frak tur

Upload: fsattu

Post on 09-Jan-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fr

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA

DEFENISIFraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang sendi, tulang rawan epifisis, yang bersifat total maupun parsial. Fraktur ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstrimitas atas (radius, ulna, carpal) dan ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia, fibula, metatarsal, dan lain-lain).1

EPIDEMIOLOGIFraktur lebih sering terjadi pada laki laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak dilakukan oleh laki laki menjadi penyebab tingginya risiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki laki yang berhubungan dengan meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause.1Di negara negara Afrika kasus fraktur lebih banyak terjadi pada wanita karena peristiwa terjatuh berhubungan dengan penyakit Osteoporosis. Di Kamerun pada tahun 2003, perbandingan insidens fraktur pada kelompok umur 50 64 tahun yaitu, pria 4,2 per 100.000 penduduk, wanita 5,4 per 100.000 penduduk. Angka yang lebih tinggi di Maroko pada tahun 2005 insidens fraktur pada pria 43,7 per 100.000 penduduk dan wanita 52 per 100.000 penduduk. 22. Di Indonesia jumlah kasus fraktur akibat kecelakaan lalu lintas meningkat seiring pesatnya peningkatan jumlah pemakai kendaraan bermotor. Berdasarkan laporan penelitian dari Depkes RI tahun 2000, di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung terdapat penderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas sebanyak 444 orang.1

ANATOMI

ETIOLOGIMenurut Apley dan Solomon (1995) fraktur dapat terjadi disebabkan : 1) peristiwa trauma tunggal, 2) Tekanan yang berulang-ulang, 3) Kelemahan pada tulang (fraktur patologis). Smeltzer dan Bare (2002) berpendapat bahwa fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan muntir mendadak, dan bahkan karena kontraksi otot ekstrem.2

JENIS FRAKTURJenis fraktur dibedakan berdasarkan beberapa hal antara lain:3 1. Bentuk garis patah yaitu fraktur komplit dan fraktur inkomplit,2. Berhubungan dengan dunia luar yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbukaFraktur TerbukaIntegritas kulit disekitar fraktur perlu dinilai dengan teliti guna menentukan diagnosis fraktur terbuka (open fracture) dengan nama lain counpound fracture (literatur Inggris) atau fraktur tertutup (closed fracture). Luka pada fraktur terbuka dapat diakibatkan oleh tusukan ujung fragmen sehinggah menembus kulit akibat gaya trauma atau kesalahan pada pertolongan pertama (open from within out). Biasanya kerusakan jaringan lunak sekitar fraktur sangat ringan demikian juga kontaminasi. Adapun fraktur open from within in akibat trauma yang sangat hebat sehingga terjadi kerusakan jaringan Iunak maupun tulang yang hebat. Perlu dipikirkan terjadinya perdarahan yang dapat menimbulkan shock pada kejadian ini. Berdasarkan kerusakan jaringan Iunak disekitar fraktur terbuka maka fraktur tersebut menurut Gustilo dibagi menjad: tipe I yaitu fraktur terbuka dengan panjang luka kurang dan 1 cm dan luka bersih; tipe II yaitu fraktur terbuka dengan panjang luka lebih dan 1 cm tanpa kerusakan jaringan Iunak yang berat; tipe III, fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan Iunak dan kontaminasi yang berat / hebat. Tipe III ini dibagi menjadi tipe III Afragmen fraktur tersebut masih terbungkus dengan jaringan Iunak / periosteum, tipe III B fragmen tulang tidak terbungkus oleh jaringan Iunak / periosteumAdapun tipe III C memerlukan penyambungan arteri (arterial repairing) agar terjamin kehidupan bagian distal dari iesi.3. Pergeseran anatomi tulang yaitu fraktur greenstick, fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental, fraktur avulse, fraktur impacted, fraktur torus, dan fraktur komminuted. Setiap fraktur perlu diperhatikan garis fraktur. Pada fraktur hairline yang sukar dilihat pada radiograph dan biasanya akibat trauma ringan sehingga tidak terjadi pergeseran pada ujung-ujung fragmen. Pada keadaan ini memerlukan pemotretan tambahan dengan proyeksi oblik atau pemotretan diulangi setelah hari ke 7 - 10. Garis fraktur akan terlihat setelah terjadi dekalsifikasi pada fraktur tersebut.Garis fraktur greenstick sering terjadi pada anak-anak walaupun tidak semua anak. Perlu diketahui bahwa elastisitas periosteum menimbulkan pengulangan angulasi (recurrence of angulation) sehingga memerlukan perhatian khusus pada penggipan (plaster cast) dan waktu follow - up. Tetapi Fraktur simpel (simple fracture) adalah fraktur dengan garis fraktur transversal, oblik atau spiral. Garis fraktur transversal bila sudut garis fraktur terhadap aksis panjang tulang tersebut kurang dari 30, bila sudut tersebut 30 atau lebih disebut garis fraktur oblik. Pada garis fraktur oblik akan mengakibatkan fraktur tresebut tidak stabil dan menghasilkan pemendekan (shortening) dan pergeseran ujung-ujung fragmen bahkan kontak ujung ujung tersebut tidak terjadi bila dilakukan tindakan konservatif

