a ktivitas diu retik frak si heksan dan etil asetat ... · lebih kurang 9.600 termasuk tanaman...
TRANSCRIPT
A
DANALP
AKTIVIN ETIL PUKAT
A
FAKIN
TAS DIUASETA (Persea
SPRA
ARDLINA
KULTASNSTITUT
URETIKAT EKST
americaAGUE-D
A RENI P
KEDOKT PERTA
BOGO2010
K FRAKTRAK Eana Mill.DAWLE
PUSPITA
KTERAN ANIAN BOOR 0
KSI HEKETANOL.) PADA
EY
ASARI
HEWANOGOR
KSAN L DAUNA TIKUS
N
N S
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, September 2010
Ardlina Reni Puspitasari NIM B04060334
iii
ABSTRAK
ARDLINA RENI PUSPITASARI. Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley. Dibimbing oleh BAYU FEBRAM PRASETYO dan RINI MADYASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan
dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat pada tikus Sprague-Dawley. Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat daun alpukat menunjukkan adanya kandungan flavonoid dan tanin. Sebanyak 30 ekor tikus digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu aquades sebagai kontrol negatif (A), furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif (B), fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (C) dan 300 mg/kg bb (D), serta fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/kg bb (E) dan 300 mg/kg bb (F) sebagai bahan yang akan diteliti. Metode Lipschitsz digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mencekokan setiap bahan dengan dosis 1 ml/100 gram bb. Aktivitas diuretik dievaluasi dengan mengukur volume, warna dan pH urin. Pengukuran volume urin dilakukan dengan melihat banyaknya urin yang dikeluarkan selama 24 jam. Fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat 300 mg/kg bb menunjukkan hasil paling optimum dengan volume 24.7 ml yang didukung dengan warna urin yang paling muda.
Kata kunci: fraksi, heksan, etil asetat, daun alpukat, aktivitas diuretik
iv
ABSTRACT
ARDLINA RENI PUSPITASARI. Diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction from avocado leaves ethanol extract on Sparague-Dawley Rats. Under direction of BAYU FEBRAM PRASETYO and RINI MADYASTUTI.
The aim of this study is to determine diuretic activity of hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves in Sprague-Dawley rats. The result of phytochemical screening on hexane and ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves showed the existing of flavonoid and tannin. Thirty rats were used in this study, divided into six groups: aquadest as normal control (A), furosemid 1.8 mg/kg bw as positive control (B), ethyl acetate fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (C) and 300 mg/kg bw (D), and hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 100 mg/kg bw (E) and 300 mg/kg bw (F) as treatments which were studied. Lipschitsz method was applied in this study by taking each treatment material with doses 1 ml/100gram bw to the rats by orally. Diuretic activity was evaluated by measuring volume and pH of urine and observing urine’s color. Urine’s volume measured in 24 hours. Hexane fraction of ethanol extract avocado leaves 300 mg/kg bw showed the most optimum result with 24.7 ml urine’s volume and supported by urine’s color which was the brightest one.
Keywords: fraction, hexane, ethyl acetate, avocado leaves, diuretic activity
v
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atatu seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atatu seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
AKTIVITAS DIURETIK FRAKSI HEKSAN DAN ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY
ARDLINA RENI PUSPITASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
vii
Judul Skripsi : Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley
Nama : Ardlina Reni Puspitasari NIM : B04060334
Menyetujui,
Bayu Febram Prasetyo. S.Si, Apt, M.Si Rini Madyastuti P, S.Si, Apt, M.Si Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Wakil Dekan
Fakultas Kedokteran Hewan
Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2001
Tanggal lulus:
viii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayahNya sehingga tugas akhir dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian
ini berjudul ”Aktivitas Diuretik Fraksi Heksan dan Etil Asetat Ekstrak Etanol
Daun Alpukat (Persea amerciana Mill.) pada Tikus Sprague-Dawley”.
Penyelesaian penelitian dan penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan
dan bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang
tua, Bapak Suhadji dan Ibu Sri Warsiti, Mbak Fitri, Mbak Dini, Mas Anto, Mas
Ferry, dan Mas Indra yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si dan Ibu Rini Madyastuti P,
S.Si, Apt, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
2. Bapak Prof.drh.Arif Boediono, Ph.D dan ibu Dr.Ir.Etih Sudarnika, M.Si
selaku dosen penguji pada Ujian Akhir Sarjana Kedokteran Hewan.
3. Bapak Dr. Bambang Kiranadi selaku dosen pembimbing akademik
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bagian Farmasi, Departemen Klinik,
Reproduksi dan Patologi FKH IPB,
6. Haris Prayitno dan Dian Firnanda selaku teman penelitian saya yang telah
membantu dalam proses penelitian dan skripsi. Teman-teman
43SCULAPIUS (Ical, Rista, Vivit, Isnia, Dana, Nirna, dll), Wisma Melati
(Titis, Rias, Tina, Mbak Irma, Mbak Shelly, Noe, dll), serta teman-teman
lain yang telah banyak membantu, mendoakan dan memotivasi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dikemudian hari bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Bogor, September 2010
Ardlina Reni Puspitasari
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 6 Juni 1988. Penulis merupakan
anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Suhadji dan Ibu Sri Warsiti.
Tahun 2000 penulis lulus dari SDN 3 Wonogiri kemudian pada tahun 2003
penulis lulus dari SLTPN 3 Wonogiri. Penulis melanjutkan studi di SMAN 1
Wonogiri dan lulus tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa IPB (USMI). Setahun kemudian penulis masuk ke Fakultas
Kedokteran Hewan IPB setelah melalui seleksi Tingkat Persiapan Bersama.
Tahun 2006-2007 penulis bergabung pada Himpunan Minat dan Profesi
(HIMPRO) Ruminansia dan Dewan Keluarga Mushola (DKM) An Nahl.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 2 Manfaat ................................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
Alpukat (Persea americana Mill.) ...................................................................... 3 Hewan Percobaan ................................................................................................ 5 Ginjal ................................................................................................................... 6 Diuretik ................................................................................................................ 8 Ekstraksi ............................................................................................................ 10 Fraksinasi ........................................................................................................... 11 Pelarut ................................................................................................................ 11
METODE PENELITIAN ................................................................................... 13
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................................ 13 Metode Penelitian .............................................................................................. 13 Analisis Data ..................................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 16
Penapisan Fitokimia .......................................................................................... 16 Aktivitas Diuretik .............................................................................................. 17
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................. 23
Simpulan........................................................................................................... 23 Saran................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 28
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat dan heksan ekstrak etanol daun alpukat ..................................................................................................... 16
Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam ................ 18
Tabel 3 pH urin awal perlakuan ............................................................................ 21
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Tanaman alpukat .................................................................................... 3
Gambar 2 Tikus putih galur Sprague-Dawley ........................................................ 5
Gambar 3 Struktur nefron ....................................................................................... 7
Gambar 4 Aktivitas diuretik selama 6 jam pertama.............................................. 19
Gambar 5 Warna urin pada tiap perlakuan............................................................ 20
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Uji Statistik One Way ANOVA ......................................................... 29
Lampiran 2 Uji Duncan (P<0.05) ......................................................................... 30
Lampiran 3 Hasil determinasi tumbuhan ………………………………………..34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keanekaragaman sumber
kekayaan hayati, sekitar 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan terdapat di Indonesia, dan
lebih kurang 9.600 termasuk tanaman berkhasiat obat. Jumlah yang dimanfaatkan
sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional baru sekitar 300
spesies (Depkes 2007). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tanaman, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian, atau
campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM 2005).
