fikosianin_ignatius alfredo ap_13.70.0191_c4_unika soegijapranata_.pdf

21
Acara IV ISOLASI & PEMBUATAN POWDER FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN SPIRULINALAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun Oleh: Nama : Ignatius Alfredo Ade Prasetyo NIM : 13.70.0191 Kelompok : C4 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2015

Upload: praktikumhasillaut

Post on 09-Apr-2016

28 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Tujuan praktikum ini adalah mengisolasi pigmen fikosianin dan membuat pewarna bubuk dari fikosianin

TRANSCRIPT

Page 1: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

Acara IV

ISOLASI & PEMBUATAN POWDER

FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI

DARI “BLUE GREEN SPIRULINA”

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun Oleh:

Nama : Ignatius Alfredo Ade Prasetyo

NIM : 13.70.0191

Kelompok : C4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2015

Page 2: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

1

1. MATERI METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, pengaduk/stirer, alat

pengering (oven), plate stirrer.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomasa spirulina basah atau kering,

aquades, dan dekstrin.

1.2. Metode

Biomassa Spirulina

dimasukkan dalam

erlenmeyer

Dilarutkan dalam aqua

destilata (1 : 10)

Disentrifugasi 5000 rpm, 10 menit

hingga didapat endapan dan

supernatant.

Diaduk dengan stirrer ± 2 jam

Page 3: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

2

Supernatan diencerkan sampai pengenceran 10-2 dan diukur

kadar fikosianinnya pada panjang gelombang 615 nm dan 652

nm

Dicampur merata dan dituang ke wadah

Supernatan diambil 8 ml dan ditambah dekstrin dengan

perbandingan supernatan : dekstrin = 1 : 1 (kelompok C1-

C3), sedangkan kelompok C4-C5 menggunakan

perbandingan 8 : 9

Page 4: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

3

Dioven pada suhu 50°C hingga kadar air ± 7%

Didapat adonan kering yang gempal

Dihancurkan dengan penumpuk hingga berbentuk powder

Kadar Fikosianin (mg/g) diukur dengan rumus :

Page 5: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan mengenai fikosianin dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1.Hasil Pengamatan Fikosianin

Keterangan :

Warna

+ = Biru Muda

++ = Biru Tua

+++ = Biru sangat tua

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa hasil pengamatan fikosianin yang didapatkan berbeda-beda setiap kelompok. Pada

percobaan ini dilakukan pengamatan pada berat biomasa (basah atau kering), jumlah aquades yang ditambahkan, total filtrat yang

diperoleh, OD615, OD625, KF, Yield, dan perubahan warna sebelum dan sesesudah di oven. Bahan yang digunakan untuk setiap

kelompok pada praktikum ini sama yaitu biomasa Spirulina basah atau kering, akuades, dan dekstin. Pada seluruh kelompok untuk

berat biomasa, jumlah akuades yang ditambahkan, dan total filtrat yang diperoleh, KF, dan yield secara berurutan yaitu 8 gram, 80 ml,

56 ml, 2,280, dan 15,960 untuk kelompok C1;kelompok C2 yaitu 8 gram, 80 ml, 56 ml, 2,207, 15,449;kelompok C3 yaitu 8 gram, 80

ml, 56 ml, 2,181, 15,267;kelompok C4 yaitu 8 gram, 80 ml, 56 ml, 2,114, 14,798;kelompok C5 yaitu 8 gram, 80 ml, 56 ml,

Kel

Berat

Bio Massa Kering

(g)

Jumlah Aquades

yang ditambahkan

(ml)

Total Filtrat

yang

diperoleh

OD

615 nm

OD

652 nm

KF

(mg/ml)

Yield

(mg/ml)

Warna

Sebelum diOven Sesudah diOven

C1 8 80 56 0,1490 0,0575 2,280 15,960 +++ +

C2 8 80 56 0,1460 0,0594 2,207 15,449 +++ +

C3 8 80 56 0,1437 0,0574 2,181 15,267 +++ +

C4 8 80 56 0,1410 0,0593 2,114 14,798 ++ +

C5 8 80 56 0,1440 0,0588 2,175 15,225 ++ +

Page 6: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

5

2,175, 15,225. Bilangan OD615 yang dihasilkan dari masing-masing kelompok berbeda, secara berurutan yaitu

