folklor.doc
TRANSCRIPT
1.1 LATAR BELAKANG
Kebudayaan akan terus eksis dan berkembang secara turun temurun dengan
cara diwariskan dari generasi ke generasi melalui agen-agen sosial, terdapat sebuah
proses komunikasi dan transformasi budaya di dalamnya, oleh karenanya oral
tradition cukup berperan penting dalam proses komunikasi dan transformasi budaya
ini. Oral tradition mencakup bercerita menjadikan nilai-nilai budaya dapat di
teruskan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Oral tradition ini menjadi kajian
menarik bagi para ahli linguistik
Dalam ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1981:193). Kebudayaan adalah
jalinan makna dimana manusia menginterpretasikan pengalamannya dan selanjutnya
hal itu akan menuntun tingkah lakunya (Geertz, 1973). Dari apa yang dikemukakan
Koentjaraningrat dan Geertz, dapat terlihat bahwa kebudayaan selalu merupakan
sistem makna yang menuntun tindakan manusia, yang dijadikan milik diri manusia
dan diperoleh melalui proses belajar. Hal ini dapat dipahami dengan cara memahami
pikiran/gagasan dari individu pelaku kebudayaan
Folklor merupakan suatu bentuk kebudayaan yang ada pada masyarakat yang
berkembang secara turun temurun menurut cerita dan tidak diketahui awal mula
penyebarannya dan siapa yang menyebarkan. Seperti halnya dongeng yang
merupakan salah satu bentuk folklor lisan. Banyak folklor yang berkembang di
Indonesia yang masih dipercaya maupun hanya dianggap suatu mitos atau sekedar
cerita rakyat biasa. Folklor yang berkembang dimasyarakat terkadang tidak masuk
diakal karena perubahan jaman dan pola pikir masyarakat yang sudah semakin
modern.
Terdapat beberapa macam bentuk folklor diantaranya yang berada di
Indonesia adalah folklor lisan/ tidak lisan, kesenian, arsitektur, dan permainan rakyat.
Bentuk folklore tersebut sudah ada sejak dulu dan tidak diketahui dengan pasti kapan
dan siapa yang mulai menyebarkannya di Indonesia. Namun folklore yang yang dan
dan berkembang hingga menjadi suatu bentuk budaya pada masyarakat ini masih
dipercaya salah satunya adalah bentuk folklor lisan yaitu dongeng. Banyak
masyarakat yang masih meyakini tentang dongeng dan tetap menceritakan dongeng
tersebut kepada keturunannya.
Dongeng merupakan cerita yang diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan
suatu hiburan yang memiliki makna dan nilai pada kehidupan sehari-hari. Salah satu
dongeng yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah cindelaras. Yang menurut
banyak masyarakat berasal dari pulau dewata, bali dan ada juga yang beranggapan
cerita cindelaras ini berasal dari pulau Jawa, bahkan ada juga yang menganggap cerita
cindelaras ini diadopsi dari cerita Cinderella yang terkenal diseluruh dunia dan di
setiap Negara terdapat versi tersendiri, seperti di Indondesia yang meyakini cindelaras
merupakan versi Cinderella di Indonesia.
Adanya cerita cindelaras yang merupakan anak seorang raja yang dibuang ke
hutan karena rasa iri seorang selir raja tersebut memiliki nilai dan makna yang baik
bagi anak-anak yang mendengarkan cerita tersebut. Banyak anak kecil yang meniru
tingkah polah cindelaras yang pemberani dan tidak mencontoh perbuatan licik dari
sang selir. Cerita cindelaras ini yang tidak hilang meskipun terjadi perubahan jaman
yang menjadi sangat modern seperti sekarang ini. Bahkan cerita dongeng cindelaras
ini diangkat menjadi bentuk teather, FTV, dan bahkan di acara-acara humor yang
tayang di televise hingga pagelaran-pagelaran budaya daerah seperti ludruk dan
srimulat. Sehingga keberadaan dongeng cindelaras tidak hilang ditelan jaman seperti
halnya folklor yang lain yang sudah berkembang di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami mencoba mengambarkan bagaimana penyebaran cerita
rakyat Cindelaras serta sedikikit memberikan analisis dengan Ciri Ciri Folklor
menurut James Dananjaya
1.3. Metode Penelitian
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah
untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk
mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah
berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah
dibuat.
Menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting
dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya
adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik
penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat
diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan
sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh
kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk
dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses
umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan
analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Konsep Dan Analisis Data Folklor
Konsep Folklor
Folklor berasal dari kata folk dan lore. Folk sama artinya dengan kolektif. Folk
dapat berarti rakyat dan lore artinya tradisi. Jadi folklor adalah salah satu bentuk tradisi
rakyat. Menurut Dundes (Danandjaja, 1998:53) folk adalah kelompok orang yang
memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari
kelompok yang lainnya. Ciri fisik, antara lain berujud warna kulit. Ciri lain yang tidak
kalah pentingnya adalah mereka memiliki tradisi tertentu yang telah turun-temurun.
Tradisi inilah yang sering dinamakan lore. Tradisi’ semacam ini yang dikenal dengan
budaya lisan atau tradisi lisan. Tradisi tersebut telah turun-temurun, sehingga menjadi
sebuah adat yang memiliki legitimitasi tertentu bagi pendukungnya. Folklor adalah milik
kolektif kebudayaan.
Menurut Balys, folklor terdiri dari: kepercayaan rakyat, ilmu rakyat, puisi rakyat,
dsb. Menurut Espinosa folklor terdiri dari: kepercayaan, adat, takhayul, teka-teki, mitos,
magi, ilmu gaib dan sebagainya. Dari unsur-unsur tersebut sebenarnya banyak menarik
peneliti budaya melalui kajian folklor. Bahkan, seringkali ladang penelitian tei-maksud
sering menjadi perebutan antar ilmu antara antropologi,folklor, dari sejarah. Namun,
kalau semua ini dipahami sebagai wilayah kajian humanistis jelas akan saling
melengkapi. Pendek kata, folklor tersebut dapat menjadi obyek penelitian budaya yang
spesifik. Karena, di dalamnya merupakan dokumen budaya tradisi yang amat tinggi
nilainya.
Untuk mengenali apakah yang akan diteliti tersebut folklor atau bukan, ada beberapa
ciri tertentu, yaitu: (a) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu melalui
tutur kata dari mulut ke mulut, dan kadang-kadang tanpa disadari; (b) bersifat tradisional,
artinya disebarkan dalam waktu relatif lama dan dalam bentuk standar, (c) folklor ada
dalam berbagai versi-versi atau varian, (d) bersifat anonim, penciptanya tidak diketahui
secara pasti, (e) biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola, (f) mempunyai
kegunaan dalam kehidupan kolektif, (g) bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri
yang tidak tentu sesuai dengan logika umum, (h) menjadi milik bersama, (i) biasanya
bersifat polos dan lugu (Dananjaya, 1986:3-5).
Analisis Data Folklor
Tahap-tahap penelitian folklor, sebenarnya cukup simpel, yaitu: pengumpulan data,
pengklasifikasian, dan penganalisisan. Metode penelitian folklor yang berhubungan
dengan perekaman, Hutomo (1991:77-85) membedakan dua jenis, yaitu pertama,
perekaman dalam konteks asli (natural). Cara ini disebut sebagai pendekatan etnografi.
Kedua, perekaman konteks tidak asli, yaitu perekaman yag sengaja diadakan. Dalam
fenomena budaya, biasanya ada data yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta
sastra lisan. Keduanya perlu menjadi fokus peneliti folklor, karena akan saling terkait.
Oleh karena folklor merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif, pendekatan holistik
dipandang sangat cocok untuk mengungkapnya. Dengan cara ini, peneliti tidak ahanya
mengungkap hal-hal yang dangkal, melainkan lebih mendalam, terurai, dan mencakup
sekian banyak unsur yang mengitari folklor tersebut.
PEMBAHASAN
Tradisi lisan sebagai folklor lahir, tumbuh dan menyebar di masyarakat sebagai
hasil kreativitas dari cara berfikir, berperasaan, dan bersikap yang dituangkan dalam
bentuk lisan sebagai jiwa dan milik masyarakat bersangkutan dan menyebar di kalangan
masyarakat pula, terutama yang memiliki latar belakang etnik sama. Dengan demikian
folklor diciptakan oleh masyarakat dan menyebar di masyarakat pula. Sehingga
masyarakat sebagai dasar tempat tumbuh dan berkembangnya kehidupan batin dan rohani
dari folklor tersebut.