Tanaman obat sudah dikenal masyarakat secara turun temurun sejak dahulu.
Penggunaan obat herbal mempunyai efek samping yang minimum jika digunakan
secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu
penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa
penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. WHO merekomendasi penggunaan
obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional (Sari 2006).
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanaman
obat tidak lagi sesuai apabila digunakan dalam bentuk utuh, tetapi dimanfaatkan
dalam bentuk ekstrak, yaitu sari yang dibuat dengan menambahkan pelarut yang
sesuai. Berdasarkan informasi empiris terdapat beberapa tanaman obat yang
memiliki aktivitas diuretik antara lain alang-alang, tempuyung, alpukat,
mengkudu, pepaya dan lain-lain (Ceppy 2002). Penggunaan diuretik mampu
mengatasi penyakit gagal jantung kongesti, sindrom nefritis, sirosis, gagal ginjal,
hipertensi, toksemia kebuntingan (Agunu et al. 2005), edema, diabetes insipidus,
batu ginjal, dan hiperkalsemia (Ceppy 2002).
Alpukat merupakan salah satu tanaman yang secara empiris dapat
digunakan sebagai diuretikum. Bagian tanaman alpukat yang dimanfaatkan
sebagai obat tradisional untuk peluruh batu ginjal dan rematik adalah bagian
2
daunnya (Prihatman 2000). Fungsi lain dari daun alpukat menurut penelitian
adalah antimikroba (Flores et al. 2009), menurunkan glukosa darah,
mempengaruhi metabolisme lipid saat hiperkolesterolemia (Brai et al. 2007),
diuretik (Wientarsih et al. 2008), vasorelaksan (Owolabi et al. 2005), dan
menurunkan tekanan darah (Ojewole et al. 2007). Biji buah alpukat juga dapat
digunakan menurunkan tekanan darah tinggi, meningkatkan kolesterol (Imafidon
et al. 2010; Anaka et al. 2009), meningkatkan glukosa darah, antihiperglikemik
(Edem 2009), dan antihiperlipidemia (Asaolu et al. 2010).
Bagian tanaman alpukat yang digunakan sebagai diuretik adalah daun.
Menurut Adha (2009), kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak
etanol daun alpukat adalah flavonoid, tanin, dan kuinon. Penelitian kali ini
dilakukan untuk mengetahui aktivitas diuretik fraksi heksan dan etil asetat ekstrak
etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada tikus Sprague-Dawley.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik dari fraksi
heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.) pada
tikus galur Sprague-Dawley, melalui parameter volume, pH, dan warna urin, serta
melihat pada dosis fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat berapa
yang mampu memberikan aktivitas diuretik terbaik.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengobatan
alterrnatif untuk diuretik dibidang kedokteran hewan dan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang khasiat daun alpukat sebagai obat
diuretik.
Alpukat (
Tana
yaitu Mek
dunia, ter
Meksiko
Indian bar
apokat (Ja
abate (Por
Ada
K
K
O
F
G
S
(Persea ame
aman alpuk
ksiko, Peru,
rmasuk Indo
(Persea dry
rat (Persea a
awa), alpuke
rtugal), dan
apun taksono
Kingdom : P
Kelas : D
Ordo : L
Famili : L
Genus : P
Spesies : P
TINJ
ericana Mil
kat merupak
, hingga Ve
onesia. Ter
ymifolia), t
americana)
et (Sunda),
n aguacate p
omi alpukat
Plantae
Dicotyledon
Laurales
Lauraceae
Persea
Persea amer
Gamb
JAUAN P
ll.)
kan tanama
enezuela. T
rdapat tiga
tipe Guatem
) (Sunarjono
avocado pe
palta (Spany
t dalam Prih
ne
ricana Mill
bar 1 Tanam
PUSTAKA
an yang ber
Tanaman ini
tipe alpuka
mala (Perse
o 2008). Alp
ear (Inggris)
yol) (Dalim
hatman (200
l.
man alpukat
A
rasal dari A
i telah men
at yang dik
ea guatelam
pukat diken
), poire d’av
martha 2008)
00) adalah s
t.
Amerika Te
nyebar di se
kenal, yaitu
mensis), dan
nal dengan i
vocat (Pera
).
sebagai beri
3
ngah,
eluruh
u tipe
n tipe
istilah
ancis),
ikut:
4
Alpukat merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Pohonnya berkayu dan sosoknya seperti kubah sehingga dari jauh tampak
menarik. Kayunya keras dan tidak bergetah. Daunnya panjang (lonjong) tersusun
seperti pilin, terpusat pada ujung ranting (Sunarjono 2008). Menurut Dalimartha
(2008), daunnya tunggal, tebal seperti kulit, bertangkai dengan panjang 1.5-5 cm,
dan terletak berdekatan dengan ujung ranting. Helaian daun berbentuk bulat
lonjong sampai bulat telur memanjang, mempunyai ujung dan pangkal daun
runcing, bagian tepi rata tetapi kadang-kadang menggulung ke atas. Daun
bertulang menyirip dengan panjang 10-20 cm dan lebar 3-10 cm. Daun muda
berwarna kemerahan dan berambut rapat, sedangkan daun tua berwarna hijau dan
tidak berambut. Umumnya percabangannya jarang dan arahnya horizontal. Bunga
alpukat keluar pada ujung cabang atau ranting dalam tangkai panjang. Bunganya
sempurna (dalam satu bunga terdapat putik dan benang sari), tetapi tidak
serempak. Bunga berwarna putih (Sunarjono 2008).
Kandungan kimia yang terdapat dalam buah adalah saponin, alkaloid,
flavonoid, tanin, asam folat, asam pantotenat, niasin, vitamin, dan mineral.
Kandungan serat dan asam lemak tak jenuh tunggal dalam buah dapat
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol tinggi dalam darah. Bersama dengan
vitamin C, vitamin E dan glutation, asam lemak tak jenuh tunggal dapat
melindungi pembuluh darah arteri dari kerusakan oleh adanya timbunan LDL.
Niasin bekerja mempengaruhi aktivitas enzim lipoprotein lipase yang
mengakibatkan penurunan produksi VLDL di hati yang berakibat penurunan
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. Selain itu, niasin ini juga dapat
meningkatkan HDL. Kandungan yang terdapat dalam daun alpukat adalah
saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, senyawa sterin, gula d-persit,
dan gula alkohol (Dalimartha 2008).
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun alpukat dapat digunakan
sebagai diuretik, mengobati kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri saraf,
nyeri lambung, dan pembengkakan saluran nafas (Anonim 2008). Daun alpukat
juga mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus strain A dan B, Staphylococcus albus, Pseudomonas sp.,
Proteus sp., Escherichia coli, dan Bacillus subtilis (Dalimartha 2008).
Hewan Pe
Men
dipelihara
mengemba
laboratorik
mencit, tik
Tiku
mudah dip
macam pe
galur Spra
adalah be
panjang d
besar dan
dari tikus
(Malole et
ercobaan
nurut Malo
a atau senga
angkan ber
k. Beberapa
kus, marmo
Gam
us (Rattus n
pelihara, me
enelitian. T
ague-Dawle
erwarna alb
dari badanny
ekor lebih
putih dan
t al. 1989).
ole et al.
aja diternakk
rbagai bidan
a hewan cob
t, hamster,
mbar 2 Tik
norvegicus)
erupakan he
Terdapat be
ey, Wistar,
bino putih,
ya. Ciri-ciri
h pendek. C
memiliki w
(1989), he
kan sebagai
ng ilmu da
ba yang digu
dan primata
kus putih ga
) telah dike
ewan yang
eberapa galu
Long-Evan
kepala kec
i dari tikus
Ciri-ciri dari
warna hitam
ewan perco
i hewan mo
lam skala p
unakan untu
a.
alur Sprague
etahui sifat-
relatif seha
ur tikus ya
ns. Ciri-ciri
cil, dan me
Wistar ada
i tikus Lon
m pada kepa
obaan adala
odel untuk m
penelitian a
uk penelitia
e-Dawley.
