final1 core comptence and competition to the...
TRANSCRIPT
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
1
Core Competence and Competing to the Future
(Kompetensi Inti dan Persaingan di Masa Depan)
A CORE COMPETENCIES
1. Pendahuluan
Core competencies adalah semua kapabilitas kritis yang dimiliki suatu organisasi/perusahaan
dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif. Titik awal yang digunakan dalam
menganalisa core competencies adalah perlunya memahami terlebih dulu bahwa
berkompetisi di dunia bisnis berarti berlomba dalam penguasaan kompetensi, sebagaimana
layaknya kompetisi tiada akhir lainnya perusahaan, dalam hal: penguasaan posisi pasar dan
meraih kekuatan pasar.
Di dalam operasional kegiatan harian, Senior Manajemen suatu perusahaan tidak akan bisa
berfokus pada:
• seluruh aktivitas dalam berbisnis dan
• kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh aktivitas tsb.
Jadi, sasaran dari manajemen adalah mengarahkan perhatian pada kompetensi-
kompetensi yang benar-benar berpengaruh pada keunggulan kompetitif.
Ide pokok tentang Core Competencies pada awalnya dikembangkan oleh G. Hamel dan CK.
Prahalad melalui serangkaian artikel dalam majalah bisnis terkemuka dunia (Harvard
Business Review) di akhir ’89 dan awal ’90-an, yang diikuti dengan terbitnya buku Best
Selling: Competing for The Future (Harvard Business School Press). Inti dari ide mereka
adalah: sejalan dengan berlangsungnya waktu, perusahaan dapat membangun/memperkuat
penguasaan area-area kunci yang menjadi ciri/pembeda perusahaan tersebut dan kritikal
terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa depan.
Dalam pokok pikiran tulisan-tulisan Hamel dan Prahalad dapat ditangkap nuansa
keprihatinan mereka akan dominasi perusahaan-perusahaan Jepang dalam kompetisi
perdagangan dunia, terutama dalam industri telekomunikasi/elektronika dan otomotif. Dari
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
2
hubungan yang dekat antara dunia industri dan riset akademis di Amerika, serta studi-studi
yang dilakukan maka diterbitkanlah hasil penelitian mereka dalam artikel-artikel dan buku di
atas tentang upaya-upaya yang diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dan bahkan
kembali merebut dominasi dari Jepang..
2. Definisi dari Core competence mencakup beberapa elemen 2)
a. Mengacu kepada seperangkat unsur-unsur skills dan teknologi, ketimbang hanya berupa
satu skill atau teknologi discrete (terpisah).
Contoh: FEDEX, memiliki kompetensi dalam bidang transportasi dan pengiriman paket
termasuk teknologi bar-code, kemampuan linear programming dll.
Core competence merepresentasikan integrasi dari keragaman skills individu.
b. Core competence bukan merupakan asset menurut definisi accounting dan bukan
sesuatu yang tidak bernyawa. Core competence adalah suatu aktvitas yang dilahirkan
dari akumulasi kegiatan pembelajaran yang rumit. Pada intinya core competence
mencakup tacit dan explicit knowledge.
c. Core dan Non Core Competencies
Core competencies adalah sasaran yang harus dijadikan focus senior manajemen karena
merupakan sentral (bukan pelengkap) dalam kemakmuran perusahaan dimasa mendatang
(jangka panjang).
d. Customer Value
Merupakan criteria ke-3 (setelah a dan b) yang harus dipenuhi untuk dapat dianggap
sebagai core competence. Core competencies harus memberikan kontribusi yang utama
bagi nilai yang dirasakan/dipersepsikan pelanggan.
Contoh: Kecakapan teknik (knowhow) Honda dalam permesinan merupakan core
competence, sedangkan pengelolaan relasi keagenan merupakan kapabilitas pelengkap.
3. Pengertian lain 4): Core competence adalah kumpulan pembelajaran (collective
learning) didalam organisasi, terutama tentang bagaimana mengkoordinasikan
keberagaman skill produksi dan mengintegrasikan berbagai stream teknologi.
