formulasi krim tipe m/a dan a/m repelan minyak/formulas... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FORMULASI KRIM TIPE M/A dan A/M REPELAN MINYAK
ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanioidesi (L) Nash) dengan
EVALUASI SIFAT FISISNYA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh :
DHERY MADYATI MANURUNG
M3509018
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul
“FORMULASI KRIM TIPE M/A DAN A/M REPELAN MINYAK ATSIRI
AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides (L) Nash) DENGAN EVALUASI SIFAT
FISISNYA” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsure penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ dicabut.
Surakarta, Juli 2012
DHERY MADYATI MANURUNG
M3509018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
FORMULASI KRIM TIPE M/A dan A/M REPELAN MINYAK
ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanioidesi (L) Nash) dengan
EVALUASI SIFAT FISISNYA
DHERY MADYATI MANURUNG
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Minyak atsiri akar wangi (Vetiveria zizanoides (L) Nash) mengandung
vetiverol sebagai komponen utama, yaitu senyawa golongan seskuiterpen yang
berpotensi sebagai anti nyamuk (repellan). Tujuan dari penelitian ini adalah
memperoleh sediaan farmasi yang berupa krim minyak atsiri akar wangi yang
berkhasiat sebagai anti nyamuk (repellan) yang stabil selama penyimpanan dan
mengetahui pengaruh basis tipe minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M) terhadap stabilitas fisik krim selama 4 minggu.
Krim minyak atsiri akar wangi dibuat 2 formula dengan basis yang
berbeda yaitu F1 (M/A) dan F2 (A/M) dengan konsentrasi minyak atsiri 10%.
Krim diuji sifat fisik meliputi daya sebar, daya lekat, kemampuan proteksi,
homogenitas, organoleptis dan pH. Data yang diperoleh dibandingkan dengan
persyaratan pada literatur. Selain itu, data yang diperoleh dianalisis menggunakan
Independent T test dengan taraf kepercayaan 95% dan data yang tidak
terdistribusi normal diuji kembali menggunakan Mann Whitney test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara krim
tipe M/A dan A/M untuk uji sifat fisik krim terutama daya lekat dan pH krim.
Daya lekat yang dimiliki tipe M/A lebih lama jika dibandingkan dengan krim tipe
A/M. Nilai pH pada krim tipe M/A hampir mendekati pH kulit sedangkan krim
tipe A/M memiliki pH yang cukup basa. Krim dengan tipe M/A memiliki
kemampuan proteksi dan daya sebar yang baik, namun tidak demikian dengan
krim tipe A/M.
Kata kunci : krim, repellan, minyak atsiri Vetiveria zizanoides (L) Nash,
vetiverol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
CREAM FORMULATION TYPE O/W and W/O REPELAN FRAGRANT
ROOTS ESSENTIAL OIL (Vetivera zizanioidesi (L) Nash) with PHYSICAL
PROPERTIES EVALUATION
DHERY MADYATI MANURUNG
Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Science
Sebelas Maret University
ABSTRACT
Essential oil vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash) contains vetiverol as
major components, namely the class of sesquiterpene compounds as potential anti-
mosquito (repellan). The purpose of this study was obtained in the form of
pharmaceutical preparations vetiver essential oil cream is efficacious as an anti-
mosquito (repellan) are stable during storage and determine the effect of base oil
in water type (O/W) and water in oil (W/O) against physical stability of the cream
for 4 weeks
Vetiver essential oil cream made two formulas with different bases,
namely F1 (O/W) and F2 (W/O) with 10% concentration of essential oils. Creams
were tested physical properties include scattered power, adhesion, protection
capabilities, homogeneity, organoleptis and pH. In addition, data were analyzed
using the Independent T test with 95% confidence level and the data are not
normally distributed were tested again using the Mann Whitney test.
The results showed a significant difference between the cream of type
O/W and W/O to test the physical properties especially the adhesion and pH
cream. The adhesion cream type O/W for longer when compared with the cream
of type W/O. pH value on the cream of type O/W pH close to the skin while the
cream of type W/O has a fairly alkaline pH. Cream of type O/W has the ability to
protect and the good power of spread, but not so with the cream of type W/O.
Keywords : cream, repellant , Vetiver essential oil, vetiverol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Tidak ada yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Semua
indah pada waktuNya.
(Anonim)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
(Pengkhotbah 3 : 11a)
Sebab itu jangan kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari.
(Matius 6 : 34)
Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi
seorang saudara dalam kesukaran.
(Amsal 17 : 17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini Kupersembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus yang kasihNya tidak pernah berhenti seperti air mengalir
2. Papa dan Mama yang kusayangi yang telah mencurahkan segalanya untukku
3. Abang tercinta yang mau menghiburku di saat suka dan duka
4. Anak Tuhan yang kukasihi
5. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih yang
telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “FORMULASI KRIM TIPE M/A
DAN A/M REPELAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Vetiveria zizanoides
(L) Nash) DENGAN EVALUASI SIFAT FISISNYA” dengan baik.
Penyusunan laporan Tugas Akhir merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farnasi pada jurusan D3 Farmasi di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tidak mungkin terwujud
tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril
maupun materiil, dan doa dari berbagai pihak. Karena itu penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt., selaku ketua program studi D3 Farmasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Estu Retnaningtyas N., S.TP., M.Si., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.
4. Heru Sasongko, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas akhir atas segala
ketulusan, kesabaran, dan keikhlasannya dalam memberikan arahan,
pengertian, saran, dan ilmu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Papa, Mama dan Abang yang sangat kukasihi atas segala pengorbanan kalian
untukku selama perkuliahanku.
6. Teman-teman D3 Farmasi angkatan 2009 yang begitu luar biasa, terutama
untuk Arum, Maria, Devita, Farida, Dhista.
7. Sahabat dan saudaraku di PMK MIPA tempatku bertumbuh yang selalu
memberikan dorongan dan semangat sampai saat ini.
8. Teman-teman Naposo HKBP Solo yang telah memberikan semangat dan
dorongan hingga study dapat terselesaikan.
9. Sahabat-sahabat, Vinca, Yohan dan Fani yang selalu memberikan dorongan
agar segera lulus dan segala suka dan duka bersama kalian.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
Tugas Akhir ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dan
masukan untuk penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Penulis berharap semoga
laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bekal
bagi penulis dalam pengabdian Ahli Madya Farmasi di masyarakat.
Surakarta, Agustus 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
INTISARI .................................................................................................. iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4
1. Minyak Atsiri ........................................................................... 4
a. Pengertian Minyak Atsiri .................................................... 4
b. Komponen Minyak Atsiri ................................................... 5
c. Minyak Atsiri Akar Wangi .................................................. 6
d. Metode Penyulingan ........................................................... 8
e. Penyimpanan Minyak Atsiri ................................................. 11
2. Dosis ........................................................................................ 12
3. Kulit ........................................................................................ 12
a. Anatomi dan Fisiologi Kulit ................................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal
b. Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi oleh Kulit ................ 16
4. Krim ........................................................................................ 17
a. Pengertian dan Fungsi Krim ................................................. 16
b. Tipe Krim ............................................................................ 18
c. Bahan Dasar Pembuatan Krim ............................................. 19
d. Emulsi dan Emulgator ......................................................... 19
e. Kualitas Dasar Krim ............................................................ 20
f. Teknologi Pembuatan Krim ................................................. 21
g. Kerusakan Krim ................................................................... 22
h. Pembuatan Krim ................................................................... 23
i. Komponen Krim .................................................................... 23
j. Uji Fisik Krim ....................................................................... 27
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 29
C. Hipotesis ........................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 30
A. Alat dan Bahan .............................................................................. 30
1. Alat ............................................................................................ 30
2. Bahan ......................................................................................... 30
B. Waktu dan Tempat ........................................................................ 30
1. Waktu ........................................................................................ 30
2. Tempat ....................................................................................... 30
C. Metode Penelitian dan Cara Kerja ................................................ 31
1. Metode Penelitian ...................................................................... 31
a. Populasi dan Sampel.............................................................. 31
b. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................. 31
2. Cara Kerja ................................................................................. 32
a. Formulasi Krim ..................................................................... 32
b. Pembuatan Krim Minyak Atsiri Akar Wangi basis M/A ...... 33
c. Pembuatan Krim Minyak Atsiri Akar Wangi basis A/M ...... 33
d. Pemeriksaan Kestabilan Fisik ............................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal
D. Analisis Data ................................................................................ 37
1. Pendekatan secara Teoritis ....................................................... 37
2. Pendekatan Statistik ................................................................. 37
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................ 38
A. Pemeriksaan Organoleptis Minyak Atsiri ...................................... 38
B. Hasil Pembuatan Krim .................................................................. 38
C. Hasil Pengujian Krim .................................................................... 40
1. Pengamatan Organoleptis Krim ............................................... 40
2. Uji Homogenitas Krim ............................................................. 41
3. Uji Daya Sebar Krim ................................................................ 43
4. Uji Daya Lekat Krim ................................................................ 46
5. Uji pH ....................................................................................... 48
6. Uji Kemampuan Proteksi ......................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 53
A. Kesimpulan .................................................................................... 53
B. Saran .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Penampang Melintang Kulit Manusia ........................................... 12
Gambar 2. Kemungkinan Jalan Masuk Penetrasi ........................................... 15
Gambar 3. Diagram Hasil Uji Daya Sebar ....................................................... 44
Gambar 4. Diagram Hasil Uji Daya Lekat ....................................................... 47
Gambar 5. Diagram Hasil Uji pH .................................................................... 50
Gambar 6. Hasil Krim Formula 1 ................................................................... 57
Gambar 7. Hasil Krim Formula 2 ................................................................... 57
Gambar 8. Alat Uji Daya lekat ......................................................................... 57
Gambar 9. Alat Uji Daya Sebar ...................................................................... 57
Gambar 10. Alat Uji pH .................................................................................. 58
Gambar 11. Hasil Uji Kemampuan Proteksi Formula 1 ................................. 58
Gambar 12. Hasil Uji Kemampuan Proteksi Formula 2 ................................. 58
Gambar 13. Hasil Uji Homogenitas Formula 1 .............................................. 58
Gambar 14. Hasil Uji Homogenitas Formula 2 .............................................. 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I. Komposisi Minyak Akar Wangi ........................................................ 7
Tabel II. Syarat Mutu Minyak Akar Wangi ..................................................... 7
Tabel III. Sifat Alami dan Kimiawi Minyak Akar Wangi .............................. 7
Tabel IV. Formulasi Krim ............................................................................... 32
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Minyak Atsiri ................................ 38
Tabel VI. Hasil Pembuatan Krim .................................................................... 39
Tabel VII. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim .......................................... 40
Tabel VIII. Hasil Uji Homogenitas Krim ....................................................... 42
Tabel IX. Hasil Uji Daya Sebar Krim ............................................................. 43
Tabel X. Hasil Uji Daya lekat Krim ................................................................ 46
Tabel XI. Hasil Uji pH Krim ........................................................................... 49
Tabel XII. Hasil Uji Kemampuan Proteksi Krim............................................. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Daftar Gambar ............................................................................ 57
Lampiran 2. Diagram Alir Cara Kerja ............................................................ 59
Lampiran 3. Hasil Pengukuran Uji Daya Sebar selama 4 Minggu .................. 61
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Uji Daya lekat selama 4 Minggu.................... 62
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Uji pH selama 4 Minggu ................................ 63
Lampiran 6. Perhitungan Daya Sebar ............................................................. 64
Lampiran 7. Perhitungan Daya Lekat ............................................................. 66
Lampiran 8. Perhitungan pH ............................................................................ 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati yang
cukup besar yang dapat dikembangkan terutama untuk obat tradisional
yang merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari
bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Wasito, 2011).
