final paper om final banget banget.pdf
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
(Studi Kasus CARREFOUR INDONESIA)
Yayan Fadlanza
14/374030/PEK/19646 Email : [email protected]
Jurusan Magister Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Supply Chain Management merupakan salah satu alternatif yang menjadi pilihan oleh pebisnis
ritel dalam memenangi persaingan dengan kompetitornya. Penerapan Teknologi Informasi
merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya sistem Supply Chain Management yang
terintegrasi. Carrefour Indonesia merupakan salah satu perushaan yang menerapkan teknologi
dalam perancangan sistem Supply Chain Management, dimana Carefour Indonesia
menggunakan dukungan Enterprise Resource Planning yang terintegrasi dengan software
InfoLog dan RFID (Radio Frequency Identification). Model pendetribusin yang digunakan
oleh Carrefour Indonesia adalah Cross Docking dimana Carrefour Indonesia mempunyai 2 DC
(Distribution Center) sebagai gudang pusat penampungan barang sebelum didistribusikan ke
setiap gerai dari Carrefour. Carrefour Indonesia kini dapat meningkatkan efisiensi dalam mata
rantai pasok dengan pemasok (supplier) dan juga memiliki keunggulan kompetitif (competitive
advantages) yang memberi nilai lebih Carrefour dibandingkan bisnis ritel yang lain.
Kata kunci : supply chain management, enterprise resource planning, cross docking
I. PENDAHULUAN
Supply Chain Management merupakan salah satu komponen yang memegang peranan
penting dalam industri ritel. Dalam bisnis ritel kemampuan memenuhi permintaan, waktu
tunggu dan waktu pengiriman yang pendek merupakan indikator untuk menilai tingkat respon
terhadap konsumen. Hal ini menjadi penting dimana Supply Chain Management merupakan
salah satu alternatif yang menjadi pilihan oleh pebisnis ritel dalam memenangi persaingan
dengan kompetitornya. Supply Chain Management mencakup aspek-aspek dalam
memenangkan persaingan global dengan berbasis fokus konsumen dan kualitas yang
didukung kompetensi perusahaan seperti keterlibatan konsumen, manajemen persediaan,
teknologi, pengembangan produk, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Penerapan
Teknologi Informasi merupakan salah satu faktor pendukung terciptanya sistem Supply Chain
Management yang terintegrasi. Dimana dalam hal ini akan mengurangi kompleksitas dari
permintaan konsumen, persaingan global yang kompetitif dan peningkatan kinerja perusahaan
2
dalam pemenuhan kebutuhan pasar. Dalam makalah ini akan membahas bagaiman Carrefour
Indonesia menerpakan strategi dalam Supply Chain Management sebagai salah satu alternatif
dalam memenagi bisnis ritel di Indonesia yang terus berkembang.
II. LANDASAN TEORI
A. Definisi Supply Chain Management
Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :
1. Pires, et.al. (2001) mengartikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai
Pasokan) sebagai sebuah jaringan supplier, manufaktur, perakitan, distribusi, dan
fasilitas logistik yang membentuk fungsi pembelian dari material, transformasi material
menjadi barang setengah jadi maupun produk jadi, dan proses distribusi dari produk-
produk tersebut ke konsumen.
2. Heizer & Rander (2004), mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen
Rantai Pasokan) sebagai kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka
memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan
barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem
distribusi.
Secara umum Supply Chain Management merupakan manajemen dari delapan kunci proses
bisnis berikut :
1. Customer relationship management.
2. Customer service management.
3. Demand management
4. Order fulfillment.
5. Manufacturing flow management.
6. Procurement
7. Product development and commercialization.
8. Returns.
Keberhasilan dalam memanajemen kedelapan kunci proses bisnis tersebut sangat
bergantung dari dukungan eksekutif, kepemimpinan, komitmen untuk berubah, dan
empowerment.
B. Komponen Dalam Supply Chain Management
Manajemen rantai pasok dipandang sebagai suatu bagian terintegrasi yang
menghubungkan bagian hulu (upstream) dan hilir (downstream) dalam suatu proses yang
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi tuntutan pelanggan. Integrasi harus dicapai
3
untuk seluruh mata rantai yang terlibat dalam pengadaan barang, mulai dari hulu (pemasok)
sampai ke hilir (konsumen). Oleh karena itu manajemen rantai pasok lebih fokus kepada
pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait, sampai barang dalam bentuk produk
jadi diterima oleh end user (pengguna yang sebenarnya). Ada beberapa pemain utama dalam
Supply chain yang terdiri dari pemasok, manufacturer, distribution, retail outlets, dan
customer, sebagaimana dijelaskan berikut ini (Indrajit dan Djokopranoto,2002).
