final ppd

13

Click here to load reader

Upload: dhanda1

Post on 04-Oct-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Permasalahan Pembelajaran Matematika Pada Anak Usia Dini, Anak-Anak, Dan Remaja (Analisis dan Alternatif solusi)

1. Peserta didik anak usia diniMasalah : Anak usia dini (2-5 tahun) cenderung aktif; suka bergerak, tidak dapat diam untuk waktu lama, rasa ingin tahu akan hal baru sangat besar, kadang hanya memperhatikan subjek atau objek yang benar-benar membuatnya tertarik, kurang menguasai konsep pengenalan matematika (misal mengenal simbol angka 0-9, menulis angka, menghitung gambar yang ada di buku, mencocokkan antara angka dengan banyak benda yang ada).

Analisis :Berdasarkan teori perkembangan, anak-anak usia pra-sekolah umumnya sangat aktif, suka bergerak, berlari, dsb; sebenarnya hal ini normal dan menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasarnya berkembang dengan baik. Jadi, guru hanya perlu melatih kemampuan motorik halus dengan menyeimbangkan antara keduanya. Namun, hal yang menjadi masalah adalah anak-anak ini tak dapat diam, duduk dengan tenang memperhatikan guru; padahal sebenarnya dari segi kognitif, mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar dengan mengajukan berbagai macam pertanyaan, cenderung belajar dari sesuatu yang konkret (belum abstrak) pemikiran operasional formal. Menyikapi hal tersebut sebaiknya guru dapat memberikan metode pengajaran yang kreatif, penuh warna dan gambar (konkret), mengoptimalkan imajinasi mereka, menyampaikan materi yang membuat mereka tertarik dan merasa ingin tahu lebih jauh tentang hal tersebut.Dari segi sosio-emosional, anak-anak cenderung memiliki egosentrisme; mereka jarang sekali mau berbagi dengan yang lain. Jadi, guru sebaiknya mengadakan pembelajaran yang melibatkan kemampuan anak dalam kelompok.

Alternatif : Penggunaan media multimedia interaktif Pengenalan matematika dasar dengan observasi lingkungan Penggunaan permainan dan aktivitas lapangan Menggunakan media yang ada seperti buku, krayon, puzzle, lego, dll Kreatifitas dengan barang bekas kerajinan tangan

Langkah Operasional :Untuk langkah-langkah, sebaiknya guru dapat mengombinasikan kemampuan motorik kasar dan halusnya. Beberapa alternatif di atas sebenarnya dapat dikombinasikan sedemikian serupa karena memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. (1) Guru menyiapkan bahan yang diperlukan untuk pengajaran: Lembaran kertas yang memuat satu gambar objek yang belum diwarnai dengan jumlah masing-masing berbeda, misalnya jika dalam 1 kelas berisi 20 anak; 4 lembar gambar apel, 5 lembar gambar mangga, dst Pewarna, untuk mewarna dapat dikreasikan dengan menggunakan teknik mosaik dari kertas warna yang dipotong kecil-kecil atau cukup dengan pensil warna, krayon, dsb. (2) Pengenalan matematika dengan objek konkret (pemikiran pra-operasional) yang ada di lingkungan sekolah, guru dapat mengajak murid untuk berkeliling sekolah dengan menyanyi lagu anak-anak (lebih baik jika berkaitan dengan pengenalan angka)(3) Berhenti di suatu titik, mulai menghitung beberapa benda yang ada di sekitar misalnya, ada berapa banyak batu, pintu, topi, botol minum, kue, dan seterusnya (0-9)(4) Guru boleh mengajak murid ke ruang kelas atau berada di luar kelas, lalu membagikan gambar yang telah disiapkan sebelumnya(5) Guru meminta anak-anak mewarnai gambar tersebut dengan bahan yang ada (opsional, pewarna/mosaik), disarankan dengan teknik mosaik karena melatih kreatifitas, motorik halus, sekaligus mengembangkan sosial-emosional(6) Setelah selesai, murid diminta untuk berkelompok sesuai dengan gambar yang mereka dapatkan(7) Kemudian, mereka diminta menghitung ada berapa banyak gambar yang ada di kelompok masing-masing tanpa memberitahu kelompok lain(8) Bermain tebak-tebakan, masing-masing kelompok diminta menghitung pula jumlah gambar di kelompok lawan, yang benar mendapat reward(9) Guru boleh melanjutkan dengan materi pengenalan simbol angka