-sifatnya de
at dan cocok
ang umum
dari tikus
empunyai e
alah ditanda
ng-Evans ad
ala dan tubu
ah hewan
mempelajar
atau pengam
an adalah ke
engan semp
k untuk ber
digunakan
Sprague-Da
ekor yang
ai dengan k
dalah lebih
uh bagian d
5
yang
ri dan
matan
elinci,
purna,
rbagai
yaitu
awley
lebih
kepala
kecil
depan
6
Ginjal
Ginjal mempunyai fungsi utama untuk mengekskresikan produk sisa
metabolisme yang sudah tidak digunakan seperti urea, asam urat, dan kreatinin.
Ginjal juga berperan dalam proses homeostasis (pengaturan garam dan kandungan
elektrolit serta volume cairan ekstraselular) dan juga keseimbangan asam basa
(Rang et al. 1995). Proses homeostasis dapat dipertahankan dengan
menyeimbangkan asupan yang masuk dalam tubuh dengan air dan elektrolit yang
diekskresikan. Ginjal dapat juga berperan menyeimbangkan asam basa, bersama
dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh akan mengekskresikan asam seperti
asam sulfur dan asam fosfat serta mengatur penyimpanan dapar cairan tubuh
(Guyton et al. 2007).
Menurut strukturnya ginjal terdiri dari kortek, medula, dan pelvis yang
kosong sampai ureter. Unit terkecil dari ginjal adalah nefron (Gambar 3),
berjumlah sekitar 1.3 x 106. Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal,
ansa henle, tubulus distal, dan duktus pengumpul (Rang et al. 1995). Ginjal tidak
dapat membentuk nefron baru, oleh karena itu saat terjadi trauma ginjal, penyakit
ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron
secara bertahap.
Glomerulus
Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang
bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi
(kira-kira 60 mm Hg) bila dibandingkan dengan kapiler lain. Kapiler
glomerulus dilapisi oleh sel-sel epitel. Secara keseluruhan, glomerulus
dibungkus oleh kapsula Bowman. Arteri renalis masuk ke dalam ginjal
melalui hilum, kemudian bercabang menjadi arteri interlobularis, arteri
arkuata, dan arteriol aferen. Ketiga arteri ini menuju ke kapiler glomerulus.
Ujung distal kapiler pada setiap glomerulus begabung membentuk arteriol
eferen, yang menuju ke kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus ginjal
(Guyton et al. 2007).
P
bebas
yang t
konsen
dengan
Bowm
reabso
dari ka
Tubul
T
yang m
yang s
tubulu
descen
di tubu
sangat
semula
Segme
B
proksi
Pembentuka
protein dar
terdapat dal
ntrasi zat p
n plasma. C
man dan men
orpsi air dan
apiler peritu
lus Proksim
Tubulus pro
mengalir da
sama, sehin
us tetap iso
nden dari an
ulus menca
t hipertonik
a) (Guyton
en Ascende
Bagian asc
malis yang
Gambar 3
an urin dim
i kapiler glo
lam plasma
ada filtrat g
Cairan akan
ngalir melew
n zat larut s
ubulus ke da
malis
oksimalis m
ari glomerul
gga hanya s
oosmotik te
nsa Henle, a
apai keseim
k (sekitar d
et al. 2007)
en Ansa He
cenden dari
g banyak m
3 Struktur ne
mulai dengan
omerulus ke
a, kecuali pr
glomerulus
n mengalam
wati tubulu
spesifik kem
alam tubulu
merupakan
lus. Zat terl
sedikit terja
erhadap pla
air direabso
mbangan den
dua sampai
).
enle
i ansa Hen
ereabsorpsi
efron (Dave
n filtrasi se
e kapsula B
rotein, difil
dalam kap
mi perubahan
s. Hal ini di
mbali ke da
us (Guyton e
tempat reab
arut dan air
adi perubah
sma. Ketik
orpsi melalu
ngan cairan
i empat ka
nle merupa
i natrium, k
ey 2010).
ejumlah cair
Bowman. Se
ltrasi secara
sula Bowm
n ketika kel
isebabkan k
rah atau sek
et al. 2007)
bsorpsi zat
r direabsorp
han osmolar
ka cairan m
ui proses osm
n interstisia
li osmolari
akan lanjut
kalium, dan
ran yang ha
ebagian bes
a bebas seh
man hampir
luar dari ka
karena terja
kresi zat-za
.
t terlarut da
psi dalam ju
ritas, yaitu c
melewati se
mosis dan c
alis medula
itas filtrat g
tan dari tu
n klorida, n
7
ampir
ar zat
ingga
sama
apsula
dinya
at lain
an air
umlah
cairan
gmen
cairan
yang
ginjal
ubulus
amun
8
impermeabel terhadap air walaupun terdapat banyak ADH (anti diuretik
hormon). Hal ini menyebabkan cairan menjadi lebih encer (hipoosmotik)
ketika memasuki awal tubulus distal (Guyton et al. 2007).
Tubulus Distal
Ketika cairan pada bagian awal tubulus distal melewati bagian akhir
tubulus kontortus distal, duktus koligentes kortikolis, dan duktus koligentes
mengalami proses reabsorpsi terhadap natrium klorida. Bagian tubulus ini
impermeabel terhadap air karena tidak ada ADH. Selain itu, zat-zat terlarut
direabsorpsi sehingga cairan tubulus menjadi lebih encer (Guyton et al. 2007).
Duktus koligentes
Duktus koligentes terdiri dari dua bagian yaitu, bagian kortikal dan
bagian medulla yang akan mengalirkan cairan filtrat dari kortek menuju pelvis
renalis. Di duktus koligentes ini akan terjadi perubahan osmolalitas dan
volume yang bergantung pada banyaknya vasopresin yang bekerja di duktus
ini. Hormon antidiuretik ini berasal dari kelenjar hipofisis yang akan
meningkatkan permeabilitas duktus koligentes terhadap air melalui
pembentukan cepat kanal air aquoporin-2 di membran luminal sel prinsipal
(Ganong 2002).
Diuretik
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi
air dan natrium klorida. Diuretik dapat meningkatkan penyaringan natrium
(natriuresis) yang diikuti ion (biasanya Cl-) pada penggunaan secara klinik.
Natrium klorida yang berada dalam tubuh menentukan volume cairan
ekstraseluler dan pada pengaplikasian klinis, secara langsung mengurangi volume
cairan ekstraseluler dengan menurunkan kandungan NaCl dalam tubuh (Parial et
al. 2009).
Secara normal, reabsorpsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh
aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Umumnya diuretik
bekerja dengan menurunkan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus proksimal. Ekskresi
elektrolit yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, penting untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik biasanya digunakan untuk
9
mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan
sirosis hepatitis (Neal 2005). Diuretik bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi
ion-ion Na+, Cl-, atau HCO3-, yang merupakan elektrolit utama dalam cairan
ekstrasel. Diuretik juga menurunkan reabsorpsi elektrolit di tubulus renalis dengan
melibatkan proses pengangkutan aktif (Siswandono et al. 1995). Menurut Sunaryo
(2003), fungsi utama diuretik adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan elektrolit sehingga volume cairan ekstrasel
menjadi normal.
