documentff
DESCRIPTION
ffTRANSCRIPT
Menjamin Infrastruktur IndonesiaGuarantee Indonesia’s Infrastructure
Pemetaan dan Pemantauan Risiko InvestasiSektor Air Minum – SPAM Regional
disampaikan pada Workshop Pengendalian Risiko Investasi Infrastruktur SPAM Regional Provinsi Aceh,
Kementerian PUPR
Banda Aceh, 13 Oktober 2015
oleh:Andre Permana
SVP Risk & Compliance
2
Sasaran Presentasi dan Diskusi
Membahas konteks, proses, peran dan manfaat pengelolaan risiko dalamsuatu proyek investasi infrastruktur publik Perspektif Pemerintah (PJPK) vs Perspektif Swasta (Badan Usaha & Lender)
Prinsip Alokasi Risiko & penerapannya
Penyediaan Dukungan Fiskal (khususnya penjaminan atas risiko)
Membahas implementasi pengelolaan risiko suatu proyek investasiinfrastruktur sektor air minum, khususnya pengembangan SPAM
Keputusan Investasi dalam PenyediaanInfrastruktur Publik
4
KeputusanInvestasiPemerintah
StrategiPendanaan
AnggaranPemerintah
KPBU,Pre-FS Final
PengadaanBarang danJasa-Publik
KebutuhanDukungan
Pemerintah
PerencanaanKebutuhan
PublikDaftarProyek
Proses Prioritas
OutlineBusiness
Case
PersiapanTransaksi
KPBUTransaksi
KPBUPerolehan
PembiayaanBadan Usaha
Perwujudandan
Pengoperasian
Skema KPBU:PengadaanBadan Usaha
Kerangka Tahapan Pengembangan Proyek
4
Keputusan Investasi dalam Penyediaan Infrastruktur Publik
AnggaranBUMN/D
PengadaanBarang danJasa-BUMN
PengadaanBadan
Usaha KPBU
Analisis Value for Money
Inisiatif Pemerintah sejak 2009 untuk mendukung pembangunan infrastruktur
Rantai Nilai Eksekusi Proyek Infrastruktur KPS di Indonesia
2. KONTEKS DAN
PERAN SERTA PT PII
6
Evaluasi Proyek Sebagai Proyek KPBU (1)
Kelayakan(Feasibility)
Keterjangkauan(Affordability)
DukunganKelayakan (VGF)
1. Memastikan Kelayakan Proyek Feasibility (for private investment)• Ekonomi (dampak ekonomi terhadap Pemerintah/publik)• Teknis• Keuangan/Finansial• Lingkungan & Sosial
7
Evaluasi Proyek Sebagai Proyek KPS (2)
2. Memastikan Risiko dapat Dikelola Bankability (for debt financing)• Apakah sumber risiko utama proyek? Bagaimana alokasi risiko tersebut
dan strategi pengelolaan/mitigasi risikonya?• Secara umum, risiko terkait Desain, Konstruksi dan Operasi pihak Swasta• Risiko terkait pengadaan lahan, perijinan, regulasi/kebijakan Pemerintah
Transfer risiko ke swastameningkatkan premi risiko
biaya proyek lebih tinggi.
Risiko ke sektor publik Kapasitasuntuk mitigasi risiko belum tentu
memberikan Value for Money
Prinsip AlokasiRisiko MencapaiValue for Money
Sebisa mungkin, seluruh risiko proyek teridentifikasi, dikuantifikasi dan dimitigasi
8
Fitur Negara yang Sukses dalam Skema KPS
Indikator Korea Australia Cina Indonesia
Kerangka hukum/regulasi yang jelas √ √ x ?
Penegakan hukum yang adil dan transparan √ √ x ?
Dukungan politik jangka panjang √ √ √ ?
Standar kontrak yang berstandar internasional √ √ x ?
Proyek-proyek yang layak √ √ x ?
Proses lelang yang transparan √ √ √ ?
Mekanisme dukungan pemerintah yang sesuai √ x x ?
Pasar modal dan pinjaman yang kuat/berkembang √ √ √ ?
Regulator yang independen √ x x ?
Stabilitas makro ekonomi √ √ 〜 ?
Kinerja pemerintah yang baik √ √ √ ?
