laporan fisiologi kel 1

29
ELEKTROKARDIOGRAFI A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi EKG normal 2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi EKG sederhana B. Dasar Teori Elektrokardiografi adalah pencatatan grafis potensial listrik yang ditimbulkan oleh jantung pada waktu berkontraksi( Sunoto Pratanu,2009, hal 1523). Adapun konsep dasar Elektrokardiografi (EKG) adalah : a. Potensial Aksi Pada saat sel mendapat stimulus potensial listrik pada membran sel otot berubah dibandingkan dengan potensial diluar sel. Perubahan potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu disebut potensial aksi (Sunoto Pratanu,2009, hal 1523) Potensial aksi pada serabut kontraktil otot jantung terdiri dari 3 fase : a. Deporalisasi : Terjadi ketika gerbang cepat dari Na + terbuka, sehingga ion natrium masuk dalam sitosol serabut kontraktil dan meningkatkan potensial membrane dari -90 mV menjadi + 20 mV. 1

Upload: ashfi-millati-ii

Post on 10-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ujug

TRANSCRIPT

ELEKTROKARDIOGRAFI

A. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi EKG normal

2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi EKG sederhana

B. Dasar Teori

Elektrokardiografi adalah pencatatan grafis potensial listrik yang ditimbulkan

oleh jantung pada waktu berkontraksi( Sunoto Pratanu,2009, hal 1523).

Adapun konsep dasar Elektrokardiografi (EKG) adalah :

a. Potensial Aksi

Pada saat sel mendapat stimulus potensial listrik pada membran sel

otot berubah dibandingkan dengan potensial diluar sel. Perubahan

potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu disebut potensial aksi

(Sunoto Pratanu,2009, hal 1523)

Potensial aksi pada serabut kontraktil otot jantung terdiri dari 3 fase :

a. Deporalisasi : Terjadi ketika gerbang cepat dari Na+ terbuka, sehingga ion

natrium masuk dalam sitosol serabut kontraktil dan meningkatkan

potensial membrane dari -90 mV menjadi + 20 mV.

b. Plateu : adalah suatu periode garis lurus dimana potensial membrane

mendekati 0 mV karena jumlah ion kalsium yang masuk dalam sitosol

seimbang dengan jumlah ion kalium yang keluar.

c. Repolarisasi : Fase pengembalian potensial mebran ke -90 mV, karena

penutupan gerbang kalsium dan pengeluaran ion kalium dari dalam sel.

(Tortora,2009 page 734)

Mekanisme dari potensial aksi pada jantung juga dipengaruhi oleh

saraf simpatis dan parasimpatis( nervus vagus). Efek dari saraf simpatis

adalah menstimulasi nodus SA untuk meningkatkan pemasukan Ca 2+

kedalam intrasel sehingga memacu sel otot jantung kontraksi. Sedangkan

1

efek saraf parasimpatis adalah menurunkan permeabilitas ion K+ dengan

cara melepaskan asetilkolin sehingga memacu sel otot jantung berelaksasi

(Sherrwoods,2010. Page 325-326 )

2. Sistem Konduksi Jantung

Proses penjalaran listrik pada otot jantung disebut konduksi.

Sistem konduksi jantung terdiri dari : Simpul Sinoatrial ( Nodus sinus )

Sistem konduksi intra atrial, Simpul ario-ventrikular ( sering disebut

nodus atrioventrikular),Berkas His ,Cabang berkas ,Fasikel Bercabang

,Serabut purkinje

(Sunoto Pratanu,2009 hal 1523)

Kriteria sinus normal : Irama sinus normal adalah irama yang

ditentukan oleh simpul SA dan disebut IRAMA SINUS dan memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

1. Frekuensi:antara 60-100 x/menit

2. Teratur

3. Gelombang P negatif di aVR dan positif di II

4. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T

(Soetopo widjaja,2009 hal 95)

Sumber : (Guyton,2006)

2

Keterangan gambar diatas adalah sebagai berikut :

No Komponen Keterangan simbol

1 Gelombang P Depolarisasi otot atrium (sebelum kontraksi atrium

dimulai).Arah gelombang P normal selalu positif di

II dan selalu negatif di a VR.Nilai nilai

normal:Tinggi kurang dari 3mm(2.5mV) dan lebar

kurang dari 3 mm(0,11 detik)

2 Kompleks QRS Depolarisasi otot ventrikel (sewaktu

gelombang depolarisasi melewati

menyebar melewati ventrikel, sebelum

ventrikel berkontraksi).

