fhaina nuelestari e1c111034 2

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menunjang mutu pendidikan. Komponen yang utama adalah faktor guru. Tanpa guru yang profesional mustahil suatu sistem pendidikan mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas berlangsung secara bermutu dan bermakna. Jadi, mutu pendidikan salah satunya ditentukan di dalam kelas melalui proses pembelajaran. Pembelajaran fisika merupakan salah satu pembelajaran wajib di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran fisika memiliki pokok bahasan tentang berbagai konsep pengetahuan. Dalam pengajarannya tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah tetapi dibutuhkan suatu metode pengajaran yang lebih menarik minat siswa untuk ikut larut dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi peneliti selama melaksanakan program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 11 Mataram ditambah wawancara dengan guru mata pelajaran fisika ternyata prestasi siswa untuk mata pelajaran fisika dapat dikatakan masih kurang. Hal ini terlihat dangan banyaknya siswa ( dari jumlah siswa dalam satu kelas) yang mengikuti remedial setiap diadakan ulangan harian secara terjadwal. Nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) untuk mata pelajaran fisika adalah 62,50, sehingga siswa yang memperoleh nilai ulangan harian dibawah nilai 62,50 harus mengikuti remedial. Berikut data prestasi belajar fisika siswa khususnya kelas VIII: Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Ujian Tengah Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 11 Mataram Tahun Pelajaran 2009/2010 No Kelas Rata-Rata UTS Ketuntasan Klasikal

Upload: wildan-abdulgani

Post on 11-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Kuliah PGSD

TRANSCRIPT

Page 1: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangUpaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh komponen yang menunjang mutu pendidikan. Komponen yang utama adalah faktor guru. Tanpa guru yang profesional mustahil suatu sistem pendidikan mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas berlangsung secara bermutu dan bermakna. Jadi, mutu pendidikan salah satunya ditentukan di dalam kelas melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran fisika merupakan salah satu pembelajaran wajib di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pembelajaran fisika memiliki pokok bahasan tentang berbagai konsep pengetahuan. Dalam pengajarannya tidak cukup hanya menggunakan metode ceramah tetapi dibutuhkan suatu metode pengajaran yang lebih menarik minat siswa untuk ikut larut dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi peneliti selama melaksanakan program Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) tahun pelajaran 2009/2010 di SMP Negeri 11 Mataram ditambah wawancara dengan guru mata pelajaran fisika ternyata prestasi siswa untuk mata pelajaran fisika dapat dikatakan masih kurang. Hal ini terlihat dangan banyaknya siswa ( dari jumlah siswa dalam satu kelas) yang mengikuti remedial setiap diadakan ulangan harian secara terjadwal. Nilai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) untuk mata pelajaran fisika adalah 62,50, sehingga siswa yang memperoleh nilai ulangan harian dibawah nilai 62,50 harus mengikuti remedial. Berikut data prestasi belajar fisika siswa khususnya kelas VIII:

Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Ujian Tengah Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 11 Mataram Tahun Pelajaran 2009/2010

No Kelas Rata-Rata UTS Ketuntasan Klasikal

1. VIII A 81,60 92%

2. VIII B 40,54 19,23%

3. VIII C 40,44 14,29%

4. VIII D 39,44 11,11%

5. VIII E 40,36 18,75%

6. VIII F 38,47 7,14%

7. VIII G 43,97 20,69%

Page 2: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

Sumber:Guru Mata Pelajaran Fisika

Dari data di atas terlihat bahwa kelas VIII F memiliki rata-rata paling rendah karena berada di bawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yakni 38,47 , hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VIII F. Berdasarkan hasil obervasi awal terhadap siswa kelas VIII F, peneliti dapatkan bahwa siswa kelas VIII F ini mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-aoal latihan yang diberikan oleh guru karena penguasaan konsepnya rendah, selain itu mereka juga sulit untuk mengarahkan perhatiannya pada penjelasan guru. Sulitnya siswa mengarahkan perhatiannya pada penjelasan guru dikarenakan kelas VIII F termasuk siswa yang sangat aktif (banyak bermain di kelas).

