filsafat ambar dan berliana - copy
DESCRIPTION
Tugas KuliahTRANSCRIPT
MAKALAH
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
FILOSOFI POSTPOSITIVISTIK, PENELITIAN EKSPLORATIF,
FILOSOFI PENELITIAN KUALITATIF DAN MODEL PENELITIAN
KUALITATIF
Oleh:
Agustina Ambar Pertiwi 14708251090
Berliana Okta Aninda 14708251111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DESEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba menjelaskan unsur-
unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur
pengamatan, metode-metode penggantian dan perhitungan. Saat peneliti akan
memulai suatu penelitian, maka ia akan memulai suatu proyek penelitian
dengan asumsi-asumsi tertentu tentang bagaimana mereka akan mempelajari
apa yang akan mereka pelajari dalam penelitian. Asumsi ini berupa asumsi
yang memenuhi filosofis. Secara filosofis menurut Emzir (2013: 10) peneliti
membuat rancangan tentang apa itu pengetahuan (ontologi), bagaimana kita
mengetahuinya (epistemologi), apa nilai-nilai yang masuk kedalamnya,
bagaimana kita menulis tentangnya (retorika), dan proses untuk menkajinya
(metodologi).
Filsafat dibagi dalam dua buah pertanyaan utama, pertanyaan pertama
adalah persoalan tentang ilmu (fisika,biologi, social dan budaya) dan yang
kedua adalah persoalan tentang duduk perkara ilmu yang itu tidak terjawab
pada persoalan yang pertama. Dari sinilah muncul tiga paradigma penelitian
penting yang kemudian kita kenal dengan paradigma positivisme, post-
positivisme dan konstruktivisme. Metode penelitian kualitatif merupakan
salah satu metode penelitian post-post-positivistik yang mengarah ke ilmu
pengetahuan murni, yaitu ilmu-ilmu eksak (sains) atau logika matematis.
Post-positivistik mengutamakan sumber pengtahuan didalam
pengaplikasiannya.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam makalah ini yaitu filosofi postpositivistik,
penelitian eksploratif, filosofi penelitian kualitatif dan model penelitian
kualitatif.
C. Tujuan
1. Memahami filosofi postpositivistik
2. Memahami penelitian eksploratif
3. Memahami filosofi penelitian kualitatif
4. Memahami model penelitian kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILOSOFI POSTPOSITIVISTIK
Post-positivisme merupakan perbaikan positivisme yang dianggap
memiliki kelemahan-kelemahan, dan dianggap hanya mengandalkan
kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara
ontologis aliran post-positivisme bersifat kritikal realism dan menganggap
bahwa realitas memang ada dan sesuai dengan kenyataan dan hukum alam
tetapi mustahil realitas tersebut dapat dilihat secara benar oleh peneliti. Secara
epistomologis: Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas
yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas
seminimal mungkin. Secara metodologis adalah modified experimental/
manipulatif.
Post-positivisme merupakan sebuah aliran yang datang setelah
positivisme dan memang amat dekat dengan paradigma positivisme. Salah
satu indikator yang membedakan antara keduanya bahwa post positivisme
lebih mempercayai proses verifikasi terhadap suatu temuan hasil observasi
melalui berbagai macam metode. Dengan demikian suatu ilmu memang betul
mencapai objektivitas apabila telah diverifikasi oleh berbagai kalangan
dengan berbagai cara.
Asumsi dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-
positivisme menurut Phillips dan Burbules (2000):
1. Pengetahuan bersifat konjektural/ terkaan (dan antifondasional/ tidak
berlandasan apapun) bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan
kebenaran absolut. Bukti yang dibangun dalam penelitian sering kali
lemah dan tidak sempurna. Banyak peneliti yang mengatakan bahwa
mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya, tidak jarang mereka juga
gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring
sebagian klaim tersebut menjadi “klaim-klaim lain” yang kebenarannya
jauh lebih kuat. Sebagian besar penelitian kuantitatif, misalnya selalu
diawali dengan pengujian atas suatu teori.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan-pertimbangan
logis. Dalam praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan
menggunakan instrument-instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh
para partisipan atau dengan melakukan observasi mendalam di lokasi
penelitian.
