frak tur

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri. Kerusakan

Upload: galuh-forestry-mentari

Post on 19-Jan-2016

76 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Frak Tur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan

orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus

kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di

Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke.

Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan

tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu

jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa

diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai

perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai

mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke

samping, depan, atau belakang.

Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi

dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri.

Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya syok

dan komplikasi neurovaskuler.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur dekstra post

pemasangan open reduksi internal fiksation.

1.2. Rumusan masalah

2.      Apa definisi post op ORIF fraktur femur dekstra ?

3.      Apa etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

4.      Bagaimana manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra?

5.      Apa klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra?

Page 2: Frak Tur

6.      Bagaimana patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

7.      Bagaimana WOC dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

8.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra?

9.      Bagaimana penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra?

10.  Apa komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

11.  Bagaimana ASKEP post op ORIF fraktur femur dekstra?

1.3  Tujun

1)       Menjelaskan definisi post op ORIF fraktur femur dekstra?

2)       Menjelaskan etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

3)       Menjelaskan manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra?

4)       Menjelaskan klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra?

5)       Menjelaskan patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

6)       Menjelaskan WOC dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

7)       Menjelaskan pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra?

8)       Menjelaskan penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra?

9)       Menjelaskan komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?

10)   Menjelaskan ASKEP post op ORIF fraktur femur dekstra?

1.4  Manfaat

2        Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus ruptur tendon achilles dan penerapan konsep

keperawatan pada kasus ruptur tendon achilles.

3        Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa keperawatan pada kasus ruptur

tendon achilles.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 3: Frak Tur

2.1  Anatomi Dan Fisiologi Muskuloskletal

A.    Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari

embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini

dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan

garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia.

Tulang   dapat   diklasifikasikan  dalam   lima   kelompok   berdasarkan   bentukannya :

1.      Tulang panjang (Femur, Humerus)  

terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis.

Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat

daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebutlempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.

Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan

digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang

dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau

trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan

tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang

pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng

epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis

medularis berisi sumsum tulang.

2.      Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu

lapisan luar dari tulang yang padat.

3.      Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah

tulang concellous.

4.      Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

5.      Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan

persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga

jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan

Page 4: Frak Tur

tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2%

subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan

kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang

terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks

tulang). Osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran,

resorpsi dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon

terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella.

Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut

kedalam kanalikuliyang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang

terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakanperiosteum.

Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat

perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik.

Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel

pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang

dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk

memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna  Howship (cekungan

pada permukaan tulang).

B.     Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan

menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :

1)      Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal danberfungsi untuk memberikan

pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.

2)      Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan

pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol

keinginan.

3)      Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.

Page 5: Frak Tur

Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang dan

tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar sekali.

Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan

adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat

dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak adekuat.

Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit

dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang. Otot rangka lebih besar dari pembuluh darah.

Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi pembentukan produk-

produk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat otot kekurangan oksigen

dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.

C.     Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat

kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan

proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang

menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana

tipenya: fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak serat-

serat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang . Fibrocartilagomenyusun

diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih, putih, berkilau dan kenyal

membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa sebagian bantalan. Kartilago

elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering didapatkan pada daerah telinga luar.

D.    Sumsum Tulang

jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih.

Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada orang

dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewas, tulang

panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.

E.     Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran

dari suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.

Page 6: Frak Tur

F.      Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot

dan berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu

khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram synovial

lumbrika untuk memudahkan pergerakan tendon.

G.    Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung

dibawah kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang

membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.

H.    Bursae

Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana

digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar tendon

dan tulang atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak,

seperti pada olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.

I.       Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.

Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada

bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan

yang memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

Menurut klasifikasi terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :

1)      Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang tengkorak

2)      Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra dan

simfisis pubis.

3)      Sendi Diarthroses (sendi yang banyak pergerakannya). Jenis sendi Diartrotis :

         Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh

         Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada siku dan

lutut.

Page 7: Frak Tur

         Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang  saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu

jari adalah sendi pelana.

         Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk

melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.

         Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah sendi-sendi

tulang karpalia dipergelangan tangan.

Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang

hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi.

Kapsul dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran

kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa sendi

sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi. Bagian ini

merupakan peredam getaran.

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah:

         Fleksi

         Ekstensi

         Adduksi

         Abduksi

         Rotasi

         Sirkumduksi

         Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.

2.2  Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya.

Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer

& Bare, 2002 : 2357).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan

dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan

menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi

apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh

ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).

Page 8: Frak Tur

Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang

disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam keadaan normal atau patologis. Pada

keadaan patologis, misalnya kanker tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam

keadaan ini, kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 : 144).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang dan/atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005 : 840).

Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma

langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI

dalam Jitowiyono, 2010 : 15).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang disebabkan

oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada

fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil

yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal

Fixation).

Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur

terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi

infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan

pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin

kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku

maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah

terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa

atau kekerasan, bisa dalam keadaan  normal atau patologis.

2.2 Epidemologi

Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan

orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus

kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di

Page 9: Frak Tur

Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia

Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai

9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data

itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal

dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada

tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak

2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari

sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.

Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan

tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu

jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa

diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai

perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai

mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke

samping, depan, atau belakang.

Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan

sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur

ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas,

tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut

fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi

pada batang femur 1/3 tengah. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

2.3. Etiologi

Menurut Barbara C Long (1996)

1)      Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak,

kontraksi otot ekstrim.

2)      Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

3)      Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. Fraktur

patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur tulang

Page 10: Frak Tur

akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti

vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik adalah

akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat

keganasan.

Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :

1.      Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau

miring.

2.      Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah

dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3.      Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan

dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan

penarikan.

2.4  Tanda Dan Gejala

1)      Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot

yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan

gerakan antar fragmen tulang.

2)      Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui

dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan

baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.

3)      Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4)      Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5)      Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang

mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

Page 11: Frak Tur

6)      Peningkatan temperatur lokal

7)      Pergerakan abnormal

8)      Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar)

9)      Kehilangan fungsi

2.5 Klasifikasi

Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi

beberapa kelompok, yaitu:

1.      Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

a)      Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar,

disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

b)      Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

2.      Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.

a)      Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks

tulang seperti terlihat pada foto.

b)      Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

1.      Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)

2.      Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang

spongiosa di bawahnya.

3.      Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada

tulang panjang.

3.      Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

a)      Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma

angulasi atau langsung.

b)      Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan

meruakan akibat trauma angulasi juga.

c)      Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

d)     Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke

arah permukaan lain.

e)      Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya

pada tulang.

Page 12: Frak Tur

4.      Berdasarkan jumlah garis patah.

a)      Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

b)      Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

c)      Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

5.      Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

a)      Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser

dan periosteum masih utuh.

b)      Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi

fragmen, terbagi atas:

1.      Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping).

2.      Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).

3.      Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

6.      Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :

a)      1/3 proksimal

b)      1/3 medial

c)      1/3 distal

7.      Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup

ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:

a)      Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.

b)      Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.

c)      Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan

pembengkakan.

d)     Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma

kompartement.

2.6. Patofisiologi

Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356).

Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak

langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena

Page 13: Frak Tur

trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan

bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam

jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.

Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast

berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan

pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan

berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan

terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang

baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)

Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan

pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan

mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat

mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia

jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini

dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)

Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi

proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi

internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)

Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang

patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak

cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari

imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya

kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan

mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).

Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin,

sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu

sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami

Page 14: Frak Tur

cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995:

1192)

Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang

hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)

2.8. Pemeriksaan Diagnostik

a)      Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen

(x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit,

maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur,

deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan

untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

b)      Pemeriksaan Laboratorium

1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam

membentuk tulang.

3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase

(AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

c)      Pemeriksaan lain-lain

1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab

infeksi.

2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih

dindikasikan bila terjadi infeksi.

3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.

5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995)

2.9. Penatalaksanaan

Page 15: Frak Tur

Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif

1.      Cara Konservatif

Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya

pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat

terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi.

a.       Gips

Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi

dilakukan pemasangan gips adalah :

         Immobilisasi dan penyangga fraktur

         Istirahatkan dan stabilisasi

         Koreksi deformitas

         Mengurangi aktifitas

         Membuat cetakan tubuh orthotik

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :

         Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan

         Gips patah tidak bisa digunakan

         Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien

         Jangan merusak / menekan gips

         Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk

         Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

b.      Traksi (mengangkat / menarik)

Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas

pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu

panjang tulang yang patah.

Metode pemasangan traksi antara lain :

         Traksi manual

Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency

Page 16: Frak Tur

         Traksi mekanik, ada 2 macam :

  Traksi kulit (skin traction)

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu

4 minggu dan beban < 5 kg.

  Traksi skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan

untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan

metal.

Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :

         Mengurangi nyeri akibat spasme otot

         Memperbaiki & mencegah deformitas

         Immobilisasi

         Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)

         Mengencangkan pada perlekatannya

Prinsip pemasangan traksi :

         Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik

         Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat

dipertahankan

         Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus

         Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol

         Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

         Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman

2.      Cara operatif / pembedahan

Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin

adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada

Page 17: Frak Tur

umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang

anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen

tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar

menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini

dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku.

a.       Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat

kirschner), misalnya pada fraktur jari.

b.      Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation). Merupakan

tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant

pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah

Tujuan:

         Imobilisasi sampai tahap remodeling

         Melihat secara langsung area fraktur

Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF )

Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain:

1.      Sekrup kompresi antar fragmen

2.      Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah

3.      Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar

4.      Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia

5.      Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur

Indikasi ORIF :

1.            Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur talus dan

fraktur collum femur.

2.            Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur dislokasi.

3.            Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia, fraktur

Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.

4.            Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya :

fraktur femur

Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation).

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak.

Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk

Page 18: Frak Tur

Indikasi OREF :

1.      Fraktur terbuka derajatI II 

2.      Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

3.      Fraktur dengan gangguan neurovaskuler

4.      Fraktur Kominutif

5.      Fraktur Pelvis

Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :

1.      Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah

2.      Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya

3.      Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai

4.      Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain

5.      Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-kasus yang tanpa

komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir

normal selama penatalaksanaan dijalankan

2.10. Komplikasi

1)      Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak

pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

2)      Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang

lebih lambat dari keadaan normal.

3)      Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4)      Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam

satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

5)      Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa

menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

6)      Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai

80 fraktur tahun.

7)      Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil

dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada

Page 19: Frak Tur

perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah

ortopedil

8)      Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic

infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus

fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan

plat.

9)      Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

10)  Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik

abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan

vasomotor instability.

