folklor.doc

15
1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan akan terus eksis dan berkembang secara turun temurun dengan cara diwariskan dari generasi ke generasi melalui agen-agen sosial, terdapat sebuah proses komunikasi dan transformasi budaya di dalamnya, oleh karenanya oral tradition cukup berperan penting dalam proses komunikasi dan transformasi budaya ini. Oral tradition mencakup bercerita menjadikan nilai-nilai budaya dapat di teruskan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Oral tradition ini menjadi kajian menarik bagi para ahli linguistik Dalam ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1981:193). Kebudayaan adalah jalinan makna dimana manusia menginterpretasikan pengalamannya dan selanjutnya hal itu akan menuntun tingkah lakunya (Geertz, 1973). Dari apa yang dikemukakan Koentjaraningrat dan Geertz, dapat terlihat bahwa kebudayaan selalu merupakan sistem makna yang menuntun tindakan manusia, yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar. Hal ini dapat dipahami dengan cara memahami pikiran/gagasan dari individu pelaku kebudayaan

Upload: achmad-muzakky

Post on 29-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: folklor.doc

1.1 LATAR BELAKANG

Kebudayaan akan terus eksis dan berkembang secara turun temurun dengan

cara diwariskan dari generasi ke generasi melalui agen-agen sosial, terdapat sebuah

proses komunikasi dan transformasi budaya di dalamnya, oleh karenanya oral

tradition cukup berperan penting dalam proses komunikasi dan transformasi budaya

ini. Oral tradition mencakup bercerita menjadikan nilai-nilai budaya dapat di

teruskan dari generasi satu ke generasi berikutnya. Oral tradition ini menjadi kajian

menarik bagi para ahli linguistik

Dalam ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1981:193). Kebudayaan adalah

jalinan makna dimana manusia menginterpretasikan pengalamannya dan selanjutnya

hal itu akan menuntun tingkah lakunya (Geertz, 1973). Dari apa yang dikemukakan

Koentjaraningrat dan Geertz, dapat terlihat bahwa kebudayaan selalu merupakan

sistem makna yang menuntun tindakan manusia, yang dijadikan milik diri manusia

dan diperoleh melalui proses belajar. Hal ini dapat dipahami dengan cara memahami

pikiran/gagasan dari individu pelaku kebudayaan

Folklor merupakan suatu bentuk kebudayaan yang ada pada masyarakat yang

berkembang secara turun temurun menurut cerita dan tidak diketahui awal mula

penyebarannya dan siapa yang menyebarkan. Seperti halnya dongeng yang

merupakan salah satu bentuk folklor lisan. Banyak folklor yang berkembang di

Indonesia yang masih dipercaya maupun hanya dianggap suatu mitos atau sekedar

cerita rakyat biasa. Folklor yang berkembang dimasyarakat terkadang tidak masuk

diakal karena perubahan jaman dan pola pikir masyarakat yang sudah semakin

modern.

Terdapat beberapa macam bentuk folklor diantaranya yang berada di

Indonesia adalah folklor lisan/ tidak lisan, kesenian, arsitektur, dan permainan rakyat.

Bentuk folklore tersebut sudah ada sejak dulu dan tidak diketahui dengan pasti kapan

Page 2: folklor.doc

dan siapa yang mulai menyebarkannya di Indonesia. Namun folklore yang yang dan

dan berkembang hingga menjadi suatu bentuk budaya pada masyarakat ini masih

dipercaya salah satunya adalah bentuk folklor lisan yaitu dongeng. Banyak

masyarakat yang masih meyakini tentang dongeng dan tetap menceritakan dongeng

tersebut kepada keturunannya.

Dongeng merupakan cerita yang diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan

suatu hiburan yang memiliki makna dan nilai pada kehidupan sehari-hari. Salah satu

dongeng yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah cindelaras. Yang menurut

banyak masyarakat berasal dari pulau dewata, bali dan ada juga yang beranggapan

cerita cindelaras ini berasal dari pulau Jawa, bahkan ada juga yang menganggap cerita

cindelaras ini diadopsi dari cerita Cinderella yang terkenal diseluruh dunia dan di

setiap Negara terdapat versi tersendiri, seperti di Indondesia yang meyakini cindelaras

merupakan versi Cinderella di Indonesia.