Ekuitas domestik yang aktif √ √ √ ?Sumber: Macquarie, 2008
Berdasarkan penilaian project developer terkemuka dunia
Pengelolaan Risiko Proyek KPBU
10
Pengelolaan Risiko ProyekRisiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
selama kelangsungan suatu Proyek.
Dengan Pengelolaan/Manajemen Risiko yang baik, diharapkan : – Mengidentifikasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama Proyek
berlangsung dan bagaimana menanganinya, sehingga kontinuitas dari suatu Proyek tidak akan terhenti.
– Menghasilkan premi/biaya risiko yang rendah biaya proyek yang lebih rendahsehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut.
Kategori Risiko Proyek Infrastruktur KPBU
Kategori Risiko Proyek
KPBU
Risiko Lokasi
Risiko design,
konstruksi & uji operasi
Risiko Sponsor
Risiko Financial
Risiko Operasional
Risiko Pendapatan
Risiko Konektivitas
Jaringan
Risiko Interface
Risiko Politik
Risiko Kahar
Risiko Kepemilikan
Aset
Note : Kategori risiko ini bisa sebagai checklist dan tidak bermaksuduntuk menjadi suatu daftar risiko yang kaku untuk setiap proyek.Situasi dan kondisi spesifik dalam suatu proyek perlu jugadipertimbangkan
Jenis Risiko Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
Lokasi √ √ √Desain, Konstruksi dan uji operasi
√ √ √
Sponsor √ √ √Financial √ √ √Operasi √Pendapatan √Konektifitas Jaringan
√ √
Interface √ √Politik √ √ √Force Majeure √ √ √
Kepemilikan aset √
Risiko Proyek menurut fase Proyek
Alokasi Risiko adalah distribusi Risiko Infrastruktur kepada pihak yang paling mampumengelola, mengendalikan atau mencegah terjadinya Risiko Infrastruktur, atau menyerap RisikoInfrastruktur.
Alokasi risiko yang wajar adalah:Suatu pihak seharusnya menanggung risiko, jika:• Pihak tersebut memiliki kemampuan kontrol paling baik terhadap risiko• Pihak tersebut memiliki kontrol terhadap risiko yang paling efisien biayanya;Lingkup penanggungan risiko harus sesuai dengan kompensasi/ reward/profit
Secara Umum, Badan Usaha: risiko terkait financing, design, construction, procurement, operation and
maintenance (kemudian men-transfer sebagian risiko ke peserta lainnya, e.g. designer /contractor /supplier /operator /user /insurer)
Pemerintah: risiko politik, perubahan peraturan perundangan, lahan, perijinan Keduanya berbagi risiko Force Majeure
12
Lebih jauh..
13
SASA
RA
N PEN
YEDIA
AN
VGF D
AN
PEN
JAM
INA
N
VGF Penjaminan
PeningkatanBankability
PelelanganYang
Kredibel
Pemberian VGF & penjaminan akan mengandalkan pelelangan yang kredibel untuk:• Meningkatkan tingkat kepercayaan
calon investor (mitra swasta) optimum competition competitive tariff or bid
• Proyek yang viable belum tentu bankable
• Penjaminan meningkatkan bankability atas proyek yang viable creditworthiness PJPK
• Memenuhi kelayakan kredit bagi perbankan berkaitan dengan risk premium & pricing
Meningkatkan kelayakan finansial proyek yang economically viable tetapi financially not viable
PeningkatanKelayakanFinansial
13
Kaitan Kelayakan dengan Bankability
14
MANFAAT DUKUNGAN PERBANKAN
14
MODAL INVESTORS
PENJAMINAN & DUKUNGAN PERBANKAN
Umumnya, tanpa dukunganperbankan, proyek KPBU tidak
dapat diwujudkan
Sering pemenang tender sudah ditetapkan tapi gagalmewujudkan proyek karena
tidak dapat dukunganperbankan.