2. Peserta didik anak-anak (SD)Masalah : Pemahaman konsep kurang, lebih cenderung menghafal rumus, lebih suka rumus cepat, terlalu banyak rumus yang diberikan oleh guru belajar menjadi beban, kurang menyukai soal berbentuk pemecahan masalah, belajar kurang efektif karena materi matematika abstrak

Analisis :Dari segi fisik, perkembangan fisik dan otak anak usia 6-12 tahun lebih matang. Di usia sekolah mereka dapat duduk tenang dan memperhatikan guru. Kemampuan motorik juga lebih berkembang dibanding anak usia dini, mereka masih gemar mewarna, menggambar, membuat kerajinan tangan dengan hasil yang lebih baik dibanding prakarya pada saat usia dini.Dari segi kognitif, anak-anak ini berada pada tahap pemikiran operasional konkret, cenderung berpikir ke arah konkret, rasional, dan objektif. Secara natural, cara belajar terbaik mereka adalah secara nyata melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka. Daya ingatnya menguat. Konsep sedapat mungkin diajarkan dengan dilihat, dipegang, dan dimainkan, digambar, diucapkan, lalu ditulis. Sebaiknya, guru menyampaikan materi menggunakan media peraga yang konkret (sulit memahami materi yang abstrak, contohnya materi bilangan puluhan-ratusan-dst; operasi bilangan; juga sulit menerapakan rumus pada bentuk soal cerita) sehingga mereka mampu menangkap konsep dari materi tersebut atau bisa menggunakan media multimedia interaktif.Dari segi sosio-emosional, anak-anak usia sekolah ini mulai menghilangkan sifat egoisnya, mereka mulai berbagi pada teman-teman terdekat, dan mampu bekerja sama dalam team. Guru dapat mengoptimalkan tahap ini dengan pembelajaran dalam kelompok.

Alternatif : Penggunaan media multimedia interaktif Membuat mind map, jembatan keledai Pemecahan masalah secara kelompok Penggunaan media peraga oleh peserta didik yang didampingi guru

Langkah Operasional :Seperti sebelumnya, kita dapat mengombinasikan beberapa alternatif pemecahan masalah; penggunaan multimedia interaktif dan peraga, pemecahan masalah kelompok.(1) Guru menyiapkan media multimedia interaktif tentang materi yang akan disiapkan, lembaran soal tentang aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita), persiapan untuk bahan peragaAlat peraga : Balok peraga, stik es krim, bola, media gambar, dll(2) Lalu guru memberikan apersepsi (pendahuluan) yang berkaitan dengan kehidupan nyata(3) Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok (4) Menggunakan media multimedia interaktif yang diselingi dengan penjelasan langsung dari guru(5) Memberi masing-masing kelompok, alat peraga dan lembaran soal(6) Setiap kelompok diminta memperagakan masing-masing satu soal dengan alat peraga yang ada(7) Membuat kalimat matematika dan memproses penghitungan dengan proses yang benar(8) Bagi kelompok yang menjawab dengan tepat dan proses menghitung yang benar akan mendapat reward(9) Guru menutup dengan membacakan kesimpulan

3. Peserta didik remaja Masalah :Pemahaman konsep kurang, lebih cenderung menghafal rumus ketimbang memahami bagaimana rumus tersebut ditemukan, lebih suka rumus cepat, terlalu banyak rumus yang diberikan oleh guru belajar menjadi beban, kurang menyukai soal berbentuk pemecahan masalah, sering menerapkan SKS (Sistem Kebut Semalam) dalam menghadapi ujian, sulit mengerjakan soal tingkat sulit (biasanya menggunakan banyak rumus)

