fisiologi terapan sensasi nyeri

Upload: laode-maly-ray

Post on 16-Jul-2015

414 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

FISIOLOGI TERAPAN SENSASI NYERI y Proses sistem somatosensorik terdiri dari empat modalitas sensoris yang secara umum berbeda: taktil, propioseptif, sensasi suhu, dan nyeri. y Empat proses yang berbeda dapat diidentifikasi sebagai pengiriman rangsangan yang dapat membahayakan dan pengalaman nyeri yang subjektif: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. y Terdapat dua jenis serabut aferen utama yangg terlibat dalam sensasi nyeri: serabut-A dan C. Dua fungsi pokok neuron-neuron aferen utama adalah transduksi rangsangan dan transmisi informasi rangsangan yang dikodekan menuju sistem saraf pusat (SSP). y Dalam pemberian sinyal sensasi nyeri pada kornu dorsalis, tiga kategori utama sel-sel neuronal dapat diidentifikasi: neuron-neuron proyeksi, dan interneuron-interneuron inhibitorik dan eksitatorik yang memanfaatkan berbagai macam neurotransmiter. y Input sensasi nyeri menuju kornu dorsalis disampaikan ke pusat yang lebih tinggi di otak melalui beberapa jalur yang ascenderen. Traktus

spinotalamikus secara sederhana dianggap sebagai jalur nyeri utama. y Multipel area kortikal diaktifkan dengan rangsangan yang menyakitkan termasuk: korteks-korteks somatosensorik primer dan sekunder, insula, korteks cingulata anterior, dan korteks prefrontal. y Modulasi dari pesan-pesan sensasi nyeri pada neuron-neuron korda spinalis bergantung pada keseimbangan input dari nosiseptor aferen primer, neuronneuron korda spinalis intrinsik, dan sistem desenden yang memproyeksikan dari daerah supraspinal.

1

PENDAHULUAN Proses sistem somatosensorik terdiri dari empat modalitas sensoris yang secara umum berbeda: taktil, propioseptif, sensasi suhu, dan nyeri. Berdasarkan pada teori spesifisitas, masing-masing modalitas sensorik dimediasi oleh kelas reseptor yang terpisah dan jalur neuroanatomis yang berbeda. Bagaimanapun, klasifikasi ini tidak sekaku yang pertama kali dipikirkan, Hal tersebut kebanyakan dipengaruhi kondisi fisiologis. Sherington mengajukan bahwa reseptor-reseptor kutaneus merespon secara selektif terhadap rangsangan kerusakan jaringan (membahayakan) pada nosiseptor yang ditunjuk. Ketika rangsangan termal atau mekanis yang membahayakan diterapkan pada kulit, rantai kejadian diatur dalam gerakan yang biasanya menghasilkan persepsi sensasi nyeri. Selingan antara pengiriman rangsangan yang membahayakan dan perasaan subjektif nyeri adalah rangkaian kejadian elektrik dan kimia yang kompleks dimana empat proses yang berbeda dapat diidentifikasi: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi atau aktivasi reseptor, adalah proses dimana energi yang membahayakan dari eksternal dikonversi menjadi aktifitas elektrofisiologis pada neuron-neuron aferen primer nosiseptif. Transmisi merujuk pada proses pengkodean dan pengiriman ke struktur-struktur SSP yang berkaitan dengan nyeri. Tingkatan pertama transmisi adalah konduksi impuls-impuls pada neuron-neuron aferen primer menuju kornu dorsalis korda spinalis, tempat dimana jaringan neuron-neuron naik pada korda spinalis menuju batang otak dan thalamus. Terakhir, hubungan resiprokal dibuat antara thalamus dan banyak daerah otak yang lebih tinggi yang mengurusi masalah respon-respon perseptif dan afektif yang berhubungan dengan nyeri. Bagaimanapun, aktifitas nosiseptif tidak selalu menghasilkan persepsi nyeri (dengan cara yang sama, nyeri mungkin dirasakan ketika tidak adanya sensasi nyeri). Oleh karena itu, proses modulasi sinyal harus dimasukkan kedalam sistem yang mempunyai kemampuan mengganggu dalam jalur ini; tempat modulatorik yang paling banyak diketahui adalah kornu dorsalis dari korda spinalis. Proses terakhir2

adalah persepsi, yaitu pesan nyeri tersebut diteruskan ke otak, menghasilkan sebuah pengalaman sensorik yang tidak mengenakkan, yang mempunyai komponen afektif, defensif, dan perseptif.

ASPEK-ASPEK TAMBAHAN SENSASI NYERI Tabel 1a.1. klasifikasi neuron-neuron jenis Velositas konduksi Diameter neuron (m) A A 60-120 50-70 12-22 4-12 Otot skelet (M) Sentuhan, ringan (M) A A B C 35-70 5-30 3-30