Penjaminan membantu transaksi KPBU untuk meningkatkan kepastian
dukungan dari perbankan denganmeningkatkan bankability sehinggapemenang dapat cepat mewujudkan
proyek KPBU
Menurunkan biaya pendanaanMenurunkan biaya proyek
Menurunkan tarif/dukungan pemerintah yang diperlukan
SUMBER DANA UTAMA KPBU
DUKUNGAN PINJAMAN
PERBANKAN
Implementasi Alokasi Risiko KPBU danPenjaminan Infrastruktur
Tipikal Struktur KPBU
Aktifitas Availability-based Usage-based O&M
Kepemilikan Pemerintah Pemerintah PemerintahInvestasi Swasta Swasta PemerintahProduksi √ √ √/-
Distribusi ke Pengguna Akhir
- √ √/-
Operasi & Pemeliharaan √ √ √/-
Penagihan ke pelanggan - √ √/-
Horison Waktu 10-20 tahun 20-30 tahun 5-15 tahunPelanggan Pembeli
tunggal/PemerintahPelanggan ritel Pembeli tunggal/
PJPK atau Pelanggan ritel
Sumber Arus Kas Revenue dibayar olehinstansi utilitas
Revenue langsung dari pelanggan ritel
Bagian dari revenue dari tarif
Secara mendasar, modalitas/struktur proyek KPBU terbagi 3 jenis:
17
Struktur Proyek KPS – Konsesi Air Minum
18
Struktur Proyek KPS – BOT Air Minum
Cakupan Risiko dalam Penjaminan Infrastruktur oleh PII sebagai BUPITerhadap Kewajiban Finansial PJPK dalam Perjanjian KPS
**) as has been ammended by Presidential Regulatian No. 13/2010 and No. 56/2011
Allocation of Risks in a PPP Agreement– an Illustration
Examples :• CA Payment Obligations Inability to PayUnwillingness to Pay
• Early Termination / Other Payment Obligations due to Government Actions / Inactions, such as:Change in LawExpropriationCurrency Inconvertibility / Non TransferForce Majeure Affecting CA
PC Shared CAA
B*
C
D
E *
F
G *
H *
Possible IIGF Guarantee Coverage
PC : Project Company CA : Contracting Agency
*) Risk that leads to certain financial obligation of the bearer
Drafting PerjanjianKerjasama
TRIGGER RESULT
Hubungan antara Kewajiban Finansial PJPK dan Risiko
Penyebab Peristiwa Risiko Dampak
Rekam jejak terhadapcampur tangan atau perilakuterhadap investasi asing
Ekspropriasi (Terminasi Dini) Kompensasi Terminasi Proyek(Buy Out Price)
Risiko Kewajiban Finansial PJPK
Drafting sebagai Cakupan RisikoPerjanjian Penjaminan PII
Drafting sebagai Cakupan Risikodalam Polis Asuransi Risiko Politik
21
Cakupan Risiko – Kewajiban Finansial PJPK (1)No. Risiko Deskripsi1 Lisensi, Izin dan
PersetujuanCakupan terhadap risiko akibat keterlambatan atau kegagalan dalam memberikan lisensi, izin atau persetujuan (keterlambatan yang berdampak negatif terhadap biaya konstruksi, biaya pendanaan dan dimulai perolehan pendapatan).
2 Keterlambatan/Kegagalan Financial Close
Cakupan terhadap risiko keterlambatan atau kegagalan financial close yang diakibatkan tindakan/tidak bertindaknya PJPK (selain isu lahan dan isu perijinan).
3 Perubahan Regulasi dan Perundangan
Cakupan terhadap kerugian sebagai dampak dari perubahan regulasi/ perundangan yang berdampak negatif terhadap proyek, seperti peraturanpajak, struktur tarif, atau peraturan yang mempengaruhi spesifikasi teknisproyek dan menyebabkan perubahan biaya.
4 Wanprestasi Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK yang melanggar kontrak, atau merubah kontrak secara sepihak.
5 Integrasi dengan Jaringan
Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK (atau otoritas yang berwenang) yang mempengaruhi operasional/ pendapatan proyek karena kegagalan (atau tidak memadainya) integrasi dengan jaringan eksisting atau yang direncanakan.
6 Risiko Fasilitas Pesaing Cakupan terhadap risiko adanya fasilitas/infrastruktur sejenis yang dibangun dan akan bersaing dengan penyediaan layanan yang diperjanjikan.