Pemanfaatan tanaman obat tersebut semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan tanaman obat lebih mudah untuk didapat, ekonomis dan
mempunyai efek samping yang kecil dibandingkan dengan obat kimia.
Tubuh manusia relatif lebih mudah menerima obat dari bahan tanaman
dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2002).
Salah satunya dari tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L)
Nash). Bagian dari tanaman ini yang digunakan yaitu akar yang berkhasiat
sebagai obat reumatik ataupun untuk mengatasi bau mulut (Raina, 2011).
Penelitian akhir-akhir ini sedang mengembangkan pemakaian akar wangi
sebagai repellen untuk menangkal gigitan nyamuk Aedes albopictus
(Trubus,2011). Akar wangi diketahui memiliki minyak atsiri (vetiverin,
vetiveron, dan veton), humulene hars, dan zat pahit. Minyak atsiri dari
akar wangi ini mampu menolak serangan nyamuk Aedes albopictus
dengan durasi 1 jam dalam konsentrasi 20% (Anggoro, 2003) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dikembangkan lagi dengan konsentrasi 10% minyak atsiri dari akar wangi
ini dapat menolak serangan nyamuk Aedes albopictus dengan tidak
mengiritasi kulit (Yuliani, 2005).
Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada
yang A/M dan ada yang M/A. Sebagai pengemulsi dapat berupa surfaktan
anionik-kationik dan non-ionik. Vanishing cream termasuk dalam krim
M/A yang mudah dicuci dengan air, jika digunakan pada kulit, maka akan
terjadi penguapan dan peningkatan konsentrasi dari suatu obat yang larut
dalam air sehingga mendorong penyerapannya ke dalam jaringan
kulit(Anief, Moh, 2007). Krim tipe A/M merupakan sediaan yang sukar
jika dicuci dengan air walaupun dapat menyerap air.
Dari latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian
formulasi dan pengujian sifat fisis krim repelan minyak atsiri Akar Wangi
(Vetiveria zizanioides (L) Nash). Untuk dapat dilihat stabilitas dari krim
M/A yang berupa vanishing cream dan krim tipe A/M.
B. Perumusan Masalah
Menurut latar belakang yang telah diuraikan diatas maka didapat
perumusan masalah, yaitu :
1. Apakah minyak atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L) Nash)
dapat dibuat menjadi sediaan krim yang memenuhi uji stabilitas
fisik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Apakah terdapat pengaruh basis krim tipe A/M dan M/A terhadap
stabilitas fisik dari sediaan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Membuat sediaan krim minyak atsiri Akar Wangi (Vetiveria
zizanioides (L) Nash) yang memenuhi uji stabilitas fisik.
2. Mengetahui pengaruh tipe basis A/M dan M/A terhadap stabilitas
fisik sediaan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
lebih lanjut mengenai teknologi sediaan farmasi terutama sediaan krim
dengan tipe basis krim M/A dan A/M.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Minyak Atsiri
a. Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri atau minyak eteris adalah minyak yang bersifat
mudah menguap, yang terdiri dari campuran zat yang mudah menguap,
dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Pada umumnya
tekanan uap ini sangat rendah untuk titik didih yang sangat tinggi agar
mendapatkan hasil sulingan yang bagus.selanjutnya intensitas suatu bau
(harum yang dihasilkan, dengan beberapa pengecualian pada kondisi
tertentu) (Sani, 2011).
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di
dalam air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari
jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan
tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari
jaringan bersama uap air yang terbentuk atau bersama uap air yang
dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan minyak atsiri
dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah. Hasil
kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah
dipisahkan kerena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan (Anonim,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Komponen Minyak Atsiri
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan
perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh,
umur panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan
minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran
persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi
menjadi dua golongan yaitu Hidrokarbon (yang terutama terdiri dari
persenyawaan terpen) dan Hidrokarbon teroksigenasi.
a. Golongan hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari
unsur Karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang
terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen
(2 unit isopren), sesquiterpen (3 unit isopren), diterpen (4 unit
isopren) dan politerpen.
b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk
dari unsure Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O).
Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah
persenyawaan alcohol, aldehid, keton, ester, eter, dan fenol. Ikatan
karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tunggal, ikatan rangkap dua, dan ikatan rangkap tiga. Terpen
mengandung ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua.
Senyawa terpen memiliki aroma kurang wangi, sukar larut dalam
alkohol encer dan jika disimpan dalam waktu lama akan membentuk resin.
Golongan hidrokarbon teroksigenasi merupakan senyawa yang penting
dalam minyak atsiri karena umumnya aroma yang lebih wangi. Fraksi
terpen perlu dipisahkan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan
parfum, sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen (Naibaho,
2008).
c. Minyak Atsiri Akar Wangi
Akar wangi yang kering bermutu baik menghasilkan rendemen
minyak sekitar 1,5% - 2% berat kering, dan jarang mencapai rendemen
sampai 3 %. Akar segar (belum kering) menghasilkan rendemen minyak
lebih kecil.
Mutu akar minyak wangi tidak tergantung pada umur akar, tetapi
terhadap lamanya penyulingan. Semakin lama penyulingan, maka minyak
yang dihasilkan semakin bermutu baik. Umumnya minyak yang dihasilkan
dengan proses penyulingan yang lama berwarna gelap, lebih pekat, dan
memiliki nilai bobot jenis dan putaran optic yang tinggi (Sani, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel I. Komposisi Minyak Akar Wangi (Sani, 2011)
Komponen %
Vetivenol 60-75
Vetiveron 7,8 – 35,1
Vetivena, Asam palmitat,
Asam benzoat, Asam
Vetivenat
0,28
Tabel II. Syarat Mutu Minyak Akar Wangi (Sani, 2011)
Karakteristik Syarat
Warna Kecoklat – coklatan sampai coklat
kemerah-merahan
Berat jenis pada 250C
0,978 – 1,038
Bilangan ester 5-25
Bilangan ester setelah asetilasi 100 – 150
Kelarutan dalam etanol 95 % Perbandingan volume 1 : ½
Alkohol tambahan Negatif
Minyak lemak Negatif
Minyak pelican Negatif
Tabel III. Sifat Alami dan Kimiawi Minyak Akar Wangi (Sani, 2011)
Karakteristik Syarat
Penampilan dan bau Cairan tidak gelap berwarna coklat
kemerah-merahan, bau aroma agak
berbau kayu
Berat jenis pada 250C
0,984 – 1,035
Putaran optik + 15
0 sampai + 45
0
Refractive index pada 250C
1,5200 sampai 1,5280
Kelarutan dalam alcohol 80% Larutan dalam 1 sampai 3 volume
Bilangan ester setelah asetilasi 110 - 165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut penelitian Rahmawati, senyawa vetiverol yang terdapat
pada minyak atsiri akar wangi (Vetiveria zizanoides (L) Nash) termasuk ke
dalam golongan seskuiterpen. Seskuiterpenoid merupakan senyawa
terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka
asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen.
Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup
besar, diantaranya adalah sebagai antifeedant, hormon, antimikroba,
antibiotik, insect antifectan atau repellan dan toksin serta regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis (Lenny, 2006).
d. Metode Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa
cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan
perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri
yang tidak larut dalam air. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama
dengan uap air ditentukan 3 faktor yaitu besarnya tekanan uap yang
digunakan, berat molekul masing-masing komponen dalam minyak dan
kecepatan minyak yang keluar dari bahan yang mengandung minyak
(Guenther, 1987).
Penyulingan didefinisikan sebagai pemisahan komponen-
komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan
perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Penyulingan
adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atsiri dengan cara
mendidihkan bahan baku yang dimaksudkan ke dalam ketel hingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terdapat uap yang diperlukan, atau dengan cara mengalirkan uap dari ketel
pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Penyulingan bertujuan untuk
memisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat
menguap (Sani, 2011).
Proses pengolahan minyak atsiri dapat dilakukan dengan proses :
a. Proses Penyulingan
Pada proses penyulingan menunjukkan mekanisme uap
dapat memisahkan minyak atsiri dari tanaman aromatis. Proses ini
cocok untuk akar, kulit batang, kayu, biji. Misalnya : minyak akar
wangi, minyak cendana, minyak kayu manis. Proses penyulingan
itu sendiri dibagi menjadi tiga metode, yaitu:
1. Kohobasi atau penyulingan dengan air Proses
penyulingan dengan air ini cocok untuk mengolah minyak atsiri
dari bunga mawar, bunga kenanga, bunga jeruk varietas tertentu
dan bahan yang berupa bubuk halus (almon) sebab bahan ini dapat
bebas melayang dalam air.
2. Penyulingan dengan air dan uap. Proses penyulingan
dengan uap dan air ini cocok untuk mengolah minyak atsiri dari
bahan baku berupa biji, kulit batang, kayu, akar dan rimpang.
Misalnya : minyak atsiri akar wangi, minyak cendana, minyak
kayu manis.
3. Penyulingan dengan uap air. Proses penyulingan dengan
uap air ini cocok untuk bahan berupa daun dan tumbuhan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perdu dan semak. Misalnya : Minyak serai wangi, minyak kayu
putih, minyak kemangi.
Pada dasarnya tidak adanya perbedaan yang signifikan pada ketiga
alat penyulingan tersebut. Namun demikian pemilihan tergantung pada
cara yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama
penyulingan (Sastrohamidjojo, 2001).
b. Proses Kempa, Peras atau Pres
Proses kempa ini cocok untuk minyak atsiri yang akan
rusak jika terkena air panas. Contoh : berbagai macam minyak
jeruk, misalnya : citrus, lemon, orange, serta minyak atsiri dari
buah anggur.
c. Proses Enflorasi (Enfleurage)
Proses enflorasi cocok untuk jenis minyak atsiri yang
mudah rusak oleh air dan suhu panas, terutama untuk minyak
bunga yang biosintesisnya masih berlangsung terus setelah dipetik.
Contoh : Minyak atsiri dari bunga (bunga melati dan bunga
tuberosa / sedap malam)
d. Proses Maserasi
Proses maserasi biasa di pakai untuk jenis bunga yang
biosintetisnya tidak berlangsung terus setelah dipetik. Contoh :
bunga mawar, bunga jeruk, bunga acasia dan bunga mimosa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Proses Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Proses ekstraksi biasanya digunakan untuk mengekstraksi
berbagai jenis minyak atsiri bunga.
Dari uraian berbagai cara proses pengambilan minyak akar wangi
yang cocok untuk mengolah minyak atsiri dari akar wangi adalah dengan
metode penyulingan dengan menggunakan uap dan air. Kelebihan dari
metode ini dari metode penyulingan lain yaitu metode ini mencegah
gosongnya bahan yang disuling, karena suhu pemanasan tidak melebihi
uap jenuh pada tekanan atmosfir (pada tekanan atmosfir suhu uap air tidak
lebih dari 100oC) sehingga dapat memperkecil kerusakan minyak atsiri
karena proses dekomposisi minyak (hidrolisis, polimerisasi). Pada waktu
penyimpanan, minyak atsiri harus dipisahkan dari benda-benda asing
seperti logam, dijernihkan dan dibebaskan dari air terlebih dahulu, karena
air merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
kerusakan minyak atsiri. Minyak atsiri juga ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat dan berwarna gelap. Minyak atsiri dapat didehidrasi dengan
menambahkan natrium sulfat anhidrat, lalu dikocok, kemudian didiamkan
dan disaring (Guenther, 1987).
e. Penyimpanan Minyak Atsiri
Minyak atsiri disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu
kamar yang terlindung dari cahaya , penyimpanan minyak dalam jumlah
kecil sangat baikm dilakukan dalam botol dan gelas berwarna gelap,
sedangkan dalam jumlah yang lebih besar dapat disimpan dalam drum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi dengan minyak
atsiri. Penyemprotan gas karbon dioksida atau nitrogen ke dalam drum
sebelum ditutup akan mengusir gas oksigen dari permukaan minyak,
sehingga minyak akan terlindung dari kerusakan akibat oksidasi (Sani,
2011).
2. Dosis
Dosis didapat dari penelitian sebelumnya yang menyatakan tentang
konsentrasi repelan minyak atsiri akar wangi yang dapat berfungsi sebagai
antinyamuk adalah 10%(Yuliani, 2005).
3. Kulit
a. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh
darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat
syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak. Diperkirakan luas
permukaan kulit ± 18 kaki kuadrat. Berat kulit tanpa lemak adalah ± 8
pound. Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan yang berbeda yaitu epidermis,
dermis dan jaringan subkutan yang berlemak.
Gambar 1. Penampang Melintang Kulit Manusia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Epidermis, merupakan lapisan luar, dengan tebal 0,16 mm pada
pelupuk mata sampai 0,8 mm pada telapak tangan telapak kaki.
Epidermis dapat dibagi menjadi 5 lapisan :
i. Stratum corneum (lapisan tanduk)
ii. Stratum lucidum (daerah rintangan)
iii. Stratum granulosum (lapisan seperti butir)
iv. Stratum spinosum (lapisan sel duri)
v. Stratum germinativum (lapisan sel basal)
Fungsi epidermis adalah sebagai sawar pelindung terhadap
bakteri, iritasi kimia, alergi dan lain-lain. Stratum korneum paling tebal
pada telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk mata, pipi dan dahi.
Meliputi stratum korneum ada lapisan permukaan lipid teremulsi, film
pelindung ini mempunyai pH 4,5-6,5, disebut mantel asam yang terdiri
asam laktat dan asam amino dikarboksilat dalam sekresi keringat,
campur dengan substansi lipoid dari sebasea. Perubahan drastis pH
mantel ini menyebabkan meningkatnya pemasukan bakteri dari
bermacam-macam penyakit kulit.
Stratum korneum terdiri dari sel mati berkeratin berbentuk dan
tersusun berlapis-lapis. Stratum korneum diduga merupakan sawar kulit
pokok terhadap kehilangana air. Beberapa lapis sel mati berkeratin
sangat hidrofil dan bila tercelup dalam air akan mengembang, hal ini
menjaga permukaan kulit tetap halus dan lentur. Lapisan film
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
permukaan lipid teremulsi pada permukaan kulit, membantu menahan
air tetap dalam kulit, walaupun bukan merupakan mantel penutup.
Stratum lucidum menunjukkan sebagai daerah sawar hanya
terlihat pada telapak kaki dan telapak kanan. Stratum granulosum
berpartisipasi aktif dalam proses keratinisasi, hanya mekanismenya
belum diketahui jelas. Stratum spinosum dan stratum germinativum
disebut lapisan malpighi. Sedang lapisan basal berfungsi membentuk
lapisan yang menyusun epidermis.
2. Dermis atau corium tebalnya 3-5 mm, merupakan anyaman
serabut kolagen dan elastin yang bertanggung jawab untuk sifat-
sifat penting dari kulit. Dermis mengandung pembuluh darah,
pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak (sebasea),
kelenjar keringat, otot dan serabut syaraf dan korpus pacini.
Daerah atas dari korium terdapat papil. Lapisan papil mengandung
akhir syaraf yang dipengaruhi oleh perubahan suhu dan aplikasi
anestetika lokal dan iritasi.
3. Jaringan subkutan berlemak bekerja sebagai bantalan dan isolator
panas.
Kulit yang utuh merupakan sawar yang efektif terhadap penetrasi.
Absorbsi obat terutama tergantung pada keadaan fisiologi kulit dan sifat
fisika-kimia pada obat dan sedikit sekali tergantung pada dasar salep
dimana obat berada. Absorpsi melalui kulit dapat terjadi menembus darah
anatomi seperti :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i. Menembus langsung epidermis utuh
ii. Masuk di antara atau menembus sel stratum korneum atau
iii. Menembus kulit tambahan seperti kelenjar keringat,
kelenjar lemak dan gelembung rambut.
Gambar 2. Kemungkinan Jalan Masuk Penetrasi
Bila obat menembus kulit maka terjadi perubahan aktivitas faali
dari kulit, sedang dasar salep sendiri jarang merubah fungsi faali kulit.