2.11. Asuhan keperawatan

A. askep teori

1.      PENGKAJIAN

a.       Pengumpulan data

a)      Identitas Klien

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no register

dan tanggal MRS.

b)      Keluhan Utama

Biasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.

c)      Riwayat Penyakit Dahulu.

Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah mengalami tindakan

operasi apa tidak.

d)     Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.

e)      Riwayat Penyakit Keluarga.

Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit fraktur / penyakit menular.

b.      Pola-pola fungsi

Page 20: Frak Tur

a)      Pola aktivitas dan latihan

Aktifitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat adanya luka operasi sehingga perlu

dibantu baik perawat maupun klien.

b)      Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan pola tidur dan istirahat px megnalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri luka post

op.

c)      Pola persepsi dan konsep diri

Setelah px mengalami post op px akan mengalami gangguan konsep diri karena perubahan cara

berjalan akibat kecelakaan. 

d)     Pola sensori dan kognitif

Biasanya px mengeluh nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan lunak dan

hilangnya darah serta cairan seluler ke dalam jaringan.

e)      Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya px pada post op akan mengalami gangguan  / perubahan dalam menjalankan ibadanya.

f)       Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti

kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium

atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah

muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan

mobilitas klien.

g)      Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu

juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan

pada pola eliminasi urin dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua

pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

h)      Pola Tidur dan Istirahat.

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada

Page 21: Frak Tur

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat

tidur (Doengos. Marilynn E, 2002).

i)        Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi

berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji

adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan

beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.

j)        Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus

menjalani rawat inap.

k)      Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena

harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu

juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya.

l)        Pola Penanggulangan Stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul

kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak

efektif.

c.       Pemeriksaan fisik

a)      Pada pasien post op terdapat adanya perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti

warna kulit, tekstur kasar ada / tidak, terjadi rembesan darah pada luka post op ada / tidak.

b)      Sistem Ektremitas dan Neurologis

Pada pasien fraktur, post op, Ekstremitas kaki kanan tidak bisa digerakkan dengan bebas dan

terdapat adanya jahitan apa tidak.

c)      Sistem Respirasi

Biasanya pada pasien post op fraktur ada / tidak perubahan yang menonjol seperti bentuk data

ada / tidaknya sesak nafas, suara tambahan, pernafasan cuping hidung.

Page 22: Frak Tur

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a)      Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak,

pemasangan traksi, stress/ansietas.

b)      Ansietas b.d pengetahuan tentang luka post op.

c)      gangguan mobilitas fisik b.d nyeri,pembengkakan, prosedur bedah,immobilisasi. terapi

restriktif (imobilisasi)

d)     Risti infeksi b.d port de entrée luka fraktur femur

e)      Infeksi b.d adanya inflan fairule

f)       Gangguan integritas kulit b.d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

g)      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan

atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya

informasi yang ada.

h)      Gangguan citra tubuh b.d pemasangan eksternal fixation

3.      RENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

1 Nyeri b.d kerusakan

neuromuscular,

gerakan fragmen

tulang, edema, cedera

jaringan lunak,

pemasangan traksi,

stress/ansietas.

TUJUAN:

Dalam waktu

Nyeri berkurang

dan terkontrol

KRITERIA

HASIL

       Nyeri berkurang

(skala nyeri : 0)

       Klien tidak

menyeringai/

1.       Kaji ulang tingkat

skala nyeri

2.       Jelaskan sebab- sebab

timbulnya nyeri

3.       Anjurkan klien untuk

melakukan tenik

relaksasi dan distraksi

4.       Kolaborasi dengan

tim medis dalam

pemberian obat anti

biotik.

1.       untuk mengetahui /

menentukan tingkat

keparahan.

2.       menambahn

pengetahuan

individu terhadap

penyakitnya.

3.       mengantisipasi

lebih awal bila

timbul nyeri.

4.       membantu untuk

Page 23: Frak Tur

Klien tampak

tenang.

       Nyeri berkurang

atau hilang,

membatasi nyeri

dan  antibiotik

untuk mencegah dan

mengatasi infeksi.

2 Ansietas b.d

pengetahuan tentang

luka post op.

TUJUAN

Klien tidak merasa

cemas lagi.

KRITERIA

HASIL

Klien tampak

rileks, klien tidak

gelisah

1.       Lakukan pendekatan

pada klien tentang

penyakitnya.

2.       Berikan penjelasan

pada klien tentang

penyakitnya

3.       berikan motivasi pada

klien dan keluarga.

4.       Observasi TTV.

5.       Kolaborasi dengan

tim dokter dalam

pemberian terapi /

obat.

1.       Klien kooperatif

dengan perawatnya.

2.       Klien megerti

tentang

penyakitnya.

3.       Memberi dorongan

pada klien untuk

sembuh

4.       Memonitor

kekurangan /

keadaan klien.

5.       Menjalankan fungsi

independent.

3 gangguan mobilitas

fisik b.d

nyeri,pembengkakan,

prosedur

bedah,immobilisasi.

terapi restriktif

(imobilisasi),

kerusakan

neuromusklar.

TUJUAN

Klien mampu

meningkatkan /

mempertahankan

mobilitas pada

tingkat yang

paling tinggi.

KRITERIA

HASIL

1.       Pertahankan

pelaksanaan aktivitas

rekreasi terapeutik

(radio, koran,

kunjungan

teman/keluarga)

sesuai keadaan klien.