22
Cakupan Risiko – Kewajiban Finansial PJPK (2)No. Risiko Deskripsi8 Risiko Permintaan Cakupan terhadap perubahan, yang ditanggung BU akibat tindakan PJPK,
yang mempengaruhi permintaan layanan proyek.9 Risiko Harga Cakupan terhadap pemenuhan tingkat pendapatan yang tidak tercapai
akibat perubahan tarif secara sepihak.10 Risiko Ekspropriasi Cakupan terhadap tindakan pengambilalihan PJPK atau otoritas lainnya
yang menyebabkan berakhirnya kontrak proyek.11 Risiko Tidak Dapat
dilakukannya Konversi& Transfer Mata Uang
Cakupan terhadap risiko pendapatan/profit dari proyek tidak dapat dikonversi ke mata uang asing dan/atau tidak dapat direpatriasi ke negara asal investor.
12 Risiko Parastatal atau Sub-nasional
Cakupan terhadap risiko suatu entitas sub-nasional atau parastatal yang bertindak sebagai PJPK pada suatu proyek yang gagal memenuhi pembayaran kontraktual atau kewajiban materil lainnya (karena keputusan sepihak)
13 Risiko Kahar yang Mempengaruhi PJPK
Cakupan terhadap risiko bahwa suatu kejadian di luar kendali kedua belah pihak (bencana alam atau akibat tindakan manusia) yang akan terjadi dan dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan PJPK untuk memenuhi kinerja kewajiban kontraktual.
14 Risiko Interface Cakupan terhadap risiko bahwa metode atau standar layanan sektor publikakan menghambat layanan kontraktual atau sebaliknya. Risiko ini termasukjika kualitas pekerjaan oleh pemerintah tidak sesuai dengan apa yang telahdikerjakan BU.
Signing Agreement
Financial Close
Commercial Operation Date
Construction Period
Periode dimana cakupan jaminan PII belum berlaku, dimana kemungkinan risiko yang muncul antara lain:• Isu pembebasan lahan• Izin• Alignment• Keterlambatan konstruksi, dll
Jaminan PII mulai berlaku dimana kemungkinanjaminan mencakupRisiko politik tradisional yakni antara lain:1. ekspropriasi, 2. currency inconvertibility, 3. change in law, 4. government action/inaction, termasuk gagal
bayar oleh PJPK yang akan disesuaikan dengan struktur proyek yang akan dipilih
Berdasarkan pedoman dan hasil penilaian awal dari proses penilaian, berikut adalahgambaran cakupan dan masa mulai berlaku efektif penjaminan PII
Gambaran Cakupan dan Masa Mulai Berlaku Efektif Penjaminan
Penjaminan Pemerintah
(melalui PT PII sebagai BUPI)
25
“Regulasi Penjaminan Infrastruktur” adalah:
1. Perpres No 78/2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur
2. Peraturan Menteri Keuangan No 260/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha
Dasar Hukum untuk Penjaminan Infrastruktur
Keduanya mengacu pada konteks Pengelolaan Risiko danPrinsip Alokasi Risiko KPS
26
Highlight Regulasi PenjaminanKewajiban Finansial PJPK dan Risiko Infrastruktur
Penjaminan Infrastruktur adalah pemberian jaminan atas Kewajiban FinansialPenanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK) yang dilaksanakan berdasarkanPerjanjian Penjaminan
Kewajiban Finansial PJPK adalah kompensasi finansial kepada Badan Usaha atas terjadinya Risiko Infrastruktur yang menjadi tanggung jawab pihak PJPK sesuai Alokasi Risiko sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama
Risiko Infrastruktur adalah peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi pada Proyek Kerja Sama selama berlakunya Perjanjian Kerja Sama yang dapat mempengaruhi secara negatif investasi Badan Usaha, yang meliputi ekuitas dan pinjaman dari pihak ketiga
Risiko Infrastruktur yang dapat diberikan Penjaminan Infrastruktur adalah yang:• terjadinya diakibatkan oleh tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK
• diakibatkan oleh kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK
• diakibatkan oleh keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK
• diakibatkan oleh breach of contract oleh PJPK
Support Letter
ConfirmationNote
Letterof Guarantee
GuaranteeAgreement
1 Periode / Proyek
Awal 1990 / 27 IPP (1st Gen)
Pertengahan 2000 / Cirebon (2nd Gen)
2009 / 10,000 MW Fast Track I – EPC (PLN)
2011 / PLTU Jawa Tengah (signed);2015/ Minemouth; Tol Soroja (IPA)
2 Sektor yg bisadidukung Listrik Listrik Listrik Utilitas (Listrik, SPAM); Transportasi
(Jalan, Bandara, ); Sosial
3 PenerimaJaminan Project Company • Lender (JBIC)*
• Insurer (NEXI)* Chinese Lenders Project Company
4 Issuer Menteri Keuangan Menteri Keuangan Menteri Keuangan PT PII
5 Lingkup Penjaminan Blanket Blanket Cicilan
(Principal + Interest)Kewajiban Finansial PJPK tertentu sebagaimana dalam PPP Agreement
6KetentuanPembayaranKlaim
Tidak disebutkan Tidak disebutkan 45 hari
• Kejelasan jumlah hari pada setiappembayaran, baik pembayaran bulanan maupun terminasi
• Dirinci mekanisme klaim danpembayarannya
*) Mengacu padaUmbrella Note of Mutual Understanding antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan dengan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI);
*) Mengacu padaUmbrella Note of Mutual Understanding antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan dengan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI);
Menuju Kebijakan Penjaminan Yang Lebih Baik
Owner
PJPK Badan Usaha
Kontrak KPBU
Model Penjaminan
PT PII
Rencana Mitigasi Risiko(& Perjanjian Regres)
PerjanjianPenjaminan
Penyiapan Transaksi KPBU
Sebagaimana diatur dalam Perpres 78/2010 dan PMK 260/2010
Perjanjian KPS
Evaluasi proyek
Kesesuaian Peraturan
Pra‐FS
Klausul Arbitrase
Alokasirisiko
Kompetisi
Komitm
enPJPK
• PT PII akan menilai kelayakan proyekberdasarkan aspek teknis, keuangan, ekonomi, sosial dan lingkungan hidupguna memastikan Proyek menjadiBankable, namun kepentingan sektorpublik terlindungi, melalui proses yang kompetitif dan akuntabel
Disusun denganbantuan tenagaahli yang kredibel
Klausul arbitrase yang mengikat di dalamPerjanjian KPS
Aspekyang dievalu
asi
PERSIAPAN PRO
SES TRANSAKSI
EVALUASI PENJAMINAN PROYEK KPBU OLEH PT PII
Evaluasi untuk memastikan bankability&alokasi risiko yang sesuai
Kelayakan Proyek
29
Manfaat Penjaminan PT PII bagi Pemerintah dan Swasta 2. KONTEKS DAN
PERAN SERTA PT PII
Menarik minat investor
Meningkatkan kompetisi dalamproses tender
Meminimalkan risiko sudden shock kepada APBN
Pengelolaan risiko fiskal yang sistematis, terukur & akuntabel
Mitigasi risiko yang tidak dicakup pasar
Peningkatan transparansi, kejelasan dan konsistensi akan
proses penjaminan proyek
Peningkatan Bankability Memperpanjang jangka waktu
pinjaman
kontrak perjanjian yang sesuaistandar yang berlaku umum
31
TOR dan pemilihankonsultan TOR danpemilihan konsultan (3 bulan)
TOR dan Pemilihan Konsultan Transaksi (3 bulan, bisa disatukan dengan konsultan Pre FS)
Pendanaan (6 – 12bulan setelah penandatanganan Perjanjian), perhatikan kesediaan tanah
Penyusunan Pre FS (6 bulan)
Proses Pelelangan dan Negosiasi (1 tahun)
Signing PerjanjianKerjasama dan Closing
PJPK
PT PII
Screening1. Pengisian Screening Form dan Environment & Social Form2. Penyampaian draft dokumen GAP3. Penerbitan CTP
Appraisal1. Penyampaian Dokumen GAP2. Penerbitan LoI
StructuringPenandatangananPerjanjian Penjaminandengan Project Rail Developer danPerjanjian Regresdengan PJPK
Monitoring
Penyiapan Pra FS Tender Financial Close Konstruksi&Operasi
9 bulan 12 bulan 6-12 bulan 2 – 4 tahun
Structuring1. Penerbitan GA2. Penerbitan In Principal Approval
Proses Proyek PJPK dan Proses Penjaminan PT PII PERSIAPAN PRO
SES TRANSAKSI
Contoh Implementasi:Evaluasi Penjaminan Risiko Infrastruktur KPBU
33
Lingkup Evaluasi Usulan Penjaminan (Appraisal)
Risk Allocation Project Viability
CA Risk