Untuk mengarahkan karakter siswa yang sangat aktif ini dan bagaimana meningkatkan prestasinya, maka diperlukan suatu model dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang memicu siswa untuk aktif dalam pembelajaran adalah pendekatan SAVI. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual. Pendekatan SAVI ini diciptakan oleh Dave Meier asal Amerika yang memiliki banyak pengalaman tentang bagaimana agar pembelajaran tidak membosankan.

Pendekatan SAVI teridiri atas 4 unsur yakni: Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual. Somatis maksudnya adalah belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori maksudnya adalah belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual maksudnya adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan Intelektual maksudnya adalah belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar ini harus ada dan harus simultan agar belajar belangsung optimal.

Pada unsur Intelektual dalam Pendekatan SAVI dapat divariasikan dengan salah satu model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Snowball Drillling (Gelindingan Bola salju) agar siswa lebih terpusat perhatiannya kepada guru dan pelajaran. Pada Snowball Drilling ini peran guru adalah mempersiapkan soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju (berupa soal latihan) dengan cara menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan seorang siswa yang akan menjawab soal nomor 1. Jika siswa yang mendapat giliran pertama menjawab soal tersebut langsung menjawab benar, maka siswa itu diberikan kesempatan untuk menunujuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya yakni soal nomor 2. Seandainya, siswa yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal, maka siswa itu harus menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga siswa tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu. Sehingga semua siswa akan lebih mempersiapkan diri belajar dan terpusat perhatiannya kepada guru dan pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka untuk dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar fisika siswa kelas VIII F, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Penerapan Tipe Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) Untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Fisika Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram”

Page 3: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

B. Rumusan MasalahBerdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010?

2. Apakah penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010.

2. Menerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif terhadap pengembangan pembelajaran IPA khususnya fisika. Manfaat yang dapat diambil secara khusus adalah sebagai berikut:

1 Bagi SiswaMemotivasi siswa untuk lebih fokus dan aktif dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

2 Bagi Guru FisikaGuru Fisika dapat menerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI ini sebagai salah satu alternatif dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.

3 Bagi PenelitiPeneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran yang menerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI yang dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa.

Page 4: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

E. Batasan MasalahBatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah “Tekanan”

2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram semester pertama tahun ajaran 2009/2010

3. Penelitian ini hanya terfokus pada penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa.

F. Definisi Operasional1. Snowball Drilling merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran Cooperatif Learning yang bertujuan untuk membuat siswa fokus terhadap pelajaran dan guru dalam proses pembelajaran.

2. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang terdiri atas 4 unsur yakni Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar dengan mengamati) dan Intelektual.(belajar dengan memecahkan masalah).

3. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berupa angka, huruf atau kalimat

4. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, baik kegiatan antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa lainnya maupun anatara siswa dengan lingkungan sekitarnya.

Page 5: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

G. Snowball Drilling (Gelindingan Bola Salju)Suprijono (2009:108) mengungkapkan bahwa pada Snowball Drilling ini peran guru adalah mempersiapkan soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peseta didik yang mendapat giliran pertama menjawab soal tersebut langsung menjawab benar, maka peserta didik itu diberikan kesempatan untuk menunujuk salah satu temannya menjawab soal nomor berikutnya yakni soal nomor 2. Seandainya, peserta didik yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal, maka peserta didk itu harus menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peseta didik tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.

H. Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)Dalam Muhfida (2009) mengatakan bahwa Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Dave Meier (2002:91-92) menyatakan bahwa keempat unsur ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan. Di bawah ini diberikan perincian setiap unsur tersebut.

a. Belajar SomatisSomatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma. Belajar somatis berarti

belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Penelitian neurologis menunjukkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh artinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan satu sistem yang benar-benar terpadu. Jadi dengan menghalangi pembelajaran somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar, berarti kita menghalangi fungsi fikiran mereka sepenuhnya (Meier, 2002: 93). Oleh karena itu untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh ini kita perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari

Page 6: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

waktu ke waktu walaupun tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti–ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik dapat membantu pembelajaran. (Meier, 2002: 95). Hal ini sesuai juga dengan apa yang dinyatakan Djamarah (2002:45) bahwa learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat karena belajar sambil berbuat termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Begitu pula dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:44) bahwa anak adalah makhluk yang aktif yang mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri karena belajar itu tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain artinya belajar itu akan terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

b. Belajar AuditoriPikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap

dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. (Meier, 2002: 95).

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajar, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Paul D. Dierich dalam Hamalik (2003:172) menjelaskan kegiatan-kegiatan berbicara dapat dilakukan dengan meminta siswa mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, memberi saran, wawancara, diskusi dan kegiatan-kegiatan mendengarkan dapat dilakukan dengan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan Kegiatan membaca ini sangat penting dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Djamarah (2002:41) bahwa kalau belajar itu adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan kegiatan mendengarkan seperti yang diungkapkan Dalyono (2005:219) bahwa melalui pendengaran terjadi interaksi dengan lingkungan sehingga manusia dapat berkembang.

c. Belajar Visual Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya bahwa dalam otak terdapat banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. (Meier, 2002: 97).

Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar. Paul D. Dierich dalam Hamalik (2003: 172) menjelaskan bahwa aktivitas visual dapat dilakukan dengan membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

Memandang juga termasuk kegiatan belajar visual sperti yang diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2006:44) menyatakan bahwa memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek dan aktivitas memandang ini berhubungan erat dengan mata, tetapi tidak semua aktivitas memandang berarti belajar karena aktivitas memandang dalam arti belajar adalah aktivitas memandang yang

Page 7: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

bertujuan sesuai dengan kebutuhan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif. Hal ini seperti yang diungkapkan Dalyono (2005:220) bahwa apabila kita memandang segala sesuatu dengan sikap tertentu untuk mencapai tujuan yang mengakibatkan perkembangan diri kita, maka dalam hal demikian kita sudah belajar.

d. Belajar IntelektualIntelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagaian dari yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. (Meier, 2002:99).

Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran; sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. (Meier, 2002:99).

Salah satu kegiatan intelektual adalah berpikir, menurut Dalyono (2005:224) dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.

Keempat unsur ini (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) harus ada dan saling simultan agar proses belajar berlangsung optimal sesuai dengan apa yang diungkapakan oleh Dave Meier (2002: 100) Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Orang dapat belajar dengan menyaksikan presentasi (V), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dengan menggerakkan sesuatu secara simultan (S) untuk menghasilkan piktogram (V) dan memikirkan cara menerapkan informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah (I).

I. Prestasi BelajarBelajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:7).

Harold Spears dalam Suprijono (2009:2) mengungkapkan belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.

Djamarah (1994:21) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Sejalan dengan Slameto dalam Djamarah (2002:13) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Bell-Gredler (1986:1) dalam Winataputra (2007:1.5) menyatakan juga bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Begitu pula dengan apa yang dikatakan oleh Purwanto (1990:85) bahwa tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Page 8: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

Sedangkan Djamarah (1994:23) membuat definisi tentang prestasi, prestasi adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Poerwadarminto dalam Djamarah (1994:20) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar (Djamarah, 1994:23). Definisi lain dari Anonim (2003:895) menyatakan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahawa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berupa angka, huruf atau kalimat

J. Aktivitas BelajarBelajar bukanlah proses kehampaan, tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas (Djamarah, 2005:38). Sama seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2009:97) bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, Tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Dalam Dave Meier (2002:90) Belajar berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Belajar berdasarkan aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada yang didasarkan presentasi, materi dan media karena telah terbukti berkali-kali bahwa biasanya orang belajar lebih banyak dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada jika mereka belajar dengan duduk di depan penceramah, buku panduan, televisi ataupun komputer.