Dasar salep mempengaruhi penetrasi obat dalam kulit hanya berpengaruh
secara tak langsung pada faali dari kulit. Sediaan salep yang digunakan
pada kulit dapat mempengaruhi kulit berdasarkan sifat-sifat fisika dan
fisika kimia.
Dasar-dasar absorpsi perkutan belum sepenuhnya dapat dipahami.
Dari segi faktor fisiologi, yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya
absorpsi perkutan ialah keadaan kulit, luas daerah pemakaian dan
banyaknya pemakaian. Pada kulit yang sakit atau lecet, sering terjadi
kenaikan kecepatan dan besarnya absorpsi kecil. Bila sawar kulit rusak
pengaruh dasar salep pada absorpsi kecil. Pada daerah kulit yang tebal
seperti telapak kaki dan telapak tangan penetrasi berjalan lambat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penetrasi berjalan cepat pada daerah keratinnya tipis misalnya pada muka
dan pelupuk mata.
Menurut Higuchi dan Wagner, hubungan fisika dan kimia antara
obat dan dasar salep dimana obat berada berpengaruh lebih besar
dibanding sifat-sifat penetrasi dasar salep sendiri dalam absorpsi perkutan.
Difusi melintasi stratum korneum merupakan tahap penentuan kecepatan
dalam absorpsi perkutan melalui kulit yang utuh (Anief, 2007).
b. Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi oleh Kulit
Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya
absorbsi obat ke dalam kulit, faktor yang utama adalah penetrasi dan cara
pemakaian, temperatur dari kulit, pengaruh basis krim, sifat-sifat dari
obatnya, lama pemakaian, kondisi atau keadaan kulit(Anief, 2007).
4. Krim
a. Pengertian dan Fungsi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung
air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar
(Anonim,1979). Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian
luar(Anief, 2007).
Krim bisa digunakan sebagai pelindung, pelunak kulit dan sebagai
vehiculum (pembawa). Krim yang baik seharusnya stabil dalam
penyimpanan, lunak, mudah dipakai, protektif, basis yang cocok dan
homogen. Pelepasan obat dari basis krim secara invitro dapat digambarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan kecepatan pelarutan obat yang dikandungnya dalam medium
tertentu. Ini disebabkan karena kecepatan pelarutan merupakan langkah
yang menentukan dalam proses berikutnya. Faktor yang mempengaruhi
pelepasan obat dari basis yaitu kelarutan obat dalam basis, konsentrasi
obat, koefisien obat dalam basis medium pelepasan (Anief, 2000).
Krim terdiri dari basis krim yang berupa sistem sederhana atau dari
komposisi yang lebih kompleks bermassa bahan aktif atau kombinasi atau
bahan aktif (Voigt, 1984). Basis krim merupakan pembawa dalam
penyiapan krim menjadi obat (Ansel, 1989). Maka, sebaiknya basis krim
memiliki daya sebar yang baik dan dapat menjamin pelepasan bahan obat
pada daerah yang diobati, dan tidak menimbulkan rasa panas, juga tidak
ada hambatan pada pernafasan kulit (Voigt, 1984).
Sediaan krim berupa cairan kental atau emulsi setengah padat dan
dapat berupa tipe air dalam minyak atau minyak dalam air. Bahan-bahan
dasar pembantu dalam pembuatan krim pada dasarnya hampir sama
dengan salep, namun komposisi berbentuk cair yang lebih banyak
sehingga sediaannya lebih encer jika dibandingkan dengan salep. Cara
pembuatannya juga hampir sama dengan salep. Dan pada umumnya
sediaan krim lebih mudah menyebar secara merata serta krim dalam
bentuk emulsi minyak dalam air lebih mudah untuk dibersihkan daripada
bentuk salep (Wasito, 2011).
Tipe krim ada yang A/M dan ada yang M/A. Sebagai pengemulsi
dapat berupa surfaktan anionik, kationik dan non-ionik. Untuk krim tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A/M digunakan sabun polivalen, Span, Adeps Lanae, Cholesterol, Cera.
Untuk krim tipe M/A digunakan Sabun Monovalen (seperti TEA, Natrium
Stearat, Kalium Stearat, Ammonium Stearat. Untuk penstabilan krim
ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering
digunakan ialah Nipagin 0,12%-0,18%, Nipasol 0,02%-0,05% (Anief,
2000).
Fungsi krim antara lain : sebagai bahan pembawa substansi obat
untuk pengobatan kulit, bahan pelumas bagi kulit, dan pelindung untuk
kulit seperti menceggah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan
rangsang kulit(Anief, 2000).
b. Tipe Krim
1. Dasar Salep Emulsi Tipe A/M
Dasar salep emulsi tipe A/M seperti Lanolin dan Cold Cream. Sifat
dasar salep terhadap air yaitu berair, hidrofil, tidak larut dalam air, tak
tercuci dalam air, tipe emulsi A/M (Anief, 2007).
2. Dasar Salep Emulsi Tipe M/A
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan
Hydrophillic ointment. Vanishing Cream, sebagai dasar untuk kosmetik
dengan tujuan pengobatan kulit. Kandungan asam stearat berlebihan dan
merupakan lapisan film asam stearat yang tinggal pada kulit bila krim
digunakan dan airnya menguap. Sifat dasar salep terhadap air yaitu berair,
dapat menyerap air, tak larut dalam air, tercuci dan tipe emulsi M/A
(Anief, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Bahan Dasar Pembuatan Krim
Bahan dasar merupakan bahan pembantu yang dapat memperbaiki
sifat suatu sediaan obat. Pemakaian bahan dasar harus mengingat kerja
dari bahan obat, pengaturan kerja, sifat luar (penampilan bahan, bau dan
rasa), daya tahan dan pengembangan jenis baru.
Krim mempunyai komposisi yang komplek yang berbeda dengan
salep karena pada pembuatan krim dilakukan penambahan emulgator pada
zat aktif, selain itu bahan dasar krim menentukan berlangsungnya terapi.
Pemilihan bahan dasar perlu diperhatikan sifat-sifat fisika dan kimia dari
bahan aktif. Bahan dasar harus menunjukkan stabilitas yang memuaskan
dan harus tersatukan dengan bahan berkhasiat. Bahan dasar sebaiknya
harus memiliki daya sebar yang baik dan menjamin suatu pemberian obat
yang sangat memuaskan (Ansel, 1989).
d. Emulsi dan Emulgator
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung 2 zat yang tidak campur, biasanya air dan minyak dimana
cairan yang satu terdispersi menjadi butiran-butiran kecil dalam cairan
lain. Konstitusi emulsi sangat beragam dari cairan yang mudah dituang
sampai krim setengah padat(Anonim, 1995).
Membuat suatu emulsi yang stabil diperlukan adanya pengemulsi
demikian juga halnya dengan krim. Zat pengemulsi harus disesuaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan jenis dan sifat dari krim agar berguna dalam preparat farmasi,
maka zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu, misal harus dapat
bercampur dengan bahan lain, tidak mengganggu stabilitas obat, tidak
toksis, berbau lemah, berasa dan berwarna lemah (Ansel, 1989).
Pembuatan krim digunakan zat pengemulsi, pemilihan zat
pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki(Anonim, 1979). Krim tipe A/M digunakan sebagai polivalen,
span, adeps lanae, cholesterol, cera (Anief, 2000). Krim tipe M/A
digunakan zat pengemulsi sabun monovalen (seperti triethanolaminum
stearat, natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat), tween, natrium
lauryl sulfat, kuning telur, gelatin, caseinum, CMC, pectinum, emulgidum
(Anief, 2000).
e. Kualitas Dasar Krim
i. Stabilitas
Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas
dari inkompabilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada
dalam kamar.
ii. Homogenitas
Setiap komponen yang ada dalam krim dapat menyebar merata dan
homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii. Kelunakan
Lunak, yaitu semua zst dalam keadaan halus dan seluruh produk
menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang
teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
iv. Mudah Digunakan
Umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
v. Basis Cocok
Dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat
yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat
aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang
diobati.
vi. Terdistribusi Merata
Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar
salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2007).
f. Teknologi Pembuatan Krim
Metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan
emulsifikasi komponen yang tidak campur air, misalnya minyak dan lilin,
fase minyak dilebur di atas waterbath, begitu juga dengan fase air dengan
temperatur 90o – 75
o C. Sementara larutan berair yang tahan pemanasan
dan larut dalam air dipanaskan dalam temperatur yang sama dengan
komponen yang berlemak. Kemudian larutan berair ditambah perlahan-
lahan disertai pengadukan yang konstan, untuk menjaga kristalisasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lilin dan minyak, campuran didinginkan dengan pengadukan terus menerus
sampai homogen dan mengental. Bahan yang mudah menguap
ditambahkan terakhir kali. Penambahan serbuk yang tidak larut biasanya
digerus dengan sebagian basis (Ansel, 1989).
g. Kerusakan Krim
Penyimpanan krim dalam waktu yang lama akan mengakibatkan
kerusakan krim atau stabilitas krim berkurang. Ada 3 macam kerusakan
krim, yaitu :
1. Flokulasi dan Creaming
Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan,
dimana masing-masing lapisan mengandung fase dispers yang
berbeda. Creaming bersifar reversible artinya bila digojog
perlahan-lahan akan homogen kembali.