Contoh: Bagaimana kapabilitas SONY dalam melakukan miniaturisasi produknya; untuk
menghasilkan produk dalam bentuk fisik yang kecil, SONY harus memastikan bahwa
technologists, engineers dan marketers telah memperoleh kesepahaman tentang
kebutuhan pelanggan dan technological possibilities.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
3
4. Mengapa Core Competencies?
Mengacu pada proses internal analisis (Gambar 4.1) untuk mencapai pada keunggulan
komparatif dan daya saing strategik, manajemen melakukan telaah terhadap aspek sumber-
daya, kapabilitas dan core competence sebagai karekteristik-karakteristik yang menjadi
landasan keunggulan kompetitif. Kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas dapat dikelola
sedemikian rupa agar menghasilkan core compentencies.
Yang menjadi telaah manajemen mengenai sumber daya disini adalah seluruh input yang
digunakan perusahaan dalam proses produksi, seperti: mesin-mesin, keahlian individual
karyawan, hak patent, keuangan serta juga para manager yang berbakat. Resources dapat
dibagi dalam 2 kategori: tangible (bersifat visible serta nilainya tercermin di laporan
keuangan) dan intangible resources. Dengan sifatnya yang tidak begitu nyata dari intangible
asset, kompetitor mengalami kesulitan memahaminya.
Gambar 4.1 Component of Internal Analysis Leading to Competitive Advantage and
Strategic Competitiveness Sumber: Hitt, Ireland and Hoskisson; 2001
Selanjutnya, kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menyebarkan sumber-daya yang
sebelumnya merupakan satu kesatuan (integrated) guna mencapai tingkat yang diinginkan.
Dasar dari banyak kapabilitas terletak pada keahlian dan knowledge dari karyawan, serta
seringnya merupakan keahlian fungsional mereka.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
4
Dengan diperlengkapi knowledge tentang sumber-daya dan kapabilitas, tugas perusahaan
berikutnya adalah mengidentifikasi core competenciesnya. Dua alat yang biasa digunakan
untuk melakukan identifikasi core competencies adalah:
1. Empat kriteria Keunggulan yang berkelanjutan
Satu kapabilitas dapat dianggap sebagai kompetensi inti, jika kapabilitas tersebut
memenuhi beberapa kriteria berikut: menciptakan nilai bagi perusahaan (dengan cara
mengeksploitasi peluang atau menetralisir ancaman), tidak banyak dimiliki oleh
perusahaan pesaing, sulit untuk diimitasi dan tidak memiliki pengganti.
2. Analisis Value Chain
Dengan analisis ini, perusahaan memilih kompetensi-kompetensi mana saja yang harus
dikelola, ditingkatkan atau dibangun, disamping juga kompetensi-kompetensi yang
dapat dikerjakan oleh pihak ke-3 (outsourced).
Pada tahapan berikutnya, core competencies yang telah diidentifikasi akan digunakan oleh
perusahaan sebagai keunggulan komparatif dan dimanfaatkan guna mencapai daya saing
strategik. Terkait dengan sasaran akhir dari rangkaian proses di atas, jelas kiranya mengapa
core competencies merupakan aspek penting yang diidentifikasi, dikembangkan dan dikelola
lebih lanjut oleh perusahaan.
5. Jenis-jenis Core Competencies 2)
Salah satu cara mengkategorikan core competence adalah berdasarkan kategori umum.
Menurut kategori ini, core competence terdiri dari:
a. market-access competencies
Contoh: management of brand development, sales dan marketing, distribution dan
logistics, technical support => yaitu seluruh keterampilan/keahlian yang membawa
perusahaan menjadi dekat dengan pelanggannya.
b. integrity-related competencies
Contoh: quality, cycle time management, just-in-time inventory management serta
kemampuan lain yang membuat perusahaan bergerak lebih cepat, fleksibel atau menjadi
lebih handal dibandingkan pesaing.
c. functionality-related competencies
Adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan untuk menanamkan kepada
produk/jasanya suatu manfaat yang unik dan berbeda bagi pelanggan, ketimbang hanya
membuatnya menjadi sekedar lebih baik (incrementally better).
