final profil investasi

45
BAB 1. PENDAHULUAN Indonesia Selama ini mengalami ketergantungan terhadap minyak bumi. Jumlah pasokan dan cadangan minyak bumi di Indonesia yang semakin berkurang disertai oleh kenaikan harga minyak bumi dunia yang meningkat tajam. Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan akan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi, baik untuk keperluan runah tangga, maupun untuk industri dan transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan atau bahkan penarikan sama sekali penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, yang rencananya akan digantikan dengan bahan bakar LPG. Sejalan dengan itu pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber- sumber energi alternatif lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi, dan lingkungan hidup antara lain yaitu Bahan Bakar Nabati (BBN) atau Bio energi (Biofuel). Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi alternatife yang prospektif untuk dikembangkan. Pengambangan bioenergi bukan saja dapat mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang harganya terus meningkat, tetapi juga dapat meningkatkan keamanan pasokan energi nasional. Meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat dunia untuk menggunakan bahan 1

Upload: ediginting

Post on 30-Jun-2015

221 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: FINAL PROFIL INVESTASI

BAB 1. PENDAHULUAN

Indonesia Selama ini mengalami ketergantungan terhadap minyak bumi.

Jumlah pasokan dan cadangan minyak bumi di Indonesia yang semakin berkurang

disertai oleh kenaikan harga minyak bumi dunia yang meningkat tajam. Salah satu

permasalahan nasional dewasa ini dan akan semakin dirasakan pada masa

mendatang adalah masalah energi, baik untuk keperluan runah tangga, maupun

untuk industri dan transportasi. Terkait dengan masalah tersebut, salah satu

kebijakan pemerintah ialah rencana pengurangan atau bahkan penarikan sama

sekali penggunaan bahan bakar minyak tanah untuk keperluan rumah tangga, yang

rencananya akan digantikan dengan bahan bakar LPG. Sejalan dengan itu

pemerintah juga mendorong upaya-upaya untuk penggunaan sumber- sumber

energi alternatif lainnya yang dianggap layak dilihat dari segi teknis, ekonomi,

dan lingkungan hidup antara lain yaitu Bahan Bakar Nabati (BBN) atau Bio

energi (Biofuel).

Bioenergi merupakan salah satu bentuk energi alternatife yang prospektif

untuk dikembangkan. Pengambangan bioenergi bukan saja dapat mengurangi

ketergantungan terhadap BBM yang harganya terus meningkat, tetapi juga dapat

meningkatkan keamanan pasokan energi nasional. Meningkatnya perhatian dan

kesadaran masyarakat dunia untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan

menjadikan pengembangan bioenergi manjadi sangat strategis. Lebih jauh lagi,

pengembangan bioenergi di Indonesia dapat meningkatkan kemampuan Indonesia

melalui pengambangan sumber daya lokal.

Di Indonesia tersedia beberapa bahan baku bioenergi, diantaranya

singkong, tebu, sagu, kelapa sawit, jarak pagar dan kelapa, bahkan minyak goreng

bekas pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioenergi.

Ketersediaan bahan baku yang melimpah menuntut pengetahuan teknologi

pengolahan bioenergi harus dikuasai dengan baik, agar sumber daya yang ada

tidak sia-sia.

Beberapa komoditi pertanian yang potensial digunakan sebagai bahan

baku biofuel antara lain yaitu minyak sawit (CPO), minyak kelapa dan minyak

1

Page 2: FINAL PROFIL INVESTASI

jarak sebagai bahan baku biodiesel serta ubi kayu dan sagu sebagai bahan baku

bioetanol.

Untuk mewujudkan penyediaan bahan bakar nabati secara mandiri di

dalam negeri, pemerintah melaksanakan program penyediaan BBN Nasional.

Peranan investasi swasta sangat diperlukan dalam rangka penyediaan BBN

tersebut adalah promosi yang mendorong pihak swasta untuk melakukan investasi

dalam bidang BBN. Salah satu bentuk promosi tersebut adalah dengan

memberikan informasi yang jelas dan cukup rinci mengenai berbagai aspek teknis

dan ekonomi investasi dalam bidang usaha bioenergi (BBN).

Untuk memberikan informasi tersebut di atas, perlu disusun buku Profil

Proyek Investasi Bioenergi (Biofuel), yang meliputi profil investasi bioenergi dari

Jarak pagar, Kelapa sawit, Kelapa, Ubi kayu dan Sagu. Penyusunan Profil Proyek

Investasi ini adalah untuk memperoleh gambaran yang cukup rinci mengenai

berbaga aspek teknis dan ekonomi atau financial dalam pelaksanaan investasi

bidang bio energi dengan bahan baku tersebut diatas.

2

Page 3: FINAL PROFIL INVESTASI

BAB II. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

BIOENERGI NASIONAL

II.1 . Kebijakan Pemerintah Mengenai Biodiesel

Kebijakan pemerintah merupakan bagian dari kekuetaan daya dukung

untuk mencapai keberhasilan pengembangan biodiesel di Indonesia. Hal ini

disadari benar oleh pemerintah karena biodiesel terutama untuk komoditas jarak

pagar merupakan komoditas baru dan dalam pengembangannya akan melibatkan

banyak pihak (holistik), mulai dari tingkat departemen, kelembagaan negara,

pemerintah daerah, perguruan tinggi, BUMN, perusahaan, LSM, koperasi hingga

lapisan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh instansi harus dilibatkan dan diikat

dengan payung hukum, yaitu kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk

mendukung pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) dituangkan mulai dari

peringkat hukum tertinggi (Undang-undang Energi), secara bertingkat kepada

Keppres, Inpres, Deklarasi, sampai kepada penunjukkan Tim Kerja Tingkat

Nasional. Daftar urut Kebijakan permerintah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Rencana Undang-undang RI (sedang dalam proses pembahasan di DPR).

Salah satu isinya adalah menekankan pada peningkatan pemanfaatan

energi baru dan terbarukan.

2. Peraturan Presideen No. 5/2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang

Kebijakan Ekonomi Nasional. Pokok isinya adalah pada tahun 2025

ditargetkan bahan energi terbarukan harus sudah mencapai lebih dari 5%

dari kebutuhan energi nasional, sedangkan BBM ditargetkan menurun

sampai dibawah 20%.

3. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan

Bakar Nabati sebagai Bahan alternatif pengganti BBM. Isi Inpres tersebut

adalah Presiden menginstruksikan kepada 15 Menteri Negara, Gubernur,

dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah percepatan

pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternatif.

4. Deklarasi Bersama tanggal 12 Oktober 2005 tentang Gerakan Nasional

Penanggulangan Kemiskinan dan Krisis BBM melalui Rehabilitasi dan

Reboisasi 10 Juta Ha Lahan Kritis dengan Tanaman yang menghasilkan

3

Page 4: FINAL PROFIL INVESTASI

Energi Pengganti BBM. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 30 Menteri

dan Menteri Negara, BUMN, Perguruan Tinggi, dan LSM yang isinya

adalah mendkung, menasiliatsi, dan mengembangkan seluruh aspek yang

terkait dalam pengembangan energi terbarukan.

