flatulens

41
S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,Apt Flatulens Flatulens 1. Etiologi Penyakit Flatulens dikenal dengan nama lain Gas Abdominal,yang bisa berarti berbeda-beda pada tiap orang.Setiap orang memiliki gas dan mengeluarkannya dengan cara bertahak atau kentut. Bertahak adalah usaha membuang gas yang berlebih dari saluran pencernaan lewat mulut.Yang sering menyebabkan bertahak,adalah gas yang tertelan yang masuk ke lambung.Gas yang berlebihan ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati, dan bertahak dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan ini.Penyebab tersering gas yang berlebih ini adalah menelan makanan atau minuman terlalu sering,kecemasan dan minuman bersoda. Gas yang berlebihan ini bukan suatu penyebab pada bertahak,karena pada sebagian orang hal ini bisa disebabkan karena suatu kebiasaan,juga bertahak bisa suatu reaksi karena rasa tidak nyaman saja pada saluran pencernaan tanpa adanya gas yang berlebih. Kebanyakan orang membuang gas sekitar 14 kali sehari.Gas yang diproduksi terdiri atas CO2,H,dan kadang kadang pada beberapa orang gas methane,yang bercampur dengan Nitrogen dan Oxygen dari ruangan yang terhisap atau tertelan.CO2 ,H,dan Methane diproduksi oleh bakteri didalam usus besar akibat makanan yang tidak dapat dicerna.Walaupun gas- gas ini tidak berbau,tetapi bakteri dapat membuat gas yang mengandung Sulfur,yang dapat menimbulkan bau yang menusuk. Kembung adalah sensasi atau perasaan bahwa perut lebih besar dari biasanya,dan kembung bisa disebabkan karena rasa tidak ketidaknyamanan.Distensi abdomen adalah tanda klinins yang dapat ditemukan apabila perut lebih besar dari normal.Kembung dan distensi dapat disebabkan karena peningkatan gas di saluran pencernaan,tetapi juga dapat disebabkan oleh sebab lain. 2. Penyebab Flatulens Amalia Purnamasari Z 1106151991 Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 1

Upload: nurulqamariah

Post on 28-Oct-2015

299 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Flatulens

1. Etiologi PenyakitFlatulens dikenal dengan nama lain Gas Abdominal,yang bisa berarti berbeda-beda

pada tiap orang.Setiap orang memiliki gas dan mengeluarkannya dengan cara bertahak atau kentut.

Bertahak adalah usaha membuang gas yang berlebih dari saluran pencernaan lewat mulut.Yang sering menyebabkan bertahak,adalah gas yang tertelan yang masuk ke lambung.Gas yang berlebihan ini menimbulkan rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati, dan bertahak dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan ini.Penyebab tersering gas yang berlebih ini adalah menelan makanan atau minuman terlalu sering,kecemasan dan minuman bersoda.

Gas yang berlebihan ini bukan suatu penyebab pada bertahak,karena pada sebagian orang hal ini bisa disebabkan karena suatu kebiasaan,juga bertahak bisa suatu reaksi karena rasa tidak nyaman saja pada saluran pencernaan tanpa adanya gas yang berlebih.

Kebanyakan orang membuang gas sekitar 14 kali sehari.Gas yang diproduksi terdiri atas CO2,H,dan kadang kadang pada beberapa orang gas methane,yang bercampur dengan Nitrogen dan Oxygen dari ruangan yang terhisap atau tertelan.CO2 ,H,dan Methane diproduksi oleh bakteri didalam usus besar akibat makanan yang tidak dapat dicerna.Walaupun gas- gas ini tidak berbau,tetapi bakteri dapat membuat gas yang mengandung Sulfur,yang dapat menimbulkan bau yang menusuk.

Kembung adalah sensasi atau perasaan bahwa perut lebih besar dari biasanya,dan kembung bisa disebabkan karena rasa tidak ketidaknyamanan.Distensi abdomen adalah tanda klinins yang dapat ditemukan apabila perut lebih besar dari normal.Kembung dan distensi dapat disebabkan karena peningkatan gas di saluran pencernaan,tetapi juga dapat disebabkan oleh sebab lain.

2. Penyebab Flatulens Celiac disease, suatu penyakit yang disebabkan reaksi imun/alergi terhadap gluten, sejenis protein yang didapat pada gandum dan sejenisnya,juga pada makanan lainnya.

Gastroparesis,suatu kondisi dimana otot pencernaan menjadi melambat kerjanya, sehingga makanan menjadi kurang tercerna dengan baik.

Indigestion/Dyspepsia,suatu keadaan fungsional dimana otot saluran pencernaan atau organ yang mempersarafi saluran pencernaan mengalami gangguan.

Lactose intolerance,ketidakmampuan mencerna dan menyerap laktosa/gula susu, sehingga menimbulkan gangguan apabila individu makan makanan yang mengandung produk susu.

Penyakit-penyakit saluran pencernaan,insufisiensi pancreas.

3. Pengobatan KonvensionalMetoclopramide,suatu obat prokinetik yang merangsan otot saluran pencernaan

termasuk otot sfingter esofagus,lambung dan usus kecil,dengan bereaksi dengan reseptor asetilkolin dan dopamine,pada otot saluran pencernaan dan sarafnya.(FDA 1985).

Simethicone,suatu anti-gas,merubah permukaan gelembung gas,menjadi lebih kecil sehingga lebih memudahkan pengeluarannya dengan bertahak atau kentut.(FDA 1952).

4. Pendekatan pengobatan herbalPada pengobatan herbal,dapat dipakai tanaman yang bersifat karminatif,yaitu

mencegah pembentukan gas atau membantu pengeluaran gas,dan biasanya didapat pada

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 1

Page 2: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

herba yang mengandung minyak atsiri,selain itu anti inflamasi,karena peradangan pada saluran pencernaan dapat menyebabkan gangguan motilitas, anti spasmodik,karena perlambatan pada pergerakan usus dapat menyebabkan makanan lebih sulit dicerna dan anti microba ,karena microba membentuk gas di usus besar.

5. Tanaman untuk pengobatan FlatulensZingiber officinale Rosc. / Rimpang jaheMenthae Piperitae Folium (Daun Mentha)Kunyit (Curcumae domestica Val)

Zingiber officinale Rosc. / Rimpang jahe

Deskripsi simplisiaRimpang agak pipih,bagian ujung bercabang

pendek, warna putih kekuningan,bau khas,rasa pedas.Bentuk bundar telur terbalik,pada setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam.Dalam bentuk potongan ,panjang umumnya 3-4 cm,tebal 1-6 mm.Bagian luar berwarna coklat kekuningan,beralur memanjang,kadang-kadang berserat bebas.Bekas patahan pendek dan berserat menonjol.Pada irisan melintang terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga jari-jari dan endodermis.Berkas pengangkut tersebar berwarna kelabu.Sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan.(Farmakope herbal ina jilid 1)

Kandungan kimia (jahe badan POM)Jahe mengandung glukosida :1-(4-O-β-D-glukopiranosil-3-metoksifenil)-3,5-dihidroksi-dekana,dan 5-O-β-D-glukopiranosil-3-hidroksi-1-(4-hidoksi-3-metoksifenil)dekana; sulfonat :asam 6-gingesulfonat,asam 4-gingesulfonat,asam shogasulfonat A,B,C,D; minyak atsiri : monoterpenoid (β-felandren, (+)-kamfen,limonen,1,8-sineol, sitronelol, geranial, geraniol, kurkumen, mirsen, α-pinen, geranilasetat,linalool, neral,sitral,terpineol,borneol ) dan seskuiterpenoid {α-zingiberen (30-70%), β-seskuifelandren (15-20%), β-bisabolen (10-15%),(E-E)- α-farnesen,ar-kurkumen, zingiberol}; gingerol [4]-,[6]-,[7]-,[8],dan [10]-gingerol,metil[4]-gingerol,metil[8]-gingerol, metil[6]- isogingerol;Shogaol :[4]-,[6]-,[8]-,[10]- dan [12]-shogaol,3-dihidroksishogaol,3-dihidroshogaol,metil [4]-,metil[6]-,metil[8]-shogaol,[6]-isoshogaol;Paradol :5-deoksigingerol,[6]-paradol,[7]-,[8]-,[9]-,[10]-,[11]-,dan [13]-paradol,metil[6]-paradol,metil[8]-paradol,dihidroparadol;gingeridiol;gingerdion;fenil alkaloid;juga mengandung enzim proteolitik,yaitu zingibalin (3)

Cara pembuatan ekstrakJahe dibersihkan dari kotoran,kemudian diiris tipis dan dikeringkan dengan cara

diangin-anginkan.Jahe kering dihaluskan sampai ukuran 40 mesh.Kemudian

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 2

Page 3: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

memasukkan bubuk jahe dan pelarut etanol 70% sesuai dengan perbandingan kedalam ekstraktor dan diekstraksi dengan suhu dan waktu sesuai variabel.Hasil ekstraksi dipisahkan dengan Rotary vacuum Evaporator pada suhu 40 Cdan tekanan 5 bar.Destilat yang keluar merupakan oleoresin dan kemudian dianalisis meliputi indeks bias,berat jenis,% rendemen dan %gingerol.