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
5
Functionality-related competencies dipandang lebih penting sebagai sumber dari perbedaaan
kompetitif, ketimbang 2 tipe lain core competence diatas.
6. Chart on Competencies vs. Competitiveness 4)
7. Pohon “Core competence in a Corporation” 4)
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam, gambar di atas dapat diasosiasikan dalam
bentuk pohon seperti yang disajikan pada Gambar 7.1 dibawah.
Uraiannya adalah sebagai berikut: suatu korporasi yang terdiri dari beberapa jenis usaha
(diversified) dapat diumpamakan seperti sebuah pohon besar. Batang dan dahan-dahan besar
merupakan core product korporasi tersebut, sedangkan dahan kecil merupakan unit bisnis;
daun, bunga dan buah pohon tersebut adalah end product. Sistem akar yang mampu
menyerap sari makanan, zat lain yang dibutuhkan serta memberikan keseimbangan bagi
tegaknya pohon; merupakan core competence.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
6
Gambar 7.1 Pohon Kompetensi inti dalam Suatu Korporasi
Pesan dari gambar: Kekuatan perusahaan kompetitor bisa luput dari pandangan jika anda
hanya melihat pada end product mereka. Dengan asosiasi yang sama, anda dapat keliru
menafsirkan kekuatan pohon jika hanya melihat dari daunnya.
8. Managing Core Competencies 2)
Ada 4 tugas pokok manajemen dalam pengelolaan core competencies;
8.1. Selecting core competencies
Pemilihan core competencies telah diuraikan pada butir 4 di atas.
8.2. Building core competencies
Sasaran pokoknya adalah membangun core competencies secara lebih ekonomis dan lebih
cepat dibanding pesaing. Salah satu cara mengurangi biaya dalam membangun kompetensi
dilakukan dengan meminjam keterampilan dan teknologi dari perusahaan lain. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui salah satu dari opsi sebagai berikut: akuisisi, perjanjian lisensi, joint
venture, alliansi dan perekrutan kompetitif.
8.3. Deploying core competencies
Guna mengungkit (leverage) core competencies kepada berbagai jenis usaha serta pasar
baru, sering diperlukan penyebaran kompetensi secara internal, dari satu divisi/SBU ke
divisi/SBU lainnya. Proses ini diperlukan karena ketika suatu kompetensi terkungkung
dalam satu bisnis usaha, maka akan menimbulkan 2 masalah bagi korporasi, yaitu:
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
7
• Pertumbuhan yang lebih lambat, karena potensi kesempatan menggarap kompetensi pada
pasar lain tidak dapat dieksploitasi
• Terkikisnya kompetensi, karena personel dengan core competencies tidak terutilisasi
penuh.
8.4. Protecting core competencies
Agar kompetensi dapat dilindungi, kewaspadaan yang terus menerus harus dicurahkan oleh
manajemen puncak. Perlindungan terhadap terkikisnya core competencies hanya dapat
dilakukan jika kompetensi itu sendiri terlihat (visible) oleh manajemen puncak. Untuk itu,
perusahaan harus dapat membedakan mana bisnis yang benar-benar jelek versus bisnis yang
jelek namun memiliki potensi kompetensi bernilai yang terpendam didalamnya.
A. COMPETING TO THE FUTURE
1. Beda Persaingan di masa Depan
Dewasa ini pasar bergerak dalam kecepatan yang berbeda diseluruh dunia, dan tiap
perusahaan yang berniat mengambil peranan memimpin harus bekerja sama dan belajar dari
pelanggan, penyedia teknologi, pemasok, dimanapun mereka berada. Perusahaan perlu
memiliki pandangan yang jelas dalam menggerakkan sumberdaya di dalam atau di luar
perusahaan untuk mendapatkan kesempatan dalam meraih keunggulan.