5. Presidedn menginstrusikan Menteri Kehutanan untuk memberikan izin

pemanfaatan lahan hutan tidak produktif bagi pengembangan bahan baku

energi terbarukan.

6. Keputusan Menteri koordinator Bidang perekonomian Nomor: Kep.

11/Mekon/02/2006, tentang tim koordinasi program Aksi penyediaan dan

pemanfaatan tim koordinasi tingkat Nasional penyediaan dan pemanfaatan

energi alternatif yang diketuai oleh Deputi Bidang koordinasi Energi

Sumber daya Mineral dan Kehutanan dengan tim pengarah 11 Menteri dan

Menteri Negara.

II.2. Rencana Pengembangan Biodiesel di Indonesia

Rencana pengambangan biodiesel di indonesia adalah salah satu program

aksi dari Deklarasi Bersama tentang Gerakan Nasional Penganggulangan

Kemiskinan dan krisi BBM melalui rahabilitasi dan reboisasi 10 juta Ha Lahan

kritis dengan tanaman penghasil Energi alternatif. Permasalahan dari isi deklarasi

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Total penduduk mikin 36,1 juta, terdiri dari penduduk kota 11,5 juta dan

penduduk deesa sebesar 24,6 juta jiwa

2. Total lahan kritis sebesar 21,9 juta ha dengan rincian kategori kritis 15,3

juta ha dan potensial kriti 6,6 juta ha.

3. Konsumsi BBM yang diubsidi mencapai 60 juta kiloliter, terdiri dari

premium 20 juta kiloliter, solar 22 juta kiloliter, minyak tanah 12 juta

kiloliter, dan minyak bakar 6 juta kiloliter.

Total bahan bakar yang dapat doganti oleh biodiesel jarak pagar berjumlah 40

juta kiloliter/tahun, yaitu solar, minyak tanah, dan minyak bakar. Dengan taksiran

rendah (1 ha = 3 ton biji, 3 ton biji = 1 ton minyak) maka lahan jarak pagar yang

diperlukan adalah 40 juta ha. Untuk memenuhi Peraturan Presiden No. 5/2006,

4

Page 5: FINAL PROFIL INVESTASI

yaitu 20 tahun mendatang (2025) harus dipenuhi 5% dari kebutuhan pada tahun

tersebut. Dengan perhitungan kenaikan konsumi BBM rata-rata 6%/tahun maka

total kebutuhan solar pada tahun 2025 adalah 128,3 juta kiloliter. Target

pemerintah untuk bisa memasok sebesar 5% dari kebutuhan tersebut adalah 5%

dari 128,3 juta kilooliter atau 6,41 juta kiloliter. Untuk memenuhi kebutuhan

minyak sebesar itu, diperlukan total areal seluas 6,41 juta ha atau perluasan

arealyang diperlukan setiap tahun selama 20 tahun adalah sebesar 321.000 ha.

II.3. Rencana Pengembangan Bioetanol di Indonesia

Bioenergi, berupa biodiesel dan bioetanol, merupakan alternatif untuk

menyelesaikan masalah ketersediaan bahan bakar yang saat ini masih tergantung

pada bahan bakar minyak (BBM). Pengembangan bioetanol dari ubi kayu sebagai

pengganti BBM memilki beberapa keuntungan yaitu penggunaan bioetanol

sebagai campuran premium (gasohol) menghasilkan emisi gas buang yang lebih

ramah terhadap lingkungan karena kandungan oksigennya dapat meningkatkan

efisiensi pembakaran. Bioetanol juga mampu meningkatkan bilangan oktan dan

mengurangi penggunaan adtif bertimbel yang berbahaya terhadap lingkungan

hidup. Selain itu, budi daya tanaman yang mengandung bioetanol seperti ubi kayu

dan sagu relatif mudah. Ubi kayu dan Sagu merupakan komoditas lokal yang

dapat tumbuh di lahan yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi

terhadap cekaman, dan dapat diatur waktu panennya.

Sesuai dengan Inpres No. 1/2006 dan Perpres No 5 tahun 2006, sehingga

diharapkan Indonesia dapat melakukan pengembangan dalam berbagai hal terkait

dengan bioetanol dan sebagai bahan masukan juga kepada para praktisi di bidang

pengembangan bahan bakar bioetanol, praktisi pengolah etanol, hingga praktisi di

bidang pengembangan budi daya yaitu petani.

Terkait dengan pemanfaatan BBN, Presiden RI, Susilo Bambang

Yudhoyono telah mengeluarkan instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 mengenai

penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar

lain. Presiden telah menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan instansi

pemerintah terkait (daerah atau pusat) untuk mengambil langkah – langkah untuk

5

Page 6: FINAL PROFIL INVESTASI

melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai

bahan bakar lain.

Pengembangan Bioetanol sudah banyak dilakukan di Indonesia. Kira-kira

23 tahun lalu, sebelum PT. Pertamina (Persero) menjual Biosolar B-5 dan

BioPremium E-5, usaha untuk mengembangkan BBN di Indonesia sudah pernah

dilakukan. Sesuai Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) sejak tahun 1981,

kebijakan utama pengembangan energi nasional telah diarahkan pada empat hal,

yaitu intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan indeksasi. Namun, di dalam

KUBE tahun – tahun berikutnya, kebijakan indeksasi dihilangkan dan tiga

kebijakan yang lain dan tetap dipertahankan dengan pergeseran nilai prioritas.

Salah satu wujud diversifikasi energi yang menonjol saat itu adalah mulai

dirintisnya penelitian dan pengembangan salah satu BBN, yaitu bioetanol. Pada

tahun 1983 penelitian bioetanol dari singkong mulai dirintis oleh Balai Besar

Teknologi Pati (B2TP) di Desa Sulusuban, Kecamatan Terbanggi Besar,

Lampung Tengah. Saat itu produksi singkong di daerah – daerah transmigrasi,

seperti di Lampung Tangah dan Tulang Bawang, melimpah ruah. Namun, tak ada

pabrik yang mengolah singkong menjadi produk jadi, misalnya tetapioka. Karena

itulah B2TP mengembangkan riset bioetanol berbahan dasar singkong. Riset

berlangsung secara intensif dan ekstensif. Tetapi, riset tersebut tidak

berkelanjutan. Proyek Bioetanol telah tuntas diuji dan dikaji bersama dengan

produsen kendaraan bermotor.