Chain 1: Pemasok
Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran
barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan
penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya.
Chain 1-2: Pemasok > Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer atau plants atau
assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi,
mengasembling, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing).
Chain 1-2-3: Pemasok > Manufacturer > Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah harus disalurkan kepada
pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum
adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang
dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
besar dalam jumlah besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer.
Chain 1-2-3-4: Pemasok > Manufacturer > Distribution > Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa
dari pihak lain. Gudang ini berguna dalam menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak
pengecer. Disini terdapat kesempatan untuk melakukan penghematan dalam bentuk jumlah
inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman
barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer.
Chain 1-2-3-4-5: Pemasok > Manufacturer > Distribution > Retail Outlet >
Customers
Melalui outlet para pengecer ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelanggan
atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko
4
serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, dan sebagainya. Mata rantai supply baru benar-
benar berhenti apabila barang sampai pada end user (pemakai yang sebenarnya).
C. Sistem ERP (Enterprise Resource Planning)
Teknologi Enterprise Resources Planning (ERP) merupakan sebuah sistem yang
mengintegrasikan seluruh proses bisnis/departemen-departemen serta unit-unit bisnis dalam
suatu perusahaan dengan menggunakan single data entry (Hamilton, 2002). Dalam pengertian
yang lain ERP dapat diartikan sebagai sebuah paket software/aplikasi yang digunakan untuk
kebutuhan sistem bisnis dalam mendukung sistem perusahaan (Gelinas, 2008). Berdasarkan
tujuannya, implementasi teknologi ERP di dalam sebuah perusahaan antara lain melakukan
integrasi antara perencanaan penjualan dan perencanaan produksi, mengoptimalkan jumlah
persediaan guna meningkatkan cash flow perusahaan, dan meningkatkan nilai kepuasan
terhadap pelanggan dengan melalui sistem pengiriman, distribusi gudang dan fungsi
administrasi lainnya. Sistem ini juga memiliki keunggulan dimana dapat di-integrasikan
dengan sistem/teknologi lain dengan menggunakan aplikasi middleware seperti SCM, CRM,
RFID, SRM, PLM. Dengan kemampuan tersebut keuntungan yang diperoleh dari implementasi
sistem dapat lebih dirasakan oleh perusahaan.
D. Teknologi RFID (Radio Frequency Identification)
Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) adalah sebuah pengembangan
teknologi pengambilan data secara otomatik atau pengenalan atau identifikasi obyek
(Kenzeller,1999). Identifikasi obyek atau data pada teknologi RFID dilakukan dengan
mencocokkan data yang tersimpan dalam memori tag/transponder dengan data yang
dikirimkan oleh reader. RFID dibentuk oleh tiga komponen utama yaitu tag (transponder), Tag
reader dan antenna.
III. PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan PT. Carrefour Indonesia
Carrefour di Indonesia berdiri pada tahun 1996 dengan membuka gerai pertama di
Cempaka Putih pada bulan Oktober 1998. Carrefour Indonesia telah beroperasi di 83 gerai,
yang tersebar di 28 kota/kabupaten di Indonesia. Carrefour menawarkan lebih dari 40.000
produk dengan kemitraan dengan sekitar 4.000 pemasok yang hampir 70% merupakan pelaku
UKM (Usaha Kecil Menengah). Carrefour Indonesia berubah sejak tahun 2010 dengan
komposisi saham tunggal terbesar dikuasai oleh Trans Corp dengan komposisi saham: Trans
Corp (40%); Carrefour SA (39%); Onesia BV (11,5%); Carrefour Netherland BV (9,5%).
5
Fokus terhadap konsumen merupakan 3 pilar utama yang diyakini akan dapat membuat
Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama
tersebut adalah sebagai berikut :
Harga produk yang bersaing
Menawarkan Pilihan produk yang lengkap
Pelayanan yang memuaskan
Tahun 2008 PT.Carrefour Indonesia berhasil menyelesaikan proses akuisisi terhadap PT.