0,1490;0,1460;0,1437;0,1410;dan 0,1440. Kelompok C4 dihasilkan bilangan tertinggi, dan kelompok C1 dihasilkan bilangan OD615

tertinggi. sedangkan bilangan OD652 yang dihasilkan dari masing-masing kelompok juga berbeda, secara berurutan yaitu

0,0575;0,0594;0,0574;0,0593;dan 0,0588. Kelompok C3 dihasilkan nilai OD652 terendah, sedangkan kelompok C2 dihasilkan

bilangan OD652 tertinggi. Hasil pengamatan untuk perubahan warna sebelum di oven adalah warna biru sangat tua untuk kelompok

C1, C2, C3 dan warna biru muda untuk kelompok C4, C5, sedangkan perubahan warna setelah dioven adalah warna biru muda untuk

semua kelompok.

Page 7: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

3. PEMBAHASAN

Mikroalga merupakan produsen alami dari ekosistem perairan yang memberikan energi dan

mengasilkan metabolit. Mikroalga bermanfaat sebagai pakan alami, makanan sehat, dan

berpotensi dalam menghasilkan bioaktif untuk beberapa bahan. Bahan tersebut terdiri dari

bahan farmasi, industri pangan, kedokteran, dan lain-lain. Spirulina adalah salah saru jenis

mikroalga yang dapat dikembangakan untuk bidang pangan yang sehat yaitu sumber protein,

vitamin, dan mineral. Beberapa penelitian dihasilkan bahwa phycocyanin mampu mengobati

antioksidan, antivirus, antimutagenik, antikanker, anti-alergi, peningkatan kekebalan,

antitumor, dan antiinflamasi. Produksi phycobiliproteins maksimum berlangsung selama

proses pemutaran cyanobacteria dan dapat digunakan untuk ekstraksi, pemurnian dan

karakterisasi phycobiliproteins (Rimbau et al., 2000).

Keberadaan pewarna alami masih terbatas dan warna yang dihasilkannya tidak homogen

sehingga tidak begitu cocok apabila digunakan sebagai pewarna produk pangan pada industri

pangan. Selain itu, dengan menggunakan pewarna alami pada produksi produk pangan juga

akan meningkatkan biaya produksi. Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa pewarna

alami mempunyai sifat yang tidak homogen sehingga sulit untuk menghasilkan warna yang

stabil dan berimbas pada terhambatnya proses produksi. Namun, karena dewasa ini

masyarakat sudah meningkatkan perhatinya akan kesehatan, maka pewarna alami juga

menjadi alternatif berbagai industri pangan untuk menggunakannya sebagai pewarna

meskipun harga produk yang dihasilkan akan lebih mahal jika dibandingkan dengan harga

produk normal dengan zat pewarna sintetis (Syah et al., 2005)

Pada praktikum Teknologi Hasil Laut kali ini akan membahas mengenai isolasi pigmen dari

Spirulina sp. yaitu fikosianin dengan paramater yang digunakan adalah konsetrasi fikosianin

(KF), yield, dan warna yang dihasilkan. Spirulina merupakan organisme yang termasuk di

dalam golonga alga hijau biru yang biasa disebut dengan nama blue green algae. Spirulina

sp. atau Arthospora termasuk organisme multiseluler dan bila diklasifikasikan termasuk

dalam kingdom Monera dengan divisi Cyanophyta, lebih lengkapnya masuk ke dalam

Cyanobacterium. Ciri-cirinya adalah bagian tubuhnya berupa filamen yang berwarna hijau-

biru berbentuk silinder dan tidak bercabang. Jenis Spirulina yang dapat digunakan sebagai

suplemen kesehatan yakni Spirulina platensis dan Spirulina maxima mempunyai karakteristik

Page 8: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

7

sebagai organisme fotosintetik dengan bentuk yang beragam, mulai dari berfilamen, spiral,

multiselluler, dan biasanya tumbuh pada iklim yang hangat (Belay and Gershwin, 2007 ;

Richmond, 1988). Spirulina memiliki ukuran 100 kali lebih besar dari sel darah merah

manusia. Apabila spirulina berada pada koloni yang besar, maka koloni ini akan berwarna

hijau tua. Warna hijau ini dikarenakan adanya klorofil dengan kadaryang tinggi. Di alam,

spirulina tumbuh pada perairan danau yang bersifat alkali serta suhu hangat ataupun kolam

dangkal pada wilayah tropis (Tietze, 2004).