Menurut Hamalik (2003:175-176) Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar luar kelas. Hanya saja penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaiakan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu. mengatakan penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahawa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, baik kegiatan antara siswa dengan guru maupun kegiatan antara siswa dengan siswa lainnya.

Page 9: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

K. Kerangka Berpikir Keadaan siswa dari kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram yang cenderung sangat aktif dalam hal bermain di dalam kelas dan memilki prestasi yang rendah maka perlu diterapkan suatu pendekatan pembelajaran yang mengarahkan aktivitas dan perhatian mereka. Salah satunya adalah Pendekatan SAVI. Karena menurut Meier (2002:90) Pendekatan SAVI memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Di sisi lain Snowball Drilling yang bertujuan untuk memusatkan perhatian siswa kepada guru dan pelajaran dapat diterapkan dalam salah satu unsur Pendekatan SAVI ini yakni unsur Intelektual. Kolaborasi antara Pendekatan SAVI dan Snowball Drilling ini diharapkan dapat mengarahkan pembelajaran menjadi lebih terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, peneliti ingin mencoba menerapkan Tipe Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun ajaran 2009/2010.

L. Hipotesis TindakanBerdasarkan uraian di atas, maka hipotesa dalam tindakan ini dirumuskan sebagai berikut: “penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI diduga dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun ajaran 2009/2010”.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam rangka untuk memperbaiki mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) yang dilakukan oleh guru di kelas. PTK bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil belajar yang dicapai siswa (Kunandar, 2008:59).

B. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 28 orang siswa dengan 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan, sedangkan obyek penilitian ini adalah peningkatan prestasi dan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan “Tekanan”.

Page 10: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 29 Oktober sampai 29 November 2009 di SMP Negeri 11 Mataram.

D. Faktor Yang Diteliti Dalam penelitian ini, faktor yang diteliti adalah faktor siswa yaitu dengan melihat

prestasi belajar siswa yang didapat melalui tes evaluasi pada tiap siklusnya serta melihat peningkatan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diisi oleh pengamat atau observer.

E. Prosedur PenelitianAdapun prosedur penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi di akhir tindakan. Untuk lebih jelasnya siklus I dan siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tahap-Tahap Tindakan Pada Setiap Siklus

Siklus I

1. Tahap PersiapanDalam tahap persiapan dilakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Membuat skenario pembelajaran yang berorientasi pada penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI

b. Membuat Lembar Kerja Siswa ( LKS ), soal-soal pilihan ganda (untuk tahap Snowball Drilling)

c. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum

d. Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran apakah sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat

e. Membuat daftar nama kelompok siswa yakni membagi siswa menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas 4 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang hetrogen dan jenis kelamin yang berbeda-beda

f. Menyiapkan soal tes evaluasi berbentuk pilihan ganda beserta kunci jawabannya untuk memperoleh data prestasi belajar siswa.

Page 11: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

2. Tahap Pelaksanaan TindakanPada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas dan di Laboraturium, yakni dengan menggunakan pembelajaran yang menerapkan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI.. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada tindakan ini adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kepada siswa tentang strategi pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI

2) Memberikan apersepsi dan motivasi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran

4) Meminta siswa duduk sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan

b. Kegiatan inti

1) Membagikan LKS kepada tiap kelompok

2) Memperkenalkan siswa alat yang digunakan untuk eksperimen

3) Membagikan alat eksperimen kepada siswa

4) Menjelaskan prosedur penggunaan alat

5) Meminta siswa melakukan kegiatan Somatis seperti bekerja sesuai petunjuk LKS dan membimbing serta mengarahkan siswa dalam melakukan kegiatan Somatis tersebut.

6) Memberi kesempatan pada setiap kelompok untuk melakukan kegiatan Auditori seperti berdiskusi, saling mengungkapkan pedapat dan mendengar pendapat dengan teman kelompoknya.

7) Mempersilahkan siswa mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti dalam melakukan eksperimen.