Untuk bersaing dan sukses di masa depan, manajer senior harus lebih dulu memahami
bagaimana perbedaan persaingan saat kini dengan persaingan di masa depan. Perbedaannya
amat mendasar, dan banyak mengkonfrontir perspektif tradisional tentang strategi dan
kompetisi. Kompetisi di masa depan tidak hanya membutuhkan redefinsi dari strategi akan
tetapi juga redefinisi tentang peranan manajemen puncak dalam membuat strategi.
Didalam pasar yang terdefinisi secara jelas, alat analisis manajemen strategik/pemasaran
seperti analisis segmentasi, industry structure dan value chain sudah jelas manfaatnya.
Namun bagaimana jika pasarnya belum jelas/ada? Dalam pasar sekarang, seluruh aturan
kompetisi telah ditetapkan; berapa nilai tukar berdasar performance yang konsumen rela
gunakan, saluran distribusi mana yang terbukti paling efisien, dengan apa cara produk dan
pelayanan dapat dibedakan, dan pada tingkat mana integrasi vertikal akan optimal.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
8
Dalam konteks penyusunan strategi, kompetisi di masa depan berbeda dengan sekarang
dikarenakan ketidakjelasan struktur industri dan preferensi pelanggan, utamanya dalam
beberapa aspek berikut:
1.1. Market Share versus Opportunity Share
Kompetisi untuk masa depan lebih merupakan kompetisi untuk pangsa peluang ketimbang
perebutan pangsa pasar. Pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap perusahaan terkait
kompetisi untuk masa depan; apakah dengan skills yang sekarang dimiliki (=kompetensi),
pangsa dari peluang masa depan apa yang bisa kita dapatkan? Berlanjut pada pertanyaan
kompetensi baru apa harus dikembangkan dan bagaimana definisi “market yang dilayani”
harus dirubah?
1.2. Business Unit versus Corporate Competencies
Kompetisi untuk masa depan bukan pertarungan antara produk dengan produk atau bisnis
dengan bisnis, akan tetapi company versus company (=interfirm competition). Alasannya:
(a) kompetisi masa depan tidak cocok jika dihadapkan pada tingkatan SBU (strategic
business unit), akan tetapi merupakan tanggungjawab korporasi ketimbang tanggungjawab
kepala business unit. (b) kompetensi yang diperlukan menghadapi kompetisi seringnya
menyebar diantara berbagai SBU dari suatu korporasi. (c) Investasi dan rentang waktu untuk
membangun kompetensi baru yang diperlukan untuk mengakses pasar masa depan akan
membebani 1 unit bisnis.
1.3. Stand-alone versus Integrated system
Kebanyakan peluang menarik baru membutuhkan integrasi dari sistem yang kompleks,
ketimbang produk yang berdiri sendiri (stand-alone). Hanya sedikit perusahaan yang
mampu menciptakan masa depan dengan kemampuannya sendiri. IBM, Motorola dan Apple
bekerja sama untuk menghasilkan arsitektur baru komputer berbasis semikonduktor.
1.4. Speed versus Perseverance
Rentang waktu kompetisi masa depan berbeda dengan kompetisi masa kini, karena
kecepatan selalu menjadi patokan. Siklus hidup produk menjadi lebih pendek, waktu
pengembangan produk menjadi lebih ketat dan pelanggan berharap akan jasa yang instan.
Namun demkian kegigihan (perseverance) akan sama pentingnya dengan kecepatan,
dikaernakan untuk membangun kepemimpinan dalam industri baru setidaknya
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
9
membutuhkan waktu 1 dekade atau lebih. Sebagai contoh, JVC (anak perusahaan
Matsushita) yang merupakan pemimpin dunia dalam hal Video Casette Recorder, mulai
membangun kompetensi pada akhir tahun 1950/awal 1960, dan baru 20 tahun kemudian
produk VCR dengan standar VHS meledak di pasar.