Alfa Retailindo Tbk. Saat ini Carrefour Indonesia memiliki lebih dari 60 gerai yang tersebar di
Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Medan, Palembang dan
Makasar. Carrefour Indonesia juga memiliki lebih dari 11.000 karyawan profesional yang siap
untuk melayani kebutuhan para konsumen. Konsep yang disajikan oleh Carrefour Indonesia
adalah konsep toko serba ada yang dirancang dengan mengedepankan pelayanan yang
memuaskan bassgi para konsumennya. Carrefour Indonesia menjadi suatu alternatif belanja
pilihan bagi seluruh keluarga. Ditambah dengan adanya fasilitas-fasilitas penunjang seperti
food court, parkir gratis di gerai-gerai tertentu, bahkan dengan adanya garansi harga dan
garansi kualitas, maka paserba Carrefour benar - benar merupakan tempat belanja pilihan bagi
keluarga.
B. E-Business Carrefour Indonesia
Untuk mengatasi masalah persediaan stock barang, Carrefour menerapkan strategi
Supply Chain Management (Manajemen Rantai Suplai/Pasokan) yang terintegrasi. Untuk
memudahkan pelaksanaan Supply Chain Management yang terintegrasi tersebut
maka,Carrefour menerapkan penggunaan IT di dalam pelaksanaannya (e-bussiness).
Penerapan E-Business di Carrefour Indonesia dimulai sejak tahun 2007. Penerapan E-Business
dilakukan untuk mengoptimalkan proses bisnis yang ada di Carrefour terutama dalam hal
Supply Chain Management dan Cutomer Relationship Management. Hal ini diatur untuk
memudahkan kerja antara gerai dan pemasok (supplier). Sedangkan manajemen relasi
pelanggan bertujuan untuk mengelola hubungan dengan pelenggan dan juga untuk menilai
tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan dari Carrefour Indonesia.
C. Implementasi Supply Chain Management lama di Carrefour Indonesia
Carrefour telah menerapkan Supply Chain Management sejak lama bahkan sejak
Carrefour Indonesia baru memiliki beberapa gerai. Supply Chain Management yang digunakan
masih sangat sederhana dengan fungsi untuk membantu proses penerimaan barang di gerai ritel
6
dan hanya berfokus pada barang siap saji. Beberapa kendala yang dihadapi Carrefour dalam
melakukan implementasi SCM yang lama diantaranya adalah :
1. Sistem informasi tidak efektif dan efisien.
Pengolahan data menjadi tidak akurat dan sulitnya mengatur dan mengontrol
aktivitas supply, produksi, dan pengiriman di setiap gerai yang ada..
2. Kendala komunikasi antar Carrefour dengan pemasok.
Terjadinya kesalahan informasi dengan pemasok, termasuk dengan data
pengiriman. Kondisi ini juga tentunya dialami pemasoknya karena bagaimanapun
keseluruhannya merupakan satu mata rantai. Selain mengalami hal yang serupa,
pemasok juga harus mengalami kesulitan dalam hal pendistribusian barang karena
harus memasok sendiri ke seluruh gerai yang dimiliki Carrefour.
3. Lost of sales
Kendala ketersediaan stok barang bagi pelanggannya. Konsumen yang seharusnya
dapat membeli barang-barang yang mereka butuhkan, tetapi karena waktu
pemasukan barang yang terlambat dan kerusakan barang menbuat konsumen tidak
bias mendapatkan produk yang dibutuhkan
D. Implementasi Supply Chain Management baru di Carrefour Indonesia
Supply Chain Management di Carrefour Indonesia menggunakan penerapan integrasi
dari IT. Dimana dalam Supply Chain Management yang diaplikasikan di Carrefour Indonesia
ini menghubungkan antar proses bisnis antara pemasok, pelanggan, dan rekanan bisnis yang
memungkinkan terhubung dalam satu jaringan. Dalam hal ini aplikasi ERP (Enterprise
Resource Planning) yang digunakan oleh Carrefour Indonesia adalah Software InfoLog
Solution PVT Ltd. Fugsi dari software InfoLog ini sendiri adalah untuk:
