krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/adakah... · web viewketentuan ini...

14
ADAKAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PETANI DI UU PVT? Oleh : Melisa Dwi Putri Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Pada zaman modern saat ini dapat dipahami bahwa globalisasi telah menggerakkan Indonesia untuk berperan aktif dalam pergaulan global, khususnya perdagangan internasional. Situasi perkembangan perekonomian global sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional, termasuk kegiatan dalam sektor pertanian. Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, maka bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang dapat dikembangkan sebagai sarana untuk terlibat aktif dalam perdagangan internasional, mengingat hasil-hasil pertanian merupakan komoditi ekspor yang sangat dibutuhkan berbagai mancanegara. Pembahasan bidang pertanian tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan persoalan pangan. Perkembangan di bidang ekonomi dan teknologi mengakibatkan persoalan pangan tidak hanya tertuju pada produk pangan yang dapat dijadikan komoditi yang potensial bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan negara, tetapi juga pada sumber penghasil pangan itu sendiri yang dapat direkayasa

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

ADAKAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

HAK PETANI DI UU PVT?

Oleh : Melisa Dwi Putri

Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pada zaman modern saat ini dapat dipahami bahwa globalisasi telah

menggerakkan Indonesia untuk berperan aktif dalam pergaulan global, khususnya

perdagangan internasional. Situasi perkembangan perekonomian global sangat

berpengaruh terhadap perekonomian nasional, termasuk kegiatan dalam sektor

pertanian. Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, maka bidang

pertanian merupakan salah satu bidang yang dapat dikembangkan sebagai sarana

untuk terlibat aktif dalam perdagangan internasional, mengingat hasil-hasil

pertanian merupakan komoditi ekspor yang sangat dibutuhkan berbagai

mancanegara. Pembahasan bidang pertanian tidak dapat dilepaskan kaitannya

dengan persoalan pangan. Perkembangan di bidang ekonomi dan teknologi

mengakibatkan persoalan pangan tidak hanya tertuju pada produk pangan yang

dapat dijadikan komoditi yang potensial bagi peningkatan pendapatan masyarakat

dan negara, tetapi juga pada sumber penghasil pangan itu sendiri yang dapat

direkayasa seperti terciptanya varietas-varietas tanaman yang dapat menghasilkan

produk-produk unggulan.1

Namun sangat disayangkan, kemampuan untuk menghasilkan varietas

tanaman yang dapat dijadikan benih unggul masih rendah di Indonesia, padahal

varietas tanaman merupakan faktor yang menentukan kualitas hasil pertanian.

Rendahnya varietas tanaman yang unggul diakibatkan karena kurangnya minat

dan peran dari pemulia tanaman untuk mengembangkan varietas unggul baru.

Pemuliaan tanaman akan dilakukan oleh pemulia tanaman apabila varietas

tanaman yang mereka temukan dihargai dan dilindungi. Untuk mendorong

kreativitas pemulia tanaman guna menemukan varietas unggul baru maka 1 C.F.G. Sunaryati Hartono, Aspek Globalisasi Internasional dan Regional Yang Berkaitan dan Berpengaruh Pada Masalah Pangan dan Pertanian di Indonesia, Majalah Hukum Nasional, Vol.2, BPHN, Jakarta, Tahun 1977, 26.

Page 2: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

dibentuklah Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman (UU PVT).

UU PVT dibentuk sebagai penghargaan yang diberikan pemerintah untuk

memberikan perlindungan hukum atas kekayaan intelektual pemulia yang berhasil

melakukan pemuliaan tanaman, termasuk didalamnya hak pemulia untuk

menggunakan sendiri hasil varietas hasil pemuliannya, menikmati manfaat

ekonomi dan hak-hak lainnya. Tetapi, kelihatannya UU ini sangat minim dalam

memberikan perlindungan kepada hak-hak petani (Farmer’s Rights). Jika kita

mengacu pada konsiderans UU PVT maka terlihat bahwa pembentuk undang-

undang hanya memfokuskan pada pemberian perlindungan ekslusif kepada

pemulia tanaman secara umum tanpa memberikan perlindungan khusus terhadap

hak-hak petani. Sehingga apabila petani ingin mendapatkan perlindungan, maka

petani harus menjadi pemulia tanaman dengan mendaftarkan varietas baru hasil

temuannya. Namun, sangat kecil kemungkinan petani dapat mendaftarkan varietas

hasil temuannya mengingat aturan pendaftaran yang rumit dan mahal. Aturan

tersebut diberlakukan bagi perorangan maupun badan hukum yang hendak

mendaftarkan varietas baru hasil temuannya.2 Syarat dan Tata Cara Permohonan

Pemberian Hak Perlindungan Varietas Tanaman diatur dalam Peraturan Menteri

Pertanian Republik Indonesia Nomor 121/Permentan/OT.140/11/2013 tentang

Syarat dan Tata Cara Permohonan dan Pemberian Hak Perlindungan Varietas

Tanaman.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk mendaftarkan varietas tanaman juga