Secara umum diuretik dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu diuretik
osmotik dan penghambat mekanisme transport elektrolit dalam tubuli ginjal.
Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah dan dapat
diekskresikan oleh ginjal (Sunaryo 2003), sedangkan menurut Siswandono et al.
(1995) diuretik osmotik merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi
urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa
(menghambat reabsorpsi air dan zat elektrolit). Diuretik osmotik mempunyai efek
samping berupa gangguan keseimbangan elektrolit, pandangan kabur, dehidrasi,
takikardia, dan nyeri kepala (Siswandono et al. 1995).
Beberapa jenis obat yang menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal
dalam Sunaryo (2003) terdiri dari:
a) Penghambat karbonik anhidrase
Kabonik anhidrase adalah enzim yang mengatalisis reaksi antara
karbondioksida dan uap air ( CO2 + H2O H2CO3 ). Enzim ini terdapat
dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit, dan
sistem saraf pusat, namun tidak terdapat di dalam plasma. Enzim ini dapat
dihambat aktivitasnya oleh sianida, azida, dan sulfida, serta derivat
sulfonamide seperti asetazolamid dan diklorofenamid (Sunaryo 2003).
Kerugian dari inhibitor karbonik anhidrase dapat menyebabkan asidosis
akibat hilangnya ion-ion bikarbonat yang keluar bersama urin secara
berlebihan (Guyton et al. 2007).
b) Benzotiadiazid
Senyawa benzotiazid atau tiazid dapat berfungsi untuk meningkatkan
ekskresi natrium, klorida, dan sejumlah air. Peningkatan natrium dan klorida
10
dalam urin disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit
pada tubuli distal (Sunaryo 2003).
c) Diuretik hemat kalium
Diuretik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron
pada tubulus distal. Aldosteron menstimulsi reabsorpsi Na+ yang
mengarahkan ion K+ dan H+ ke dalam lumen. Diuretik menurunkan
reabsropsi Na+ dengan mengantagonis aldostreron atau memblok kanal Na+.
Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus menurun sehingga
eksresi K+ berkurang (Neal 2005). Diuretik hemat kalium mempunyai
beberapa kelompok, diantaranya antagonis aldosteron, triamteren, dan
amilorid (Sunaryo 2003). Kerugian dari diuretik ini dapat menyebabkan
hiperkalemia akut, terutama pada pasien gangguan gagal ginjal (Neal 2005).
d) Diuretik kuat
Diuretik kuat mempunyai daya kerja yang sangat kuat daripada
diuretik lainnya. Diuretik kuat disebut juga sebagai loop diuretik, karena
bekerja di segmen epitel tebal ansa Henle ascenden. Beberapa contoh
kelompok ini diantaranya adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanin.
Secara umum diuretik kuat bekerja dengan cara menghambat reabsropsi
elektrolit di ansa Henle ascendens segmen epitel tebal (Sunaryo 2003).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) diantara dua
pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi dapat memindahkan dua atau lebih
zat berdasar perbedaan koefisian distribusi. Bila zat yang satu memiliki koefisien
distribusi yang jauh lebih besar dari yang satu, sedangkan yang lainnya jauh lebih
kecil dari yang satu, pemisahan yang hampir sempurna sudah dapat dicapai hanya
dengan ekstraksi tunggal (Nur et al. 1989).
Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan komponen dalam suatu ekstrak
menjadi kelompok-kelompok senyawa yang memiliki kemiripan karakteristik
secara kimia. Beberapa metode yang digunakan untuk fraksinasi yaitu presipitasi,
ekstraksi pelarut, destilasi, dialisis, elektroforesis, dan kromatografi. Penentuan
11
metode fraksinasi tergantung beberapa faktor diantaranya, adanya substansi alami
yang terdapat dalam ekstrak, pemisahan fraksi seketika, manfaat, harga peralatan
dan bahan yang diperlukan, serta keamanan (Houghton et al. 1998).
Pelarut
Pelarut adalah cairan yang digunakan dalam proses pemecahan ikatan suatu
persenyawaan untuk selanjutnya membentuk suatu larutan. Energi yang
dibutuhkan untuk memecahkan ikatan ini diambil dari energi yang dilepaskan
karena terbentuknya ikatan antara partikel yang dilarutkan dengan pelarut.
Pemecahan ikatan persenyawaan membutuhkan energi yang cukup besar karena
persenyawaan yang berikatan ion hanya larut di dalam air atau pelarut yang sangat
polar lainnya. Hal itu juga terjadi pada persenyawaan kovalen polar yang hanya
larut dalam pelarut polar dan persenyawaan kovalen non polar hanya larut dalam
persenyawaan non polar (Winarno et al. 1973).
Etil asetat
Etil asetat merupakan senyawa ester dengan rumus kimia CH3COOC2H5.
Etil asetat dihasilkan dari reaksi antara etanol (etil alkohol) dengan asam
asetat. Pelarut ini digunakan sebagai pelarut dan obat-obatan (Basri 2005)
dengan berat jenis 0.90 pada suhu 27 0C (Patil et al. 2009). Menurut Wilson et
al. (1982), etil asetat, ester asetat, nafta vinegar, di dapat secara destilasi
lambat campuran etil alkohol, asam asetat, dan asam sulfat. Cairan tidak
berwarna, transparan, bau harum, segar dan sedikit seperti aseton dan rasa
aneh, seperti aseton dan membakar. Etil asetat dapat bercampur dengan eter,
alkohol dan minyak lemak dan atsiri. Etil asetat sekarang digunakan secara
luas dalam industri sebagai pelarut. Etil asetat merupakan pelarut semi polar
dan dapat melarutkan senyawa semipolar pada dinding sel (Harborne 1987).
Heksan
Heksan merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan rumus kimia
CH3(CH2)4CH3. Termasuk dalam alkana, berbentuk cairan beruap, tidak
berwarna, mudah terbakar, larut dalam alkohol, eter, dan aseton namun tidak
larut dalam air. Heksana didapat dari penyulingan bertingkat petroleum.
Heksana digunakan sebagai pelarut dan pengencer cat (Basri 2005). Heksan
12
termasuk dalam senyawa non polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah.
Heksan memiliki berat yang lebih ringan dari air dan titik didihnya adalah 69 0C (Brieger 1969). Berat jenis pelarut heksan adalah 0.659 pada suhu 20 0C
(Cheremisinoff et al. 2003). Pelarut heksan dapat melarutkan senyawa non
polar seperti lilin, lemak, dan terpenoid (Nurmillah 2009).
13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2009,
bertempat di Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan
Patologi, dan Laboratorium Metabolit, Departemen Anantomi, Fisiologi, dan
Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Metode Penelitian
Pengumpulan Bahan
Daun alpukat yang sudah tua diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor yang sudah dilakukan determinasi.
Pembuatan Simplisia
Daun alpukat dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dicuci
dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan. Daun alpukat dikeringkan
dengan oven pada suhu 40 0C, setelah kering daun dibersihkan, bila masih
terdapat kotoran yang mungkin tertinggal saat pencucian. Daun yang telah kering
kemudian digiling dan diayak kemudian disimpan dalam wadah bersih dan
tertutup rapat.
Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Alpukat
Pembuatan ekstrak etanol daun alpukat dilakukan dengan cara maserasi,
yaitu menambahkan etanol 70% dalam simplisia kering daun alpukat. Sebanyak
500 gram simplisia dimasukkan ke dalam maserator lalu direndam dengan lima
liter etanol 70%. Perbandingan banyaknya alkohol dengan daun alpukat sebanyak
10:1. Kemudian direndam dan diaduk selama 2x24 jam dan ditampung. Meserat
dipisahkan dan proses diulangi dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang
sama. Pencampuran dan penguapan filtrat etanol dengan menggunakan rotary
evaporator sampai terbentuk ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan di
atas penangas air dengan suhu 40 0C - 50 0C sampai larutan penyari hilang atau
jumlahnya berkurang.