1. Proses dalam rantai pasokan bisa diintegrasikan menjadi lebih optimal.
2. Sistem ini memudahkan kolaborasi Carrefour dengan para pemasok.
Gambar 1. Tampilan dari InfoLog
7
Pennggunaan perangkat lunak InfoLog sebagai sebuah cross functional inter-enterprise
system telah mengubah tatanan proses Supply Chain Management di Carrefour. Salah satu
perubahan yang cukup signifikan terlihat adalah munculnya distribution center sebagai pusat
penerimaan barang dari seluruh pemasok Carrefour. Pemasok tidak lagi harus mengantar
barang yang akan dijual ke masing-masing gerai, namun cukup mengirimkannya ke
distribution center baru kemudian akan dikirimkan ke masing-masing gerai Carrefour sesuai
dengan jumlah unit yang dibutuhkan. Rantai pasokan yang dibangun Carrefour ini berdasarkan
perhitungan tingkat optimasi dari pabrik atau pemasok sampai ke rak (shelf) gerai. Dalam hal
ini Carrefour membutuhkan analisis dari setiap jenis produk dan supply chain pemasok.
Metode yang dipakai Carrefour untuk SCM ini dengan menerapkan proses Just-in-time (JIT)
di pusat distribusi (Distribution Center/DC), yang disebut Cross Dock. Penerapan Just in Time
ini ditujukan untuk mengefisienkan proses sehingga tidak perlu adanya stock di Distribution
Center (DC). Hal ini mempengaruhi pada waktu tinggal barang dalam DC warehouse dimana
pemasok mengirim barang pada hari itu maka keesokan harinya barang tersebut sudah
didistribusikan ke gerai ritel. Cross Dock memungkinkan prosesnya lebih transparan dalam
pendistribusian produk karena tidak ada produk yang terdegradasi (tertinggal) di gudang.
Sehingga supplier dapat mengirimkan ke Distributin Center dengan jumlah yang lebih efisien
dan lebih optimal. Selanjutnya, barang dari berbagai pemasok itu akan dipilah-pilah sesuai
dengan permintaan gerai ritel. Sehingga pengiriman ke gerai ritel hanya membawa barang-
barang yang memang dibutuhkan oleh gerai tersebut. Selain itu sistem ini juga dapat memantau
proses pergerakan fisik produk selain juga memperhatikan pula aliran informasinya. Carrefour
membangun perubahan dalam Supply Chain Management dengan mengandalkan dukungan
pemasok terhadap efisiensi yang diciptakan dalam rantai pasokan ini. Sistem yang digunakan
bersifat just in time dan disebut cross dock. Skema seperti terlihat pada Gambar dibawah ini :
Gambar 2. Sistem Cross Dock Carrefour Indonesia
8
Perangkat lunak InfoLog Carrefour juga menangani beberapa proses bisnis dalam
Supply Chain Management Carrefour yaitu meliputi:
Inbound Logistics
Inbound logistics merupakan aktivitas penerimaan dan penggudangan barang. Kegiatan
ini meliputi:
a. Advanced Shipping Notification (ASN)
Kegiatan ini juga dikenal dengan vendor confirmation, dimana informasi yang
diberikan oleh pemasok atau rekanan bisnis eksternal lainnya seputar barangnya
yang dipesan termasuk di dalamnya kuantitas yang dipesan. Sebuah ASN dapat
berupa konfirmasi pemasukan barang atau pengangkutan, pernyataan pemesanan,
atau notifikasi pengiriman. Carrefour menggunakan sistem ini untuk menjamin
bahwa yang dikirim sesuai dengan apa yang dipesan. Sistem ini juga menjamin
bahwa spesifikasi barang yang dikirim sama dengan yang dipesan sehingga dapat
meminimalisir biaya akibat retur.
b. Reservation
Revervasi lokasi untuk penempatan barang di gudang dilakukan berdasarkan
ASN yang diterima gudang dan disesuaikan dengan kode penempatannya di dalam
gudang.
c. Various Receipts
Proses inbound ini mengangani berbagai proses seperti blind, against ASN,
import, local, Stock Transfer, Cross Dock & Back to Back.
d. Convertion
Barang yang diterima umumnya berupa dalam satuan pack, sementara satuan
yang digunakan dalam rangka penyimpanan barang di distribution center Carrefour
adalah sistem Stock Keeping Unit (SKU). Oleh karena itu barang yang diterima
dilakukan pengkonversian satua pack menjadi SKU. Sedangkan penangkapan yang
dimaksud adalah proses pengambilan kode dari masin-masing SKU yang telah
ditetapkan melalui RFID.
e. Put Away
Put away merupakan sebuah proses memindahkan persediaan dari pengangkut
ke gudang penyimpanan. Istilah ini juga digunakan untuk pemindahan yang
dilakukan di dalam gudang sehingga menjadi lebih efisien. Carrefour menggunakan
9
jenis system directed putaway yang telah terintegrasi dalam perangkat lunak
infolog. Keuntungan sistem ini adalah:
Sistem ini mengikuti aturan penyimpanan persediaan untuk meningkatkan
pemanfaatan ruang dan meningkatkan kapasitas penyimpanan
Pekerja gudang tidak harus hafal semua produk yang digudangkan untuk
menempatkan produk sesuai dengan kotak penyimpanannya
Sistem ini lebih cepat karena operator tidak perlu melihat kotak
penyimpanan untuk barang yang sama.