Gambar 1. Struktur Kimia Fikosianin (Ó Carra & Ó hEocha, 1976)

Spolaore et al., (2006) mengatakan bahwa pewarna alami biasanya didapatkan dari daun,

buah, batang, dan umbi-umbian pada tanaman. Selain itu, pewarna alami juga bisa didapatkan

dari spesies alga. Alga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang hidup pada daerah

perairan. Spesies alga yang dapat menghasilkan bahan pewarna salah satunya adalah

Spirulina, yang mana spirulina menghasilkan pigmen fikosianin yang berwarna biru. Sifat

dari pigmen ini yaitu larut pada pelarut polar seperti air. Maka dari itu pigmen fikosianin

yang dihasilkan dari Spirulina ini dapat digunakan sebagai pewarna alami penghasil warna

biru.

Alga hijau biru memiliki pigmen yang disebut sebagai fikosianin. Pigmen tersebut

menghasilkan warna hijau kebiruan yang khas. Jumlahnya melebihi 20% berat kering alga

dan pigmen yang paling dominana pada Spirulina. Sebanyak 500 mg tablets Spirulina

terkandung fikosianin. Fikosianin memiliki struktur rantai tetraphyrroles terbuka, dimana

adanya kemampuan menangkap radikal oksigen. Kemiripan struktur kimia chromophores

pada c-fikosianin dengan bilirubin pada c-fikosianin. Bilirubin merupakan antioksidan

penting untuk fisiologis akibat kemampuan mengikat radikal peroksi dengan mendonorkan

arom hidrogen yang terikat pada atom urutan ke 10 molekul tetraphyrroles. Kemampuan lain

Page 9: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

8

dari fikosianin adalah salah satu dari tiga pigmen karotenoid dan klorofil mampu menangkar

sinar radiasi dari matahari yang efisien. Kelompok pigmen fikobiliprotein berikatan dengan

struktur protein dan memiliki zat warna yang terdiri dari warna merah dan biru pada

ganggang hijau. Fungsi dari pigmen tersebut adalah untuk penyerapan cahaya matahari pada

proses fotosintesis (Hall & Rao, 1999). Chantal et al., (2008) dalam jurnalnya menyatakan

bahwa fikobiliprotein berguna untuk absorpsi dan transfer energi secara dinamik.

Kamble et al., (2013) dalam jurnalnya dibahas bahwa pada spirulina terdapat banyak protein,

fikobilin adalah protein yang memiliki kemampuan transfer energi pada saat fotosintesis.

Sifat dari fikobilin adalah hidrofilik, memiliki warna yang cerah dan stabil terhadap

cahaya.Protein fikobilin seperti C-fikosianin, allo-fikosianin, dan fikoeritin terbuat dari ikatan

polipeptida bentuk α dan β. C-fikosianin biasanya diekstrak dari Spirulina plantesis dan

berpotensi sebagai hepatoprotective, anti-inflammatory, dan sebagai antioksidan.

Ukuran dari spirulina ini cukup besar, maka dari itu pada proses separasinya dengan bahan-

bahan lainnya, dapat dilakukan hanya dengan proses filtrasi saja (Angka & Suhartono, 2000).

Spirulina biasa difiltrasi dengan menggunakan filter berukuran 20 μm (Desmorieux &

Decaen, 2006). Selain spesies Spirulina fusiformis, ada juga spesies spirulina lainnya yaitu

Spirulina platensisy ang biasa disebut dengan Arthospira platensis, dimana jenis spirulina ini

tidak hanya memproduksi protein dan pigmen yang dapat dimanfaatkan, namun juga

mempunyai aktivitas antioksidan karena mengandung komponen fenolik di dalamnya (Colla

et al., 2007). Spirulina plantesis termasuk pada golongan cyanobacterium yang mempunyai

fungsi komersial yang sangat banyak, diantaranya yakni sebagai sumber protein, vitamin,

asam amino esensial, serta asam lemak (Chauhan & Pathak, 2010). Menurut Richmond

(1988) menambahkan bahwa, Spirulina termasuk jenis alga mesofilik, yakni mikroalga yang

akan tumbuh secara optimal pada temperatur 35-40 °C.