4. Peneliti harus mampu mengembangkan statement-statement yang relevan
dan benar, statement-statement yang dapat menjelaskan situasi yang
sebenarnya atau dapat mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu
persoalan.
5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif, para peneliti
harus menguji kembali metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang
sekiranya mengandung bias.
Sedangkan pandangan postpositivistik menurut Creswell (Dwiningrum,
2013: 4) sebagai berikut:
1. Berpegang pada filsafat deterministik, timbulnya akibat atau outcome
diduga ditentukan oleh sejumlah faktor penyebab
2. Masalah yang dikaji adalah mengidentifikasi dan menilai faktor penyebab
timbulnya hasil atau outcome sebagaimana dalam eksperimen
3. Cenderung mereduksi gagasan menjadi lebih sempit, merumuskan ide-ide
untuk diuji dan dirumuskan menjadi hipotesis yang terdiri atas sejumlah
variabel atau pertanyaan penelitian
4. Pengetahuan yang dikembangkan melalui lensa postpositivistik didasarkan
pada kehati-hatian pengamatan dan pengukuran terhadap objektivitas
realitas yang ada.
Postpositivistik mulai dari teori, mengumpulkan data, melakukan
analisis, dan pengujian terhadap hipotesis nihil serta menarik kesimpulan
sebagai generalisasi temuan penelitian sampel terhadap populasinya.
B. PENELITIAN EKSPLORATIF
Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari
sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu dan dipakai yang
belum diketahui secara persis dan spesifik objek penelitiannya. Penelitian
eksploratif digunakan ketika tujuan utama penelitian adalah memperoleh
pengetahuan yang mendalam (misalnya “menemukan sesuatu yang belum
diketahui”) mengenai sesuatu masalah/hal/objek penelitian. Objek penelitian
eksploratif dapat berupa situasi sosial yang terdiri dari 3 (tiga) elemen, yaitu
tempat, pelaku, dan aktifitas serta peristia alam, kendaraan dan sebagainya.
Pada situasi sosial penelitian dapat dilakukan dengan mengamati secara
mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu (Sugiyono,
2007:50).
Masalah penelitian eksplorasi antara lain:
a. a topic is not well understood (topik belum dipahami dengan benar)
b. s/he doesn’t know enough about (something-yang bersangkutan/peneliti
belum tahu benar mengenainya/sesuatu yang akan diteliti)
c. an issue or problem where there are few or no earlier studies to refer to
(persoalan atau masalah yang sedikit sekali atau bahkan tidak ada sama
sekali hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan rujukan
mengenainya)
d. hardly anything is known about the matter at the outset of the project
(sejak awal proyek penelitian hampir tiada sesuatu apapun yang diketahui
mengenai masalah yang akan diteliti).
Contoh Penelitian Eksplorasi (Eksploratif):
Ketika isu sertifikasi profesi muncul ke permukaan, apa yang
dimaksudkan dengan sertifikasi masih diperdebatkan orang. Sebagian
memiliki pemahaman tertentu, sebagian lain memiliki pemahaman lain
lagi. Siapa yang melakukan sertifikasi juga bermacam-macam pandangan,
ada yang menyebutkan harus si empunya pendidikan akademik terkait, ada
yang memandang sertifikasi bagian asosiasi profesi, ada yang memandang
dilakukan bersama-sama. Hal tersebut yang muncul di media masa dan
cerita dari mulut ke mulut, ada yang berupa artikel ada pula berita para
pejabat.
Salah satu jabatan profesi adalah pustakawan. Menarik karenanya
untuk digali (dieksplor) pemahaman pustakawan dan tenaga perpustakaan
mengenainya. Pustakawan yang dijadikan sampel dari berbagai lembaga
(UNY, IAIN/UIN Sunan Kalijaga, UII, dan beberapa sekolah). Tidak
banyak, tapi cukup memberikan gambaran ragam pendapat mengenainya.
Pertanyaan diajukan agak terstruktur lewat angket semi terbuka. Ada
tambahan pendapat atau pandangan yang boleh dituliskan sebagai jawaban
atau opini di luar yang dituliskan dalam angket.