Data aktivitas farmakologis preklinisAktivitas Anti-Mikroba

Ekstrak etanol,n-heksan,etil asetat dari rimpang jahe menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Coliformbacillus,Staphylococcuc epidermis dan Streptococcus viridans.Sedangkan ekstrak airnya tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap mikroba yang dipakai.Ekstrak etanol yang digunakan dibuat dengan cara ekstraksi 20g bubuk rimpang jahe kering secara kontinyumenggunakan alat Soxhlet ,dengan 100 ml etanol 95%,ekstrak dipekatkan kemudian diuapkan pada temperatur kamar hingga kering.Ekstrak N-heksan dibuat dengan cara maserasi 20 g bubuk rimpang kering selama 24 jam dengan pelarut n-heksan kemudian disaring.Ampas yang didapat dimaserasi berturut-turut dengan etil asetat,kemudian air masing-masing 100 ml.(4)

Dilakukan uji aktivitas antimikroba ekstrak petrolium eter (PAE), kloroform, metanol, dan air rimpang jahe,kunyit (curcuma longa),dan laos (Alpinia galanga) pada enam jenis bakteri (Escherichia coli;bakteri yang terdapat pada usus besar,Salmonella enteridis,Clostridium perfringens,Staphylococcus aureus, Campylobacter jejuni, Bacillus cereus) dan empat jenis fungi (Saccharomyces cerevisiae,Hansenula anomala,Mucor mucedo,Candida albicans) Dilaporkan semua ekstrak dengan konsentrasi 100 ũg/ml menunjukkan aktivitas antimikroba yang bermakna untuk semua uji mikroba dan ekstrak metanol rimpang Zingiber Officinale dan Curcuma longa memiliki aktivitas yang relatif paling kuat (p<0,01-p<0,001)sedangkan ekstrak PAE memiliki aktivitas paling rendah (p<0,05).Penelitian ini menggunakan metode difusi agar menggunakan cakram,sebagai pembanding positif adalah senyawa ofloksasin (10 ug/cakram) dan flukonazol (10 ug/cakram)(5)

Data aktivitas farmakologik klinisEfek antimual dan antimuntah

Penelitian aktivitas rimpang jahe sebagai antimual dan anti kembung telah banyak dilaporkan para peneliti.Penelitian dari Sontake dkk (2003),melaporkan hasil uji klinik (randomized,cross over,doubleblind study) serbuk rimpang jahe sebagai anti emetik pada pasien mual dan muntah yang terinduksi dengan obat siklofosfamid sebagai kemoterapi,efeknya dibandingkan dengan antiemetik standard metoklopropamid dan ondansteron.Serbuk rimpang jahe diberikan secara peroral salam bentuk kapsul sebanyak dua kapsul yang mengandung masing-masing 500 mg, 20 menit sebelum kemoterapi.Dua kapsul lagi diberikan 6 jam sesudahnya.Metoklopramid diinjeksikan 20 mg iv,20 menit sebelum kemoterapi dan dua kapsul metoklopropamid masing-masing 5 mg diberikan peroral setelah 6 jam kemoterapi.Sedangkan ondansteron diinjeksikan 4 mg secara iv ,20 menit sebelum kemoterapi,dan dua kapsul ondansteron masing-masing 2 mg peroral setelah 6 jam pasca kemoterapi.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 3

Page 4: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Pasien yang diberikan rimpang jahe menunjukkan 62% pasien tidak mual,sedangkan pasien yang diberi metoklopropamid dan ondansteron sebesar 58% dan 86%.Selanjutnya sebanyak 68%,64% dan 86% pasien yang diberi rimpang jahe, metoklopropamid dan ondansteron tidak mengalami muntah.Peneliti menyimpulkan rimpang jahe pada dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut efektif mengurangi mual dan muntah yang diinduksi siklofosfamid dosis rendah.

Hasil uji RCT,dibandingkan dengan obat sintetik antimabuk perjalanan (skopolamin,dimenhidrinat dengan kafein,siklizin,sinarizin dengan domperidon,meklizin dengan kafein) pd 1489 sukarelawan,78,93% yang menggunakan serbuk 500mg rimpang jahe 2 jam sebelum perjalanan,bebas gejala mabuk dalam 6 jam.Tidak ada perbedaan bermakna dengan obat yang lain.(7)

Pada uji klinik RCT dengan 120 wanita yang mengalami operasi kandungan,dimana partisipan diberikan 1g serbuk rimpang jahe atau 10 mg metoklopropamid secara peroral.Sebanyak 17,5% peserta yang diberi metoklopropamid dan 22,5% yang mendapat plasebo mengalami satu atau lebih gejala muntah.Didapat hasil 15% peserta yang mendapatkan jahe dan 32,5% yang mendapat metoklopropamid membutuhkan antiemesis dibandingkan dengan 37,5% pada peserta yang mendapatkan plasebo.Sehingga didapat kesimpulan partisipan yang mendapatkan jahe menunjukkan angka kejadian mual dan muntah yang lebih rendah dibandingkan plasebo.

ToksikologiEkstrak jahe tidak menyebabkan kematian atau efek yang tidak diinginkan pada

mencit dengan dosis sampai 2,5 g/kg bb selama periode 7 hari,pada dosis 3 dan 3,5 mg/kgbb dilaporkan menyebabkan kematian sebanyak 10-30% populasi mencit.

Jahe mengandung minyak atsiri 2,5-3% dan LD50 minyak jahe peroral pada tikus adalah >5gr/kgbb.

Uji klinik pada manusia (n=150) menggunakan ekstrak jahe 125 mg/kgbb setara dengan 1,5 gr jahe kering selama 4 hari dibandingkan dengan plasebo tidak menunjukkan perbedaan terhadap bobot lahir bayi,tidak mempengaruhi masa gestasional,dan tidak menunjukkan abnormalitas pada bayi.

Tosisitas akut dekok jahe panggang yang diberikan peroral pada mencit adalah 170,6+ 1,1 g/kgbb dan LD50 dekok jahe kering adalah lebih dari 250g/kgbb.LD50 ekstrak jahe dengan etanol 50% yang diberikan secara intraperitoneal pada mencit adalah 178mg/kgbb.ekstrak kering etanol 90% rimpang jahe yang diberikan secara intraperitoneal pada mencit adalah 1g/kgbb.

PosologiUntuk gejala mual muntah dipagi hari pada dewasa dan anak-anak lebih dari 6 tahun 0,5g,2-4 X perhari.Dispepsia ,2-4 gr/hari,baik dalam bentuk rimpang atau jahe.(1)

Daftar Pustaka1. Mun`im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Depok: Dian Rakyat. Hal.

110-113.2. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 1. Geneva: World

Health Organization; 1999: p.277-2853. Jahe,Zingiber officinale Rosc.,seri data ilmiah terkini tumbuhan obat,Badan POM

RI,2011

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 4

Page 5: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

4. Malu SP,Obochi GO,Tawo EN,Nyong BE.Antibacterial activity and medicinal properties of ginger (Zingiber officinale).Global J Pure and Appl Sci.2009;15(3):365-368

5. Sunilson JAJ,Suraj R,Rejitha G,Anandarajagopal K,Kumari AVAG,Promwichit P.Invitro Antimicrobial Evaluation of Zingiber officinale,Curcuma longa,Alpinia galanga Exttracts as Natural Food Preservatives.Am J Food Tech.2009;4 :192-200.

6. Sontakke S,Thawani V,Naik MS.Ginger as antiemetic in nausea and vomiting induced by chemotherapy :A Randomized,Cross-over,Double blind study.Indian J Pharmacol. 2003;35:32-36

7. Schimid R,Schick T,Steffen R,Comparisson of seven commonly used agent for prophylaxis of seasickness.J Trav Med. 1994 : 203-206.

Menthae Piperitae Folium (Daun Mentha)

Deskripsi simplisia :1. Menthae Piperitae Folium (Daun Mentha)

Simplisia berupa daun yang telah dikeringkan berasal dari tanaman Mentha piperita L dan atau dari var. vulgaris Sole (menta hitam) dan var. officinalis Sole (menta putih)., suku LabiataeSimplisia daun bagian ujung dan pangkal agak runcing, tepi bergerigi. Daun berwarna hijau hingga hijau tua, bau aromatis khas, rasa pedas dan agak dingin, Beberapa mensyaratkan kandungan minyak atsiri tidak kurang dari 1,2%. (1)

2. Menthae Piperitae Aetherolum (Peppermint oil, Oleum menthae, Minyak peppermint)Minyak atsiri yang diperoleh secara destilasi uap dari daun pucuk tanaman Mentha piperita L. dan atau dari var. vulgaris Sole (menta hitam) dan var. officinalis Sole (menta putih)., suku Labiatae.Oleum menthae merupakan cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau spesifik, rasa pedas dan disertai rasa dingin.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 5

Page 6: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Kandungan kimia :Unsur utama dari daun adalah minyak atsiri (0,5-4%), yang mengandung menthol (30-55%) dan menton (14-32%). Mentol terjadi sebagian besar dalam bentuk bebas alkohol, dengan jumlah kecil sebagai asetat (3-5%) dan ester valerat. Monoterpen lain yang hadir termasuk isomenthone (2-10%), 1,8-cineole (6-14%), a-pinene (1,0-1,5%), b-pinene (1-2%), limonene (1-5% ), neomenthol (2,5-3,5%) dan menthofuran (1-9%). (2).