8) Meminta perwakilan kelompok untuk melakukan kegiatan Visual, yakni mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya disertai alat peraga atau gambar yang mendukung hasil kerja kelompoknya sedangkan siswa yang lain diminta untuk memperhatikan dengan seksama.

9) Mempersilahkan kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hail perssentasi temannya

10) Menjelaskan materi pembelajaran sambil mengaitkannya dengan eksperimen yang telah dilakukan siswa serta memperbaiki konsep siswa yang masih keliru.

11) Meminta siswa melakukan kegiatan Intelektual dengan tekhnik penerapan Snowball Drilling yakni guru mengajukan beberapa soal pilihan ganda yang akan dijawab oleh masing-masing siswa sesuai skenario Snowball Drilling.

Page 12: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

12) Guru menilai jawaban siswa serta meyampaikan langkah penyelesaian yang benar apabila masih terdapat kesalahan pada jawaban siswa.

c. Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Meminta siswa untuk mencatat kesimpulan atau rangkuman yang diberikan

3) Meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan.

3. Tahap Observasi dan EvaluasiPada tahap ini dilakukan proses observasi secara kontinu setiap berlangsungnya pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi, dimana siswa diobservasi oleh observer. Sedangkan pada tahap evaluasi, siswa diberi tes evaluasi pada akhir tiap siklus.

4. Tahap RefleksiRefleksi dilakukan pada akhir tiap siklus. Pada tahap ini, peneliti mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklusnya. Sebagai acuan dalam tahapan ini adalah hasil observasi dan evaluasi. Hasil ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Prosedur pelaksanaan penelitian pada siklus II ini sama seperti pada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I sebagai acuan perbaikan. Perbedaannya hanyalah pada materi yang dipelajari, pada siklus I materinya “Tekanan pada Zat Padat dan Udara” sedangkan pada siklus II materinya “Tekanan pada Zat Cair”.

Secara singkat prosedur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dalam alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas di bawah ini:

Page 13: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1 : Alur dalam penelitian tindakan kelas

F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan kepada siswa pada akhir setiap siklus yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa.

2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa yang digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada lembar observasi ini tersedia 6 indikator dengan masing-masing indicator terdiri atas 4 deskriptor dengan cara penskoran sebagai berikut:

• Skor 5 diberikan jika semua deskriptor nampak

• Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak

• Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor nampak

• Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor nampak

• Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak

Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 14: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

1. Kesiapan siswa untuk menerima pelajaran

2. Kegiatan Somatis dalam pembelajaran

3. Kegiatan Auditori dalam pembelajaran

4. Kegiatan Visual dalam pembelajaran

5. Kegiatan Intelektual (Tahapan Snowball Drilling)

6. Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Prestsai Belajar SiswaData prestasi belajar siswa diperoleh melalui pemberian tes berupa tes pilihan ganda (multiple choice tes) pada akhir tiap siklus. Data prestasi belajar siswa ini digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II.

2. Data Aktivitas Belajar SiswaData aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer atau pengamat selama proses pelaksanaan tindakan. Lembar observasi ini terdiri dari 6 indikator dengan masing-masing indicator memiliki 3 deskriptor. Observer akan memberikan skor pada aktivitas siswa yang nampak dengan ketentuan: Skor 4 jika semua descriptor nampak, skor 3 jika 2 deskriptor nampak, skor 2 jika 1 deskriptor nampak, dan skor 1 jika tidak ada deskriptor yang nampak.

H. Teknik Analisa Data

1. Data Prestasi Belajar SiswaPrestasi belajar siswa di analisis secara deskriptif kuantitatif. Yaitu dengan menentukan skor rata-rata hasil tes. Untuk mendapatkan rata-rata hasil tes belajar, dipergunakan persamaan berikui:

(3.1) Keterangan:

R = Nilai rata-rata kelas

X = Jumlah nilai yang diperoleh siswa

N = Jumlah siswa yang ikut tes

Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat peningkatan rata-rata nilai dari rata-rata nilai sebelumnya.

