formulasi patch natrium diklofenak berbasis...

88
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) DAN NATRIUM KARBOKSI METIL SELULOSA (NaCMC) SEBAGAI ANTIINFLAMASI LOKAL PADA PENYAKIT PERIODONTAL SKRIPSI DELVINA GINTING 1110102000058 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA MEI 2014

Upload: vutram

Post on 03-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK

BERBASIS POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL

SELULOSA (HPMC) DAN NATRIUM KARBOKSI

METIL SELULOSA (NaCMC) SEBAGAI

ANTIINFLAMASI LOKAL PADA PENYAKIT

PERIODONTAL

SKRIPSI

DELVINA GINTING

1110102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2014

Page 2: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK

BERBASIS POLIMER HIDROKSI PROPIL METIL

SELULOSA (HPMC) DAN NATRIUM KARBOKSI

METIL SELULOSA (NaCMC) SEBAGAI

ANTIINFLAMASI LOKAL PADA PENYAKIT

PERIODONTAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DELVINA GINTING

1110102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2014

Page 3: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama

NIM

Tanda tangan

Tanggal

:

:

:

:

Delvina Ginting

1110102000058

13 Mei 2014

Page 4: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Delvina Ginting

NIM : 1110102000058

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Natrium

Karboksi Metil Selulosa (NaCMC) Sebagai Antiinflamasi

Lokal pada Penyakit Periodontal

Disetujui oleh

Pembimbing I

Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt

NIP. 198310282009012008

Pembimbing II

Sabrina, M. Farm., Apt

NIP. 1197902222007102001

Page 5: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Delvina Ginting

NIM : 1110102000058

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Natrium

Karboksi Metil Selulosa (NaCMC) Sebagai Antiinflamasi

Lokal pada Penyakit Periodontal

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Penguji 1

Penguji 2

Ditetapkan di

Tanggal

:

:

:

:

:

:

Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt

Sabrina, M.Farm., Apt

Nelly Suryani, Ph.D

Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

Ciputat

13 Mei 2014

(

(

(

(

)

)

)

)

Page 6: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

vi

ABSTRAK

Nama : Delvina Ginting

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Natrium

Karboksi Metil Selulosa (NaCMC) Sebagai Antiinflamasi

Lokal pada Penyakit Periodontal

Telah dibuat sediaan mukoadhesif patch yang mengandung natrium diklofenak

sebagai sediaan antiinflamasi lokal pada penyakit periodontal. Penelitian ini

bertujuan untuk memformulasi dan mengkarakterisasi sifat-sifat dari patch

natrium diklofenak yang berbasis polimer hidroksi propil metil selulosa

(HPMC) dan natrium karboksi metil selulosa (NaCMC). Patch dibuat dalam 3

formula F1, F2, dan F3 dengan memvariasikan perbandingan konsentrasi

HPMC:NaCMC (2% b/b) berturut-turut adalah 2:1, 1:1, dan 1:2. Patch dibuat

dengan metode solvent casting. Patch yang telah dibuat menunjukkan bahwa

ketiga patch dapat melekat dipermukaan membran gusi sapi dengan waktu

tinggal yaitu 100 menit (F1), 101,67 menit (F2), dan 90 menit (F3). Persen

kumulatif disolusi natrium diklofenak pada jam kedua dari patch F1, F2, dan F3

berturut-turut adalah 72,46±1,78%, 90,12±0,82%, dan 96,68±1,66%. Persen

kumulatif difusi natrium diklofenak pada jam kedua dari patch F1, F2, dan F3

berturut-turut adalah 16,31±0,71%, 17,47±1,84%, dan 26,51±4,38%.

Kata kunci : Patch, natrium diklofenak, HPMC, NaCMC, dan tegaderm

Page 7: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

vii

ABSTRACT

Name : Delvina Ginting

Program Study : Pharmacy

Title : Formulation of Hydroxy Propyl Methyl Cellulose

(HPMC) and Sodium Carboxy Methyl Cellulose

(NaCMC) Based Diclofenac Sodium Patch as Local Anti-

Inflammatory in Periodontal Disease

Mucoadhesive patches containing diclofenac sodium have been made as local

anti-inflammatory in periodontal disease. The objectives of this research were to

formulate and to study characteristic of the resulting hydroxy propyl methyl

cellulose (HPMC) and sodium carboxy methyl cellulose (NaCMC) based

diclofenac sodium patch. Patches were formulated in three formulas termed F1,

F2 and F3 by varying the concentration ratio of HPMC:NaCMC (2% w/w) in the

formula 2:1, 1:1, and 1:2, respectively. Patches were prepared by solvent casting

method. In vitro residence time showed that all formulas patch can be attachted to

the mucosa gingival bovine with the residence time were 100 minutes (F1),

101,67 minutes (F2), and 90 minutes (F3). Cumulative dissolution of diclofenac

sodium after two hours from F1, F2 and F3 were 72,46±1,78%, 90,12±0,82%, and

96,68±1,66%., respectively. Cumulative diffusion of diclofenac sodium after two

hours from F1, F2 and F3 were 16,31±0,71%, 17,47±1,84%, and 26,51±4,38%,

respectively.

Keywords : Patch, diclofenac sodium, HPMC, NaCMC, and tegaderm

Page 8: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulisan

skripsi yang berjudul “Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) dan Natrium Karboksi Metil Selulosa

(NaCMC) Sebagai Antiinflamasi Lokal pada Penyakit Periodontal” bertujuan

untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Sabrina, M.Farm., Apt., selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, waktu, tenaga, saran,

dan dukungan dalam penelitian ini.

2. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.

4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu

pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.

5. Kedua orang tua, ayahanda tersayang Robinson Ginting, S.E. dan ibunda

tercinta Jusmiati, S. Pd. yang selalu memberikan kasih sayang, doa yang tidak

pernah putus dan dukungan baik moril maupun materil. Tidak ada apapun di

dunia ini yang dapat membalas semua kebaikan, cinta, dan kasih sayang yang

telah kalian berikan kepada anakmu, semoga Allah selalu memberikan

keberkahan, kesehatan, keselamatan, perlindungan, cinta, dan kasih sayang

kepada kedua orang tua hamba tercinta

Page 9: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

ix

6. Adik dan kakakku tersayang Royi Aidiltra Ginting dan Delovita Ginting S.Si

yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan sehingga penelitian ini

dapat berjalan dengan lancar.

7. Briptu Muhaitsan Sulaksono S.H. atas segala pengertian, semangat, perhatian,

dan bantuannya.

8. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan

kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta dukungan yang

amat besar.

9. Kakak-kakak laboran FKIK, ka Eris, ka lisna, ka Liken, Mba Rani, ka Tiwi,

ka Lilis, ka Suryani, dan ka Rachmadi atas dukungan dan kerjasamanya

selama kegiatan penelitian.

10. Adina S.M. Talogo, Metharezqi Suci Arsih, Liana Puspita, Mayta Ravika,

Nirmala Kasih, Yeyet Durotul, dan Syarifatul Mufidah serta teman-teman

laboratorium yang telah banyak memberi semangat dan kebersamaannya,

terima kasih atas kerjasama dalam penelitian ini.

11. Teman teman seperjuangan farmasi angkatan 2010 atas kebersamaan kita.

12. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Akhir kata,

penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah membantu saya dalam penelitian ini.

Ciputat, 13 Mei 2014

Penulis

Page 10: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Delvina Ginting

NIM : 1110102000058

Program Studi : Farmasi

Fakultas

Jenis Karya

:

:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul

FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS POLIMER

HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) DAN NATRIUM

KARBOKSI METIL SELULOSA (NaCMC) SEBAGAI ANTIINFLAMASI

LOKAL PADA PENYAKIT PERIODONTAL

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 13 mei 2014

Yang menyatakan,

(Delvina Ginting)

Page 11: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .........................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................

HALAMAN PENGESAHAN………............................................................

ABSTRAK ......................................................................................................

ABSTRACT......................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...............

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR TABEL….......................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang…………………………………………….....

1.2 Perumusan Masalah………………………………………….

1.3 Hipotesis………………………………………………….......

1.4 Tujuan ………………………………………………………..

1.5 Manfaat……………………………………………………….

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….

2.1 Penyakit Periodontal………………………………………….

2.2 Anatomi Mukosa Rongga Mulut……………………………..

2.3 Gingiva……………………………………………………….

2.4 Mukoadhesif…………………… ……………………………

2.5 Patch………………………………………………………….

2.6 Natrium Diklofenak ………………………………………….

2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) …………………….

2.8 Natrium Karboksi Metil Selulosa (NaCMC)…………………

2.9 Poliuretan……………………………………………………..

BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………...

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xiv

xv

xvi

1

1

3

3

3

3

4

4

5

7

8

14

17

19

20

21

23

23

Page 12: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xii

3.2. Alat dan Bahan……………………………………………….

3.2.1 Alat…………………………………………………………...

3.2.2 Bahan……………………………………………………........

3.3. Prosedur Kerja………………………………………………..

3.3.1 Formula Patch………………………………………………..

3.3.1.1 Preparasi Cairan Pembentuk Film (CPF) ……………………

3.3.1.2 Preparasi Patch……………………………………………….

3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 ……………………

3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi…………………………………..

3.3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)………….

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Natrium Diklofenak……………

3.3.4 Evaluasi Viskositas Cairan Pembentuk Film (CPF)………….

3.3.5 Organoleptis Film…………………………………………….

3.3.6 Pengambilan Sampel…………………………………………

3.3.6.1 Pengukuran Bobot Sampel...…………………………………

3.3.6.2 Pengukuran Ketebalan Sampel……………………………..

3.3.6.3 Pengukuran Kandungan Natrium Diklofenak…….………….

3.3.7 Evaluasi Patch………………………………………………..

3.3.7.1 Uji Pelipatan………………………………………………….

3.3.7.2 Pengukuran pH Permukaan…………………………………..

3.3.7.3 Penetapan Kadar Air………………………………..………...

3.3.7.4 Uji Derajat Pengembangan (Swelling Index Studies)………...

3.3.7.5Uji Waktu Tinggal (in vitro residence time)…………………

3.3.7.6 Uji Kemampuan Disolusi Zat Aktif…………………………..

3.3.7.7 Uji Kemampuan Difusi Zat Aktif…………………………….

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………..

4.1 Formulasi Patch………………………………………………

4.2 Karakteristik Cairan Pembentuk Film (CPF)…………………

4.3 Organoleptis…………………………………………………..

4.4 Kandungan Natrium Diklofenak pada Sampel ...…………….

4.5 pH Permukaan………………………………………………...

4.6 Daya Tahan Lipatan…………………………………………..

4.7 Kadar Air Patch…..…………………………………………..

4.8 Waktu Tinggal ……………………………………………….

23

23

23

24

24

24

24

25

25

25

25

25

26

26

26

26

26

27

27

27

27

27

28

28

29

30

30

31

32

33

34

34

35

35

Page 13: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xiii

4.9 Derajat Pengembangan……………...………………………..

4.10 Kemampuan Disolusi Natrium Diklofenak…………………

4.11 Kemampuan Difusi Natrium Diklofenak……………………..

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………..

5.1 Kesimpulan…………………………………………………...

5.2 Saran………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

LAMPIRAN…………………………………………………………………

36

38

40

45

45

45

46

51

Page 14: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1.

Tabel 4.1.

Tabel 4.2.

Tabel 4.3.

Tabel 4.4.

Tabel 4.5.

Tabel 4.6.

Tabel 4.7.

Tabel 4.8.

Tabel 4.9

Formula Patch Natrium Diklofenak………………………......

Viskositas Cairan Pembentuk Film…………………………...

Kandungan Natrium Diklofenak pada Sampel …...…………..

Kadar Air Patch……………………………………………….

Derajat Pengembangan Patch dalam Medium Buffer Fosfat

pH 6,8…………………………………………………………

Jumlah Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan

Patch…………………………………………………………..

Fluks Disolusi Natrium Diklofenak……………………….......

Jumlah Kumulatif Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan

Patch………………………………………………………......

Fluks Difusi Natrium Diklofenak…………………………......

Jumlah Natrium Diklofenak yang Berdifusi dihitung………...

24

32

34

35

37

39

40

41

43

44

Page 15: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.

Gambar 2.2.

Gambar 2.3.

Gambar 2.4.

Gambar 2.5.

Gambar 2.6.

Gambar 2.7.

Gambar 2.8.

Gambar 4.1.

Gambar 4.2.

Gambar 4.3.

Gambar 4.4.

Gambar 4.5.

Gambar 4.6.

Gambar 4.7.

Gambar 4.8.

.

Keadaan Gingivitis dan Periodontitis………………………...

Anatomi Mukosa Rongga Mulut……………………………..

Jenis Epitel pada Jaringan Periodontal……………………….

Dua Tahap dalam Proses Mukoadhesif………………………

Struktur Kimia Natrium Diklofenak………………………….

Struktur Kimia HPMC………………………………………..

Struktur Kimia NaCMC………………………………………

Struktur Kimia Poliuretan…………………………………….

Gambar Makroskopik Film…………………………………..

Gambar Mikroskopik Film…………………………………...

Patch Sebelum (Kiri) dan Sesudah (Kanan) Dilakukan Uji

Pelipatan >300 Kali…………………………………………..

Grafik Derajat Pengembangan Patch…………………..……

Grafik Persentase Kumulatif Difusi Natrium Diklofenak..…..

Fluks Difusi Masing-Masing Formula……………………….

Grafik Persentase Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak …

Fluks Disolusi Masing-Masing Formula……………………..

5

6

8

9

17

19

20

22

33

33

35

37

39

40

41

43

Page 16: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Lampiran 16.

Lampiran 17.

Lampiran 18.

Lampiran 19.

Lampiran 20.

Lampiran 21.

Lampiran 22.

Alur Penelitian………………………….………………….

Gambar Alat dan Bahan Penelitian…..……………………

Gambar Evaluasi Waktu Tinggal………………………….

Gambar Evaluasi Difusi Zat Aktif…………………………

Gambar Rangkaian Alat Disolusi …………………………

Gambar Uji Swelling Index…………....…………………..

Data Kestabilan bobot…………………..…………………

Grafik Kestabilan Bobot…………………..………………

Scanning Panjang Gelombang Maksimum Natrium

Diklofenak…………………………....................................

Data Absorbansi Kurva Standar Natrium Diklofenak..……

Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak…………...…………

Bobot, Ketebalan, dan Kandungan Natrium Diklofenak

pada Sampel yang Digunakan……………………………..

Daya Tahan Lipatan dan pH Permukaan………………..…

Nilai Viskositas Cairan Pembentuk Film………………….

Uji Statistik ANOVA Viskositas Cairan Pembentuk Film..

Kadar Air Patch……………………………………………

Derajat Pengembangan…………………………………….

Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 1………………………………………………….

Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 2………………………………………………….

Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 3………………………………………………….

Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 1………………………………………………….

Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 2………………………………………………….

51

52

52

53

53

54

55

55

56

56

56

57

58

58

58

58

59

60

60

61

61

62

Page 17: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

xvii

Lampiran 23.

Lampiran 24.

Lampiran 25.

Lampiran 26.

Lampiran 27.

Lampiran 28.

Lampiran 29.

Lampiran 30.

Lampiran 31.

Lampiran 32.

Lampiran. 33

Lampiran. 34

Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Formula 3………………………………………………….

Data Statistik Persentase Difusi Natrium Diklofenak……..

Data Statistik Fluks Difusi Natrium Diklofenak…………..

Data Statistik Persentase Disolusi Natrium Diklofenak…

Data Statistik Fluks Disolusi Natrium Diklofenak….……..

Contoh Perhitungan Persentase Difusi Sampel 1 pada F1...

Contoh Perhitungan Fluks Difusi pada F1 jam keenam…...

Contoh Perhitungan Persentase Disolui Sampel 1 pada F1.

Contoh Perhitungan Fluks Disolusi pada F1 jam keenam...

Sertifikat Analisis Natrium Diklofenak……………………

Sertifikat Analisis HPMC………………………………….

Sertifikat Analisis NaCMC………………………………..

62

63

63

64

64

65

66

67

69

69

70

71

Page 18: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar

yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah kondisi reversible

ditandai dengan peradangan dan pendarahan pada tepi gingiva. Jika

gingivitis tidak dapat diobati maka akan berlanjut menjadi periodontitis

yaitu keadaan dimana jaringan periodontal mengalami kerusakan secara

irreversible (Clarkson et al., 2013 dan National Institutes of Health, 2011).

Untuk mencegah keadaan yang lebih buruk maka gingivitis harus diobati

secara cepat dan tepat. Terapi untuk pengobatan gingivitis ditujukan

terutama untuk mengurangi faktor etiologi dan menghilangkan inflamasi

(Manjusha et al., 2011).

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa inhibitor produksi

prostaglandin, seperti obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID), bisa

menghambat proses kehilangan tulang akibat penyakit periodontal. Data dari

hewan coba dan penelitian pada manusia juga mendukung konsep ini,

dimana menunjukkan bahwa obat NSAID dapat mengurangi inflamasi

gingiva dan mengurangi resorpsi tulang alveolar (Ahmed et al., 2009).

Hampir semua obat golongan NSAID memiliki efek samping terhadap

lambung dan duodenum (Wongso, 1996). Penyebab kematian akibat dari

pemakaian NSAID kebanyakan karena perdarahan lambung terutama pada

pasien usia lanjut (Wongso, 1996).