Struktur dari monoterpen utama, menthol and menthone adalah sebagai berikut :

Menurut European Pharmacopoeia, minyaknya harus mengandung mentol (30-55%), menton (14-32%), isomenton (1,5-10%), metal asetat (2,8-10%), mentofuran (1-9%), sineol (3,5-4%), limonene (1-5%), tidak lebih dari 4% pulegon dan tidak lebih dari 1% karvon, dengan rasio sineol dan limonene lebih dari 2.Dalam perdagangan dikenal berbagai jenis minyak permen yang diperoleh dari tanaman Mentha sp., yaitu:1. Spearmint oil, diperoleh dari destilasi daun dan pucuk tanaman M.spicata L. (M.

viridis Linn.) dan M. cardiac, mengandung tidak kurang dari 55% karvone, dan 2-25% limonene.

2. Minyak permen Jepang, diperoleh dari M.canadensis var. piperascens, mengandung 70-90% mentol.

3. Dementholized Mint Oil, adalah minyak atsiri yang diperoleh dari M.arvensis var. piperascens, yang kandungan mentolnya telah dihilangkan. Dalam perdagangan dikenal ada 2 macam, berasal dari Cina dan Brasilia.

Pembuatan Esktrak

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 6

Page 7: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Telah diteliti mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi minyak esensial dari daun peppermint, yaitu metode ekstraksi, jenis pelarut, rasio sampel berbanding pelarut dan lama ekstraksi. (40)

METODE : Khasiat ekstraksi dari empat metode diurutkan : MAE> RFX> UE> RTE. MAE : Microwave-assisted extraction RFX : Reflux temperature extraction UE : Ultrasonic extraction RTE: Room temperature extraction

JENIS PELARUT :

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 7

Page 8: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

LAMA EKSTRAKSI:

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 8

Page 9: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

RASIO SAMPLE BERBANDING PELARUT

KONTRIBUSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 9

Page 10: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Untuk semua tiga senyawa diekstrak dari daun Mentha piperita, metode ekstraksi adalah faktor yang paling penting di antara semua faktor diteliti. Faktor yang paling penting kedua untuk ekstraksi menton dan menthofuran adalah jenis pelarut sedangkan waktu ekstraksi factor penting kedua untuk mentol. Rasio sampel/pelarut adalah faktor paling kecil yang mempengaruhi ekstraksi (40)

Metode ekstraksi khusus yang diterapkan tergantung pada bahan tanaman yang akan disuling dan produk akhir yang diinginkan. (38)

Bahan yang diinginkan : linalool uji antimikrobaDaun bubuk dan diekstraksi sesuai prosedur yang telah dipublikasi sebagai standar dalam laboratorium. Bahan bubuk direndam dalam etanol dengan menyimpannya dalam botol selama 3 hari. Kemudian ekstrak disaring dengan corong Buchner mendapatkan filtratnya. Ekstrak yang telah didapat filtratnya dipekatkan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental diuapkan di dalam lemari asam hingga didapatkan ekstrak etanol kering.

Ekstrak daun mint yang diharapkan adalah kandungan senyawa linalool. Senyawa tersebut bisa didapatkan dengan menggunakan etanol sebagai pelarut dalam proses ekstraksi. Linalool merupakan terpene alcohol yang telah dibuktikan memiliki efek antimikroba. Digunakan juga digunakan DMSO sebagai pengencer untuk ekstrak daun mint sebelum digunakan untuk uji antimikroba secara dilusi. Ini untuk menghindari penggunaan pengencer etanol yang akan mengacaukan efek antimikroba yang didapatkan, karena etanol sendiri memiliki efek antimikroba.(39)

Bahan yang diinginkan : menthol isolasi menthol

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 10

Page 11: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Ekstraksi dilakukan dengan prosedur klasik seperti destilasi uap atau dengan pelarut organik dari tanaman atau bagian tanaman yang dikeringkan. Daun Menthae piperita yang telah dipilih dan dibersihkan dikeringkan pada ruangan bertemperatur rendah dan dalam keadaan gelap digiling menjadi serbuk menggunakan blender elektrik. Bahan baku yang sudah kering dimasukkan ke dalam destilator uap dengan tipe alat Clevenger selama 3 jam. 1ml hasil destilasi minyak esensial dilarutkan dengan 50 ml heksana dan dimasukkan ke dalam corong pisah berukuran 125 ml ditambahkan 25 ml methanol, corong pemisah digoyangkan cairan akan terisah menjadi beberapa fraksi. Kemudian fase heksana dikeringkan dengan sodium sulfat anhidrat untuk memproduksi menthol (38)

Data Aktivitas Farmakologi Pre Klinik

Aktifitas antimikroba Ekstrak Folium Menthae Piperitae memiliki aktivitas antibakteri dan antivirus.

Penambahan serbuk daun ke media agar menghambat pertumbuhan Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus dan Vibrio parahaemolyticus pada konsentrasi 0,1-2,0% (b / v) (2, 3). Ekstrak air dan etanol dari daun mengurangi jumlah plak dari virus rinderpes pada konsentrasi 4-8mg/ml (2, 4). Aqueous ekstrak daun menunjukkan aktivitas terhadap virus tersebut dalam telur dan kultur sel: penyakit Newcastle, herpes simpleks, accinia, Semliki Forest dan West Nile (5).

Aetheroleum Menthae Piperitae menghambat pertumbuhan in vitro Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, Enterococcus faecalis dan Escherichia coli(2,9-11), tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan Bacillus cereus, Penicillium cyclopium atau Aspergillus aegyptiacus(2, 9, 11). Minyak esensial menghambat pertumbuhan in vitro dari Trichophyton rubrum dan T. equinum (pada konsentrasi 0.4mg/ml) (2, 11), Aspergillus flavus, A. fumigatus dan A. niger (2, 12).

Aktifitas antispasmodic Ekstrak etanol 31% dari daun menghambat asetilkolin dan histamin pada kontraksi

otot halus ileum hamster yang diinduksi secara in vitro pada konsentrasi 10ml/l (2, 6,

7). Hasilnya sama seperti yang diperoleh dengan 0.13mg atropin (2, 7). Fraksi flavonoid air yang diisolasi dari ekstrak daun menghambat kontraksi otot ileum hamster yang diinduksi oleh barium klorida pada konsentrasi sebesar 0.5g/ml (2, 8).

Efek spasmodik karena adanya konstraksi yang diebabkan factor elektrik pada otot polos longitudinal dari usus marmot, dihambat oleh minyak peppermint dengan IC50

(konsentrasi yang dapat menghasilkan 50% hambatan) bervariasi dari 26 mg/l hingga 176 mg/l disbanding dengan 1,3-8 mg/l papaverin. Kontraksi yang disebabkan factor kiiawi dari usus marmot dihambat dengan adanya peningkatan konsentrasi minyak peppermint (0,5 x 10-6 hingga 1 x 10-4 % v/v). Minyak peppermint dapat mengendorkan konsentrasi karbakol dari marmot (IC50 : 22,1 g/ml) dan menghambat gerakan spontan pada kolon marmot (IC50 25,9 /ml). Minyak peppermint juga menghambat efek relaksan pada otot polos trakea dari marmot dengan IC50 87 mg/l. Minyak dapat menghambat arus potensi pengikatan kalsium dengan konsentrasi tertentu (IC50 : 15,2 g/ml). Hal ini direkam dari otot polos jejunum kelinci. (2)

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 11

Page 12: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Studi yang lebih detail dari mode aksi peppermint oil pada usus guinea pig yang menunjukkan efek spasmodik post-sinap yang tidak mirip antropin. Penggunaan inhibitor fosfodiester menunjukkan bahwa minyak peppermint bekerja dengan meningkatkan cAMP intrasel, dan juga cGMP, seperti yang ditunjukkan inhibitor selektif guanil. Minyak peppermint tidak bekerja sebagai activator kanal K+ atau bloker kanal Ca2+. Pada studi-studi yang lain ternyata terjadi perbedaan, yang diduga bahwa ada influx kalsium. Kedua pernyataan yang berbeda tersebut mungkin terjadi karena perbedaan model pemberian pada jaringan hewan yang berbeda (marmot dan kelinci) (1)

Aktivitas antifoaming dan karminatifMinyak esensial (0,1%)memiliki aktivitas antifoaming dan aktivitas karminatif in vitro, namun, efek antifoaming adalah kurang dari yang diamati dengan kombinasi dimethicone dan silika (2, 13).

Data Aktivitas Farmakologi KlinikAktivitas antispasmodic Irritable bowel syndrome Aetheroleum Menthae Piperitae adalah karminatif dengan aktivitas antispasmodic

yang mengurangi tekanan intracolonic (2, 14). Dalam sebuah studi terbuka dari 20 pasien, suatu suspensi berair minyak peppermint (British Pharmacopoeia Standard) disuntikkan di sepanjang saluran biopsi dari kolonoskop lega kejang kolon dalam waktu 30 detik, yang memungkinkan bagian mudah dari instrumen atau memfasilitasi polypectomy (2, 15). Minyak esensial merelaxkan sphincter esofagus bila diberikan secara oral (15 tetes [sekitar 0.88ml] minyak dalam 30ml air), mengurangi perbedaan tekanan antara perut dan kerongkongan, dan memungkinkan refluks terjadi (2, 16).