2. Koalesen dan Cracking/Breaking
Cracking/breaking yaitu pecahnya emulsi karena film
yang meliputi partikel sudah rusak dan butir-butir minyaknya
akan berkoalesen. Cracking bersifat irreversible yaitu
penggojokan sederhana tidak dapat terbentuk kembali emulsi
yang stabil.
3. Inversi
Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong
tipe emulsi M/A menjadi tipe A/M atau sebaliknya (Anief,
2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Pembuatan Krim
Krim dibuat dengan dua metode umum : campuran dan pelelehan.
Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat
bahannya.
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari dasar krim
dicampur dengan penumbukan dan pengadukan yang kuat
sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan
didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental
setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan
terakhir bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak
menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen
(Ansel,1989).
i. Komponen Krim
1. Asam Stearat
Pemerian zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin. Kelarutan
praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter
P. Sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
2. Cera Alba
Pemerian zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan;
bau khas lemah. Kelarutan praktis tidak larut dalam air; agak
sukar larut dalam etanol (95%) P dingin; larut dalam kloroform
P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam
minyak atsiri. Sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
3. Vaselin Album
Pemerian massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa
diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak
berbau; hampir tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut
dalam air dan dalam etanol (95%) P ; larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-
kadang beropalesensi lemah. Sebagai zat tambahan (Anonim,
1979).
4. Trietanolamin
Pemerian cairan kental; tidak berwarna hingga kuning
pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopik. Kelarutan
mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P ; larut dalam
kloroform P. Sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Propilenglikol
Pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; rasa agak manis; higroskopik. Kelarutan dapat campur
dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P;
larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah P dan dengan minyak lemak P. Sebagai zat
tambahan; pelarut (Anonim, 1979).
6. Cetil Alkohol
Serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih ; bau khas
lemah; rasalemak. Tidak larut air, larut dalam etanol dan dalam
eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu.
7. Parrafin Liq
Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam kloroform dan larut dalam eter. Sebagai laksativum
(Anonim, 1979).
8. Natrii Tetraboras
Hablur transparan tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau. Larutan bersifat biasa terhadap fenolfatalein.
Pada waktu mekar di udara kering dan hangat, hablur sering
dilapisi serbuk warna putih. Larut dalam air, mudah larut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam air mendidih dan dalam gliserin, tidak larut dalam
etanol. Sebagai antiseptik ekstern (Anonim, 1979).
9. Aquadest
Pemerian cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa. Sebagai pelarut (Anonim, 1979).
10. Metil Paraben
Pemerian serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau;
tidak mempunyai rasa; kemudian agak membakar diikuti rasa
tebal. Kelarutan larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian
air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan dalam 3
bagian aseton P; mudah larut dalam eter P dan dalam larutan
alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan
dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan
larutan tetap jernih. Sebagai zat tambahan; zat pengawet
(Anonim, 1979).
11. Propil Paraben
Pemerian serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian
gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut
dalam larutan alkali hidroksida. Sebagai zat pengawet
(Anonim, 1979).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j. Uji Fisik Krim
Krim harus stabil selama pemakaian dan penyimpanan sehingga
bebas dari hal-hal yang mempengaruhi stabilitasnya yaitu, peristiwa
inkompatibilitas dari bahan dasar yang menyebabkan perubahan warna,
bentuk dan perubahan fisik lainnya. Temperatur kamar dan kelembaban
yang ada di ruangan menyebabkan sediaan menjadi keras, encer atau
memisah (Anonim, 1979).
Stabilitas sediaan krim terdiri dari pemeriksaan warna, bau,
homogenitas, pH, daya lekat, daya sebar setelah penyimpanan secara
visual seperti setelah selesai pembuatan dan berdasarkan pengamatan tidak
tumbuh jamur.
1. Warna, bau dan homogenitas
Warna, bau dan homogenitas dari krim dapat dilihat secara
visual untuk melihat konsistensi dari sediaan krim apakah merata
(homogen) dan tetap stabil dalam penyimpanan.
2. pH
Profil pH perlu untuk stabilitas dan kelarutan dari produk
akhir. PH kelarutan merupakan gambaran kelarutan obat pada
berbagai pH fisiologik. PH untuk sediaan topikal biasanya sama
dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7. Sedangkan pH stabilitas akan
membantu menghindari atau mencegah kerusakan produk selama
penyimpanan atau penggunaan (Warsitaatmaja, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Daya lekat
Daya lekatnya dengan tujuan untuk mengetahui berapa lama
suatu krim dapat melekat pada kulit. Semakin lama krim tersebut
melekat pada kulit semakin baik.
4. Daya sebar
Daya sebar krim diartikan sebagai kemampuan penyebaran
krim pada kulit. Sebuah sampel krim dengan volume tertentu
diletakkan di pusat antara dua lempeng gelas, dimana lempeng
sebelah atas dalam interval waktu tertentu dibebani dengan
meletakkan anak timbang diatasnya. Permukaan penyebaran yang
dihasilkan dengan meningkatnya beban, merupakan karakteristik
daya sebarnya (Voight, 1984).
5. Daya Proteksi
Uji daya proteksi dilakukan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan untuk melindungi tempat pengobatan dari pengaruh
luar, yaitu dengan jalan menempelkan dua potong kertas saring.
Kertas saring dibasahi dengan fenolftalein kemudian diolesi dengan
salep, selanjutnya ditempeli dengan kertas saring lainyang telah
diproteksi dengan paraffin cair kemudian ditetesi dengan larutan
kalium hidroksida. Jika tidak terdapat noda kemerahan, berarti
salep mampu memberikan proteksi (Voigt, 1984).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Akar Wangi (Vetivera zizanioidesi (L) Nash) adalah tanaman yang
menghasilkan minyak atsiri yang mampu digunakan sebagai repellan
(antinyamuk). Hasil suatu penelitian menunjukkan dengan konsentrasi
10% minyak atsiri dari akar wangi ini mampu menjadi repellan
(antinyamuk) (Yuliani, 2005).
Penelitian ini dilakukan dengan membuat minyak atsiri akar wangi
menjadi sediaan krim dengan basis krim tipe M/A dan A/M. Krim tipe
M/A dipilih karena basis ini lebih disukai karena mudah dicuci dan tidak
membekas (Voight, 1984) dan krim tipe A/M dipilih dengan tujuan krim
dapat bertahan pada kulit untuk waktu yang lebih lama. Sediaan krim
baiknya memenuhi syarat sediaan krim yang ditentukan, yaitu lunak,
terdistribusi merata, homogen dan stabil dari minggu ke minggu.
Penelitian dilakukan dengan memformulasi 2 formulasi dengan
tipe basis yang berbeda. Hasil dari pengujian ini diharapkan dapat
menunjukkan krim dengan tipe basis yang sesuai sehingga menghasilkan
sifat fisik yang stabil.
C. Hipotesis
1. Minyak atsiri akar wangi dapat dibuat menjadi krim repellan dengan
basis tipe M/A dan A/M dengan stabilitas yang baik.
2. Perbedaan basis dalam krim repellan minyak atsiri akar wangi
mempengaruhi stabilitas serta sifat fisiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Gelas ukur 10ml (pyrex), timbangan gram, kaca objek, mortir dan
stamper, waterbath, pH meter, cawan petri, cawan porselin, seperangkat
alat daya lekat, kertas saring.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah diantaranya
minyak atsiri akar wangi yang didapat dari Garut, Jawa Barat. Komponen
krim yang lain antara lain, cera alba, vaselin album, nipasol,
triethnaolamin, nipahin, propylen glicol dan aquadest dengan derajat
kualitas farmasetis.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Pembuatan dan pengujian sifat fisik krim dilakukan pada bulan
Juni hingga Juli dan pengolahan data dilakukan pada bulan Juli hingga
Agustus.
2. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasetika UNS untuk
pembuatan krim dan pengujian sifat fisik krim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Metode Penelitian dan Cara Kerja
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekperimental tingkat
lanjut dengan desain random sempurna. Desain ini digunakan untuk
mengukur pengaruh suatu variabel bebas yang dimanipulasi terhadap
variabel tergantung.
a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah minyak atsiri Akar Wangi
(Vetivera zizanioidesi (L) Nash), basis tipe M/A dan A/M. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah krim repellan minyak atsiri akar
wangi dengan basis krim tipe MA dan tipe A/M.
b. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel di dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga
variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung dan variabel terkendali.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
timbulnya variabel tergantung. Variabel tergantung yaitu variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Klasifikasi Variabel Utama
1) Variable bebas : perbedaan tipe basis krim M/A dan
tipe A/M dalam sediaan krim minyak atsiri tanaman Akar Wangi
(Vetivera zizanioidesi (L) Nash).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Variable tergantung : kualitas sediaan krim yang terdiri
dari stabilitas (warna, bau, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat,
daya kemampuan proteksi).
3) Variable terkendali : metode pembuatan krim, alat
pembuatan dan pengujian krim.