Selain fungsinya sebagai pewarna, kandungan protein yang berada pada spirulina juga

terbilang cukup tinggi. Kandungan protein yang berada di dalam spirulina bervariasi dari

50% hingga 70% berat kering spirulina tersebut (Richmond, 1988). Spirulina merupakan

sumber yang kaya akan vitamin, khususnya vitamin B12, provitamin A (β-karoten), dan

mineral terutama zat besi. Spirulina juga termasuk salah satu dari beberapa sumber makanan

γ-linolenat (GLA) dan juga mengandung sejumlah fitokimia lain yang memiliki manfaat

Page 10: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

9

potensial untuk kesehatan manusia (Belay, 1996). Membran sel yang dimiliki oleh spirulina

bersifat tipis dan lembut sehingga mudah untuk dicerna di dalam tubuh. Karena hal ini

jugalah yang mengakibatkan spirulina tidak membutuhkan proses pengolahan khusus saat

diolah menjadi bahan pewarna makanan (Tietze, 2004; Richmond, 1988).

Menurut Adams (2005), terdapat beberapa kandungan dalam Spirulina antara lain: Vitamin

E, Vitamin C, Trace mineral, Klorofil, Asam Nukleat (RNA & DNA), Protein yang

berbentuk padat dengan kualitas tinggi dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan protein

hewan, seluruh jenis vitamin B diketahui dan hampir seluruh vitamin B yang tidak diketahui

pada tanaman, Makromineral (kalisum, magnesium, seng potassium). Beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan Spirulina adalah cuaca yang tropis, sumber daya air yang murni,

pencernaan lingkungan bebas, dan kuat sinar matahari. Sumber nutrisi yang alami 100% pada

makanan yang bersifat alami. Tubuh yang tetap sehat sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi

makanan yang seimbang. Makanan dengan proporsi seimbang adalah antara 80% makanan

bersifat akali dan 20% makanan bersifat asam (http://www.breedersblend.com/spirulina.pdf).

Dalam jurnal Guangwen et al., (2011) yang berjudul “Vitamin A, Nutrition, and Health

Values of Algae: Spirulina, Chlorella, and Dunaliella”, dibahas bahwa spirulina kaya akan

vitamin A dengan kandungannya mencapai 50% β-karoten. Dalam penelitiannya tersebut

digunakan HPLC dan ditemukan dalam 1 gram spirulina mengandung 0,9 – 1,1 mg trans-β-

karoten. Selain itu, Spirulina juga merupakan sumber yang baik untuk senyawa zeaxanthin.

Zeaxanthin merupakan predominan xanthophyll pada mata manusia yang mampu mengurangi

terkena katarak.Venkatesh et al., (2009) dalam jurnalnya mengatakan bahwa dengan

penambahan spirulina dapat meningkatkan nutrisi bagi ulat sutera yang diternak

dikombinasikan dengan daun murbei untuk mengefektifkan perubahan ulat sutera menjadi

kepompong. Hal ini dapat terjadi karena spirulina mengandung sebanyak 18 jenis asam

amino, seperti glutamin, glisin, histidine, lisin, methonin, kreatin, sistein, fenilalanin, serin,

prolin, triptofan, asparagin, asam piruvat, dll dan vitamin yang penting seperti biotin,

tokoferol, tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, asam pirodozoat, vitamin B12 dan β-karoten.

Pada praktikum fikosianin ini digunakan beberapa alat dan bahan. Bahan yang digunakan

terdiri dari biomasa Spirulina basah atau kering, akuades, dan dekstrin. Alat-alat yang

digunakan adalah sentrifuge, pegaduk atau stirrer, alat pengering (oven), dan plate stirrer.

Page 11: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

10

Pengamatan pada percobaan ini adalah analisa fikosianin yang terdiri dari total filtrate yang

ditambahkan, OD615, OD652, KF, Yield, dan warna sebelum dan sesudah di oven. Tujuan

dari praktium ini adalah untuk dapat mengisolasi pigmen fikosianin dan membuat pewarna

bubuk dari fikosianin. Langkah pertama yang dilakukan adalah biomasa Spirulina

dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan akuades dengan perbandingan 1:10.

Selanjutnya dilakukan pengadukan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam.

Pengadukan ini dilakukan dengan tujuan agar Spirulina dengan aquades dapat tercampur rata

sehingga proses ekstraksi fikosianin dapat berjalan dengan optimal. Setelah pencampuran

yang rata maka dilakukan sentrifugasi maksimal hingga didapatkan endapan dan supernatan

(cairan berisi fikosisanin). Sentrifugasi ini dilakukan dengan kecepatan 5000 rpm selama 10

menit. Supernatan yan diperoleh dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu diambil 1ml

diencerkan sampai 10-2. Kemudian supernatan dilakukan pengukuran kadar fikosianin dengan

menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Supernatan

ditambahkan dekstrin dengan perbandingan supernatan dan dekstrin adalah 1:1. Setelah itu,

setelah pencampuran yang rata lalu dituang ke dalam wadah yang dapat digunakan sebagai

alas untuk proses pengeringan. Proses penuangan supernatan pada dekstrin dilakukan dengan

menuangkan dekstrin ke dalam alas pengering terlebih dahulu baru kemudian supernatan

yang telah didapatkan dituangkan sedikit demi sedikit pada bagian atas dekstrin tersebut.