1.5. Structured versus Unstructured arena
Dua hal paling pokok pada kompetisi untuk masa depan adalah:
• Berlangsung di area yang tidak terstruktur, dimana aturan persaingannya belum tertulis
• Kompetisi yang terjadi mirip perlombaan triathlon ketimbang 100m Sprint
Topik tentang Strategi yang dipelajari di sekolah-sekolah bisnis lebih peduli kepada
bagaimana memposisikan produk dan perusahaan pada industri yang ada ketimbang
bagaimana menciptakan industri masa depan.
1.6. Single stage versus multiple stage competition
Tantangan yang dihadapi pada kompetisi ke masa depan terjadi pada 3 tahapan yang
tumpang tindih sebagai berikut:
(1) Persaingan ramalan ke depan industri dan kepemimpinan intelektual.
(2) Persaingan lebih dulu memperpendek jalur migrasi
(3) Persaingan untuk posisi pasar dan peluang pasar.
2. Berkompetisi untuk Ramalan (Foresight) Industri
Sasarannya: Pada satu level, membangun kemungkinan dasar asumsi terbaik tentang masa
mendatang untuk dapat mengembangkan pengetahuan dini yang dibutuhkan untuk secara
proaktif membentuk evolusi industri.
Competing for industry foresight pada dasarnya untuk menjadikan satu perusahaan sebagai
pemimpin intelektual, dalam hal memberi pengaruh dan arah terhadap transformasi industri.
Ramalan tentang masa depan industri, bermanfaat guna:
• Memberi potensi bagi perusahaan untuk lebih dulu mencapai masa depan dan mengintai
posisi pemimpin
• Memberi panduan arah korporasi
• Memungkin perusahaan mengendalikan evaolusi industri, serta menentukan takdirnya
=> Triknya: Melihat masa depan lebih dulu, sebelum saatnya tiba.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
10
Ramalan tentang masa depan industri membantu manager menjawab 3 poin kritis:
1) Jenis manfaat pelanggan apa yang harus kita identifikasi untuk disediakan dalam 5–10–
15 tahun mendatang? => BENEFITS
2) Kompetensi baru apa yang dibutuhkan untuk dibangun atau diperoleh guna dapat
menawarkan manfaat (poin 1) tersebut kepada customer => COMPETENCIES
3) Bagaimana kita perlu merekonfigurasi antar-muka customer dalam tahun-tahun
kedepan? => CUSTOMER INTERFACE
Dalam melakukan analisis terhadap industry foresight, berikut adalah hal-hal yang harus
dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan sensitifitas atas masa depan:
1) Keluar dari myopia (pandangan yang dangkal) pasar yang dilayani
2) Keluar dari myopia konsep produk yang dianut sekarang
3) Mempertanyakan asumsi Price-Performance
4) Mencoba berpola pikir seperti anak kecil
5) Mengasah rasa keingintahuan yang mendalam dan tanpa batas
6) Tidak takut berspekulasi
7) Menerima segala kemungkinan yang terjadi akibat pilihan-pilihan (eclecticism)
8) Mencari metafora dan analogi atas fakta yang dihadapi
9) Menjadi orang berpandangan beda/berlawanan (contrarian)
10) Menjadi lebih dari sekedar pemandu bagi pelanggan
11) Berempati terhadap kebutuhan manusia
3. Menyusun Arsitektur Strategik
Seyogyanya masa depan perusahaan/industri tidak cukup hanya diimpikan, tapi juga harus
dibangun, istilah yang kita pakai adalah “Strategic Architecture”. Seorang arsitek harus
mempunyai kemampuan membuat blueprint bagaimana mewujudkan mimpi jadi kenyataan.
Untuk itu, setiap perusahaan perlu memiliki:
1. Arsitektur informasi (hard wired dan soft wired)
Suatu perusahaan harus sepakat dalam “who should communicate with whom on what
issues, how often, and in what ways” (Siapa yang harus berkomunikasi dengan siapa
tentang isu apa, seberapa sering, dan dengan cara bagaimana).
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
11
2. Arsitektur sosial. (Standar perilaku yang bisa diterima secara umum dan Nilai-nilai yang
harus dipatuhi)
Menejer senior harus memiliki sudut pandang tentang nilai apa yang harus menonjol,
perilaku bagaimana yang harus dimunculkan, dan orang seperti apa yang seharusnya bisa
merasa nyaman bekerja di perusaan tersebut.