Fakta meluruhnya kinerja industri minyak dan gas nasional ini tidak bisa

diubah begitu saja karena kegiatan eksplorasi dan hasil eksploitasi investasi dari

industri migas membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengeliminasinya,

setidaknya terbentang tiga jalan keluar, yaitu :

1. Pencarian ladang minyak baru

2. Penggunaan energi secara efisien, dan

3. Pengembangan sumber energi terbarukan, seperti sinar matahari, panas

bumi, air, angin, dan minyak dari tumbuhan (biofuel).

6

Page 7: FINAL PROFIL INVESTASI

Tabel 1. Peranan Lembaga – Lembaga Yang Menandatangi Kerjasama Pengkajian

dan Pemanfaatan Tanaman Jarak Pagar Sebagai Sumber Energi Alternatif

No Nama Lembaga Peranan1 Balai Besar

Teknologi Energi (B2TE – BPPT)

Mengkoordinasi kegiatan dan melakukan pengkajian dan pengembangan ekstraksi minyak jarak pagar dan konversi energi berbahan bakar minyak jarak pagar.

2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi (P3TIR – BATAN)

Melakukan pengkajian dan pengembangan varietas benih unggul tanaman jarak pagar dengan teknologi mutasi transgenik

3 Balai Pengkajian Bioteknologi (Biotek-BPPT)

Melakukan pengkajian dan pengembangan varietas benih unggul tanaman jarak pagar dengan teknologi kultur jaringan

4 Balai Teknologi Lingkungan (BTL – BPPT)

Melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi budi daya pohon jarak pagar di lahan kritis atau marjinal dan pemanfaatan limbahnya.

5 Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK)

Menyediakan lahan kebun percobaan dan pembibitan pohon jarak pagar dan memeliharanya.

Bahan bakar nabati berbeda dengan bahan bakar dari fosil, BBN dengan

sifatnya yang mudah diperbaharui, tidak mencenmari lingkungan, kontinuitasnya

terjamin, dan bisa menjadi mesin penggerak ekonomi masyarakat, membuat BBN

sangat relevan dan mendesak untuk segera direalisasikan pengembangannya. Oleh

karena itu pengembangan Bahan Bakar Nabati sangat penting.

7

Page 8: FINAL PROFIL INVESTASI

Tabel 2. Proyeksi Pengembangan BBN hingga 2010

Parameter UnitBahan Baku BBN

Kelapa Sawit

Jarak Pagar

Tebu Singkong Total

Tenaga Kerja langsung Orang 750.000 500.000 1.500.000 750.000 3.500.000Pendapatan/orang (tebu @0,5 ha, singkong dan kelapa sawit @2ha, dan jarak pagar @3 ha)

Rp/tahun/orang

20.000.000 13.500.000 9.140.625 12.000.000 54.640.625

Bioetanol atau biodiesel Ton minyak

6.000.000 2.250.000 3.750.000 4.615.385 16.615.385

Produksi Ton biji, batang, umbi

30.000.000 7.500.000 60.000.000 30.000.000 127.500.000

Industri Unit 167 22.727 125 288 23.307Lahan Ha 1.500.000 1.500.000 750.000 1.500.000 5.250.000Tenaga Kerja tak langsung

Orang 1.167 68.182 6.250 11.538 87.137

Bibit Ton batang

202.500.000 3.750.000 6.000.000 12.000.000 224.250.000

Investasi on Farm Juta Rp 45.000.000 4.500.000 11.250.000 5.250.000 66.000.000Investasi off farm Juta Rp 10.000.000 2.272.727 43.750.000 43.269.231 99.291.958

8

Page 9: FINAL PROFIL INVESTASI

BAB III. SUMBER – SUMBER BIOENERGI

Bioenergi adalah bahan bakar alternatif terbarukan yang prospektif untuk

dikembangkan, tidak hanya karena harga minyak bumi dunia melonjak naik

seperti sekarang ini, tetapi juga karena terbatasnya produksi minyak bumi

Indonesia saat ini, sehingga pengembangan bioenergi semakin mendesak untuk

segera dilaksanakan. Ketersediaan energi fosil yang diramalkan tidak akan

berlangsung lama lagi memerlukan solusi yang tepat, yakni dengan mencari

sumber energi alternatif. Sekarang ini tersedia beberapa jenis energi pengganti

minyak bumi yang ditawarkan, antara lain tenaga baterai (fuel cells), panas bumi

(geo-thermal), tenaga laut (ocean power), tenaga matahari (solar power), tenaga

angin (wind power), batu bara, nuklir, gas, fusi dan biofuel. Di antara jenis-jenis

energi alternative tersebut, bioenergi dirasa cocok untuk mengatasi masalah energi

karena beberapa kelebihannya.

Kelebihan bioenergi, selain bisa diperbaharui, adalah bersifat ramah

lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan

kontinuitas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang

cukup sederhana, yaitu melalui budi daya tanaman penghasil biofuel dan

memelihara ternak. Hal ini berbeda dengan jenis energi alternative lainnya,

beberapa jenis energi alternatif seperti berikut :

- Tenaga baterai yang terbilang mahal dan rumit

- Batubara yang memiliki efek gigaton karbon berbahaya dan bersifat tidak

terbarukan

- Gas yang memerlukan investasi besar,

- Panas bumi yang tidak sederhana dan tidak murah,

- Energi laut yang walaupun potensial di Indonesia sebagai Negara maritime

tapi masih dalam tahap percobaan dan penelitian,

- Energi angin yang hanya cocok di daerah yang berangin kencang

(kecepatan minimum angin rata-rata 4 m/detik),

- Energi surya yang dibilang energi gratis tapi masih mahal,

- Energi fusi yang merupakan energi masa depan yang supermahal, dan

- Energi nuklir yang masih kontroversial.

9

Page 10: FINAL PROFIL INVESTASI

III. 1 Jenis –jenis Bioenergi

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bioenergi

bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern. Bioenergi yang kita kenal

sekarang mempunyai dua bentuk, yaitu tradisional dan modern. Bioenergi

tradisional yang sering kita temui yaitu kayu bakar, sedangkan bioenergi yang

lebih modern di antaranya bioetanol, biodiesel, PPO atau SVO, minyak bakar, dan

biogas. Jalur konversi biomassa menjadi berbagai jenis bioenergi disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1. Jalur konversi biomassa menjadi berbagai jenis bioenergi

III.2 Bahan – bahan Penghasil Bioenergi

Bioenergi diturunkan dari biomassa, yaitu material yang dihasilkan oleh

mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikrorganisme). Indonesia memiliki banyak

sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi.

Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi alternative sangat cocok

diaplikasikan karena didukung oleh ketersediaan lahan yang mencukupi untuk

membudidayakan tanaman penghasil bioenergi

10

Biomassa

PembakaranLangsung

Konversi Termo-kimiawi

Konversi Bio-kimiawi

Pencernaananerobik

Fermentasihidrolisis

Pengarangan

Pirolisis

Gasifikasi

Esterifikasi/transesterifikasi

Panas

Etanol

Syngas/Gas fuel

Indirectliquifaction

Direct liquifaction

Biodisel

Gas metan

Bahan bakar cair

Bahan bakarpadat

Tungku/boiler

Page 11: FINAL PROFIL INVESTASI

III.2.1. Biodiesel

Penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar telah dikenal sejak awal

penciptaan mesin diesel. Pada tahun 1911, Rudolph Diesel membuat mein dengan

cara kerja berdasarkan pengapian-bertekanan (mesin desel). Pada saat itu tidak

ada bahan bakar khusus untuk menjalankan mesin ini, dan untuk

menggerakkannya ia menggunakan minyak kacang tanah. Rudolph Diesel

menyebutkan bahwa mesin diesel dapat digerakan oleh minyak nabati.

Pengalaman Rudolph Diesel telah mengilhami beberapa negara maju di

Eropa untuk mengkonversi minyak nabati menjadi bentuk bioenergi guna

menggerakkan kendaraan bermotor. Di samping itu, adanya krisis minyak pada

tahun 1973 mendorong serangkaian penelitian penggunaan minyak-minyak nabati

dan lemak sebagai bahan baku pengganti pembuatan bahan bakar. Dewasa ini

diperkirakan 100.000 lebih kendaraan menggunakan biodiesel di beberapa negara

Eropa, misalnya di Jerman dimana bioenergi telah menjadi energi masa depan.

Industri-industri mobil di Jerman kini sudah dikembangkan secara sungguh-

sungguh untuk menggunakan bioenergi dari minyak rapeseed sebagai bahan

bakar. Demikian juga di Amerika Serikat telah mengambangkan dan

menggunakan bioenergi dari minyak kedelai. Palm Biodiesel merupakan peluang

yang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan penggunaan bioenergi sebagai

energi alternatif sesungguhnya, mengingat bahan bakunya berupa kelapa sawit

tersedia melimpah.

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang.

Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk

menghasilkan biodiesel. Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti

solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung

sulfur dan tidak beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak

tanaman dengan alkohol menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan

komposisi tertentu, sehingga akan dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester

(umumnya metil ester atau etil ester) dan gliserin.

Biodiesel merupakan nama yang diberikan untuk bahan bakar yang terdiri

dari mono-alkyl ester yang dapat terbakar dengan bersih. Nama biodiesel juga

telah disetujui oleh the Department of Energy (DOE), The Environmental

11

Page 12: FINAL PROFIL INVESTASI

Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Materials (ASTM)

sebagai industri energi alternatif, berasal dari asam lemak yang sumbernya

renewable lipid. Biodiesel didefinisikan sebagai bahan bakar mesin diesel yang

berasal dari sumber lipid alami terbarukan. Biodiesel adalah metil ester yang

dihasilkan dari reaksi transesterifikasi trigliserida yang salah satunya berasal dari

minyak sawit.

Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar pada mesin tanpa harus

melakukan modifikasi pada mesin. Dalam penggunaannya biodiesel dapat

dimanfaatkan secara murni (neat) ataupun dalam bentuk campuran (blend) dengan

minyak solar. Campuran ini ditulis sebagai BXX, dimana XX menyatakan persen

komposisi biodiesel dalam total campuran tersebut, sebagai contoh B20 terdiri

dari 20 persen biodiesel dan 80 persen petrodiesel. Petrodiesel (solar) merupakan

nama dari suatu hidrokarbon yang didestilasi dari minyak mentah atau minyak

bumi yang saat ini banyak digunakan sebagai bahan bakar otomotif bermesin

diesel. Bentuknya yang cair dan kemampuan dicampurkan dengan solar pada

segala perbandingan, merupakan salah satu keunggulan penting biodiesel.

Pemanfaatannya secara komersial tidak memerlukan infrastruktur penyediaan

minyak solar semacam stasiun pengisian dan truk tangki.

Biodiesel juga dapat didefinisikan sebagai bahan akar yang terbuat dari

lemak atau minyak tumbuhan dan hewan secara fisik hampir menyerupai bahan

bakar diesel yang berasal dari minyak bumi. Biodiesel terbuat dari reaksi kimia

yang terjadi pada minyak yang terkandung di dalam biji-bijian pada tanaman

seperti kanola, jarak pagar, kelapa sawit dan kedelai, serta minyak jelantah.

Reaksi tersebut melibatkan alkohol seperti metanol untuk menghasilkan

kandungan kimia yang disebut metil ester. Metil ester yang digunakan sebagai

bahan bakar dikenal dengan sebutan biodiesel. Asam lemak metil ester merupakan

hasil dari transesterifikasi (disebut metanolis) dari minyak nabati dengan metanol

sebagai katalis dasar.

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang.

Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan di dunia untuk

menghasilkan biodiesel, diantaranya rapeseed oil (Eropa), soybean oil (USA),

minyak sawit (Asia), dan minyak kelapa (Filipina). Total produksi dunia masing-

12

Page 13: FINAL PROFIL INVESTASI

masing minyak nabati di atas pada periodee 2005-2006 diperkirakan mencapai

17,88 juta metrik ton, 35,66 juta metrik ton, 38,97 juta metrik ton, dan 3,26 juta

metrik ton.

Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki

beberapa kelebihan, di antaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses

pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi

minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (mencapai 95%). Minyak nabati memiliki

komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat

penyusun utama minyak-lemak (nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu

triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8-C24). Komposisi asam lemak

dalam minyak nabati menentukan sifat fisiko-kimia minyak. Tabel 3 berikut

menyajikan beberapa sifat fisiko-kimia minyak nabati.

Tabel 3. Sifat-sifat fisiko kimia beberapa minyak-lemak nabati

Minyak Massa Jenis

Kg/Liter

Viskositas Kinematika (380 C),cSt

DHc, MJ/Kg

Angka Setana

Titik Awan/ Kabut, 0C

Titik Tuang, 0C

Jarak Kaliki 0,9537 297 37,27 ? Tak ada -31,7Jagung 0,9095 34,9 39,50 37,6 -1,1 -40,0Kapas 0,9148 33,5 39,47 41,8 +1,7 -15,0Crambe 0,9044 53,6 40,48 44,6 10,0 -12,2Biji rami 0,9236 27,2 39,31 34,6 +1,7 -15,0Kacang Tanah 0,9026 39,6 39,78 41,8 12,8 -6,7Kanola 0,9115 37,0 39,71 37,6 -3,9 -31,7Kasumba 0,9144 31,3 39,52 41,3 18,3 -6,7Kasumba OT*) 0,9021 41,2 39,52 49,1 -12,2 -20,6Wijen 0,9133 35,5 39,35 40,2 -3,9 -9,4Kedelai 0,9138 32,6 39,62 37,9 -3,9 -12,2Bunga Matahari 0,9161 33,9 39,58 37,1 7,2 -15,0Diesel No. 2 0,8400 2,7 45,34 47,0 -15,0 -33,0

Sumber : Goering et al., 1982, *) OT = (berkadar) Oleat Tinggi

3.2.2. Bioethanol

Salah satu fungsi alkohol adalah sebagai ocyane booster, artinya alkohol

mampu menaikkan nilai oktan dengan dampak positif terhadap efisiensi bahan

bakar dan menyelamatkan mesin. Fungsi lain ialah oxigenating agent, yakni

mengandung oksigen sehingga menyempurnakan pembakaran bahan bakar

dengan dampak meminimalkan pencemaran udara. Alkohol bahkan berfungsi

sebagai fuel extender, yaitu menghemat bahan bakar fosil.