2. Cara Kerja
a. Formulasi Krim
Krim repelan minyak atsiri akar wangi akan dibuat dengan
dua formulasi yang berbeda tipe basisnya yang mengacu pada
contoh resep Vanishing cream(Anief, 2000) dan resep krim tipe
A/M (Anonim, 1979). Formulasinya sebagai berikut :
Tabel IV. Formulasi Krim
BASIS
M/A A/M
Bahan - bahan Jumlah
(gram) Bahan – bahan
Jumlah
(gram)
Minyak atsiri akar
wangi 5
Minyak atsiri akar
wangi 5
Asam stearat 7,5 Setil alkohol 6,25
Cera alba 1 Cera alba 6
Vaselin album 4 Paraffin Liq 28
Nipasol 0,05 Nipasol 0,05
Triethanolamin 0,75 Natrii tetraboras 0,25
Propilen glikol 4 Nipagin 0,15
Nipagin 0,15 Aquadest 4,3
Aquadest 27,55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Pembuatan Krim Minyak Atsiri Akar Wangi basis M/A
Proses pembuatan krim repelan minyak atsiri akar wangi tipe M/A
adalah sebagai berikut :
1. Melebur basis minyak, asam stearat, cera alba dan vaselin
album dalam cawan porselin di atas waterbath sampai melebur
seluruhnya
2. Menyiapkan basis air dengan mencampur triethanolamin,
propilen glikol serta aquadest diatas waterbath dan setelah larut
tambahkan nipagin lalu dihomogenkan
3. Menambahkan nipasol setelah minyak seluruhnya melebur dan
diturunkan dari waterbath
4. Basis minyak kemudian dimasukkan dalam mortir hangat,
kemudian ditambahkan basis air yang dihangatkan sebelumnya,
dan diaduk secara continue sampai terbentuk emulsi krim
5. Setelah krim jadi dan dingin, ditambahkan minyak atsiri dan
diaduk sampai homogen kemudian dimasukkan ke dalam pot
krim
6. Kemudian dilakukan uji sifat fisik krim yang dilakukan setiap
satu minggu sekali selama 4 minggu.
c. Pembuatan Krim Minyak Atsiri Akar Wangi basis A/M
1. Melebur basis minyak setil alkohol, cera alba dan parafin liq
diatas waterbath sampai seluruhnya melebur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Menyiapkan basis air dengan melarutkan natrii tetraboras di
dalam sedikit air dan dihangatkan sesaat
3. Menambahkan nipasol setelah minyak seluruhnya melebur dan
diturunkan dari waterbath
4. Basis minyak dimasukkan ke dalam mortir hangat, kemudian
ditambah basis air dan diaduk sampai terbentuk emulsi krim
5. Setelah krim siap, ditambahkan minyak atsiri sedikit demi
sedikit dan diaduk sampai homogen lalu dimasukkan ke dalam
pot salep
6. Kemudian dilakukan uji sifat fisik krim yang dilakukan setiap
satu minggu sekali selama 4 minggu.
d. Pemeriksaan Kestabilan Fisik
1. Uji Homogenitas
Homogenitas krim dilakukan dengan cara meletakkan
sejumlah krim ke dalam obyek glass, kemudian ditutup dengan
obyek glass lain dan ditekan hingga rata dan diamati secara
visual homogenitasnya.
2. Uji Organoleptis
Sediaan krim minyak atsiri akar wangi diuji secara
organoleptis untuk mengetahui warna, bau, dan konsistensi
sediaan krim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Uji Daya Sebar
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 0,5 gram
krim yang diletakkan di tengah cawan petri, kemudian batang
kaca yang lainnya ditimbang dahulu, setelah itu diletakkan kaca
berukuran sama di atas massa krim dan dibiarkan selama 1
menit. Mengukur diameter krim yang menyebar dengan
mengambil rata-rata diameter dari beberapa sisi (vertikal dan
horizontal), sehingga didapatkan diameter penyebaran krim.
Pengukuran diameter dilanjutkan dengan penambahan beban
50 gram, 100 gram, 150 gram, dan 200 gram. Setiap
penambahan beban, didiamkan selama 1 menit dan dicatat
diameter krim yang menyebar seperti yang sebelumnya.
Pengujian daya sebar dilakukan pada saat hari pertama setelah
krim selesai dibuat (Anggi R P, 2012).
4. Uji Daya Lekat
Uji ini dilakukan dengan alat yang digunakan untuk uji
daya melekat krim, yaitu dua obyek glass, stopwatch, anak
timbang (gram). Uji dilakukan dengan cara meletakkan krim
0,5 gram di tengah obyek glass dan ditutup dengan obyek glass
yang lain diatasnya, kemudian ditekan dengan beban 1 kg
selama 5 menit. Setelah itu obyek glass dipasang pada alat daya
melekat dengan beban seberat 80 gram dan dicatat waktunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hingga kedua obyek glass tersebut terlepas, kemudian ulangi
setiap masing-masing pengujian (Anggi R P, 2012).
5. Uji pH
pH atau derajat keasaman suatu sediaan dalam bentuk krim
dapat diketahui dengan cara menggunakan pH meter yang
dimasukkan ke dalam 1 gram krim yang sudah dilarutkan
dalam 10 ml aquadest, kemudian didiamkan beberapa saat
kemudian diukur derajat keasamannnya, hingga nilai pH
terbaca pada alat pH meter. Uji pH dilakukan selama 4 minggu
selama masa penyimpanan.
6. Uji Kemampuan Daya Proteksi
Uji dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti kertas
saring, parafin padat, phenophtalein, KOH 0,1 N dan dilakukan
dengan mengambil sepotong kertas saring (10x10 cm), lalu
dibasahi dengan larutan phenolphthalein sebagai indikator
kemudian kertas dikeringkan lalu kertas diolesi krim yang akan
dicoba ( satu muka) seperti lazimnya orang menggunakan krim.
Sementara itu pada kertas krim yang lain dibuat suatu areal
(2,5x2,5 cm) dengan parafin padat yang dilelehkan, setelah
kering atau dingin akan didapat areal yang dibatasi dengan
parafin padat ditempelkan pada kertas sebelumnya lalu ditetesi
atau dibasahi areal ini dengan larutan KOH 0,1 N, amati 15,30,
45, 60 detik 3 dan 5 menit apakah ada noda berwarna merah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau kemerahan pada kertas tersebut, apabila tidak ada noda
berati krim tersebut dapat memberikan proteksi terhadap cairan
(larutan KOH). Ulangi cara diatas setiap formula masing-
masing lima kali.
D. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Pendekatan secara Teoritis
Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap
parameter pustaka yang ada.
2. Pendekatan statistik
Data yang diperoleh dari uji sifat fisik krim dianalisis
secara statistik untuk mengetahui data terdistribusi secara normal
atau tidak menggunakan Kolmogrof-Smirnov dan menggunakan
Levene’s Test untuk mengetahui homogenitas data. Hasil data yang
diperoleh dilanjutkan dengan analisis uji T test independent untuk
melihat apakah terdapat perbedaan diantara sampel jika data tidak
terdistribusi normal dilanjutkan Mann Whitney test.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak atsiri
Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L) Nash) dapat dibuat menjadi suatu
sediaan krim dan untuk mengetahui perbedaan tipe basis formulasi sediaan
krim repelan tersebut terhadap sifat fisik serta kestabilan dari krim.
Penelitian ini menggunakan penelitian jenis eksperimental tingkat lanjut
dengan desain random sempurna
A. Pemeriksaan Organoleptis Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang didapat dari Garut diperiksa secara organoleptis
meliputi bau, bentuk, warna serta rasa. Hasil pemeriksaan organoleptis
minyak atsiri dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Minyak Atsiri
Parameter Hasil
Bau Berbau Kayu
Bentuk Cairan
Warna Coklat Kemerahan
Rasa Getir
Berat Jenis pada 25oC 0,978 – 1,038
B. Hasil Pembuatan Krim
Krim repelan ini dibuat dalam 2 (dua) formulasi dengan tipe basis
yang berbeda. Formula pertama menggunakan tipe basis minyak
dalam air (M/A) dan formula yang kedua menggunakan tipe basis air
dalam minyak (A/M). Krim yang diperoleh dapat dilihat pada
lampiran 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pembuatan krim repelan minyak atsiri akar wangi
memberikan dua formula krim dengan warna kuning kecoklatan,
berbau khas akar wangi dan memiliki konsistensi yang berbeda. Hasil
menunjukkan bahwa tidak seluruhnya replikasi dari formula dapat
memberikan hasil yang baik. Replikasi dibutuhkan untuk
meminimalisir kesalahan, terbukti dengan hasil yang didapat tidak
semua sediaan menghasilkan sediaan yang baik. Hasil pembuatan
krim dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil Pembuatan Krim
Formulasi Aspek Penilaian
Warna Tipe Emulsi Bau Konsistensi
F1 KK M/A KAW Lunak
F2 KK A/M KAW Agak lunak Keterangan : F1 = Krim Basis M/A
F2 = Krim Basis A/M
KK = Kuning Kecoklatan
M/A = Minyak dalam Air
A/M = Air dalam Minyak
KAW = Khas Akar Wangi
Formula 1 yang merupakan basis M/A cenderung lebih lunak dan
mudah dituang dikarenakan basisnya yang 60% adalah air, sehingga
konsistensinya lunak seperti lotion. Formula 2 yang basisnya adalah
A/M cenderung lebih padat daripada basis yang pertama karena basis
dari formula ini mengandung minyak lebih banyak daripada
kandungan airnya. Hasil yang didapat ini menunjukkan bahwa dalam
pembuatan krim, prosentase bahan krim akan mempengaruhi
konsistensi krim yang dihasilkan. Selain itu, dalam pembuatan krim
sebaiknya dalam keadaan panas dan pengadukan dilakukan secara
continue sehingga didapat krim yang benar-benar baik konsistensinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Beberapa dari krim yang dihasilkan menunjukkan bahwa
konsistensinya kurang baik, karena dalam pembuatan tidak dalam
kondisi panas serta pengadukan yang tidak dilakukan secara continue
sehingga beberapa hasilnya berbeda.