C. FILOSOFI PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok orang
(Creswell, 2010:4). Penelitian kualitatif digunakan ketika peneliti ingin
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena atau
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang
diteliti, berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang
yang diteliti dan tidak dapat diukur dengan angka.
Sugiyono (2013:24) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif digunakan
ketika masalah penelitian belum jelas sehingga peneliti perlu melakukan
eksplorasi terhadap objek/masalah yang akan diteliti, untuk memahami
makna di balik data yang tampak, dan untuk memahami interaksi sosial yang
terjadi. Selain itu, penelitian kualitatif juga dapat digunakan untuk meneliti
sejarah perkembangan dengan menggunakan data dokumentasi maupun
wawancara mendalam kepada orang yang dianggap tahu mengenai sejarah
perkembangan yang diteliti, untuk mengembangkan teori dengan
mengembangkan data yang diperoleh dari lapangan yang diawali dengan
melakukan penjelajahan, pengumpulan data mendalam, penemuan hipotesis,
verifikasi dengan pengumpulan data lebih mendalam, sehingga menjadi teori
baru, dan untuk memastikan kebenaran data dengan melakukan triangulasi.
Penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yaitu
memandang realita sosial sebagai sesuatu yang holostik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna dan hubungan gejala yang bersifat interaktif. Menurut
Creswell (2010:263) pandangan menyeluruh (holistic account) merupakan
suatu pandangan dimana peneliti berusaha membuat gambaran kompleks dari
suatu masalah atau isu yang diteliti. Penelitian kualitatif dilakukan dalam
kondisi yang alamiah (natural setting) dimana proses pengumpulan data dan
informasi dilakukan di lapangan/lokasi penelitian tempat objek mengalami isu
atau masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan
treatment atau manipulasi terhadap objek yang diteliti, tetapi berkomunikasi
secara langsung, dan melakukan pengamatan secara langsung terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diteliti.
Karakteristik penelitian kualitatif antara lain sebagai berikut:
1. Peneliti berperan sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument),
peneliti mengumpulkan data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau
waancara dengan para partisipan.
2. Beragam sumber data (multiple sources of data), peneliti mengumpulkan
data dari berbagai sumber seperti wawancara, observasi dan dokumentasi,
kemudian mereview semua data, menelaah dan mengolahnya.
3. Analisis data induktif (inductive data analysis), peneliti membangun pola,
kategori dan tema dari hal yang bersifat khusus ke umum (induktif).
4. Makna dari partisipan (participant’s meaning), peneliti fokus pada usaha
mempelajari makna yang disampaikan partisipan tentang masalah atau isu
penelitian.
5. Perspektif teoritis (theoritical lens), peneliti menggunakan perspektif
tertentu dalam penelitiannya, misalnya konsep kebudayaan, etnografi,
perbedaan gender dan sebagainya.
6. Bersifat penafsiran (interpretive), peneliti membuat suatu interpretasi atas
apa yang dilihat, dengar dan pahami.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini masih bersifat sementara,
tentatif dan akan mengalami perkembangan, bahkan mengalami perubahan
berdasarkan fakta yang ditemui peneliti di lapangan (fleksible). Proses
penelitian kualitatif berkembang secara dinamis. Hal ini berarti rencana awal
penelitian tidak harus terlaksana sepenuhnya karena dalam prosesnya setelah
peneliti masuk ke lapangan dan mulai mengumpulkan data, tahapan penelitian
dapat mengalami perubahan (misalnya pertanyaan-pertanyaan penelitian,
strategi penelitian, objek penelitian, dan lokasi penelitian).
Tahapan dalam pra-penelitian kualitatif yaitu (1) mengangkat
permasalahan; (2) menentukan topik penelitian; (3) menentukan fokus
penelitian; (4) bentuk rumusan masalah; (5) memaparkan tinjauan kepustakaan.