3 Gelombang T Repolarisasi otot ventrikel (sewaktu

ventrikel pulih dari keadaan

depolarisasi).Arah normal:sesuai dengan

arah gelombang utama QRS.Amplitudo

normal:Kurang dari 10 mm di sadapan

dad,kurang dari 5 mm disadapan

ekstremitas,dan minimum 1mm.

4 Gelombang U Asal usul gelombang tersebut tidak

diketahui dan paling jelas terlihat

disadapan dada VI-V4.

5 Interval P-R Jarak antara permulaan gelombang P

sampai dengan permulaan komplek

QRS.Batas normal:0,12-0,20 detik

6 Interval Q-T Interval tersebut adalah jarak antara

permulaan gelombang Q sampai dengan

akhir gelombang T,sehingga interval ini

mengambarkan lamanya aktivitas

depolarisasi dan repolarisasi

ventrikel.Nilai normal :0,42 detik(laki-

laki) &0,43 detik(wanita)

7 Interval Q-R-S Interval tersebut mengambarkan lamanya

3

aktivitas depolarisasi ventrikel.Interval

ini adalah jarak permulaan gelombang Q

sampai akhir gelombang S.Nilai normal

<0,12 detik.

8 Interval R-R Jarak antar puncak R, biasanya untuk

mengukur frekuensi denyut jantung.

9 Interval S-T Diukur sejak akhir gelombang S sampai

akhir gelombang T

10 Segmen PR Perlambatan nodus AV. Diukur sejak

akhir gelombang P sampai awal

gelombang R.

11 Segmen ST Waktu ventrikel kontraksi dan

mengosongkan diri. Diukur sejak akhir

gelombang S sampai awal gelombang T.

Sumber : (Guyton,2006,129-135) dan (Soetopo widjaja,2009,18-36)

Faktor-faktor yang mempengaruhi detak jantung :

Umur : Bayi cenderung mempunyai detak jantung yang cepat yaitu sekitar

120 kali/ menit

Jenis kelamin: Wanita dewasa muda mempunyai kecenderungan memiliki

detak jantung yang lebih tinggi dari pria, hal ini diduga karena pengaruh

hormonal.

Kebugaran fisik / aktifitas fisik.

Suhu Tubuh : Peningkatan suhu tubuh meningkatkan pengeluaran impuls

dari nodus SA, yang meningkatkan detak jantung

Hormon

(Tortora,2009,page 743).

4

C. Alat dan bahan

1. Alat elektrokardiograf + perlengkapannya

- tapal (pasta)

- elektroda-elektroda

- karet-karet pengikat

2. Kapas + alkohol

3. Tempat tidur & alas

Catatan :

a) Untuk demonstrasi ini diperlukan 1 orang percobaan untuk tiap

kelompok

b) Orang percobaan tersebut harus berbaring dengan tenang diatas bangku

tidur.

c) Semua pencatatan akan diambil dengan kepekaan alat 1 mV = 1

cm (ini diatur dengan memutar tombol kepekaan atau

"sensitivity") dan dengan kecepatan 25 mm/detik.

d) Semua pencatatan akan dilakukan sepanjang 20 cm, dan tiap2 mahasiswa

akan mendapat sepotong hasil pencatatan yang berisi 2-3 siklus.

D. Cara Kerja

1. Cara pencatatan hantaran2 dasar anggota gerak : I, II dan III.

1. Bersihkanlah dengan kapas dan alkohol bagian kulit didekat kedua

pergelangan tangan dan didekat kedua pergelangan kaki.

2. Berilah sedikit tapal pada elektroda-elektroda, dan pasanglah kemudian

elektroda-elektroda tersebut didekat kedua pergelangan tangan dan didekat

kedua pergelangan kaki yang telah bersih itu.