tidak sedikit. Setidaknya untuk mendaftarkan varietas tanaman harus membayar

biaya sebagai berikut :3

NO. JENIS SATUAN TARIF

1 Biaya Permohonan Pendaftaran Hak

PVT

2 Wahyuni, Ira Puspita Sari, Skripsi Sarjana “Upaya Perlindungan Hukum terhadap Hak-Hak Petani Pemulia Tanaman di Indonesia” (Malang: Universitas Brawijaya, 2013), 8.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Pertanian

Page 3: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

a. Perorangan WNI, lembaga

penelitian milih pemerintah,

perguruan tinggi dalam negeri.

b. Perorangan WNA, perusahaan dan

Lembaga penelitian Non

Pemerintah.

Per varietas

Per varietas

Rp. 150.000,-

Rp. 250.000,-

2 Perbaikan atau Perubahan

Permohonan Hak PVT

Per varietas Rp. 200.000,-

3 Pencatatan Pengalihan Hak PVT Per varietas Rp. 250.000,-

4 Pencatatan Perjanjian Lisensi Per lisensi Rp. 1.500.000,-

5 Pencatatan Perjanjian Lisensi Wajib Per lisensi Rp. 1.500.000,-

6 Iuran Tahunan

a. Perorangan WNI, lembaga

penelitian milih pemerintah,

perguruan tinggi dalam negeri.

b. Perorangan WNA, perusahaan dan

Lembaga penelitian Non

Pemerintah.

Per varietas

Per varietas

Rp. 750.000,-

Rp. 1.500.000,-

7 Petikan Daftar Umum PVT Per varietas Rp. 100.000,-

8 Salinan Sertifikat PVT Per sertifikat Rp. 100.000,-

9 Salinan Dokumen PVT Per lembar Rp. 5.000,-

10 Permohonan Surat Bukti hak Prioritas Per varietas Rp. 500.000,-

11 Permohonan Banding Per varietas Rp. 3.000.000,-

12 Pendaftaran Konsultan PVT Per

Konsultan

Rp. 5.000.000,-

13 Pemeriksaan Substantif (Uji BUSS)

di Stasiun Uji BUSS Lembang

a. Tanaman ≤ 6 bulan

b. Tanaman ≥ 6 bulan

Per varietas

Per varietas

Rp. 1.750.000,-

Rp. 2.250.000,-

14 Pemeriksaan Substantif

Page 4: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

a. Pemeriksaan Dokumen

b. Pembeliaan Dokumen

Per varietas

Per varietas

Rp. 5.360.000,-

Rp. 4.500.000,-

Pemberlakuan aturan hukum yang sama terhadap badan hukum dan

perorangan akan menumbuhkan ketiadakadilan dan kerugian bagi petani pemulia

tanaman di Indonesia. Jika melihat kondisi petani Indonesia saat ini, jelas terlihat

perbedaan kemampuan yang dimiliki petani dengan badan hukum baik dari segi

sumber daya manusia dan materiil. Berdasarkan data survey yang dilakukan oleh

Badan Pusat Statistik, tercatat pada Juli 2020 petani memiliki upah nominal rata-

rata sebesar Rp55.613,00 dan meningkat menjadi Rp55.677,00 perhari pada

Agustus 2020.4 Dengan melihat kondisi tersebut tidak memungkinkan bagi petani

untuk melakukan permohonan dan pendaftaran atas varietas baru yang mereka

temukan. Selain itu, Petani Indonesia juga masih minim akan pengetahuan terkait

perlindungan varietas tanaman yang mengakibatkan petani lebih sering menjadi

pengguna benih daripada menjadi petani pemulia tanaman.

Sebenarnya jika diamati lebih lanjut dalam isi UU PVT, ada dua pasal

yang mengatur terkait Hak Petani dan memberikan pengecualian sehingga petani

pemulia tanaman dapat menggunakan benih yang telah didaftarkan. Ketentuan

tersebut terdapat dalam Pasal 7 dan Pasal 10 ayat (1) UU PVT. Dalam Pasal 7

ayat (1) disebutkan bahwa “Varietas lokal milik masyarakat dikuasai oleh

Negara”. Ketentuan ini bermakna bahwa varietas lokal adalah varietas yang telah

ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi milik

masyarakat dan dikuasai oleh negara. Dengan ketentuan ini, petani dapat

menggunakan varietas tanaman lokal tanpa perlu membayar karena varietas lokal

pada dasarnya menjadi milik petani yang penguasaannya dilakukan oleh negara.

