fbsvwsc

19
TES URINALISIS Tes urinalisis merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter, karena persiapannya tidak membebani pasien seperti pada pengambilan darah atau punksi sumsum tulang. Tujuan tes ini adalah untuk evaluasi umum terhadap sistem uropoetik maupun status kesehatan badan. Tes urin dapat dilakukan secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk mengevaluasi sedimen urin. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit, dan leukosit esterase. Tes mikroskopis untuk melihat eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, mukux, kristal, jamur dan parasit. Indikasi tes urin adalah untuk : 1). Tes saring pada tes kesehatan, keadaan patologik maupun sebelum operasi. 2). Menentukan infeksi saluran kemih. 3). Menentukan kemungkinan gangguan metabolisme. 4). Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal.

Upload: etongtc25

Post on 08-Apr-2016

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

wEGAFHAJJ

TRANSCRIPT

TES URINALISIS

Tes urinalisis merupakan tes saring yang paling sering diminta oleh dokter, karena persiapannya tidak membebani pasien seperti pada pengambilan darah atau punksi sumsum tulang.

Tujuan tes ini adalah untuk evaluasi umum terhadap sistem uropoetik maupun status kesehatan badan. Tes urin dapat dilakukan secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk mengevaluasi sedimen urin. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit, dan leukosit esterase. Tes mikroskopis untuk melihat eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, mukux, kristal, jamur dan parasit.

Indikasi tes urin adalah untuk : 1). Tes saring pada tes kesehatan, keadaan patologik maupun sebelum

operasi.2). Menentukan infeksi saluran kemih.3). Menentukan kemungkinan gangguan metabolisme. 4). Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal.

I. TES MAKROSKOPIS

A. PRA ANALITIK1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering.- Identifikasi sampel : nama, nomor, alamat, umur, dan penggunaan

pengawet urin- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan.

Apabila tejadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin.

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat.

- Sampel urin yang digunakan untuk urinalisis adalah : urin sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Urin pagi, yaitu utin pertama yang dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin post prandial, utin yang pertama kali dikemihkan 1,5-3 jam setelah makan. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas.

3. PrinsipTes makroskopis, memperhatikan makroskopis urin secara visual.

4. Alat dan bahan- Gelas takar- Carik indikator pH- Urinometer- Termometer ruangan

B. ANALITIKCara kerja :1. Tuangkan sampel urin kedalam gelas takar dan tentukan volumenya2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau abnormal3. Perhatikan pula jernih keruhnya urin tersebut4. Celupkan 1 carik indikator pH, baca pH urin5. Menetapkan berat jenis :- Tuangkan sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar, ke

gelas urinometer, hilangkan busa yang ada dengan memakai kertas saring

- Tempatkan hidrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak boleh menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putarlah hidrometer agar terapung di tengah-tengah)

- Bacalah pada dasar meniscus (hindari (paralax), lalu laporkan BJ yang terbaca

- Perlu memperhatikan koreksi pembacaan dengan memperhatikan suhu kamar :Suhu tera (pada alat hidrometer) : 15ºCSuhu ruangan : 32ºCBJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)Setiap kenaikan 3ºC di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada bacaan BJ.

Jadi,BJ = (32-15)/3 x 0,001 + 1,015

C. PASCA ANALITIKNilai rujukan:- Warna/kekeruhan : jernih atau sedikit keruh berwarna kuning- Volume : 800-1300 ml- pH : 5-8- BJ : 1,003-1,029

D. HASIL PENGAMATAN

Pada pemeriksaan ini ditemukan:

- Warna urin : kuning muda

- Kekeruhan : jernih

- pH : 6,0

- BJ : (suhu ruangan – suhu tera) x 0,001 + BJ yang dibaca

3

= ((35 – 20)/3) x 0,001 + 1,020 = 1,025

II. TES MIKROSKOPIS

A. PRA ANALITIK1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering- Identifikasi sampel : nama, nomor, alamat, umur, dan penggunaan

pengawet urin- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan.

Apabila tejadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin.