PPP Risk
Source of Risk
Impact
Mitigation
Overall Project Viability
Risk Assessment
Doc Reference• Feasibility Report• Risk Mitigation
Plan
Doc Reference• Draft Cooperation
Agreement• Risk Matrix
Doc Reference• Feasibility Report
34
Key Project Risks – Pengembangan SPAM
Design
• CA Risk• Securing Permits• Connection
locations (demand nodes)
• ESIA• Policy Risk• PPP Risk• Land Acquisition
& Right of Way• Design
Reliability
Construction
• CA Risk• Change requests• User Connections• Policy Risk• PPP Risk• Time & cost
overrun• Site challenges• Macroeconomic
Operations
• CA Risk• Raw Water Quality &
Quantity• Connection &
Consumption• Tariff Escalation• Billing & Collection• Leakages (NRW)• Distribution O&M Cost
Overrun• Policy Risk• PPP Risk• Output quality &
quantity• Bulk water cost
overrun • Macroeconomics
35
Hasil Evaluasi Usulan Penjaminan (Appraisal)
Key Risks
Raw Water
Tariff Escalation
Demand Distribution
Policy
• Time series debit data for 10 years way above needs• Key quality parameters significantly below regulatory limit
• Local parliament issue regulation• MoU w/ related institutions
• Management strengthening• NRW target reasonable for new system
• Marketing research independent survey on price
• Marketing research survey on potential consumption quality (existing supressed demand)
• Tariff linked to inflation• Precedent of tariff increase• MoHA (Home Affairs) regulation
36
Mitigasi Risiko Tarif
Tarif harus dapat diterima olehsemua pemangku kepentingan, melalui proses konsultasi.
Siapa yang bertanggung-jawabatas pengelolaan risiko Tarif?
Tariff Pelang-
gan
PJPK KemenKeuVGF
PDAM
Pemba-ngunan
DPRD
BadanUsaha
PT PII
Publik
APBDVGF
Terjangkau
Ekspansi
BiayaO&M
TarifAir Curah
Realistis
Layak
37
Kelayakan Finansial Badan Usaha vs Kelayakan Finansial PJPK
O&M Air Curah
Biaya Investasi
Penjualan Air Curah
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biaya Pemasukan
PV Keuangan Badan Usaha Penyedia Air Bersih (Curah)
Biaya Distribusi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Biaya Pemasukan
PV Keuangan PJPK*
Tarif Pelanggan menentukan besarnya Penerimaan dari Pelanggan dan Dukungan Pemerintah yang diperlukan.
Pembayaran keBadan Usaha
Penerimaandari
Pelanggan
DukunganPemerintah
DukunganPemerintah
*) PJPK: Pemerintah Daerah dapat menugaskan PDAM untuk melakukan urusan SPAM
38
Langkah-langkah mitigasi memastikan Tarif Pelanggan selamamasa kerjasama
Penerbitan Perda yang mengatur Tarif Pelanggan diantaranya:
Penetapan tarif untuk tahun-tahun awal kerjasama.
Penetapan tarif untuk tahun selanjutnya sedapat mungkin berdasarkan konsep“full recovery”.
Jika tidak full recovery, PJPK bertanggung-jawab menutup defisitnya.
Tarif lebih tinggi dapat diterima pelanggan jika:
Air terdistribusi berkualitas dapat langsung diminum.
Pasokan air 24 jam per hari tidak putus.
Tekanan yang cukup.
Pelayanan yang baik atas pengaduan pelanggan.
39
Langkah-langkah mitigasi memastikan Tarif Pelanggan selamamasa kerjasama (lanjutan)
Proses Konsultasi dengan Pemangku Kepentingan
RDS (Real demand survey):
Dilakukan oleh tim yang profesional dan berkomitmen jangka panjang (hindari penggunaanmahasiswa untuk maksud survey lapangan).
Metodologi pengukuran “willingness to pay” dan “ability to pay” harus diterima oleh PJPK.
Selain kuantitatif (survey lapangan), juga dilakukan FGD (focused group discussion) untukmendapatkan data qualitative.
Analisis
Selain hasil RDS, perlu dilakukan komparasi dengan metode-metode lainnya untukmenentukan Tarif di awal periode kerjasama.
Di periode selanjutnya, Tarif ditetapkan berdasarkan proyeksi keuangan. Namun, perlu jugadidukung survey ke pelanggan.
Paparan umum dalam forum terbuka
Forum diskusi melalui media, dll