13

Page 14: FINAL PROFIL INVESTASI

Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mobil sebenarnya telah lama

dikenal. Pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil qudricycle dan

menyusul pada tahun 1908 muncul mobil Ford dengan alkohol sebagai bahan

bakarnya. Namun seperti halnya biodiesel yang terbuat dari minyak kacang tanah

(Arachis hipogaea) yang diperagakan tahun 1898 oleh Rudolf Diesel, penggunaan

biofuel kurang ditanggapi pada dekade lalu karena petrofuel yang murah dan

melimpah. Namun kini, tampaknya kita harus meningkatkan fungsi fuel extender

dari biofuel termasuk penggunaan alkohol, karena kandungan petrofuel yang

semakin menyusut.

Etanol sintesis (sering disebut metanol atau metil alkohol atau alkohol

kayu) terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan ini

diperoleh dari proses sintesa kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol

direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan

fermentasi).

Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung

komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Dalam dunia

industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri turunan alkohol,

campuran untuk minuman keras (seperti sake atau gin), serta bahan baku farmasi

dan kosmetika. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga grade

sebagai berikut.

- Grade Industri dengan kadar alkohol 90-94%.

- Netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk

minuman keras atau bahan baku farmasi

- Grade bahan bakar dengan kadar alkohol di atas 99,5%.

Bioetanol diperoleh dari hasil fermentasi bahan yang mengandung gula. Tahap

inti produksi bioetanol adalah fermentasi gula, baik yang berupa glukosa, sukrosa,

maupun fruktosa oleh ragi (yeast) terutama Saccharomyces sp. atau bakteri

Zymomonas mobilis. Pada proses ini, gula akan dikonversi menjadi etanol dan gas

karbondioksida.

Bahan baku bioetanol bisa diperoleh dari berbagai tanaman yang

menghasilkan gula (seperti jagung, singkong, dan sagu). Pada tahap persiapan,

14

Page 15: FINAL PROFIL INVESTASI

bahan baku berupa padatan harus dikonversi terlebih dahulu menjadi larutan gula

sebelum akhirnya difermentasi untuk menghasilkan etanol, sedangkan bahan-

bahan yang sudah dalam bentuk larutan gula (seperti molase) dapat langsung

difermentasi. Bahan padatan dikenai perlakuan pengecilan ukuran dan tahap

pemasakan.

3.3 Pengembangan Biodiesel dan Bioetanol

Potensi pengembangan biodiesel sebagai substitusi minyak solar cukup

besar karena penggunaan minyak solar 40% dari total penggunaan BBM untuk

transportasi. Sedangkan penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar

74% dari total penggunaan BBM pada kedua sektor tersebut. Adapun potensi

untuk bioetanol tidak kalah menarik, karena bensin atau premiun yang akan

disubstitusi merupakan BBM peringkat kedua terbesar penggunaannya setelah

minyak solar dengan kebutuhan yang meningkat dari tahun ke tahun. Dengan

pertumbuhan sebesar 7%, kebutuhan bensin (premium) diperkirakan mencapai 21

juta KL pada tahun 2009.

Selain potensi pasar yang cukup besar, Indonesia memiliki kelebihan

untuk pengembangan biofuel baik biodiesel maupun bioetanol, diantaranya adalah

keanekaragaman tanaman yang dapat dijadikan sumber bahan baku seperti kelapa

sawit, kelapa, jarak pagar, singkong dan sagu; ketersediaan lahan kritis cukup

besar yang dapat dikembangkan sebagai kebun energi; dan teknologi sudah cukup

matang dan bisa ditangani langsung oleh SDM lokal yang ada.

Tabel 4 menyajikan proyeksi pengembangan biodiesel dan BBN lainnya

hingga 2010. Hingga tahun 2010, minyak sawit, jarak pagar, tebu, dan singkong

merupakan bahan baku yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku

BBN. Diproyeksikan bahwa hingga tahun 2010, akan dihasilkan 6 juta ton

biodiesel berbahan baku sawit dan 2,25 juta ton biodiesel berbahan baku jarak

pagar, 3,75 juta ton bioetanol tebu dan 4.6 juta ton bioetanol singkong.

Pengembangan BBN tersebut berpotensi untuk menyerap tenaga kerja hingga

mencapai 3,5 juta orang tenaga kerja langsung dan 87,137 tenaga kerja tak

langsung.

15

Page 16: FINAL PROFIL INVESTASI

Disamping membuka lapangan pekerjaan, pengembangan BBN akan

mereduksi konsumsi BBM. Biodiesel sebagai pensubstitusi solar diperkirakan

dapat mereduksi konsumsi solar baik pada sektor transportasi maupun pada sektor

16

Page 17: FINAL PROFIL INVESTASI

Tabel 4. Proyeksi Pengembangan Bahan Bakar Nabati s.d 2010

Parameter Unit Sawit Jarak Pagar Tebu Singkong Total

Tenaga kerja langsung orang 750,000 500,000 1,500,000 750,000 3,500,000

Pendapatan/orang (Tebu@ 0.5 ha, singkong, sawit@ 2 ha; jarak pagar@ 3 ha)

Rp/thn/orang 20,000,000 13,500,000 9,140,625 12,000,000 54,640,625

Bio-ethanol atau biodiesel ton minyak 6,000,000 2,250,000 3,750,000 4,615,385 16,615,385

Produksiton biji, barang,

umbi30,000,000 7,500,000 60,000,000 30,000,000 127,500,000

Industri unit 167 22,727 125 288 23,307

Lahan hektar 1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000 5,250,000

Tenaga kerja tak langsung orang 1,167 68,182 6,250 11,538 87,137

Bibit ton batang 202,500,000 3,750,000 6,000,000 12,000,000 224,250,000

Investasi on farm juta Rp 45,000,000 4,500,000 11,250,000 5,250,000 66,000,000

Investasi off farm juta Rp 10,000,000 2,272,727 43,750,000 43,269,231 99,291,958

17

Page 18: FINAL PROFIL INVESTASI

pembangkit tenaga listrik. Pada Gambar 2 terlihat tingkat reduksi solar setelah

adanya biodiesel sebagai pensubstitusi solar.