Page 15: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

2. Data Ketuntasan BelajarUntuk menganalisis ketuntasan belajar secara klasikal digunakan persamaan:

(3.2)

Keterangan :

KK = Ketuntasan klasikal

X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60

Z = Jumlah siswa yang ikut tes

Proses belajar dikatakan tuntas jika kelas dapat memenuhi ketuntasan klasikal sesuai standar sekolah. Yakni dikatakan tuntas jika ketuntasan klasikalnya 85 %, itu berarti jika ketuntasan klasikal < 85% maka kelas belum dikatakan tuntas.

3. Data Aktivitas Belajar siswaPeningkatan aktivitas belajar siswa dari satu siklus ke siklus lain dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas belajar siswa di tiap-tiap siklus selama proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan skala 1-5.

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, hasil observasi aktivitas siswa dianalisis dengan cara:

a. Menentukan Skor Maksimum Ideal (SMI)

Banyaknya indikator: 6

Skor maksimum setiap deskriptor: 5

Skor Maksimum Ideal (SMI) = 6 x 5 = 30

b. Menentukan Mi (Mean ideal) dan SDi (Standar Deviasi ideal)

Mi = (SMI) …………… …………………(3.1)

= (30)

= 15

SDi = Mi …………………………………...(3.2)

Page 16: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

= x 15

= 5

c. Menentukan Kriteria Aktivitas Belajar Siswa

Untuk menentukan kriteria aktivitas belajar siswa dapat menggunakan pedoman konversi penilaian skala 1-5 seperti di bawah ini.

Tabel 3.1: Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Aktivitas Belajar Siswa

Interval Konversi Nilai Kriteria

Mi + 1,5 Sdi

22,5

Sangat Aktif

Mi + 0,5 Sdi < Mi + 1,5 SDi

17,5 <22,5

Aktif

Mi – 0,5 Sdi < Mi + 0,5 SDi

12,5 <17,5

Cukup Aktif

Mi - 1,5 Sdi < Mi -0,5 SDi

7,5 <12,5

Kurang Aktif

< Mi – 1,5 Sdi

<7,5

Sangat Kurang Aktif

(Nurkancana,1990:102-104)

I. Indikator PenelitianPenelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil jika memenuhi indikator keberhasilan sebagai berikut: pencapaian prestasi belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal 85 % dari siswa di kelas yang mencapai nilai sebesar 62,5 dan untuk aktivitas belajar siswa minimal berkriteria cukup aktif terhadap

Page 17: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

proses pembelajaran dengan penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI yang minimal berada pada konversi nilai 12,5 <17,5.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A. Siklus I1. Prestasi Belajar Siswa Tabel 4.1: Prestasi Belajar Siswa Siklus I

Nilai tertinggi 72

Nilai terendah 48

Jumlah siswa yang mengikuti evaluasi 28

Rata-rata kelas 61,43

Jumlah siswa yang tuntas 19

Jumlah siswa yang tidak tuntas 9

Ketuntasan klasikal 67,86 %

2. Hasiil Observasi Aktivitas Belajar SiswaTabel 4.2: Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Kelompok Skor

I 23

II 21

III 22

IV 21

V 20

VI 22

VII 19

Page 18: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

Skor Total 148

Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar 21,14

Kriteria Aktivitas Belajar Aktif

B. Siklus II1. Prestasi Belajar Siswa

Tabel 4.3: Prestasi Belajar Siswa Siklus II

Nilai tertinggi 88

Nilai terendah 52

Jumlah siswa yang mengikuti evaluasi 28

Rata-rata kelas 73,5

Jumlah siswa yang tuntas 25

Jumlah siswa yang tidak tuntas 3

Ketuntasan klasikal 89,28 %

2. Hasil Observasi Aktivitas Belajar SiswaTabel 4.4: Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Kelompok Skor

I 26

II 25

III 25

IV 26

V 24

VI 26

Page 19: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

VII 25

Skor Total 177

Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar 25,28

Kriteria Aktivitas BelajarSangat Aktif

Dari hasil tindakan pada siklus I dan siklus II, hasil prestasi belajar dan hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dibandingkan seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5: Perbandingan Prestasi Belajar dan Aktivitasl Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

