitus
d.eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis
pada fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya terjadi nekrosis avaskuler dari
fragmen atau nonunion, oleh karena itu dilakukan pemasangan protesis yaitu alat dengan
komposisi metal tertentu untuk menggantikan bagian yang nekrosis. Sebagai bahan tambahan
sering dipergunakan metilmetakrilat.2
9.Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi 3 bagian:
Komplikasi Segera (komplikasi yang terjadi saat fraktur atau segera setelahnya):
Lokal:
-kulit abrasi, laserasi, penetrasi
-pembuluh darah robek
-sistem saraf: sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik.
-otot
-organ dalam: jantung, paru, hepar, limpa dan kandung kemih (fraktur pelvis)
Umum:
-rudapaksa/fraktur multipel
-syok: hemoragik, neurogenik
Komplikasi Dini (komplikasi yang terjadi beberapa hari setelah kejadian)
Lokal:
-nekrosis kulit, gangren, compartment syndrome, trombosis vena, infeksi sendi,
osteomyelitis
Umum:
-Acute Respiratory Distress Syndrome, emboli paru, tetanus.
Komplikasi Lama (omplikasi terjadi setelah fraktur tulang lama)
Lokal:
11 | P a g e
-sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal
-tulang: osteoporosis pasca trauma, gangguan pertumbuhan, osteomyelitis dan fraktur
berulang
-otot/tendon: penulangan otot, rupture tendon
-saraf: kelumpuhan saraf lambat
Umum:
-batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.
Komplikasi dapat berupa komplikasi umum, lokal atau sistemik meliputi komplikasi dini
ataulambat, oleh trauma atau akibat pengobatan. Komplikasi umum meliputi crush
syndrome,deep venous thrombosis, gas gangrene dan emboli lemak. Crush syndrome terjadi
karenatrauma keras yang menyebabkan otot hancur. Penderita yang terkena crush syndrome
dapatmenderita kontinensia urin akibat dari otot yang hancur mengeluarkan acid
myohaetaminyang akan menyebabkan kebuntuan pada tubulus sehingga penderita dapat
menderita acutetubular necrosis. Untuk terapi kita harus melakukan amputasi atau rena
dialysis untuk menyelamatkan nyawa penderita. Gas gangrene dapat terjadi karena infeksi
dari clostridiumperfringens yang terpaksa bagian tubuh orang yang terkena infeksi ini harus
diamputasi.Berikutnya emboli lemak yang timbul setelah patah tulang, terutama tulang
panjang.Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat
aktivasisistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas
setelahtrauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering
tersangkutdisirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya
tarik kembaliterhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga mengikut
serertakanlemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas. Berikutnya,
komplikasi lokalyang meliputi komplikasi dini dan lambat. Komplikasi dini meliputi
komplikasi dini tulang,dini jaringan lunak dan dini sendi. Komplikasi dini tulang misalnya
dapat terjadi infeksi padatulang. Komplikasi dini jaringan lunak misalnya adanya kelepuhan
pada kulit, luka akibatplester, terjadi robekan pada otot serta tendon dan sindrom
kompartemen yang ditandai olehkerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang
disebabkan oleh pembengkakan danedema di daerah fraktur. Komplikasi dini sendi misalnya
terjadi haemarthrosis dan infeksi.Sedangkan komplikasi lambat meliputi lambat tulang,
lambat jaringan lunak dan lambatsendi. Komplikasi lambat tulang misalnya terjadi avaskular
nekrosis, non-union, delayedunion, atau mal-union yang menimbulkan deformitas atau
hilangnya fungsi. Komplikasilambat jaringan lunak misalnya terjadi bed sores karena tidur
lama yang menyebabkan lukaulkus pada bagian gluteus, myositis ossifikasi dimana otot
12 | P a g e
mengalami perkapuran, tendinitis(iritasi dan pembengkakan) serta juga ruptur tendon (tendon
pecah), penyempitan saraf misalnya nervus ulnaris akibat terjadi fraktur pada daerah siku dan
juga dapat terjadi
volkman’s contracture yaitu terjadi pelisutan otot jari sehingga terjadi kontraktur pada jari
- jari. Terakhir dapat terjadi komplikasi lambat pada sendi misalnya ketidakstabilan pada
sendi,kekakuan pada sendi, dan algodistrofi (nyeri pada sendi).1,3
Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya berupaangulasi
disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi gangguan gerak pronasi dan
supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya sinostosis atau jembatan kalusyaitu kalus
antara radius dan ulna sehingga kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Perludiketahui
bahwa kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kuranglebih
bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul di atas penonjolan tulangdan
akan hilang sendiri bila gesekan kronik tadi dihentikan. Pada anak, dengan timbulnyakalus ini
akan disertai proses pengaturan kembali pertumbuhan epifisis sehingga sudutpatahan akan
pulih sampai derajat tertentu.2
10.Prognosis
Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana dari
tim medis terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka
prognosisnya akan lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika
fraktur yang di alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat
dengan prognosis yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan
jikalau parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu,
penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita
dengan usia lanjut.
BAB 3
PENUTUP
13 | P a g e
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.Fraktur
tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasisehingga
lokasi fraktur tidak terpajan lingkunga luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur gabungan
adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur tertutup
terutamnya di tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapatcompartment
syndrome karena pada patah tulang tertutup,darah tidak dapat keluar dan seringmenimbulkan
peningkatan tekanan compartment otot. Justeru, pemeriksaan neurovascular distal terutama
bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jikaterlambat amputasi
terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhandan prognosis yang
membaik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, seperti penelitian, pembahasan segenap aspek
penyakit ini serta diagnosis mutlak hasil rontgen dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis
yang disepakati dapat diterima, yaitu fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal.
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e
1. Gleadle Jonathan. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta :
Erlangga;2007.h. 16.
2. Rasjad C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi III. Makassar: Yarsif
Watampone2007.h. 352-489.
3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi. Vol. 2 Ed 6. Jakarta : EGC;
2006.h.1365-71.
4. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: FKUI; 2000. h. 351-2.
5. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: EGC; 2009
15 | P a g e