3. Hubungkanlah kawat elektroda-elektroda itu sebagai berikut :

- kawat RA, elektroda didekat pergelangan tangan kanan

- kawat LA, elektroda didekat pergelangan tangan kiri.

- kawat RL, elektroda didekat pergelangan kaki kanan.

- kawat LL, elektroda didekat pergelangan kaki kiri.

5

4. Seorang asisten akan memutar sakelar pemilih (selector switch) berturut-

turut dan mencatat hantaran I, II dan III.

Catatan :

- Pembersihan kulit dengan kapas dan alkohol serta pemberian tapal pada

elektroda2 adalah untuk memperkecil tahanan listrik bagian tubuh tersebut

- Hantaran I ialah selisih potensial antara tangan kanan dan tangan kiri.

- Hantaran II ialah selisih potensial antara tangan kanan dan kaki kiri.

- Hantaran III ialah selisih potensial antara tangan kiri dan kaki kiri.

- Elektroda didekat pergelangan kaki kanan tidak digunakan sebagai hantaran

pencatatan EKG, akan tetapi hanya digunakan sebagai hantaran tanah.

2. Cara pencatatan hantaran2 anggota gerak kutub tunggal yang

diperbesar:

aVR, aVI dan aVF.

Dengan elektroda-elektroda tetap seperti pada bagian A, asisten sekarang

akan memutar sakelar pemilih berturut-turut dan mencatat hantaran aVR, aVL

dan aVF.

Catatan :

Dasar pencatatan hantaran2 aVR, aVL dan aVF sebenarnya ialah sebagai

berikut :

Untuk hantaran aVR :

Elektroda didekat pergelangan tangan kiri digabungkan dengan

elektroda didekat pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu

tahapan listrik,dengan maksud supaya tahanan listrik tangan kiri dan

kaki kiri menjadi sangat besar, hingga voltase boleh dianggap 0.

Untuk hantaran aVL :

Elektroda didekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan

elektroda didekat pergelangan kaki kiri, dan dihubungkan melalui suatu

tahanan listrik, dengan maksud yang sama seperti diatas.

Untuk hantaran a VF:

Elektroda didekat pergelangan tangan kanan digabungkan dengan

elektroda didekat pergelangan tangan kiri, dan dihubungkan melalui

6

suatu tahanan listrik, dengan maksud yang sama seperti diatas.

Pada alat efektrokardiograf yang baru hal-hal tersebut tidak perlu lagi

dikerjakan sendiri, oleh karena dengan memutar sakelar pemilih berturut2 ke-

aVR, aVL dan aVF dengan sendirinya hal-hal tersebut diatas telah dikerjakan.

3. Cara pencatatan hantaran2 dada kutub tunggal: V1,V2,V3,V4,V5 dan

V6.

a. Dengan elektroda2 tetap seperti pada bagian A, bersihkanlah sekarang

berturut-turut tempat-tempat tersebut.

(lihat gambar).

1. ruang interkostal IV parasternal kanan

2. ruang interkostal IV parasternal kiri

3. bagian tengah2 garis lurus yang menghubungkan 2 dan 4

4. ruang interkostal V kiri digaris medioclaviculer.

5. titik potong antara garis axiler kiri depan dengan garis mendatar dari

4.

6. titik potong antara garis axiler kiri tengah dengan garis mendatar dari

4 dan 5

b. Berilah sedikit tapal pada elektroda pencari (exploring elektrode), dan

pasanglah elektroda pencari tersebut ditempat 1.

c. Hubungkanlah elektroda pencari dengan kawat C.

d. Asisten sekarang akan memutar sakelar pemilih ke huruf V dan

kemudian akan melakukan pencatatan dari hantaran-hantaran V1.

7

E. Hasil Pengamatan

Laporan demonstrasi EKG

Tanggal : 13 November 2014

Kelompok : 1 (satu)

Probandus : Dino Hendarto

1. Cantumkan elektrokardiograf I, II, III

2. Isilah berdasarkan elektrokardiograf tersebut

a. Frekuensi atrium : 300

Jumlahkotak besar

:300

4

: 75 denyut/menit.

a. Frkuensi ventrikel :300

Jumlahkotak besar

:300

4

: 75 denyut/menit.