Gambar 2. Proyeksi kebutuhan solar setelah disubstitusi biodiesel.

Berdasarkan Gambar 2 di atas, maka dapat diperkirakan peluang supply

Biodiesel 10% yang diperlukan hingga tahun 2012 (Tabel 5). Kebutuhan biodiesel

yang cukup besar dapat membuka peluang bagi para pengusaha yang tertarik

untuk terjun sebagai produsen biodiesel.

Tabel 5. Peluang Supply Biodiesel 10 % (Juta KL)Tahun Biodiesel 10%2006 0.0002007 1.2842008 1.3482009 1.4152010 1.4862011 1.5602012 1.638

Prospek pengembangan bioetanol juga tidak kalah menarik. Bensin dan

premium yang akan disubstitusi merupakan BBM peringkat kedua terbesar

penggunaanya setelah minyak solar dengan kebutuhan yang meningkat dari tahun

ke tahun. Dengan pertumbuhan penggunaan sebesar 7%, konsumsi bensin

diperkirakan mencapai 21 juta KL pada tahun 2009. Dengan penggunaan

bioetanol 5% (E5), maka peluang supply bioetanol mencapai 1.05 juta KL.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUTA KILO LITER

Solar BAU

Solar setelah substitus i

Biodiesel 10%

18

Page 19: FINAL PROFIL INVESTASI

3.4. Potensi Hasil Samping dan Limbah dalam Proses Produksi Biodiesel dan Bioetanol.

Berikut adalah alur proses produksi bio-diesel dengan menggunakan bahan

baku minyak jarak (Jathropa curcas).

Gambar 3. Diagram alir pengolahan biodiesel jarak pagar

Limbah yang dihasilkan pada proses tersebut adalah kulit buah jarak,

ampas/bungkil, getah (gum) serta gliserol. Dari keempat jenis limbah tersebut,

ampas jarak mempunyai potensi cukup baik untuk digunakan langsung sebagai

bahan bakar padat atau melalui proses densifikasi lebih dahulu untuk memperoleh

bahan bakar dengan kualitas lebih baik yaitu berupa briket maupun pellet. Pada

proses produksi bio-diesel dengan bahan baku CPO, produksi limbah didominasi

oleh proses produksi CPO itu sendiri dengan potensi sebagaimana terlihat dalam

Tabel 6. Tabel 7 menyajikan pemanfaatan berbagai macam limbah tersebut dan

19

Page 20: FINAL PROFIL INVESTASI

beberapa jenis biomassa lain, yang telah dilakukan saat ini dan promosi

penggunaannya sebagai sumber energi alternatif guna mendukung program

”energy security”.

Tabel 6. Potensi limbah produksi CPO dibandingkan dengan limbah biomassa bahan baku bio-fuel yang lain

No Komoditi/produk Tipe limbah biomassa Potensi

1 CPO Pelepah daun 24.84 ton/Ha

2 CPO Tandan kosong (FEB) 200 kg/ton FFB

3 CPO Serat dan cangkang 420 kg/ton CPO

4 CPO Kayu (replanting) 74.5 ton/Ha replanting

5 CPO Lumpur sawit NA

6 Jagung Bonggol jagung NA

7 Ubi kayu Batang pohon 800 kg/ton ubikayu

8 Gula tebu Bagasse 280 kg/ton gula

9 Minyak jarak Kulit /daging buah NA

10 Minyak jarak Cangkang buah NA

11 Minyak jarak Getah NA

12 Minyak jarak Ampas jarak 700 kg/ton biji jarak

Tabel 7. Pemanfaatan berbagai jenis biomassa dan limbah biomassaJenis biomassa /limbah biomassa

Pemanfaatan saat iniPromosi sebagai sumber

energi

CPOBahan baku industri pangan & kosmetik

Bio-diesel

Serat sawitBahan bakar boiler (co-gen system)

Bhn bakar boiler

Cangkang sawitArang aktif, asap cair, pengeras jalan kebun, bhn bakar boiler

Bhn umpan gasifikasi (gas mampu bakar)

Tandan kosong (FEB)

Kompos/ pupuk, mulsaBhn bakar boiler (co-gen), kompos

Lumpur sawit Pakan ternak sapi Briket

Limbah cair pabrik CPO

---- Pembangkit gas methan

Bagasse Bhn bakar boiler, pupuk Bhn bakar boiler, briket

Tetes tebuBhn baku industri ethanol dan bumbu masak

Bio-ethanol

Jagung Bahan makanan, pakan ternak Bio-ethanol

Bonggol jagung Bahan bakar tungku Bhn bakar tungku, briket

Cangkang jarak ---- Bahan bakar tungku

Ampas jarak --- Briket

Getah (gum) --- Bahan bakar

20

Page 21: FINAL PROFIL INVESTASI

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa potensi pemanfaatan limbah sebagai

bahan bakar alternatif dapat dilakukan dengan teknologi sederhana, yaitu

densifikasi (pemadatan) sehingga diperoleh bahan bakar padat berupa briket

dengan kualitas dan dimensi sesuai yang dikehendaki oleh pengguna. Gambar 4

menyajikan berbagai contoh dan bentuk bio-briket yang disesuaikan dengan pola

penggunaannya serta peralatan densifikasi yang digunakan.

Gambar 4. Contoh biobriket dan peralatan yang digunakan

Proses densifikasi dapat dilakukan dengan alat manual yang sederhana atau

sekaligus dengan alat mekanis sepenuhnya. Prosedur pembuatan bio-briket dapat

dilihat pada Gambar 5.

Pengempa briket manual Pengempa briket mekanis

Berbagai bentuk dan jenis briket biomassa

21

Page 22: FINAL PROFIL INVESTASI

Gambar 5. Prosedur pembuatan bio-briket

Cara sederhana dan peralatan yang sederhana hanya dapat digunakan

untuk produksi skala kecil atau rumah tangga. Untuk skala produksi besar, proses

ini harus dilakukan dengan menggunakan mesin pengempa bertenaga cukup

besar, tergantung pada tipe briket yang diproduksi dan bahan baku (biomassa)

yang digunakan.

Densifikasi sederhana dilakukan dengan cara mencampur biomassa (atau

biomassa yang telah diarangkan) dengan perekat (biasanya digunakan lem

pati/tapioka), lalu dikempa dengan alat kempa manual ataupun semi mekanis,

kemudian dijemur hingga kering. Sedangkan densifikasi skala besar biasanya

tidak menggunakan campuran bahan perekat. Sebagai gantinya, digunakan mesin

pengempa yang dilengkapi dengan sistem pemanas guna mengaktifkan lignin

dalam biomassa menjadi perekat alami. Karena itu, briket yang diproduksi dengan

mesin pengempa mekanis selalu lebih padat dibanding briket dengan pengempa

sederhana (manual atau semi mekanis). Mutu briket ditentukan oleh jenis

biomassa yang digunakan sebagai bahan baku, jumlah & jenis perekat yang

digunakan, serta tekanan pengempaan yang diberikan. Tabel 8 menyajikan nilai

kalor (energi) beberapa jenis bio-briket serta perbandingannya dengan kayu bakar.