Adanya cerita cindelaras yang merupakan anak seorang raja yang dibuang ke

hutan karena rasa iri seorang selir raja tersebut memiliki nilai dan makna yang baik

bagi anak-anak yang mendengarkan cerita tersebut. Banyak anak kecil yang meniru

tingkah polah cindelaras yang pemberani dan tidak mencontoh perbuatan licik dari

sang selir. Cerita cindelaras ini yang tidak hilang meskipun terjadi perubahan jaman

yang menjadi sangat modern seperti sekarang ini. Bahkan cerita dongeng cindelaras

ini diangkat menjadi bentuk teather, FTV, dan bahkan di acara-acara humor yang

tayang di televise hingga pagelaran-pagelaran budaya daerah seperti ludruk dan

srimulat. Sehingga keberadaan dongeng cindelaras tidak hilang ditelan jaman seperti

halnya folklor yang lain yang sudah berkembang di masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini kami mencoba mengambarkan bagaimana penyebaran cerita

rakyat Cindelaras serta sedikikit memberikan analisis dengan Ciri Ciri Folklor

menurut James Dananjaya

Page 3: folklor.doc

1.3. Metode Penelitian

Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah

untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk

mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah

berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah

dibuat.

Menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting

dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya

adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik

penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-

banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat

diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan

sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Bila kita telah memperoleh

kepustakaan yang relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk

dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses

umum seperti: mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan

analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Page 4: folklor.doc

Konsep Dan Analisis Data Folklor

Konsep Folklor

Folklor berasal dari kata folk dan lore. Folk sama artinya dengan kolektif. Folk

dapat berarti rakyat dan lore artinya tradisi. Jadi folklor adalah salah satu bentuk tradisi

rakyat. Menurut Dundes (Danandjaja, 1998:53) folk adalah kelompok orang yang

memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari

kelompok yang lainnya. Ciri fisik, antara lain berujud warna kulit. Ciri lain yang tidak

kalah pentingnya adalah mereka memiliki tradisi tertentu yang telah turun-temurun.

Tradisi inilah yang sering dinamakan lore. Tradisi’ semacam ini yang dikenal dengan

budaya lisan atau tradisi lisan. Tradisi tersebut telah turun-temurun, sehingga menjadi

sebuah adat yang memiliki legitimitasi tertentu bagi pendukungnya. Folklor adalah milik

kolektif kebudayaan.

Menurut Balys, folklor terdiri dari: kepercayaan rakyat, ilmu rakyat, puisi rakyat,

dsb. Menurut Espinosa folklor terdiri dari: kepercayaan, adat, takhayul, teka-teki, mitos,

magi, ilmu gaib dan sebagainya. Dari unsur-unsur tersebut sebenarnya banyak menarik

peneliti budaya melalui kajian folklor. Bahkan, seringkali ladang penelitian tei-maksud

sering menjadi perebutan antar ilmu antara antropologi,folklor, dari sejarah. Namun,

kalau semua ini dipahami sebagai wilayah kajian humanistis jelas akan saling

melengkapi. Pendek kata, folklor tersebut dapat menjadi obyek penelitian budaya yang

spesifik. Karena, di dalamnya merupakan dokumen budaya tradisi yang amat tinggi

nilainya.

Untuk mengenali apakah yang akan diteliti tersebut folklor atau bukan, ada beberapa

ciri tertentu, yaitu: (a) penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu melalui

tutur kata dari mulut ke mulut, dan kadang-kadang tanpa disadari; (b) bersifat tradisional,

artinya disebarkan dalam waktu relatif lama dan dalam bentuk standar, (c) folklor ada

dalam berbagai versi-versi atau varian, (d) bersifat anonim, penciptanya tidak diketahui

secara pasti, (e) biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola, (f) mempunyai

kegunaan dalam kehidupan kolektif, (g) bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri

Page 5: folklor.doc

yang tidak tentu sesuai dengan logika umum, (h) menjadi milik bersama, (i) biasanya

bersifat polos dan lugu (Dananjaya, 1986:3-5).

Analisis Data Folklor

Tahap-tahap penelitian folklor, sebenarnya cukup simpel, yaitu: pengumpulan data,

pengklasifikasian, dan penganalisisan. Metode penelitian folklor yang berhubungan

dengan perekaman, Hutomo (1991:77-85) membedakan dua jenis, yaitu pertama,

perekaman dalam konteks asli (natural). Cara ini disebut sebagai pendekatan etnografi.

Kedua, perekaman konteks tidak asli, yaitu perekaman yag sengaja diadakan. Dalam

fenomena budaya, biasanya ada data yang berupa tatacara dan perilaku budaya serta

sastra lisan. Keduanya perlu menjadi fokus peneliti folklor, karena akan saling terkait.

Oleh karena folklor merupakan bagian kebudayaan suatu kolektif, pendekatan holistik

dipandang sangat cocok untuk mengungkapnya. Dengan cara ini, peneliti tidak ahanya

mengungkap hal-hal yang dangkal, melainkan lebih mendalam, terurai, dan mencakup

sekian banyak unsur yang mengitari folklor tersebut.