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat

- Sampel urin yang dipakai untuk tes mikroskopis sebaiknya urin pagi karena kepekatannya tinggi.

3. Alat dan bahan- Tabung sentrifus- Alat sentrifus- Corong- Kaca obyek + dekglas- Pipet pasteur- Mikroskop

B. ANALITIKCara kerja :1. Siapkan 10-15 ml sampel urin dalam tabung sentrifus selama 5 menit

pada kecepatan 2000 rpm2. Buang lapisan supernatannya, sisakan kurang lebih 1 ml urin dalam

tabung sentrifus3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin

dengan endapan (sedimen)4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas

kaca obyek kemudian ditutup dengan kaca penutup5. Periksalah di mikroskop:- Menggunakan lensa obyektif 10x:

Torak Kristal Epitel dan elemen lain

- Menggunakan lensa obyektif 40x: Eritrosit

Lekosit

C. PASCA ANALITIKNilai rujukan:- Eritrosit : <5/LPB- Lekosit : <5/LPB- Epitel : 1. Epitel gepng (normal)

2. Epitel transisional3. Epitel bulat

- Torak/Silinder/Cast : Negatif- Oval fat bodies : Negatif- Spermatozoa : Negatif- Kristal : Negatif- Mikroorganisme : Bakteri : <2/LPB

Gram negatif basilus : E. Coli, Pseudomonas, proteusGram positif kokus : Streptococus piogenSel Yeast dan Kandida : NegatifParasit : Negatif (Trichomonas vaginalis,

schistosoma haematobium, Enterobius vermicularis).

III. TES PROTEIN A. PRA ANALITIK

1. Persiapan pasienPada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapa sampel Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan

pengawet urin- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan.

Apabila terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat

3. Prinsip Urin direaksikan dengan asam sulfosalisilat atau asam asetat, kadar protein urin berdasarkan kekeruhan yang terjadi.

4. Alat dan bahan - Tabung reaksi + rak- Asam sulfosalisilat 20%- Asam asetat 10%- Pembakar (Bunsen/spritus)-

B. ANALITIK1. Reaksi dengan Asam Sulfosalisilat 20%

- Siapkan 2 tabung reaksi, tandailah dengan nomor 1 dan 2. Tabung nomor 2 dipakai sebagai pembanding

- Tambahkan ketabung nomor 1, 2 ml asam sulfosalisilat 20%, kocok isi tabung

- Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung nomor 1, bandingkan dengan tabung nomor 2.

2. Reaksi dengan asam asetat 10% dan pemanasan- Tuang urin yang jernih ke tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh- Panaskan bagian atas tabung selama kurang lebih 2 menit dan

timbul kekeruhan. Bagian bawah tabung dipakai sebagai pembanding (control). Kekeruhan yang timbul dapat disebabkan oleh protein , fosfat atau karbonat

- Tambahkan 2-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat

- Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah prespitasi protein

- Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan asam sulfosalisilat 20%

C. PASCA ANALITIK Interpretasi:

NEG : Tidak ada kekeruhan ± : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang hitam

(protein < 0,01 gr%)1+ : Ada kekeruhan tapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-0,05

gr%)2+ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0.2 gr%)3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5 gr

%)4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein >0,5 gr%)

D. HASIL PENGAMATAN1. Reaksi dengan asam sulfosalisilat 20%

4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein >0,5 gr%)

2. Reaksi dengan asam asetat 10% dan pemanasan 4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal

(protein >0,5 gr%)

IV. TES GLUKOSA URIN(Tes Reduksi Benedict)

A. PRA ANALITIK 1. Persiapan pasien

Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus2. Persiapan sampel

Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan

pengawet urin - Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan.

Apabila terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin

- Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu- Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, urin

pagi dan urin post prandial.3. Prinsip

Urin direaksikan dengan larutan benedict, kadar glukosa urin berdasarkan perubahan warna urin.