Salah satu NSAID yang terkuat antiradangnya dan berasal dari turunan

fenil asetat adalah diklofenak (Tjay, 2002). Selain permasalahan yang sering

ditimbulkan pada saluran cerna, natrium diklofenak memiliki waktu paruh

yaitu 1,9 jam dan mencapai sekitar 60% dalam darah (Dipiro et al., 2008).

Hal ini mempengaruhi frekuensi pemberian natrium diklofenak kepada

pasien. Dimana semakin sering frekuensi pemberian obat maka semakin

berkurang tingkat kepatuhan pasien. Untuk menghindari berbagai

permasalahan natrium diklofenak maka dapat dirancang suatu sediaan lokal

yang dapat menghantarkan obat langsung ke tempat aksi. Salah satu sediaan

Page 19: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang dapat menghantarkan obat langsung ke tempat aksi adalah sediaan

patch.

Patch terdiri dari dua lapisan, dimana lapisan utama mengandung

polimer yang adhesif dilapisi dengan lapisan backing yang impermeable

(Koyi dan Arsyad, 2013). Salah satu kelompok polimer yang memiliki sifat

mukoadhesif adalah kelompok polimer hidrofilik. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Prabhakar Prabhu et al. (2011) dan Semalty et al. (2008)

yang memformulasikan sediaan patch dengan berbagai kombinasi polimer,

dihasilkan bahwa formulasi dengan kombinasi polimer hidroksi propil metil

selulosa (HPMC) dan natrium karboksi metil selulosa (NaCMC) dianggap

sebagai formulasi terbaik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wardana

(2013) dan Fitriyah (2013) dihasilkan bahwa polimer HPMC dan NaCMC

menghasilkan film dengan karakteristik yang berbeda. film NaCMC

menunjukkan derajat pengembangan yang lebih tinggi daripada film HPMC.

Selain itu, pelepasan obat dari matriks film NaCMC lebih cepat

dibandingkan film HPMC. Namun, kemudahan NaCMC berdisolusi di

dalam air menyebabkan kemungkinan lepasnya natrium diklofenak dari film

NaCMC ke rongga mulut lebih besar serta waktu tinggal sediaan di gingiva

lebih sebentar dibandingkan dengan film HPMC. Beberapa perbedaan

karakteristik film yang dihasilkan kedua polimer ini menjadi dasar

penggunaan mereka secara kombinasi sebagai polimer patch yang diduga

mampu menghasilkan suatu film dengan karakteristik yang lebih baik seperti

derajat pengembangan dan jumlah zat aktif yang berdifusi natrium

diklofenak yang lebih tinggi. Pada penelitian ini digunakan tegaderm

sebagai backing membran yang berfungsi untuk mencegah penetrasi zat

aktif keluar dan tercampur dengan saliva. Berdasarkan hasil pengujian

kebocoran membran tegaderm yang dilakukan oleh Wardana (2013)

tegaderm dapat menahan difusi zat aktif ke saliva.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dibuat

suatu sediaan lokal yang berupa mukoadhesif patch. Patch yang akan dibuat

merupakan patch yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan utama yang

mengandung zat aktif natrium diklofenak dalam matriks kombinasi polimer

HPMC dan NaCMC dengan penambahan lapisan backing tegaderm. Selain

memformulasikan dalam penelitian ini juga akan dilakukan karakterisasi

Page 20: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terhadap waktu tinggal patch pada membran gusi sapi, disolusi natrium

diklofenak secara in vitro menggunakan metode dayung putar dan difusi

natrium diklofenak secara in vitro dengan menggunakan franz diffusion cell.

1.2 Perumusan Masalah

a. Bagaimana sifat adhesifitas patch yang mengandung kombinasi polimer

HPMC dan NaCMC pada membran mukosa gusi?

b. Bagaimana kemampuan difusi dan disolusi natrium diklofenak dari

sediaan patch?

1.3 Hipotesis

a. Lapisan yang terbentuk dari kombinasi polimer HPMC dan NaCMC

yang mengandung natrium diklofenak dapat melekat pada lapisan

mukosa lebih dari 7 jam.

b. Natrium dikloflenak pada patch dengan kombinasi polimer HPMC dan

NaCMC mampu berdifusi dari sediaan patch.

c. Natrium diklofenak dikloflenak pada patch dengan kombinasi polimer

HPMC dan NaCMC mampu terdisolusi dari sediaan patch.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memformulasi dan

mengkarakterisasi sifat-sifat dari patch natrium diklofenak yang berbasis

kombinasi polimer HPMC dan NaCMC.

1.5 Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik

patch yang menggunakan kombinasi polimer HPMC dan NaCMC sebagai

matriks dalam pengembangan sediaan patch natrium diklofenak yang

digunakan secara lokal untuk penanganan inflamasi pada penyakit

periodontal.

Page 21: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit mulut yang paling umum

terjadi dan menjadi penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa.

Akumulasi plak gigi oleh mikroba merupakan faktor etiologi utama penyakit

periodontal maupun karies gigi. Kerentanan terhadap penyakit periodontal

juga dipengaruhi oleh mekanisme pertahanan host terhadap infeksi bakteri

dan faktor risiko lain seperti kalkulus dan merokok (Clarkson et al., 2013).

Infeksi periodontal disebabkan oleh bakteri yang mengkolonisasi

permukaan gigi dan jaringan gingiva sekitarnya untuk membentuk plak gigi.

Plak gigi adalah biofilm polimikrobial kompleks. Istilah biofilm digunakan

untuk menggambarkan komunitas mikroba yang menempel pada permukaan

benda mati atau hidup. Bakteri yang tumbuh pada biofilm mengikuti

keadaan permukaan padat di mana mereka berkembang biak dan

membentuk mikrokoloni yang melekat pada matriks polimer ekstraseluler

(Panagakos FS dan Robin M. Davies, 2011).

Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, mukosa alveolar,

sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Komponen ini

berfungsi untuk menyokong gigi dalam tulang alveolar (Panagakos FS dan

Robin M. Davies, 2011). Penyakit periodontal akan mempengaruhi jaringan

disekitarnya dan penyangga gigi. Penyakit periodontal diklasifikasikan ke

dalam dua kategori besar yaitu gingivitis dan periodontitis (Clarkson et al.,

2013).

Gingivitis umum terjadi pada populasi anak dan dewasa, merupakan

lesi inflamasi dari jaringan gingiva dan telah terbukti bersifat reversible.

Pencegahan gingivitis merupakan langkah pertama dalam pencegahan

periodontitis. Dengan perlakuan yang tepat, proses ini dapat dibalik dan

jaringan periodontal dapat kembali ke keadaan normal. Karakteristik biofilm

plak yang menginduksi gingivitis adalah: (1) biofilm berada pada margin

gingiva, (2) perubahan warna gingiva, (3) perubahan kontur gingiva, (4)

perubahan suhu sulkular, (5) peningkatan eksudat gingiva, (6 ) perdarahan,

Page 22: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7) tidak adanya kehilangan perlekatan, (8) tidak adanya keropos tulang, dan

(9) perubahan histologis. Intensitas tanda dan gejala klinis akan bervariasi

antar individu serta bergantung pada bagian gigi yang terinfeksi (Panagakos

FS dan Robin M. Davies, 2011).

Periodontitis adalah reaksi inflamasi pada jaringan sekitar gigi,

biasanya dihasilkan dari perluasan inflamasi gingiva (gingivitis) yang

disebabkan oleh bakteri yang tinggal di biofilm plak pada permukaan gigi

subgingiva. Peradangan ini dapat menyebabkan hilangnya epitel junctional

lama di sulkus normal, sehingga membentuk kantong periodontal.

Selanjutnya jaringan disekitar gigi mengalami kehilangan perlekatan

jaringan ikat, pembentukan cacat antartulang (intrabony), dan akhirnya,

kemungkinan kehilangan gigi dapat terjadi (Andersen, Roger et al., 2007).

Keterangan: Bagian kiri: tanda-tanda klinis dari inflamasi (kemerahan, edema, perdarahan)

dan tanda-tanda kehilangan perlekatan periodontal atau kehilangan tulang

alveolar tidak jelas. Bagian kanan: Hasil respon inflamasi ditandai dengan

kerusakan kolagen dan periodontal serta kehilangan tulang alveolar, dan

tanda-tanda klinis dari peradangan.

Gambar 2.1. Keadaan Gingivitis dan Periodontitis

[sumber : Panagakos FS dan Robin M. Davies, 2011]

2.2 Anatomi Mukosa Rongga Mulut

Oral mukosa tersusun dari lapisan terluar epitel berlapis. Di bawahnya

terdapat sebuah membran basal, lamina propria diikuti oleh submukosa

sebagai lapisan terdalam (Dwivedi et al., 2013).

Page 23: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.2. Anatomi Mukosa Rongga Mulut

[sumber : Kaul et al., 2011]

Epitel sebagai lapisan pelindung untuk jaringan di bawahnya, dibagi

menjadi (a) Permukaan nonkeratin ditemukan pada lapisan mukosa dari

langit-langit lunak, permukaan ventral lidah, dasar mulut, mukosa alveolar,

vestibulum, bibir, dan pipi. (b) Epitel keratin ditemukan di palatal keras dan

area nonfleksibel dari rongga mulut. Sel-sel epitel yang berasal dari sel-sel

basal, matang, mengubah bentuk mereka, dan bertambah besar saat bergerak

menuju permukaan (Kaul et al., 2011).

Ketebalan mukosa mulut bervariasi tergantung situsnya: mukosa

bukal memiliki ketebalan 500-800 µm, sementara ketebalan mukosa dari

palatal keras dan lunak, dasar mulut, ventral lidah, dan gingiva memiliki

ukuran sekitar 100-200 µm. Secara umum, permeabilitas mukosa mulut jika

diurutkan sublingual lebih besar dari bukal, dan bukal lebih besar dari

palatal. Urutan peringkat ini didasarkan pada ketebalan relatif dan tingkat

keratinisasi jaringan ini, dimana mukosa sublingual relatif tipis dan

nonkeratin, bukal tebal dan nonkeratin, dan palatal menengah dalam

ketebalan tetapi keratin (Dwivedi et al., 2013).

Terdapat dua rute kemungkinan penyerapan obat melalui epitel

berlapis skuamosa dari mukosa mulut (Dwivedi et al., 2013) :

1) Transeluler (intraseluler, melewati sel).

2) Paraseluler (antarsel, lewat di sekitar sel).

Page 24: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam rongga mukosa mulut, pengiriman obat diklasifikasikan

menjadi tiga kategori :

1) Pengiriman sublingual: terdiri dari administrasi melalui membran dari

permukaan ventral lidah dan dasar mulut. Mukosa sublingual relatif

permeabel, memberikan penyerapan yang cepat dan ketersediaan hayati

yang dapat diterima banyak obat, nyaman, mudah diakses dan umumnya

dapat diterima dengan baik (Singh et al., 2011).

2) Pengiriman bukal: terdiri dari administrasi melalui mukosa bukal,

terutama terdiri dari lapisan pipi. Mukosa bukal kurang permeabel

dibandingkan daerah sublingual, umumnya tidak mampu memberikan

penyerapan yang cepat dan ketersediaan hayati yang baik dibandingkan

administrasi sublingual (Singh et al., 2011).

3) Pengiriman lokal: terdiri dari administrasi melalui semua daerah lain

kecuali dua daerah di atas. Pengiriman lokal ke jaringan rongga mulut

memiliki sejumlah aplikasi, termasuk pengobatan sakit gigi, penyakit

periodontal, infeksi bakteri dan jamur, aphthous, dan stomaitis gigi serta

dalam memfasilitasi perpindahan gigi dengan prostaglandin (Singh et

al., 2011).

2.3 Gingiva

Gingiva adalah jaringan fibrosa berserat, ditutupi oleh epitel keratin,

yang mengelilingi gigi dan berbatasan dengan ligamen periodontal dan

jaringan mukosa mulut (The American Academy of Periodontology, 2001).

Gingiva dengan kuat terikat pada tulang di bawahnya dan terhubung dengan

mukosa alveolar yang terletak pada bagian apikal dalam keadaan tidak

terikat. Perbatasan dua jenis jaringan ini disebut mucogingival junction.

Gingiva terdiri dari gingiva bebas dan gingiva attached (Panagakos FS dan

Robin M. Davies, 2011). Gingiva bebas merupakan bagian dari gingiva yang

mengelilingi gigi dan tidak langsung melekat pada permukaan gigi

sedangkan gingiva attached merupakan bagian gingiva yang kuat, padat,

berbintik, dan terikat erat ke dasar periosteum, gigi, dan tulang (The

American Academy of Periodontology, 2001). Lebar gingiva attached

bervariasi tergantung situsnya di rongga mulut dan usia fisiologisnya.

Page 25: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3. Jenis Epitel pada Jaringan Periodontal

[sumber : Panagakos FS dan Robin M. Davies, 2011]

Gingiva biasanya berwarna merah muda dan tulang alveolar

berwarna merah tua. Warna dapat bervariasi tergantung pigmentasi

fisiologis antar beberapa ras. Ditemukan bahwa daerah gingiva terluas

berada di geraham rahang bawah dan tersempit berada di daerah gigi seri

dan taring yaitu sekitar 1,8 mm. Struktur epitel gingiva sangat mirip dengan

epidermis. Gingiva terdiri dari epitel permukaan dan jaringan ikat dasar

disebut lamina propria. Gingiva terdiri dari tiga jenis epitel yaitu oral,

sulcular, dan junctional. Gingiva mengandung keratin dan epitel skuamosa

bertingkat. Jenis sel utama adalah keratinosit. Terdapat empat lapisan yang

berbeda, yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, dan

stratum korneum. Tekstur gingiva bervariasi tergantung usia. Pada

umumnya halus pada masa muda, terdapat bintik-bintik pada masa dewasa,

dan menjadi lebih halus pada usia lanjut (Panagakos FS dan Robin M.

Davies, 2011).

2.4 Mukoadhesif

Istilah mukoadhesif umumnya digunakan untuk bahan-bahan yang

mengikat lapisan musin dari membran biologis. Bentuk sediaan ini meliputi

tablet, patch, tape, film, semipadat, dan bubuk. Untuk menjadi polimer

mukoadhesif, polimer harus memiliki beberapa fitur fisikokimia umum

seperti:

Page 26: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1) Hidrofilisitas anion terutama sejumlah kelompok yang dapat membentuk

ikatan hidrogen (Dwivedi et al., 2013).

2) Sifat permukaan yang sesuai untuk membasahi lendir atau mukosa

permukaan jaringan (Dwivedi et al., 2013).

Mekanisme adhesi makromolekul tertentu ke permukaan jaringan

mukosa belum dipahami dengan baik. Mukoadhesif harus tersebar di

substrat untuk memulai kontak yang kuat sehingga meningkatkan kontak

permukaan, mendorong difusi rantai di dalam mukus. Gaya tarikan dan

tolakan akan timbul. Agar mukoadhesif berhasil, kekuatan tarik harus lebih

mendominasi. Setiap langkah dari mekanisme adhesi dipengaruhi oleh sifat

dari bentuk sediaan dan bagaimana sediaan diberikan.

Mekanisme mukoadhesi umumnya dibagi dalam dua langkah:

1) Tahap kontak

Tahap ini ditandai oleh kontak antara bahan mukoadhesif dengan selaput

lendir, disertai dengan penyebaran dan pembengkakan formulasi

selanjutnya memulai kontak lebih dalam hingga menembus lapisan

mukus (Kaul et al., 2011).

2) Tahap konsolidasi

Pada tahap ini bahan mukoadhesif diaktifkan oleh adanya kelembaban.

Sistem moisture plasticizes, yang memungkinkan molekul mukoadhesif

untuk bebas dan terhubung dengan adanya ikatan Van der waals dan

ikatan hidrogen pada lapisan mukus (Kaul et al., 2011).

Gambar 2.4. Dua Tahap dalam Proses Mukoadhesi

[sumber : Kaul et al., 2011 telah diolah kembali]

Page 27: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terdapat enam teori klasik yang diadaptasi dari studi tentang kinerja

beberapa bahan dan polimer adhesif :

1) Teori elektronik

Mekanisme : Gaya elektrostatik menarik antara glikoprotein jaringan

musin dan bahan bioadhesif. Transfer elektron terjadi antara dua bentuk

lapisan ganda muatan listrik pada permukaan (Kaul et al., 2011).

2) Teori pembasahan

Mekanisme : Kemampuan polimer bioadhesif untuk melakukan

penyebaran dan pengembangan sehingga meningkatkan kontak dengan

selaput lendir. Penyebaran koefisien polimer harus positif. Kontak sudut

antara polimer dan sel-sel harus mendekati nol (Kaul et al., 2011).

3) Teori adsorpsi

Mekanisme : gaya permukaan yang dihasilkan dari ikatan kimia. Gaya

primer kuat dihasilkan oleh ikatan kovalen. Gaya sekunder lemah

dihasilkan oleh ikatan hidrogen dan gaya Van der waals (Kaul et al.,

2011).

4) Teori difusi

Mekanisme : Keterikatan fisik untai musin dan rantai polimer fleksibel.

Untuk difusi dan kekuatan adhesi maksimum, parameter kelarutan

polimer bioadhesif dan glikoprotein mukus harus sama (Kaul et al.,

2011).