Dalam double-blind, placebo-controlled, crossover clinical trial, 18 pasien dengan gejala irritable bowel syndrome dirawat setiap hari dengan tiga kapsul enterik dilapisi gelatin, masing-masing berisi baik minyak esensial 0.2ml atau plasebo selama 3 minggu. Pasien melaporkan merasa lebih baik secara signifikan saat mengkonsumsi kapsul berisi minyak esensial daripada ketika mereka mengkonsumsi yang mengandung plasebo (P <0,01) dan dianggap bahwa minyak esensial signifikan lebih baik daripada plasebo dalam mengurangi gejala perut (P <0,005) (2,

17). Hasil ini dikonfirmasi dalam studi kemudian (2, 18). Sebuah matched-pair, placebo-controlled trial menilai kemanjuran minyak esensial dalam pengobatan 40 pasien dengan gejala sindrom iritasi usus besar. Setelah 14 hari pengobatan dengan 1-2 kapsul berlapis enterik mengandung gelatin baik minyak esensial 0.2ml atau plasebo 3 x sehari, pasien yang dirawat dengan minyak esensial menunjukkan peningkatan waktu transit di usus, dan perbaikan subyektif pada perasaan kenyang, kembung, bowel noises, dan nyeri perut, dibandingkan dengan pasien yang menerima plasebo (2, 19).

Pemberian minyak esensial untuk pasien yang menjalani barium enemas meringankan kejang kolon (2, 20, 21). Namun, dua percobaan sebelumnya gagal mengkonfirmasi aktivitas antispasmodic dan analgesik dari minyak esensial dalam pengobatan irritable bowel syndrome (2, 22, 23). Sebuah double-blind, placebo-controlled trial menilai efek dari minyak peppermint pada 34 pasien dengan gejala sindrom iritasi usus besar. Setelah 4 minggu pengobatan dengan dua kapsul berisi

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 12

Page 13: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

minyak esensial baik 0.2ml atau plasebo tiga kali sehari, pasien yang dirawat dengan minyak esensial tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam gejala mereka secara keseluruhan, dibandingkan dengan mereka yang menerima pengobatan plasebo (2, 22).

Sebuah randomized double-blind, placebo-controlled trial menilai efikasi dan keamanan kapsul berlapis enterik mengandung minyak esensial 0.2ml (1 kapsul 3-4 kali sehari selama 1 bulan) untuk pengobatan gejala dari 110 pasien dengan sindrom iritasi usus besar. Setelah pengobatan, 79% dari pasien dalam kelompok pengobatan dan 43% dari kelompok plasebo mengalami sakit perut yang parah, 83% dari kelompok perlakuan dan 32% dari kelompok plasebo mengalami pengurangan distensi perut dan frekuensi buang air berkurang; 73% dari kelompok perlakuan dan 31% dari kelompok plasebo mengalami bowel noises lebih sedikit, dan 79% dari kelompok perlakuan dan 22% dari kelompok plasebo mengalami pengurangan perut kembung (2, 24)

Sebuah review dari lima randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trials menilai kemanjuran minyak esensial dalam pengobatan gejala irritable bowel syndrome (2, 25). Dengan mengukur perbaikan gejala, meta-analisis menunjukkan bahwa dua dari percobaan (2, 22, 23) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara minyak esensial dan plasebo. Namun, tiga percobaan menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam gejala setelah perawatan dengan minyak esensial (2, 17, 18, 26).

Meskipun ada kelemahan metodologis dalam sebagian besar percobaan dianalisis, analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan dari minyak esensial (P <0,001) pada pengobatan gejala sindrom iritasi usus besar, dibandingkan dengan plasebo (2, 25).

DyspepsiaSebuah double-blind, placebo-controlled multicentre study yang melibatkan 45 pasien dengan non-ulkus dispepsia menilai perubahan dalam intensitas nyeri dan Skala Clinical Global Impression setelah pengobatan dengan kapsul berlapis enterik mengandung kombinasi minyak esensial (90mg) dan minyak jintan (50mg). Setelah 4 minggu pengobatan dengan minyak esensial / kapsul minyak jintan (satu kapsul tiga kali sehari), 63% dari pasien bebas dari rasa sakit, 89,5% mengalami sedikit rasa sakit, dan 94,5% menunjukkan perbaikan dalam Skala Clinical Global Impression (2, 27). Dalam studi lain, oral minyak esensial (0.2ml) menunda waktu pengosongan lambung pada sukarelawan sehat dan pada pasien dengan dispepsia (28).

323 orang pasien dan sukarelawan sehat yang diikutsertakan dalam 9 studi untuk menguji kegunaan minyak peppermint. Pemberian oral dengan kapsul atau injeksi, dosis tunggal pada kolon bervariasi mulai dari 2 sampai 4 minggu dengan dosis harian 3-6 x 0,2 ml minyak. Pada studi ini tidak tampak adanya efek toksik dan efek yang tidak diinginkan baik minimal ataupun tidak penting sama sekali; 1 pasien menunjukkan tanda gatal pada kulit, dan 1 orang mengalami kulit terbakar saat minum kapsul.(1)

Ekresi menthol lewat urine (sebagai glukoronida) telah dipelajari pada 13 orang sehat setelah pemberian oral dosis tunggal 0,6 ml minyak peppermint, dengan 3 bentuk pemberian kapsul salut enteric dan 2 bentuk pemberian lain. Salah satu dari 3 bentuk pemberian tersebut, puncak ekresi mentol pada urine muncul 3 jam setelah pemberian, kemudian akan menurun dengan cepat. Bentuk pemberian yang kedua menunjukkan

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 13

Page 14: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

puncak puncak hanya ¼ dari bentuk pemberian pertama. Tetapi eksresi mentol cukup lama 3-9 jam setelah pemberian. .(1)

Profil farmakokinetik pada bentuk lepas lambat dibandingkan dengan minyak peppermint yang ada pada kapsul gelatin lunak (yang langsung terdisolusi dalam tubuh). Setelah pemberian oral pada 6 sukarelawan sehat dengan dosis tunggal 0,4 ml minyak peppermint, total ekskresi mentol pada urine (sebagai metabolit glukoronida) mirip dengan 2 bentuk sediaan lainnya, tetapi puncak mentol lebih rendah dan eksresi tertunda dengan adanya formulasi lepas lambat. .(1)

Toksikologi Pemberian intragastric ekstrak daun (50g daun direbus dengan air selama 10 menit,

kemudian dikeringkan) diberikan pada 12 tikus (berat badan 4g/kg sebagai dosis tunggal) tidak menyebabkan depresi sistem saraf pusat, efek toksik atau kematian (29). Nilai LD50 senyawa mentol adalah h3,3 g/kg bb tikus, sedangkn dosis letal pada manusia sangat bervariasi umumnya 2 g, tetapi pada individu tertentu hingga 9 g.(1)

Minyak peppermint yang diberikan secara oral pada 10 ekor tikus jantan dan 10 tikus betina dosis 0, 10, 40 atau 100 mg/kg bb sehari untuk 28 hari menunjukkan terjadinya perubahan hispatologik, termasuk tumbuhnya sejenis kista yang menyebar pada bagian putih serebrum, terlihat pada pemberian dosis yang lebih tinggi 40 dan 100 mg/kg sehari, dan tidak terlihat gejala klinis ensefalopati. Pada percobaan yang mirip, tetapi dengan waktu yang lebih lama, terjadi perubahan histopatologi pada serebrum yang terlihat setelah pemberian oral minyak peppermint 100 mg/kg untuk 90 hari. Pemberian oral mentofuran pada tikus dengan dosis tinggi 250 g/kg sehari selama 3 hari menyebabkan hepatotoksisitas seperti yang terjadi pada peningkatan serum glutamate piruvat transaminase, menurunkan glukosa-6-fosfat dan aktivitas aminopirin N-demetilase. Penurunan juga diperlihatkan pada sitokrom bs dan NAD(P)H-sitokrom c reduktase tidak dipengaruhi. (1)

Sebaiknya tidak diberikan pada penderita inflamasi saluran pencernaan, gangguan fungsi empedu, inflamasi pada saluran kemih atau gangguan hati tidak diperbolehkan menggunakan minyak peppermint, karena menyebabkan efek koagogum (merangsang konstraksi kantung empedu sehingga meningkatkan alirannya), herba tersebut dapat menginduksi sakit perut akut pada penderita batu ginjal. (1,2)

Penggunaan luar minyak peppermint tidak dianjurkan untuk wajah, khususnya untuk hidung dan mata dan pada bayi serta anak-anak yang beresiko pada efek samping seperti sulit bernafas (bronkospasme) dan laryngeal(1,2)

Minyak peppermint dapat merusak lambung bagi beberapa individu yang sensitive. Penderita yang memiliki kecenderungan gastroesophageal reflux harus mencegah penggunaan minyak peppermint. Mentol yang mengandung minyak esensial dapat meningkatkan spasme pada penderita asma bronchial. Oleh karena kandungan mentolnya, minyak peppermint dapat mengurangi sensitivitas. Pasien dengan achlorhydria (misalnya dikarenakan pengobatan dengan reseptor H2 blocker) sebaiknya menggunakan minyak peppermint dengan kapsul salut enteric. (1,2)

Penggunaan dengan dosis berlebih dapat menimbbulkan efek yang tidak diinginkan seperti mual, anoreksia, jantung ataksia dan masalah SSP lain. Sebaiknya tidak menggunakan minyak pepermin pada masa kehamilan dan menyusui tanpa konsultasi dengan dokter. (1,2)

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 14

Page 15: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Minyak peppermint tidak menimbulkan efek utagenik pada pengujian menggunakan S. typhimurium strain TA98 dan TA1535(1,2)

Tidak ada data yang tersedia tentang keamanan peppermint dalam kehamilan. (2)

Posologi :(Kecuali dinyatakan lain)1. Menthae Piperitae Folium (Daun Mentha)

Dosis harian: 1-3g simplisia tiga kali sehari (2, 30, 31). Infusion: tuangkan 150ml air panas lebih dari 1,5-3.0G (satu sendok makan) daun kering, curam selama 10 menit, saring dan minum tiga kali sehari di antara waktu makan (2, 32, 33, 34). Tingtur: 2-3ml (1:5, etanol 45%) tiga kali sehari (2, 30).