C. Hasil Pengujian Krim
1. Pengamatan Organoleptis Krim
Tujuan dari uji ini yaitu mengetahui ada atau tidaknya
perubahan secara organoleptis selama penyimpanan dari minggu
ke minggu. Pengujian ini dilakukan meliputi pengamatan terhadap
warna, bau dan perubahan sifat emulsi krim dengan alat indera
(secara subyektif). Hasil yang didapat setelah dilakukan
pengamatan selama 4 minggu dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim
Pengamatan
krim
(minggu)
Formula Krim
F1 F2
Bau Warna Bentuk Bau Warna Bentuk
1 KAW KK Lunak KAW KK Agak
padat
2 KAW KK Lunak KAW KK Agak
padat
3 KAW KK Lunak KAW KK Agak
padat
4 KAW KK Lunak KAW KK Agak
padat Keterangan : F1 = Krim Basis M/A
F2 = Krim Basis A/M
KK = Kuning Kecoklatan
KAW = Khas Akar Wangi
Hasil pemeriksaan warna pada setiap formula sediaan krim
menunjukkan tidak adanya perubahan selama waktu penyimpanan
pada suhu kamar, yakni sediaan krim dengan formula basis krim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang pertama menunjukkan warna kuning kecoklatan. Begitu juga
dengan formula basis krim yang kedua yang menunjukkan warna
yang sama yaitu kuning kecoklatan.
Hasil pemeriksaan bau pada krim minyak atsiri ini selama
waktu penyimpanan pada suhu kamar menunjukkan bahwa tidak
terjadinya perubahan bau, yaitu bau yang teramati pada setiap
sediaan krim adalah bau khas akar wangi.
Hasil pemeriksaan dari bentuknya juga tidak berubah,
sediaan krim tetap berbentuk yang sama. Formula yang pertama
menunjukkan bentuk yang lunak dan formula yang kedua
menunjukkan bentuk yang agak padat. Hal ini tidak terjadi
perubahan selama pengamatan 4 minggu.
2. Uji Homogenitas Krim
Pengujian homogenitas krim dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui perubahan homogenitas yang mungkin terjadi
selama masa penyimpanan dari minggu ke minggu. Pengamatan
homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan alat transparan
yang sesuai, alat transparan yang dimaksud menggunakan obyek
gelas yang diletakkan secara bertindihan. Hasil pengamatan
homogenitas selama 4 minggu dapat dilihat pada tabel VIII.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel VIII. Hasil Uji Homogenitas Krim
Formula Pengamatan Krim (minggu)
1 2 3 4
F1 - - - -
F2 - - + + Keterangan : F1 = Krim Basis M/A
F2 = Krim Basis A/M
(-) = Homogen
(+) = Tidak Homogen
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa homogenitas pada
krim terdapat perubahan terutama pada formula yang kedua,
namun untuk formula pertama tidak menunjukkan perubahan
homogenitas. Ketidakhomogenan krim terlihat dengan mulai
memisahnya minyak dengan air yang disebut creaming sehingga
krim didapati tidak homogen seperti minggu pertama setelah
pembuatan. Ketidakhomogenan dari krim ini bisa dikarenakan
pada saat proses pembuatan tidak mengontrol suhu saat
pengadukan, kedua fase dicampurkan pada saat tidak panas
kembali sehingga waktu untuk bahan-bahan dapat mengeras
kembali lebih cepat dan proses penyimpanan yang tidak pada suhu
ruang yang mempercepat krim memisah menjadi dua fase. Hal ini
diatasi dengan penggojogan kembali atau dengan menambahkan
emulgator di dalamnya sehingga krim tidak memisah menjadi dua
fase, selain itu mengontrol suhu pemanasan pada saat pembuatan.
Gambar hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Uji Daya Sebar krim
Pengujian daya sebar dilakukan dengan tujuan dapat
mengetahui kemampuan krim mampu menyebar saat dioleskan
dan kelunakan dari krim. Sediaan krim diharapkan mampu
menyebar dengan mudah di tempat yang akan diberikan, tanpa
menggunakan suatu tekanan tertentu. Semakin mudah dioleskan
maka luas permukaan kontak obat dengan kulit semakin besar,
sehingga absorbsi obat di tempat yang diberikan akan semakin
optimal. Semakin besar nilai daya sebar krim, menunjukkan
bahwa konsistensi dari krim tersebut lebih lunak.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan
peningkatan beban yang ditambahkan merupakan karakteristik
daya sebar krim. Luas dari penyebaran ini berbanding lurus
dengan kenaikan beban yang ditambahkan, sehingga semakin
besar beban yang ditambahkan maka luas penyebarannya akan
semakin cepat. Hasil pengujian daya sebar krim dapat dilihat pada
tabel IX.
Tabel IX. Hasil Uji Daya Sebar Krim
Formula Pengamatan daya sebar krim (cm) minggu ke-
SD 1 2 3 4
F1 3,62 ±
0,19
3,97 ±
0,16
3,76 ±
0,05
3,89 ±
0,08 ± 0,16
F2 3,90 ±
0,39
3.32 ±
0,19
3.35 ±
0,16
3.47 ±
0,04 ± 0,27
Keterangan : F1 : Formula 1
F2 : Formula 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pengamatan yang ditunjukkan di tabel hasil tersebut
dapat diketahui, bahwa formula I memiliki daya sebar yang lebih
luas dibandingkan formula II sehingga formula I yang merupakan
tipe basis M/A lebih baik daripada tipe basis A/M.
Gambar 3. Diagram Hasil Uji Daya Sebar
Diagram diatas menunjukkan besarnya daya sebar dalam
formula 1 masih naik turun di setiap minggunya, sedangkan untuk
formula kedua terlihat terjadi penurunan di tiap minggunya. Hal
ini terjadi dimungkinkan karena suhu penyimpanan tidak dikontrol
sehingga membuat krim menjadi semakin padat atau encer
sehingga daya sebar krim semakin sempit dan datanya fluktuatif.
Hasil selanjutnya diuji dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah pengukuran
tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil yang
diperoleh dari analisis uji Kologorov-Smirnov ini menunjukkan
bahwa besarnya signifikan masing masing formula I dan II adalah
0,399 dan 0,619. Nilai signifikan yang didapat > α (α = 0,05)
2,8
3
3,2
3,4
3,6
3,8
4
4,2
F1 ( Basis M/A) F2 (Basis A/M)
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi normal dan dapat
dilakukan uji lanjutan. Uji yang berikutnya yaitu pengujian dua
sampel tidak berhubungan (Independent Sample T Test) yang
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara
tipe basis terhadap daya sebarnya. Namun, sebelum dilakukan uji
T Test sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas)
dengan F test (Levene’s Test) yang artinya jika varian sama maka
uji T menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian
sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not
Assumed (diasumsikan varian berbeda). Hasil perhitungan dari
Levene’s Test didapat bahwa signifikansi lebih besar dari 0,05
yaitu 0,402 sehingga dapat disimpulkan varian formula I dan
formula II adalah sama.
Setelah analisis Levene’s Test, kemudian dilanjutkan uji T
menggunakan equal variance assumed. Hasil analisis yang didapat
nilai T hitung adalah 1,914 dengan signifikan 0,104. Nilai T tabel
pada df 6 dengan tingkat signifikansi 0,025 adalah 2,45. Nilai T
hitung (1,914) < T tabel (2,45) sehingga diketahui tidak terdapat
perbedaan tipe basis terhadap besarnya diameter daya sebar krim.
Hasil pada pengujian ini menunjukkan bahwa tipe basis
yang digunakan tidak menimbulkan perbedaan terhadap daya
sebarnya. Hasil pengujian daya sebar yang lebih baik pada formula
I yaitu tipe basis M/A yang juga memiliki penyimpangan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecil dibandingkan formula II yang merupakan tipe basis A/M.
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.
4. Uji Daya Lekat Krim
Tujuan dilakukannya pengujian daya lekat krim ini yaitu
untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit. Semakin
besar daya lekat krim maka absorbsi obat akan semakin besar
karena ikatan yang terjadi antara krim dengan kulit akan semakin
lama, sehingga basis dapat melepaskan obat lebih optimal. Hasil
pengamatan uji daya lekat krim dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Hasil Uji Daya Lekat Krim
Formula
Pengamatan Daya lekat Krim (detik) minggu ke
- SD
1 2 3 4
F1 3,68 ±
0,15
3,39 ±
0,44
4,02 ±
0,19 4,24 ± 41 ± 0,37
F2 2,46 ±
0,48
3,33 ±
0,39
2,62 ±
0,32
3,36 ±
0,42 ± 0,47
Keterangan : F1 : Formula 1
F2 : Formula 2
Data yang ditunjukkan pada tabel di atas dapat diketahui
bahwa formula I memiliki nilai kelekatan yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan formula II. Selain itu, jika dilihat dari nilai
penyimpangan pada kedua formula tersebut terlihat bahwa formula
I lebih kecil daripada formula II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4. Diagram Hasil Uji Daya Lekat
Hasil diagram di atas menunjukkan bahwa kemampuan
krim untuk melekat masih naik turun pada kedua formula. Hal ini
bisa dikarenakan tidak dikontrolnya suhu penyimpanan sehingga
membuat data naik turun dan semakin tinggi daya lekatnya.