Page 6: folklor.doc

PEMBAHASAN

Tradisi lisan sebagai folklor lahir, tumbuh dan menyebar di masyarakat sebagai

hasil kreativitas dari cara berfikir, berperasaan, dan bersikap yang dituangkan dalam

bentuk lisan sebagai jiwa dan milik masyarakat bersangkutan dan menyebar di kalangan

masyarakat pula, terutama yang memiliki latar belakang etnik sama. Dengan demikian

folklor diciptakan oleh masyarakat dan menyebar di masyarakat pula. Sehingga

masyarakat sebagai dasar tempat tumbuh dan berkembangnya kehidupan batin dan rohani

dari folklor tersebut.

Tradisi lisan termasuk ke dalam salah satu unsur kebudayaan yang

disebut folklore, yang tersebar di seluruh Indonesia dan diwariskan secara turun

temurun dari suatu kelompok masyarakat disertai contoh dan perbuatan yang terkandung

di dalam isi tradisi lisan tersebut yang disampaikan secara lisan. Tradisi lisan seperti ini

mencakup kesusastraan lisan, music, dongen, atau cerita-cerita rakyat setempat termasuk

dengan mitos yang berkembang. Kadangkala ke dalam tradisi lisan dimasukan

tarian-tarian serta kepercayaan-kepercayaan rakyat. Tradisi lisan berupa

hikayat pada mulanya diceritakan dari mulut-kemulut yang kadang-kadang

sebagai pelipur lara. Dan akhirnya berkembang menjadi suatu bentuk

pementasan yang digunakan sebagai hiburan untuk masyarakat.

Tradisi lisan dalam perkembangannya mengalami perubahan tertentu,

misalnya cerita rakyat yang isinya sama, tetapi disajikan oleh orang yang berbeda

ditempat yang berbeda, maka dalam penyajiannya akan menunjukkan adanya variasi-

variasi tertentu. Didalam tradisi lisan, di samping menceritakan hal-hal tertentu, juga

dapat isinya dapat dipelajari mengenai beberapa segi nilai-nilai moral, pendidikan, dialek,

Page 7: folklor.doc

nilai estetika, nilai religius, taraf kemampuan atau alam pikiran dan pandangan

hidup masyarakat yang memilikinya

Folklore telah ada semenjak manusia belum mengenal tulisan, maka bahasa lisan

memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dan alat untuk menceritakan

pengalaman-pengalaman yang terjadi di masyarakat, kemudian berkembang menjadi

cerita yang menarik untuk didengar seperti cerita kepahlawanan, cerita kejadian alam,dan

cerita-cerita lainnya. Akhirnya folklore berkembang tidak hanya cerita tetapi puisi,

nyanyian rakyat, tarian, musik dan alatnya, tari an tradisional, upacara

tradisional, pakaian dan perhiasan tradisional, dan dongeng

Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa

Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat seperti cerita rakyat dalam bahasa inggris

cindelaras ini mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu

tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat misal cerita rakyat dalam

bahasa inggris cindelaras umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun

dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan

terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral seperti cerita

rakyat dalam bahasa inggris cindelaras. Indonesia merupakan negara yang kaya akan

cerita rakyat yang sarat dengan unsur kebudayaan. Cerita rakyat tersebut sangat menarik

dan disebarkan dengan cara diceritakan dari mulut ke mulut. Namun sekarang banyak

Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga

dan tidak sampai hilang dan punah.

Dongeng merupakan cerita yang diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan suatu

hiburan yang memiliki makna dan nilai pada kehidupan sehari-hari. Salah satu dongeng

yang masih dipercaya oleh masyarakat adalah cindelaras. Yang menurut banyak

masyarakat berasal dari pulau dewata, bali dan ada juga yang beranggapan cerita

cindelaras ini berasal dari pulau Jawa, bahkan ada juga yang menganggap cerita

cindelaras ini diadopsi dari cerita Cinderella yang terkenal diseluruh dunia. Diceritakan

sebagai berikut

Page 8: folklor.doc

“Pada masa memimpin Kerajaan Jenggala, Raja Putra didampingi seorang permaisuri baik

hati serta seorang selir yang dengki. Mereka hidup di istana yang megah dan damai, sebelum

akhirnya sang selir merencanakan keburukan pada permaisuri. Selir ingin menggantikan jadi

permaisuri.

Untuk melancarkan rencananya selir berkomplot dengan tabib istana. Selir berpura-pura sakit

parah, maka tabib istana pun dipanggil Raja untuk mengobati. Setelah memeriksa, tabib

mengatakan bahwa ada racun yang terminum oleh tuan putri selir. “Orang itu tak lain adalah

permaisuri Baginda,” kata tabib setengah berbisik. Baginda pun murka dan segera memerintahkan

patih mengusir permaisuri, membawanya ke hutan untuk dibunuh.