5) Teori mekanik

Mekanisme : Adhesi muncul dari keterikatan bahan adhesif cair pada

permukaan kasar yang tidak teratur. Permukaan kasar meningkatkan luas

permukaan untuk interaksi dan peningkatan viskoelastis serta

mengurangi faktor penyebab kegagalan pelekatan (Kaul et al., 2011).

6) Teori fraktur

Mekanisme : Analisis gaya yang dibutuhkan untuk memisahkan dua

permukaan setelah adhesi terbentuk. Gaya ini sering dihitung dalam uji

ketahanan terhadap pecahnya ikatan dengan rasio kekuatan pemisahan

maksimal dan total luas permukaan yang terlibat dalam interaksi

perekatan (Singh Sudarshan et al., 2013)

Page 28: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Polimer mukoadhesif terdiri dari polimer larut air dan tidak larut

air yang dapat mengembang dan digabungkan menggunakan agen cross-

linking. Polimer harus memiliki polaritas yang optimal agar terjadi

pembasahan yang cukup oleh mukus serta aliran optimal agar adsoprsi dan

interpenetrasi antar polimer dan mukus dapat berlangsung (Yadaf et al.,

2010).

Polimer mukoadhesif yang melekat pada permukaan epitel musin

secara luas dapat dibagi menjadi 3 kelas, yaitu :

1) Polimer yang menjadi lengket ketika berkontak dengan air dan

memperlihatkan sifat bioadhesifitasnya.

2) Polimer yang melekat secara tidak spesifik, melalui interaksi nonkovalen

terutama ikatan elektrostatik (seperti, ikatan hidrogen dan ikatan

hidrofobik).

3) Polimer yang berikatan secara spesifik dengan reseptor di permukaan

(Yadaf et al., 2010).

Polimer mukoadhesif yang ideal memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1) Tidak beracun dan harus dapat diserap dari saluran pencernaan.

2) Tidak menyebabkan iritasi pada membran mukosa.

3) Sebaiknya dapat membentuk ikatan nonkovalen yang kuat dengan

permukaan sel epitel musin.

4) Harus melekat cepat pada jaringan dan harus memiliki beberapa daerah

spesifik.

5) Kompatibel dengan obat dan tidak menghambat pelepasan obat.

6) Polimer tidak terurai pada penyimpanan atau selama masa simpan

sediaan.

7) Harga polimer tidak terlalu mahal sehingga bentuk sediaan yang

dihasilkan tetap kompetitif (Yadaf et al., 2010).

Kekuatan bioadhesif polimer dipengaruhi oleh sifat polimer dan sifat

dari lingkungan maupun medium sekitarnya.

1) Faktor terkait polimer

a. Berat molekul

Berat molekul optimal untuk bioadhesi maksimum tergantung pada

jenis polimer bioadhesif. Pada umumnya untuk menghasilkan sifat

Page 29: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bioadhesif polimer harus memiliki berat molekul minimal 100.000.

Misalnya, polietilen glikol (PEG) dengan berat molekul 20.000,

memiliki kemampuan bioadhesif yang kurang, sedangkan PEG

dengan berat molekul 200.000 dan PEG dengan berat molekul

400.000 memiliki sifat bioadhesif yang lebih baik. Fakta ini

menunjukkan bahwa sifat bioadhesif meningkat dengan semakin

besarnya berat molekul polimer (Yadaf et al., 2010).

b. Konsentrasi polimer aktif

Terdapat konsentrasi optimum polimer bioadhesif untuk

menghasilkan bioadhesi maksimal. Dalam sistem yang mengandung

polimer berkonsentrasi tinggi dan melampaui tingkat optimum akan

menyebabkan kekuatan adhesi turun secara signifikan karena

molekul tergulung menjadi terpisah dari media sehingga rantai yang

digunakan untuk proses interpenetrasi menjadi terbatas (Yadaf et al.,

2010).

c. Fleksibilitas rantai polimer

Hal ini merupakan faktor penting untuk proses interpenetrasi dan

membentuk gulungan. Polimer yang larut dalam air membentuk

ikatan silang, sehingga mobilitas masing-masing rantai polimer

berkurang, dengan demikian panjang rantai efektif yang dapat

menembus ke dalam lapisan mukus berkurang, hal ini akan

mengurangi kekuatan bioadhesif (Yadaf et al., 2010).

d. Konformasi spasial

Selain berat molekul atau panjang rantai, konformasi spasial dari

molekul juga penting. Meskipun dekstran memiliki berat molekul

besar dari 19.500.000, dekstran memiliki kekuatan bioadhesif yang

mirip dengan polietilen glikol dengan berat molekul 200.000.

Konformasi heliks dekstran dapat melindungi gugus aktif pada bahan

bioadhesif, terutama gugus yang bertanggung jawab terhadap sifat

adhesifnya, sedangkan polimer PEG memiliki konformasi linier

(Yadaf et al., 2010).

Page 30: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2) Faktor Lingkungan

a. Lokasi pelekatan

Lokasi pelekatan dari sistem bioadhesi mempengaruhi kekuatan

adhesinya. Kekuatan adhesi meningkat dengan kekuatan saat aplikasi

atau dengan durasi pengaplikasiannya hingga optimal. Tekanan awal

pengaplikasian pada jaringan mukoadhesif efektif dalam menentukan

kedalaman dari saling berpenetrasi. Jika tekanan tinggi diterapkan

untuk jangka waktu yang cukup lama, polimer dapat menjadi

mukoadhesif walaupun polimer tersebut tidak memiliki interaksi

yang menarik dengan mukus (Yadaf et al., 2010).

b. pH

Hal ini dapat mempengaruhi muatan pada permukaan mukus serta

polimer bioadhesif terionisasi tertentu. Mukus akan memiliki

kerapatan muatan yang berbeda bergantung pada pH. Hal ini

dikarenakan perbedaan dalam disosiasi gugus fungsi pada bagian

karbohidrat dan asam amino dari rantai polipeptida. pH medium juga

penting untuk tingkat hidrasi asam poliakrilat silang, dimana

menunjukkan peningkatan konsisten hidrasi pada pH 4 sampai 7

kemudian mengalami penurunan pada suasana alkali dan

meningkatkan kekuatan ion (Yadaf et al., 2010).

c. Waktu kontak awal

Waktu kontak antara bahan bioadhesif dan lapisan mukus

menentukan derajat pengembangan dan interpenetrasi dari rantai

polimer bioadhesif. Selain itu, kekuatan bioadhesif meningkat

dengan peingkatan waktu kontak awal (Yadaf et al., 2010).

d. Pembengkakan

Hal ini tergantung pada konsentrasi polimer, konsentrasi ion, serta

keberadaan air (Yadaf et al., 2010).

3) Perubahan fisiologis

a. Waktu pergantian musin

Pergantian musin secara normal sangat penting karena dua alasan.

Yang pertama, pergantian musin mengakibatkan adanya batasan

pelekatan dari bahan mukoadhesif pada lapisan mukus. Walaupun

kekuatan adhesi yang besar dari bahan bioadhesi, bahan tersebut

Page 31: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dapat terlepas akibat pergantian musin. Alasan yang kedua,

pergantian musin menghasilkan senyawa antara yang larut dalam

molekul musin. Molekul tersebut berinteraksi dengan bahan

mukoadhesi sebelum memberi kesempatan untuk berinteraksi

dengan lapisan mukosa. Pergantian musin bergantung pada faktor

lain seperti makanan (Yadaf et al., 2010).

b. Fisikokimia mukus

Fisikokimia dari mukus dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang

diakibatkan suatu penyakit, seperti flu, tukak lambung, infeksi

bakteri dan jamur pada saluran reproduksi wanita (Yadaf et al.,

2010).

2.5 Patch

Patch merupakan suatu bentuk sediaan matriks tipis yang tidak larut

terdiri dari satu atau lebih lapisan atau film polimer yang mengandung obat

dan/atau eksipien lain. Patch dapat mengandung lapisan polimer

mukoadhesif yang berikatan dengan mukosa mulut, gingiva, atau gigi untuk

mengontrol pelepasan obat ke mukosa mulut (pelepasan searah), rongga

mulut (pelepasan searah), atau keduanya (pelepasan dua arah). Patch

dilepaskan dari mulut dan dibuang setelah jangka waktu tertentu. Patch ideal

harus fleksibel, elastis, dan lembut namun cukup kuat untuk menahan

kerusakan akibat aktivitas mulut. Selain itu, patch juga harus menunjukkan

kekuatan mukoadhesif yang baik sehingga dapat bertahan di mulut sesuai

waktu yang diharapkan (Shravan, et al., 2012).

Patch terdiri dari dua tipe yaitu :

1) Tipe matriks (dua arah) : patch dibuat dalam bentuk matriks

mengandung obat, bahan adhesive, dan zat tambahan yang dicampurkan

bersama. Patch dua arah melepaskan obat pada mukosa dan mulut

(Shravan, et al., 2012).

2) Tipe reservoir (searah) : patch dibuat dalam sistem reservoir

mengandung sebuah ruang untuk obat dan zat tambahan terpisah dari

bahan adhesif. Lapisan backing impermeable digunakan untuk

mengontrol sistem penghantaran searah; untuk mengurangi perubahan

Page 32: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bentuk dan hancurnya patch ketika di mulut; dan untuk mencegah

kehilangan obat (Shravan, et al., 2012).

Proses pembuatan patch :

1) Solvent casting method : solvent casting merupakan proses yang banyak

digunakan untuk pembuatan patch. Hal ini dikarenakan prosesnya

mudah dan murah. Biasanya digunakan untuk penelitian skala labor.

Terdiri dari enam langkah :

a. Pembuatan larutan cetak

b. Deaeration larutan (menghilangkan molekul udara dari larutan)

c. Pemindahan larutan ke dalam cetakan sesuai volume yang

dibutuhkan

d. Pengeringan larutan

e. Pemotongan sediaan kering yang mengandung sejumlah obat yang

diinginkan

f. Pengemasan

Reologi larutan cetak akan menentukan derajat pengeringan dan

keseragaman kandungan zat aktif serta penampilan fisik film. Patch

yang terbentuk dari larutan yang mengandung gelembung udara akan

menghasilkan permukaan yang tidak rata dan ketebalan yang heterogen

(Shravan, et al., 2012).

2) Direct milling : pada metode ini, patch dibuat tanpa menggunakan

pelarut. Obat dan eksipien secara mekanis dicampur dengan

penggilingan langsung atau dengan meremas, tanpa adanya cairan.

Setelah proses pencampuran, bahan yang dihasilkan digulung pada

release liner sampai ketebalan yang diinginkan tercapai. Bahan backing

kemudian dilaminasi seperti yang dijelaskan sebelumnya (Shravan, et

al., 2012).

3) Hot melt extrusion : pada metode ini bahan dilelehkan dan kemudian

ditekan melalui sebuah lubang untuk menghasilkan bahan yang

homogen dalam berbagai bentuk seperti butiran, tablet, atau film.

Metode ini telah digunakan untuk pembuatan tablet matriks dengan

pelepasan terkendali, pelet dan butiran serta film yang hancur di mulut

(Shravan, et al., 2012).

Page 33: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Semisolid casting : pada metode ini, awalnya disiapkan larutan film larut

air pembentuk polimer. Larutan yang dihasilkan ditambahkan ke larutan

polimer tidak larut asam (seperti, selulosa asetat ptalat, selulosa asetat

butirat) yang disiapkan pada ammonium atau NaOH. Kemudiah

sejumlah plasticizer ditambahkan sehingga membentuk massa gel.

Setelah itu massa gel dicetak menjadi film menggunakan heat control

drums (Sharma et al., 2012).

5) Solid dispersion extrusion : pada metode ini digunakan untuk komponen

yang tidak dapat dicampur dengan obat. Selanjutnya dispersi padat

dibentuk menjadi film oleh die (Sharma et al., 2012).

6) Rolling method : dalam metode rolling larutan atau suspensi yang

mengandung obat digulung pada pembawa. Larutan utama air dan

campuran air dan alkohol. Film dikeringkan di roller dan dipotong

sesuai bentuk dan ukuran yang diinginkan (Sharma et al., 2012).

Komposisi utama patch terdiri dari :

1) Zat aktif

Menurut literatur zat aktif yang dapat ditambahkan yaitu 5%-25% b/b

dari berat total polimer. Untuk formulasi yang efektif, dosis obat yang

digunakan harus dalam milligram (kurang dari 20 mg/hari). Obat yang

mengalami first pass metabolism dan obat untuk pasien noncompliant

merupakan obat yang sesuai untuk dibuat dalam bentuk patch

mukoadhesif (R. Yogananda dan Rakesh Bulugondla, 2012).

2) Polimer mukoadhesif

Polimer mukoadhesif digunakan agar perangkat pengiriman obat

melekat pada daerah target dan menghasilkan penghantaran obat yang

maksimal karena dapat kontak dalam waktu yang lama (R. Yogananda

dan Rakesh Bulugondla, 2012).

3) Backing membran

Backing membran yang Impermeable dapat digunakan untuk mengontrol

arah pelepasan obat, mencegah hilangnya obat, dan meminimalkan

perubahan bentuk dan hancurnya device selama waktu aplikasi (R.

Yogananda dan Rakesh Bulugondla, 2012).

Page 34: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4) Peningkat penetrasi

Peningkat penetrasi merupakan senyawa yang dapat meningkatkan laju

permeasi pada membran mukosa. Bahan harus aman, tidak toksik, secara

farmakologi dan secara kimia inert, tidak mengiritasi serta nonalergi

(Kaul, et al., 2011).

5) Plasticizer

Merupakan unsur yang penting dalam formulasi film. Sifat mekanis

seperti daya tarik dan elongasi film dapat ditingkatkan menggunakan

plasticizer. Agen ini juga dapat meningkatkan fleksibilitas film dan

mengurangi kerapuhan film. Aliran polimer juga akan lebih baik dengan

penambahan plasticizer (R. Yogananda dan Rakesh Bulugondla, 2012).

6) Zat tambahan lain seperti bahan pengencer, bahan perasa dan pemanis

(R. Yogananda dan Rakesh Bulugondla, 2012).

2.6 Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak memiliki nama kimia natrium 2-[(2,6-

diklorofenil)amino]fenil]asetat dan rumus molekul C14H10Cl2NNaO2 dengan

berat molekul 318,1 serta memiliki titik lebur pada suhu 280ºC. Natrium

diklofenak berwarna putih atau agak kekuningan, sedikit higroskopis, dan

berbentuk bubuk kristal. Natrium diklofenak sedikit larut dalam air, mudah

larut dalam metanol, larut dalam etanol 96%, sedikit larut dalam aseton

(British Pharmacopoiea, 2009).

Gambar 2.5. Struktur Kimia Natrium Diklofenak

[sumber : Sweetman, 2009]

Diklofenak, turunan asam fenilasetat, merupakan golongan NSAID.

Diklofenak sering digunakan terutama dalam bentuk garam natrium untuk

menghilangkan rasa sakit dan peradangan dalam berbagai kondisi

(Sweetman, 2009). Obat antiradang bukan steroid atau yang lazim

dinamakan Non-streroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) adalah

Page 35: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

golongan obat yang terutama bekerja perifer, memiliki aktivitas penghambat

radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin

melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase (Kartasasmita,

2002).

Pada umumnya dosis oral atau rektal natrium diklofenak adalah 75-

150 mg sehari dalam dosis terbagi. Sediaan natrium diklofenak modified-

release tersedia untuk pemberian oral. Diklofenak juga diberikan secara

intramuskular, intravena, dan topikal. Natrium diklofenak digunakan sebagai

larutan tetes mata 0,1% pada sejumlah kondisi (Sweetman, 2009).

Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan

lengkap. Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek

metabolisme lintas pertama (first pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu

paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak diakumulasi di cairan sinovial yang

menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat

tersebut (Nalfriadi dan Rianto Setiabudy, 2007). Diklofenak dimetabolisme

menjadi 4'- hidroksidiklofenak, 5-hidroksidiklofenak, 3'- hidroksidiklofenak

dan 4',5- di hidroksidiklofenak. Obat ini kemudian diekskresikan dalam

bentuk glukuronida dan konjugat sulfat, terutama dalam urin (sekitar 60%),

dan juga dalam empedu (sekitar 35%), kurang dari 1% diekskresikan

sebagai diklofenak (Sweetman, 2009).

Efek samping yang lazim adalah mual, gastritis, eritema kulit dan

sakit kepala sama seperti semua NSAID, pemakaian obat ini harus berhati-

hati pada pasien tukak lambung. Peningkatan enzim transaminase dapat

terjadi pada 15% pasien dan umumnya kembali ke normal (Nalfriadi dan

Rianto Setiabudy, 2007).

Pemberian diklofenak secara sistemik dikontraindikasikan pada

pasien dengan gangguan hati atau ginjal berat. Selain itu, penggunaan

diklofenak secara intravena dikontraindikasikan pada pasien dengan

gangguan ginjal sedang atau berat, hipovolemia, atau dehidrasi, dan tidak

boleh diberikan secara intravena pada pasien dengan riwayat hemoragik

diatesis, perdarahan serebrovaskuler (termasuk yang dicurigai), atau asma

atau pada pasien yang menjalani operasi dengan risiko tinggi perdarahan

(Sweetman, 2009).