2. Menthae Piperitae Aetherolum (Peppermint oil, Oleum menthae, Minyak peppermint)Penggunaan internalUntuk gangguan pencernaan, dosis harian: Minyak 0.2-0.4ml tiga kali sehari dalam sediaan encer (2, 35, 36) atau suspensi (2, 17). Dihirup: 3-4 tetes minyak esensial dalam air panas (37). Lozenges : 2-10mg minyak esensial per permen (2, 35).Untuk sindrom iritasi usus, dosis harian: Minyak 0.2-0.4ml tiga kali sehari dalam kapsul berlapis enterik (2, 37, 35).Penggunaan eksternal 5-20% minyak esensial dalam sediaan encer, semipadat atau berminyak, minyak esensial 5-0% dalam air-etanol, salep hidung yang mengandung simplisia 1-5% (2, 37).

Pustaka1. Mun`im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Depok: Dian Rakyat. Hal.

94-95; 146-1512. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 2. Geneva: World

Health Organization; 2002: p.188-1893. Aktug SE, Karapinar M. Sensitivity of some common food-poisoning bacteria to

thyme, mint and bay leaves. International Journal of Food Microbiology, 1986,3:349–354.

4. Alwan AH et al. Antiviral activity of some Iraqi indigenous plants. International Journal of Crude Drug Research, 1988, 2:107–111.

5. Herrmann EC Jr, Kucera LS. Antiviral substances in plants of the mint family (Labiatae). III. Peppermint (Mentha piperita) and other mint plants. Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine, 1967:874–878.

6. Forster HB et al. Antispasmodic effects of some medicinal plants. Planta Medica, 1980, 40:309–319.

7. Leslie GB. A pharmacometric evaluation of nine Bio-Strath herbal remedies. Medita, 1978, 8:3–19.

8. Lallement-Guilbert N, Bézanger-Beauquesne L. Recherches sur les flavonoides quelques Labiees médicinales (romarin, menthe poivrée, suage officinale). Plantes médicinales et Phytothérapie, 1970, 4:92–107.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 15

Page 16: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

9. Janssen AM et al. Screening for antibacterial activity of some essential oils by the agar overlay technique. Pharmaceutisch Weekblad (Scientific Edition), 1986, 8:289–292.

10. Ross SA et al. Antimicrobial activity of some Egyptian plants. Fitoterapia, 1980, 51: 201–205.

11. Begum J et al. Studies on essential oils for their antibacterial and antifungal properties. Part I. Preliminary screening of 35 essential oils. Bangladesh Journal of Science and Industry Research, 1993, 28:25–34.

12. Leifertova I, Lisa M. The antifungal properties of higher plants affecting some species of the genus Aspergillus. Folia Pharmacie (Prague), 1979, 2:29–54.

13. Harries N, James KC, Pugh WK. Antifoaming and carminative actions of volatile oils. Journal of Clinical Pharmacy, 1978, 2:171–177.

14. Reynolds JEF, ed. Martindale, the extra pharmacopoeia, 30th ed. London, Pharmaceutical Press, 1996.

15. Leicester RJ, Hunt RH. Peppermint oil to reduce colonic spasm during endoscopy.

16. Sigmund CJ, McNally EF. The action of a carminative on the lower esophageal sphincter. Gastroenterology, 1969, 56:13–18.Lancet, 1982, 2:989.

17. Rees WDW, Evans BK, Rhodes J. Treating irritable bowel syndrome with peppermint oil. British Medical Journal, 1979, 280:835–836.

18. Dew MJ, Evans BK, Rhodes J. Peppermint oil for the irritable bowel syndrome: a multicentre trial. British Journal of Clinical Practice, 1984, 38:394, 398.

19. Wildgrube HJ. Untersuchungen zur Wirksamkeit von Pfefferminzöl auf Beschwerdebild und funktionelle Parameter bei Patienten mit Reizdarm-Syndrom (Studie). Naturheilpraxis, 1988, 41:591–596.

20. Kingham JGC. Peppermint oil and colonic spasm. Lancet, 1995, 346:986.21. Sparks MJW et al. Does peppermint oil relieve spasm during barium enema.

British Journal of Radiology, 1995, 68:841–843.22. Nash P et al. Peppermint oil does not relieve the pain of irritable bowel

syndrome. British Journal of Clinical Practice, 1986, 40:292–293.23. Rogers J, Tay HH, Misiewicz JJ. Peppermint oil. Lancet, 1988, ii:98–99.24. Liu JH et al. Peppermint oil and irritable bowel syndrome. Journal of

stroenterology, 1997, 32:765–768.25. Pittler MH, Ernest E. Peppermint oil for irritable bowel syndrome: a critical

review and meta-analysis. American Journal of Gastroenterology, 1998, 93:1131–1135.

26. Lech AY et al. Behandling af colon irritabile med pebermynteolie. Ugeskrift for Laeger, 1988, 150:2388–2389.

27. May B et al. Efficacy of a fixed peppermint oil/caraway oil combination in non-ulcer dyspepsia. Arzneimittel-Forschung, 1996, 46:1149–1153.

28. Dalvi SS et al. Effect of peppermint oil on gastric emptying in man: a preliminary study using a radiolabelled solid test meal. Indian Journal of Physiology and Pharmacology, 1991, 35:212–214.

29. Della Loggia R et al. Evaluation of some pharmacological activities of a peppermint extract. Fitoterapia, 1990, 61:215–221.

30. Bradley PR, ed. British herbal compendium. Vol. 1. Bournemouth, British Herbal Medicine Association, 1992.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 16

Page 17: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

31. Wichtl M. Pfefferminzblätter. In: Wichtl M, ed. Teedrogen, 2nd ed. Stuttgart, Wissenschaftliche Verlägsgesellschaft, 1989:372–374.

32. Bisset NG. Herbal drugs and phytopharmaceuticals. Boca Raton, FL, CRC Press, 1994.

33. Blumenthal M et al., eds. The complete German Commission E monographs. Austin, TX, American Botanical Council, 1998.

34. ESCOP monographs on the medicinal uses of plant drugs. Fascicule 3. Devon, European Scientific Cooperative on Phytotherapy, 1997.

35. ESCOP monographs on the medicinal uses of plant drugs. Fascicule 3. Devon, European Scientific Cooperative on Phytotherapy, 1997.

36. Hänsel R. Phytopharmaka, 2nd ed. Berlin, Springer-Verlag, 1991.37. Blumenthal M et al., eds. The complete German Commission E monographs.

Austin, TX, American Botanical Council, 1998.38. Mathur, A., Prasad, G.B.S.K., Rao, N., Babu, P., and Dua, V.K., 2011, Isolation

and Identification of Antimicrobial Compound from Menthae Piperita L., Rasayan Journal Chemistry, 4(1): 36-42.

39. Anonim. 2011. Isolasi Menthol.40. Dai J., Orsat V.,. Raghavan V.G.S., 2010. Investigation of various factors for the

extraction of peppermint (Mentha piperita L.) leaves. Varoujan Yaylayan bJournal of Food Engineering 96 (2010) 540–543

Kunyit(Curcumae domestica Val)

Sinonim : C.longa Linn.Suku : Zingiberaceae

1. Deskripsi TanamanSemak tinggi ±70 cm, batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang., berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal membentuk lanset memanjang. Helai daun 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata , panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk berambut bersisik. Panjang tangkai 16-40 cm. panjang mahkota 3 cm, lebar 1 cm, berwarna kuning. Kelopak silindris,bercangap 3, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun pelindung putih. Akar serabut berwarna coklat muda. Rimpang warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan.

2. Kandungan KimiaKurkuminoid (5%) yaitu 50-60% campuran dari kurkumin , monodeksmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Struktur fenolnya memungkinkan untuk menghilangkan radikal bebas. Minyak atsiri 5.8% terdiri dari a-felandren 1%, sabinen 0.6%, sineol 1%, borneol 0.5%, zingiberen 25%, dan seskuiterpen 53%. Mono dan seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumen, α- dan β-turmeron. Kandungan lainnya adalah polisakarida seperti glikan, ukonan A-D.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 17

Page 18: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Rimpang C. longa juga mengandung karbohidrat, protein, mineral dan vitamin seperti yang tercantum dibawah ini:

3. Cara Pembuatan Ekstrak

Proses pembuatan

MANUFACTURING PROSESOleoresin kunyit diperoleh dari rempah-rempah dengan ekstraksi pelarut.

Teknik ekstraksi pelarut meremove fraksi terlarut dari fase padat permeabel dengan

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 18

Page 19: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

yang dikaitkan dengan prinsip pelarutan selektif oleh pelarut cair (Perry dan Chilton, 1973). Proses dasarnya terdiri dari tiga langkah: (1) Mencampur serbuk rempah-rempah dan pelarut dalam ekstraktor untuk efek transfer

komponen fungsional dari rempah-rempah untuk pemisahan, pelarut (2) Hasil yang diperoleh dipisahkan dari serbuknya, dan(3) Hasilnya didestilsi unuk mendapatkan produkUntuk membuat oleoresin kunyit, pelarut residu yang digunakan diatur di bawah batas yang ditetapkan oleh badan pengawas. Sebagian besar pelarut dalam ekstrak didestilasi di evaporator, menghilangkan hasil akhir dilakukan dalam desolventizer di bawah kondisi yang suhu dan tekanan terkontrol untuk menjaga senyawa aktif.