14
Pembuatan Fraksi Heksan Ekstrak Etanol Daun Alpukat
Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan
menggunakan corong pisah dengan pelarut heksan (1:1) sampai diperoleh dua
lapisan terpisah (lapisan air dan heksan). Lapisan heksan dipisahkan dan
ditampung.
Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Alpukat
Ekstrak etanol yang diperoleh di atas kemudian dipartisi (cair-cair) dengan
menggunakan corong pisah dengan pelarut etil asetat (1:1) sampai diperoleh dua
lapisan terpisah (lapisan air dan etil asetat). Lapisan etil asetat dipisahkan dan
ditampung.
Rancangan Penelitian
Desain penelitian aktivitas diuretik dilakukan dengan metode Lipschitz
(1943) dalam Adha (2009). Perlakuan dilakukan pada 30 ekor tikus putih jantan
galur Sprague-Dawley yang ditempatkan dalam kandang metabolit yang terbagi
menjadi beberapa kelompok yaitu :
1. Kelompok 1 merupakan kontrol normal (A) yang diberi aquades,
2. Kelompok 2 merupakan kontrol positif (B) yang diberi furosemid,
3. Kelompok 3 (C) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat
dosis 100 mg/kg bb,
4. Kelompok 4 (D) yang diberi fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat
dosis 300 mg/kg bb,
5. Kelompok 5 (E) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis
100 mg/kg bb,
6. Kelompok 6 (F) yang diberi fraksi heksan ekstrak etanol daun alpukat dosis
300 mg/kg bb.
Sebelum perlakuan, tikus dipuasakan minimal selama 18 jam. Pengujian
metode ini dengan memberikan loading dose pada tikus berupa air hangat dengan
dosis 50 ml/kg bb. Kemudian tikus dicekok dengan dosis 1 ml/100gram bb pada
masing-masing perlakuan dengan menggunakan sonde lambung. Pengamatan
dilakukan setiap jam selama 6 jam dan pada jam ke-24. Variable yang diukur
adalah volume dan warna pada tiap jamnya, serta pH urin pada jam pertama.
Kemudian dilakukan penampungan urin dengan menggunakan gelas piala.
15
Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode ANOVA Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis
ini dihitung dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat adanya perbedaan
volume urin antara setiap perlakuan.
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder
yang ada dalam fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat.
Fraksinasi dilakukan dengan mengocok larutan ekstrak etanol daun alpukat
ditambah pelarut dengan perbandingan 1:1 yang kemudian terbentuk dua fase
yang berbeda warna.
Penelitian ini menggunakan fraksinasi cair-cair, yaitu menggunakan ekstrak
etanol daun alpukat dan pelarut heksan serta etil asetat. Hasil yang diperoleh pada
Tabel 1 dengan menggunakan pelarut etil asetat dan heksan menunjukkan bahwa
kandungan daun alpukat dengan dua pelarut mengandung flavonoid dan tanin.
Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat
Jenis pelarut Metabolit sekunder
Heksan Flavonoid, Tanin
Etil asetat Flavonoid, Tanin
Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air. Golongan flavonoid
dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan akan tetap berada dalam lapisan air
setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid merupakan senyawa
fenol yang akan berubah warna bila ditambah basa atau amonia, sehingga mudah
dideteksi pada kromatografi atau dalam larutan (Harborne 1987). Flavonoid
mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau gula yang cukup larut dalam pelarut
polar seperti etanol, metanol, aseton, dan lain-lain. Sebaliknya aglikon yang
kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavon, dan flavonol cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform (Markham 1988).
Flavonoid berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat reseptor adrenergik
(Koffi et al. 2009), hipoglikemik (Chandrika et al. 2006), dan bekerja sebagai
stimulan pada jantung dalam dosis kecil, diuretik dan antioksidan pada lemak
apabila flavon terhidrolisis (Sirait 2007; Ebrahimzadeh et al. 2008).
Tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang
tak larut dalam air (Harborne 1987). Berdasarkan stuktur molekulnya, tanin
17
dibedakan menjadi tanin terkondensasi dan terhidrolisis. Tanin terhidrolisis dapat
memetabolisis senyawa lebih lanjut seperti pirogalol yang beracun bagi
ruminansia. Tanin terkondensasi dapat membantu mengontrol parasit dalam
gastrointestinal dan mampu mengikat protein serta molekul lain pada pH
mendekati normal (Min et al. 2003). Tanin memperlihatkan aktivitas antivirus,
antibakterial, dan antitumor. Tanin juga dilaporkan mampu menghambat replikasi
HIV secara selektif dan sebagai diuretik (Aiyelaagbe et al. 2009).
Menurut Jouad et al. (2001) dan Zeggwagh et al. (2007), pemberian
flavonoid menunjukan peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus yang dapat
meningkatkan eliminasi elektrolit melalui urinasi. Peningkatan kecepatan filtrasi
glomerulus bersamaan dengan peningkatan diuresis. Peningkatan pengeluaran
urin timbul secara sekunder akibat inhibisi reabsorpsi natrium tubulus karena
natrium yang tersisa bekerja secara osmotik untuk menurunkan reabsorpsi air
(Guyton et al. 2007).
Laju filtrasi ditentukan oleh daya hidrostatik membran glomerulus dan
koefisien filtrasi kapiler glomerulus. Koefisien filtrasi kapiler glomerulus
merupakan hasil konduktivitas hidrolik dan area permukaan kapiler tubulus.
Peningkatan koefisien filtrasi akan meningkatkan GFR dan penurunan koefisien
filtrasi akan menurunkan GFR. Perubahan tekanan hidrostatik glomerulus
merupakan alat pengatur GFR secara fisiologis. Tekanan hidrostatik glomerulus
ditentukan oleh tiga variabel, yaitu tekanan arteri, tahanan arteriol aferen, dan
tahanan arteriol eferen (Guyton et al. 2007). Flavonoid yang berfungsi sebagai
vasodilatator bekerja pada tahanan arteriol aferen yang akan meningkatkan
tekanan hidrostatik glomerulus dan GFR. Diduga aktivitas diuretik pada fraksi
heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat karena adanya flavonoid dalam
fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat.
Aktivitas Diuretik
Pengujian aktivitas diuretik dilakukan dengan menggunakan metode
Lipschitz (1943) dalam Adha (2009) yaitu tikus dipuasakan selama lebih kurang
18 jam sebelum perlakuan. Setiap kelompok perlakuan tikus diberikan loading
dose berupa air hangat sebanyak 50 ml/kg bb secara peroral. Penelitian ini
menggunakan enam kelompok perlakuan, yaitu aquades sebagai kontrol normal,
18
furosemid 1.8 mg/kg bb sebagai kontrol positif, fraksi etil asetat ekstrak etanol
daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb, serta fraksi heksan ekstrak etanol
daun alpukat 100 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb sebagai bahan yang akan diteliti.
Setiap kelompok terdiri dari lima tikus. Pemberian bahan coba pada kelompok
perlakuan dilakukan secara peroral menggunakan sonde lambung termasuk saat
pemberian loading dose. Selain volume urin, variabel yang di ukur adalah pH dan
warna.