3. Isilah berdasarkan elektrokardiogram hantaran II

a. Lama interval P-R : 0,04 x 4

: 0,016 detik

b. Lama kompleks QRS : 0,04 x 3

: 0,12 detik

c. Lama interval Q-T : 0,04 x 8

: 0,32 detik

4. Hitunglah berdasarkan elektrokardiogram tersebut. Besar voltase

puncak P,Q,R,S dan T!

Hantaran Puncak

P (mV)

Puncak

Q (mV)

Puncak

R (mV)

Puncak

S (mV)

Puncak

T (mV)

I. 0,1 0 0,3 0 0,2

II. 0,5 0 0,5 0,1 0,1

III. 0 0 0,2 0,1 0

8

*keterangan : hasil puncak 0 (Isoelektrik dalam waktu 0,05-0,15 detik)

5. Apakah terdapat kelainan-kelainan dalam hal waktu dan besar

voltase?

Tidak ditemukan Q patologis karena tinggi puncak Q tidak lebih dari

1/3 puncak R.

6. Tentukan sumbu listrik jantung komplek QRS dengan menggunakan

segitiga Einthoven.

Sandapan I : +4 -1 = +3 sumbu X

Sandapan aVF : +3 -1 sumbu Y

-4 -

-3 -

-2 -

-1 -

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

1 -

.

9

Interpretasi Elektrokardiogram (EKG)

a. HR (Heart Rate)

Menentukan heart rate, terdapat 3 metode yaitu :

1. Tiga ratus (300) dibagi jumlah kotak besar antara R-R.

2. Seribu lima ratus (1500) dibagi jumlah kotak kecil antara R-R.

3. Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik, kemudian dikaikan

10, atau dalam 12 detik dikalikan dengan 5.

HR : 75 denyut/menit (Normal)

Karena rentang HR normal adalah 60-100 denyut/menit.

b. Irama jantung

Didapatkan irama jantung regular karena heart rate nya masih dalam

rentang 60-100 denyut/menit.

c. Axis jantung

Didapatkan hasil axis 30 derajat. Hasil tersebut masih dalam batas

normal, karena rentang normal axis 30 sampai 105 derajat

10

F. Pembahasan

Mekanisme impuls saraf Sistem saraf terbentuk dari sel-sel khusus yang

disebut neuron atau sel saraf. Neuron menghantarkan pesan dengan sangat cepat

melalui serangkaian perubahan listrik yang disebut impuls saraf atau potensial

aksi. Neuron menghantarkan impuls saraf karena adanya perubahan beda

potensial di dalam dan di luar sel (Guyton, 2006).

Jantung (Heart) Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang

terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki

ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah

(ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah,

maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan

keluar. Katup pada jantung yaitu: a. AV 1) Trikuspidalis : katup antara atrium

dextra dan ventrikel dextra 2) Bikuspidalis : katup antara atrium sinistra dan

ventrikel sinistra b. Semilunar 1) Pulmonik 2) Aortik Dilihat dari kerja jantung

secara elektrik, organ ini memiliki kemampuan membentuk depolarisasi spontan

& potensial aksi sendiri, yaitu sistem penghantar khusus (sel autoritmis).

Otomasi : kemampuan menghasilkan impuls secara spontan Ritmis : keteraturan

membangkitkan impuls Daya penerus : kemampuan menghantarkan impuls Peka

rangsang : kemampuan berespons rangsang 2. Konduksi Jantung Bagian-bagian

jantung manusia secara normal berdenyut dengan urutan secara teratur. Kontraksi

atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (ventrikel ), dan selama

distolik semua empat rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung

berasal dari sistem penghantar jantung dan menyebar melalui sistem ini ke semua

bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar ini adalah

simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar-simpul di atrium, simpul

atrioventrikular (simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem

Purkinje. Semua ini mampu menghantar listrik secara spontan, tetapi yang paling

cepat adalah simpul SA, ini dikarenakan depolarisasi menyebar dari sini ke bagian

lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Sehingga simpul SA ini

11

merupakan pacu jantung normal, dimana kecepatannya mengeluarkan listrik dapat

membuat frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA

berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His,

dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui Purkinje ke otot ventrikel. Pada

pengaturan ini memungkinkan impuls berjalan melalui jalur yang pasti ke semua

area jantung. Tabel kecepatan penghantaran dalam jaringan jantung: Jaringan

Kecepatan Hantar (m/detik) Simpul SA 0,05 Lintasan Atrium 1 Simpul AV 0,05

Berkas His 1 Sistem Purkinje 4 Otot Ventrikal 1 3. Sifat Otot Jantung Jantung

berdenyut 70 kali per menit saat istirahat, 100.000 denyut sehari atau 1,825x109

sepanjang hidup selama 50 tahun. Jantung berdenyut terus menerus karena adanya

sifat listrik jantung. Potensial aksi otot jantung serupa dengan neuron, akan tetapi

terjadi lebih lama. Tidak seperti otot rangka, otot jantug tidak membutuhkan

stimulasi sistem saraf untuk berkontraksi. Stimulasi setiap denyut jantung berasal

dari jantung itu sendiri dan merupakan stimulasi instristik dengan ritme yang khas

yaitu ritme sinus. Karena itu, di luar tubuh, jantung akan tetap berdenyut hingga

satu jam atau lebih tanpa adanya stimulus dari luar. 4. Penyebab Eksitasi Jantung

Depolarisasi yang dimulai pada simpul SA disebarkan secara radial ke seluruh

atrium kemudian semua bertemu di simpul AV. Seluruh depolarisasi atrium

berlangsung selama kira-kira 0,1 detik (perlambatan simpul AV) sebelum eksitasi

menyebar ke ventrikel. Perlambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf

simpatis yang ke jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Dari

puncak septum, gelombang depolarisasi menyebar secara cepat di dalam serta

penghantar Purkinje ke semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1 detik. Pada

manusia, depolarisasi otot ventrikel dimulai pada sisi kiri septum interventikul

dan bergerak pertama-tama ke kanan menyeberangi bagian tengah septum.

Gelombang depolarisasi menyebar ke bagian bawah septum menuju apeks

jantung. Kemudian kembali sepanjang dinding ventrikel ke alur AV, berjalan

terus dari permukaan endokardium ke epikardium. Bagian terakhir jantung yang

mengalami depolarisasi adalah posterobasak ventrikel kiri, konus pulmonaris dan

bagian paling atas septum (Sherwood, 2010). EKG Elektrokardiogram (EKG)

adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas

kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian

12

yang berbeda : elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani

untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Cara kerja alat

EKG EKG dapat direkam dengan menggunakan elektroda aktif (elektroda

eksplorasi) yang dihubungkan dengan elektroda indiferen pada potensial nol

(rekaman unipolar) maupun rekaman bipolar. Elekrtokardiogram ini terdiri dari

beberapa gelombang, diantaranya : P : disebabkan oleh potensial listrik yang

dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi. QRS :

disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan sewaktu gelombang ventrikel

berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sewaktu gelombang depolarisasi

menyebar melewati ventrikel. Sehinga kedua gelombang ini disebut “gelombang

depolarisasi”. T : disebabkan oleh potensial listrik yang dicetuskan sewaktu

ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi, proses ini terjadi di dalam otot selama

0,25-0,35 detik sesudah depolarisasi, yang dikenal dengan “gelombang

repolarisasi”. U : tidak selalu ditemukan, dikarenakan adanya repolarisasi lambat

pada otot papilaris. Jadi, gambaran elektrokardiogram terdiri atas “gelombang

depolarisasi” dan “gelombang repolarisasi”. Di dalam arus listrik yang diperolah

dari jantung tersebut, terdapat jumlah potensial pada titik segitiga sama sisi

dengan sumber arus di pusat adalah “nol” pada setiap waktu. Segitiga dengan

jantung pada pusatnya disebut “segitiga Einthoven”. Segitiga ini dapat

diperkirakan dengan menempatkan elektroda pada kedua lengan dan tungkai kiri.