EXTRACTION MEDIUMPemilihan pelarut terutama berfokus pada kuantitas optimal ekstraktif kualitas

yang diinginkan dan tidak tentu hasil maksimal. Sebuah ekstraksi pelarut yang baik harus:1. Mampu melarutkan senyawa aktif, selektif dan meminimalkan ekstraksi konstituen

yang tidak diinginkan.2. Kimia murni, karena residu kotoran dapat memberikan keberatan off-rasa pada

produk3. Memiliki titik didih cukup rendah untuk memfasilitasi destilasi, namun, terlalu

rendah titik didih dapat menyebabkan hilangnya berlebihan pelarut selama proses4. Kimia lemah, yaitu, tidak seharusnya bereaksi dengan konstituen dari produk5. Memiliki jenis yang rendah dan bahan laten6. Tidak beracun dan tidak akan menimbulkan bahaya kesehatan7. Tidak mudah terbakar dan nonexplosive8. Tersedia dan harga terjangkau9. Dapat diterima sesuai dengan undang-undang makanan negara mana produk yang

akan digunakanKurkumin larut dalam pelarut polar (aseton, etil asetat, metanol, etanol), dan

cukup larut dalam pelarut nonpolar seperti heksana. Aseton adalah media populer untuk ekstraksi kunyit. Ethylene dichloride adalah ekstraktan yang efisien, namun penggunaannya dibatasi karena carcinogenic dugaan. Ini sekarang sedang digantikan oleh etil asetat (Rajaraman et al, 1981;. Verghese dan Joy, 1989). Heksana, isopropanol, dan etil alkohol juga digunakan pada berbagai tahap dalam pengambilan dan pemurnian kurkuminoid dari oleoresin.

SIFAT OLEORESIN KUNYITAseton, etanol, dan etil asetat adalah pelarut ekstraksi umum. Kunyit

mengandung curcumin oleoresin 30 sampai 40%, minyak atsiri 15 sampai 20%, dan minyak tetap 20 sampai 30%, tergantung pada kultivar dan media ekstraksi.

ISOLATION OF TURMERIC DYEKurkuminoid juga dapat diekstraksi dari rimpang bubuk menggunakan air alkali

(pH sekitar 9) (Ran dan Zhou, 1988), dan ditemukan oleh curah hujan pada pH 3 sampai 4. Dalam proses lain, bedak dikenakan distilasi dengan superheated steam untuk menghapus minyak atsiri, rempah-rempah de-lancar diperlakukan dengan alkali, diikuti oleh pengendapan kurkuminoid dengan asam (Burger, 1958).

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 19

Page 20: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

MANUFACTURE OF DYE KUNYITKunyit kering dihaluskan dan diekstraksi dengan pelarut organik seperti yang

dibahas sebelumnya. Untuk membuat oleoresin kunyit, pelarut dalam ekstrak harus benar-benar menguap dengan cara distilasi under vacum. Untuk mendapatkan curcumin, pelarut dihilangkan, konsentrat didinginkan, kemudian dibiarkan hingga kurkumin mengkristal. Kristalisasi ditingkatkan dengan subcooling dengan air dingin, kemudian Kristal-kristal tersebut dipisahkan centrifuging atau penyaringan vakum. Kurkumin mentah yang diperoleh dicuci cepat dengan pelarut untuk meningkatkan kemurnian. Pencucian dengan hexane dapat menghapus minyak esensial yang tersisa namun tidak melarutkan kurkuminoid. Residu pelarut dalam produk dapat dihilangkan dengan menyuntukan live steam dan Kristal tersbut kemudian dikeringkan diudara panas. Hasil kurkumin dari rempah-rempah berkualitas baik adalah 2-4% tergantung budidayanya. Diagram untuk produksi kurkumin dapat dilihat dari skema dibawah ini.

Turmeric

Powdering

Solvent extraction

Partial concentration

Crystallization

Removal of mother liquor

Purifying the crystals

Drying

Powdering

Curcumin

4. Data Farmakologi

4.1. Pre Klinik

- GastroprotektifEkstrak kunyit memperlihatkan efek gastroprotektif pada hewan coba dengan berbagai metode induksi tukak lambung. Pemberian secara oral ekstrak etanol

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 20

Page 21: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

kunyit 500 mg/kg bb berfungsi sebagai anti luka secara nyata dapat menekan pengendalian hipotermik, ligasi pilorik, dan induksi indometasin. Kunyit yang diberikan secara oral kepada tikus atau mencit dengan dosis 100 mg/kg selama 6 hari mengakibatkan penurunan produksi getah lambung, sedangkan pada dosis 50 mg/kg tidak memberi efek.Ekstrak air dan metanolik dari kunyit yang diberikan secara oral kepada kelinci dosis 132 dan 155 mg/kg bb secara berturut-turut menurunkan sekresi asam lambung sebesar 44,4 dan 47,9%, sekresi asam sebesar 66,5 dan 57,3% dan sekresi pepsin sebesar 50,4 dan 68,6%. Kombinasi ekstrak rimpang kunyit dan kulit batang mimba pada dosis masing-masing 500 mg/kg bbdan 100 mg/kg bb memperlihatkan gastroprotektif pada tikus yang diinduksi dengan etanol dan asetosal. Efek tersebut dapat dilihat dari penurunan induksi ulkus, jumlah mukosa lambung, jumlah asam lambung, dan didukung pula oleh pengamatan histologi.Ekstrak rimpang kunyit mempunyai aktivitas anti tukak lambung,. Selain uji pre klinik, uji klinik efek anti tukak lambung juga telah dilakukan. Efek anti tukak lambung diduga melalui penghambatan sekreai asam lambung, aktivitas antiinflamasi, penghambat radikal bebas dan antibakteri. Ekstrak rimpang kunyit menunjukkan efek antagonis selektif dan kompetitif terhadap receptor H2. Hal ini mengindikasikan adanya mekanismme reduksi dalam tukak lambung. Miofibrioblas yang ditemukan pada daerah luka yang diberi kurkumin akan mempercepat kontraksi daerah luka, sehingga mempercepat proses perpindahan berbagai sel-sel yang bertindak sebagai sumber faktor pertumbuhan yang dibutuhkan dalam proses pengaturan biologis selama penyembuhan luka.Kunyit dikenal sebagai inhibitor enzim siklooksigenasi-2. Beberapa senyawa yang terkandung di dalam kunyit memiliki efek protektif terhadap saluran pencernaan. Penelitian dengan menggunakan tikus menunjukkan kunyit dapat menghambat pembentukan tukak yang disebabkan stres, alkohol, indometasin, pengikatan pilorus dan reserpin, serta meningkatkan mukosa lambung secara signifikan.

- Protects Gastric Ulcer dengan Memblok Reseptor Histamin H2Curcuma longa umumnya telah digunakan sebagai obat tradicional untuk berbgai jenis gejala seperti inflamasi, gastritis dan gastric ulcer. Pemberian ekstrak C. longa per os terhadap pylori-ligated perut tikus, memperlihatkan penurunan sekresi asam lambung dan membentuk perlindungan terhadap luka mukosa lambung. Dilakukan juga uji, efek inhibisi terhadap gastric ulcer dengan memblok receptor histamin H2. Dimaprit, sebuah resptor agonis H2 histamine diinduksi produksi intracelular cAMP dalam U937 dan HL-60 promylocytes. Pre trament dengan ekstrak C. longa secara signifikan memblok dimaprit-diinduksi dengan produksi cAMP dengan cara concentration dependent. Tapi tidak mempunyai efek terhadap tingginya level pemicu cAMP oleh aktivasi isoproterenol-induced ß2-adrenoceptor dalam sel U937. Untuk mengidentifikasi komponen aktif ekstrak C. longa, fraksinasinya secara sekuen diekstraksi dengan etil asetat, n-butanol dan air, dan ditemukan bahwa ekstrak etil asetat menunjukan potensi yang paling baikEfek anatgonis H2R yang bertindak sebagai dimaprit-induced produksi cAMP. Namun, curcumin sebagai komponen utama dari ekstrak C. longa tidak

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 21

Page 22: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

menunjukan efek memblok H2R. Ekstrak etanol dan ekstrak etil asetat juga memblok ikatan dari [3H]-tiotidine terhadap receptor membran pada sel HL-60. Penemuan ini menyatakan bahwa ekstrak dari C. longa secara spesifik menginhibisi sekresi asam lambung dengan memblok receptor dengan cara kompetitif.

4.2. Klinik- Pengujian klinik secara acak telah dilakukan pada 50 pasien tukak lambung,

pemberian 750 mg kunyit (n = 27) selama 12 minggu dibandingkan dengan antasida yang mengandung alumunium dan magnesium hidroksida (n = 23). Setelah 6 minggu perlakuan, 9 pasien yang menerima kunyit mengalami penyembuhan total. Pengujian lebih lanjut selama 12 minggu penyembuhan total pada kelompok kunyit terjadi pada 70,6% pasien, sedangkan pada antasida 94,1% pasien.Uji klinik tersamar ganda pada 130 pasien ulkus duodenum, pemberian 6g kunyit sehari selama 8 minggu, tidak memperlihatkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan placebo. Efek kecepatan penyembuhan pada kunyit sekitar 27%, sedangkan placebo 29%.