Page 36: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)

Hidroksi Propil Metil Selulosa dengan nama lain Benecel MHPC;

hypromellose; E464; HPMC; hypromellosum; Methocel; methylcellulose

propylene glycol ether; methyl hydroxypropylcellulose; Metolose; MHPC;

Pharmacoat; Tylopur; Tylose MO; memiliki berat molekul sekitar 10.000-

1.500.000 (Rowe, Paul and Marian, 2009).

Keterangan: R adalah H, CH3, atau CH3CH(OH)CH2

Gambar 2.6. Struktur Kimia HPMC

[sumber : Rowe, Paul and Marian, 2009]

HPMC tidak berbau dan berasa, putih atau berserat berbentuk granul

bubuk berwarna putih kekuningan. Larut dalam air dingin, membentuk

larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam air panas, kloroform, etanol

(95%), dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol dan diklorometana,

campuran metanol dan diklorometana, serta campuran air dan alkohol.

Beberapa grade dari HPMC larut dalam larutan aseton, campuran aseton dan

propan-2-ol, dan pelarut organik lainnya. Beberapa grade dapat

mengembang dalam etanol. Berbagai macam jenis viskositas tersedia secara

komersial (Rowe, Paul and Marian, 2009).

HPMC sering digunakan sebagai eksipien dalam formulasi farmasi

oral, mata, hidung, dan topikal sebagai bahan bioadhesif, zat penyalut, zat

pendispersi, zat pengemulsi, penstabil emulsi, zat pembentuk film, foaming

agent, membantu proses granulasi, bahan mukoadhesif, pengikat tablet,

peningkat viskositas dan digunakan untuk mengatur kecepatan pelepasan

obat. HPMC juga digunakan secara luas dalam kosmetik dan produk

makanan. HPMC umumnya dianggap sebagai bahan nontoksik dan tidak

menyebabkan iritasi. Mengkonsumsi HPMC oral dengan berlebihan dapat

mengakibatkan efek pencahar. WHO belum menyatakan asupan harian yang

diizinkan untuk HPMC (Rowe, Paul and Marian, 2009).

Page 37: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HPMC tidak bercampur dengan beberapa zat pengoksidasi kuat.

HPMC merupakan polimer nonionik, sehingga tidak membentuk kompleks

dengan garam logam atau ion organik dan tidak membentuk endapan yang

tidak terlarut. Larutan HPMC stabil pada pH 3-11 (Rowe, Paul and Marian,

2009).

2.8 Natrium Karboksi Metil Selulosa (NaCMC)

Natrium Karboksi Metil Selulosa dengan nama lain Akucell;

Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum natricum;

Cel-O-Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC sodium; E466; Finnfix;

Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodium cellulose glycolate; Sunrose;

Tylose CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-Mucine. NaCMC memiliki bobot

molekul 90.000-700.000 dan titik lebur sekitar 227-252ºC (Rowe, Paul and

Marian, 2009).

NaCMC berwarna putih hingga hampir putih, tidak berbau dan

berasa, bubuk granular serta bersifat higroskopis setelah pengeringan.

Praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter, dan toluena. Mudah

terdispersi dalam air pada semua suhu, membentuk larutan koloid jernih.

Kelarutan dalam air bervariasi tergantung pada derajat substitusi (Rowe,

Paul and Marian, 2009). Film oral dengan polimer NaCMC dapat stabil

ketika polimer dilarutkan dalam campuran air dan alkohol yang

ditambahkan hingga mencapai batas tertentu, ketika campuran air dan

alkohol berlebih atau alkohol murni digunakan polimer akan cepat

mengendap (Nagar, Chauhan & Yasir, 2011).

Gambar 2.7. Struktur Kimia NaCMC

[sumber : Rowe, Paul and Marian, 2009]

Page 38: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Viskositas larutan 1% b/v NaCMC memiliki nilai 5-2000 mPa (5-

2000 cP). Peningkatan konsentrasi menghasilkan peningkatan viskositas

larutan. Pemanasan yang lama pada suhu tinggi dapat menurunkan

viskositas. Larutan kental NaCMC stabil pada pH 4-10. Nilai pH optimum

adalah netral (Rowe, Paul and Marian, 2009).

NaCMC digunakan dalam beberapa formulasi oral, topikal, dan

parenteral sebagai zat penyalut, penstabil, suspending agent, disintegran

tablet dan kapsul, pengikat tablet, zat peningkat viskositas dan zat penyerap

air. NaCMC juga banyak digunakan dalam kosmetik, perlengkapan mandi

dan produk makanan. Pada umumnya NaCMC dianggap sebagai bahan

nontoksik dan noniritasi. Namun, mengkonsumsi NaCMC oral dalam

jumlah besar dapat mengakibatkan efek pencahar. WHO belum menetapkan

asupan harian yang dapat diterima untuk NaCMC sebagai bahan tambahan

makanan karena tingkat yang diperlukan untuk mencapai efek yang

diinginkan tidak dianggap berbahaya bagi kesehatan (Rowe, Paul and

Marian, 2009).

NaCMC tidak cocok dengan xanthan gum, larutan asam kuat dan

senyawa logam seperti aluminium, merkuri, dan zink. Pengendapan terjadi

apabila nilai pH kurang dari 2 dan ketika dicampur dengan etanol 95%.

Membentuk kompleks dengan gelatin, pektin, dan kolagen. NaCMC

merupakan bahan yang stabil walaupun higroskopis. Di bawah kondisi

lembab dapat menyerap sejumlah besar (>50%) air. Larutan aqueous stabil

pada pH 2-10 dan kekentalan larutan menurun dengan cepat di atas pH 10.

Secara umum viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9 (Rowe, Paul

and Marian, 2009).

Polimer NaCMC digunakan sebagai penghantar mukoadhesif karena

kemampuannya dalam membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan musin

pada lapisan mukosa (Grag et al., 2011). NaCMC memiliki gugus fungsi

karboksil yang memberikan muatan negatif pada nilai pH yang melebihi

nilai pKa polimer (Singh, Govind, & Bothara, 2013).

2.9 Poliuretan

Poliuretan (PU) adalah kelas polimer yang mengandung sejumlah

besar kelompok uretan dalam molekulnya yang merupakan hasil reaksi

Page 39: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kimia antara gugus hidroksil dan kelompok isosianat. PU merupakan

kelompok polimer yang banyak digunakan sebagai biomaterial dalam

aplikasi klinis. Hal ini dikarenakan PU memiliki sifat fisik dan mekanik

yang sangat baik dan kompatibilitasnya terhadap darah relatif baik.

Kelompok polimer ini memiliki keragaman karena adanya perbedaan

komposisi kimia dan sifat seperti elastisitas, toleransi dalam tubuh, daya

tahan dan penyesuaian, yang umumnya lebih baik daripada polimer lain

(Istanbullu et al., 2013).

Tegaderm adalah film transparan dengan backing hipoallergenik,

bebas latex yang menempel dengan baik, lembut dan aman bagi kulit.

Bersifat breathable, steril, transparan dan tahan air, serta dapat melindungi

dari berbagai kontaminan eksternal. Breathability dari Tegaderm

memungkinkan terjadinya penguapan air dan pertukaran gas yang sangat

penting untuk menjaga fungsi kulit normal. Tegaderm memiliki adhesi awal

yang baik dan tidak mengakibatkan peningkatan adhesi yang berlebihan

pada waktu diaplikasikan, bahkan untuk penggunaan dalam waktu yang

lama, risiko ketidaknyamanan pasien dan trauma kulit jarang terjadi ketika

tegaderm dilepas dengan benar (3MTM, 2012).

Gambar 2.8. Struktur Kimia Poliuretan

[sumber : Istanbullu et al., 2013]

Penelitian yang dilakukan Desai et al. (2012) menggunakan lapisan

backing film Tegaderm pada sediaan patch mukoadhesif oral yang

mengandung fenretinide untuk kemoprevensi penyakit kanker mulut. Selain

itu, Jadhav et al. (2009) melakukan uji iritasi primer pada manusia terhadap

sediaan patch transdermal natrium diklofenak yang mengandung backing

membran 3M (tegaderm) dan dihasilkan bahwa film transdermal tidak

menyebabkan iritasi pada kulit.

Page 40: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

23

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1,

Laboratorium Penelitian 2 dan Laboratorium Sediaan Padat Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Laboratorium Multiguna dan Laboratorium Biologi

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian berlangsung 4

bulan, dari bulan Januari hingga April 2014.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Dissolution tester (erweka DT626HH), disintegrator (electrolab

ED-2L), spektrofotometer UV visible (hitachi U-2910), mikroskop optik

(olympus IX 71, jepang), Oven (eyela NDO- 400, jepang), franz diffusion

cell, timbangan analitik (AND GH-120), viskotester HAAKE 6R,

pengaduk magnetik (advantec SRS710HA), mikrometer digital (mitutoyo,

jepang), freezer, pH meter (horiba F-52), cetakan film, Cutter, gunting,

spuit, vial, dan alat-alat gelas yang sering dipakai di laboratorium.

3.2.2 Bahan

Natrium diklofenak (PT. Indofarma), hidroksi propil metil selulosa

50 cPs (ShinEtsu, Japan), natrium karboksi metil selulosa 50 cPs

(BLANOSE® 7M1F), film tipis transparan TegadermTM

1624 W (3M

health Care), propilenglikol (PT. Brataco), gliserin (PT. Brataco), etanol

70%, silica blue (PT. Brataco), natrium hidroksida (Merck), kalium

dihidrogen fosfat (Merck), aquadest, cyanoacrylate adhesive, kertas

saring, mukosa gingiva sapi, tissue, aluminium foil, dan plastik wrap.

Page 41: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1 Formula Patch

Melalui perhitungan, maka tiap 20 gram formula mengandung komponen-

komponen seperti yang ada dalam tabel 3.1.

3.3.1.1 Preparasi Cairan Pembentuk Film (CPF)

HPMC dan NaCMC ditimbang secara akurat. Kemudian NaCMC

dilarutkan dalam 10 gram aquadest pada gelas beker dan diaduk dengan

menggunakan pengaduk magnetik. Pada beker terpisah, HPMC dilarutkan

dalam 7,5 gram etanol 70% dan diaduk dengan menggunakan pengaduk

magnetik. Setelah kedua polimer larut, campurkan larutan polimer HPMC

ke dalam larutan polimer NaCMC dan aduk hingga homogen. Masukkan

natrium diklofenak, propilenglikol dan gliserin yang sudah dilarutkan

menggunakan sisa etanol 70% ke dalam larutan polimer dan diaduk hingga

homogen dengan bantuan pengaduk magnetik. Kemudian diamkan CPF

untuk menghilangkan molekul udara. Sebelum dimasukkan ke dalam

cetakan, viskositas larutan polimer diukur terlebih dahulu (Chaudhary

Amit, 2012, dengan modifikasi).

Tabel 3.1. Formula Patch Natrium Diklofenak

BAHAN FORMULA (gram)

F1 F2 F3

Natrium diklofenak 0,02 0,02 0,02

HPMC 0,267 0,2 0,133

Na CMC 0,133 0,2 0,267

Gliserin 0,16 0,16 0,16

Propilen glikol 0,04 0,04 0,04

Aquadest 10 10 10

Etanol 70% add 20 20 20

3.3.1.2 Preparasi Patch

Tahap selanjutnya CPF dituang ke cetakan lalu dikeringkan di dalam oven

suhu 60ºC selama kurang lebih 24 jam. Setelah kering, CPF yang telah

berubah menjadi film dipisahkan dari cetakan. Film yang terbentuk

Page 42: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disimpan dalam wadah kedap udara yang berisi silika, setelah bobot

konstan film dipotong sesuai ukuran. Sebagian film kemudian dilapisi

dengan backing membran tegaderm sehingga menjadi patch, kemudian

patch dievaluasi karakteristiknya.

3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8

Dibuat dengan mencampur sebanyak 250 mL larutan kalium dihidrogen

fosfat 0,2 M dengan 112 mL NaOH 0,2 M kemudian dicukupkan

volumenya dengan air bebas karbondioksida hingga volumenya 1000 mL.

3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks)

Dilakukan scanning panjang gelombang dari larutan standar natrium

diklofenak dengan konsentrasi 6 ppm menggunakan spektrofotometer UV-

Visibel dengan panjang gelombang 200-300 nm (Wardana, 2013).

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Natrium Diklofenak

Ditimbang secara akurat 5 mg Natrium diklofenak kemudian dilarutkan

dalam 50 mL buffer fosfat pH 6,8 sehingga diperoleh larutan induk standar

sebesar 100 μg/mL. Dari larutan induk tersebut diambil sebanyak 200,

400, 600, 800, dan 1000 μL kemudian dicukupkan volumenya hingga 10

mL, sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm.

Masing-masing larutan standar natrium diklofenak diambil dan diukur

absorbansi larutan tersebut dengan panjang gelombang maksimum 275,5

nm sesuai hasil scanning sebelumnya (Wardana,2013).

3.3.4 Evaluasi Viskositas Cairan Pembentuk Film (CPF)

Pengujian dilakukan menggunakan viskotester HAAKE 6R terhadap

setiap CPF sesuai formula menggunakan spindel R2 dengan kecepatan

putar 100 rpm pada suhu ruang (R. Yogananda & Bulugondla, 2012

dengan modifikasi secara triplo).

Page 43: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.5 Organoleptis Film

Pengamatan mikroskopik penampang membujur dan melintang film serta

makroskopik secara visual fisik film dan patch meliputi warna dan tekstur

permukaan (J. Balasubramanian et al., 2012).

3.3.6 Pengambilan Sampel

Sampel yang akan dikarakterisasi harus memiliki kadar natrium diklofenak

yang sama atau hampir sama. Oleh karena itu, dipilih film dengan bobot

yang sama atau hampir sama, dengan asumsi bahwa film dengan bobot

yang sama memiliki kandungan natrium diklofenak yang sama. Bobot film

dengan luas yang sama dapat dipengaruhi oleh ketebalan film, sehingga

perlu diukur keragaman ketebalan film untuk mendapatkan sampel yang

sama atau hampir sama.

3.3.6.1 Pengukuran Bobot Sampel

Pengujian dilakukan dengan cara menimbang film dan dipilih film dengan

bobot yang sama atau hampir sama kemudian dihitung massa rata-ratanya

dan simpangan bakunya (R. Yogananda & Bulugondla, 2012 dengan

modifikasi).

3.3.6.2 Pengukuran Ketebalan Sampel

Ketebalan film NaCMC diukur dengan mikrometer digital di 3 titik pada

masing-masing film, kemudian dihitung rata-rata ketebalannya dan

dinyatakan dalam satuan mikrometer (μm) (R. Yogananda & Bulugondla,

2012 dengan modifikasi).

3.3.6.3 Pengukuran Kandungan Natrium Diklofenak pada Sampel

Jumlah kandungan obat dari film ditentukan berdasarkan berat kering obat

dan polimer yang digunakan dengan cara metode Spektrofotometer UV.

Tiga unit film dengan bobot yang sama atau hampir sama dari setiap

formula diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

ditambahkan 100 mL dapar fosfat pH 6,8 dan etanol 70% (1:1) dan aduk

hingga film terlarut sempurna. Larutan disaring, diencerkan dan

absorbansi dibaca pada panjang gelombang maksimum. Rata-rata dari tiga

Page 44: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

film dianggap sebagai kandungan obat dalam satu unit film (Chaudhary

Amit, 2012 dengan modifikasi)

3.3.7 Evaluasi Patch

3.3.7.1 Uji Pelipatan

Pengujian dilakukan dengan cara melipat secara berulang satu patch

dengan ukuran 2x1 cm2 pada tempat yang sama hingga patch patah atau

dilipat hingga 300 kali secara manual. Jumlah lipatan yang dapat dilipat

pada tempat yang sama tanpa patah memberikan nilai daya tahan lipatan

(R. Yogananda & Bulugondla, 2012 secara triplo).

3.3.7.2 Pengukuran pH Permukaan

Patch dengan ukuran 2x1 cm2 dibiarkan mengembang pada 1 mL aquadest

(pH 7) selama 2 jam dalam suhu ruang, kemudian pH permukaan diukur

menggunakan kertas indikator pH universal (R. Yogananda dan

Bulugondla, 2012 dimodifikasi secara triplo).

3.3.7.3 Penetapan Kadar Air Patch

Penetapan kadar air dilakukan menggunakan metode thermogravimetri.

Botol timbang dicuci dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu

105±5°C. setelah itu, bobot botol timbang dan sampel diukur

menggunakan timbangan analitik. Sampel dikeringkan menggunakan oven

pada suhu 105±5°C selama satu jam. Kemudian dinginkan pada desikator

selama 15 menit. Bobot sampel diukur kembali. Sampel dipanaskan

kembali hingga bobot konstan (Buckle et al., 2008 dengan modifikasi

secara duplo).

Kadar air dihitung menggunakan persamaan berikut :

( )

Keterangan: Wo = bobot awal sampel, dan Wt = bobot akhir sampel

3.3.7.4 Uji Derajat Pengembangan (Swelling Index Studies)

Patch dengan ukuran 1x1 cm2

dari setiap formula ditimbang secara akurat,

kemudian ditempatkan ke dalam cawan petri yang mengandung 25 mL

dapar fosfat pH 6,8. Bobot patch ditimbang setiap 5 menit. Sebelum

Page 45: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditimbang, patch dikeringkan dengan tissue. Pengujian dilakukan hingga

menit ke-30.