Dimana ketiga sisinya merupakan sadapan ekstremitas standar, yang

dipergunakan pada elektrokardiographi. Bila semua elaktroda tersebut

dihubungkan ke ujung bersama, maka akan diperoleh elektroda indiferen yang

berada dekat potensial nol. Depolarisasi yang bergerak menuju elektroda aktif

dalam konduktor volume menghasilkan defleksi positif, sedangkan depolarisasi

yang bergerak ke arah berlawanan menghasilkan defleksi negatif (Sudoyo, 2009).

Menurut perjanjian cara penulisan defleksi ke atas ditulis bila elektroda aktif

menjadi relatif positif terhadap elektroda indiferen, dan defleksi ke bawah ditulis

bila elektroda aktif menjadi negatif. Pada EKG terdapat pena perekam yang akan

menulis elektrokardiogram dengan bantuan lapisan kertas yang berjalan. Pada

ujung pena ini disambungkan dengan penampungan tinta, dan akhir bagian

perekam dihubungkan dengan sistem elektromagnetik yang kuat yang mampu

13

menggerakkan pena maju dan mundur pada kecepatan yang tinggi. Sewaktu kertas

bergerak ke depan, pena akam merekam elektrokardiogram, yang dikendalikan

dengan bantuan amplifer elektronik yang sesuai, yangdihubungkan ke elektroda

elektrogarafik pada penderita. Ada juga sistem perekam pena lain yang tidak

menggunakan tinta dalam jarum perekamnya, tetapi menggunakan kertas khusus.

Dimana kertas ini akan menjadi hitam bila terpapar dengan panas, dan jarum itu

sendiri dibuat menjadi sangat panas oleh arus listrik yang mengalir melalui

ujungnya. EKG pada orang normal mempunyai rangkaian bagian jantung yang

mengalami depolarisasi dan posisi jantung relatif terhadap elektroda, yang mana

merupakan pertimbangan penting dan menafsirkan konfigurasi gelombang pada

tiap sadapan. Atrium terletak posterior dalam rongga dada. Ventrikel membentuk

basis dan permukaan anterior jantung, dan ventrikel kanan terletak anterolateral ke

kiri. Jadi, suatu VR “melihat ke” rongga ventrikel. Depolarisasi atrium,

depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi elektroda

eksplorasi, sehingga gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T semuanya

defleksi negatif (ke arah bawah), aVL dan aVF melihat ke ventrikel, dan karena

itu defleksi dominan positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V1 danV2,

dan bagian awal kompleks QRS adalah defleksi ke atas kecil karena depolarisasi

ventrikel mula-mula bergerak melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan

menuju elektroda aksplorasi. Gelombang eksitasi kemudian bergerak menuruni

septum dan ke ventrikel kiri menjauhi elektroda menghasilkan gelombang S

besar. Akhirnya bergerak kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda,

menyebabkan kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya, pada sadapan ventrikel

kiri (V4-V6) mungkin terdapat awal gelombang Q kecil (depolarisasi septum dan

ventrikel kiri) diikuti dengan gelombang S, sedang pada V4 dan V5 (depolarisasi

lambat dinding ventrikel bergerak kembali menuju sambung AV). Terdapat

variasi dalam posisi jantung normal, dan posisi mempengaruhi konfigurasi

kompleks elektrokardiografi pada bagian sadapan. Sadapan-sadapan

Elektrokardiograph : Sadapan Bipolar Sadapan ini digunakan sebelum

dikembangkan sadapan unipolar. Sadapan ekstrimitas standar, I, II, dan III dimana

masing-masing merekam perbedaan potensial antara dua ekstrimitas. Oleh karena

arus mengalir hanya dalam cairan tubuh, rekaman yang diperoleh adalah yang

14

akan diperoleh bila elektroda pada titik perlekatan ekstremisitas, tanpa

mempedulikan elektroda ditempatkan pada ekstrimitas. Pada sadapan I elektroda

dihubungkan sedemikian rupa sehingga defleksi ke atas dicatat ketika lengan kiri

menjadi relatif positif terhadap kanan (positif lengan kiri). Pada sadapan II,

elektroda pada lengan kanan dan tungkai kiri, dengan tungkai positif, dan pada

sadapan III elektroda pada lengan kiri dan tungkai kiri, dengan tungkai positif.