- Flatulen/DyspepsiaPada 440 pasien yang mengalami dispepsia diberikan 81 mg ekstrak alkoholik kunyit 2 kali sehari selama 4 minggu. Perbaikan dibandingkan dengan keadaan sebelumnya terjadi penurunan skor simptom hampir 84% untuk mual, 71% untuk muntah, 66% untuk nyeri perut bagian atas, 66% untuk nyeri perut bagian bawah, sedangkan 61% untuk rasa begah, 58% untuk flatulensi, dan 58% untuk konstipasi. Secara keseluruhan penurunan skor simptom dispepsia sekitar 66%. (Fitoterapi, P’Mun’im)Pada studi randomized doublé blind terhadap 116 pasien, 41 pasien dikelompokkan kedalam kelompok placebo, sedangkan 36 dan 39 pasien lainnya dikelompokkan kedalam kelompok flatulence dan kelompok yang diberikan Cúrcuma domestica. Kelompok placebo diberikan strach poder dalam kapsul, kelompok flatulannce diberikan kapsul yang mengandung ekstrak kering cascara 65 mg, ekstrak kering nux vómica 16 mg, tinktur asofeda 0,325 mg, serbuk capsicum 8 mg, serbuk jahe 48 mg, dan distase 3 mg. Sedangkan kelompok yang satunya lagi diberikan serbuk cúrcuma 250mg per kapsulnya, dengan aturan pakai dua kapsul empat kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur selama 7 hari. Setiap pasien dilihat respon gejala, efek samping, dan kepuasan, dan 50% dari setiap kelompok puas dengan treatmen yang mereka terima.(Kunyit as Dyspepsia)

5. Keamanan

LD50 ekstrak air pada mencit intra peritoneal: 18,72 (16,30-21,50 mg/10gBB).Monyet diberi 0.8 mg/kgBB kurkumin / hari dan tikus 1.8 mg/kgBB/hari selama 90 hari tidak menunjukan efek samping. Invitro tidak bersifat mutagenik. Per oral pada tikus dan mencit tidak teratogenik. Mencit yang diberi 1% and 5% selama 14 hari menunjukkan hepatotoksisitas. FDA mengklasifikasi sebagai GRAS (Generally

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 22

Page 23: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Recognized as Safe). Tidak ada efek samping pada pasien artritis rematoid yang diberi 1200 mg/hari kurkumin selama 2 minggu. Tidak ada efek toksik setelah pemberian oral 8,000 mg atau 2.2 g turmerik (setara 180 mg kurkumin)/hari selama 4 bulan.Pemberian dosis tunggal ekstrak alkoholik kunyit pada berbagai dosis sampai 3 g/kg bb pada mencit, serbuk kunyit 2,5 g/kg atau ekstrak etanolik 300 mg/kg pada tikus, marmot dan monyet tidak menimbulkan tanda-tanda toksisitas. Pemberian kurkumin 1-5 g/kg bb secara oral dosis tunggal tidak memberikan efek toksik pada tikus. Selain itu pemberian dosis tunggal kurkumin 2g/kg bb secara oral dan intraperitonial pada mencit tidak menyebabkan kematian. Nilai LD50 intraperitonial pada mencit untuk ekstrak petroleum eter, alkoholik dan air dari kunyit dan kurkumin adalah masing-masing: 0,523; 3,980; 0,430; dan 1,5 g/kg bb.Potensi induksi tukak lambung dari kurkumin sampai saat ini masih kontroversial. Pada pemberian kurkumin 100 mg/kg bb secara oral pada tikus selama 6 hari memperlihatkan efek pembentukan ulkus, namun studi lain memperlihatkan efek gastroprotektif.Ekstrak alkoholik, ekstrak air, minyak atsiri dan kurkumin tidak memberikan efek mutagenic pada Uji Ames. Selain itu efek genotoksik juga tidak terlihat setelah pemberian dosis tunggal kunyit sampai 5g/kg bb pada tikus.Pemberian kunyit 0,15% dan kurkumin 0,015 g selama 12 minggu tidak memberikan efek teratogenik, yang dilihat dari parameter kecepatan kehamilan, jumlah embrio mati dan hidup. Pemberian kurkumin pada pakan tikus dengan dosis setara dengan kurang lebih 1000 mg/kg bb pada tikus betina dan jantan dua generasi berturut-turut tidak memberikan efek pada parameter reproduksi. NOAEL (No Observed Adverse Effect Level) dari kurkumin adalah 250-320 mg/kg, dan berdasarkan data ini JECFA mengalaokasikan ADI (Accepted Daily Intake) dan kurkumin adalah 0-3 mg/kg.Pada 600 sukarelawan, pemberian kunyit sampai 6 g sehari atau kurkumin sampai dengan 1,5 g selama beberapa minggu, tidak terjadi efek serius. Kasus yang terjadi dalam jumlah kecil adalah rasa tidak nyaman pada saluran cerna.

TOKSISITAS- Toksisitas Akut

Toksisitas akut ekstrak etanol rimpang kunyit yang diberikan peroral pada mencit (selama 24 jam) dengan dosis 0,5; 1,0; dan 3 g/kg bb menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kelaompok kontrol terhadap perubahan morfologi eksternal, hematologi, spermatogenik, pertambahan berat badan dan berat organ viral

- Toksisitas KronisUji toksisitas kronis oral selama 90 hari ekstrak etanolrimpang kunyit pada mencit dengan dosis 100 mg/kg bb/hari menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap morfologi eksternal. Hematp;ogi. Spermatogenik, pertamabahan berat badan dan berat organ vital yang diamati.

6. PosologiPer oral 500 mg kcurkcumin/hari selama 7 hari Dewasa 2 kali 1-2 tablets/hari ac. Adolesen > 12 tahun: 2 kali 1 tablet/hari, ac (tablets 100 mg ekstrak kering). Serbuk rimpang: 1.5-3.0 g /hari

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 23

Page 24: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Oral infusa: sampai 3 kali 0.5-1 g up/hari- tingtur 3 kali (1:10): 0.5-1 ml /hari Ekstrak kering (13-25:1): 80-160 mg/hari dalam 2-5 dosis terbagi. Ekstrak kering (5.5-6.5:1): 2 kali 100-200 mg/hari Tingtur (1:5) : 1 kali 10 ml/hari atau 3 kali 5 ml dalam 60 ml air/hari Dosis: 3-9 gram simplisia /hari. Rata-rata dosis 1.5-3 gram serbuk, 2-3 kali/hari setelah makanTingtur (1:10) , 2-3 kali 10-15 tetes (0.5-1 ml) /hari 3 kali 250-500 mg 3 /hari. Tingtur 3 kali 0.5—1.5 ml /hari

Cara penyiapanBentuk sediaan berupa: kunyit distandardisasi untuk mengandung 95% curcuminoid / dosis. Rimpang kering mengandung 3-5% curcumin. Ekstrak kering (13-25:1), ethanol 96% V/V;ekstrak etanol (80%); ekstrak air. Tablet salut mengandung 30 mg ekstrak kering (max. 5 tablet /hari). Kapsul: 2 x 1 mengandung 81 mg ekstrak kering; Ekstrak kering hidroetanol (5.5-6.5:1 ethanol 50% V/V) setara 10-15 mg curcuminoids; minyak: 3-5.5%, minyak esensial: 70% (w/w).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI, 2011, Formularium Obat Herbal Asli Indonesia, Vol. 1, DIPA Satker Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Alternatif dan Komplementer, Jakarta

2. Mun`im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Depok: Dian Rakyat. Hal. 85-88

3. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 1. Geneva: World Health Organization; 2002: p.115-122

4. Ravindran P.N., Babu K. N., Sivaraman K., 2007, Turmeric The Genus Curcuma, CRC Press., US. p. 198, 222-232

5. Kim D. C., et al., 2005, Curcuma longa Extract Protect against Gastric Ulcer by Blocking H2 Histamine Receptors, Biol. Pharm. Bull : 28(12)

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 24

Page 25: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

6. Studi Kasus

Resep 1 :Kusmag 60 kapsul, Jamu Borobudur :Kaempferia Rhizoma extract 137,50 mgCurcumae domestica Rhizoma extract 137,50 mgFoeniculi Fructus extract 110,00 mgGlycyrrhizaa Radix extract 82,50 mgCoriandri Fructus extract 82,50 mg

