fh.unram.ac.id · web viewketentuan yang demikian ini menurut mahkamah agung dalam putusannya...

25
i EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 7 UNDANG-UNDANG NOMOR 56/Prp/1960 (Studi Di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur) JURNAL ILMIAH Oleh : AHMAD AHYAN D1A014016 FAKULTAS HUKUM

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

i

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 7 UNDANG-UNDANG NOMOR 56/Prp/1960

(Studi Di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur)

JURNAL ILMIAH

Oleh :

AHMAD AHYAND1A014016

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

Page 2: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

ii

Page 3: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

iii

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN KETENTUAN

PASAL 7 UNDANG-UNDANG NOMOR 56/Prp/1960(Studi Di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur)

AHMAD AHYAND1A014016

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual

gadai atas tanah pertaniandan faktor yang menghambat pelaksanaan perjanjian gadai tanah pertanian berdasarkan Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian di Kecamatan Selong. Manfaatnya untuk dijadikan sebagai bacaan dan masukan bagi pembaca, pihak akademisi dan pemerintah. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif empiris. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pelaksanaan perjanjian gadai atas tanah pertanian di kecamatan Selong tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 dan faktor penghambat pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan adalah sosial budaya, ekonomi, dan ketidaktahuan masyarakat serta pelaksanaan gadai tanah pertanian yang dilakukan menggunakan hukum adat.

Kata kunci: Efektifitas, gadai, tanah pertanian.

EFFECTIVENESS OF CONDITIONSARTICLE 7 LAW NUMBER 56 / Prp / 1960

(Study in Selong District, East Lombok Regency)

ABSTRACTThis study aims to determine the implementation of the pawn sale

agreement on agricultural land and factors that hinder the implementation of the agricultural land pawn agreement based on Law Number 56 / Prp / 1960 concerning Determination of Agricultural Land Area in Selong District. The benefits are used as readings and input for readers, academics and the government. The method used is the empirical normative law research method. The results of the study and discussion show that the implementation of the mortgage agreement on agricultural land in Selong sub-district is not in accordance with the provisions of Law No. 56 / Prp / 1960 and the inhibiting factors of implementation that are not in accordance with the socio-cultural, economic, and ignorance provisions of the community and the implementation of agricultural land carried out using customary law.Keywords:Effectiveness,pawn, agricultural land.

Page 4: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

iv

I. PENDAHULUAN

Transaksi tanah menurut Hukum Adat di Kecamatan Selong dapat berupa

penyerahan tanah oleh seseorang kepada orang lain untuk mendapatkan sejumlah

uang tunai atas penyerahan tanah yang dilakukannya. Penyerahan di sini ada yang

bersifat tetap, dan ada yang bersifat sementara. Penyerahan tanah yang bersifat

tetap pada hakekatnya sama saja dengan jual beli tanah, sedangkan yang bersifat

sementara pada hakekatnya lebih menyerupai gadai atau sewa tanah. Penyerahan

tanah bersifat tetap menimbulkan hak milik atas tanah, sedangkan penyerahan

tanah yang bersifat sementara hanya menimbulkan hak penguasaan atas tanah

saja, tetapi penyerahan yang bersifat sementara yang juga di kenal dengan sebutan

gadai, masyarakat kecamatan Selong lebih menyangkut pada masalah hutang-

piutang, jadi hutang haruslah dibayar dan apabila seseorang melakukan transaksi

jual gadai haruslah ditebus.

Dalam Hukum Adat, Gadai diartikan sebagai penyerahan sebidang tanah

kepada orang lain dengan menerima sejumlah uang, selama uang tebusan belum

dibayar maka selama itu pula tanah dikuasai oleh orang yang memberikan uang.

Oleh karena pelaksanaan gadai menurut hukum adat tidak sesuai dengan prinsif

UUPA yaitu memberikan perlindungan kepada masyarakat golongan ekonomi

lemah, maka pemerintah mengatur pelaksanaan gadai tanah pertanian melalui

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 56 / Prp / 1960, tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian.

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960, Tentang Penetapan

Luas Tanah Pertanian, bahwa perjanjian jual gadai atas tanah pertanian akan

Page 5: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

v

berakhir setelah lampau waktu 7 (tujuh) tahun belum diadakan penebusan oleh si

pemilik tanah, maka tanah tersebut dapat secara cuma-cuma harus dikembalikan

kepada si pemilik tanah atau si penjual gadai tanpa uang tebusan. Ketentuan yang

demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971

Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan karena

telah diperjanjikan oleh kedua belah pihak.

Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini meliputi, 1. bagaimanakah

pelaksanaan perjanjian gadai atas tanah pertanian berdasarkan Undang-Undang

Nomor 56/Prp/1960tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian di Kecamatan

Selong ?dan 2. apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

perjanjian gadai tanah pertanian yang di atur dalam Undang-Undang Nomor

56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian tidak dilaksanakan di

Kecamatan Selong?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Jual gadai tanah

pertanian menurut Undang-Undangan Nomor 56/Prp/1960, tentang penetapan luas

tanah pertanian dalam kaitannya dengan hukum adat di Kecamatan Selong dan

untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

perjanjian gadai tanah pertanian yang di atur dalam Undang-Undang Nomor

56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian tidak dilaksanakan di

Kecamatan Selong.Sehingga memberikan manfaat baik secara teoritis yakni

mengharapkan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran di bidang

hukum khususnya mengenai pelaksanaan perjanjian jual gadai atas tanah

pertanian berdasarkan Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960tentang Penetapan

Page 6: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

vi

Luas Tanah Pertanian di Kecamatan Selong dan faktor-faktor pendukung serta

penghambat pelaksanaan perjanjian gadai tanah pertanian yang di atur dalam

Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian

tidak dilaksanakan di Kecamatan Selong. Secara praktis memberikan kontribusi

bagi pihak yang berkepentingan dalam menyelesaikan dan meyempurnakan

peraturan perundang-undangan, khususnya mengenai pelaksanaan perjanjian jual

gadai atas tanah pertanian berdasarkan Undang-Undang Nomor

56/Prp/1960tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.

Untuk menjawab rumusan masalah tersebut digunakan jenis penelitian

normatif empiris yang bersifat deskriptif analisis. Metode penelitian normatif

empiris dalam penelitian ini memaparkan berbagai teori maupun pandangan para

ahli yang dikutip dari berbagai pustaka yang telah dikemukakan terdahulu dan

juga data yang ditemukan di lapangan daerah penelitian. Sehingga dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode Pendekatan undang-undang (Statute

Approach),Pendekatan Konseptual(Conceptual approach), dan Pendekatan

Sosiologis.

Page 7: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

vii

II. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian

Selong adalah sebuah Kecamatan yang juga merupakan ibu kota

kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Selong memiliki wilayah dengan luas

sekitar 31,68 km2 yang terdiri dari 11 Kelurahan dan 1 Desa yaitu Danggen

Timur, Danggen, Kelayu Jorong, Kelayu Selatan, Kelayu Utara, Kembang

Sari, Majidi, Pancor, Rakam, Sandubaya, Sekarteja, dan Khusus Kota Selong.

Dilihat dari lingkup yang terkecil, Kecamatan Selong terdiri dari 52 dusun dan

304 RT. Selain itu Kecamatan Selong didukung oleh 116 perangkat Desa.

KecamatanSelong memiliki batas wilayah di sebelah utara

Kecamatan Suralaga, sebelah selatan Kecamatan Sakra, sebelah timur

Kecamatan Sukamulia, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Labuhan haji. Jumlah penduduk KecamatanSelong pertengahan tahun 2015-

2016 adalah 89.137 jiwa dan 90.316 jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja di

sektor pertanian di KecamatanSelong sejumlah 9.922 jiwa dengan spesifikasi

petani pemilik lahan sendiri sejumlah 4.085 jiwa, petani penggarap 192 jiwa,

dan buruh tani 5.645 jiwa.

KecamatanSelong berdasarkan data memiliki lahan pertanian

dengan luas 1.673 Ha atau setara dengan 16,73 km2 yang terdiri dari lahan

sawah seluas 1.340 Ha dan lahan pertanian bukan sawah seluas 333 Ha.

Page 8: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

viii

B. Pelaksanaan Perjanjian Gadai Atas Tanah Pertanian Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 Tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian Di KecamatanSelong.

Berbicara masalah tanah di KecamatanSelong berarti

membicarakan pula masalah hukum adat Sasak, hal ini disebabkan karena

masalah tanah sangat erat dengan mata pencaharian masyarakat di

KecamatanSelong. Sehingga sering terjadi transaksi atas tanah pertanian

khususnya seperti gadai ataupun perbuatan hukum lainya yang berkaitan

dengan tanah guna mendapatkan sejumlah uang.