Sadapan unipolar (V) atau Sadapan Dada (Sadapan Prekordial) Elektroda pada

sadapan ini dihubungkan dengan ujung positif pada elektrokardiograf, sedangkan

elektroda negatif disebut sebagai elektroda indiferen, biasa dihubungkan melalui

tahanan listrik ke lengan kanan, lengan kiri, dan tungkai kiri, semuanya pada saat

yang sama. Biasanya dari dinding anterior dada dapat direkam enam macam

sadapan dada yang standar, elektroda dada dilekatkan secara berurutan pada enam

titik seperti dalam diagram. Macam-macam rekaman yang direkam menurut

metode seperti yang dikenal seperti V1, V2, V3, V4,V5,dan V6 (Dharma, 2010).

Gambar elektrokardiogram normal: sadapan V1 dan V2, rekaman QRS dari

jantung yang normal terutama bernilai negatif, sebab elektroda dada pada

sadapan-sadapan ini terletak lebih dekat dengan basis jantung daripada aspek

jantung, dengan arah penjalaran elektronegatif selama berlangsungnya sebagian

besar proses depolarisasi ventrikel. Sebaliknya, kompleks QRS dalam sadapan

V4, V5, dan V6 terutama bernilai positif sebab elektroda dada dalam sadapan-

sadapan ini terletak lebih dekat dengan bagian aspek, dimana hal ini sesuai arah

penjalaran muatan elektropositif selama berlangsungnya sebagian besar proses

depolarisasi. Letak V1-V6 secara rinci pada tubuh: V1: Pada ruang antar costa ke

empat pada sebelah kanan stenum. V2: Pada ruang antar costa ke empat pada

sebelah kiri stenum. V3: Antara V2 dan V4 (V3 dilakukan setelah pelaksaan V4).

V4: Di ruang antar costa kelima pada garis medio clavicular. V5: Di left anterior

axilarry line setinggi (sejajar) V4. V6: Di left mid axilarry line setinggi (sejajar)

V4. Sadapan unipolar dapat juga ditempatkan pada ujung kateter dan dimasukkan

ke esofaghus atau jantung. Bentuk sadapan unipolar: aVR : Pada lengan kanan

aVL : Pada lengan kiri aVF : Pada tungkai kiri Hal-hal yang dapat diketahui dari

pemeriksaan EKG adalah : a. Denyut dan irama jantung b. Posisi jantung di dalam

rongga dada. c. Penebalan otot jantung (hipertrofi). d. Kerusakan bagian jantung.

15

e. Gangguan aliran darah di dalam jantung. f. Pola aktifitas listrik jantung yang

dapat menyebabkan gangguan irama jantung EKG biasanya dilakukan dalam

rangka : a. Pemeriksaan fisik rutin (check up) b. Tes pembebanan jantung c.

Penilaian beberapa gejala seperti nyeri dada, napas pendek, pusing, pingsan, atau

palpitasi. Bentuk Gelombang dan Interval EKG EKG mempunyai bentuk

gelombang khas yang disebut P, QRS, dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi

listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan miokardium. Gelombang–

gelombang ini direkam pada kertas grafik dengan skala waktu horisontal dan

voltase vertikal. Makna bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai

berikut: Gelombang P Sesuai dengan depolarisasi atrium, rangsangan normal

untuk depolarisasi atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik

yang berhubungan dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat

pada EKG. Kriteria gelombang P normal : a. Tidak boleh lebih dari 3 kotak

(3mm) b. Amplitudonya 3mm c. Positif pada lead lateral (Lead I,II dan III) dan

inferior (V1,V2,V3 dan V4) d. Positif ke atas e. Satu gelombang P selalu diikuti

oleh gelombang QRS f. Gelombang P positif jika mendekati sadapan g.