2.       Bantu latihan rentang

gerak pasif aktif pada

ekstremitas yang sakit

1.       Memfokuskan

perhatian,

meningkatakan rasa

kontrol diri/harga

diri, membantu

menurunkan isolasi

sosial.

2.       Meningkatkan

sirkulasi darah

muskuloskeletal,

Page 24: Frak Tur

       memprtahankan

posisi fungsional,

       meningkatnya

kekuatan / fungsi

yang sakit dan

       menunjukkan

teknis yang

memampukan

melakukan

aktivitas.

maupun yang sehat

sesuai keadaan klien.

3.       Berikan papan

penyangga kaki,

gulungan

trokanter/tangan

sesuai indikasi.

4.       Bantu dan dorong

perawatan diri

(kebersihan/eliminasi)

sesuai keadaan klien.

5.       Ubah posisi secara

periodik sesuai

keadaan klien.

6.       Dorong/pertahankan

asupan cairan 2000-

3000 ml/hari.

7.       Berikan diet tinggi

kalori tinggi protein.

8.       Kolaborasi

pelaksanaan

fisioterapi sesuai

indikasi.

9.       Evaluasi kemampuan

mobilisasi klien dan

program imobilisasi.

mempertahankan

tonus otot,

mempertahakan

gerak sendi,

mencegah

kontraktur/atrofi

dan mencegah

reabsorbsi kalsium

karena imobilisasi.

3.       Mempertahankan

posis fungsional

ekstremitas.

4.       Meningkatkan

kemandirian klien

dalam perawatan

diri sesuai kondisi

keterbatasan klien.

5.       Menurunkan

insiden komplikasi

kulit dan pernapasan

(dekubitus,

atelektasis,

penumonia)

6.       Mempertahankan

hidrasi adekuat,

mencegah

komplikasi urinarius

dan konstipasi.

7.       Kalori dan protein

yang cukup

diperlukan untuk

Page 25: Frak Tur

proses

penyembuhan dan

mem-pertahankan

fungsi fisiologis

tubuh.

8.       Kerjasama dengan

fisioterapis perlu

untuk menyusun

program aktivitas

fisik secara

individual.

9.       Menilai

perkembangan

masalah klien.

4 Risti infeksi b.d port

de entrée luka fraktur

femur, terputusnya

kontinuitas jaringan

akibat prosedur

pembedahan.

TUJUAN

3X24 jam resiko

infeksi berkurang,

bebas drainase

purulen atau

eritema dan

demam.

KRITERIA

HASIL

       Luka bersih

       Tidak ada pus atau

nanah

       Luka kering

1.       Lakukan perawatan

luka dengan teknik

aseptic

2.       Inspeksi

luka,perhatikan

karakteristik drainase.

3.       Awasi tanda-tanda

vital.

4.       Kalaborasi

Pemberian antibiotik.

5.       Analisa hasil

pemeriksaan

laboratorium (Hitung

darah lengkap, LED,

Kultur dan sensitivitas

luka/serum/tulang)

1.       teknik aseptic dapat

mengurangi bakteri

pathogen oada

daerah luka.

2.       untuk

mengobservasi

keadaan luka,

sehinggga dapat

menentukan

tindakan

selanjutnya.

3.       tanda-tanda vital

untuk mengetahui

keadaan umum

klien

4.       antibiotic dapat

membunuh bakteri

Page 26: Frak Tur

yang dapat

menyebabkan

infeksi.

5.       Leukositosis

biasanya terjadi

pada proses infeksi,

anemia dan

peningkatan LED

dapat terjadi pada

osteomielitis. Kultur

untuk

mengidentifikasi

organisme penyebab

infeksi.

5 Infeksi b.d adanya

inflan fairule

TUJUAN

Dalam waktu 2 x

24 jam infeksi

berkurang

KRITERIA

HASIL

Tidak

menunjukkan

adanya kemerahan

pada klien

1.       Observasi keadaan

luka pasien

2.       Gunakan tehnik

septic dan aseptic

selama perawatan luka

3.       Tekankan tehnik cuci

tangan yang baik

untuk setiap individu

yang kontak dengan

pasien

4.       Kolaborasi pemberian

antibiotic

1.       Mengetahui

keadaan luka pasien

2.       Mencegah terpajan

organism infeksius

3.       Mencegah

kontaminasi silang

dan menurunkan

resiko penyebaran

infeksi

4.       Antibiotic dapat

membantu

mengurangi

penyebaran

6 Gangguan integritas

kulit b.d fraktur

terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat,

TUJUAN

       ketidak nyamanan

klien hilang

       Mencapai

1.       Kaji kulit dan

identifikasi pada tahap

perkembangan luka.

2.       Kaji lokasi, ukuran,

1.       mengetahui sejauh

mana

perkembangan luka

mempermudah

Page 27: Frak Tur

sekrup) penyembuhan luka

pada waktu yang

sesuai.

KRITERIA

HASIL

       tidak ada tanda-

tanda infeksi

seperti pus.

       luka bersih tidak

lembab dan tidak

kotor,

       Tanda-tanda vital

dalam batas

normal atau dapat

ditoleransi.

       mencapai

penyembuhan luka

sesuai waktu

warna, bau, serta

jumlah dan tipe cairan

luka

3.       Pantau peningkatan

suhu tubuh.