Adat tampil dalam masyarakat secara tidak tertulis, karena adat

sebagai hukum yang tidak tertulis dan hukum positif sebagai hukum tertulis

maka melahirkan konsekuensi konstitusional yang bersifat ragam hukum yang

kuat (strong legal pluralism), dan ragam hukum yang lemah (weak legal

pluralism).1

Dalam hukum agraria nasional yang dimaksud dengan gadai adalah

seperti yang disebutkan dalam Angka 9a penjelasan umum Undang-Undang

Nomor 56 Prp tahun 1960 yang berbunyi :

‘’ Hak gadai adalah hubungan antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang uang kepadanya, selama utang tersebut belum dibayar lunas maka itu tetap berada dalam penguasaan yang meminjamkan uang tadi (pemegang gadai) selama itu pula hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai yang dengan demikian merupakan bunga dari utang uang tersebut’’.

1 Sarkawi, Hukum Pembebasan Tanah Hak Milik Adat Untuk Pembangunan Kepentingan Umum, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2104, hlm 102.

Page 9: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

ix

Transaksi tanah menurut Hukum Adat di KecamatanSelong dapat

berupa penyerahan tanah oleh seseorang kepada orang lain untuk

mendapatkan sejumlah uang tunai atas penyerahan tanah yang dilakukannya.

Penyerahan di sini ada yang bersifat tetap, dan ada yang bersifat sementara.

Penyerahan tanah yang bersifat tetap pada hakekatnya sama saja dengan jual

beli tanah, sedangkan yang bersifat sementara pada hakekatnya lebih

menyerupai gadai atau sewa tanah. Penyerahan tanah bersifat tetap

menimbulkan hak milik atas tanah, sedangkan penyerahan tanah yang bersifat

sementara hanya menimbulkan hak penguasaan atas tanah saja, tetapi

penyerahan yang bersifat sementara yang juga di kenal dengan sebutan gadai.

Masyarakat KecamatanSelong lebih menyangkut pada masalah hutang-

piutang, jadi hutang haruslah dibayar dan apabila seseorang melakukan

transaksi jual gadai haruslah ditebus.

Pelaksanaan perjanjian gadai atas tanah pertanian di

KecamatanSelong memiliki beberapa unsur, yaitu :

1. Terjadinya Gadai Tanah

Transaksi terjadinya gadai tanah di KecamatanSelong memerlukan

salah satu bentuk transaksi yang isinya penyerahan benda sebagai prestasi

yang berjalan serentak dengan pembayaran tunai sebagai kontrak prestasi.

Transaksi gadai tanah yang dilaksanakan masyarakat di KecamatanSelong

adalah transaksi yang dilaksanakan dengan kebiasaan masyarakat

melaksanakan gadai tanah yang bersifat rill dan konkrit, dalam artian

bahwa gadai dilakukan berdasarkan kesepakatan dan adanya obyek yang

Page 10: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

x

diterima oleh para pihak secara utuh dan nyata, dengan adanya itu maka

gadai tanah yang dilaksanakan dinyatakan sudah sah.

2. Para Pihak Gadai Tanah Dan Hubungan Antara Para Pihak

Para pihak dalam gadai tanah yang dilakukan di KecamatanSelong

yaitu pihak pemilik tanah pertanian yang disebut pemberi gadai dan pihak

yang menyerahkan uang kepada pemberi gadai yang disebut pemegang

gadai.

Transaksi gadai tanah pertanian yang dilakukan masyarakat

KecamatanSelong pada umumnya dilakukan kepada keluarga sendiri,

tanah yang dimiliki biasanya diserahkan kepada keluarga sendiri untuk

dijadikan barang gadai, hal tersebut dimaksudkan agar saling membantu

sesama keluarga, karena keluarga pada dasarnya akan tahu keadaan

ekonomi dari keluarganya yang lain.