22

Page 23: FINAL PROFIL INVESTASI

Tabel 8. Nilai kalor (kJ/kg) beberapa jenis bio-briketNo. Jenis bio-briket dan biomassa Nilai kalor (kJ/kg)

1 Briket Limbah lumpur sawit 10.896

2 Briket Bonggol jagung 15.455

3 Briket Arang bonggol jagung 20.174

4 Briket bagasse 17.638

5 Ampas jarak (dari NTB) 17.550

6 Briket ampas jarak (dari B2TE-BPPT)/ Tracon 16.399/16.624

7 Kayu bakar (acasia) 17.270

8 Briket arang sekam 13.290

Penggunaan bio-briket ditujukan untuk menggantikan penggunaan

kerosene (minyak tanah) di sektor rumah tangga dan industri kecil. Selain itu

berbagai industri yang dalam aktivitas produksinya menghasilkan limbah

biomassa, termasuk diantaranya adalah produsen bio-fuel, diharapkan mampu

mengolah limbahnya menjadi bahan bakar alternatif yang bisa digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi dalam kegiatan industri mereka maupun sebagai

biaya sosial yang disumbangkan kepada masyarakat sekitarnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam usaha substitusi kerosene

dengan bio-briket, yaitu perlunya sosialisasi tentang berbagai kelebihan yang

ditawarkan yaitu relatif murah, tungku bisa digunakan untuk berbagai jenis bahan

briket, merupakan sumber energi terbarukan, serta akan mengurangi resiko

timbulnya permasalahan keamanan dan kenyamanan lingkungan. Hal tersebut

diperlukan untuk mengimbangi beberapa ketidaknyamanan yang timbul karena

masyarakat perlu membeli tungku yang sesuai serta perlu waktu untuk adaptasi.

Pilihan pemanfaatan limbah produksi bio-fuel sebagai bahan bakar

alternatif masih memerlukan kajian yang lebih komprehensif, dimana faktor

keekonomian (pangsa pasar, harga jual, dll) serta faktor-faktor lain di luar faktor

teknis (kelayakan sebagai bahan bakar) juga menjadi faktor yang dominan dalam

penentuan pilihan tersebut. Sebagai contoh, beberapa jenis limbah ternyata juga

potensial untuk dimanfaatkan untuk tujuan non energi, seperti pupuk, bahan

konstruksi, bahan baku industri kimia, barang kerajinan tangan, dsb. Beberapa

program seperti pertanian organik dan keamanan lingkungan berpotensi pula

23

Page 24: FINAL PROFIL INVESTASI

untuk menimbulkan ”conflict of interest” dalam pemanfaatan limbah produksi

bio-fuel tersebut.

Beberapa sumber minyak nabati Indonesia yang dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku biodiesel diantaranya adalah minyak sawit, minyak kelapa,

dan minyak jarak pagar. Potensi produksi minyak dalam liter per hektar yang

dihasilkan dari sumber bahan baku biodiesel disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Produktivitas Sumber Bahan Baku Biodiesel IndonesiaTanaman penghasil

Produktifitas (liter minyak/Ha)

Negara yang sedang membudidayakan pada thn 2004

Jatropha 1892 India, Indonesia, dan Afrika

Kelapa 2689 Pilipina, Indonesia, India, Vietnam, Meksiko

Sawit 5950 Malaysia, Indonesia, Nigeria, Thailan, Kolombia

Sumber: Aun (2006)

Pada proses pembuatan biodiesel di hasilkan juga beberapa limbah yang

dihasilkan pada pemrosesan minyak menjadi biodiesel. Seiring dengan

pengembangan industri biodiesel potensi limbah yang dihasilkan sangat besar.

Diagram alir proses pengolahan biodiesel dan potensi limbah dan hasil samping

industri biodisel disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Proses Produksi Biodiesel.

Transesterifikasi

Se

pa

ras

i

Gliserol +Metanol

Biodiesel

Minyak NabatiFFA > 5 %

Waterwashing

BiodieselMurni

Air + sabun

Minyak NabatiFFA < 5 %

EsterifikasiMetanol

Gliserol

Recovery

24

Page 25: FINAL PROFIL INVESTASI

Industri biodiesel merupakan industri biofuel (BBN) terbesar yang kini

berkembang di dalam negeri. Industri ini menghasilkan hasil samping yang cukup

besar dari proses produksinya. Gliserol merupakan hasil samping yang cukup

besar yang dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel. Hampir 10% crude

gliserol (gliserin kasar) dihasilkan pada setiap proses pembuatan biodiesel.

Meningkatnya permintaan biodiesel akan berpengaruh terhadap ketersediaan

gliserol di pasaran dan apabila tidak dikendalikan dapat mempengaruhi harga

gliserol di pasaran. Pengembangan gliserol menjadi produk-produk turunannya

dapat meningkatkan nilai tambah gliserol dan meningkatkan efisiensi proses

produksi biodiesel.

Pengembangan gliserol hasil samping industri biodiesel sangat

menjanjikan. Ini dikarenakan luasnya aplikasi gliserol pada berbagai industri.

Beberapa aplikasi gliserol dalam industri antara lain, yaitu sebagai emulsifier,

agen pelembut, plasticizer, dan stabilizer es krim; sebagai pelembab kulit, pasta

gigi, dan obat batuk; sebagai media pencegahan pada reaksi pembekuan sel darah

merah, sperma, kornea, dan jaringan lainnya; sebagai tinta printing dan bahan

aditif pada industri pelapis dan cat; sebagai bahan antibeku, sumber nutrisi dalam

proses fermentasi, dan bahan baku untuk nitro gliserol. Sintesis gliserol menjadi

produk turunannya memiliki jalur yang cukup sederhana. Jalur sintesis gliserol

menjadi produk-produk turunannya digambarkan pada Gambar 7.

Pengembangan pemanfaatan limbah industri biofuel dapat menciptakan

pengembangan industri biofuel yang terintegrasi. Melalui pengembangan industri

biofuel terintergrasi diharapkan dapat tercipta biaya produksi yang efektif dan

efisien. Dengan demikian akan mendorong terciptanya industri biofuel Nasional

yang kompetitif. Gambar 8 merupakan gambaran integrasi industri biofuel

(biodiesel).

25

Page 26: FINAL PROFIL INVESTASI

Gambar 7. Gliserol Platforms (Tyson, 2003).

26

Page 27: FINAL PROFIL INVESTASI

Gambar 8. Industri Biodiesel Terintegrasi.