3. Arsitektur finansial. (Penyusunan terpisah balance sheet, proses pelaporan keuangan,
proses pembudgetan modal).
Menejer senior harus punya wawasan tentang balance of debt and equity yang ideal,
bagaimana membiayai pendapatan dan pembagian, dll.
Dalam membangun sebuah Strategic Architecture, top managjemen harus punya pandangan
tentang keuntungan baru atau kemampuan baru apa yang akan ditawarkan kepada konsumen
pada masa berikutnya, dan kom[petensi inti baru yang mana yang dibutuhkan untuk
kemampuan-kemampuan baru tersebut, dan bagaimana hubungan dengan konsumen perlu
diubah agar konsumen bisa mendapatkan keuntungan-keuntungan baru tersebut secara
efektif.
Strategic architecture pada dasarnya dalah bluprint tingkat tinggi untuk penembangan
kemampuan-kemampuan baru perusahaan, penambahan kompetensi baru atau perubahan
kompetensi yang ada, dan penataan ulang dalam menjalin hubungan dengan konsumen.
Contoh tentang perusahaan buku paket pelajaran mempunyai mimpi ttg textbook elektronik.
Strategic Architecture bukanlah sebuah rencana yang terperinci. SA hanya mengidentifikasi
kemampuan-kemampuan utama yang akan dibangun, dan tidak menjelaskan secara spesifik
bagaimana kemampuan itu dibangun. SA hanya membahas garis besarnya saja yang bisa
menentukan arah dan tujuan besar yang akan dicapai.
Sebuah Strategic Architecture mengidentifikasi “apa yang mesti kita lakukan saat ini” untuk
menguasai masa depan. Strategic Architecture adalah mata rantai terpenting yang
menghubungkan hari ini dengan hari esok, antara jangka pendek dengan jangka panjang. SA
membantu organisasi menentukan kompetensi apa yang harus mulai dibangun saat ini,
kelompok konsumen mana yang harus mulai dipahami saat ini, saluran (channel) baru apa
yang harus diekplorasi sekarang juga, dan prioritas pengembangan apa yang harus
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
12
diusahakan saat ini untuk bisa menguasai masa depan. SA adalah rencana dalam
memanfaatkan peluan secara garis besar (broad opportunity approach).
C. CONTOH KASUS COMPETENCIES DAN FUTURE COMPETITION
Contoh 1: Creative Labs Ltd.
Creative Labs Ltd adalah perusahaan yang berbasis di Singapura dan tercatat sahamnya di
NASDAQ, dengan jumlah karyawan lebih dari 5000 orang di seluruh dunia. Di tahun 1995,
menjadi berita utama di media AS, karena Creative Labs dalam 4 tahun berturut-turut
menjadi perusahaan dengan sales growth, profit growth dan avarege ROE tertinggi.
Gambar C.1 Example Core Competencies in Creative Labs Ltd. Sumber: Leslie, Lim Ching Wu: 2007
Produk-produk dari Creative Labs digunakan dalam sederetan solusi untuk hiburan pada PC,
edukasi, musik, aplikasi dan jasa internet serta pasar productivity tools. Lini produk dari
Creative meliputi sederetan PC upgrade, seperti Sound Blaster Audio cards, muti-channel
speakers, produk-produk hiburan gaya-hidup digital (seperti NOMAD portable digital audio
nad PC-CAM/DC-CAM dan digital camera WebCam) dan juga campuran beberapa produk
seperti 3-D graphics cards, modem, software, musical instrument, mouse dan keyboard
komputer.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
13
Pemasaran produk dilakukan kepada konsumen dan system integrator dengan jaringan
distribusi mendunia melalui saluran pemasaran tradisional, original equipment
manufacturers (OEMs) serta internet melalui berbagai merk dagang seperti yang berada
dibawah bendera Blaster dan MuVo.