4.       Berikan perawatan

luka dengan tehnik

aseptik. Balut luka

dengan kasa kering

dan steril, gunakan

plester kertas.

5.       Kolaborasi

pemberian antibiotik

sesuai indikasi.

6.       Pertahankan tempat

tidur yang nyaman

dan aman (kering,

bersih, alat tenun

kencang, bantalan

bawah siku, tumit).

7.       Masase kulit terutama

daerah penonjolan

tulang dan area distal

bebat/gips.

8.       Lindungi kulit dan

gips pada daerah

perianal.

9.       Observasi keadaan

kulit, penekanan

gips/bebat terhadap

kulit, insersi

dalam melakukan

tindakan yang tepat.

2.       mengidentifikasi

tingkat keparahan

luka akan

mempermudah

intervensi.

3.       suhu tubuh yang

meningkat dapat

diidentifikasikan

sebagai adanya

proses peradangan.

4.       tehnik aseptik

membantu

mempercepat

penyembuhan luka

dan mencegah

terjadinya infeksi.

5.       antibiotik berguna

untuk mematikan

mikroorganisme

pathogen pada

daerah yang

berisiko terjadi

infeksi.

6.       Menurunkan risiko

kerusakan/abrasi

kulit yang lebih

luas.

7.       Meningkatkan

sirkulasi perifer dan

Page 28: Frak Tur

pen/traksi. meningkatkan

kelemasan kulit dan

otot terhadap

tekanan yang relatif

konstan pada

imobilisasi.

8.       Mencegah

gangguan integritas

kulit dan jaringan

akibat kontaminasi

fekal.

9.       Menilai

perkembangan

masalah klien.

7 Kurang pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan b.d

kurang terpajan atau

salah interpretasi

terhadap informasi,

keterbatasan kognitif,

kurang

akurat/lengkapnya

informasi yang ada.

TUJUAN

klien akan

menunjukkan

pengetahuan

meningkat .

KRITERIA

HASIL

klien mengerti dan

memahami tentang

penyakitnya.

1.       Kaji kesiapan klien

mengikuti program

pembelajaran.

2.       Diskusikan metode

mobilitas dan

ambulasi sesuai

program terapi fisik.

3.       Ajarkan tanda/gejala

klinis yang

memerlukan evaluasi

medik (nyeri berat,

demam, perubahan

sensasi kulit distal

cedera)

4.       Persiapkan klien

untuk mengikuti terapi

pembedahan bila

1.       Efektivitas proses

pemeblajaran

dipengaruhi oleh

kesiapan fisik dan

mental klien untuk

mengikuti program

pembelajaran.

2.       Meningkatkan

partisipasi dan

kemandirian klien

dalam perencanaan

dan pelaksanaan

program terapi fisik.

3.       Meningkatkan

kewaspadaan klien

untuk mengenali

tanda/gejala dini

Page 29: Frak Tur

diperlukan.

Rasional :

yang memerulukan

intervensi lebih

lanjut.

4.       Upaya pembedahan

mungkin diperlukan

untuk mengatasi

masalah sesuai

kondisi klien.

8 Gangguan citra tubuh

b.d pemasangan

eksternal fixation

TUJUAN

waktu 1 x 24 jam

citra diri pasien

meningkat.

KRITERIA

HASIL

   Mampu

menyatakan atau

mengomunikasika

n dengan orang

terdekat tentang

situasi dan

perubahan yang

sedang terjadi.

   Mampu

menyatakan

penerimaan diri

terhadap situasi.

1.       Observasi makna

perubahan yang

dialami oleh pasien

2.       Libatkan keluarga

atau orang terdekat

dalam perawatan

3.       Catat perilaku

menarik diri :

peningkatan

ketergantungan,

manipulasi atau tidak

terlibat pada

perawatan

4.       Monitor gangguan

tidur atau adanya

peningkatan kesulitan

konsentrasi.

1.       Mengetahui

perasaan pasien

tentang keadaannya

dan control

emosinya

2.       Dukung keluarga

dan orang terdekat

dapat mempercepat

proses

penyembuhan

3.       Dugaan masalah

pada penilaian yang

dapat memerlukan

evaluasi lanjut dan

terapi lebih ketat

4.       Dapat

mengindikasikan

terjadinya depresi

dimana memerlukan

intervensi dan

evaluasi lebih

lanjut.

Page 30: Frak Tur

B.     Askep Kasus

Scenario

Tn. Pr (29 th) sekitar 2 tahun yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat

mengendarai sepeda motor. Pada saat kejadian, menggeluh nyeri di area kaki kanan. Setelah

kejadian tersebut pasien dibawa ke RS A dan dilakukan tindakan medis, pemeriksaan diagnostic

yang dilakukan rontgsen tampak fraktur pemur dextra. Pada keesokan harinya dilakukan operasi

dengan internal fixation, control kerumah sakit tidak teratur. Dari luka post op keluar cairan

nanah berbau, sekitar 4 bulan pasca operasi pertama, nyeri dirasakan dibagian dalam tulang

dengan intensitas semakin meninggkat, terbentuk lubang dibagian tengah luka operasi dengan

nanah keluar bertambah banyak. Dilakukan rontgen ulang didapatkan inplant failure, operasi

kedua dilakukan untuk repair internal fixation dan pemasangan internal fixation ke-2

menggunakan broad plate dan screw. Pasca operasi ke-2 kontrol dilakukan secara teratur pada

permulaannya, namun selanjutnya pasien mengobati dengan membeli antibiotic dan

menentuykan dosisnya sendiri. Selama pengobatan mandiri tidak menunjukkan perbaikan.