Siklus Prestsai Belajar Siswa Aktivitas Belajar Siswa

Nilai rata-rata Ketuntasan Klasikal Skor Aktivitas rata-rata Kriteria

I 61,43 67,86% 21,14 Aktif

II 73,5 89,28% 25,28 Sangat Aktif

Untuk lebih jelasnya, perbandingan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.1: Ketuntasan Klasikal Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.2: Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Page 20: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

B. Pembahasan Penelitian Tidakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa melalui penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 61,43 dengan ketuntasan klasikal 67,86% sedangkan data aktivitas rata-rata siswa sebesar 21,14 yang berada pada kategori aktif. Hasil ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum mencapai indicator keberhasilan karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 62,50 masih berada di bawah 85%, akan tetapi aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan karena nilainya berada pada kategori aktif. Karena perestasi belajar siswa masih belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

Dari hasil reflksi pada siklus I didapatkan beberapa kekurangan-kekurangan anatara lain:

1. Dari segi kesiapan siswa mengikuti pelajaran yakni masih ada siswa yang melakukan pekerjaan lain saat pelajaran dimulai

2. Dari segi kegiatan somatis dalam pembelajaran yakni sebagian kelompok melakukan kegiatan eksperimen tidak sesuai dengan petunjuk LKS dikarenakan siswa kurang memperhatikan saat dijelaskan prosedur penggunaan alat dan siswa tidak membaca dengan detail isi LKS, selain itu belum ada kerjasama yang baik antar anggota kelompok sehingga kegiatan eksperimen masih didominasi oleh siswa yang pintar,

Page 21: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

3. Dari segi kegiatan auditori dalam pembelajaran yakni siswa masih kurang memperhatikan penjelasan guru saat guru menjelaskan materi dikarenakan siswa masih asyik bermain dengan alat eksperimen yang sudah selsai digunakan

4. Dari segi kegiatan visual dalam pembelajaran yakni siswa masih susah untuk mengisi pertanyaan pada LKS dikarenakan siswa kurang memperhatikan apa yang terjadi saat eksperimen

5. Dari segi kegiatan intelektual dalam pembelajaran atau tahapan Snowball Drilling yakni masih ada siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya dikarenakan saat dijelaskan materi pelajaran siswa kurang memperhatikan

8. Posisi duduk kelompok yang satu dengan kelompok yang lain kurang tepat sehingga guru susah mengontrol kegiatan yang dilakukan siswa

Dari kekurangan-kekurangan siklus I maka dilakukan perbaikan untuk diterapkan pada siklus II. Perbaikan-perbaikan itu antara lain:

1. Mengarahkan perhatian siswa dengan memberikan pertanyaan yang menaraik agar siswa termotivasi mengikuti pelajaran.

2. Meminta siswa memperhatikan guru saat menjelaskan prosedur penggunaan alat agar nanti disaat melaksanakan eksperimen siswa tidak bingung, selain itu siswa juga diminta untuk membaca dahulu dengan detail isi LKS sebelum melaksanakan kegiatan ekspeimen.. Agar terjalin kerjasama antar kelompok peneliti membuatkan siswa kartu nama yang disertai nomor urut dan nama kelompoknya sehingga kegiatan eksperimen tidak dilakukan oleh siswa yang pintar saja. Misalnya dalam kelompok ada 4 siswa yang diberi tanda A,B,C,dan D. siswa A membacakan kegiatan LKS, siswa B dan C melaksanakan apa yang dibacakan oleh siswa A, dan siswa D menjawab pertanyaan yang ada pada LKS sambil berdiskusi dengan siswa A, B dan C. Bergiliran seterusnya untuk eksperimen berikutnya. Dengan adanya kartu nama ini akan mengurangi sikap bermain-main dari siswa saat mengerjakan LKS karena sudah memiliki tugas masing-masing.