Kata simpel yang dimaksud adalah garis patah yang sirkumferensial sehingga tulang tersebut menjadi dua fragmen. Adapun fraktur spiral adalah garis fraktur yang melingkar pada tulang tersebut sebagai akibat gaya memutar. Pada klasrfikasi AO fraktur simpel dimasukkan tipe A dengan grup A1, A2, dan A3.Fraktur kominutif (comminuted multifragmented) adalah fraktur dengan jumlah fragmen lebih dari dua. Fraktur kominutif dapat berupa spiral wedge fracture akibat gaya memutar atau akibat trauma langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan bentuk disebut butterfly fragment (Gb. 6) dan bila fragmen tersebut terjadi fraktur maka disebut fragmented (comminuted) wedge fracture. Pada klasrfikasi AO fraktur kominutif dimasukkan tipe B dengan grup B1, B2, dan B3.

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau lebih garis spiral adapun complex segmental fracture terdapat satu segmen fragmen yang terpisah sehingga kadangkala disebut double fractures. Pada complex irregular fractures terdapat pecahan beberapa fragmen kecil di daerah antara fragmen proksimal dan distal (Gb.7). Multifragmentary complex fracture sebagai akibat trauma berat (severe) dan sering menimbulkan fraktur terbuka dan janngan di sekitar fraktur terjadi kerusakan berat, fraktur tidak stabil serta sukar direposisi, delayed union maupu kekakuan sendi merupakan komplikasi yang sering terjadi. Menurut klasifikasi AO multifragmentory complex fracture dimasukkan tipe C dengan gaip C1, G2, dan C3.

Fraktur kompresi sering terjadi pada korpus vertebra akibat gaya traumafleksi atau pada kalkaneus akibat jatuh dan ketinggian dan fraktur ini terjadi padadaerah tulang kanselous (Gb.8).

Fraktur avulsi dapat diakibatkan oleh kontraksi otot yang mendadak sehingga tempat perlekatan otot tersebut tertepas dan membawa fragmen tulang daerah tersebut. Kejadian ini sering pada daerah basis metatarsal V, karena tarikan otot peroneus, tibial turosity atau upper pole dari patella oleh otot quadriceps, dan trochanter minor oleh otot iliopsoas. Fraktur avulsi sering terjadi pada perlekatan ligament atau kapsul sendi dan sering berhubungan dengan kejadian dislokasi sendi (Gb.9). Kejadian ini dimasukkan klasifikasi AO tipe A.

DIAGNOSIS FRAKTURUntuk mendiagnosis fraktur, pertama tama dapat dilakukan anamnesis baik dari pasien maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah mekanisme cedera, apakah pasien mengalami cedera atau fraktur sebelumnya. Pasien dengan fraktur tibia mungkin akan mengeluh rasa sakit, bengkak dan ketidakmampuan untuk berjalan atau bergerak, sedangkan pada fraktur fibula pasien kemungkinan mengeluhkan hal yang sama kecuali pasien mungkin masih mampu bergerak.2Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga tidak kalah pentingnya. Pemeriksaan fisik yang dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu look, feel, move. Yang pertama look atau inspeksi di mana kita memperhatikan penampakan dari cedera, apakah ada fraktur terbuka (tulang terlihat kontak dengan udara luar). Apakah terlihat deformitas dari ekstremitas tubuh, hematoma, pembengkakan dan lain-lain. Hal kedua yang harus diperhatikan adalah feel atau palpasi. Kita harus mempalpasi seluruh ekstremitis dari proksimal hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal dari cedera untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi. Seringkali akan ditemukan cedera lain yang terjadi bersamaan dengan cedera utama. Poin ketiga yang harus dinilai adalah move. Penilaian dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion) 7. Seringkali pemeriksaan ROM tidak bisa dilakukan karena rasa sakit yang dirasakan oleh pasien tetapi hal ini harus tetap didokumentasikan.2Pemeriksaan ekstrimitas juga harus melingkupi vaskularitas dari ekstrimitas termasuk warna, suhu, perfusi, perabaan denyut nadi, capillary return (normalnya < 3 detik) dan pulse oximetry. Pemeriksaan neurologi yang detail juga harus mendokumentasikan fungsi sensoris dan motoris Tegantung dari kondisi pasien, pemeriksaan foto thorax dapat dilakukan. Dalam pemeriksaaan radiologi untuk cedera dan fraktur diberlakukan rule of two yaitu:2a. Dua sudut pandangb. Dua Sendic. Dua ekstrimitasd. Dua waktu

DAFTAR PUSTAKA1.Parahita PS, Kurniayanta P. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada cedera fraktur ekstremitas. Bagian/SMF ilmu anastesi dan terapi intensif fakultas kedeokteran universitas Udayana/ RSU Pusat Sanglah Denpasar.2.Sodikin M. Analisi Kualitatif Fraktur. FIK UI 2009.3.Goh LA, C.G.Peh W. Fraktur-klasifikasi,penyatuan dan komplikasi. Pola Muskuloskeletal:112-130.