Proses pencampuran ini harus dilakukan secara hati-hati sehingga dekstrin dan supernatan

yang ada dapat tercampur dengan sempurna. Kemudian dimasukkan dalam oven suhu 45oC

hingga kering. Pengeringan hingga mencapai kadar air 7%, dimana dalam pengontrolannya

tidak perlu hingga mengukur kadar air yang dikandung oleh campuran tersebut, tetapi cukup

dengan diambil sedikit sampel dengan menggunakan spatula untuk dilihat apakah campuran

tersebut sudah kering sepenuhnya atau ada bagian campuran tersebut yang masih

menggumpal. Setelah dikeringkan, maka didapatkan adonan kering yang gempal, lalu

dilakukan penumbukan atau penghancuran hingga berbentuk powder.

Menurut Silveira, et al., (2007), bahwa proses sentrifugasi berfungsi untuk mengendapkan

debris sel dan mengambil pigmen fikosianin yang terlarut dalam aquades. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa supernatan yang diperoleh mengandung fikosianin yang terlarut di

dalam aquades karena proses ekstraksi sebelumnya. Padatan yang telah terendapkan

membantu proses pengukuran absorbansi agar tidak terganggu, karena larutan yang terlalu

pekat akan menyebabkan kesalahan pembacaan dari spektrofotometer (Pomeranz & Meloan,

Page 12: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

11

1987). Menurut Kimball (1992), prinsip utama dari sentrifugasi adalah memisahkan substansi

berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi

yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di

atas. Spektrofotometer adalah suatu alat untuk mengukur larutan dan digunakan sebagai

pembanding. Larutan pembanding tersebut merupakan pelarut murni yang mengandung zat

yang telah ditetapkan atau tidak. Pajang gelombang pada spektrofotometer dapat diketahui

berdasarkan warna yang dihasilkan (Day & Underwood, 1992).

Tujuan dari penambahan dekstrin pada praktikum ini adalah untuk mempercepat proses

pengeringan dan mencegah terjadinya kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavour,

meningkatkan total padatan, dan memperbesar volume (Murtala, 1999). Reynold (1982)

mengatakan bahwa dekstrin merupakan polisakarida yang dihasilkan dari hidrolisis pati yang

diatur oleh enzim-enzim tertentu atau hidrolisis oleh asam, berwarna putih sampai kuning.

Fennema (1976) menambahkan, bahwa dekstrin tersusun atas unit glukosa yang dapat

mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat

dicegah. Dekstrin bersifat mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak kental serta

lebih stabil daripada pati.

Menurut Fennema (1985), dekstrin adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang

dibentuk selama proses hidrolisis pati menjadi gula oleh panas, asam dan atau

enzim. Dekstrin akan lebih cepat terdispersi dan larut dalam air tetapi dapat diendapkan

dengan alkohol. Sifat yang dimiliki oleh dekstrin seperti pati namun lebih stabil daripada pati.

Karena lebih stabil terhadap suhu panas, maka dapat melindungi senyawa volatil dan

senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi. Dekstrin dapat meningkatkan berat produk

dalam bentuk bubuk, karena mampu membawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor

dan pewarna yang memerlukan sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) ke bahan atau

produk pangan. Penambahan dekstrin ke dalam produk juga akan dapat meminimalkan atau

mengurangi kerusakan vitamin C pada produk pangan. Proses penambahan dekstrin ini juga

dapat mengurangi jumlah komponen yang mudah menguap yang terhilang selama terjadinya

proses pengolahan. Selain itu, dekstrin juga dapat melindungi stabilitas flavor pada proses

pengeringan dengan menggunakan spray dryer yang menggunakan suhu panas yang

digunakan untuk proses pembubukan pewarna tersebut (Suparti, 2000).