Derajat pengembangan (%S) dihitung dengan persamaan (R. Yogananda

& Bulugondla, 2012 dengan modifikasi secara triplo) :

Keterangan : Xo = bobot sebelum (gram) dan Xt = bobot setelah

berkontak dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 (gram)

3.3.7.5 Uji Waktu Tinggal (in vitro residence time)

Uji waktu tinggal patch dengan ukuran 2x1 cm2 dilakukan menggunakan

disintegrator yang dimodifikasi. Uji waktu tinggal menggunakan 800 mL

larutan dapar fosfat pH 6,8 yang dipertahankan suhunya pada 37ºC ± 0,2

sebagai larutan medium. Mukosa dari gusi sapi segar disiapkan dan

direkatkan di atas permukaan kaca dengan bantuan perekat (cyanoacrylate

adhesive). Sebelum patch diletakkan di atas mukosa gusi, lapisan mukosa

terlebih dahulu dibasahi dengan 50 μL larutan dapar fosfat pH 6,8 lalu

patch diletakkan di atas permukaan mukosa dengan sedikit ditekan. Kaca

tersebut dimasukkan ke dalam alat disintegrator, lalu diamati waktu yang

diperlukan hingga patch terlepas dari permukaan mukosa gusi (Reddy et

al., 2011 dengan modifikasi secara triplo).

3.3.7.6 Uji Kemampuan Disolusi Zat Aktif

Berdasarkan United States Pharmacopeia (USP) XXIII-B metode dayung

berputar digunakan untuk mempelajari pelepasan obat dari patch yang

terdiri dari dua lapis atau lebih. Medium disolusi yang digunakan adalah

larutan buffer fosfat pH 6,8 sebanyak 900 mL dilakukan pada suhu 37°C ±

0,5°C, dengan kecepatan putaran 50 rpm. Lapisan back dari patch

dilekatkan pada piringan kaca dengan menggunakan bahan perekat.

Piringan ditempatkan di bagian bawah wadah disolusi. Sampel (5 mL)

ditarik pada interval waktu yang telah ditentukan dan diganti dengan

sejumlah larutan dapar fosfat pH 6,8 dengan volume yang sama. Sampel

disaring melalui kertas saring whatman dan dianalisis untuk mengetahui

kandungan obat setelah dilakukan pengenceran yang tepat (Koyi dan

Khan, 2013 dengan modifikasi secara triplo).

Page 46: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.7.7 Uji Kemampuan Difusi Zat Aktif

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan franz tipe glass diffusion

cell pada suhu 37ºC ± 0,2ºC. Mukosa gusi sapi segar diletakkan di antara

kompartemen donor dan reseptor. Patch dengan ukuran 2x1 cm2

diletakkan dengan bagian lapisan film menghadap ke arah mukosa.

Kompartemen donor diisi dengan 1 mL buffer fosfat pH 6,8.

Kompartemen reseptor diisi dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 dan diaduk

mengunakan pengaduk magnetik dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval

menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 diambil 1 mL

larutan dapar fosfat pH 6,8 dari kompartemen reseptor dan ditambahkan

juga sejumlah larutan dapar fosfat pH 6,8 dengan volume yang sama.

Kemudian larutan tersebut diencerkan dan dianalisis dengan menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum (R. Yogananda &

Bulugondla, 2012 dengan modifikasi secara triplo).

Page 47: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Patch

Pada penelitian ini diformulasikan patch gingiva mukoadhesif untuk

penghantaran lokal. Patch terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan utama

menggunakan kombinasi polimer hidrofilik HPMC dan NaCMC yang

mengandung zat aktif dan lapisan backing membran yang impermeable

yaitu film tipis transparan tegaderm untuk melindungi lapisan film agar zat

aktif tidak berdifusi ke saliva. Zat aktif yang digunakan adalah natrium

diklofenak dengan kadar pada setiap formula sebanyak 5% b/b polimer

kering.

Lapisan utama dibuat menggunakan kombinasi polimer sebanyak

2% b/b dalam 3 perbandingan konsentrasi polimer yang berbeda yaitu

HPMC:NaCMC berturut-turut adalah 2:1 (F1), 1:1 (F2), dan 1:2 (F3).

Penggunaan gliserin dengan kadar 40% dari bobot polimer kering sebagai

plasticizer didasarkan atas proses optimasi yang telah dilakukan

sebelumnya dalam uji pendahuluan, dimana film yang dihasilkan memiliki

kelenturan yang baik. Sedangkan pemilihan propilenglikol 10% sebagai

peningkat penetrasi didasarkan atas sifat propilenglikol yang termasuk

kelas poliol memiliki mekanisme transport paraseluler dan memiliki

mekanisme aksi dengan cara mengganggu susunan lipid interseluler

(Dodla & Sellappan, 2013) sehingga diharapkan obat dapat cepat

berpenetrasi ke dalam gingiva yang mengandung kreatinin.

Sediaan film dibuat menggunakan metode solvent casting karena

mudah dan sesuai digunakan untuk penelitian skala labor. Solvent casting

adalah teknik pencetakan film yang setiap komponen dilarutkan dahulu

dalam pelarutnya, kemudian dicampurkan dan dicetak pada suhu tertentu.

Berdasarkan kelarutan bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi

maka digunakan campuran pelarut air dan etanol 70%. Pemilihan pelarut

ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Wardana (2013) dalam

pembuatan film NaCMC yang mengandung natrium diklofenak dan

dilakukan pula proses optimasi sebelumnya untuk memastikan bahwa

semua bahan dapat terlarut sempurna sehingga menghasilkan film yang

Page 48: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

homogen. Film dibuat dengan mencampurkan larutan polimer dengan

larutan natrium diklofenak yang telah ditambahkan propilenglikol dan

gliserin, kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik. Setelah homogen

campuran larutan didiamkan untuk menghilangkan molekul udara. Setelah

molekul udara hilang, viskositas larutan polimer diukur kemudian

dimasukkan ke dalam cetakan untuk proses pengeringan. Pembuatan film

dibuat sebanyak 20 gram untuk satu cetakan film, bobot 20 gram dipilih

berdasarkan proses optimasi pengamatan visual sehingga menghasilkan

film yang cukup tipis dan tidak rapuh agar nyaman bila digunakan pasien.

Pengeringan dilakukan dalam oven suhu 60ºC selama 24 jam, pemilihan

suhu berdasarkan optimasi. Setelah film kering kemudian dilapisi dengan

backing membran tegaderm sehingga menjadi patch. Sebelum

dikarakterisasi film disimpan dalam wadah kedap udara yang berisi silika

hingga tercapai bobot yang konstan (tidak ada lagi sisa pelarut yang

menguap). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat

karena tidak ada pengaruh perbedaan sisa pelarut dalam film yang

dievaluasi (Anggraeni, 2013). Patch kemudian dipotong-potong dengan

ukuran 2x1 cm2 dan dilakukan evaluasi karakteristik patch.

4.2 Karakteristik Cairan Pembentuk Film (CPF)

Pengamatan secara visual terhadap organoleptis cairan pembentuk

film menunjukkan bahwa semua larutan polimer dengan perbandingan

konsentrasi yang berbeda memiliki kesamaan warna, dimana semua

formula memberikan warna larutan yang jernih. Selain dari pengamatan

visual, dilakukan juga pengamatan pengaruh perbedaan perbandingan

konsentrasi polimer dari ketiga formula terhadap viskositas larutan. Uji

viskositas cairan pembentuk film (CPF) menggunakan alat viskotester

HAAKE 6R spindel R2 dengan kecepatan 100 rpm. Larutan polimer yang

terbentuk memiliki perbedaan viskositas. Berdasarkan hasil pengukuran

viskositas larutan polimer pada tabel 4.1 diketahui bahwa cairan

pembentuk film yang mengandung polimer HPMC dan NaCMC dengan

perbandingan 1:1 memiliki viskositas yang paling tinggi. NaCMC

dilaporkan memiliki interaksi ikatan hidrogen yang sinergis dengan

HPMC. Kedua polimer tersebut menunjukkan efek sinergis terhadap

Page 49: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

peningkatan viskositas (Tiwari dan Rajabi-Siahboomi, 2007). Oleh karena

itu, dengan jumlah perbandingan yang sama antar kedua polimer diduga

bahwa terjadi ikatan antarpolimer yang lebih kuat sehingga dapat

meningkatkan viskositas cairan. Larutan CPF dari ketiga formulasi tidak

terlalu kental sehingga mudah untuk dituang ke dalam cetakan. Dari hasil

uji statistik menggunakan SPSS 20 didapat bahwa tidak ada perbedaan

yang bermakna nilai viskositas antara F1 dan F3, sedangkan F2 memiliki

perbedaan yang bermakna terhadap F1 dan F3.

Tabel 4.1. Viskositas Cairan Pembentuk Film

Formula Viskositas (cPs)

F1 130,67 ± 3,51

F2 156,00 ± 1,73

F3 125,67 ± 2,08

4.3 Organoleptis

Makroskopik film terlihat berwarna bening. Dengan tekstur

permukaan atas agak kasar dan dasar film rata, berbentuk tipis, agak kaku,

tidak rapuh dan tidak berbau.

Untuk memastikan film yang terbentuk memiliki organoleptis yang

serupa dilakukan pengamatan organoleptis secara mikroskopik penampang

membujur dan melintang film dengan perbesaran 100x. Pengamatan

secara mikroskopik juga bertujuan untuk mengetahui apakah natrium

diklofenak dalam sediaan tersebut mengalami rekristalisasi (Fitriyah,

2013). Hasil pengamatan secara mikroskopik menunjukkan bahwa film

yang dihasilkan memiliki organoleptis yang homogen. Selain itu, Hasil

pengamatan mikroskopik menunjukkan bahwa natrium diklofenak tidak

mengalami rekristalisasi. Hasil pengamatan secara mikroskopik tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.2

Page 50: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan : a). Film sebelum dipotong; b). Film sesudah dipotong berukuran 2 x 1 cm

2

dengan keterangan F1(atas), F2 (tengah), dan F3 (bawah)

Gambar 4.1. Gambar Makrokopik Film

Keterangan : a). Gambar mikroskopik permukaan film; b). Gambar mikroskopik

penampang film melintang dengan keterangan perbandingan konsentrasi

HPMC:NaCMC berturut-turut 2:1 (kiri), 1:1 (tengah), dan 1:2 (kanan) perbesaran 100x

Gambar 4.2. Gambar Mikroskopik Film

4.4 Kandungan Natrium Diklofenak pada Sampel

Kandungan natrium diklofenak pada sampel yang digunakan harus

sama atau hampir sama. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran

kandungan zat aktif pada sampel dari masing-masing formula secara

triplo. Sampel yang digunakan adalah sampel yang memiliki bobot dan

ketebalan yang sama atau hampir sama. Dengan asumsi bahwa sampel

dengan bobot dan ketebalan yang sama atau hampir sama akan memiliki

b

a b

a

Page 51: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kandungan natrium diklofenak yang sama atau hampir sama pula. Hal ini

penting dilakukan untuk memudahkan proses sampling patch yang akan

dikarakterisasi. Dari hasil data pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa bobot,

ketebalan, dan kandungan zat aktif masing-masing formula memiliki

simpangan baku yang cukup kecil, sehingga film yang dihasilkan dapat

digunakan untuk karakterisasi patch. Hasil perhitungan persen kadar

natrium diklofenak dalam sediaan patch F1, F2, dan F3 yang berukuran

2 x 1 cm2 berturut-turut adalah 4,47%, 4,20%, dan 3,98%.

Tabel 4.2. Kandungan Natrium Diklofenak pada Sampel

Formula Bobot (mg) Ketebalan

(µm)

Kandungan

Zat Aktif (µg)

Kadar

(%)

F1 25,30 ± 0,26 93,56 ± 2,12 1131,4 ± 8,8 4,47

F2 25,37 ± 0,29 94,56 ± 1,54 1065,7 ± 8,4 4,20

F3 25,40 ± 0,17 87,22 ± 0,84 1011,0 ± 5,8 3,98

4.5 pH Permukaan

Penetapan pH permukaan patch dilakukan untuk melihat adanya

kemungkinan efek samping. Apabila patch memiliki pH asam atau basa

dapat menyebabkan iritasi pada mukosa gingiva, sehingga diharapkan pH

permukaan patch mendekati pH netral. pH permukaan patch diukur

menggunakan pH indikator universal. pH permukaan dari setiap formula

memiliki pH netral yaitu 7. Dari hasil pengukuran ini diharapkan patch

tidak menimbulkan iritasi pada mukosa gusi. Hasil pengukuran pH

permukaan patch juga sesuai dengan pH saliva normal manusia yaitu 5,6-7

(Kaul, et al., 2011).

4.6 Daya Tahan Lipatan

Pengujian daya tahan lipatan patch ditentukan dengan cara melipat

secara berulang satu patch pada tempat yang sama hingga patah atau

dilipat hingga 300 kali secara manual. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa patch dari setiap formula tidak mengalami kerusakan hingga

pelipatan ke-300. Penambahan gliserin sebagai plasticizer sebanyak 40%

mampu membentuk lapisan polimer yang tidak mudah sobek (Wardana,

2013).

Page 52: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3. Patch Sebelum (Kiri) dan Sesudah (Kanan) Dilakukan Uji

Pelipatan >300 Kali

4.7 Kadar Air Patch

Penetapan kadar air dilakukan untuk melihat sisa air yang digunakan

sebagai pelarut pada patch.

Tabel 4.3. Kadar Air Patch

Kadar air tertinggi terdapat pada formula F3 yang diikuti oleh F2 dan

terendah terdapat pada F1. Hal ini dapat disebabkan karena F3

mengandung NaCMC lebih tinggi daripada formula lain, dimana NaCMC

merupakan polimer anionik (R. Yogananda dan Rakesh, 2012) yang

memiliki kemampuan menarik air lebih besar daripada HPMC. Kadar air

yang tinggi pada F3 dapat menjadi penyebab kadar natrium diklofenak

pada F3 lebih kecil daripada kadar natrium diklofenak pada F1 dan F2,

dimana kadar natrium diklofenak dihitung berdasarkan bobot total film

yang digunakan tanpa dikurangi bobot air yang terkandung pada film

tersebut. Jika bobot film dikurangi dengan kadar air, maka kandungan zat

aktif pada F1, F2, dan F3 secara berturut-turut adalah 4,97%, 4,97%, dan

4,99%.

4.8 Waktu Tinggal

Pengujian waktu tinggal patch ditentukan dengan menggunakan

disintegrator yang dimodifikasi. Waktu tinggal masing-masing formula

yaitu F1 100 menit, F2 101,67 menit, dan F3 90 menit. Pada patch yang

sudah terlepas dari gusi sapi terlihat bahwa lapisan polimer sudah terlarut

dan hanya tersisa lapisan tegaderm saja.

Formula Kadar air (%)

F1 10,05 ± 0,52

F2 15,62 ± 0,03

F3 20,33 ± 0,68

Page 53: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fawzia Habib et al. (2010)

membuktikan bahwa laju disolusi polimer merupakan faktor utama yang

mempengaruhi waktu tinggal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rao

dan Keyur (2013) dihasilkan bahwa patch bukal yang mengandung

NaCMC 4% b/b memiliki waktu tinggal lebih lama daripada patch yang

mengandung HPMC 4% b/b yaitu berturut-turut adalah 4,90±0,255 jam

dan 4,32±0,332 jam. Hal ini disebabkan karena laju disolusi NaCMC lebih

tinggi dibandingkan HPMC. Pada penelitian Fawzia Habib et al. (2010)

dihasilkan bahwa film yang mengandung NaCMC memiliki laju disolusi

yang lebih tinggi dibandingkan film yang mengandung HPMC.

Selain itu, waktu tinggal patch meningkat dengan bertambahnya

konsentrasi polimer dalam sediaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Rao dan Keyur (2013) dihasilkan bahwa patch bukal yang mengandung

NaCMC 4% b/b memiliki waktu tinggal lebih lama daripada patch yang

mengandung NaCMC 3% b/b yaitu berturut-turut adalah 4,90±0,255 jam

dan 4,35±0,235 jam.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab cepatnya patch lepas

dari gusi sapi dikarenakan laju disolusi polimer yang digunakan tinggi dan

konsentrasi polimer yang digunakan cukup rendah yaitu 2%. Formulasi 3

lebih cepat lepas karena mengandung NaCMC lebih banyak dibandingkan

formula lain, dimana laju disolusi NaCMC lebih cepat dibandingkan

HPMC (Fawzia Habib et al., 2010).

4.9 Derajat Pengembangan (Swelling Index)

Derajat pengembangan diukur dengan mengamati peningkatan bobot

patch yang didiamkan dalam buffer fosfat pH 6,8 selama 30 menit. Derajat

pengembangan polimer merupakan titik kritis dalam menentukan sifat

bioadhesif dari polimer tersebut. Pelekatan (adhesi) terjadi dengan cepat

ketika pengembangan polimer dimulai tetapi ikatan yang dibentuk bukan

ikatan yang kuat (Abha, Koliyote, dan Joshi, 2011).