Pasien dating kembali ke RS A, kemudian dirujuk ke RS B untuk penanganan lanjut.

Direncanakan akan dilakukan operasi ilizarov, namun tetap menolak. Pasien inggin agar

dilakukan operasi biasa saja. 1 april 2013 dilakukan operasi dengan external fiksasi konvensional

dilakukan. Tetapi yang didapatkan: tranfusi PRC, ceftriaxone 2x1 gr, gentamycine 2x80 mg,

ketorolac 3x1 amp, ranitidine 3x1 amp

2.      Pengkajian

  Biodata

Nama : Tn. Pr

Umur : 29 tahun

  Riwayat Kesehatan

  Keluhan utama

Page 31: Frak Tur

Nyeri di area kaki kanan karna luka operasi

  Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan 2tahun yang lalu klien mengalami kecelakaan lalulintas mengendarai

sepeda motor, lalu klien di bawa ke Rumah sakit A kemudian dilakukan tindakan medic

pemeriksaan diagnostic rontgen tampak fraktur femur dextra karena menggalami fraktur pada

paha kanan. Kemudian klien dilakukan tindakan bedah dengan operasi internalfixation . Dan

control kerumah sakit tidak teratur dan pada kuka post op keluar cairan nanah berbau dan

mengalami implant failure operasi kedua pun dilakukan namun klien mengibati dan membeli

antibiotic dengan menentukan dosis sendiri. Klien kemudian dirujuk ke RS B dianjurkan oleh

dokter untuk operasi ilizarov namun klien menolak, lalu operasi dilakukan pada tanggal 1 April

2013 dengan operasi external fiksasi konvensional.

  Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah mengalami fraktur 2tahun yang lalu.mengalami nyeri yang meningkat sekitar

4bulan pasca operasi dan terbentuklubang ditengah tulang dan berbau nanah.

3.      Data focus

DS:

  Klien mengatakan nyeri setelah pasca operasi

  Klien menolak pemasangan operasi ilizarov

  Klien mengta

DO:

  Rontgen ulang didapatkan inplant failure

  Rontgen adanya Fraktur femur dextra

  Terbentuklubang ditengah tulang dan mengeluarkan nanah banyakdan berbau

  Dilakukan tindakan operasi internal fixation

4.      Analisis data

NO Data Etiologi Masalah

1. DS: Gangguan Nyeri

Page 32: Frak Tur

  Klien mengeluh nyeri dengan intesitas

makin meningkat setelah pasca operasi

DO:

  Dilakukan operasi internal fixation

neuromuskular

2. DS:

DO:

  Adanya fraktur femur dextra

Pemasangan

fiksasi eksterna

Gangguan citra

tubuh

3. DS:

  Klien mengobati dan membeli antibiotic

sendri dan menentukan dosis sendri

DO:

  Klien secara tidak teratur kontrol

kerumah sakit

Keterbatasan

kognitif

Kurang

pengetahuan

4. DS:

  Klien mengatakan adanya lubang

ditengah tulang dan berbau nanah

Inplant failure Infeksi

5.      Diagnosa keperawatan

1.      Nyeri b,d Adanya neuromusklosklektal

2.      Infeksi b,d inplant failure

3.      Gangguan citra tubuh b,d pemasangan fiksasi eksterna

4.      Kurang pengetahuan b,d Keterbatasan kognitif

Page 33: Frak Tur

5.      Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria

hasil

Rencana Rasional

1. Nyeri b,d

Adanya luka

insisi bedah

Tujuan

Nyeri berkurang

sampai dengan hilang.

Dalam 3x24 jam

Klien dapat

bertoleransi terhadap

nyeri yang ditandai

dengan :

       Nyeri berkurang

sampai hilang

       Ekspresi wajah klien

tampak rilek

       Tanda vital dalam

batas normal

1.       Lakukan pengkajian nyeri

meliputi skala, intensitas,

dan jenis nyeri.

2.       Mengobservasi keadaan

umum klien

3.       Kaji adanya edema,

hamatom, dan spasme otot.

4.       Tinggikan ekstremitas yang

sakit.

5.       Berikan kompres dingin

(es).

6.       Ajarkan klien teknik

relaksasi, seperti distraksi,

dan imajinasi terpimpin.

7.       Laporkan kepada tim medik,

bila nyeri tidak terkontrol.

8.       Kolaborasi dengan tim

medis dalam memberikan

obat-obatan analgetik

1.    Untuk mengetahui

karakteristik nyeri agar

dapat menentukan

diagnosa selanjutnya.

2.    Untuk mengetahui tanda-

tanda vital

3.    Adanya edema, hematom

dan spasme otot

menunjukkan adanya

penyebab nyeri.

4.    Meningkatkan aliran balik

vena dan mengurangi

edema dan mengurangi

nyeri.

5.    Menurunkan edema dan

pembentukan hematoma

6.    Menghilangkan /

mengurangi nyeri secara

non farmakologis

7.    Agar dapat menentukan

terapi yang tepat

8.    Pemberian rutin

mempertahankan kadar

analgesic darah secara

adekuat, mencegah

Page 34: Frak Tur

fluktuasi dalam

menghilangkan nyeri.