Page 13: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

12

Pengeringan yang dilakukan pada percobaan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam

bahan. Pengaturan pada siklus tekanan dan pemanasan selama pengeringan untuk

meningkatkan konduktivitas panas, serta permeabilitas uap air bagian bahan yang kering.

Desmorieux & Dacaen (2006) mengatakan bahwa, apabila suhu pengeringan fikosianin yang

digunakan di atas 60oC, maka hal tersebut akan mengakibatkan degradasi fikosianin dan akan

timbul reaksi maillard. Oleh karena itu, suhu yang digunakan pada proses pengeringan ini

adalah 45oC.Pengeringan dengan menggunakan cahaya matahari langsung sebenarnya juga

dapat dilakukan, tetapi sangat tidak direkomendasikan jika produk yang dihasilkan nantinya

digunakan untuk produk yang akan dikonsumsi dengan manusia, karena proses pengeringan

dengan menggunakan cahaya matahari secara langsung ini dapat menimbulkan aroma yang

tidak diinginkan serta dapat meningkatkan kontaminasi bakteri pada produk yang dihasilkan.

Selain itu, proses pengeringan dengan menggunakan alat spray dryer juga dapat digunakan.

Proses pengeringan dengan menggunakan alat ini akan menghasilkan produk yang baik dan

secara umum tidak berakibat buruk pada kandungan gizi yang dimiliki oleh produk tersebut.

Angka dan Suhartono (2000) mengatakan bahwa proses penyimpanan spirulina ini harus

dilakukan pada keadaan yang kering. Hal ini dikarenakan pada kondisi kering spirulina tidak

mudah mengalami proses fermentasi.

Dari hasil pengamatan yang didapatkan, diketahui bahwa setiap kelompok memiliki

pengukuran optical density (OD615 dan OD652), konsentrasi fikosianin, yield fikosianin dan

warna pada hasil masing-masing kelompok berbeda-beda. Konsentrasi fikosianin dapat

dihitung dengan persamaan :

Konsentrasi fikosianin (mg/ml) =

Berdasarkan tabel hasil pengamatan, pada kelompok C1 diperoleh hasil nilai OD615 sebesar

0,1490 dan nilai OD652 sebesar 0,0575, konsentrasi fikosianin sebesar 2,280, nilai yield

sebesar 15,960, warna sebelum dioven biru sangat tua dan biru muda setelah dioven. Pada

kelompok C2 diperoleh hasil nilai OD615 sebesar 0,1460, nilai OD652 sebesar 0,0594,

konsentrasi fikosianin sebesar 2,207, nilai yield sebesar 15,449, warna sebelumnya biru

sangat tua, dan sesudah adalah biru muda. Pada kelompok C3 diperoleh hasil nilai OD615

sebesar 0,1437, nilai OD652 sebesar 0,0574, konsentrasi fikosianin sebesar 2,181, nilai yield

sebesar 15,267, warna sebelumnya biru sangat tua, dan sesudah adalah biru muda. Pada

Page 14: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

13

kelompok C4 diperoleh hasil nilai OD615 sebesar 0,1410, nilai OD652 sebesar 0,0593,

konsentrasi fikosianin sebesar 2,114, nilai yield sebesar 14,798, warna sebelumnya biru tua,

dan sesudah adalah biru muda. Pada kelompok C5 diperoleh hasil nilai OD615 sebesar 0,1440,

nilai OD652 sebesar 0,0588, konsentrasi fikosianin sebesar 2,175, nilai yield sebesar 15,225,

warna sebelumnya biru tua, dan sesudah adalah biru muda. Menurut Fox (1991), metode

absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi dan kejernihan larutan. Semakin pekat dan keruh

suatu larutan, maka absorbansinya semakin tinggi.

Berdasarkan teori yang ada dikatakan bahwa nilai KF dan yield dari fikosianin yang

dihasilkan biasanya dipengaruhi oleh optical density (OD) yang didapatkan. Nilai absorbansi

yang didapatkan ini dipengaruhi 2 faktor yakni konsentrasi dan kejernihan larutan(Fox,

1991). Berdasarkan teori ini dapat dilihat hubungan antara turbidity dan OD yang didapat,

dimana semakin keruh suatu larutan maka nilai OD yang didapat akan semakin tinggi pula.