Dari data pada tabel 4.4 diketahui bahwa derajat pengembangan patch

setiap formula meningkat dengan sangat cepat pada menit ke-5 dan mulai

mengalami penurunan pada menit ke-10. Perendaman patch dalam

medium menyebabkan terjadinya absorpsi molekul air sehingga semakin

Page 54: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lama waktu perendaman maka derajat pengembangan patch semakin

meningkat. Sedangkan penurunan bobot yang terjadi pada menit ke-10

hingga menit ke-30 terjadi karena lapisan polimer pada patch perlahan-

lahan mengalami erosi dan terdisolusi di dalam medium.

Tabel 4.4. Derajat Pengembangan Patch dalam Medium Buffer Fosfat pH 6,8

Waktu (menit) Derajat Pengembangan

F1 F2 F3

0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

5 166,72 ± 13,88 219,69 ± 13,15 282,45 ± 16,96

10 152,82 ± 19,26 160,03 ± 20,88 169,90 ± 26,48

15 133,33 ± 17,18 111,71 ± 23,06 124,20 ± 16,32

20 117,10 ± 19,59 69,87 ± 25,52 88,11 ± 31,01

25 104,07 ± 21,00 33,17 ± 9,78 67,32 ± 15,77

30 87,21 ± 14,78 29,16 ± 2,31 27,32 ± 6,61

Gambar 4.4. Grafik Derajat Pengembangan Patch

Jika dilihat dari derajat pengembangan masing-masing formula pada

tabel 4.3, F3 memiliki derajat pengembangan yang paling tinggi. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nabarawi et al., (2012)

dimana persentase pengembangan film HPMC meningkat dengan

penambahan NaCMC. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh

Yehia, El-Gazayerly, dan Basalious (2008) dihasilkan bahwa derajat

pengembangan disc bukal yang mengandung polimer HPMC dan NaCMC

dengan perbandingan 1:3 memiliki derajat pengembangan yang paling

0

50

100

150

200

250

300

350

0 5 10 15 20 25 30 35

De

raja

t P

en

gem

ban

gan

(%

)

waktu (menit)

F1

F2

F3

Page 55: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tinggi jika dibandingkan dengan disc yang mengandung polimer HPMC

dan NaCMC dengan perbandingan 1:1 dan 3:1.

Derajat pengembangan patch sangat penting untuk memprediksikan

pelepasan zat aktif. Pelepasan zat aktif lebih cepat terjadi bila polimer

cepat terhidrasi dan mengalami pengembangan. Selain itu, proses

pengembangan dapat meningkatkan area permukaan untuk proses

interpenetrasi polimer-mukus (Singh et al., 2013). Dengan demikian dapat

diprediksikan bahwa patch yang mengandung kombinasi polimer HPMC

dan NaCMC dengan perbandingan 1:2 memiliki waktu pelepasan zat aktif

lebih cepat jika dibandingkan dengan patch yang mengandung polimer

HPMC dan NaCMC dengan perbandingan 1:1 dan 2:1.

Peningkatan area permukaan lapisan polimer pada patch akibat proses

pengembangan dapat menyebabkan patch keluar dari area backing layer.

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kebocoran zat aktif ke saliva atau

area rongga mulut lainnya, sehingga meyebabkan zat aktif yang sampai ke

tempat aksi akan berkurang. Oleh karena itu, disarankan pada saat

pengaplikasian dibuat patch dengan luas area backing layer lebih besar

daripada luas area lapisan polimer untuk mencegah kebocoran zat aktif.

4.10 Kemampuan Disolusi Natrium Diklofenak

Uji kemampuan disolusi dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan

perbandingan konsentrasi terhadap laju disolusi natrium diklofenak.

Pengujian kemampuan disolusi zat aktif menggunakan metode dayung

berputar. Persentase kumulatif disolusi diukur pada luas area disolusi

sebesar 2 cm2 dan dengan volume medium dapar fosfat pH 6,8 sebanyak

900 mL.

Dari hasil disolusi natrium diklofenak selama 6 jam pada tabel 4.5

dapat dilihat bahwa nilai persentase dan jumlah kumulatif disolusi zat aktif

dari patch tertinggi dihasilkan oleh formula F3 yaitu 99,88% yang diikuti

oleh F2 yaitu 95,98% dan nilai terendah dihasilkan oleh F1 yaitu 84,82%.

Patch yang mengandung NaCMC lebih banyak memiliki waktu disolusi

lebih tinggi daripada patch yang mengandung HPMC lebih banyak. Hal

ini membuktikan bahwa kecepatan disolusi polimer NaCMC lebih tinggi

daripada kecepatan disolusi HPMC

Page 56: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5. Jumlah Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Waktu

(menit) % Kumulatif Bobot Kumulatif (mg)

F1 F2 F3 F1 F2 F3

0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

15 65,40 ± 7,13 63,23 ± 3,49 77,30 ± 5,67 772 ± 92 691 ± 35 822 ± 60

30 67,48 ± 4,40 70,79 ± 4,69 87,95 ± 1,65 796 ± 61 774 ± 46 935 ± 18

45 72,15 ± 2,18 81,08 ± 5,63 88,23 ± 1,65 850 ± 17 887 ± 61 938 ± 18

60 70,85 ± 2,91 80,45 ± 6,05 95,11 ± 2,83 835 ± 30 880 ± 63 1011 ± 30

90 72,08 ± 2,13 83,45 ± 3,67 96,36 ± 1,61 850 ± 17 912 ± 35 1024 ± 17

120 72,46 ± 1,78 90,12 ± 0,82 96,68 ± 1,66 854 ± 18 985 ± 1 1028 ± 18

180 71,15 ± 3,57 90,39 ± 0,81 98,89 ± 0,03 839 ± 34 988 ± 1 1051 ± 0

240 69,63 ± 0,77 90,72 ± 0,82 99,22 ± 0,03 821 ± 3 992 ± 1 1055 ± 0

300 73,38 ± 4,71 97,45 ± 5,13 99,55 ± 0,03 865 ± 47 1066 ± 62 1058 ± 0

360 84,82 ± 1,95 95,98 ± 1,36 99,88 ± 0,03 1000 ± 22 1050 ± 17 1062 ± 0

Gambar 4.5. Grafik Persentase Kumulatif Disolusi Natrium Diklofenak

Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 20

menunjukkan bahwa hasil persentase disolusi natrium diklofenak pada

setiap formula terdapat adanya perbedaan yang signifikan, hal ini terlihat

dari nilai signifikansi ANOVA yang dihasilkan memiliki signifikansi <0,05.

Persentase disolusi natrium diklofenak antara F1, F2, dan F3 menunjukan

adanya perbedaan yang bermakna.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Pe

rse

nta

se D

iso

lusi

(%

)

Waktu (menit)

F1

F2

F3

Page 57: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.6. Fluks Disolusi Natrium Diklofenak

Formula Luas (cm2) Jumlah Difusi (µg) Fluks (µg cm

-2 jam

-1)

1 2 839 139,75 ± 5,70

2 2 988 164,73 ± 0,09

3 2 1051 175,20 ± 0,05

Gambar 4.6. Fluks Disolusi Masing-Masing Formula

Nilai fluks disolusi natrium diklofenak tertinggi adalah F3, diikuti F2,

dan terendah F1. Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS

20 menunjukkan bahwa nilai fluks pada setiap formula terdapat perbedaan

yang signifikan, hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan pada

pengujian.

4.11 Kemampuan Difusi Natrium Diklofenak

Uji kemampuan difusi dilakukan untuk melihat kelayakan rute

pemberian pada zat aktif yang digunakan dan untuk melihat kemampuan

peningkat penetrasi yang digunakan. Pengujian kemampuan difusi zat

aktif menggunakan franz diffusion cell. Persentase kumulatif difusi

melalui membran gusi sapi dengan luas area difusi sebesar 2 cm2 dan

dengan volume kompartemen reseptor yaitu dapar fosfat pH 6,8 sebanyak

22,5 mL.

Uji kemampuan difusi menggunakan gusi sapi karena mudah didapat.

Gusi sapi yang digunakan berasal dari penjagalan sapi di Kampung Utan

Kecamatan Ciputat, Banten. Sapi yang digunakan yaitu sapi jantan, sehat,

dan berumur ±2,5 tahun. Gusi segar yang diambil dari sapi langsung

0

50

100

150

200

Flu

ks (

µg

cm-2

jam

-1)

F1

F2

F3

Page 58: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dimasukkan pada wadah kedap yang berisi es balok agar wadah tetap

dingin. Setelah itu, gusi disimpan pada suhu -35°C. Sebelum digunakan,

gusi direndam pada buffer fosfat selama 1 jam.

Tabel 4.7. Jumlah Kumulatif Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot Kumulatif (µg)

F1 F2 F3 F1 F2 F3

0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0 0 ± 0

15 5,89 ± 2,20 5,38 ± 0,41 3,72 ± 0,73 55 ± 47 55 ± 4 38 ± 8

30 7,13 ± 1,17 7,85 ± 0,75 9,63 ± 0,35 73 ± 29 80 ± 8 97 ± 4

45 8,97 ± 2,25 8,95 ± 1,71 12,90 ± 3,08 101 ± 29 91 ± 18 130 ± 32

60 11,74 ± 1,06 13,65 ± 3,21 14,44 ± 3,03 110 ± 32 139 ± 33 145 ± 32

90 14,84 ± 1,52 15,18 ± 2,56 18,89 ± 3,59 168 ± 20 155 ± 26 190 ± 39

120 16,31 ± 0,71 17,47 ± 1,84 26,51 ± 4,38 176 ± 21 178 ± 19 267 ± 47

180 17,38 ± 0,98 25,66 ± 4,51 34,94 ± 3,18 193 ± 11 262 ± 46 352 ± 37

240 19,56 ± 0,14 31,33 ± 4,05 38,83 ± 3,46 218 ± 11 320 ± 41 391 ± 40

300 25,96 ± 0,50 35,47 ± 5,26 50,23 ± 2,75 272 ± 41 362 ± 54 505 ± 25

360 29,12 ± 0,85 37,30 ± 3,66 50,63 ± 4,41 321 ± 14 381 ± 37 510 ± 51

Gambar 4.7. Grafik Persentase Kumulatif Difusi Natrium Diklofenak

Dari hasil difusi natrium diklofenak selama 6 jam pada tabel 4.7 dapat

dilihat bahwa nilai persentase dan jumlah kumulatif difusi zat aktif melalui

membran gusi sapi tertinggi dihasilkan oleh formula F3 yaitu 50,63% yang

diikuti oleh F2 yaitu 37,30% dan nilai terendah dihasilkan oleh F1 yaitu

29,12%. Nilai tersebut menunjukkan kadar natrium diklofenak yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 100 200 300 400

Pe

rse

nta

se D

ifu

si (

%)

Waktu (menit)

F1

F2

F3

Page 59: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdapat di dalam cairan reseptor. Selain yang terakumulasi dalam cairan

reseptor, natrium diklofenak yang berdifusi sebagian tertinggal dalam

jaringan gingiva sapi yang digunakan sebagai membran. Oleh karena itu,

jumlah total natrium diklofenak yang berdifusi sebenarnya lebih besar dari

nilai terukur dalam cairan reseptor (Anggraeni, 2013).

Nilai persentase difusi natrium diklofenak jam keenam pada patch

yang menggunakan kombinasi polimer HPMC dan NaCMC lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai persentase difusi natrium diklofenak jam

keenam pada patch yang menggunakan polimer HPMC dan NaCMC

tunggal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah (2013) nilai

persentase difusi natrium diklofenak dari patch yang mengandung 2% b/b

HPMC adalah 24% dan pada penelitian yang dilakukan oleh Wardana

(2013) nilai persentase difusi natrium diklofenak dari patch yang

mengandung 2% b/b NaCMC adalah 40%. Nilai persentase difusi natrium

diklofenak ketiga formula patch yang mengandung kombinasi polimer

HPMC dan NaCMC memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan

persentase difusi natrium diklofenak pada patch HPMC tunggal dan hanya

formula 3 yang memiliki nilai persentase difusi natrium diklofenak yang

lebih tinggi dibandingkan nilai persentase difusi natrium diklofenak pada

patch NaCMC.

Semakin besar jumlah NaCMC yang digunakan dan semakin sedikit

jumlah HPMC yang digunakan maka kemampuan difusi zat aktif semakin

tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat kelarutan masing-masing

polimer di dalam air. NaCMC memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air

dapat menyebabkan matriks film lebih cepat mengalami erosi sehingga

dapat mempercepat proses pelepasan obat dari dalam matriks film. Selain

itu, kemampuan difusi zat aktif dapat dipengaruhi oleh kemampuan

mengembang matriks film. Berdasarkan nilai derajat pengembangan, F3

menunjukkan derajat pengembangan yang lebih tinggi daripada F1 dan F2.

Pada saat matriks film mengembang, obat dari dalam matriks akan lebih

mudah berdifusi keluar dari matriks. Selain itu, nilai derajat

pengembangan patch formula 3 pada menit ke-5 yaitu 282,5±16,96% lebih

besar dibandingkan derajat pengembangan patch yang menggunakan

polimer NaCMC 2% b/b tunggal yaitu 222,9±4,1% (Wardana, 2013).

Page 60: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sehingga hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai

persentase difusi F3 lebih tinggi daripada patch NaCMC 2% b/b tunggal.

Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 20

menunjukkan bahwa hasil persentase difusi natrium diklofenak pada setiap

formula terdapat adanya perbedaan yang signifikan, hal ini terlihat dari

nilai signifikansi ANOVA yang dihasilkan memiliki signifikasi <0,05.

Tabel 4.8. Fluks Difusi Natrium Diklofenak

Formula Luas (cm2) Jumlah Difusi (µg) Fluks (µg cm

-2 jam

-1)

1 2 334 27,83 ± 0,89

2 2 380 31,69 ± 3,08

3 2 509 42,42 ± 4,26

Laju aliran difusi (fluks) natrium diklofenak dapat dilihat pada tabel

4.8. Berdasarkan perhitungan hasil pengujian fluks diketahui bahwa nilai

fluks natrium diklofenak terbesar dihasilkan oleh formula F3 diikuti oleh

F2 dan nilai fluks terkecil ditemukan pada formula F1.

Gambar 4.8. Fluks Difusi Masing-Masing Formula

Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 20

menunjukkan bahwa nilai fluks pada F1 dan F3 terdapat perbedaan yang

signifikan, hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang dihasilkan pada

pengujian.

Hasil uji waktu tinggal patch menunjukkan bahwa patch dapat

menempel hingga waktu 90-100 menit. Patch diprediksi dapat tinggal

lebih lama daripada waktu tinggal yang didapat menggunakan alat

disintegrator yang dimodifikasi. Dimana pergerakan mulut manusia tidak

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Flu

ks (

µg

cm-2

jam

-1)

F1

F2

F3

Page 61: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konstan seperti pergerakan alat uji yang digunakan. Jika dihubungkan

dengan hal tersebut, maka natrium diklofenak yang mampu berdifusi

hingga patch terlepas (120 menit) adalah 16,31% (F1), 17,47%(F2), dan

26,51%(F3).

Hasil uji difusi patch dapat digunakan untuk memprediksi apakah

jumlah natrium diklofenak yang digunakan sudah sesuai dengan dosis

pemakaian antiinflamasi lokal. Dosis dihitung dengan membandingkan

dosis pemakaian voltaren emulgel 1,16% b/b secara topikal. Voltaren

emulgel 1,16% b/b digunakan sebanyak 2-4 gram untuk penggunaan pada

area 400-800 cm2

sebanyak 3-4 kali sehari (Canadian Physiotherapy

Association, 2012). Jika dosis voltaren emulgel dibagi terhadap waktu

pemakaian dan luas area aplikasi, maka didapat bahwa dosis pemakaian

voltaren emulgel adalah 9,67 µg/cm2jam. Berdasarkan hasil uji difusi

patch selama 2 jam didapat bahwa kemampuan natrium diklofenak

berdifusi adalah 46,14 µg/cm2jam

(F1), 46,55 µg/cm

2jam (F2), dan 67,00

µg/cm2jam (F3). Jika dibandingkan dengan dosis pemakaian voltaren

emulgel, jumlah natrium diklofenak yang berdifusi berada diatas dosis

pemakaian voltaren gel. Selain itu, dapat pula diprediksi bahwa

konsentrasi natrium diklofenak yang dapat digunakan dalam sediaan untuk

menghasilkan aktivitas antiinflamasi lokal adalah 1,04% b/b (F1), 1,03%

b/b (F2), dan 0,94% b/b (F3) terhadap bobot polimer kering. Hal ini dapat

menjadi dasar dalam penentuan konsentrasi zat aktif dalam sediaan yang

selanjutnya dapat dibuktikan dengan melakukan uji aktivitas patch

antiinflamasi pada terapi penyakit periodontal.

Tabel 4.9 Jumlah Natrium Diklofenak yang Berdifusi dihitung

Formula Kandungan Zat

Aktif (µg/2cm-2

)

Persentase

difusi selama

2 jam (%)

Jumlah Zat Aktif

yang berdifusi

(µg/cm-2

jam-1

)

F1 1131,4 ± 8,8 16,31 ± 0,71 46,14

F2 1065,7 ± 8,4 17,47 ± 1,84 46,55

F3 1011,0 ± 5,8 26,51 ± 4,38 67,00

Page 62: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

45

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Semua formula patch dapat melekat pada permukaan membran gusi

sapi dengan waktu tinggal masing-masing formula yaitu F1 100 menit,

F2 101,67 menit, dan F3 90 menit.