Sedangkan tahap penelitian kualitatif yaitu (1) tahap pra-lapangan; (2) tahap
pekerjaan lapangan; (3) memasuki lapangan; (4) berperan serta mengumpulkan
data; (5) menguji keabsahan data; (6) menganalisis data; dan (7) menguraikan
pembahasan.
D. MODEL PENELITIAN KUALITATIF
Desain/model penelitian kualitatif yang dapat digunakan peneliti dalam
melaksanakan penelitian kualitatif (Creswell, 2014:20) adalah sebagai berikut:
1. Action Research
Action research merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki, menelaah/mengkaji dan menemukan sesuatu yang memungkinkan
peneliti menggunakan tindakan yang sistematis untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Ruang lingkup dalam penelitian ini tidak
terlalu luas, berkaitan dengan penelaahan suatu perilaku
tertentu dari seseorang atau sekelompok orang tertentu di
lokasi tertentu dan mengkaji sampai sejauh mana dampak
perlakuan itu terhadap yang objek sedang diteliti.
Dalam penelitian action research peneliti tidak hanya melakukan
penelitian atas sebuah fenomena, tetapi juga melakukan perubahan dan
mempelajari perubahan fenomena dalam rangka perubahan suatu komunitas
yang diteliti. Karakteristik action research antara lain memiliki tujuan yang
dideskripsikan dengan jelas, berorientasi pada perubahan, dan berusaha
memberikan perubahan yang mempunyai nilai sosial yang positif.
Pengumpulan data dilakukan selama proses penelitian berlangsung
karena perubahan yang diamati oleh peneliti merupakan perubahan yang
belandaskan pada data penelitian. Dalam desain penelitian ini, pengetahuan
subjek/partisipan penelitian diperlukan dalam upaya menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh suatu komunitas yang diteliti. Selain itu,
keterlibatan subjek dalam proses penelitian juga diperlukan dalam hal
penelaahan masalah, pencarian solusi, bahkan dalam proses validasi hasil
penelitian.
Tahapan action research yaitu (1) perumusan konteks dan tujuan
pelaksanaan penelitian, (2) membangun (constructing): meliputi proses
pendiagnosis permasalahan penelitian, (3) merencanakan tindakan (planing
action): menentukan solusi yang akan digunakan untuk menyelesaian masalah,
(4) melaksanakan tindakan (taking action): proses imlementasi solusi dalam
menyelesaikan masalah penelitian, (5) evaluasi (evaluting): menguji apakah
solusi yang digunakan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam
penelitian.
2. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus (case study) merupakan sebuah eksplorasi/pendalaman
terhadap suatu sistem atau suatu kasus yang terjadi pada suatu waktu melalui
pengumpulan data secara terinci, mendalam dan melibatkan berbagai sumber
informasi berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Studi kasus (case study)
dilakukan ketika peneliti ingin meneliti/menyelidiki secara cermat suatu
program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu yang dibatasi
aktivitas dan waktu (Stake, 1995 dalam Creswell, 2014: 20).
Berdasarkan cara menganalisis data studi kasus terdiri dari: (1) Penelitian
studi kasus instrumental tunggal (single instrumental case study): penelitian
studi kasus yang dilakukan dengan menggunakan sebuah kasus untuk
menggambarkan suatu isu atau perhatian. Pada penelitian ini, penelitinya
memperhatikan dan mengkaji suatu isu yang menarik perhatiannya, dan
menggunakan sebuah kasus sebagai sarana (instrument) untuk
menggambarkannya secara terperinci, (2) penelitian studi kasus jamak
(collective or multiple case study): penelitian studi kasus yang menggunakan
banyak (lebih dari satu) isu/kasus di dalam satu penelitian, (3) penelitian studi
kasus mendalam (intrinsic case study): penelitian yang dilakukan pada suatu
kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi. Fokus penelitian ini
adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program, kejadian atau
kegiatan.
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian studi kasus antara lain: (1)
melakukan analisis yang mendalam mengenai kasus dan situasi yang
berkenaan dengan fokus yang diteliti, (2) berusaha memahami dari sudut
pandang orang yang diteliti, (3) mencatat berbagai aspek hubungan komunikasi
dan pengalaman, (4) menganalisis hubungan antar faktor dalam penelitian.