Pengembangan biofuel dimasa yang akan datang sangat prospektif untuk

dikembangkan. Menipisnya cadangan minyak nasional dan harga minyak dunia

yang semakin meningkat, akan berimplikasi terhadap permintaan biofuel yang

semakin meningkat. Peningkatan permintaan biofuel nasional akan berpengaruh

terhadap hasil samping yang dihasilkan dari proses produksi biofuel yang harus

diantisipasi bagaimana cara pengolahannya. Melalui pengembangan teknologi

pemanfaatan hasil samping industri biofuel menjadi produk-produk turunannya

dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketersediaan hasil samping industri biofuel

yang tidak terkendali. Beberapa Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian telah

memulai untuk memikirkan dan mengembangkan pemanfaatan limbah dan hasil

samping yang dihasilkan dari proses produksi biofuel. Pengembangan teknologi

pemanfaatan hasil samping dapat memberikan point positif, yaitu mendukung

terciptanya industri biofuel yang kompetitif berbasiskan IPTEK yang berdaya

saing tinggi.

27

Page 28: FINAL PROFIL INVESTASI

Perlu juga dilakukan penelitian mengenai produk turunan dari gliserol

yang dapat digunakan sebagai bahan aditif biodiesel. Penelitian pengembangan

bahan aditif untuk biodiesel dilatarbelakangi oleh karakteristik biodiesel yang

dihasilkan saat ini masih memiliki kelemahan. Kelemahan yang dimiliki

diantaranya adalah nilai viskositas biodiesel yang tinggi, dan nilai titik tuang serta

titik kabut biodiesel tinggi apabila dibandingkan dengan solar. Nilai viskositas

yang tinggi akan menyulitkan pemompaan/pemasukan bahan bakar dari tangki ke

ruang bahan bakar mesin. Karakteristik ini dapat kita lihat dari nilai viskositas

kinematik biodiesel yang lebih rendah jika dibandingkan dengan solar. Nilai

viskositas kinematik biodiesel dan solar masing-masing adalah 3,5-5 Cst dan 5,2

Cst.

Nilai titik tuang dan titik kabut biodiesel yang tinggi menyebabkan

biodiesel sulit untuk terbakar pada suhu rendah. Karakteristik ini kurang

menguntungkan bagi pengembangan biodiesel di negara-negara yang mempunyai

empat musim. Penambahan bahan aditif ke dalam biodiesel merupakan upaya

yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kelemahan yang dimiliki biodiesel.

Pemanfaatan gliserol sebagai bahan aditif dilakukan dengan mensintesis gliserol

menjadi senyawaan beroksigen. Di dalam US Patent 5306835, 1994, diketahui

bahwa tambahan 20% senyawaan gliserol beroksigen pada biodiesel dapat

mengurangi 5ºC titik kabut dan mengurangi viskositas biodiesel sampai sebesar 8

%. Pengembangan bahan aditif biodiesel dari gliserol yang dihasilkan dari proses

produksi biodiesel memberikan beberapa keuntungan, diantaranya yaitu dapat

memperbaiki karakteristik biodiesel, meningkatkan nilai tambah biodiesel dan

gliserol, serta meningkatkan efisiensi proses produksi biodiesel.

Beberapa penelitian lain berkaitan dengan pemanfaatan limbah dan hasil

samping yang perlu dikembangkan yaitu proses ekstraksi β-karoten dan

tokotrienol dari biodiesel minyak sawit dan recovery katalis yang digunakan pada

pembuatan biodiesel dengan menggunakan katalis padat. Minyak sawit

merupakan salah satu sumber bahan baku biodiesel yang potensial di Indonesia

(total produksi pada akhir tahun 2006 ini mencapai 17,2 juta ton). Penggunaan

minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel, tidak hanya menghasilkan gliserol

sebagai hasil sampingnya, namun lebih jauh minyak sawit mengandung

28

Page 29: FINAL PROFIL INVESTASI

komponen-komponen minor yang terikut ketika minyak sawit terkonversi menjadi

biodiesel. Tokotrienol merupakan sumber vitamin E dan di dalam minyak sawit

kasar atau CPO terkandung sekitar 600-700 ppm tokotrienol. Konversi minyak

sawit menjadi metil ester, akan tetap mempertahankan keutuhan tokotrienol di

dalam metil ester. Proses pembuatan metil ester pada suhu yang relatif rendah

yang tidak cukup untuk merusak komponen tokotrienol dalam metil ester. Isolasi

komponen tokotrienol metil ester minyak sawit akan dapat meningkatkan nilai

tambah dari metil ester yang dihasilkan.

Hasil samping industri biofuel memiliki potensi yang besar untuk

dikembangkan. Beberapa riset lain yang perlu dikembangkan oleh Perguruan

Tinggi dan Lembaga Penelitian dalam menunjang terciptanya industri biofuel

yang kompetitif melalui pengembangan hasil samping industri biofuel diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Proses produksi glisidol dari gliserol 2. Proses produksi ester dari gliserol 3. Proses produksi eter dan ester gliserol karbonat4. Proses produksi alkohol dari glisidol5. Proses produksi PLA analog menggunakan oksidasi katalitik dari gliserol6. Proses produksi polimer dari gliserol7. Proses produksi nilon dari gliserol8. Proses produksi gliserol menjadi berbagai produk seperti fluoroaseton,

asam tratronik, dihidroksiaseton, asam gliserik, asam hidroksipirufik, serin & glisin, gliserol karbonat, acetal dan ketals, hidroksieter, triakrilat ester, trimetakrilat ester, triallil eter, trivinil eter, trialkil eter, trialkil eter, hidroksikarbosilik, asam eter, gliserofosfat, glikosilate, poliester, asam glisero amino ester, nitro gliserol, aminogliserol, tiogliserol, trigliserida, digliserida, MAGs ketals, MAG Sulfat, Monogliserida (MAGs), MAG polioksialkilen gliserol, Di- & Trialkil eter, Monobenzil eter, Monometil eter, Poliuretan, Gliserol propilat, etoksilat, Poligliserol ester, Poligliserol eter sulfat, Poligliserol eter, Polihidroksialkanoat, Poligliserol, dan 1,3-Propanediol.

9. Proses pemisahan karbohidrat dan protein dari bungkil biji jarak pagar

10. Proses produksi protein isolat dari bungkil biji jarak pagar11. Proses pembuatan pupuk dari sludge limbah industri bioetanol 12. Aplikasi gliserol karbonat untuk kosmetika, personal care product,

deterjen, bahan pelapis (coating), polimer, pemisahan gas, dan pelarut13. Analisis efisiensi produksi produk turunan hasil samping industri

biodiesel dan bioetanol14. Analisis kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam

pengembangan produk turunan hasil samping industri biodiesel dan bioetanol.

29

Page 30: FINAL PROFIL INVESTASI

15. Studi kelayakan pendirian industri produk turunan biodiesel dan bioetanol.

30