fisiologi sp.sense 1

22
FISIOLOGI SPECIAL SENSE 1 - Pendengaran dan Keseimbangan - Penciuman Bagian Fisiologi FK Unsyiah

Upload: zulfan-tm

Post on 07-Jul-2016

248 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fisiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Fisiologi Sp.sense 1

FISIOLOGI SPECIAL SENSE 1

- Pendengaran dan Keseimbangan- Penciuman

Bagian FisiologiFK Unsyiah

Page 2: Fisiologi Sp.sense 1

Indera- Informasi mengenai lingkungan dalam dan lingkungan luar dapat mencapai SSP melalui berbagai reseptor sensorik indera- Indera suatu transduser yang merubah berbagai bentuk energi menjadi potensial aksi di neuron- Tiap reseptor mempunyai stimulus adekuat mempunyai ambang yang jauh lebih rendah dibanding stimulus yang lain- Reseptor sensorik sering bersatu dengan sel non-saraf yang melingkupinya alat indera / organ indera

Page 3: Fisiologi Sp.sense 1

FISIOLOGI PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

Page 4: Fisiologi Sp.sense 1

Telinga tengah

Page 5: Fisiologi Sp.sense 1

Kohlea (Telinga dalam)

Page 6: Fisiologi Sp.sense 1

Lintasan saraf

Page 7: Fisiologi Sp.sense 1

Pembentukan impuls

Page 8: Fisiologi Sp.sense 1

• Amplitudo kerasnya bunyi• Frekuensi nada• Intensitas bunyi skala desibel (dB), 1 dB = 0,1 Bel• dB = 10 log Intensitas bunyi / Intensitas bunyi standar • 0 dB = 0,000204 dyne/cm2• Frekuensi bunyi yang terdengar manusia

20 – 20.000 Hz• Kepekaan tertinggi pada 1000 – 4000 Hz

Page 9: Fisiologi Sp.sense 1

Intensitas suara

Page 10: Fisiologi Sp.sense 1

Amplitudo

Page 11: Fisiologi Sp.sense 1

• Masking suatu fenomena dimana adanya suatu bunyi akan menurunkan kemampuan seseorang mendengar bunyi lain diduga disebabkan masa refrakter pada N.Auditorik

• Refleks timpani adanya kontraksi M.Stapedius dan M. Tensor timpani manubrium maleus tertarik kedalam, sedang stapes keluar mengurangi hantaran bunyi

• Refleks timpani berperan untuk melindungi dari rangsang yang berlebihan (bunyi yang keras)

• Hantaran bunyi : hantaran osikular, hantaran udara, hantaran tulang

• Arah suara bergantung pada gelombang yang sampai lebih dahulu (pada telinga kanan atau kiri)

Page 12: Fisiologi Sp.sense 1

• Ketulian 2 macam : Tuli hantaran (= tuli konduksi) dan Tuli saraf

• Tes pendengaran : - tes bisik - tes garpu tala - Audiometri• Tes garpu tala : - Tes Weber - TesRinne - Tes Schwabach

Page 13: Fisiologi Sp.sense 1

Keseimbangan

Page 14: Fisiologi Sp.sense 1

• Krista ampullaris

Page 15: Fisiologi Sp.sense 1

Lintasan saraf keseimbangan

Page 16: Fisiologi Sp.sense 1

• Nistagmus gerakan menyentak pada mata yang khas pada saat awal dan akhir rotasi ada komponen cepat dan ada komponen lambat

• Vertigo sensasi berputar tanpa adanya pemutaran yang sebenarnya gangguan pada labirin

• Respons terhadap percepatan linier : - Utrikulus respons terhadap percepatan horizontal - Sakulus respons terhadap percepatan vertikal

Page 17: Fisiologi Sp.sense 1

FISIOLOGI PENCIUMAN

Page 18: Fisiologi Sp.sense 1

• Membrana mukosa olafktorius bila besar : makrosmatik bila kecil : mikrosmatik terdapat sel penunjang dan sel reseptor • Sel reseptor adalah neuron yang memiliki dendrit

pendek, tebal dan ujungnya melebar• Akson sel reseptor menembus lamina kribriformis

masuk ke bulbus olfaktorius traktus olfaktorius (stria olfaktorius) korteks olfaktorius (korteks piriformis dan korteks orbitofrontal)

• Sel reseptor suatu khemoreseptor stimulus harus larut dalam mukus

• Manusia dapat mengenali lebih dari 10.000 bau2an (ada sekitar 1000 reseptor yang berbeda) diskriminasi bau bila ada perbedaan konsentrasi lebih dari 30 %

Page 19: Fisiologi Sp.sense 1

Reseptor penciuman

Page 20: Fisiologi Sp.sense 1

• Sirkuit saraf di bulbus olfaktorius

Page 21: Fisiologi Sp.sense 1

- Arah bau mungkin didasarkan perbedaan waktu sampai pada kedua lubang hidung- Molekul penghasil bau umumnya berukuran kecil, mengandung atom karbon 3-4 sampai 18-20 jumlah atom sama tetapi konfigurasi berbeda menyebabkan bau yang berbeda- Ambang penghidu tergantung konsentrasi zat tersebut di udara sangat peka terhadap sesuatu zat, spt : metil merkaptan, zat dalam bawang putih

Page 22: Fisiologi Sp.sense 1

• Mengendus (sniffing) jumlah udara yang mencapai membrana mukosa olfaktorius bertambah mengarahkan arus udara ke atas• Dapat terjadi adaptasi terhadap bau yang

terus menerus• Kelainan penciuman : - anosmia hilangnya daya menghidu - hiposmia berkurangnya daya menghidu

- disosmia distorsi daya menghidu. Penghidu memiliki kemampuan unik untuk

membangkitkan ingatan jangka panjang