2. Infeksi b,d

inplant

failure

Tujuan

Infeksi tidak terjadi

Dalam waktu 3x 24

jam tanda-tanda infeksi

tidak terjadi dengan

kriteria hasil:

       Bengkak di kaki

sebelah kanan mulai

berkurang sampai

dengan hilang

       Kulit disekitar balutan

perban elastic tidak

tampak kemerahan dan

bersih

       Tanda vital dalam

batas normal

1.       Kaji adanya tanda-tanda

infeksi seperti kemeahan,

pengeluaran nanah ,bengkak,

2.       Mengobservasi tanda-tanda

vital

3.       Pantau luka operasi dan

cairan yang keluar dari luka

4.       Pantau adanya infeksi pada

saluran kemih

5.       Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian

terapi antibiotik

1.       Untuk menentukan

antibiotic yang tepat untuk

pasien

2.       Peningkatan suhu tubuh di

atas normal menunjukkan

adanya tanda-tanda infeksi.

3.       Adanya cairan yang keluar

dari luka menunjukkan

adanya tanda infeksi dari

luka.

4.       Retensi urine sering terjadi

setelah pembedahan

5.       Antibiotik dapat menekan

perkembangan

mikroorganisme yang

merugikan

3. Gangguan

citra tubuh

b,d

pemasangan

fiksasi

eksterna

Tujuan

Dapat menerima

perubahan dalam

penampilan diri

Dalam waktu 1 x 24

Jam klien dapat

menerima keadaan

dirinya yang ditandai

dengan :

       Klien memperlihatkan

konsep diri yang positif

1.       Dorong klien

mengungkapkan perasaan

dan rasa ketakutan, mengenai

perubahan konsep diri.

2.       Bantu klien dalam

penerimaan perubahan citra

diri sesuai kebutuhan klien.

3.       Jelaskan setiap

kesalahpahaman yang di

alami klien, untuk membantu

penyesuaian terhadap

1.       Ekspresi emosi membantu

pasien mulai menerima

kenyataan dan realitas

hidup

2.       Agar pasien diri dengan

proses dapat memahami

perubahan citra

rekonstruksi perbaikan

pada dirinya.

3.       Salah memberikan

informasi akan berakibat

Page 35: Frak Tur

       Klien mampu

menerima keadaannya

       Klien tidak malu

dengan kakinya yang

patah

       Klien tampak tenang

dan rileks

perubahan kapasitas fisik dan

konsep diri.

4.       Susun sasaran dan tujuan

yang akan dicapai bersama

klien.

5.       Anjurkan dan motivasi klien

untuk melakukan perawatan

diri sendiri mandiri sesuai

kemampuan.

6.       Berikan dukungan dan

pujian terhadap upaya klien.

Anjurkan keluarga/orang

terdekat untuk mendukung

penyembuhan klien dengan

dampak masalah

muskuloskeletal

salah persepsi.

4.       Agar proses penyampaian

informasi tersusun sesuai

rencana.

5.       Perawatan diri secara

mandiri dapat menambah

kepercayaan dalam diri

klien.

6.       Dukungan bantuan orang

terdekat memotivasi dan

membantu proses

rehabilitasi.

Keluarga merupakan orang

terdekat yang dapat

membantu proses

penyembuhan penyakit

klien

4. Kurang

pengetahuan

b,d

Keterbatasan

kognitif

Tujuan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam pasien

menunjukkan

pengetahuan tentang

proses penyakit dengan

kriteria hasil:

       Pasien dan keluarga

menyatakan

pemahaman tentang

penyakit, kondisi,

prognosis dan program

1.       Kaji tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga

2.       Jelaskan patofisiologi dari

penyakit dan bagaimana hal

ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang tepat.

3.       Gambarkan tanda dan gejala

yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang

tepat dan Gambarkan proses

penyakit, dengan cara yang

tepat

1.      Tingkat pengetahuan

pasien dan keluarga dapat

mebantu untuk memahami

apa yang kita lakukan

terhadapklien

2.      Penjelasan ini dapat

membantu klien

mengetahui tanda-tanda

penyakit dan apa yang

harus dilakukan terhadap

dirinnya agar sembuh

3.      Penjelasan tanda-tanda

yang muncul agar dapat

Page 36: Frak Tur

pengobatan

       Pasien dan keluarga

mampu melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara benar

       Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

4.       Sediakan bagi keluarga

informasi tentang kemajuan

pasien dengan cara yang

tepat

5.       Diskusikan pilihan terapi

atau penanganan

langsung dicegah agar

tidak terjadi komplikasi

4.      Informasi kemajuan

terhadap keluarga dapat

memberikan kebaikan

terhadap keluarga dan

pasien

5.      Pilihan terapi ini dapat

memberikan klien agar

percaya dan mau

memahami penjelasan

tentang penyakit dan

pengobatan klien.

KLARISIFIKASI MASALAH

1.      Antibiotic

Adalah jenis obat keras yang digunakan untuk pengobatan infeksi, termasuk penyakit-penyakit

infeksi yang mengancam jiwa/kehidupan seseorang.

(http://sehatpro.blogspot.com/2012/04/pengertian-antibiotik-dan-cara.html)

2.      Post op

Page 37: Frak Tur

Adalah masa yang dimulai ketika masuknya pasien keruang pemulihan dan berakhir dengan

evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.

(http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/10/29/kmb)

3.      Rontgen

Adalah alat potret yg menggunakan sinar X dapat menembus bagian-bagian dl dalam tubuh.