Kemudian dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui normalitas dari sampel tersebut serta uji Levene’s Test
yang bersamaan dengan uji T untuk mengetahui homogenitas
(varian sama) dari sampel dan dengan uji T dapat diketahui apakah
terdapat perbedaan antar sampel. Uji Kolmogorov-Smirnov yang
juga disebut uji normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal dengan ditunjukkannya nilai signifikan F1 dan F2 yaitu
0,999 dan 0,876 sehingga nilai tersebut melebihi nilai α yaitu 0,05.
Pengujian berlanjut dengan uji Levene’s Test yang
bersamaan dengan uji T, dari uji Levene’s Test didapat varian yang
sama pada kedua sampel, karena nilai signifikansi lebih besar dari
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
F1 (Basis M/A) F2 (Basis A/M)
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0,05 yaitu 0,245. Uji T menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antar kedua sampel. Perbedaan ini dapat dilihat pada T
hitung yang lebih besar dari T tabel dimana T hitung sebesar 2,965
dan T tabel pada df 6 dengan signifikansi 0,025 sebesar 2,45.
Pengujian dilanjutkan menggunakan uji non parametrik yaitu
Mann Whitney karena data tidak terdistribusi normal. Pengujian
ini menghasilkan nilai signifikansi Mann Whitney adalah 0,021
yang < nilai alpha (0,05) yang menandakan terdapat perbedaan
antara kedua sampel ini.
Kesimpulan pada pengujian ini menunjukkan bahwa
perbedaan pada tipe basis memberikan kelekatan yang berbeda
pada krim. Berdasarkan data yang didapat formula I (F1)
menunjukkan tingkat kelekatan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan formula II (F2) selain itu nilai penyimpangan yang
ditunjukkan F1 lebih kecil dari F2. Perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 7.
5. Uji pH Krim
Pengujian pH krim ini mempunyai tujuan untuk mengetahui
nilai keasaman krim dan mengetahui apakah pH krim telah sesuai
dengan kulit. Pemeriksaan pH adalah salah satu bagian dari
kriteria pemeriksaan sifat kimia dalam memprediksi kestabilan
sediaan krim. Hasil pengujian pH krim dapat dilihat pada tabel XI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel XI. Hasil Uji pH Krim
Formula Pengamatan pH krim minggu ke-
SD 1 2 3 4
F1 7,62 ±
0,08
7,45 ±
0,09
7,54 ±
0,00
7,55 ±
0,01 ± 0,07
F2 8,01 ±
0,12
8,11 ±
0,02
8,19 ±
0,06
8,21 ±
0,08 ± 0,09
Keterangan : F1 : Formula 1
F2 : Formula 2
Formulasi I dan II memiliki nilai pH antara 7,45 – 8,21 dan
nilai pH dalam formula tersebut masih dalam rentang pH kulit
yang dipersyaratkan yaitu antara 5 – 10 (Troy et al dalam
Padmadisastra dkk, 2007). Namun, di dalam literatur lain
(Warsitaatmaja, 1997) menyebutkan bahwa rentang pH krim yang
aman untuk kulit adalah 4,5 – 7 sehingga sediaan tidak masuk
dalam rentang pH kulit hanya saja pada formula yang pertama
nilai pH lebih mendekati daripada formula yang kedua. Formula 1
memiliki nilai penyimpangan lebih kecil jika dibandingkan dengan
formula yang kedua. Perbedaan dari kedua sampel ini yang
membuat formula 1 lebih mendekati normal daripada formula 2
yaitu komponen dari masing-masing formula dimana formula 1
lebih mendekati normal karena terdapat air yang cenderung lebih
netral ditambah dengan adanya asam stearat yang membuat
formula 1 lebih asam daripada formula 2. Sementara formula 2
komponen di dalamnya yang sebagian besar adalah minyak dan
ditambahkan dengan natrii tetraboras yang cukup basa dengan pH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(9 – 9,6) sehingga membuat krim A/M menjadi semakin basa dan
semakin menjauhi pH yang aman dengan kulit.
Gambar 5. Diagram Hasil Uji pH
Diagram yang dihasilkan pada gambar diatas menunjukkan
nilai pH menurun pada formula pertama dan semakin meningkat
pada formula yang kedua.
Data yang didapat selanjutnya dilakukan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk mengetahui normalitas dari data serta uji Levene’s
Test yang menentukan data tersebut homogen atau tidak,
kemudian dilakukan uji T untuk menentukan apakah terdapat
perbedaan antar kedua data tersebut. Diketahui data yang ada
normal karena nilainya lebih dari 0,05 untuk formula 1 dan 2 yaitu
0,964 dan 0,970. Selanjutnya untuk uji Levene’s Test
menyimpulkan data tersebut homogen dengan nilai sig lebih dari
0,05 yaitu 0,54 sehingga untuk uji T digunakan equal variances
assumed yang memiliki nilai T hitung sebesar -10,297. Harga min
(-) bisa diabaikan karena hanya menunjukkan uji pihak kiri. Hasil
7
7,2
7,4
7,6
7,8
8
8,2
8,4
F1 (Basis M/A) F2 (Basis A/M)
Minggu ke-1
Minggu ke-2
Minggu ke-3
Minggu ke-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang didapat tersebut melebihi nilai t tabel pada df 6 dengan
signifikansi 0,025 yaitu 2,45. Pengujian dilanjutkan menggunakan
uji Non Parametrik yaitu Mann whitney test dan menghasilkan
nilai signifikansi 0,021 dan lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga
terjadi perbedaan antar kedua sampel ini.
Kesimpulan yang diperoleh pada uji pH ini adalah kedua
formula ini masih belum memiliki pH yang stabil selama masa
penyimpanan. Kedua formula ini memiliki pengaruh terhadap
stabilitas fisik krim karena nilai pH yang > 7. Namun, formula
yang pertama dinilai tidak memberikan pengaruh yang besar
karena nilai pH masih normal walau sudah melebihi 7 sedangkan
pada formula yang kedua menunjukkan pH yang basa yaitu diatas
8. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 8.
6. Uji Kemampuan Proteksi
Tujuan dari uji kemampuan proteksi ini adalah untuk
mengetahui kemampuan proteksi atau perlindungan terhadap
pengaruh asing dari luar yang mengurangi efektivitas dari krim
tersebut. Waktu untuk noda merah keunguan timbul dapat
berlangsung cepat ataupun lambat, jika cepat menandakan krim
tersebut mudah ditembus KOH, sehingga kemampuan proteksi
dari basis untuk dilewati senyawa lain (alkali) relatif rendah.
Pengujian ini menggunakan kertas saring yang diibaratkan sebagai
kulit sehingga dapat diketahui kemampuan proteksi dari krim jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diaplikasikan pada kulit. Hasil uji kemampuan proteksi dapat
dilihat pada tabel XII.
Tabel XII. Hasil Uji Kemampuan Proteksi Krim
Waktu
Kemampuan Proteksi
F1
(basis M/A)
F2
(basis A/M)
15 detik - -
30 detik - -
45 detik - -
60 detik - -
3 menit - +
5 menit - + Keterangan : (-) = tidak terdapat noda kemerahan pada kertas saring
(+) = terdapat noda kemerahan pada kertas saring
Tabel XII menunjukkan bahwa krim dengan basis A/M (air
dalam minyak) mulai menimbulkan noda kemerahan pada menit
ke-3 sedangkan pada formula 1 yang merupakan basis M/A
(minyak dalam air) tidak terlihat adanya noda kemerahan pada
kertas saring. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa formula 1
tidak memberikan pengaruh pada kemampuan proteksinya
dibandingkaan dengan formula 2. Kemampuan proteksi yang
dimaksud disini adalah kemampuan proteksi krim terhadap
pengaruh asing dari luar seperti debu sementara yang melindungi
kulit dari nyamuk adalah kemampuan bau dari minyak atsiri akar
wangi. Noda kemerahan yang timbul dikarenakan indikator
fenolftalein jika ditambahkan larutan basa seperti KOH, NaOH.
Gambar hasil pengujian kemampuan proteksi dapat dilihat pada
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Minyak atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L) Nash) dapat
dibuat menjadi sediaan krim yang memenuhi uji stabilitas fisik
yang meliputi uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji
pH dan uji kemampuan proteksi krim selama 4 minggu.
2. Perbedaan basis krim tipe M/A dan tipe A/M memberikan
pengaruh pada stabilitas fisik dari sediaan krim terutama pada daya
lekat serta nilai pH.
B. Saran
1. Perlu dilakukannya penelitian berkelanjutan mengenai pembuatan
tipe krim repelan basis A/M mengingat hasil uji yang kurang baik
dengan merombak formulasi yang dapat memenuhi uji stabilitas
fisik.
2. Perlu dilakukannya pengujian berlanjut untuk uji iritasi serta
kesukaan untuk melihat seberapa aman krim ini untuk digunakan
pada kulit manusia terkhusus untuk tipe krim A/M karena
pengujian pH yang diatas pH kulit.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengontrol suhu
pembuatan serta suhu penyimpanan dari sediaan.