Varietas tanaman lokal pada umumnya dikembangkan dan diturunkan oleh

petani, sehingga perlindungan terhadap varietas tanaman lokal secara ekonomi

akan membawa manfaat kepada petani.5 Varietas tanaman lokal sebagai 4 Badan Pusat Statistik, “Perkembangan Upah Pekerja/Buruh Agustus 2020” (https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/09/15/1730/upah-nominal-harian-buruh-tani-nasional-agustus-2020-naik-sebesar-0-12-persen.html, diakses 26 september 2020).5Tim Pengkajian Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Lokal dalam Hukum Nasional dan Internasional, “Pengkajian Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Lokal dalam Hukum Nasional dan Internasional”, BPHN, Tahun 2011, 76.

Page 5: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

pengetahuan tradisional tidak hanya perlu dilestarikan namun juga dapat

dimanfaatkan untuk menghindari ketergantungan petani pada varietas benih

hibrida. Benih hibrida diproduksi oleh pemulia tanaman atau perusahaan industri

benih dan hanya dapat digunakan untuk sekali pakai. Oleh karena itu, hasil panen

dari benih tersebut tidak dapat digunakan kembali sehingga petani harus membeli

benih kembali untuk menanam di musim berikutnya yang tentunya menimbulkan

biaya yang harus dikeluarkan oleh petani semakin besar. Pasal 7 UU PVT

memang telah memberikan perlindungan terhadap varietas tanaman lokal namun

hanya sebatas pendaftarannya saja sehingga diperlukan pengaturan lebih lanjut

mengenai perlindungan varietas tanaman lokal.

Kemudian Pasal 10 ayat (1), yang berisi tentang pengecualian dalam

pelanggaran hak perlindungan varietas tanaman. Dalam ketentuan tersebut petani

pemulia tanaman diberikan izin untuk menggunakan benih yang telah dilindungi

UU PVT dengan syarat penggunaan yang dilakukan tidak untuk tujuan yang

bersifat komersial dan penggunaannya dilakukan untuk penelitian, pemuliaan

tanaman, dan perakitan varietas baru. Namun, masih terdapat batasan pada

penjelasan Pasal 10 ayat 1 huruf a yang berbunyi “Yang di maksud dengan tidak

untuk tujuan komersial adalah kegiatan perorangan terutama para petani kecil

untuk keperluan sendiri dan tidak termasuk kegiatan menyebarluaskan untuk

keperluan kelompoknya. Hal ini perlu ditegaskan agar pangsa pasar bagi varietas

yang memiliki PVT tadi tetap terjaga dan kepentingan pemegang hak PVT tidak

dirugikan.”

Batasan tersebut terdapat pada penggunaan istilah “tidak untuk tujuan

komersial” dan “untuk keperluan sendiri” yang dapat diartikan bahwa petani

hanya diperbolehkan menyimpan benih untuk ditanam di musim berikutnya

selama untuk kepentingannya sendiri dan tidak disebarluaskan kepada orang lain,

istilah tersebut juga dapat dimaknai sebagai pembatasan atas kegiatan petani

untuk menjual atau mengkomersialkan hasil akhir varietas tanaman (hasil panen)

yang dilindungi dari tanaman yang ditanamnya sendiri.

Page 6: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

UU PVT seharusnya mengatur mengenai prinsip exhaustion of the

breeder’s rights (batas pemberlakuan hak pemulia atau hak PVT) karena

ketentuan tersebut dapat memberikan kejelasan tentang batasan dari hak yang

dimiliki oleh pemulia atas varietas yang dilindungi oleh hak PVT. Prinsip

exhaustion of the breeder’s rights diatur dalam Pasal 16 ayat 1 Konvensi Union

for the Protection New Varieties of Plants (UPOV) 1991. Ketentuan ini

memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan

mengkomersialkan hasil panen dan produk akhir dari varietas yang dilindungi,

tanpa harus membayar royalti atau membagi keuntungan yang diperoleh kepada

pemulia tanaman tersebut.6 Dengan menggunakan prinsip exhaustion maka UU

PVT dapat melindungi varietas tanaman yang merupakan hasil pemuliaan

tanaman namun juga tidak mempersulit petani untuk menggunakan benih dari

varietas tanaman yang dilindungi.

UU PVT memang memberikan perlindungan hukum terhadap hak-hak

petani namun UU PVT hanya memberikan sedikit perlindungan terhadap petani

dan pengaturannya pun bersifat implisit sehingga menjadikan ketidakpastian

dalam penegakannya. Sebagai komparasi, Pemerintah dapat berkaca dari

peraturan perundang-undangan negara lain yang telah memberikan perlindungan

terhadap hak-hak petani seperti Negara India. The Protection of Plant Varieties

and Farmer’s Right Act of 2001 (PBR & FR Act) adalah Undang-Undang yang

berlaku di Negara India tentang Perlindungan Varietas Tanaman dan Hak-Hak

Petani. PBR & FR Act ini menggunakan sistem perlindungan sui generis yang

mampu menyeimbangkan antara perlindungan terhadap hak eksklusif pemulia

tanaman dengan hak-hak petani sebagai pengguna hasil pemuliaan tanaman.7

Dalam PBR & FR Act terdapat beberapa ketentuan yang melindungi hak-hak

petani atas benih varietas tanaman.