Tradisi lisan termasuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan yang
disebut folklore, yang tersebar di seluruh Indonesia dan diwariskan secara turun
temurun dari suatu kelompok masyarakat disertai contoh dan perbuatan yang terkandung
di dalam isi tradisi lisan tersebut yang disampaikan secara lisan. Tradisi lisan seperti ini
mencakup kesusastraan lisan, music, dongen, atau cerita-cerita rakyat setempat termasuk
dengan mitos yang berkembang. Kadangkala ke dalam tradisi lisan dimasukan
tarian-tarian serta kepercayaan-kepercayaan rakyat. Tradisi lisan berupa
hikayat pada mulanya diceritakan dari mulut-kemulut yang kadang-kadang
sebagai pelipur lara. Dan akhirnya berkembang menjadi suatu bentuk
pementasan yang digunakan sebagai hiburan untuk masyarakat.
Tradisi lisan dalam perkembangannya mengalami perubahan tertentu,
misalnya cerita rakyat yang isinya sama, tetapi disajikan oleh orang yang berbeda
ditempat yang berbeda, maka dalam penyajiannya akan menunjukkan adanya variasi-
variasi tertentu. Didalam tradisi lisan, di samping menceritakan hal-hal tertentu, juga
dapat isinya dapat dipelajari mengenai beberapa segi nilai-nilai moral, pendidikan, dialek,
nilai estetika, nilai religius, taraf kemampuan atau alam pikiran dan pandangan
hidup masyarakat yang memilikinya
Folklore telah ada semenjak manusia belum mengenal tulisan, maka bahasa lisan
memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dan alat untuk menceritakan
pengalaman-pengalaman yang terjadi di masyarakat, kemudian berkembang menjadi
cerita yang menarik untuk didengar seperti cerita kepahlawanan, cerita kejadian alam,dan
cerita-cerita lainnya. Akhirnya folklore berkembang tidak hanya cerita tetapi puisi,
nyanyian rakyat, tarian, musik dan alatnya, tari an tradisional, upacara
tradisional, pakaian dan perhiasan tradisional, dan dongeng
Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa
Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat seperti cerita rakyat dalam bahasa inggris
cindelaras ini mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu
tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat misal cerita rakyat dalam
bahasa inggris cindelaras umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun
dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan
terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral seperti cerita
rakyat dalam bahasa inggris cindelaras. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
cerita rakyat yang sarat dengan unsur kebudayaan. Cerita rakyat tersebut sangat menarik
dan disebarkan dengan cara diceritakan dari mulut ke mulut. Namun sekarang banyak
Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga
dan tidak sampai hilang dan punah.
Dongeng merupakan cerita yang diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan suatu
hiburan yang memiliki makna dan nilai pada kehidupan sehari-hari. Salah satu dongeng
yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah cindelaras. Yang menurut banyak
masyarakat berasal dari pulau dewata, bali dan ada juga yang beranggapan cerita
cindelaras ini berasal dari pulau Jawa, bahkan ada juga yang menganggap cerita
cindelaras ini diadopsi dari cerita Cinderella yang terkenal diseluruh dunia. Diceritakan
sebagai berikut
“Pada masa memimpin Kerajaan Jenggala, Raja Putra didampingi seorang permaisuri baik
hati serta seorang selir yang dengki. Mereka hidup di istana yang megah dan damai, sebelum
akhirnya sang selir merencanakan keburukan pada permaisuri. Selir ingin menggantikan jadi
permaisuri.
Untuk melancarkan rencananya selir berkomplot dengan tabib istana. Selir berpura-pura sakit
parah, maka tabib istana pun dipanggil Raja untuk mengobati. Setelah memeriksa, tabib
mengatakan bahwa ada racun yang terminum oleh tuan putri selir. “Orang itu tak lain adalah
permaisuri Baginda,” kata tabib setengah berbisik. Baginda pun murka dan segera memerintahkan
patih mengusir permaisuri, membawanya ke hutan untuk dibunuh.
