fenomena sosiologi ekonomi islam dalam kebudayaan minahasa

5
FENOMENA SOSIOLOGI EKONOMI ISLAM DALAM KEBUDAYAAN MINAHASA A. Indentifikasi Orang Minang adalah suatu suku bangsa yang mendalami suatu daerah pada bagian timur laut jazirah Sulawesi Utara. Luas daerah ini, termasuk kota-kota Manado dan Blitung, kurang dari 6000 Km 2 . Dalam ucapan umum orang minahasa menyebut dari mereka orang Manado atau Touwenang (orang Wenang), orang Minahasa, atau pula Kawanua. Tetangga-tetangganya di sebelah utara adalah orang Sangir dan orang Taulad, serta orang Bolaang Mongondow di sebelah selatan Penduduk Minahasa dapat dibagi ke dalam delapan kelompok sub-etnik, yaitu (a) Tounsea, (b) Toumbulu, (c) Tountemboan, (d) Toulour, (e) Tounsawang, (f) Pasan, (g) Ponosakan, dan (h) Bantik. Setiap kelompok subetnik ini memeiliki bahasa sendiri yang disebut dengan nama subetnik itu sendiri. Malayu Manado adalah bahasa umum yang dipergunakan dalam komunitas antara orang-orang dari sub-sub etnik Minahasa maupun antara mereka dengan penduduk dari suku-suku bahasa lainnya, baik dalam lingkungan pergaulan kota maupun dalam lingkungan pergaulan desa. Bahkan dari pada itu, terutama dikota-kota, secara umum terlihat orang-orang menggunakan Melayu Manado sebgai bahasa ibu, menggantikan bahasa pribumi Minahasa atau bahasa suku bangsa yang bersangkutan. B. Kependudukan dan Desa Minahasa

Upload: andhyka-ome

Post on 07-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sosiologi ekonomi

TRANSCRIPT

Page 1: Fenomena Sosiologi Ekonomi Islam Dalam Kebudayaan Minahasa

FENOMENA SOSIOLOGI EKONOMI ISLAM DALAM KEBUDAYAAN MINAHASA

A. Indentifikasi

Orang Minang adalah suatu suku bangsa yang mendalami suatu daerah pada bagian timur

laut jazirah Sulawesi Utara. Luas daerah ini, termasuk kota-kota Manado dan Blitung,

kurang dari 6000 Km2. Dalam ucapan umum orang minahasa menyebut dari mereka orang

Manado atau Touwenang (orang Wenang), orang Minahasa, atau pula Kawanua. Tetangga-

tetangganya di sebelah utara adalah orang Sangir dan orang Taulad, serta orang Bolaang

Mongondow di sebelah selatan

Penduduk Minahasa dapat dibagi ke dalam delapan kelompok sub-etnik, yaitu (a)

Tounsea, (b) Toumbulu, (c) Tountemboan, (d) Toulour, (e) Tounsawang, (f) Pasan, (g)

Ponosakan, dan (h) Bantik. Setiap kelompok subetnik ini memeiliki bahasa sendiri yang

disebut dengan nama subetnik itu sendiri.

Malayu Manado adalah bahasa umum yang dipergunakan dalam komunitas antara orang-

orang dari sub-sub etnik Minahasa maupun antara mereka dengan penduduk dari suku-suku

bahasa lainnya, baik dalam lingkungan pergaulan kota maupun dalam lingkungan pergaulan

desa. Bahkan dari pada itu, terutama dikota-kota, secara umum terlihat orang-orang

menggunakan Melayu Manado sebgai bahasa ibu, menggantikan bahasa pribumi Minahasa

atau bahasa suku bangsa yang bersangkutan.

B. Kependudukan dan Desa Minahasa

Sekarang ini, wilayah yang dianggap wilayah etnik orang Minahasa yang terdiri dari

delapan kelompok subetnik tersebut diatas, terbagi pada tiga wilayah administrasi

pemerintah, yitu Kabupaten Minahasa, Kota Madya Manado, dan kota Madya Bitung.sebagai

kesatuan-kesatuan administrasi yang dipimpin dari seseorang kepala desa, yang secara adat

disebut hukum tua (Kuntua). apa yang sekarang dikenal sebagai aparatur pemerintahan desa

terdiri dari kepala desa atau lurah, diseluruh minahasa terdapat 27 kecamatan.

Pola perkampungan desa minahasa bersifat menetap, dalam arti bahwa sesuatu desa

cenderung tidak berkurang penduduknya atau lenyap karena ditinggalkan akibat ladang-

ladang yang makin jauh. Aspek lain dari pola desa minahasa ialah bahwa kelompok rumah-

rumah itu mempunyai bentuk memanjang mengikuti jalan raya.

Page 2: Fenomena Sosiologi Ekonomi Islam Dalam Kebudayaan Minahasa

Bentuk rumah orang minahasa sekarang telah banyak berbeda dari bentuk-bentuk rumah

kuno. Unsyur-unsyur kas yang dimaksud itu, adalah antara lain lantai rumah yang berada

diatas tiang-tiang yang tingginya sampai 21/2 meter. Tiyang-tiyang tersebut dapat dibuat dari

kayu (balak) maupun dari batu kapur. Ruangan depan terdapat sebuah atau dua buah tangga

tidak berdinding tetapi dikelilingi dengan regel setinggi kurang dari satu meter. Bagian

bawah rumah atau kolong rumah, biasanya di pakai sebagai gudang. Rumah minahasa

biasaya berbentuk persegi panjang, yang beratapkan daun rumbia ataupun seng.