6 Sediono, Irfan, Tesis Magister :”Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia dan Hak Petani Di Indonesia (Kajian Terhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman)” (Malang: Universitas Brawijaya, 2008), 77.7 Sarah.A.S, “Perbandingan Pengaturan Hukum Perlindungan Varietas Tanaman terhadap Hak-Hak Petani di Indonesia dan di India”, Media HKI, Vol.XI No.6, Jakarta, Tahun 2014, 13.

Page 7: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

Pertama, dalam Pasal 39 PBR & FR Act, petani diperbolehkan untuk

menyimpan, menanam, menanam kembali, menukarkan, membagi atau menjual

produk yang berasal dari lahannya termasuk benih dari varietas yang dilindungi

oleh hak pemulia, petani juga dimungkinkan untuk menjual benih dengan batasan

benih tersebut tidak dijual dengan menggunakan nama yang didaftarkan oleh

pemulia. Kedua, dalam Pasal 47 ayat 1 PBR & FR Act, mengatur tentang lisensi

wajib yang dapat dimohonkan atas pemanfaatan benih-benih yang dilindungi oleh

hak pemulia. Pengaturan ini dapat menguntungkan pemulia tanaman sebagai

pemegang hak PVT dengan tetap mendapatkan hak ekonomi, meskipun

jumlahnya tidak dapat ditentukan olehnya dan petani dapat menggunakan benih

secara legal.8

UU PVT juga perlu menambahkan ketentuan baru berupa aturan khusus

yang diberlakukan kepada petani pemulia tanaman dalam melakukan permohonan

dan pendaftaran varietas baru sehingga petani dapat memperoleh haknya tanpa

kesulitan atau pemerintah dapat membebasbiayakan permohonan perlindungan

varietas tanaman untuk petani kecil. Selain itu, untuk megurangi sifat

ketergantungan petani terhadap benih hibrida, petani dapat membentuk kelompok

petani yang kemudian memaksimalkan peran organisasi tersebut dengan

melakukan pemuliaan varietas tanaman lokal. Dengan pertimbangan-

pertimbangan tersebut, maka sudah seharusnya UU PVT direvisi dengan

menambahkan beberapa ketentuan yang belum diatur dalam UU PVT. Revisi

terhadap UU PVT diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum yang lebih

jelas dan tegas terhadap hak-hak petani maupun pemulia tanaman.

8 Sediono. Irfan, Op.Cit, 71.

Page 8: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

Daftar Pustaka

Anandari, Windi, Tesis Magister :”Implementasi Asas Keseimbangan Dalam

Perlindungan Varietas Tanaman Di Indonesia” (Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia, 2014), 8.

Badan Pusat Statistik, “Perkembangan Upah Pekerja/Buruh Agustus 2020”

(https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/09/15/1730/upah-nominal-harian-buruh-tani-

nasional-agustus-2020-naik-sebesar-0-12-persen.html, diakses 26 september 2020)

C.F.G. Sunaryati Hartono, “Aspek Globalisasi Internasional dan Regional Yang

Berkaitan dan Berpengaruh Pada Masalah Pangan dan Pertanian di Indonesia”,

Majalah Hukum Nasional, Vol.2, BPHN, Jakarta, Tahun 1977, 26.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016 tentang Jenis

dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada

Kementerian Pertanian.

Sarah.A.S, “Perbandingan Pengaturan Hukum Perlindungan Varietas Tanaman

terhadap Hak-Hak Petani di Indonesia dan di India”, Media HKI, Vol.XI No.6,

Jakarta, Tahun 2014, 13.

Sediono, Irfan, Tesis Magister :”Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia dan

Hak Petani Di Indonesia (Kajian Terhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2000

tentang Perlindungan Varietas Tanaman)” (Malang: Universitas Brawijaya, 2008),

77.

Page 9: krdfhundip.comkrdfhundip.com/wp-content/uploads/2020/10/ADAKAH... · Web viewKetentuan ini memberikan hak bagi petani untuk menggunakan, mengelola, dan mengkomersialkan hasil panen

Tim Pengkajian Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Lokal dalam Hukum Nasional

dan Internasional, “Pengkajian Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Lokal dalam

Hukum Nasional dan Internasional”, BPHN, Tahun 2011, 76.

Undang-Undang No.29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.