3. Bentuk Perjanjian Gadai Tanah Pertanian

Sedangkan bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang

dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan

adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan

(cukup kesepakatan para pihak).2

Di dalam UUPA serta peraturan pelaksana dikehendaki bahwa

setiap perjanjian untuk mengalihkan tanah dan menggadaikan tanah harus

dilakukan dengan cara tertulis dalam bentuk akta autentik. Namun,

2 Salim HS,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Cet. IX, Jakarata:Sinar Grafika, 2014, hlm 166.

Page 11: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xi

perjanjian yang terjadi di KecamatanSelong pada prinsipnya bersifat

berdiri sendiri dan hanya terdapat satu macam perjanjian, oleh karena itu

maka perjanjian tersebut tidak memerlukan suatu akta autentik tertentu,

perjanjajian dapat dilakukan secara lisan tidak harus dengan akta, sebab

gadai yang dilakukan masyarakat dilakukan tanpa tertulis dihadapan

kepala desa atau pejabat pembuat akta tanah.

4. Penetapan Uang Gadai Tanah Pertanian

Penetapan harga atau penetapan uang gadai dalam transaksi gadai

tanah pertanian di KecamatanSelong ditentukan oleh pemilik tanah, hal

tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilik tanahlah yang

membutuhkan uang sehingga pemilik tanah juga yang harus menentukan

uang gadainya. Namun dalam memperoleh kesepakatan dalam penetapan

harga gadai terkadang terjadi tawar menawar antara pemilik tanah dan

penerima gadai.

5. Penebusan Gadai Tanah

Dalam kebiasaan hukum adat masyarakat Selong mengenai kapan

saatnya atau batas waktu untuk melakukan penebusan terhadap tanah gadai

itu atau penebusan kembali, itu semua tergantung kepada perjanjian antara

pemberi gadai dan penerima gadai mengenai batas waktu gadai tersebut

berakhir. Biasanya mayarakat dalam melaksanakan gadai tanah

mempunyai jangka waktu atau batas waktu sampai kapan tanah tersebut

harus dikembalikan kepada pemilik tanah. Namun jika masyarakat tidak

menentukan batas waktu gadai tersebut, masyarakat biasanya

Page 12: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xii

menggunakan prinsip uang kembali tanah juga kembali, maksudnya tanah

yang menjadi obyek perjanjian akan kembali ke tangan pemilik tanah

dengan cara pembayaran tunai berupa uang yang menjadi kontrak prestasi

dikembalikan kepada penerima gadai, maka secara otomatis tanah yang

menjadi hak milik pemberi gadai akan kembali kepada pemberi gadai

tersebut.

Jadi ketentuan mengenai waktu 7 tahun dan cara penebusan gadai

tanah pertanian menurut Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 tentang

Penetapan Luas Tanah Pertanian pada Pasal 7 ayat (1), (2), dan (3) tidak

diterapakan dalam transaksi gadai tanah pertanian yang dilakukan di

KecamatanSelong kabupaten Lombok Timur. Sehingga dapat digaris

bawahi bahwa pelaksanaan gadai tanah pertanian berdasar Undang-

Undang Nomor 56/Prp/1960 di KecamatanSelong tidak efektif.

C. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Perjanjian

Gadai Tanah Pertanian Yang Di Atur Dalam Undang-Undang Nomor

56/Prp/1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian Tidak

Dilaksanakan Di Kecamatan Selong.

Dalam pelaksanaan gadai tanah pertanian di Kecamatan Selong

terdapat hal yang menyimpang dari ketentuan hukum nasional yang berlaku

atau dengan kata lain transaksi gadai tanah pertanian yang terjadi di

Kecamatan Selong berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor

56/Prp/1960 tidak efektif, hal tersebut tidak serta-merta terjadi dengan

Page 13: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xiii

sendirinya, tetapi disebabkan oleh berbagai faktor. Hal tersebut diantaranya

meliputi:

a. Faktor Sosial Budaya.

Sosial budaya masyarakat dalam melaksanakan perjanjian gadai

tanah pertanian lebih memilih dan setuju menggunakan pelaksanaan

perjanjian gadai tanah pertanian sesuai dengan ketentuan atau kebiasaan

yang berlaku dalam masyarakat, hal ini mempengaruhi bahwa ketentuam

mengenai gadai tanah pertanian yang ada dalam hukum nasional

dikesampingkan atau tidak diberlakukan dalam masyarakat yang

melaksanakan perjanjian gadai tanah pertanian.

b. Faktor Ekonomi.