4. Alat dan Bahan- Tabung reaksi + rak- Larutan Benedict- Pembakar Bunsen-

B. ANALITIK Cara Kerja:1. Tuang 5 ml larutan benedict kedalam tabung reaksi2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes 3. Didihkan di atas nyala api Bunsen selama 2 menit4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok

C. PASCA ANALITIKInterpretasi:NEG : Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh1+ : Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)2+ : Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%)3+ : Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)4+ : Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%)

D. HASIL PENGAMATAN Nama : Ardiansyah Hasil :

Negatif : Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh

TES CARIK CELUP (DIPSTICK)A. PRA ANALITIK

1. Persiapan PasienPada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus

2. Persiapan SampelSampe (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering- Identitas sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan

pengawet urin- Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu dan

hanya sedikit.- Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, urin

pagi dan urin post prandial.3. Alat dan Bahan

- Tabung + rak- Reagen strip + skala warna rujukan

B. ANALITIKCara kerja:

- Celupkan selembar reagen strip ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel urin kira-kira 1 detik sehingga urin membasahi seluruh permukaannya.

- Hapus sisa sisa urin dengan cara menyentuh satu sisi reagen strip ke permukaan kertas tissue. Dan letakkan reagen strip di atas permukaan tissue.

C. PASCA ANALITIKHasil dapat dibaca 1-2 menit. Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan skala warna rujukan.Interpretasi warna dipstick:1. Glukosa

Biru muda, hijau sampai coklatNegatif palsu: vitamin C, keton, asam homogentisat, aspirin, dan obat-obatan seperti dipyrone.Nilai rujukan: < 30 mg/dl

2. BilirubinCoklat muda hingga merah coklat.Positif palsu: rifampicin, chlorpromazine.Negatif palsu: vitamin C dan asam salisilat.Nilai rujukan: negatif

3. UrobilinogenJingga sampai merah tua.Negatif palsu: kadar nitrit tinggi.Nilai rujukan: laki-laki 0,3-2,1 mg/2 hours, perempuan 0,1-1,1 mg/2 hours.

4. KetonPositif: unguPositif palsu: pigmen atau metabolit levodopa serta phenylikotones.Nilai rujukan: negatif

5. ProteinHijau muda: indicator adanya albumin.Nilai rujukan: < 20 mg/dl

6. NitritUntuk mengetahui ada tidaknya bakteriuria: merah mudaNegatif: warna tidak berubah.Nilai rujukan: negatif.

7. LekositPerubahan warna dari coklat muda warna unguNilai rujukan: negative

8. pHBerkisar dari jingga hingga kuning kehijauaan dan hijau kebiruan.Nilai rujukan: pH 5-8

9. BloodPerubahan dari warna kuning kehijau-hijauaan hingga hijau kebiru-biruan dan biru tuaNegatif palsu: protein kadar tinggi dan vitamin CPositif palsu: bakteriNilai rujukan: negatif

10. Berat JenisBerat jenis rendah: berwarna biru tua hijauBerat jenis tinggi: berwarna hijau kekuning-kuninganNormal Bj: 1,016-1,022

11. Ascorbic AcidKadar ascorbic acid lebih dari 25 mg/dl: warna ungu.

D. HASIL PENGAMATAN1. Glukosa = normal2. Bilirubin = negatif3. Urobilinogen = normal4. Keton = negatif5. Protein = 15 mg/dl6. Nitrit = negatif7. Leukosit = negatif8. pH = 79. Blood = negatif 10. Berat jenis = 1,02511. Ascorbid acid = negatif

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I.Tes Makroskopis-Warna dan kejernihan. Urine normal berwarna kuning muda-kuning tua (tergantung kepada diuresis), jernih atau sedikit keruh. Selain urobilin dan urokhrom yang normal ada, warna urine dipengaruhi juga oleh jenis makanan, kelainan metabolisme, dan obat-obat yang diberikan. Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar dan bakteri dapat menimbulkan kekeruhan pada urine. -BeratJenis(BJ) Pemeriksaan BJ dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer/refraktomer dan reagen strip. BJ urine sangat erat kaitannya dengan diuresis. BJ urine normal berkisarantara1,016-1,022.-Derajat Keasaman/pH.Penetapan pH dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh pada gangguan keseimbangan asam basa. pH urine juga dapat memberi petunjuk etiologi infeksi saluran kencing. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi oleh proteus biasanya menyebabkan urine alkali. Penetapan pH urine dapat dilakukan dengan menggunakan indikator strip atau reagen strip. pH urine normal (urine harus segar) berkisar antara.