Didalam analisis SWOT yang dilakukan oleh majalah DataMonitor, “Strength” yang
dimiliki Creative antara lain Sound Blaster, Strategic Alliances, Sthrengthening Distribution
Network dan R&D Skills yang mumpuni. Dengan menggunakan faktor-faktor ini dan
ditambahkan end product, Gambar C1 di atas memetakan kapabilitas menuju pada aspek
core competencies, mengarah pada core product dan akhirnya mengarah end products dari
Creative Labs.
Keluarga produk sound card Sound Blaster dan pemutar MP3 merupakan produk utama dari
Creative Labs yang menopang mereka mencapai pasar dunia. Menggunakan test “core
competence” yang disebut dimuka, jelaslah bahwa kekuatan Creative dalam hal Digital
Audio Solution memenuhi persyaratan test tersebut, sebagai hasil dari perbaikan
berkelanjutan terhadap produk utama mereka. Dilain pihak, pelanggan merasakan kualitas
baik Creative untuk produk-produk sound cards dan pemutar MP3.
Contoh 2: Microsoft Corp.
Microsoft di dirikan oleh Bill Gates pada tahun 1978. Produk pertama Microsoft adalah MS
DOS yang dipakai pada microcomputer IBM.
Foresight (=The ability to foresee or prepare wisely for the future) Bill Gates sederhana saja:
Bill Gates memimpikan setiap rumah di dunia memiliki komputer desktop. Selama 25 tahun
mimpi tersebut tidak berubah dan menghasilkan milestone sebagai berikut:
• MS-DOS : MS-DOS 1.x through 6.22, Windows 95 (MS-DOS 7.0), Windows 95 OEM Service Release 2.x and Windows 98 (MS-DOS 7.1), Windows Millennium Edition (MS-DOS 8.0)
• Windows (MS-DOS Based); Windows 1.0 through Windows Millennium Edition (Windows 4.9)
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
14
• Windows NT; Windows NT 3.1, Windows NT 3.5, Windows NT 3.51, Windows NT 4.0 including up to Service Pack 6a, Windows 2000 (Windows NT 5.0) including up to Service Pack 4, Windows XP (Windows NT 5.1) including up to Service Pack 3, Windows Server 2003 (Windows NT 5.2) including up to Service Pack 2, Windows XP Professional x64 Edition (Windows NT 5.2) including up to Service Pack 2, Windows Fundamentals for Legacy PCs (Windows NT 5.1) including up to Service Pack 3, Windows Home Server (Windows NT 5.2), Windows Vista (Windows NT 6.0) including up to Service Pack 2
Gambar C.2. Example Core Competencies in Microsoft Corporation Sumber: Leslie, Lim Ching Wu: 2007
Pada 25 tahun pertama, core competency Microsoft adalah untuk mewujudkan mimpi Bill
Gates. Mimpi tersebut terwujud dengan jutaan license software Operating System dan MS
Office buatan Microsoft yang di install pada desktop di rumah-rumah dan kantor di seluruh
dunia.
Pada tahun 2005 Bill Gates menyampaikan foresight bisnis Microsoft di masa yang akan
datang. Terlihat dalam paparannya, Microsoft menambahkan Core competency-nya pada
area software Business Solution dan Internet. Untuk terwujudnya hal tersebut, Microsoft
mengakuisisi setidaknya 50 software developer company dan kemudian mengembangkan
software-software tersebut. Bill Gates melihat foresight dari Software Business untuk
kemudian mengubah Core Competency bisnis Microsoft dengan berfokus pada produk-
produk Business Solution, Internet, Multi Media.
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
15
D. KESIMPULAN
1. Konsep Core Competencies, walau telah dikembangkan sejak tahun 1990-an, namun
menurut kami hingga awal abad ke-21 ini masih merupakan konsep management
strategik yang relevan bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang bersaing di pasar
kompetitif baik lokal, apalagi internasional, serta patut menjadi perhatian utama jika
perusahaan ingin survive. Hal ini dikarenakan Core Competencies yang dimiliki satu
perusahaan berarti juga sebagai keunggulan komparatif perusahaan yang harus
dimanfaatkan guna mencapai daya saing strategik.