Transaksi gadai tanah pertanian yang dilakukan masyarakat

Kecamatan Selong pada umumnya dilakukan karena keadaan ekonomi,

khususnya perekonomian dari pihak pemberi gadai yang tidak stabil atau

lemah dan keadaan ekonomi yang mendesak. Praktek gadai tanah

pertanian yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Selong dipilih karena

kemudahan-kemudahan serta proses yang cepat untuk mendapatkan uang

pinjaman yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor masyarakat melakukan

perjanjian gadai atas tanah pertanian di Kecamatan Selong.

Adapun faktor lain yang menghambat pelaksanaan perjanjian gadai

tanah pertanian yang di atur dalam Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960

Page 14: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xiv

tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian tidak dilaksanakan di Kecamatan

Selong adalah:

a. Ketidaktahuan Masyarakat Tentang Peraturan Yang Mengatur

Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian Yang Dilakukan.

Masyarakat yang melakukan perjanjian gadai tanah

pertanian di Kecamatan Selong tidak mengetahui adanya peraturan

yang mengatur tentang gadai tanah pertanian, hal ini disebabkan

karena masyarakat tidak pernah mendapatkan informasi atau sosialisasi

dari pihak terkait tentang aturan yang mengatur pelaksanaan perjanjian

gadai tanah pertanian. Masyarakat hanya mengetahui jika mereka

melaksanakan perjanjian gadai tanah pertanian, maka dilakukan

berdasarkan kebiasaan yang sudah dari dulu digunakan.

b. Masyarakat Yang Lebih Memilih Pelaksanaan Gadai Tanah Pertanian

Dengan Menggunakan Hukum Adat.

Di dalam masyarakat Kecamatan Selong hukum adat

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan ketentuan dari

peraturan perundang-undangan pelaksanaan perjanjian gadai tanah

pertanian tidak dapat berjalan sebagaimana yang telah ditetapkan.

Masyarakat Kecamatan Selong lebih memilih mempertahankan

keberadaan dari hukum adat yang telah mendarah daging di dalam

masyarakat. Sehingga meskipun ada masyarakat yang mengetahui

aturan perundang-undangan pelaksanaan perjanjian gadai tanah

Page 15: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xv

pertanian yang telah ditetapkan, namun tetap saja masyarakat setempat

memilih untuk mempertahankan eksistensi dari hukum adat setempat.

Sedangkan faktor pendukung untuk terlaksananya Pasal 7

Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian, peneliti tidak menemukan adanya faktor tersebut di lokasi

penelitian, yaitu di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.

Page 16: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xvi

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian ini, maka dapat di

simpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan perjanjian gadai atas tanah pertanian yang

ada di Kecamatan Selong sama sekali belum sesuai dengan ketentuan yang

ada di dalam pasal 7 Undang-undang 56/prp/1960 tentang Penetapan Luas

Tanah Pertanian, dan 2. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya

ketentuan Pelaksanaan pasal 7/Undang-undang/56/prp/1960 di Kecamatan

Selong Kabupaten Lombok Timur di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

faktor sosial budaya, faktor ekonomi, faktor kurangnya pemahaman

masyarakat tentang pelaksaan ketentuan pasal 7/Undang-undang 56/prp/1960

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dari penelitian ini dapat

diberikan saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada instansi atau pejabat

yang berwenang agar memberikan penyuluhan kepada masyarakat di

Kecamatan Selong terkait pelaksanaan gadai yang diatur dalam Pasal 7

Undang-Undang 56/Prp/1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, dan :

2. Diharapkan kepada masyarakat Kecamatan Selong agar dalam pelaksanaan

gadai tanah pertanian tidak hanya menggunakan hukum adat, namun juga

menggunakan ketentuan Undang-Undang No.56/Prp/1960 tentang Penetapan

Luas Tanah Pertanian.

Page 17: fh.unram.ac.id · Web viewKetentuan yang demikian ini menurut Mahkamah Agung dalam putusannya tanggal 6 Maret 1971 Nomor 180/K/Sip.1970, bersifat memaksa dan tidak dapat dilunakkan

xvii

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Salim HS, 2014, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Cet. IX, Sinar Grafika, Jakarata.

Sarkawi, 2014,Hukum Pembebasan Tanah Hak Milik Adat Untuk Pembangunan Kepentingan Umum, Graha Ilmu,Yogyakarta.

2. Peraturan-peraturanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria, LN Nomor 104Tahun 1960, TLN Nomor 2043.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 56 tahun 1960Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, TLN Nomor 2117.

Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 180/K/Sip.1970.