Tabel 2 Hasil analisis aktivitas diuretik tiap perlakuan selama 24 jam
Jam ke-
Volume urin (ml)
Aquadest (A)
Furosemid (B)
EA dosis 100mg/kg
bb (C)
EA dosis 300mg/kg bb
(D)
Heksan dosis 100mg/kg bb
(E)
Heksan dosis
300mg/kg bb (F)
1 0.56±0.74a 1.04±0.71ab 5.94±0.97c 6.52±1.46c 3.32±2.75b 6.66±3.24c
2 4.44±1.13a 5.14±1.40a 9.40±0.78a 10.36±1.23a 7.48±1.75a 10.68±1.19a
3 7.04±0.20a 8.46±0.59a 12.26±1.04a 13.74±0.88a 9.50±0.95a 15.56±1.64b
4 7.88±0.73a 9.50±1.13ab 14.42±0.64bc 16.02±0.72c 10.50±1.14ab 18.66±0.70c
5 8.12±0.21a 10.08±0.39ab 15.70±0.82bc 17.36±0.48bc 11.64±0.99bc 20.48±0.71c
6 8.26±0.17a 10.60±0.38ab 17.14±0.54cd 18.46±0.58bcd 12.38±0.68abc 22.14±0.84d
24 9.48±0.44a 12.10±0.28ab 20.36±1.33c 20.52±1.45a 13.82±0.21ab 24.70±1.60bc
Keterangan: Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan dari pengeluaran urin pada tiap perlakuan (P<0.05).
Hasil analisis aktivitas diuretik selama 24 jam ditunjukkan pada Tabel 2.
Aktivitas diuretik pada jam ke-1 menunjukkan kelompok C, D dan F terjadi
perbedaan yang nyata terhadap perlakuan A. Ketiga kelompok ini memiliki onset
untuk mempengaruhi pengeluaran urin (diuretik) pada jam pertama. Kelompok F
menunjukkan perbedaaan yang nyata terhadap semua kelompok termasuk
kelompok A sebagai kontrol normal perlakuan pada jam ke-3 (p<0.05). Hal ini
memperlihatkan bahwa dengan pemberian heksan 300 mg/kg bb mampu
meningkatkan aktivitas diuretik.
Aktivitas diuretik kemungkinan dipengaruhi oleh rangsangan traktus
urinarius, dan dihubungkan dengan aktivasi mekanisme neurohormon, mediator
perangsang pada glomerulus, dan sifat asam pada gerakan pyelo-uretral. Efek
tersebut disebabkan karena jumlah elektrolit, yang terdapat dalam tanaman,
menekan epitel ginjal (Galati et al. 2002). Menurut Gowda et al. (2009),
peningkatan konsentrasi elektrolit saat urinasi berarti meningkatkan pengeluaran
urin. Perlakuan pada kelompok A, B, dan E baru menunjukkan peningkatan pada
jam ke-2.
Furo
obat pemb
dan meng
ascenden
et al. 20
tertinggi p
bekerja da
jam.
Berd
hanya sam
nyata untu
masih me
saling ber
jam ke-24
berkurang
etanol frak
cairan hip
beban air
0
5
10
15
20
25
volume (m
l)
osemid digu
banding dal
gekskresikan
ansa Henle
07). Tabel
pada jam k
alam 0.5 sa
dasarkan ha
mpai jam ke
uk setiap pe
enunjukkan
rinteraksi an
4 sudah me
gnya cairan
ksi etil aset
potonik yan
(Ganong 20
Gam
1
unakan seba
lam respon
n Na+ deng
(Nalwaya e
2 menunj
ke-2. Menu
ampai 2 jam
asil analisis
e-2, hal ini d
erlakuan (P
perbedaan
ntar setiap p
engalami pe
yang telah
tat daun alp
ng diminum
002).
mbar 4 Akti
2 3
wa
agai diureti
famakologi
gan mengha
et al. 2009)
jukkan fur
urut Siswan
m setelah p
pada Tabe
dapat diliha
P>0.05). Jam
yang nyat
perlakuan. A
enurunan ju
difiltrasi a
pukat sudah
m akan terj
vitas diuret
4 5
aktu (jam)
ik pada pra
i. Obat ini m
ambat Na+,
), serta men
osemid me
ndono et al
emberian o
el 2 aktivita
at dengan ad
m ke-3 sam
ta terhadap
Aktivitas ur
umlah urin.
atau dengan
h menurun.
adi pada 1
tik selama 6
6
aktek klinik
meningkatk
, K+, dan C
nurunkan uri
engalami a
l. (1995), f
oral, dengan
as urinasi op
danya perbe
mpai jam ke
kelompok
rinasi dari j
Hal ini dis
n kata lain e
Diuresis y
5 menit se
6 jam awal.
k sebagai st
kan produks
Cl- pada se
inasi K+ (L
aktivitas diu
furosemid m
n masa kerj
ptimal dari
edaan yang
e-24 volume
A tetapi m
jam ke-3 sa
sebabkan k
efek dari ek
yang timbul
etelah masu
aquadest (
furosemid
EA 100 (C)
EA 300 (D)
Heksan 100
Heksan 300
19
andar
i urin
gmen
ahlou
uretik
mulai
a 6-8
tikus
tidak
e urin
masih
ampai
karena
kstrak
l oleh
uknya
A)
(B)
0 (E)
0 (F)
Etil A
Asetat 100mg/(C)
Berd
adanya pe
perlakuan
kontrol po
menunjuk
diuretik te
dosis pad
pada tikus
Se
Tikus yan
mg/kg bb,
secara ber
kuning pu
Wa
dihasilkan
hemoglob
EA 100
Etil/kg bb
dasarkan G
eningkatan
karena A
ositif menu
kkan kenaik
ertinggi terd
a suatu fra
s sehat.
lain volume
ng diberi aq
, heksan 10
rturut-turut
ucat.
G
arna urin
n tergantung
in). Urin y
Aquades (A
l Asetat 300m(D)
ambar 4 da
volume ur
sebagai kon
unjukkan p
kan volume
dapat pada h
aksi mempe
e urin, vari
quades, furo
00 mg/kg bb
adalah cokl
Gambar 5 W
normal ad
g konsentra
yang tidak
A)
mg/kg bb H
apat dilihat
rin. Perlaku
ntrol norma
eningkatan
e urin seja
heksan 300
engaruhi pe
iabel lain ya
osemid, etil
b, dan heks
lat tua, kuni
Warna urin p
dalah kuni
si pigmen u
berwarna c
Furosemid
Heksan 100mg(E)
bahwa seti
uan pada A
al. Furosem
yang sign
ajar dengan
mg/kg bb. M
eningkatan
ang diukur
l asetat 100
an 300 mg/
ing, kuning
pada tiap per
ing-kekunin
urokrom (za
cenderung s
(B)
g/kg bb
iap perlakua
A lebih ren
mid yang dig
nifikan. Kee
n kontrol p
Menurut Ra
volume uri
adalah war
0 mg/kg bb
/kg bb mem
g, kuning pu
rlakuan.
ngan. Setia
at empedu h
sangat cair
Heksan 300m(F)
an menunju
ndah dari s
gunakan se
empat perla
positif. Akt
athi et al. (2
in dan elek
rna dan pH
b, etil aseta
miliki warna
ucat, kuning
ap warna
hasil pemec
(Schrier 2
20
mg/kg bb
ukkan
semua
ebagai
akuan
tivitas
2006),
ktrolit
urin.
at 300
a urin
g, dan
yang
cahan
2007).
21
Banyaknya volume urin yang dikeluarkan (diuresis) akan mempengaruhi warna
urin yang terbentuk yaitu semakin banyak urin yang diekskresikan dalam satu
waktu akan menghasilkan warna urin yang semakin jernih.
Ginjal yang berfungsi mengatur keseimbangan asam-basa berperan
penting dalam mengoreksi abnormalitas konsentrasi H+ cairan ekstrasel dengan
mengekskresikan asam atau basa pada kecepatan yang bervariasi. Ginjal mengatur
asam-basa bersama dengan paru dan sistem dapar cairan tubuh dengan cara
mengatur pengaturan dapar cairan tubuh (Guyton et al. 2007).
Pegaturan asam-basa oleh ginjal dengan cara mengeksresikan urin yang
asam atau basa. Apabila sejumlah HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam
tubulus dan bila HCO3- dieksresikan kedala urin, maka akan menghilangan basa
dari darah. Sebaliknya, bila sejumlah H+ dieksresikan kedalam urin, maka akan
menghilangan asam dari darah (Guyton et al. 2007). Urin tikus mempunyai pH
normal antara 7.3 sampai 8 (Nor et al. 2009).
Tabel 3 pH urin awal perlakuan
Perlakuan pH Aquades 7
Furosemid 6 Etil asetat 100 mg/kg bb 6.8 Etil asetat 300 mg/kg bb 6.6 Heksan 100 mg/kg bb 7 Heksan 300 mg/kg bb 6.8
Tabel 3 menunjukkan ukuran pH dari semua perlakuan. Tingkat keasaman
pada masing-masing perlakuan seperti aquades sebesar 7; furosemid 6; etil asetat
100 mg/kg bb sebesar 6.8; etil asetat 300 mg/kg bb sebesar 6.6; heksan 100 mg/kg
bb sebesar 7; dan heksan 300 mg/kg bb sebesar 6.8. Berdasarkan data tersebut
setiap perlakuan mempunyai pH yang hampir sama. Rendahnya pH urin yang
dihasilkan dapat disebabkan peningkatan ekskresi asam, lemahnya bufer urin, atau
keduanya (Maalouf et al. 2007).
Pemberian diuretikum akan meningkatkan aliran cairan disepanjang tubulus
distal dan tubulus koligentes. Keadaan ini menimbulkan peningkatan reabsorpsi
Na+ dari bagian nefron ini. Reabsorbsi Na+ yang berpasangan dengan sekresi H+
pada pompa Na-K ATPase menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ juga
22
menimbulkan peningkatan sekresi H+ serta reabsorbsi bikarbonat. Perubahan ini
menyebabkan terjadinya alkalosis (Guyton et al. 2007).
Daun alpukat selain memiliki flavonoid yang mempengaruhi aktivitas
diuretik juga memliki kandungan kalium (Adha 2009). Penumpukan kalium yang
berlebih dalam darah merangsang kerja Na-K ATPase untuk menurunkan sekresi
H+ dan reabsorsi HCO3- yang cenderung menyebabkan asidosis (Guyton et al.
2007).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari masing-masing variabel dapat
diketahui bahwa dengan adanya peningkatan volume urin akan menghasilkan
warna urin yang semakin jernih dan pH yang cenderung basa. Namun, dengan
adanya kalium yang terdapat pada daun alpukat menyebabkan terjadi perubahan
pada pompa Na-K ATPase yang menimbulkan pH menjadi asam.
23
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penapisan fitokimia terhadap fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol
daun alpukat diperoleh daun alpukat mengandung flavonoid dan tanin.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan fraksi heksan dengan dosis 300 mg/kg bb
mempunyai tingkat diuretik tertinggi daripada perlakuan yang lain. Peningkatan
dosis pada setiap perlakuan berbanding lurus terhadap aktivitas diuretik hewan,
hal ini menunjukkan bahwa fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun
alpukat mampu digunakan sebagai diuretik.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme kerja dari
senyawa utama fraksi heksan dan etil asetat ekstrak etanol daun alpukat yang
menyebabkan diuresis, selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui dosis maksimum dari masing-masing fraksi pada pelarut yang
berbeda.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adha AC. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill.) terhadap Aktivitas Diuretik Tikus Putih Jantan Sprague-Dawley [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Agunu A, Abdurahman EM, Andrew GO, Muhammed Z. 2005. Diuretic activity of the Stem-Bark Extracts of Steganotaenia araliaceahoehst. Journal of Ethnopharmacol 96: 471-5.
Aiyelaagbe OO, Osamudiamen. 2009. Phytochemical Screening for Active Compounds in Mangifera indica Leaves from Ibadan, Oyo State. Plant Sciences Research 2(1): 11-13.
Anaka ON, Ozolua RI, Okpo SO. 2009. Effect of the Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague-Dawley Rats. African Journal of Pharmacy and Pharmacology 3(10): 485-490.
Anonim. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Asaolu MF, Asaolu SS, Olugbenga OA, Aluko BT. 2010. Hypolipemic Effects of Methanolic Extract of Persea americana Seeds in Hypercholestrolemic Rats. Journal of Medicine and Medical Sciences 1(4): 126-128.
Badan POM. 2005. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/LAMP_CPOTB.pdf
[ 26 April 2010].
Basri S. 2005. Kamus Kimia. Ed ke-3. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Brai BIC, Odetola AA, Agomo PU. 2007. Hypoglycemic and Hypocholesterolemic Potential of Persea americana Leaf Extracts. Journal of Medicinal Food 10(2): 356-360.
Brieger G. 1969. A Laboratorium Manual for Modern Organic Chemistry. New York: Oakland.
Ceppy S. 2002. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Chandrika UG, Wedage WS, Wickramasinghe SMDN, Fernando WS. 2006. Hipoglycaemic Action of The Flavonoid Fraction of Artocarpus heterophyllus leaf. Afr. J. Traditional CAM 3(2): 42-50.
Cheremisinoff NP, Archer WL. 2003. Industrial Solvents Handbook. 2nd ed. New York: Marcel Dekker.
Dalimartha S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda.
25
[Depkes]. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ebrahimzadeh MA, Pourmorad F, Bekhradnia AR. 2008. Iron Chelating Activity, Phenol and Flavonoid Content of Some Medicinal Plants from Iran. African Journal of Biotechnology 7(18): 3188-3192.
Edem DO. 2009. Hypoglycemic Effect of Ethanolic Extracts of Alligator Pear Seed (Persea americana Mill.) in Rats. Europan Journal of Scientific Research 4: 669-678.
Flores RG, Quintana CA, Licea RQ, Guerra PT, Guerra RT, Cuevas EM, Padillah CR. 2008. Antimicrobial Activity of Persea americana Mill. (Lauraceae) (Avocado) and Gymnosperma glutinosum (Spreng.) Less (Asteraceae) Leaf Extracts and Active Fractions Against Mycobacterium tuberculosis. American-Eurasian Journal of Scientific Research 3(2): 188-194.
Galati EM, Tripodo MM, Trovato A, Miceli N, Monforte MT. 2002. Biological Effect of Opuntia ficus indica (L.) Mill. (Cactaceae) Waste Matter Note 1: Diuretic Activity. Jounal of Ethnopharmacology 79: 17-21.
Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-20. Brahm UP, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan: Review of Medical Physiology. 20th ed.
Gowda S, Satish, Mahesh, Kumar V. 2009. Study on the Diuretic Activity of Cynodon dactylon Root Stalk Extract in Albino Rats. Research J. Pharm. and Tech 2(2): 338-340.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11. Irawati dkk, penerjemah. Jakarta: ECG. Terjemahan: Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Kosasih P & Iwan S, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Phytochemical Methods.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of Natural Extracts. London: Chapman & Hall.
Imafidon KE, Amaechina FC. 2010. Effects of Aqueous Seed Extract of Persea americana Mill. (Avocado) on Blood Pressure and Lipid Profile in Hypertensive Rats. Advances in Biological Research 4(2): 116-121.