Dengan taat Sang Patih membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan
belantara. Hanya saja Patih yang bijak tidak mampu membunuh sang permaisuri. Dalam hatinya
Sang Patih mengetahui niat jahat istri selir. “Tuan putri terpaksa saya tinggalkan di hutan, hamba
mohon maaf tidak bisa menemani, dan hamba akan melapor sudah membunuh tuan Putri,” kata
patih. Untuk mengelabui, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci.
Bulan demi bulan berlalu, dan Permasusri yang ada di hutan melahirkan seorang anak laki-
laki. Ia diberi nama Cindelaras, seorang anak yang cepat tumbuh dan cerdas berwajah tampan.
Karena hidup di hutan maka ia juga berteman dengan penghuni hutan. Suatu hari ketika sedang
bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras mengambil dan
menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas jadi anak ayam yang lucu. Cindelaras
memeliharanya dengan rajin hingga anak ayam itu tumbuh jadi ayam jantan yang gagah dan kuat.
Anehnya, kokok ayam itu rbeda, “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumah di tengah alas, atapnya
daun kelapa, ayahnya Raden Putra.”
Cindelaras memperlihatkan kokok ayam jago itu pada ibunya dan minta diceritakan mengapa
mereka tinggal di hutan. Demi mendengar cerita ibunya, Cindelaras bertekad mendatangi istana.
Cindelaras pun pergi ke istana ditemani ayam. Dalam perjalanan, saat menjumpai orang
menyabung ayam Cindelaras ditantang ikut adu ayam. Ketika diadu ternyata ayam jantan
Cindelaras dapat menyelesaikannya dengan singkat. Meski diadu beberapa kali ayam Cindelaras
tidak terkalahkan.
Kehebatan ayam Cindelaras tersiar cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra pun
mendengar berita itu dan memerintahkan hulubalang mengundang Cindelaras. “Hamba
menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya
bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra
dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia dipancung, jika ayamnya menang
setengah kekayaan Raden Putra jadi milik Cindelaras.
Ayam pun ditarungkan. Dalam waktu singkat ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam
Raja, hingga penonton bersorak mengelu-elukannya. “Baiklah aku tepati janjiku. Tapi siapakah
engkau sebenarnya?” Cindelaras segera membisiki ayamnya. Tidak berapa lama, “Kukuruyuk…
Tuanku Cindelaras, rumah di tengah alas, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra,” begitu
kokoknya berulang-ulang. Raden Putra terperanjat, “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan.
“Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu sang patih pun menghadap dan menceritakan peristiwa yang terjadi
pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Raden Putra. “Aku akan memberikan
hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjutnya dengan murka. Raden Putra segera memeluk
anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya. Setelah itu Raden Putra dan hulubalang segera
menjemput permaisuri ke hutan, dan selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Akhirnya Raden
Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia,
Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil, bijaksana,
penuh wibawa dan tiada cela.”
Dari cerita Cindelaras yang ada tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dongeng
yang disajikan oleh masyarakat tersebut memiliki makna dan pembelajaran dalam hidup.
Dimana seseorang apabila ingin mendapatkan sesuatu harus berusaha dan tidak hanya
menghalalkan segala cara dengan kelicikan karena sesuatu yang diraih dengan keburukan
nantinya akan mendapatkan keburukan sendiri pada dirinya.
Cerita cindelaras ini berkembang dimasyarakat dan masih sering didengarkan
hingga sekarang ini. Karena makna dan nilai dari inti cerita yang positif membuat
masyarakat masih terus mengumandangkan cerita hingga ke anak dan keturunanya
meskipun tidak diketahui asal muasal yang pasti darimana dongeng ini muncul. Cerita
cindelaras juga ini mengilhami permainan rakyat yakni adu ayam atau sabung ayam.
Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berasal dari folklore (cerita
rakyat) Cindelaras yang memiliki ayam sakti dan diundang oleh raja Jenggala, Raden
Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan
satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika
ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua
ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam
Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, H.S. “Antropologi Koentjaraningrat Sebuah Tafsir Epistemologi”
dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta: Asosiasi
Antropologi Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia.
Danandjaja, James 2007. “Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-
lain”. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Trisman, B., dkk. 2003. “Antologi Esai Sastra Bandingan Dalam Sastra Indonesia
Modern”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Danandjaja, James. Foklor Indonesia. Jakarta. Grafiti Pers, 1984