2. Persentase kumulatif disolusi natrium diklofenak selama

120 menit pada formula F1, F2, dan F3 berturut-turut

adalah 72,46±1,78%, 90,12±0,82%, dan 96,68±1,66%.

3. Fluks disolusi natrium diklofenak pada formula F1, F2, dan F3

berturut-turut adalah 139,75±5,70 µg cm-2

jam-1

, 164,73±0,09 µg

cm-2

jam-1

, dan 175,20±0,05 µg cm-2

jam-1

4. Persentase kumulatif difusi natrium diklofenak selama 2 jam dari

matriks film pada formula F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah

16,31±0,71%, 17,47±1,84%, dan 26,51±4,38%.

5. Fluks difusi natrium diklofenak pada formula F1, F2, dan F3 berturut-

turut adalah 27,83±0,89 µg cm-2

jam-1

, 31,69±3,08 µg cm-2

jam-1

, dan

42,42±4,26 µg cm-2

jam-1

.

5.2 Saran

1. Diperlukan pengujian stabilitas patch yang mengandung natrium

diklofenak.

2. Diperlukan pengujian aktivitas antiinflamasi dari patch.

3. Diperlukan pengujian patch secara in vivo.

Page 63: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

3MTM, “Tegaderm” Transparent Film Dressings Product Profile. 2012. Secure,

Protect, Stabilize. TegadermTM brand full line I.V. Site dressings. Hal : 1-

3.

Abha, Doshi, Koliyote S, dan Joshi B. 2011. Design and Evaluation Of Buccal

Film Of Diclofenac Sodium. International Journal of Pharmacy and

Biological Sciences. Vol 1(1). Hal : 27

Ahmed, Mohammed Gulzar, Harish, NM., Charyulu, R.Narayana & Prabhu,

Prabhakar. 2009. Formulation of Chitosan-Based Ciprofloxacin and

Diclofenac Film for Periodontitis Therapy. Trop J Pharm Res, 8 (1). Hal :

34

Andersen, Roger, Nicolas Loebel, dan David Hammond. 2007. Treatment of

Periodontal Disease by Photodisinfection Compared to Scaling and Root

Planing. The Journal of Clinical Dentistry. Vol XVIII (2). Hal : 1

Anggraeni, Y. 2013. Profil Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch ke

Gingiva Sapi. Lembaga Penelitian dan Pengembangan kepada Masyarakat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G. H., dan Wootton, M. 2008. Food Science.

Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono dalam Ilmu Pangan. Universitas

Indonesia. Jakarta

Canadian Physiotherapy Association. 2014. Phisyotherapi Practice. Vol.1 No.4

Chaudhary, Amit, Upendra Nagaich, dan Bhavya Rastogi. 2012. Designing and

Evaluation Of Mucoadhesive Buccal Films Of Diltiazem Hydrochloride.

International Journal of Pharmaceutical and Medical Sciences. Vol. 1(3).

Hal : 240-241

Clarkson et al. 2013. IQuaD Dental Trial; Improving The Quality of Dentistry: A

Multicentre Randomised Controlled Trial Comparing Oral Hygiene

Advice and Periodontal Instrumentation for The Prevention and

Management of Periodontal Disease in Dentate Adults Attending Dental

Primary Care. BMC Oral Health. Hal : 2

Department of Health. 2009. British pharmacopoeia. London : Crown Copyright.

Hal : 1893

Page 64: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Desai, Kashappa GH, Susan RM, Andrew SH, dan Steven PS. 2012. Development

and in vitro-in vivo evaluation of fenretinide-loaded oral mucoadhesive

patches for sitespecific chemoprevention of oral cancer. Pham Res. Hal :

1-2

Dipiro et al. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Edisi ke

tujuh. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Dodla, Sumanjali, dan Velmurugan, Sellappan. 2013. Buccal penetration

enhancersan overview. Asian J Pharm and Clin Res. Vol 6 (3). Hal : 41-

42.

Dwivedi, Shivendra Kumar, Jitendra Jat, dan Yusuf Ali Jaliwala. 2013. A Review

Article; Buccal Drug Delivery System. International Journal Of

Pharmaceutical & Research Sciences. Vol 2 (2). Hal : 517-518

Fitriyah, H. 2013. Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai Sediaan Lokal

Penanganan Inflamasi pada Penyakit Periodontal. Skripsi Sarjana

Farmasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.33-40

Grag, SK, Danodia A, Dangi V, dan Dhakar RC. 2011. Buccal Adhesive Drug

Delivery System : Safer Delivery of Biotherapeutics. J Drug Delivery and

Therapeutics. Vol1. Hal : 37.

Habib, Fawzia, Azeem, Maha Abdel, Fetih, Gihan, dan Safwat. 2010.

Mucoadhesive buccal patches of lornoxicam: i-development and in-vitro

characterization. Bull. Pharm. Sci., Assiut University. Vol. 33. Hal : 64.

Istanbullu, Hillal, Sofia Ahmed, Muhammad Ali Sheraz, dan Ihtesham ur

Rehman. 2013. Development and Characterization of Novel Polyurethane

Films Impregnated with Tolfenamic Acid for Therapeutic Application.

BioMed Research International. Hal : 1-2

J. Balasubramanian, Narayanan N, Senthil Kumar M, Vijaya Kumar N, dan

Azhagesh Raj K. 2012. Formulation and evaluation of mucoadhesive

buccal films of diclofenac sodium. Indian J. Innovations Dev. Hal : 70.

Kartasasmita, Rahmana Emran. 2002. Perkembangan obat antiradang bukan

steroid. Acta Pharmaceutica Indonesia. Vol XXVII. No. 5. Hal : 76

Kaul, Mahima, Surender V, Aruna R, dan Sapna S. 2011. An Overview On

Buccal Drug Delivery System. International Journal Of Pharmaceutical

& Research Sciences. Vol 2(6). Hal : 1303-1321

Page 65: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Koyi, Pradeep, dan Arshad Bashir Khan. 2013. Buccal Patches: A Review.

International Journal of Pharmaceutical Science Research. Vol 4. Hal : 83

– 89.

Lohani, Alka, Neelima Prasad, dan Rajeshwer Kamal Kant Arya. 2011.

Formulation and Characterization of Mucoadhesive Buccal Films of

Ranitidine Hydrochloride. Int J Pharm Sci Res. Hal : 2461.

M.A, Nabarawi, Makky A.M, El-Setouhy D. A, Abd Elmonem R. A, dan Jasti

B.A. 2012. Development and Characterization of Ketorolac Tromethamine

(KT) Orobuccal Films. International Journal of Pharmacy and

Pharmaceutical Sciences. Vol. 4. Issue. 4. Hal : 188

Manjusha, R, KPP Peiris, BK Ashok, dan B Ravishankar. 2011. Anti-inflamatory

and analgesic activities of Dashana Samskara Churna and Its Paste Form.

Indian Journal of Natural Product and Resources. Vol 2 (3). Hal : 363-

368

Nagar, Priyanka., Chauhan, Iti & Yasir, Mohd. 2011. Insights into Polymers: Film

Formers in Mouth Dissolving Film. Drug Invention Today. Hal : 284.

Nalfriadi dan Rianto Setiabudy (Ed). 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi

kelima. Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UI.

Jakarta: Gaya Baru. Hal : 240

Nancy Antonio dan Dieter D. Bosshardt. 2006. Structure of Periodontal Tissues in

Health and Disease. Periodontology 2000. Vol 40. Hal : 11-28

National Institutes of Health. 2011. Periodontal (Gum) Disease. NIH Publication.

No. 11-1142

Panagakos FS dan Robin M. Davies. 2011. Gingival Diseases –Their Aetiology,

Prevention and Treatment. Kroasia : InTech

Prabhu, Prabhakar, Samip Shah, dan Shankar Gundad. 2011. Formulation

Development and Invesigation of Domperidone Transdermal Patches.

International Journal of Pharmceutical Investigation. Vol 1 (4). Hal : 240-

246.

Priya, Chandel, Rajkumari, dan Kapoor Ankita. 2013. Polymer : A Boon to

Controlled Drug Delivery System. Int Res J Pharm. Hal : 30-31.

R. Yogananda dan Rakesh Bulugondla. 2012. An Overview on Mucoadhesive

Buccal Patches. Int J Universal Pharm and Life Sci. Hal : 360-384.

Page 66: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rao, Raghavendra dan Keyur Patel. 2013. Formulation and Evaluation of

Ropinirole Buccal Patches Using Different Mucoadhesive Polymers.

RGUHS J Pharm Sci. Vol 3. Issue 1. Hal : 35

Reddy, Chinna, Chaitanya KSC, dan Madhusudan Rao Y. 2011. A review on

bioadhesive buccal drug delivery systems : current status of formulation

and evaluation method. DARU. Vol 19. No. 6. Hal : 397.

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient Sixth Edition. Chicago, London : Pharmaceutical Press. Hal :

326-328

Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient Sixth Edition. Chicago, London : Pharmaceutical Press. Hal :

117-120

RT, Jadhav, et al. S.J. 2009. Formulation and Evaluation of Transdermal Films of

Diclofenac Sodium. Int J PharmTech Res. Hal : 1507

Santos, Ana Cristina et al. 2008. Assessment of The Cytotoxicity of

Microparticles for Controlled Drug Release In Oftalmology. Experimental

Pathology and Health Sciences. Vol 2 (2). Hal : 33.

Semalty, Mona, A. Semalty, G. Kumar, dan V. Juyal. 2008. Development of

Muchoadhesive Buccal Films of Glipizide. International Journal of

Pharmaceutical Sciences and Nanotechnology. Vol 1(2).

Sharma, G.K., P. K. Sharma, dan Mayank Bansal. 2012. Oral Mucoadhesive Drug

Delivery Systems : A Review. Pharma Science Monitor An Int J Pharm

Sci. Vol.3. Hal : 32

Shravan, K.Y., et al. 2012. Comprehensive Review on Buccal Delivery.

International Journal of Pharmacy Vol 2(1). Hal : 205-217.

Singh, Gupta Stuti, RP Singh, Shivjee KG, Renu K, dan Sudhir Y. 2011. Buccal

Mucosa as a route for Drug Delivery: Mechanism, Design and Evaluation.

Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical. Vol. 2 (3).

Hal : 358-372

Singh, Sudarshan, Mohan Govind, dan Sunil B Bothara. 2013. A Review on in

vitro - in vivo Mucoadhesive Strength Assessment. PhTechMed. Vol 2 (1).

Hal : 223

Sweetman, Sean C (Ed). 2009. Martindale “the complete drug reference”. Edisi

ke-36. Great Britain: The Pharmaceutical Press. Hal : 44-46

Page 67: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syed, Izhar Ahmed, P. Ravi, dan John Paul. 2012. Buccal Mucoadhesive Based

Drug Delivery Devices. World Journal of Pharmaceutical Research. Vol

1(3). Hal : 548-575.

The American Academy of Periodontology. 2001. Glossar of Periodontal Terms.

Edisi keempat. Chicago : 737 North Michigan Avenue. Hal : 21

Tiwari, Sandip B, dan Ali R. Rajabi-Siahboomi. 2009. Application of

Complementary Polymer in HPMC Hydrophilic Extended Release

Matrices. Drug Delivery Technology. Vol 9 (7). Hal : 25

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media

Komputindo.

Wardana, M.S. 2013. Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer

Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai Sediaan Lokal

Penanganan Inflamasi pada Penyakit Periodontal. Skripsi Sarjana

Farmasi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 22-29

Wongso, Sayan. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 3. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI.

Yadaf, Vimal Kumar, A.B. Gupta, Raj Kumar, Jaideep S.Y., dan Brajesh Kumar.

2010. Mucoadhesive Polymers: Means of Improving the Mucoadhesive

Properties of Drug Delivery System. Journal of Chemical and

Pharmaceutical Research. Vol 2 (5). Hal : 418-432.

Yehia, Soad. A, Omaima N. El-Gazayerly, dan Emad B. Basalious. 2008. Design

and In Vitro/In Vivo Evaluation of Novel Mucoadhesive Buccal Discs of

an Antifungal Drug: Relationship Between Swelling, Erosion, and Drug

Release. AAPS PharmSciTech. Vol. 9. No. 4. Hal : 1212

Page 68: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Penelitian

Analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Pelapisan backing membran tegaderm pada permukaan film

(Patch)

Pengambilan Sampel berdasarkan:

Bobot Film

Ketebalan Film

Kandungan natriumdiklofenak

diklofenak

Organoleptis

Pembuatan Cairan Pembentuk Film

Evaluasi viskositas

Pengeringan dan penyimpanan film

Setelah bobot konstan

Pemotongan film sesuai ukuran

Uji

pelipatan

Pengukuran

pH

permukaan

Uji

pengembangan

Uji

waktu

tinggal

Uji

kemampuan

difusi zat aktif

Uji

disolusi zat

aktif

Uji

Kadar

Air

Page 69: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

Gliserin Propilen glikol HPMC Silica Blue Tegaderm Timbangan Na diklofenak NaCMC

Hot Plate Stirer Viskotester pH meter Oven mikrometer digital pH indikator Spektrofotometer UV Vis

Lampiran 3. Gambar Evaluasi Waktu Tinggal

Keterangan: a. Patch direkatkan di atas gusi sapi; b. Rangkaian alat disintegrator

Patch

b

a

Page 70: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Gambar Evaluasi Difusi Zat Aktif

Keterangan: a. Gusi sapi sebelum uji difusi; b. Gusi sapi setelah uji difusi; c. Kompartemen donor

dan reseptor; d. kompartemen donor (tampak atas); e. Rangkaian alat franz diffusion cell

Lampiran 5. Gambar Rangkaian Alat Disolusi

a c

b

d

e

Page 71: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Gambar Uji Swelling Index

F1 F2 F3

0 menit

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

25 menit

30 menit

Page 72: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Data Kestabilan bobot

Formula Sampel Bobot h ari ke- (mg)

0 3 4 6 7 10

F1 1 457 427 427 427 427 427

2 451 420 420 420 420 420

3 453 420 418 418 418 418

F2 1 473 459 433 433 433 433

2 458 444 424 424 424 424

3 475 446 446 446 446 446

F3 1 482 464 444 444 444 444

2 477 459 443 439 439 439

3 465 433 432 432 432 432

Lampiran 8. Grafik Kestabilan Bobot

400

420

440

460

0 2 4 6 8 10

bo

bo

t (m

g)

hari ke

Formula 1

1

2

3

420

440

460

480

0 2 4 6 8 10

bo

bo

t (m

g)

hari ke

Formula 2

1

2

3

420440460480500

0 2 4 6 8 10

bo

bo

t (m

g)

hari ke

Formula 3

1

2

3

Page 73: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Natrium Diklofenak

Lampiran 10. Data Absorbansi Kurva Standar Natrium Diklofenak

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

0 0

0,75 0,025

2 0,061

4 0,127

6 0,185

8 0,242

10 0,298

14 0,421

Lampiran 11. Kurva Kalibrasi Natrium Diklofenak

y = 0,0299x + 0,0027 R² = 0,9996

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0 5 10 15

Ab

sorb

an

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi

Absorbansi

Linear (Absorbansi)

Page 74: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Bobot, Ketebalan, dan Kandungan Natrium Diklofenak pada

Sampel yang Digunakan

Formula Bobot Sampel (mg)

1 2 3 Rata-rata SB

F1 25,60 25,20 25,10 25,30 0,26

F2 25,70 25,20 25,20 25,37 0,29

F3 25,60 25,30 25,30 25,40 0,17

Formula Ketebalan Sampel (µm)

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Rata-rata

F1

1 97,00 96,00 95,00 96,00

2 94,00 93,00 90,00 92,33

3 92,00 92,00 93,00 92,33

Rata-rata 93,56

SB 2,12

F2

1 95,00 96,00 98,00 96,33

2 94,00 94,00 93,00 93,67

3 93,00 93,00 95,00 93,67

Rata-Rata 94,56

SB 1,54

F3

1 89,00 87,00 88,00 88,00

2 88,00 86,00 85,00 86,33

3 87,00 87,00 88,00 87,33

Rata-rata 87,22

SB 0,84

Formula

Keseragaman Kandungan (µg)

Absorbansi Konsentrasi (µg) Rata-

rata SB

1 2 3 1 2 3

F1 0,344 0,340 0,339 1141,5 1128,1 1124,7 1131,4 8,8

F2 0,324 0,321 0,319 1074,6 1064,5 1057,9 1065,7 8,4

F3 0,307 0,304 0,304 1017,7 1007,7 1007,7 1011,0 5,8

Lampiran 13. Daya Tahan Lipatan dan pH Permukaan

Formula

Daya Tahan Lipatan pH Permukaan Waktu Tinggal (menit)

1 2 3 Rata-

rata 1 2 3

Rata-

rata 1 2 3

Rata-

rata

F1 >300 >300 >300 >300 7 7 7 7 95 95 95 95,0

F2 >300 >300 >300 >300 7 7 7 7 100 105 100 101,7

F3 >300 >300 >300 >300 7 7 7 7 100 100 100 100,0

Page 75: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Nilai Viskositas Cairan Pembentuk Film

Formula Viskositas (cPs)