Analisis :Dari segi fisik, remaja mengalami perubahan fisik yang lebih matang dibanding anak-anak. Mereka mengalami perubahan seks primer dan sekunder yang mana menyebabkan perubahan fisik yang jelas terlihat. Terkadang, mereka juga mengalami gangguan hormon tubuh yang sering membuat mood menjadi naik-turun. Hal inilah yang sering mengganggu semangat belajar mereka, oleh sebab itu guru perlu memahami hal tersebut dan mampu menciptakan kondisi kelas yang nyaman.Dari segi kognitif, remaja memiliki pemikiran operasional formal yaitu mampu berpikir dengan cara-cara yang lebih abstrak, idealistis, dan logis daripada ketika mereka anak-anak. Namun karena kurang mendapat pengalaman, pada beberapa remaja pemikiran tersebut tidak dapat berkembang dengan optimal, oleh sebab itu guru perlu mengembangkan metode pembelajaran yang efektif dan memberikan banyak latihan yang cukup.Dari segi sosio-emosional, seperti yang dijelaskan di atas mood belajar rremaja sering naik-turun. Mereka cenderung menentang, memberontak, tidak mematuhi aturan, ingin mencoba sesuatu yang baru, mengganggap tiada satu orang pun yang peduli akan perasaan mereka. Guru sebaiknya tidak hanya menjadi pendidik namun juga menjadi sahabat yang mampu mendengarkan cerita dari murid dan memberi saran yang membangun.

Alternatif : Penggunaan media multimedia interaktif Membuat mind map, jembatan keledai Pemecahan masalah secara kelompok Metode debat, kelas dibagi 2 kelompok ; pro dan kontra Metode tim ahli, presentasi di depan kelas untuk beberapa subbab

Langkah Operasional :Seperti sebelumnya, kita dapat mengombinasikan beberapa alternatif pemecahan masalah; penggunaan multimedia interaktif, pemecahan masalah kelompok, dan mind map.(1) Guru menyiapkan media multimedia interaktif tentang materi yang akan disiapkan, lembaran soal tentang aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (soal cerita)(2) Lalu guru memberikan apersepsi (pendahuluan) yang berkaitan dengan kehidupan nyata(3) Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok (4) Menggunakan media multimedia interaktif yang diselingi dengan penjelasan langsung dari guru(5) Memberikan lembaran soal dan meminta murid untuk menyelesaikan soal cerita tersebut dalam kelompok, bagi kelompok yang menjawab dengan tepat akan mendapat reward(6) Sebagai penutup, guru membacakan kesimpulan dan meminta masing-masing kelompok membuat peta pikiran dari materi yang telah disampaikan sekreatif mungkin (dengan menggunakan berbagai media: misalnya karton yang diberi gambar, warna, dan tulisan yang ditata sedemikian rupa sehingga terlihat menarik atau dengan media desain grafis dari software aplikasi grafis komputer) dan bagi kelompok yang membuat karya paling menarik akan mendapat hadiah, karyanya dipasang di mading kelas

Metode alternatif lain :(1) Guru menyampaikan apersepsi awal dan menjelaskan konsep dasar materi (lebih baik jika disertai alat peraga misal : bangun datar atau ruang)(2) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen(3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain(4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan(5) Setelah selesai diskusi, dua orang dari masing-masing kelompok bertugas menjadi tamu bagi kelompok lain(6) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka(7) Dua orang yang menjadi tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan menceritakan informasi yang mereka dapat(8) Kelas berdiskusi tentang semua informasi yang didapat ditutup dengan kesimpulan dari guru(9) Boleh dilanjutkan dengan tugas pembuatan proyek mind map untuk lebih memahami konsep