(http://deskripsi.com/r/rontgen)

4.      Ranitidin

Adalah salah satu obat yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum, yang disebabkan

pemanfaatan obat ini yang cukup tinggi

(http://ruangdiskusiapoteker.blogspot.com/2012/07/ranitidin.html)

5.      Screw

Adalah skrup atau baling .(http://sehatpro.blogspot.com/2012/04/pengertian-antibiotik-dan-

cara.html)

6.      External fixation konvensional

Adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang

(http://ortotikprostetik.blogspot.com/2011/04/fiksasi-eksterna-external-fixation.html)

7.      Repair Internal fixation

Adalah perbaikan yang dilakukan pada pemasangan alat yang diletakkan di dalam kulit

(http://www.artikel.fraktur-femur-dextra.html)

8.      Operasi Illizarov

Adalah operasi yang mengunakan alat ekstensi fixation untuk mempertahankan tulang atau

menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang. (http://mukipartono.com/pemanjangan-

tulangilizarov/)

9.      Implant failure

Adalah kegagalan pada pemasangan implant (http://en.wikipedia.org/wiki/Dental_implant)

10.  Broad plate

Adalah alat yang berupa piring yang luas atau piring hitam ((http://www.artikata.com/arti-

101963-Broad plate.html)

11.  Tranfusi PRC

Adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang kesistem peredaran

orang lain.(http://tranfusi darah.wikipedia)

Page 38: Frak Tur

12.  Ceftriaxone

Adalah kelompok obat setalospolin bekerja mematikan bakteri dalam tubuh

(http://www.artikata.com/arti-101963-ceftriaxone.html)

13.  Ceterolac

Adalah sekelompok obat NSAID yang bekerja untuk mengatasi nyeri

(http://www.artikata.com/arti-101963-ketorolac.html)

14.  Gentamycine

Adalah Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida, digunakan untuk mengobati berbagai jenis

infeksi bakteri, terutama yang disebabkan oleh organisme Gram-negatif.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Gentamicin)

15.  Fraktur femur dextra

Adalah terputusnya kontiunitas tulang pada tulang paha bagian kanan

(http://www.artikel.fraktur-femur-dextra.html)

IDENTIFIKASI MASALAH

1.      Mengapa pada luka post off mengeluarkan cairan nanah berbau dan terbentuk lubang pada

tulang.?

Jawab : karena setelah 4 bulan melakukan post op kontrol tidak teratur sehingga telah terjadi

infeksi pada daerah post op paha kanan pasien. (muttaqin, A. 2011)

2.      Mengapa pasien menolak operasi illizarov.?

Page 39: Frak Tur

Jawab : karena kurang pengetahuan pasien tentang operasi iliizarov ,juga membutuhkan biaya

yang besar. (www.operasi ilizarov.com)

3.      Mengapa bisa terjadi inflant failure.?

Jawab : karena imobilisasi yang tidak tepat setekah pemasangan inflant (muttaqin, A. 2011)

4.      Mengapa pada operasi ke 2 di lakukan pemasangan fictation.?

Jawab : untuk menjaga supaya posisi tulang tidak bergeser (hidayat, A. 2013)

5.      Mengapa pasien mengeluh nyeri pada kaki kanandan pada operasi pertama.?

Jawab : Karena telah terjadi kerusakan pada jaringan lunak sehingga menyebabkan adanya

kompresi saraf dan menyebabkan respon neourogenik yaitu nyeri(muttaqin, A. 2011)

6.      Mengapa pada kasus ini menggunakan obat ranitidin,dan mengapa bisa terjadi peningkatan asam

lambung.?

Jawab : karena mengkonsumsi keterolac yang terkelompok dalam obat NSAID (Non Steroit

Anti Inflamation Drug) yang memiliki efek samping meningkatkan asam lambung oleh karena

itu pasien mengkonsumsi obat ranitidine (anonym.2011)

7.      Mengapa pada kasus ini pasien memberi obat antibiotik sendiri tetap tidak sembuh.?

Jawab : karena kurang pengetahuan . (anonym. 2011)

8.      Mengapa pada kasus ini terjadi tranfusi PRC.?

Jawab : karena sewaktu pembedahan terjadi pendarahan sehingga pasien membutuhkan transfusi

darah (hidayat, A. 2013)

Page 40: Frak Tur

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang disebabkan

oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada

fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil

yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal

Fixation).

ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan

pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin

Page 41: Frak Tur

kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku

maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya

sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

penyebab dari fraktur yaitu: Cedera, Letih, Kelemahan tulang, Kekerasan langsung,

Kekerasan tidak langsung, Kekerasan akibat tarikan otot, dan tanda atau gejala dari fraktur femur

dekstra yaitu; Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Deformitas, Pemendekan tulang, Krepitasi, Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

, Peningkatan temperatur lokal, Pergerakan abnormal, Echymosis (perdarahan subkutan yang

lebar-lebar), Kehilangan fungsi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2012. (http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)

Anonym, 2011. (http://thefuturisticlovers.wordpress.com)

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Monica Ester, Penerjemah Jakarta: EGC

Muttakin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Page 42: Frak Tur

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6. EGC

: Jakarta.

Smeltzer & Bare, (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC: Jakarta

Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8. Agung Waluyo,

Penerjemah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Wilkinson, Judith.M & ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9. Buku

kedokteran EGC. Jakarta