1 2 3 Rata-rata SB

F1 134,00 127,00 131,00 130,67 3,51

F2 157,00 157,00 154,00 156,00 1,73

F3 124,00 125,00 128,00 125,67 2,08

Lampiran 15. Uji Statistik ANOVA Viskositas Cairan Pembentuk Film

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1586.889 2 793.444 121.034 .000

Within Groups 39.333 6 6.556

Total 1626.222 8

(I) Formula (J) Formula Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Formula 1 Formula 2 -25.33333

* 2.09054 .000 -30.4487 -20.2180

Formula 3 5.00000 2.09054 .054 -.1154 10.1154

Formula 2 Formula 1 25.33333

* 2.09054 .000 20.2180 30.4487

Formula 3 30.33333* 2.09054 .000 25.2180 35.4487

Formula 3 Formula 1 -5.00000 2.09054 .054 -10.1154 .1154

Formula 2 -30.33333* 2.09054 .000 -35.4487 -25.2180

Keterangan : Signifikansi < 0,05, viskositas berbeda secara signifikan

Lampiran 16. Kadar Air Patch

Formula W0 (mg) Wt (mg) %Kadar

air

Rata-

Rata SB

F1 1 52,70 47,60 9,68 10,05

0,52

2 52,80 47,30 10,42

F2 1 53,20 44,90 15,60 15,62

0,03

2 53,70 45,30 15,64

F3 1 53,90 43,20 19,85 20,33 0,68

2 54,30 43,00 20,81

Page 76: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Derajat Pengembangan

Derajat Pengembangan (%S)

Waktu

(menit)

Bobot

(mg)

F1 F2 F3

1 2 3 Rata-

rata SD 1 2 3

Rata-

rata SD 1 2 3

Rata-

rata SD

0

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 60,3 55 51,3 55,53 4,52 58,7 60,4 76,9 65,33 2,44 83,8 75 73,1 77,30 5,71

% 180,47 166,99 152,71 166,72 13,88 194,97 211,34 252,75 219,69 13,15 300,96 267,65 278,76 282,45 16,96

10

21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

X0 59 50,8 48,2 52,67 5,64 46,5 54,3 58,1 52,97 3,30 62,6 50,7 50,5 54,60 6,93

% 174,42 146,60 137,44 152,82 19,26 133,67 179,90 166,51 160,03 20,88 199,52 148,53 161,66 169,90 26,48

15

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 54,4 45,6 45,8 48,60 5,02 40,2 40,6 48,8 43,20 4,34 50,7 44,6 40,8 45,37 4,99

% 153,02 121,36 125,62 133,33 17,18 102,01 109,28 123,85 111,71 23,06 142,58 118,63 111,40 124,20 16,32

20

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 51,5 41,9 42,3 45,23 5,43 35,1 33,5 35 34,53 5,45 44,8 40 29,7 38,17 7,72

% 139,53 103,40 108,37 117,10 19,59 76,38 72,68 60,55 69,87 25,52 114,35 96,08 53,89 88,11 31,01

25

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 48,8 41,1 37,7 42,53 5,69 27,8 26,2 27,2 27,07 2,15 35,6 37 29 33,87 4,27

% 126,98 99,51 85,71 104,07 21,00 39,70 35,05 24,77 33,17 9,78 70,33 81,37 50,26 67,32 15,77

30

X0 21,50 20,60 20,30 20,80 0,62 19,90 19,40 21,80 20,37 0,47 20,90 20,40 19,30 20,20 0,82

Xt 43,6 38,2 35,2 39,00 4,26 26,5 25,4 26,9 26,27 0,61 26,1 27,5 23,6 25,73 1,98

% 102,79 85,44 73,40 87,21 14,78 33,17 30,93 23,39 29,16 2,31 24,88 34,80 22,28 27,32 6,61

Page 77: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 1

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 7,33 6,97 3,36 5,89 2,20 84 80 39 55 25

30 7,66 7,94 5,79 7,13 1,17 88 91 67 73 13

45 10,29 10,24 6,37 8,97 2,25 118 118 73 101 26

60 10,72 11,65 12,84 11,74 1,06 123 134 148 110 13

90 16,41 14,74 13,38 14,84 1,52 188 169 154 168 17

120 17,07 15,66 16,20 16,31 0,71 195 180 187 176 8

180 18,06 16,26 17,83 17,38 0,98 207 187 206 193 11

240 19,72 19,48 19,49 19,56 0,14 226 224 225 218 1

300 26,04 25,44 26,42 25,96 0,50 298 292 305 272 6

360 28,98 28,35 30,04 29,12 0,85 332 326 346 335 11

Lampiran 19. Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 2

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 5,64 4,90 5,59 5,38 0,41 58 50 57 55 4

30 8,47 8,07 7,02 7,85 0,75 86 82 72 80 8

45 9,57 10,26 7,01 8,95 1,71 98 105 72 91 18

60 11,44 12,17 17,33 13,65 3,21 117 124 177 139 33

90 14,49 13,03 18,01 15,18 2,56 148 133 184 155 26

120 15,43 17,97 19,00 17,47 1,84 158 183 194 178 19

180 23,02 23,10 30,87 25,66 4,51 235 236 315 262 46

240 27,25 31,38 35,35 31,33 4,05 278 320 361 320 41

300 31,61 33,35 41,46 35,47 5,26 323 340 423 362 54

360 35,40 34,98 41,51 37,30 3,66 361 357 424 381 37

Page 78: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 20. Data Uji Difusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 3

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 3,48 4,54 3,15 3,72 0,73 35 46 31 38 8

30 9,23 9,91 9,75 9,63 0,35 93 101 97 97 4

45 15,24 14,03 9,41 12,90 3,08 154 143 93 130 32

60 16,27 16,11 10,94 14,44 3,03 164 164 108 145 32

90 20,30 21,57 14,80 18,89 3,59 204 220 147 190 39

120 28,59 29,46 21,47 26,51 4,38 288 300 213 267 47

180 35,72 37,66 31,45 34,94 3,18 360 384 312 352 37

240 39,75 41,74 35,00 38,83 3,46 400 425 347 391 40

300 47,26 50,74 52,70 50,23 2,75 476 517 522 505 25

360 52,05 54,15 45,68 50,63 4,41 524 552 453 510 51

Lampiran 21. Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 1

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 57,52 67,28 71,40 65,40 7,13 671 792 852 772 92

30 63,00 67,66 71,80 67,48 4,40 735 796 857 796 61

45 73,65 73,16 69,65 72,15 2,18 860 861 831 850 17

60 74,09 68,45 70,02 70,85 2,91 865 805 835 835 30

90 74,48 71,36 70,39 72,08 2,13 869 840 840 850 17

120 72,29 74,32 70,77 72,46 1,78 844 874 844 854 18

180 75,24 69,60 68,63 71,15 3,57 878 819 819 839 34

240 70,48 69,42 68,99 69,63 0,77 822 817 823 821 3

300 78,57 72,20 69,37 73,38 4,71 917 850 828 865 47

360 86,74 82,83 84,88 84,82 1,95 1012 975 1013 1000 22

Page 79: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 22. Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 2

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 60,77 61,70 67,23 63,23 3,49 671 671 731 691 35

30 66,42 70,20 75,75 70,79 4,69 734 764 824 774 46

45 80,23 75,93 87,09 81,08 5,63 886 826 948 887 61

60 77,79 76,19 87,38 80,45 6,05 859 829 951 880 63

90 80,75 81,97 87,63 83,45 3,67 892 892 953 912 35

120 89,18 90,54 90,64 90,12 0,82 985 985 986 985 1

180 89,45 90,82 90,90 90,39 0,81 988 988 989 988 1

240 89,78 91,15 91,23 90,72 0,82 992 992 993 992 1

300 101,00 99,78 91,56 97,45 5,13 1116 1086 996 1066 62

360 95,92 97,37 94,66 95,98 1,36 1059 1059 1030 1050 17

Lampiran 23. Data Uji Disolusi Natrium Diklofenak dari Sediaan Patch Formula 3

Waktu

(menit)

% Kumulatif Bobot kumulatif (µg)

1 2 3 Rata-

Rata SB 1 2 3

Rata-

Rata SB

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

15 82,97 77,3 71,64 77,30 5,67 882 822 762 822 60

30 88,91 88,89 86,04 87,95 1,65 945 945 915 935 18

45 89,18 89,18 86,32 88,23 1,65 948 948 918 938 18

60 97,93 95,14 92,27 95,11 2,83 1041 1011 981 1011 30

90 98,21 95,45 95,41 96,36 1,61 1044 1015 1014 1024 17

120 95,72 98,6 95,73 96,68 1,66 1017 1048 1018 1028 18

180 98,88 98,92 98,87 98,89 0,03 1051 1052 1051 1051 0

240 99,23 99,24 99,19 99,22 0,03 1055 1055 1054 1055 0

300 99,57 99,57 99,52 99,55 0,03 1058 1058 1058 1058 0

360 99,9 99,89 99,84 99,88 0,03 1062 1062 1061 1062 0

Page 80: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 24. Data Statistik Persentase Difusi Natrium Diklofenak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 707.371 2 353.686 31.594 .001

Within Groups 67.169 6 11.195

Total 774.540 8

(I) Formula (J) Formula Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Formula 1 Formula 2 -8.12667

* 2.73189 .025 -14.8114 -1.4420

Formula 3 -21.50333* 2.73189 .000 -28.1880 -14.8186

Formula 2 Formula 1 8.12667

* 2.73189 .025 1.4420 14.8114

Formula 3 -13.37667* 2.73189 .003 -20.0614 -6.6920

Formula 3 Formula 1 21.50333

* 2.73189 .000 14.8186 28.1880

Formula 2 13.37667* 2.73189 .003 6.6920 20.0614

Keterangan : Signifikansi < 0,05, persentase difusi berbeda secara signifikan

Lampiran 25. Data Statistik Fluks Difusi Natrium Diklofenak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 342.855 2 171.427 18.047 .003

Within Groups 56.994 6 9.499

Total 399.849 8

(I) Formula (J) Formula Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Formula 1 Formula 2 -3.86333 2.51649 .176 -10.0210 2.2943

Formula 3 -14.59000* 2.51649 .001 -20.7476 -8.4324

Formula 2 Formula 1 3.86333 2.51649 .176 -2.2943 10.0210

Formula 3 -10.72667* 2.51649 .005 -16.8843 -4.5690

Formula 3 Formula 1 14.59000

* 2.51649 .001 8.4324 20.7476

Formula 2 10.72667* 2.51649 .005 4.5690 16.8843

Keterangan : Signifikansi < 0,05, fluks difusi berbeda secara signifikan

Page 81: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 26. Data Statistik Persentase Disolusi Natrium Diklofenak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1211.309 2 605.654 135.539 .000

Within Groups 26.811 6 4.468

Total 1238.120 8

(I) Formula (J) Formula Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Formula 1 Formula 2 -19.23333

* 1.72597 .000 -23.4566 -15.0100

Formula 3 -27.73333* 1.72597 .000 -31.9566 -23.5100

Formula 2 Formula 1 19.23333

* 1.72597 .000 15.0100 23.4566

Formula 3 -8.50000* 1.72597 .003 -12.7233 -4.2767

Formula 3 Formula 1 27.73333

* 1.72597 .000 23.5100 31.9566

Formula 2 8.50000* 1.72597 .003 4.2767 12.7233

Keterangan : Signifikansi < 0,05, persentase disolusi berbeda secara signifikan

Lampiran 27. Data Statistik Fluks Disolusi Natrium

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1959.006 2 979.503 90.256 .000

Within Groups 65.115 6 10.852

Total 2024.121 8

(I) Formula (J) Formula Mean

Difference (I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Formula 1 Formula 2 -24.97580

* 2.68979 .000 -31.5575 -18.3941

Formula 3 -35.10780* 2.68979 .000 -41.6895 -28.5261

Formula 2 Formula 1 24.97580

* 2.68979 .000 18.3941 31.5575

Formula 3 -10.13200* 2.68979 .009 -16.7137 -3.5503

Formula 3 Formula 1 35.10780

* 2.68979 .000 28.5261 41.6895

Formula 2 10.13200* 2.68979 .009 3.5503 16.7137

Keterangan : Signifikansi < 0,05, fluks disolusi berbeda secara signifikan

Page 82: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 28. Contoh Perhitungan Persentase Difusi Sampel 1 pada F1

Diketahui : y = 0,0027+0,0299x

Y0 = 0,000

Y15 = 0,025

Y30 = 0,025

Kadar zat aktif = 4,47%

Bobot sediaan = 25,6 mg

Ditanya : C0 = ? % difusi zat aktif pada t0 = ?

C15 = ? % difusi zat aktif pada t15 = ?

C30 = ? % difusi zat aktif pada t30 = ?

a. Mencari nilai x pada menit ke-0

y = 0,0027+0,0299x

0,000 = 0,0027+0,0299x

C0 = 0,000 ppm

b. Mencari nilai x pada menit ke-15

y = 0,0027+0,0299x

0,025 = 0,0027+0,0299x

C15 = 0,746 ppm

c. Mencari nilai x pada menit ke-30

y = 0,0027+0,0299x

0,025 = 0,0027+0,0299x

C30 = 0,746 ppm

d. Kandungan zat aktif dalam sediaan

m = Kadar zat aktif Bobot sediaan

m = 4,47% 25,6 mg = 1,144 mg

e. Jumlah zat aktif yang terdifusi pada menit ke-0

Difusi = C0 Volume (L) Faktor Pengenceran

Difusi = 0,000

0,0225 L 5 = 0 mg

% difusi = ( )

100%

% difusi =

100% = 0%

f. Jumlah zat aktif yang terdifusi pada menit ke-15

Faktor koreksi t0 = C0 ( )

( )

Page 83: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor koreksi = 0,000 x

= 0,000

Difusi = (C15 + FK0) Volume (L) Faktor Pengenceran

Difusi = (0,746

+ 0,000) 0,0225 L 5 = 0,0839 mg

% difusi = ( )

100%

% difusi =

100% = 7,3%

g. Jumlah zat aktif yang terdifusi pada menit ke-30

Faktor koreksi t15 = C15 ( )

( )

Faktor koreksi = 0,746 x

= 0,033

Difusi = (C50+FK0+FK15) Volume(L) Faktor Pengenceran

Difusi = (0,746

+0,000+0,033) 0,0225L 5 = 0,0876 mg

% difusi = ( )

100%

% difusi =

100% = 7,66%

Lampiran 28. Contoh Perhitungan Fluks Difusi pada F1 jam keenam

Diketahui : M = 334 µg

t = 6 jam

s = 2 cm2

Ditanya : J = ?

Jawab :

J =

J =

= 27,6 µg cm

-2 jam

-1

Page 84: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 30. Contoh Perhitungan Persentase Disolui Sampel 1 pada F1

Diketahui : y = 0,0027+0,0299x

Y0 = 0,000

Y15 = 0,025

Y30 = 0,027

Kadar zat aktif = 4,47%

Bobot sediaan = 26,1 mg

Ditanya : C0 = ? % disolusi zat aktif pada t0 = ?

C15 = ? % disolusi zat aktif pada t15 = ?

C30 = ? % disolusi zat aktif pada t30 = ?

a. Mencari nilai x pada menit ke-0

y = 0,0027+0,0299x

0,000 = 0,0027+0,0299x

C0 = 0,000 ppm

b. Mencari nilai x pada menit ke-15

y = 0,0027+0,0299x

0,025 = 0,0027+0,0299x

C15 = 0,746 ppm

c. Mencari nilai x pada menit ke-30

y = 0,0027+0,0299x

0,027 = 0,0027+0,0299x

C30 = 0,813 ppm

d. Kandungan zat aktif dalam sediaan

m = Kadar zat aktif Bobot sediaan

m = 4,47% 26,1 mg = 1,167 mg

e. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke-0

Disolusi = C0 Volume (L) Faktor Pengenceran

Disolusi = 0,000

0,9 L 1 = 0 mg

% disolusi = ( )

100%

% disolusi =

100% = 0%

f. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke-15

Faktor koreksi t0 = C0 ( )

( )

Page 85: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor koreksi = 0,000 x

= 0,000

Disolusi = (C15 + FK0) Volume (L) Faktor Pengenceran

Disolusi = (0,746

+ 0,000) 0,9 L 1 = 0,671 mg

% disolusi = ( )

100%

% disolusi =

100% = 57,5%

g. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke 30

Faktor koreksi t15 = C15 ( )

( )

Faktor koreksi = 0,746 x

= 0,004

Disolusi = (C30+FK0+FK15) Volume(L) Faktor Pengenceran

Disolusi = (0,813

+0,000+0,004) 0,9L 1 = 0,735 mg

% disolusi = ( )

100%

% disolusi =

100% = 62,9%

Lampiran 31. Contoh Perhitungan Fluks Disolusi pada F1 jam ketiga

Diketahui : M =874 µg

t = 3 jam

s = 2 cm2

Ditanya : J = ?

Jawab :

J =

J =

= 146,3 µg cm

-2 jam

-1

Page 86: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 32. Sertifikat Analisis Natrium Diklofenak

Page 87: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 33. Sertifikat Analisis HPMC

Page 88: FORMULASI PATCH NATRIUM DIKLOFENAK BERBASIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25508/1/DELVINA... · 3.3.2 Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8 …………………

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 34. Sertifikat Analisis NaCMC