Kesimpulan: Warna urin : normal Kejernihan : normal

BJ : normalpH : normal

II.Tes Mikroskopis

- Sel epitel gepeng, bulat, dan transisional. Sel epitel adalah sel berinti satu dengan ukuran lebih besar dari leukosit. Bentuknya berbeda menurut tempat asalnya sehingga dapat menggambarkan lokasi kelainan. Sel epitel gepeng berasal dari vulva dan uretra bagian distal, sel epitel transisional berasal dari kandung kemih, dan sel epitel bulat dari pelvis/tubuli ginjal. - Leukosit. Jumlah leukosit meningkat pada infeksi saluran kemih. Leukosit lebih jelas terlihat kalau sedimen urine diberikan setetes larutan asam acetat 10%. -Eritrosit. Hematuri mikroskopis menunjukkan adanya perdarahan pada saluran kemih.

-Silinder. Silinder terbentuk pada tubulus ginjal dengan matriks glikoprotein yang berasal dari sel epitel ginjal. Silinder pada urine menunjukkan keadaan abnormal pada parenkim ginjal yang biasanya berhubungan dengan proteinuria, anuria/oliguria/aliranurin yang lambat, dan pH asam. Jenis silinder yang dapat ditemukan adalah: silinder hialin, silinder sel (eritrosit, leukosit, epitel), silinder granular (berbutir), silinder lemak, dan silinder lilin.-Oval fat bodies adalah sel epitel tubulus berbentuk bulat yang mengalami degenerasi lemak, dapat ditemukan pada sindrom nefrotik. -Mikroorganisma (bakteri, sel yeast dan kandida, parasit) - Bahan amorf, yaitu urat-urat dalam urin asam dan fosfat dalam urin

alkali -Kristal-kristal Pada urine normal dapat ditemukan kristal asam urat, tripel fosfat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, kalsium karbonat, kalsium sulfat. Dalam keadaan abnormal dapat ditemukan kristal sistin, leusin, tirosin, dan kolesterol. Dapat juga ditemukan kristal sulfonamid yang berasal dari obat.

III.Tes Protein Urin Protein yang dipanasakan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik isoelektrik protein. Kekeruhan yang ringan akan sangat sukar untuk dilihat, maka harus menggunakan tabung yang bersih dan bagus. Jika tabung yang akan digunakan sudah tergores, maka tabung tersebut harus diganti. Pada pemberian asam asetat yang sangat berlebihan akan mengakibatkan hasil negatif palsu pada pemeriksaan tersebut. Sebaliknya, hasil positif palsu dapat ditemukan bila kekeruhan terjadi bukan diakibatkan oleh adanya globulin atau albumin, melainkan :•Nukleoprotein, kekeruhan terjadi pada saat pemberian asam asetat sebelum pemanasan•Mucin, kekeruhan juga terjadi pada saat pemebrian asam asetat sebelum pemanasan•Proteose, presipitat terjadi setelah campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang lagi•Asam-asam renin, kekeruhan oleh zat ini larut dalam alkohol•Protein Bence Jones, protein ini larut dalam pada suhu didih urine, terlihat kekeruhan pada suhu kira-kira 60 derajat celcius.Kesimpulan:Urin yang diperiksa mengandung protein dengan interpretasi 4+

IV.Tes Glukosa Urin Glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan berubah.

Kesimpulan: Urin yang diperiksa mengandung glukosa dengan interpretasi 4+

DAFTAR PUSTAKA

1 . Penuntun praktikum patologi klinik sistem urogenitalia2 . Elizabeth J. Corwin , Patofisiologi, penerbit buku kedokteran EGC