3. Etnografi
Etnografi merupakan desain penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif
dengan menggunakan pendekatan partisipasi peneliti dalam kelompok sosial
tertentu. Desain penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi
mendalam mengenai tingkah laku yang alami yang berikatan
dengan kebudayaan atau keseluruhan kelompok sosial
(mengungkap apa yang seseorang lakukan dan menjelaskan
mengapa mereka melakukannya).
Dalam desain penelitian etnografi, peneliti bertindak sebagai peneliti
sekaligus partisipan. Hal ini dilakukan karena peneliti harus benar-benar
menjadi bagian dari kehidupan subjek yang diteliti sehingga peneliti dapat
mengamati dalam konteks sosial dan kultural. Selain itu, partisipasi peneliti
dalam suatu penelitian berguna untuk menambah informasi bagaimana suatu
kelompok beraktifitas atau bekerja, perubahan apa yang terjadi pada suatu
kelompok dan bagaimana perubahan tersebut dapat mempengaruhi suatu
kelompok. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, epngamatan
partisipasi (studi lapangan) dan bukti dokumenter. Desain ini banyak
digunakan dalam bidang pendidikan untuk memahami budaya
kelas atau budaya sekolah.
Tahapan penelitian yang harus dilakukan dalam penelitian etnografi
meliputi (1) perumusan permasalahan yang akan diteliti, dimana perumusan
permasalahan dalam penelitian etnografi dipengaruhi oleh tujuan dan sasaran
dari penelitian etnografi; (2) penentuan masalah penelitian dan lokasi
penelitian (lokasi tunggal/single site dan lokasi majemuk/multi site); (3)
merancang studi lapang (observasi) yang akan dilakukan.
4. Grounded Theory
Grounded theory merupakan desain penelitian kualitatif
dimana peneliti menghasilkan atau memproduksi teori umum dan abstrak
maupun memperluas atau memodifikasi teori yang sudah ada yang berasal dari
proses aksi dan interaksi yang dilakukan oleh peneliti dengan subyek yang
diteliti. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan prosedur analisis sistematis
yang berstruktur, dalam penelitian peneliti mengunakan asumsi yang terbatas
terhada teori yang ada, hal ini bertujuan untuk memunculkan pemahaman dan
penemuan baru dalam penelitian (Tohir, 2013).
Grounded theory diarahkan pada penemuan atau minimal
menguatkan suatu teori, bersifat sistematis dimana peneliti
menerangkan konsep, proses, tindakan, atau interaksi suatu
topik pada level konseptual yang luas. Desain ini dilaksanakan
dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, cek
dan recek ke lapangan, studi perbandingan antar kategori,
hingga verifikasi sampai pada titik jenuh.
Beberapa strategi analisis kunci yang dikemukakan dalam
grounded theory yaitu coding, memoing, diagram terpadu dan
sesi. pengkodean/coding yaitu: terbuka (open coding), aksial, dan pengkodean
selektif. Open coding adalah pengkodeaan yang dimulai dari suatu
pemahaman belum jelas berupa list sejumlah kategori yang relevan (open
codes). Data dikodekan dengan mengklasifikasikan ke dalam elemen-elemen
data dalam bentuk tema atau kategorisasi kemudian dicari pola diantara
kategori berdasarkan komunaliti/keguyuban, kausalitas/hubungan sebab akibat,
dan sebagainya. Koding awal dapat dilakukan dengan membaca sejumlah
literatur, meskipun peneliti harus menjauhi literatur yang berkaitan dengan
subjek penelitian, sebab membaca literatur ini akan membuat peneliti lebih
peka terhadap konsep-konsep yang berkaitan dengan teori yang ada dan
membatasi inovasi dalam melakukan koding data. Koding aksial adalah
pelacakan hubungan diantara elemen-elemen data yang terkodekan. Teori
substantif muncul melalui pengujian adanya persamaan dan perbedaan dalam
tata hubungan, diantara kategori atau subkategori, dan diantara kategori dan
propertisnya. Selective coding adalah proses mengintegrasikan dan menyaring
kategori (Strauss and Corbin, 1998) sehingga semua kategori terkait dengan
kategori inti, sebagai dasar Grouded Theory.
5. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan desain penelitian kualitatif dimana peneliti
ingin mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena
tertentu. Dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu, peneliti
berusaha masuk ke alam dunia konseptual para subjek yang diteliti dengan
tujuan peneliti mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, peneliti diharuskan dapat mengesampingkan terlebih dahulu
pengalaman pribadinya agar dapat memahami pengalaman-pengalaman
partisipan yang diteliti.
Data dari fenemena sosial yang diteliti dapat dikumpulkan dengan
berbagai cara, diantaranya observasi dan interview, baik interview mendalam
(in-depth interview). In depth dalam penelitian fenomenologi bermakna
mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang
mendetail tentang fenomena sisial dan pendidikan yang diteliti. In-depth juga
bermakna menuju pada sesuatu yang mendalam guna mendapatkan sense dari
yang nampaknya straight-forward secara aktual secara potensial lebih
complicated. Pada sisi lain peneliti juga harus memformulasikan kebenaran
peristiwa/ kejadian dengan pewawancaraan mendalam ataupun interview.
Data yang diperoleh dengan in-depth interview dapat dianalisis proses
analisis data dengan Interpretative Phenomenological Analysis sebagaiman
ditulis oleh Smith (2009). Tahap-tahap Interpretative Phenomenological
Analysis yang dilaksanakan sebagai berikut: 1) Reading and re-reading;
Peneliti memulai proses ini dengan anggapan bahwa setiap kata-kata
partisipant sangat penting untuk masuk dalam fase analisis dan data kata-kata
itu diperlakukan secara aktif. Dengan membaca dan membaca kembali
memudahkan penilaian mengenai bagaimana hubungan dan kepercayaan yang
dibangun antar interviu dan kemudian memunculkan letak-letak dari bagian-
bagian yang kaya dan lebih detail atau sebenarnya kontradiksi dan paradox.
Membaca dan membaca kembali peneliti menenggelamkan diri dalam data
yang original. Membaca kembali data dengan model keseluruhan struktur
interviu untuk selanjutnya dikembangkan, dan juga memberikan kesempatan
pada peneliti untuk memperoleh pemahaman mengenai bagaimana narasi-
narasi partisipant secara bersama-sama dapat terbagi dalam beberapa bagian.
2) Initial noting:Tahap ini menguji isi/konten dari kata, kalimat dan bahasa
yang digunakan partisipan dalam level eksploratori. Analisis ini menjaga
kelangsungan pemikiran yang terbuka (open mind) dan mencatat segala sesuatu
yang menarik dalam transkrip. Proses ini menumbuhkan dan membuat sikap
yang lebih familier terhadap transkrip data. Selain itu tahap ini juga memulai
mengidentifikasi secara spesifik cara-cara partisipan mengatakan tentang
sesuatu, memahami dan memikirkan mengenai isu-isu. 3) Developing
Emergent themes; Pada tahap ini analisis terutama pada catatatan awal lebih
yang dari sekedar transkrip. Komentar eksploratori yang dilakukan secara
komprehensip sangat mendekatkan pada simpulan dari transktip yang asli.