C. Religi pribumi

Dalam derajat kepercayaan yang berbeda-beda unsyur-unsyur kepercayaan pribumi yang

dapat disaksikan pada orang minahasa, yang sekarang secara resmi telah memeluk agama-

agama protestan, katolik maupun islam, yang merupakan peninggalan sistem religi jaman

dahulu sebelum berkembangnya agama kristen.dalam mitologi orang minahasa rupanya

sitem kepercayaan dahulu mengenal banyak dewa, salah satu ialah disebut empung atau opo,

dan dewa yang tertinggi disebut opo wailan opo. Opo wailan wangko dianggap pencipta

seluruh alam dan dunia dan segala isinya, yang dikenal oleh manusia yang memujanya. Roh

leluhur juga disebut opo, atau sering disebut dotu, yang pada masa hidupnya adalah seorang

yang dianggap sakti dan juga sebagai pahlawan.

D. Ekonomi

Ekonomi pedesaan sabagai suatu aspek yang mengandung ciri-ciri pelaku “petani”

Minahasa tentu bukan padanan istilah ekonomi nasional. Ekonomi pedesaaan merupakan

suatu komplkeks pengetahuan,kepercayaan, nilai, dan noema yang terwujud sebagai pranata-

pranata sosial yang mengatur proses dan mekanisme produksi, distibrusi, dan konsumsi yang

diturunkan secara antar generasional, yang dipengaruhi oleh ekonomi nasional perubahan

sosial budaya umum, dan perubahan-perubahan ekologis dalam lingkungan-lingkungan

sumber-sumber ekonomi. Namum demikian, ini bukan berati bahwa ekonomi nasional

terpisah dari ekonomi pedesaan. Seperti dikemukaan diaatas ekonomi nasional malahan

mempengarhui dan merupakan salah satu faktir yang menyebutkan terjadinnya perubahan-

perubahan dalam ekonomi pedesaan maupun segi-segi kebudayaan lainnya.

Page 3: Fenomena Sosiologi Ekonomi Islam Dalam Kebudayaan Minahasa

Di Minahasa, jaringan jalan raya yang tegolong baik serta pelabuhan Bitung dan Bandar

udara Sam Ratulangi, adanya industri-industri kecil, tokoh-tokoh besar dan kecil dikota-kota, dan

kegiatan-kegiatan ekonomi moderen lainnya memang secara erat berhubungan dengan dan

sangat mempengaruhi, ekonomi pedesaan yang berpangkal alam sektor pertanian rakyat yang

masih tergolong tradisional.

Kebutuhan masyarakat akan tenaga listrik dapat dipenuhi dengan adanya pembangkit listrik

tenaga air yang baru pada sungai Tondano di desa Tanggari, yang akan meningkatkan

pertumbuhan barbagai industri dan kegiatan-kegiatan ekonomi.

Dalam sektor pertanian perkembangan perkebunan rakyat membangun tanaman-tanaman

industri, terutama kelapa, cengkeh, kopi, dan pala. Akhir-akhir ini komoditi pertanian mangalami

peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi yang berupa coklat,fanila, jae putih dan jamu mede,

dengan menggunakan metode dan teknologi pertanian modern.

Perladangan didaerah minahasa umumnya menanam berbagai jenis sayur, tanaman bumbu

masakan sehari-hari dan buah-buahan. Selain perkembangan perikanan laut yang dilaksanakan

oleh perikanan yang berpusat di Aetembaga, terutama penangkapan dan pengolahan cakalang,

nelayan tradisional mulai meningkatkan produksi berbagai jenis ikan dan binatang laut dengan

menggunakan alat-alat yang lebih baik maupun dengan apa yang disebut “motorisasi“ perahu

penangkap ikan.

Hutan merupakan sumber energi maupun materi untuk berbagai kebutuhan penduduk.

Berbagaijenis bahan makanan(binatang dan tumbuhan), jenis-jenis binatang yang umum

dimakan ialah babi hutan, tikus hutan, dan kalong. Berbagai jenis tumbuhan liar baik yang

terdapat dihutan maupun lingkungan merupakan bahan makanan yang memenuhi kebutuhan

sayur-sayuran, terutama pungi, rebung, dan pakis. Demikian pula, hutan menghasilkan berbagai

jenis buah-buahan, seperti janis-jenis mangga, pakoba, dan kemiri. Selain itu minuman yang

terkenal di minahasa, yaitu saguer.

Unttuk berbgai kebutuhan kayu sebagai bahan baku umtuk membuat berbagai lat dan

bangunan gedung dan rumah, hutan merupakan sumbernya, yaitu berupa rotan, kayu bakar, dan

daun rumbia (bahan atap rumah).

Page 4: Fenomena Sosiologi Ekonomi Islam Dalam Kebudayaan Minahasa