Gelombang P negatif jika menjauhi sadapan h. aVR menjauhi gelombang P

Pembesaran atrium dapat meningkatkan amplitudo atau lebar gelombang P, serta

mengubah bentuk gelombang P. Disritmia jantung juga dapat mengubah

konfigurasi gelombang P. Misalnya, irama yang berasal dari dekat perbatasan AV

dapat menimbulkan inversi gelombang P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.

R-R Interval Digunakan untuk menghitung denyut jantung (jumlah denyut per

menit).

Dapat dihitung dari interval antar denyut R-R dengan membagi jumlah satuan

waktu (kotak besar = 0,20 detik) antara 2 gelombang R berurutan dengan 300

atau membagi jumlah satuan kecil (0,04 detik) dengan 1500.Normalnya 60-100

bit/menit. Jika>100:takikardia, <60:brakikardia, >350:fibrilasi.Interval PR,

Interval ini diukur dari permulaan gelombang P hingga awal kompleks QRS.

Dalam interval ini tercakup juga penghantaran impuls melalui atrium dan

hambatan impuls melalui nodus AV. Interval normal adalah 0,12 sampai 0,20

detik. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandakan adanya gangguan

hantaran impuls, yang disebut bloks jantung tingkat pertama. 

16

Kompleks QRS menggambarkan depolarisasi ventrikel. Amplitudo gelombang

ini besar karena banyak massa otot yang harus dilalui oleh impuls listrik. Namun,

impuls menyebar cukup cepat, normalnya lamanya komplek QRS adalah antara

0,06 dan 0,10 detik. Pemanjangan penyebaran impuls melalui berkas cabang

disebut sebagai blok berkas cabang (bundle branch block) akan melebarkan

kompleks ventrikuler. Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia

juga akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur

khusus yang mempercepat penyebaran impuls melalui ventrikel di pintas.

Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena

penambahan massa otot jantung. Repolasisasi atrium terjadi selama massa

depolarisasi ventrikel. Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi

gambaran pemulihan atrium yang tercatat pada elektrokardiografi. 

Segmen ST, Interval ini terletak antara gelombang depolarisasi ventrikel dan

repolarisasi ventrikel. Tahap awal repolarisasi ventrikel terjadi selama periode

ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada EKG. Penurunan

abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia miokardium sedangkan

peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark.Penggunaan digitalis akan

menurunkan segmen ST.

Gelombang T, repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T.

Dalam keadaan normal gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas

pada kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia

miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan

mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T. 

Interval QT, interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang

T, meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata – rata adalah

0,36 sampai 0, 44 detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi jantung. Interval

QT memanjang pada pemberian obat – obat antidisritmia seperti kuinidin,

prokainamid, sotalol (betapace) dan amiodaron (cordarone). (Sudoyo, 2009).

17

G. Kesimpulan

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah

elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu

tertentu. Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi

jantung, dan persyarafan jantung.

Elektrokardiogram (EKG) tidak menilai kontraktilitas jantung secara

langsung, namun dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya

kontraktilitas jantung. EKG normal memperlihatkan tiga bentuk gelombang,

yaitu : Gelombang P yang mewakili depolarisasi atrium, kompleks QRS yang

mewakili depolarisai ventrikel, gelombang T yang mewakili repolarisasi

ventrikel.

18

Daftar Pustaka

Dharma S. 2010. Pedoman Praktis Interpretasi EKG. Jakarta : EGC.

Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jilid I. Ed. 3. Jakarta : FKUI.

Guyton&Hall.2006.Text Book of Medical Physiology.11th Edition.

Sauders :China

Harun, S., 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi 3. Jakarta:

FKUI. 

Price. S. A. dan Wilson.L.M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses

ProsesPenyakit.Jakarta:EGC

Sherwood,laurale.2010. Human Physiology: From Cell to System. 7th

edition. Brooks/Cole : Canada

Sudoyo.W,Aru. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing :

Jakarta

Tortora.J, Gerrad. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th

Edition. John Wiley & Sons ,Inc : United States of America

Widjaja,Soetopo.2009.EKG Praktis. Binarupa aksara:Tangerang

19