Sedangkan nilai yield didapatkan dengan rumus berikut ini:

Yield =

Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai yield berbanding lurus dengan konsentrasi

fikosianin yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi konsentrasi fikosianin yang dihasilkan

maka yield yang dihasilkan juga semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

Dari pengamatan warna secara sensoris yang didapatkan, bahwa setiap kelompok dihasilkan

warna yang sama setelah dilakukan proses pengovenan. Menurut Wiyono (2007),

penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi akan menyebabkan bubuk fikosianin

yang didapatkan menjadi pudar atau cenderung pucat. Dikarenakan warna dekstrin adalah

putih sehingga dapat memudarkan warna fikosianin yang didapatkan. Terdapat beberapa

kesalahan yang dapat terjadi diantaranya adalah pada saat pencampuran dekstrin dan

fikosianin kurang merata atau dapat juga disebabkan oleh pengujian yang dilakukan secara

sensoris kurang akurat karena pengamatan dilakukan menggunakan panca indera. Kesalahan

lain yaitu dalam penambahan dekstrin, dimana penambahan konsentrasi dekstrin yang

semakin tinggi akan menyebabkan warna bubuk fikosianin menjadi semakin pudar. Jadi, dari

hasil yang didapatkan dapat dikatakan telah sesuai dengan teori yang ada.

Page 15: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

14

Dalam jurnal Zhang et al., (2015) bahwa kesulitan yang terjadi dalam proses ekstraksi

fikosianin karena dinding sel fikosianin yang berlapis-lapis dan terkandung banyak sekali

kontaminan. Aqueous two-phasessystem merupakan metode yang paling sederhana yang

memberikan banyak keuntungan seperi waktu yang singkat, energi yang dibutuhkan tidak

banyak, efisien dan ekonomis. Metode Ionic liquid juga banyak diaplikasikan bersamaan

dengan penggunaan garam yang mana melting pointnya dibawah 100oC serta mengandung

kation organik dan beberapa anion.

Page 16: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

4. KESIMPULAN

Spirulina adalah organisme kelompok alga hijau biru (blue green algae) dan termasuk

organisme multiseluler.

Spirulina dapat menghasilkan pigmen fikosianin yang berwarna biru.

Spirulina termasuk jenis alga mesofilik, yakni mikroalga yang akan tumbuh secara

optimal pada temperatur 35-40 °C.

Spirulina merupakan sumber yang kaya akan vitamin, khususnya vitamin B12,

provitamin A (β-karoten), dan mineral terutama zat besi.

Aquades digunakan dalam ekstraksi fikosianin karena merupakan pelarut polar dan

memiliki pH yang netral.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Spirulina adalah cuaca yang tropis, sumber

daya air yang murni, pencernaan lingkungan bebas, dan kuat sinar matahari.

Pengadukan dilakukan dengan tujuan agar Spirulina dengan aquades dapat tercampur

rata sehingga proses ekstraksi fikosianin dapat berjalan dengan optimal.

Sentrifugasi berfungsi untuk mengendapkan debris sel dan mengambil pigmen

fikosianin yang terlarut dalam aquades.

Padatan yang telah terendapkan membantu proses pengukuran absorbansi agar tidak

terganggu, karena larutan yang terlalu pekat akan menyebabkan kesalahan pembacaan

dari spektrofotometer.

Dekstrin berfungsi untuk mempercepat pengeringan dan mencegah kerusakan akibat

panas, untuk melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan, serta

memperbesar volume.

Nilai konsentrasi fikosianin dan yield dari fikosianin dipengaruhi oleh kelarutan dari

fikosianin dan kekeruhan larutan yang dinyatakan melalui optical density (OD).

Semakin tinggi nilai konsentrasi fikosianin yang didapatkan maka yield yang

didapatkan juga semakin tinggi pula.

Semarang, 22 September 2015

Praktikan, Asisten Dosen,

- Ferdyanto Juwono

- Deanna Suntoro

Ignatius Alfredo Ade P

13.70.0191

Page 17: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

5. DAFTAR PUSTAKA

(http://www.breedersblend.com/spirulina.pdf). Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 pukul

21:00 WIB.

Adams M. 2005.Superfood for Optimum Health: Chlorella and Spirulina. New York: Truth

Publishing International, Ltd. Hal 26.

Angka,S.I.dan Suhartono MT.(2000). Bioteknologi Hasil-hasil Laut. Bogor : PKSPL-IPB.

Belay, Amha and M. E. Gershwin. (2007). Spirulina in Human Nutrition and Health.

CRCPress.

Chantal D. van der Weij-De Wit, Alexander B. Doust, Ivo H. M. van Stokkum, Jan P.