Jouad H, Lacaille-Duboisb MA, Lyoussic B, Eddouks M. 2001. Effects of The Flavonoids Extracted from Spergularia purpurea Pers. on Arterial Blood Pressure and Renal Function in Normal and Hypertensive Rats [Abstract]. Journal of Ethnopharmacology 76: 159-163. http://www.sciencedirect.com /science/journal/03788741 [1 Juli 2010].
Koffi N, Solange TM, Emma AA, Noël SG. 2009. Ethnobotanical Study of Plants Used to Treat Arterial Hypertension, in Traditional Medicine, by Abbey and
26
Krobou Populations of Agboville (Côte-d’Ivoire). European Journal of Scientific Research 35(1): 85-98.
Lahlou S, Tahraoui A, Israili Z, Lyouss B. 2007. Diuretic Activity of The Aqueous Extracts of Carum carvi and Tanacetum vulgare in Normal Rats. Journal of Ethnopharmacology 110: 458-463.
Maalouf NM, Cameron MA, Moe OW, Adams-Huet B, Sakhaee K. 2007. Low Urine pH: A Novel Feature of The Metabolic Syndrome. Clinical Journal of The American Society of Nephrology 2: 883-888.
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih P, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan: Techniques of Flavonoid Identification.
Min BR, Hart SP. 2003. Tannins for Suppression of Internal Parasites. Journal of Animal Science 81(E. Suppl. 2): 102-109.
Nalwaya N, Jarald EE, Asghar S, Ahmad S. 2009. Diuretic Activity of a Herbal product UNEX. International Journal of Green Pharmacy 224-226.
Neal MJ. 2005. Farmakologi Medis. Surapsari J, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan: Medical Pharmacology at a Glance.
Nor NMD, Yatim AM, Said M. 2009. Blood and Urine Profiles of Spontaneous Hypertensive Rats Supplemented with Pink Guava (Psidium guajava) Puree. Sains Malaysiana 38(6): 929–934.
Nur MA, Adijuwana H.1989. Teknik Pemisahan dalam Analisis Biologis. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Nurmillah OY. 2009. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ojewole J, Kamadyaapa DR, Gondwe MM, Moodley K, Musabayane CT. 2007. Cardiovascular Effects of Persea americana Mill (Lauraceae) (Avocado) Aqueous Leaf Extract in Experimental Animals. Cardiovascular Journal of South Africa 18(2): 69-76.
Owolabi MA, Jaja SI, Coker HA. 2005. Vasorelaxant Action of Aqueous Extract of the Leaves of Persea americana on Isolated Thoracic Rat Aorta. Fitoterapia 76: 567-573.
Parial S, Jain DC, Joshi SB. 2009. Diuretic Activity of The Extracts of Limonia acidissima in Rats. Rasāyan Journal of Chemistry 2: 53-56.
27
Patil UK, Muskan K. 2009. Essential of Biotechnology. New Delhi: International Publishing House.
Prihatman K. 2000. Alpukat. http://www.ristek.go.id [ 17 Desember 2009].
Rang, Ritter, Dale. 1995. Pharmacology. London: Tottenham Court Road.
Rathi BS, Baheti AM, Khandelwal KR, Parakh SR, Bodhankar SL. 2006. Diuretic Activity of Coconut Husk Mashi-an Ayurvedic Formulation. Indian Journal of Traditional Knowledge 5(4): 471-473.
Sari LORK. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1): 1-7.
Schrier RW. 2007. Disease of The Kindey and Urinary Tract. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: ITB.
Siswandono, Soekardjo B.1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press.
Sunarjono HH. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunaryo. 2003. Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Elektrolit dan Konsentrasi Air. Di dalam: Ganiswara, editor. Farmokologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.
Sudheesh S, Vijayalakshmi NR. 2005. Flavonoids from Punica granatum Potential Antiperoxidative Agents. Fitoterapia 76: 181-186.
Wientarsih I, Iskandar, Prasetyo BF, Purwono RM. 2008. Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea gratissima Gaertn.) terhadap Batu Kandung Kemih Buatan dan Diuretik pada Tikus Putih serta Pengembangannya menjadi Sediaan Sirup Elixir dan Tablet Salut Enterik. http://lppm.ipb.ac.id/lppmipb/penelitian/hasilcari.php [22 Juni 2010].
Winarno FG, Fardiaz D, Ansori R, Ketaren S. 1973. Kimia Organik I. Departemen Teknik Hasil Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.
Wilson, Gisvold’s. 1982. Buku Teks Wilson dan Gisvold Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Achmad Mustofa Fatah, penerjemah. Air Langga Univercity Press. Terjemahan: Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical Chemistry.
Zeggwagh NA, Michel JB, Eddouks M. 2007. Acute Hypotensive and Diuretic Activities of Chamaemelum nobile Aqueous Extract in Normal Rats. American Journal of Pharmacology and Toxicology 2(3):140-145.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1 Uji Statistik One Way ANOVA
ANOVA Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Jam 1 Between Groups 191.235 5 38.247 10.337 .000 Within Groups 88.804 24 3.700
Total 280.039 29
Jam 2 Between Groups 1.595 5 .319 .194 .962 Within Groups 39.452 24 1.644
Total 41.047 29
Jam 3 Between Groups 23.670 5 4.734 4.838 .003 Within Groups 23.484 24 .978
Total 47.154 29
Jam 4 Between Groups 20.826 5 4.165 5.528 .002 Within Groups 18.084 24 .754
Total 38.910 29
Jam 5 Between Groups 8.067 5 1.613 3.759 .012 Within Groups 10.300 24 .429
Total 18.367 29
Jam 6 Between Groups 8.251 5 1.650 5.016 .003 Within Groups 7.896 24 .329
Total 16.147 29
Jam 24 Between Groups 18.152 5 3.630 4.352 .006 Within Groups 20.020 24 .834
Total 38.172 29
30
Lampiran 2 Uji Duncan (P<0.05)
Jam1Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1 2 3
1 5 .5600
2 5 1.0400 1.0400
5 5 3.3200
3 5 5.9400 4 5 6.5200 6 5 6.6600
Sig. .697 .073 .583 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Jam2 Duncana
Perlakuan
N Subset for
alpha = 0.05 1
3 5 3.4600 4 5 3.8400 1 5 3.8800 6 5 4.0200 2 5 4.1000 5 5 4.1600
Sig. .454 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
31
Jam3 Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 5 5 2.0200
1 5 2.6000
3 5 2.8600
2 5 3.3200
4 5 3.3800
6 5 4.8800 Sig. .061 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Jam4Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1 2 3
1 5 .8400
5 5 1.0000 1.0000
2 5 1.0400 1.0400
3 5 2.1600 2.1600 4 5 2.2800 6 5 3.1000
Sig. .735 .056 .118 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
32
Jam5Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1 2 3
1 5 .2400
2 5 .5800 .5800
5 5 1.1400 1.1400 3 5 1.2800 1.2800 4 5 1.3400 1.3400 6 5 1.8200
Sig. .420 .105 .145 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Jam6Duncana
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4
1 5 .1400
2 5 .5200 .5200
5 5 .7400 .7400 .7400
4 5 1.1000 1.1000 1.1000 3 5 1.4400 1.4400 6 5 1.6600
Sig. .130 .143 .079 .157 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
33
Jam24Duncana
Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05 1 2 3
4 5 1.1000
1 5 1.2200
5 5 1.4400 1.4400
2 5 1.5000 1.5000
6 5 2.5600 2.5600 3 5 3.2200
Sig. .534 .078 .264 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
34
Lampiran 3 Hasil determinasi tumbuhan