System directerd putaway memang dirancang dalam kerangka untuk
penggunaan satu lokasi penyimpanan terpusat (distribution center). Hal ini
sesuai dengan apa yang diterapkan Carrefour dalam pengelolaan gudangnya.
Setiap item barang memiliki tempat tertentu sesuai dengan tipe paketnya yang
dikenali satuannya sebagai SKU (Stock Keeping Unit).
Skema penyimpanannya menggunakan skema pengkodean ABC yang
didasarkan pada kecepatan barang. SKU kode A adalah SKU yang dipindahkan
lebih sering daripada kode B begitu seterusnya untuk kode C, dan seterusnya.
Dalam hal ini pengkodean tidak didasarkan pada jenis produk, berat, dimensi,
biaya, pelanggan, maupun pemasoknya.
Planning and Procurement Stock Logistics
Carrefour menetapkan tingkat persediaan yang diperlukan untuk menjalankan
operasional hariannya. Namun memang karena Carrefour sendiri menggunakan sistem
cross dock yang bersifat just in time sehingga persedian yang ada menjadi sangat minim
karena fungsi utama gudang Carrefour adalah untuk meredistribusi produk ke ritel-ritel.
Sistem yang digunakan oleh Carrefour Indonesia untuk mengontrol aliran order para
pemasok adalah Central Order Pool (COP). COP melakukan proses order otomatis
berdasarkan posisi stock di gerai dan parameter lain. Untuk pemesanan ini Carrefour
Indonesia menggunakan EDI (Electronic Data Intercharge) yang secara otomatis
melakukan pemesanan kepada supplier melalui purchase order online yang tersedia dalam
layanan web
10
Gambar 3. Aliran informasi pengadaan stock barang Carrefour
Warehouse
Terdapat dua gudang (warehouse) yang memiliki sebagai DC yang dimiliki sendiri oleh
Carrefour Infonesia. yaitu Distribution Center Pondok Ungu dan Distribution Center
Lebak Bulus keduanya terhubung dengan 83 gerai Carrefour diseluruh Indonesia.
Outbond Logistics
Outbond logistics merupakan proses pergerakan material yang terdiri atas proses
penyimpanan, pengangkutan, dan pendistribusian barang ke pelanggan. Pelanggan bagi
sistem outbound logistics Carrefour yang dimaksud adalah gerai-gerai Carrefour yang
tersebar di seluruh Indonesia. Aktivitas outbound logistics meliputi :
- Pembuatan daftar pengiriman ke luar DC
- Rekapitulasi jumlah pemesanan, distribusi, dan penjualan
- Pembuatan invoice pengiriman barang
IV. KESIMPULAN
1. Carrefour Indonesia menerapkan sistem Supply Chain Management yang terintegrasi
antara Warehouse Distribution Center dengan gerai ritel Carrefour yang tersebar di
berbagai wilayah di Indonesia.
2. Carrefour Indonesia mengalami transformasi yang cukup besar dalam pengelolaan
Supply Chain Managementnya dengan dukungan IT yang didukung oleh sistem ERP
(Enterprise Resource Planning).
3. Carrefour Indonesia menggunakan sistem cross docking dalam meningkatkan efisiensi
dalam mata rantai pasok dengan pemasok (supplier).
4. Dukungan integrasi teknologi dari RFID dan Software InfoLog Carrefour Indonesia
memiliki Competitive Advantages untuk bersaing dipasar ritel Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Pires, Silvio, Aravechia, Carlos. H.M. 2001, Measuring Supply Chain Performance, Orlando.
Gaspersz, Vincent, 2004. Production Planning and Inventory Control. Jakarta : Gramedia
H. Arman Nasution. 2007. Manajemen Industri. Jakarta : Grasindo
Heizer, Jay H and Render, Barry, 2004. Operation Management. New Jersey : Prenyice Hall