Analisis komentar-komentar eksploratori untuk mengidentifikasi munculnya
tema-tema termasuk untuk memfokuskan sehingga sebagian besar transkrip
menjadi jelas. 4) Searching for connections across emergent themes;Mencari
hubungan antar tema-tema yang muncul dilakukan setelah peneliti menetapkan
seperangkat tema-tema dalam transkrip dan tema-tema telah diurutkan secara
kronologis. Hubungan antar tema-tema ini dikembangkan dalam bentuk grafik
atau mapping/pemetaan dan memikirkan tema-tema yang bersesuaian satu
sama lain. Level analisis ini tidak ada ketentuan resmi yang berlaku. Peneliti
didorong untuk mengeksplore dan mengenalkan sesuatu yang baru dari hasil
penelitiannya dalam term pengorganisasian analisis. Tidak semua tema yang
muncul harus digabungkan dalam tahap analisis ini, beberapa tema mungkin
akan dibuang. 5) Moving the next cases; tahap analisis 1- 4 dilakukan pada
setiap satu kasus/partisipan. Jika satu kasus selesai dan dituliskan hasil
analisisnya maka tahap selanjutnya berpindah pada kasus atau partisipan
berikutnya hingga selesai semua kasus. Langkah ini dilakukan pada semua
transkrip partisipan, dengan cara mengulang proses yang sama, 6) Looking for
patterns across case : tahap akhir merupakan tahap keenam dalam analisis ini
adalah mencari pola-pola yang muncul antar kasus/partisipan. Apakah
hubungan yang terjadi antar kasus, dan bagaimana tema-tema yang ditemukan
dalam kasus-kasus yang lain memandu peneliti melakukan penggambaran dan
pelabelan kembali pada tema-tema. Pada tahap ini dibuat master table dari
tema-tema untuk satu kasus atau kelompok kasus dalam sebuah institusi/
organisasi.
6. Naratif
Naratif merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti
menyelidiki kehidupan individu-individu dan meminta seorang atau
sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini
kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi naratif.
Data dalam penelitian naratif dapat berasal dari sumber primer
(wawancara langsung dengan individu yang diteliti) atau sumber sekunder
(dokumen yang ditulis oleh peserta dalam bentuk buku harian, jurnal, blog,
foto, rekaman audio). Di akhir tahap penelitian peneliti harus menggabungkan
dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan
dengan pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri.
Tahapan yang dilakukan dalam desain penelitian narasi menurut Ary,
(2010) meliputi: (1) mengidentifikasi fenomena masalah, (2) memilih individu
yang dapat mempelajari dari fenomena tersebut, (3) mengumpulkan cerita dari
individu yang mencerminkan pengalaman pribadi.
Contoh penelitian kualitatif:
a. Judul : MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ACADEMIC PAPER
REVIEW DAN PEMAHAMAN PROBLEMATIK PEMBELAJARAN
BIOLOGI MELALUI JOURNAL BASED LEARNING RESOURCE
PADA MATA KULIAH SEMINAR PENDIDIKAN BIOLOGI (Studi
Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Matakuliah Seminar Pendidikan
Biologi)
b. Tujuan: untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam membuat
academic paper,
review dengan Journal based learning resource pada Matakuliah
Seminar Pendidikan Biologi, untuk mengetahui pemahaman mahasiswa
terhadap problematik pembelajaran Biologi di dunia nyata dengan
Journal based learning resource pada Matakuliah Seminar
Pendidikan Biologi
c. Desain penelitian : Penelitian kualitatif
d. Teknik sampling: Snowball sampling
e. Populasi: Keluarga besar Program Studi Pendidikan Biologi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2009
f. Sampel: Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, dosen pengampu
mata kuliah Seminar Pendidikan Biologi, dan mahasiswa yang sedang
menempuh mata kuliah Seminar Pendidikan Biologi
g. Instrumen: wawancara, kuisiooner, dokumentasi. Keabsahan data
dilakukan dengan triangulasi data.
h. Analisis data: data hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis
kualitatif, yaitu dengan melakukan unitisasi
BAB III
PENUTUP
1. Postpositivistik XXXXX
2. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari
sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu dan dipakai
yang belum diketahui secara persis dan spesifik objek penelitiannya.
Penelitian eksploratif digunakan ketika tujuan utama penelitian adalah
memperoleh pengetahuan yang mendalam.
3. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk
mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau sekelompok orang.
Penelitian kualitatif digunakan ketika peneliti ingin memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang suatu fenomena atau gambaran
seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti,
berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang
diteliti dan tidak dapat diukur dengan angka.
4. Model penelitian kualitatif terdiri dari action research, case study,
etnografi, grounded theory, fenomenologi, dan naratif.
DAFTAR PUSTAKA
Ary, Donald,et al. 2010. Introduction to research in Education 8th. Wadsworth. United State of America
Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
John W. Creswell. 2013. Research Design Pendekatan Kulitatif, Kuantitatif, dan Mixed. 3th. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.