3. Meminta siswa meletakkan kembali alat yang sudah digunakan ke depan kelas agar siswa terfokus perhatiannya saat guru menjelaskan materi dan agar mudah menjawab soal saat tahapan Snowball Drilling .

4. Meminta siswa memperhatikan dengan saksama apa yang terjadi saat eksperimen agar siswa mudah mengisi pertanyaan yang ada pada LKS

5. Menempatkan semua kelompok dengan posisi duduk “U”, sehingga semua siswa dapat mendengar dengan jelas penjelasan guru dan guru mudah untuk mengontrol serta memberikan bimbingan kepada kelompok yang belum mengerti.

Setelah melakukan kegiatan penelitian siklus II diperoleh data prestasi belajar siswa yang mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata 73,5 dengan ketuntasan klasikal 89,28% begitu pula data aktivitas belajar siswa mengalami peningktan yakni 25,28 dalam kriteria sangat aktif. Dari hasil ini

Page 22: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

terlihat bahwa prestasi belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 62,50 berada di atas 85% dan aktivitas belajar siswa juga sudah mencapai indikator keberhasilan karena datanya berada pada kategori sangat aktif. Karena prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan maka penelitian ini dihentikan sampai siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, diperoleh data prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan mencapai indikator keberhasilan pada siklus II. Dengan demikian, penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI pada pokok bahasan tekanan dapat meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa.

Melalui penerapan Snowball Drilling dalam pnedekatan SAVI ini memberi dampak positif bagi siswa kelas VIII F yang memiliki karakter suka bermain di kelas karena pada saat pembelajaran menggunakan penerapan Snowball Drilling dalam pendekatan SAVI, siswa belajar melalui aktivitas fisik untuk memperoleh pengalaman dan melakukan kegiatan percobaan untuk menemukan suatu konsep, siswa membicarakan apa yang mereka pelajari dan saling mendengarkan dalam kegiatan diskusi kelompok, siswa juga menggunakan indra mata untuk mengamati, menggambarkan dan mempresentasikan tugas kelompok disertai alat eksperimen/gambar yang mendukung, selain itu siswa dituntut untuk berfikir dan menggunakan kemampuan intellektualnya dalam mengerjakan soal yang diberikan saat tahapan Snowball Drilling sehingga dengan pemanfaat aktivitas fisik dan intelektual siswa merasakan pembelajaran yang bermakna bagi dirinya. Hal ini mendukung pendapat Meier (2004: 91), yakni menggabungkan aktivitas fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dimiliki dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Meier (2004: 1991) mengatakan pula bahwa melibatkan tubuh dalam pembelajaran cenderung membangkitkan kecerdasan manusia terpadu sepenuhnya.

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan1. Hipotesis tindakan terbukti yaitu penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I,diperoleh rata-rata kelas 61,43 dengan ketuntasan klasikal 67,86% sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata kelas 73,5 dengan ketuntasan kalsikal 89,28%.

2. Hipotesis tindakan terbukti yaitu penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI dapat meningkatkan aktivtas belajar siswa kelas VIII F SMP Negeri 11 Mataram tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini terlihat dari peningkatan skor rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 21,14 yang berada pada kriteria aktif, sedangkan pada siklus II, skor rata-rata aktivitas belajar siswa 25,28 yang berada pada kriteria sangat aktif.

Page 23: Fhaina Nuelestari E1C111034 2

B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru fisika diharapkan dapat menggunakan penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa.

2. Pada penerapan Snowball Drilling dalam Pendekatan SAVI hal lain yang perlu diperhatikan adalah”

Alokasi waktu diatur sebaik mungkin sehingga kegiatan Somatis, Auditori, Visual, dan Intellektual berjalan dengan baik.

Pengelolaan kelas yang baik

Pada saat siswa melakukan kegiatan Somati, Auditori, Visual, Intellectual, bimbingan dan arahan dari guru sangat diperlukan.

3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan penerapan Snowball Drilling Dalam Pendekatan SAVI diharapkan dapat menerapkannya pada materi yang lain.