2. Ramalan (foresight) tentang masa depan industri, bermanfaat guna:
• Memberi potensi bagi perusahaan untuk lebih dulu mencapai masa depan dan
mengintai posisi pemimpin
• Memberi panduan arah korporasi
• Memungkin perusahaan mengendalikan evolusi industri, serta menentukan takdirnya
ð Tricknya: Melihat masa depan lebih dulu, sebelum saatnya tiba.
3. Tantangan dalam menghadapi persaingan masa depan dikarenakan
• peraturan-peraturan yang belum tersedia secara terstruktur
• kecepatan dalam pengambilan perbedaan masa kini untuk masa depan
Sedangkan dari persaingan masa kini, peraturan industri sudah terstruktur dalam hal
aturan lebih jelas, konsep produk, batasan investasi yang stabil, perubahan teknologi
yang tepat, kebutuhan langganan yang dapat diukur dengan tepat.
4. Core competencies merupakan suatu kapabilitas yang perlu dikelola dengan baik, agar
keberadaannya tidak hilang/terkikis. Dari proses internal analisis yang dilakukan
perusahaan guna mengidentifikasi core competencies, selanjutnya dalam
mengembangkan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan dimasa mendatang,
diperlukan foresight dari manajemen puncak, tentang bentuk industri apa yang akan
dihadapi dan digeluti perusahaan di masa mendatang.
5. Dari proses foresight yang dilakukan dan komitmen dari manajemen puncak untuk
mengarah pada industri yang dituju, dibangunlah core competencies yang diperlukan
agar perusahaan tidak hanya sekedar mampu terjun dalam industri di masa mendatang,
namun juga bertindak sebagai leader.
6. Dalam proses penguasaanya, core competencies dapat diperoleh dengan berbagai cara.
Seperti contoh yang diambil pada kasus Microsoft, perusahaan ini menambah
Core competence and Competing to The Future Management Strategik Agribisnis – Manggis E31 Didit-Icha-Haris-Rijal-Poltak-Ucox
16
kompetensinya dengan melakukan akuisisi pada setidaknya 50 perusahaan developer
software.
7. Proses yang dilalui dalam pengembangan core competencies dan pencapaian daya-saing
strategik dapat diumpamakan seperti lomba triathlon ketimbang 100m Sprint, karena
perlu dilaluinya tahapan tertentu dan adanya tantangan yang berbeda pada tiap tahapan.
Oleh karenanya kehati-hatian juga perlu senantiasa dianut dalam melakukan identifikasi
dan pengembangan (=investasi) area kompetensi yang dipilih.
8. Core competencies akan membantu perusahaan untuk bergeser dari satu end product ke
produk lainya dalam bereaksi terhadap perubahan pasar yang telah diantisipasi dalam
proses industry foresight. Untuk itu, satu arsitektur strategik perlu dimiliki oleh
perusahaan, agar pihak-pihak manajemen yang terlibat senantiasa berada pada jalur yang
memandu pemain musik (jika diumpamakan sebagai orkestra) untuk sampai kepada
ujung lagu (industri/posisi) yang akan dimainkan.
Sources:
1) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1994. “Competing For the Future”. Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts, USA.
2) Hamel, Gary and Aimee Heene (editors). 1994. “Competence-Based Competition”. John
Wiley & Sons, New York, NY 10158-0012, USA. 3) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1989. Strategic Intent. Dalam Harvard Business Review
May-June 1989, hal. 63-76. 4) Hamel, Gary and Prahalad C.K. 1989. The Core competence of The Corporation. Dalam
Harvard Business Review May-June 1990, hal. 79-91. 5) Hitt M., Ireland D. and Hoskisson R. 2001. Strategic Management: Competitiveness and
Globalization, Concepts and Cases. 4th ed. South-Western College Publishing. Cincinnati, Ohio: USA.
6) Leslie, Lim Ching Wu. 2007. Class Paper: Core competence: Case Study of Microsoft
Corporation and Creative Technology Limited. NUS.