Rasionalisasi klaim khasiatKaempferia Rhizoma secara invitro memperlihatkan aktivitas antiamebik terhadap Acanthamoeba culbertsoni, A. castellanii, dan A. polyphhaga. Kencur juga memiliki efek anagetik, karminatif dan ekspektoran. Curcumae domestica,rimpang kunyit,memiliki efek anti dispepsia,pada 440 pasien diberikan 81 mg ekstrak alkoholik kunyit 2x sehari selama 4 minggu,dimana didapatkan hasil penurunan skor simptom dispepsia sekitar 66 % Foeniculi fructus,buah adas pada uji antitukak ekstrak air buah adas pada tikus galur Sprague-Dawley dosis 75,150 dan 300 mg/kgbb signifikan menunjukkan efek protektif dalam mencegah terjadinya tukak lambung.Persentase inhibisi tukak lambung pada dosis tersebut adalah 37,8%; 27,9% dan 62,8% dibandingkan kontrol negatif. Sebagai kontrol positif pada penelitian tersebut ,inhibisi tukak lambung famotidin dosis 20 mg/kgbb sebesar 34% Fructus foeniculi juga memiliki efek anti spasmodik,pada percobaan dengan extrak ethanol,2,5-10,0ml, 1 bag buah: 3,5% bagian 31% ethanol,pada marmut yang diinhibisi acetylcholin dan histamin,terjadi contraksi ileum.Minyak atsiri dari fructus foeniculi mengurangi spasme usus kecil dan 26% aktif seperti papaverin.Penggunaan intragastrik 2,0-3,0 mg/kgbb ,infusa fructus pada kucing yng diinhibisi acetylcolin dan histamin sehingga terjadi kontraksi ileum,juga menghambat spasme sebesar 50%.(who monograph) Glycyrrhizae radix,akar manis,digunakan sebagai antitusif,ekspektoran,antiinflamasi dan gangguan pada lambung.Glycyrrhizae memiliki efek antispasmolitik pada hewan coba,menghambat pertumbuhan mikroba Staphyloccuccus aureus,Mycobacterium smegmatis dan Candida albicans,serta memiliki efek antiinflamasi ,dimana potensinya tergantung konsentrasi kandungan isolikuitrin.Pada percobaan uji klinis akar manis dosis 3 g /hr diberikan selama 3 bulan dilakukan kepada 15 pasien menunjukkan aktivitas penyembuhan tukak lambung.Didapat setelah 2 bulan,pada pemberian akar manis mampu menghilangkan nyeri pada lambung (56%) dan rasa terbakar (78%) .Pada pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa 50% kasus mengalami penyembuhan sempurna atau hampir sempurna.Uji klinis darisenyawa akar manis yang tidak mengandung senyawa glizirhizinat menunjukkan efek sebaliknya.Pada studi terkontrol terhadap 271 pasien dengan dosis 2,3-5 g selama 4-6 mgg tidak menunjukkan efek perbaikan gasritis yang bermakna dibandingkan plasebo.Coriandr fructus,buah ketumbar,dikatakan minyak atsirinya dapat merangsang sekresi asam lambung,sebagai karminatif,antikolik dan spasmolitik.Secara invitro memiliki aktivitas anti bakteri dan anti jamur

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 25

Page 26: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Resep 2 :

Rasionalisasi klaim khasiatMentha arvensis. Memiliki efek antimikroba, juga memiliki efek anti spasmodik pada ekstrak etanolnya, pada percobaan dengan marmut yang diinduksi penghambatan asetilkolin dan histaminnya agar terjadi ileus paralitik.Selain itu pada uji klinik,dengan penderita IBS/Irritable Bowel Syndrome,menthae piperitae dapat mengurangi tekanan intracolon,bahkan minyak essensialnya dapat merelaksasi sphincter esofagus. Pada RCT dengan 18 pasien IBS juga didapat perbaikan secara signifikan.Pada penggunaan minyak essensial dicampur dengan minyak jintan pasien 94,5% mengalami perbaikan dalam skala clinical global impression ,63% bebas sakit,dan 89,5% sedikit rasa nyeri. Selain itu juga Menthamemiliki efek analgetik dan karminatif.Curcuma domestic. mengandung inhibitor enzim siklooksigenase 2, sehingga dapat berfungsi sebagai zat protektif saluran cerna, kunyit juga dipakai sebagai antitukak lambung, Pada pasien dengan dispepsia,yang memakai ekstrak alkohol kunyit,didapat penurunan skor simptom dispepsia sekitar 66%.Pada studi dengan 116 pasien ,dimana 39 pasien mendapat serbuk curcuma 250 mg, didapat hasil 50% dari setiap kelompok merasa puas dengan pengobatan yang mereka terima.Curcuma xantorizaCarica papayaPaederia foetida

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 26

Page 27: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

Sediaan

Zingiber officinale Rosch rhizoma 50 mg

Mentha piperitae herba 15 mg

Curcuma domestica rhizoma 50 mg

Foeniculi fructus 10 mg

Penjelasan rasionalisasi :

Pemilihan resep tanaman berdasarkan empiris dan data-data penelitian yang sudah ada. Resep tanaman tersebut adalah :

Zingiber officinale rhizoma atau Rimpang jahe memiliki efek antimual antimuntah,baik dalam uji perbandingan dengan metoklopropamid,sebagai obat medikemantosa untuk flatulens,juga untuk mengurangi mabuk laut yang sering disertai rasa kembung,juga membantu mual,muntah pada wanita hamil sehingga Zingiber officinale bisa dipakai sebagai karminatif .Juga mengandung antibakteri yang bisa membunuh Escherichia colli,suatu jenis kuman yang juga sering menimbulkan gangguan pada saluran pencernaan. Banyak data-data penelitian tentang efek antimual dan anti emetik dari Zingiberis Rhizoma diantaranya :1. Pada penelitian hasil uji klinik (randomize, cross-over, double blind study) serbuk

rimpang jahe diberikan sebagai anti emetik pada pasien mual dan muntah yang terinduksi obat siklofosfamid sebagai kemoterapi antikanker dan efeknya dibanding antiemetik standar metoclopramide dan ondasentron. Hasilnya 62% pasien yang diberi rimpang jahe tidak mengalami mual, sedangkan yang diberikan metoclopramide atau ondansentron 58% dan 86%. Selanjutnya sebanyak 68%, 64%, dan 86% pasien yang diberikan rimpang jahe, metoclopramide, dan ondansentron tidak mengalami muntah. Peneliti menyimpulkan rimpang jahe pada dosis yang digunakan dalam penelitian tersebut efektif mengurangi mual dan muntah yang diinduksi siklofosfamid dosis rendah. (Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat BPOM, 2011)

2. Wu et al. [2008] melakukan double blind acak, plasebo terkontrol, crossover studi untuk menguji pengaruh jahe pada pengosongan lambung dan motilitas pada 24 sukarelawan sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata jahe mempercepat pengosongan lambung. Jahe juga secara signifikan mengurangi post prandial daerah antral, dan merangsang kontraksi antral dika dibandingkan dengan plasebo. (European Medicines Agency, 2012)

Menthae piperita Folium dengan steam destilasi menghasilkan peppermint oil ( minyak atsiri) yang berfungsi sebagai karminatif. Penggunaan peppermint karena :1. Secara tradisional peppermint telah digunakan sebagai obat karminatif. Umumnya

dikonsumsi sebagai teh, tablet oral, dan juga permen. Menurut penelitian yang dilakukan mekanismenya belum diketahui tetapi kemungkinan peppermint oil mengendurkan spincter yang kemudian melepaskan gas. Peppermint oil dapat

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 27

Page 28: Flatulens

S2 Herbal Fitoterapi Maret 2013 Dosen:Dr.Abdul Munim,Msi,AptFlatulens

mengurangi spasme saluran cerna dan melelaksasi colon. (Ahmed, Soliman, Mahmoud, 2012)

2. Pada penelitian efek dari peppermint sebgai salah satu obat karminatif dalam mengatasi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) selama kehamilan didapatkan hasil bahwa penggunaan peppermint dalam bentuk teh sebagai obat karminatif dan kepatuhan terhadap perubahan gaya hidup dapat menghilangkan Gerd kelas I (NERD) pada kehamilan. Peneliti merekomendasikan konsumsi peppermint tea disela-sela makan seawa awal kehamilan untuk mengatasi GERD. (Ahmed, Soliman, Mahmoud, 2012)

3. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan Mentha piperita dalam mengatasi Kolik Infantil. Mentha piperita dibandingkan dengan simetikon sebagai obat untuk kolik infantil dan didapatkan hasil bahwa Mentha piperita memiliki efek yang sama dengan simetikon dalam mengatasi kolik infantil. Temuan ini merekomendasikan Mentha piperita sebagai terapi dalam mengatasi kolik infantil walaupun masih dibutuhkan penelitian tentang hal ini lenih banyak lagi. (Alves, Brito, Calvacanti ,2012)

4. Penelitian secara in vivo pada dalam mempelajari efek embriotoksik dari penggunaan Mentha piperita selama proses organogenesis pada balb/ c mice didapatkan hasil dengan penggunaan ekstrak Mentha piperita (600 and 1200 mg/kg/day) tidak memiliki efek tetatogenik pada mice fetus jika digunakan secara continue selama masa periode embrionik.

Curcuma domestica rhizoma atau rimpang kunyit mengandung inhibitor enzim siklooksigenase 2, yang berfungsi protektif terhadap saluran cerna. kunyit juga dipakai sebagai antitukak lambung. Pada pasien dengan dispepsia, yang memakai ekstrak alkohol kunyit, didapat penurunan skor simptom dispepsia sekitar 66%. Pada studi dengan 116 pasien, dimana 39 pasien mendapat serbuk curcuma 250 mg, didapat hasil 50% dari setiap kelompok merasa puas dengan pengobatan yang mereka terima.Curcuma domestica dapat dipakai sebagai anti flatulens.

Foeniculi fructus, buah adas pada uji antitukak ekstrak air buah adas pada tikus galur Sprague-Dawley menunjukkan efek protektif dalam mencegah terjadinya tukak lambung. Persentase inhibisi tukak lambung pada dosis tersebut adalah 37,8%;27,9% dan 62,8% dibandingkan kontrol negatif.Sebagai kontrol positif pada penelitian tersebut, inhibisi tukak lambung famotidin dosis 20 mg/kgbb sebesar 34%. Selain itu buah adas juga memiliki efek anti spasmodik. Kandungan minyak atsirinya memiliki efek seperti papaverin dan dapat menghambat spasme usus. Foeniculi fructus dapat dipakai sebagai anti flatulens.

Amalia Purnamasari Z 1106151991Nurul Qamariah 1206179965 Yohanes 1206180191 Page 28