Dengan taat Sang Patih membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan

belantara. Hanya saja Patih yang bijak tidak mampu membunuh sang permaisuri. Dalam hatinya

Sang Patih mengetahui niat jahat istri selir. “Tuan putri terpaksa saya tinggalkan di hutan, hamba

mohon maaf tidak bisa menemani, dan hamba akan melapor sudah membunuh tuan Putri,” kata

patih. Untuk mengelabui, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci.

Bulan demi bulan berlalu, dan Permasusri yang ada di hutan melahirkan seorang anak laki-

laki. Ia diberi nama Cindelaras, seorang anak yang cepat tumbuh dan cerdas berwajah tampan.

Karena hidup di hutan maka ia juga berteman dengan penghuni hutan. Suatu hari ketika sedang

bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras mengambil dan

menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu menetas jadi anak ayam yang lucu. Cindelaras

memeliharanya dengan rajin hingga anak ayam itu tumbuh jadi ayam jantan yang gagah dan kuat.

Anehnya, kokok ayam itu rbeda, “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumah di tengah alas, atapnya

daun kelapa, ayahnya Raden Putra.”

Cindelaras memperlihatkan kokok ayam jago itu pada ibunya dan minta diceritakan mengapa

mereka tinggal di hutan. Demi mendengar cerita ibunya, Cindelaras bertekad mendatangi istana.

Cindelaras pun pergi ke istana ditemani ayam. Dalam perjalanan, saat menjumpai orang

menyabung ayam Cindelaras ditantang ikut adu ayam. Ketika diadu ternyata ayam jantan

Cindelaras dapat menyelesaikannya dengan singkat. Meski diadu beberapa kali ayam Cindelaras

tidak terkalahkan.

Kehebatan ayam Cindelaras tersiar cepat hingga sampai ke Istana. Raden Putra pun

mendengar berita itu dan memerintahkan hulubalang mengundang Cindelaras. “Hamba

menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya

bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra

dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia dipancung, jika ayamnya menang

setengah kekayaan Raden Putra jadi milik Cindelaras.

Page 9: folklor.doc

Ayam pun ditarungkan. Dalam waktu singkat ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam

Raja, hingga penonton bersorak mengelu-elukannya. “Baiklah aku tepati janjiku. Tapi siapakah

engkau sebenarnya?” Cindelaras segera membisiki ayamnya. Tidak berapa lama, “Kukuruyuk…

Tuanku Cindelaras, rumah di tengah alas, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra,” begitu

kokoknya berulang-ulang. Raden Putra terperanjat, “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan.

“Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba permaisuri Baginda.”

Bersamaan dengan itu sang patih pun menghadap dan menceritakan peristiwa yang terjadi

pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Raden Putra. “Aku akan memberikan

hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjutnya dengan murka. Raden Putra segera memeluk

anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya. Setelah itu Raden Putra dan hulubalang segera

menjemput permaisuri ke hutan, dan selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Akhirnya Raden

Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia,

Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil, bijaksana,

penuh wibawa dan tiada cela.”

Dari cerita Cindelaras yang ada tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dongeng

yang disajikan oleh masyarakat tersebut memiliki makna dan pembelajaran dalam hidup.

Dimana seseorang apabila ingin mendapatkan sesuatu harus berusaha dan tidak hanya

menghalalkan segala cara dengan kelicikan karena sesuatu yang diraih dengan keburukan

nantinya akan mendapatkan keburukan sendiri pada dirinya.

Cerita cindelaras ini berkembang dimasyarakat dan masih sering didengarkan

hingga sekarang ini. Karena makna dan nilai dari inti cerita yang positif membuat

masyarakat masih terus mengumandangkan cerita hingga ke anak dan keturunanya

meskipun tidak diketahui asal muasal yang pasti darimana dongeng ini muncul. Cerita

cindelaras juga ini mengilhami permainan rakyat yakni adu ayam atau sabung ayam.

Permainan Sabung Ayam di pulau Jawa berasal dari folklore (cerita

rakyat) Cindelaras yang memiliki ayam sakti dan diundang oleh raja Jenggala, Raden

Putra untuk mengadu ayam. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan

satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika

ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras. Dua

Page 10: folklor.doc

ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam

Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H.S. “Antropologi Koentjaraningrat Sebuah Tafsir Epistemologi”

dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia. Jakarta: Asosiasi

Antropologi Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Obor Indonesia.

Danandjaja, James 2007. “Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-

lain”. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Trisman, B., dkk. 2003. “Antologi Esai Sastra Bandingan Dalam Sastra Indonesia

Modern”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Danandjaja, James. Foklor Indonesia. Jakarta. Grafiti Pers, 1984