Dekker, Krystyna E. Wilk, Paul M. G. Curmi, and Rienk van Grondelle. 2008.

“Phycocyanin Sensitizes both Photosystem I and Photosystem II in Cryptophyte

Chroomonas CCMP270 Cells”. Biophysical Journal Volume 94 March 2008 2423–

2433.

Colla, Luciane M., Eliana Badiale F., Jorge A. V. (2007). Antioxidant Properties of Spirulina

platensis Cultivated Under Different Temperatures and Nitrogen Regimes. Z.

Naturforsch 59c: 55-59.

Day, R. A. & A. L. Underwood. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga.

Jakarta.

Desmorieux H. Decaen N. (2006). Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal Of

Food Engineering, 77:64-70.

Fennema, D. R. (1985). Food Chemisstry, third Edition. Marcel Dekker Inc. New York.

Fennema, O.R. (1976). Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.

Guangwen Tang, and Paolo M. Suter. 2011. “Vitamin A, Nutrition, and Health Values of

Algae: Spirulina, Chlorella, and Dunaliella”. Journal of Pharmacy and Nutrition

Sciences, 2011, 1, 111-118.

Hall DO, Rao KK. 1999. Photosynthesis Six edition. Cambridge: ,Cambridge university

press.

Kimball, J.W. (1992). Biologi. Terjemahan oleh: Siti Soetarmi Tjitrosomo & Nawangsari

Sugiri. Jakarta: Erlangga.

Page 18: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

17

Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap

Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca

Sarjana Universitas Bawijaya Malang.

Ó Carra P, Ó hEocha C 1976. Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor. 1976.

Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: Academic press inc. Hal 328-

371.

Pomeranz, Y. & C. E Meloan. (1987). Food Analysis Theoryland Practice. An AVI Book.

New York.

Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth.

The Pharmacentical Press. London.

Richmond A. (1988).Spirulina.Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-

algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.

Rimbau, V., Camins, A., Pubill, D., Sureda, F.X., Romay, C., Gonzalez, R. (2000). C- PC

protects cerebellar granule cells from low potassium/serum deprivation- induced

apoptosis Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol 364: 96–104.

Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.(2007).

Bioresour.Technol.,98, 1629.

Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. (2006). Comercial Application of Microalgae

Review.J Biosci and Bioeng. 101 (2): 87-96.

Suparti, W. 2000. Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan

dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya.

Malang.

Suresh P. Kamble, Rajendra B. Gaikar, Rimal B. Padalia1 and Keshav D. 2013. Shinde.

“Extraction and purification of C-phycocyanin from dry Spirulina powder and

evaluating its antioxidant, anticoagulation and prevention of DNA damage activity”.

Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3 (08), pp. 149-153, August, 2013,

ISSN 2231-3354.

Syah et al. (2005).Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan

Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing.Ed ke-4. Australia: Harald W.

Tietze Publishing. Hal 8-10.

Page 19: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

18

Venkatesh Kumar R., Dhiraj Kumar, Ashutosh Kumar and S. S. Dhami. 2009. “ Effect of

Blue Green Micro Algae (Spirulina) on Cocoon Quantitative Parameters of Silkworm

(Bombyx mori L.)”. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science Vol. 4, No. 3,

MaY 2009, ISSN 1990-6145.

Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam

Sitrat dan Na-Bikarbonat.

Xifeng Zhang, Fenqin Zhang, Guanghong Luo2, Shenghui Yang, Danxia Wang. 2015.

“Extraction and Separation of Phycocyanin from Spirulina using Aqueous Two-Phase

Systems of Ionic Liquid and Salt”. Journal of Food and Nutrition Research, 2015, Vol.

3, No. 1, 15-19.

Page 20: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus perhitungan :

Konsentrasi Fikosianin / KF (mg/ml) = x

Yield (mg/g) =

Kelompok C1

KF = x = 2,280 mg/ml

Yield = = 15,960 mg/g

Kelompok C2

KF = x = 2,207 mg/ml

Yield = = 15,449 mg/g

Kelompok C3

KF = x = 2,181 mg/ml

Yield = = 15,267 mg/g

Kelompok C4

KF = x = 2,114 mg/ml

Yield = = 14,798 mg/g

Page 21: Fikosianin_Ignatius Alfredo AP_13.70.0191_C4_UNIKA SOEGIJAPRANATA_.pdf

20

Kelompok B5

KF = x = 2,175 mg/ml

Yield = = 15,225 mg/g

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal